• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Air pada Bendung Kecil di Sub DAS Ciomas - DAS Cidanau, Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Air pada Bendung Kecil di Sub DAS Ciomas - DAS Cidanau, Banten"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN

Oleh: RINI AGUSTINA

F14103007

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departeman Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : RINI AGUSTINA

F14103007

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

Rini Agustina. F14103007. Pemanfaatan Air pada Bendung Kecil di Sub Das Ciomas - DAS Cidanau, Banten. Di bawah bimbingan Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS. 2007

RINGKASAN

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi ketersediaanya tidak selalu sejalan dengan kebutuhannya. Permasalahan air yang umum adalah ketidaksesuaian antara kebutuhan dan pasokan pada waktu dan tempat tertentu. Permasalahan air akan semakin kompleks karena tingkat kebutuhan yang berubah dengan cepat, baik dari segi jumlah maupun mutu, yaitu mengikuti peningkatan jumlah penduduk, industrialisasi, pendapatan, dan konflik antar pengguna, untuk pertanian dan bukan pertanian, serta di daerah perkotaan dan pedesaan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan air adalah dengan pengelolaan sumber daya air yang sesuai dengan kaidah konservasi, yaitu dengan pembangunan bendung kecil. Usaha pembangunan bendung kecil diharapkan berdampak positif dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Kolam bendung akan menyimpan air di musim hujan dan kemudian dimanfaatkan selama musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Melalui pembangunan bendung kecil ini, alokasi sumber daya air lebih efisien, membantu tindakan konservasi tanah, meningkatkan produktivitas lahan, menurunkan debit puncak dan memperpanjang waktu respon DAS.

Sub DAS Ciomas merupakan salah satu dari anak sungai Cidanau. Sub DAS ini memiliki luas wilayah kurang lebih 3.290 ha. Dari analisis Peta Rupa Bumi, jaringan aliran sungai Ciomas sepintas tampak menyerupai percabangan pohon dengan corak alirannya berbentuk kombinasi dengan jumlah orde sebanyak tiga. Kemudian dari analisis peta Sub DAS Ciomas memiliki dua anak sungai yaitu Sungai Ciomas hulu dan Sungai Cibopong yang menjadi calon lokasi dibangunnya bendung kecil dengan masing-masing luasan sebesar 197.3 ha dan 164,7 ha.

Dimensi bendung kecil yang tepat untuk Sub DAS Ciomas yaitu volume tampungan sebesar 5.000 m3 dengan luas genangan 1,5 ha. Kemudian diperoleh volume tampungan untuk sungai Cibopong sebesar 2.275 m3, tinggi bendung 5 m dan panjang bendung 13 m. Untuk sungai Ciomas Hulu, volume tampungan sebesar 2.725 m3, tinggi bendung 6 m dan panjang bendung 13 m.

(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibolga pada tanggal 1 Agustus 1985 sebagai putri

keempat dari pasangan Mulkan Harahap dan Nurida Nasution. Penulis memiliki

tiga orang kakak dan satu orang adik.

Pada tahun 2000 penulis diterima di Sekolah Menengah Umum Negeri 2

Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Teknologi Pertanian,

Departemen Teknik Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut

Pertanian Bogor (USMI).

Pada tahun 2006 penulis melakukan praktek lapangan selama dua bulan di

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum-Ciliwung dengan

judul praktek lapangan “Mempelajari Pembangunan Areal Model DAS Mikro (MDM) di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung”. Kemudian pada tahun yang sama penulis juga ikut serta dalam kegiatan Program

Kreatifitas Mahasiswa (PKM) pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS)

XIX di Malang, Jawa Timur.

Sebagai salah satu syarat untuk, memperoleh gelar Sarjana Teknologi

Pertanian IPB, penulis melakukan tugas akhir berupa penelitian dengan judul

(6)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departeman Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : RINI AGUSTINA

F14103007

Dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1985 di Sibolga, Sumatera Utara Tanggal Lulus : Oktober 2007

Menyetujui, Bogor, Oktober 2007

Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS Dosen Pembimbing Akademik

Mengetahui

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga

skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang

dilaksanakn penulis pada bulan Februari sampai Juli 2007 dengan judul

Pemanfaatan Air pada Bendung Kecil di Sub Das Ciomas – DAS Cidanau, Banten”.

Terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu

dalam pelaksanaan penelitian mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga

penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama ini.

2. Dr. Ir. H. Sukandi Sukartaatmadja, MS dan Ir. Gardjito, MSc selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan guna kesempurnaan skripsi ini.

3. Mama, Papa, Abang, Kakak-kakak dan Adik, yang selalu memberikan doa

dan menjadi penyemangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Keluarga besar Departemen Teknik Pertanian dan teman-teman di

Laboratorium Teknik Tanah dan Air angkatan 40, atas kebersamaan dan

dukungannya selama ini.

5. Yossy Renggo Wardhani dan Erfan Andriyanto, yang telah bersama-sama

penulis dalam melakukan penelitian.

6. Ervian Anas, yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis

selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu

saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga skripsi ini

memberi manfaat bagi pembaca.

Bogor, Oktober 2007

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR. ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR. ... v

DAFTAR LAMPIRAN. ... vi

I. PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Tujuan. ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 3

A. Daerah Aliran Sungai... 3

B. Sistem Air dalam DAS... 5

C. Konservasi Sumber Daya Air. ... 6

D. Bendung Kecil. ... 7

III. METODOLOGI... 10

A. Kerangka Pemikiran. ... 10

B. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 11

C. Alat dan Bahan. ... 11

D. Tahapan Penelitian. ... 11

IV. KONDISI UMUM SUB DAS CIOMAS A. Keadaan Biofisik. ... 20

B. Keadaan Sosial Ekonomi... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 20

A. Karakteristik Sub DAS Ciomas... 25

B. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air Sebelum Dibangunnya Bendung Kecil. ... 28

(9)

VI.KESIMPULAN DAN SARAN. ... 38

A. Kesimpulan. ... 38

B. Saran. ... 38

DAFTAR PUSTAKA. ... 39

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Jenis Tanah dan Sifat Fisik Tanah Sub DAS Ciomas. ... 21

Tabel 4.2. Data Populasi Ternak (ekor) Tahun 2007 ... 26

Tabel 5.1. Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Penduduk... 29

Tabel 5.2. Jumlah Industri dan Kebutuhan Air Industri... 29

Tabel 5.3. Kebutuhan Air Pertanian untuk Masing-masing Musim Tanam dalam Satu Tahun ... 30

Tabel 5.4. Kebutuhan Air Ternak... 31

(11)

SKRIPSI

PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN

Oleh: RINI AGUSTINA

F14103007

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departeman Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : RINI AGUSTINA

F14103007

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(13)

Rini Agustina. F14103007. Pemanfaatan Air pada Bendung Kecil di Sub Das Ciomas - DAS Cidanau, Banten. Di bawah bimbingan Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS. 2007

RINGKASAN

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi ketersediaanya tidak selalu sejalan dengan kebutuhannya. Permasalahan air yang umum adalah ketidaksesuaian antara kebutuhan dan pasokan pada waktu dan tempat tertentu. Permasalahan air akan semakin kompleks karena tingkat kebutuhan yang berubah dengan cepat, baik dari segi jumlah maupun mutu, yaitu mengikuti peningkatan jumlah penduduk, industrialisasi, pendapatan, dan konflik antar pengguna, untuk pertanian dan bukan pertanian, serta di daerah perkotaan dan pedesaan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan air adalah dengan pengelolaan sumber daya air yang sesuai dengan kaidah konservasi, yaitu dengan pembangunan bendung kecil. Usaha pembangunan bendung kecil diharapkan berdampak positif dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Kolam bendung akan menyimpan air di musim hujan dan kemudian dimanfaatkan selama musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Melalui pembangunan bendung kecil ini, alokasi sumber daya air lebih efisien, membantu tindakan konservasi tanah, meningkatkan produktivitas lahan, menurunkan debit puncak dan memperpanjang waktu respon DAS.

Sub DAS Ciomas merupakan salah satu dari anak sungai Cidanau. Sub DAS ini memiliki luas wilayah kurang lebih 3.290 ha. Dari analisis Peta Rupa Bumi, jaringan aliran sungai Ciomas sepintas tampak menyerupai percabangan pohon dengan corak alirannya berbentuk kombinasi dengan jumlah orde sebanyak tiga. Kemudian dari analisis peta Sub DAS Ciomas memiliki dua anak sungai yaitu Sungai Ciomas hulu dan Sungai Cibopong yang menjadi calon lokasi dibangunnya bendung kecil dengan masing-masing luasan sebesar 197.3 ha dan 164,7 ha.

Dimensi bendung kecil yang tepat untuk Sub DAS Ciomas yaitu volume tampungan sebesar 5.000 m3 dengan luas genangan 1,5 ha. Kemudian diperoleh volume tampungan untuk sungai Cibopong sebesar 2.275 m3, tinggi bendung 5 m dan panjang bendung 13 m. Untuk sungai Ciomas Hulu, volume tampungan sebesar 2.725 m3, tinggi bendung 6 m dan panjang bendung 13 m.

(14)
(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibolga pada tanggal 1 Agustus 1985 sebagai putri

keempat dari pasangan Mulkan Harahap dan Nurida Nasution. Penulis memiliki

tiga orang kakak dan satu orang adik.

Pada tahun 2000 penulis diterima di Sekolah Menengah Umum Negeri 2

Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Teknologi Pertanian,

Departemen Teknik Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut

Pertanian Bogor (USMI).

Pada tahun 2006 penulis melakukan praktek lapangan selama dua bulan di

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum-Ciliwung dengan

judul praktek lapangan “Mempelajari Pembangunan Areal Model DAS Mikro (MDM) di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung”. Kemudian pada tahun yang sama penulis juga ikut serta dalam kegiatan Program

Kreatifitas Mahasiswa (PKM) pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS)

XIX di Malang, Jawa Timur.

Sebagai salah satu syarat untuk, memperoleh gelar Sarjana Teknologi

Pertanian IPB, penulis melakukan tugas akhir berupa penelitian dengan judul

(16)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departeman Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : RINI AGUSTINA

F14103007

Dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1985 di Sibolga, Sumatera Utara Tanggal Lulus : Oktober 2007

Menyetujui, Bogor, Oktober 2007

Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS Dosen Pembimbing Akademik

Mengetahui

(17)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga

skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang

dilaksanakn penulis pada bulan Februari sampai Juli 2007 dengan judul

Pemanfaatan Air pada Bendung Kecil di Sub Das Ciomas – DAS Cidanau, Banten”.

Terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu

dalam pelaksanaan penelitian mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga

penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama ini.

2. Dr. Ir. H. Sukandi Sukartaatmadja, MS dan Ir. Gardjito, MSc selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan guna kesempurnaan skripsi ini.

3. Mama, Papa, Abang, Kakak-kakak dan Adik, yang selalu memberikan doa

dan menjadi penyemangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Keluarga besar Departemen Teknik Pertanian dan teman-teman di

Laboratorium Teknik Tanah dan Air angkatan 40, atas kebersamaan dan

dukungannya selama ini.

5. Yossy Renggo Wardhani dan Erfan Andriyanto, yang telah bersama-sama

penulis dalam melakukan penelitian.

6. Ervian Anas, yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis

selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu

saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga skripsi ini

memberi manfaat bagi pembaca.

Bogor, Oktober 2007

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR. ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR. ... v

DAFTAR LAMPIRAN. ... vi

I. PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Tujuan. ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 3

A. Daerah Aliran Sungai... 3

B. Sistem Air dalam DAS... 5

C. Konservasi Sumber Daya Air. ... 6

D. Bendung Kecil. ... 7

III. METODOLOGI... 10

A. Kerangka Pemikiran. ... 10

B. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 11

C. Alat dan Bahan. ... 11

D. Tahapan Penelitian. ... 11

IV. KONDISI UMUM SUB DAS CIOMAS A. Keadaan Biofisik. ... 20

B. Keadaan Sosial Ekonomi... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 20

A. Karakteristik Sub DAS Ciomas... 25

B. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air Sebelum Dibangunnya Bendung Kecil. ... 28

(19)

VI.KESIMPULAN DAN SARAN. ... 38

A. Kesimpulan. ... 38

B. Saran. ... 38

DAFTAR PUSTAKA. ... 39

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Jenis Tanah dan Sifat Fisik Tanah Sub DAS Ciomas. ... 21

Tabel 4.2. Data Populasi Ternak (ekor) Tahun 2007 ... 26

Tabel 5.1. Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Penduduk... 29

Tabel 5.2. Jumlah Industri dan Kebutuhan Air Industri... 29

Tabel 5.3. Kebutuhan Air Pertanian untuk Masing-masing Musim Tanam dalam Satu Tahun ... 30

Tabel 5.4. Kebutuhan Air Ternak... 31

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Corak Daerah Aliran Sungai... 4

Gambar 2.2 Sistem Air pada DAS. ... 5

Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Penelitian. ... 19

Gambar 4.1. Sawah di Desa Barugbug, Kecamatan Padarincang... 23

Gambar 4.2. Kolam Ikan untuk Pemancingan di Desa Barugbug Kecamatan Padarincang. ... 24

Gambar 5.1. Penampang Memanjang Sungai Ciomas Hulu. ... 26

Gambar 5.2. Penampang Memanjang Sungai Cibopong... 27

Gambar 5.3. Penampang Melintang Sungai Ciomas... 27

Gambar 5.4. Grafik Ketersediaan Air Rata-rata... 28

Gambar 5.5. Grafik Kebutuhan Air untuk Masing-masing Sektor. ... 32

Gambar 5.6. Neraca Air Saat Itu. ... 32

Gambar 5.7. Hubungan antara Potensi Debit danRealisasi Kebutuhan Air Total... 34

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Batas Sub DAS Ciomas pada DAS Cidanau. ... 41

Lampiran 2. Batas Sub DAS Ciomas. ... 42

Lampiran 3. Tata Guna Lahan Sub DAS Ciomas. ... 43

Lampiran 4. Kecamatan, Desa, dan Kampung di Wilayah

Sub DAS Ciomas... 44

Lampiran 5. Tipe Iklim Menurut Oldeman dalam Hubungan

dengan Pertanian Khususnya Tanaman Pangan. ... 45

Lampiran 6. Data Curah Hujan Periode 2002 – 2006. ... 46

Lampiran 7. Data Debit harian dan Evaporasi Harian

(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis air akhir-akhir ini hampir selalu terjadi setiap tahun di Indonesia.

Umumnya pada musim hujan, banyak daerah dilanda banjir dan juga tanah

longsor karena aliran air permukaan akibat curah hujan yang tinggi tidak tertahan

oleh vegetasi yang memadai. Sementara itu pada musim kemarau terjadi

kekeringan di lahan pertanian maupun di pemukiman karena hampir tidak ada

lagi air yang mengalir dari hulu sungai, cadangan air di waduk relatif sedikit,

serta permukaan air tanah yang semakin dalam.

Permasalahan air yang umum adalah ketidaksesuaian antara kebutuhan

dan pasokan pada waktu dan tempat tertentu. Permasalahan air di negeri ini

menjadi semakin kompleks karena tingkat kebutuhan yang berubah dengan

cepat, baik dari segi jumlah maupun mutu, yaitu mengikuti peningkatan jumlah

penduduk, industrialisasi, pendapatan, dan konflik antar pengguna, untuk

pertanian dan bukan pertanian, serta di daerah perkotaan dan pedesaan. Tekanan

penduduk terhadap lahan juga telah mengakibatkan penurunan kapasitas sumber

air dan faktor penyebab kelangkaan air terutama di pulau Jawa (Pasandaran,

2006). Air merupakan faktor produksi yang tidak dapat disubsitusi, memegang

peranan penting untuk mendukung keberhasilan sistem produksi pertanian,

sehingga air dapat dikategorikan sebagai faktor pembatas produksi pertanian

(Hilman Manan, 2005 dalam Pasandaran., 2006)

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu sistem ekologis atau

ekosistem alamiah yang memiliki unsur-unsur flora, fauna, dan manusia dengan

segala aktivitasnya. Daya tampung alami DAS di Indonesia terus merosot akibat

peningkatan permukaan kedap air, penebangan tanaman permanen dan

intensifnya usaha tani tanaman semusim yang kurang memperhatikan tindakan

konservasi tanah dan air. Rusaknya kondisi DAS bagian hulu pada saat ini

dicirikan dengan besarnya selisih debit air di DAS pada musim kemarau dan

hujan. Kondisi ini dapat terjadi karena hujan yang jatuh di kawasan hulu belum

(24)

Kegiatan perambahan hutan terjadi di kawasan Cidanau hulu, yaitu

pemanfaatan kayu untuk bangunan dan bahan bakar, kemudian lahannya

dijadikan lahan pertanian. Akibat perubahan penggunaan lahan tersebut akan

berpengaruh terhadap kondisi sumber daya air dan aktivitas lain di hilirnya.

Masalah yang perlu mendapat prioritas adalah pemulihan kemampuan

berbagai sumber daya alam yang mengalami degradasi pada DAS Cidanau hulu

tersebut. Konsep pemulihan kemampuan DAS perlu dilihat dalam perspektif

jangka panjang sebagai upaya pemeliharaan kemampuan optimal DAS secara

berlanjut. Salah satu konsep yang perlu diperhatikan adalah membangun

bangunan-bangunan air baik yang meredam pengaruh banjir maupun yang

menahan sedimentasi adalah contoh-contoh yang sering dipraktekkan disamping

pendekatan yang mengutamakan penanaman berbagai vegetasi.

Salah satu upaya pengelolaan air yang dapat dilakukan di DAS Cidanau

bagian hulu adalah dengan pembangunan bendung kecil, yaitu bangunan yang

yang dapat mengendalikan endapan dan aliran air permukaan dari daerah

tangkapan air dibagian hulu serta menstabilkan debit sungai dan juga

meningkatkan permukaan air tanah di bagian hilirnya. Upaya pembangunan

bendung kecil diarahkan terutama pada DAS Cidanau bagian hulu yang juga

dapat dilakukan pada Sub DAS Ciomas bagian hulu yang menjadi salah satu

anak dari DAS Cidanau tersebut untuk meningkatkan daya tampung air hujan

serta membantu tindakan konservasi.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis manfaat bendung kecil pada Sub

DAS Ciomas untuk :

a.Merencanakan pembangunan bendung kecil yang tepat untuk alokasi sumber

daya air di Sub DAS Ciomas

b.Mengetahui dimensi dan volume bendung kecil

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan sebuah kawasan yang dibatasi

oleh pemisah topografi yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah

hujan yang jatuh diatasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau ke laut

(Asdak, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi DAS adalah faktor iklim,

faktor tanah yang meliputi topografi, jenis tanah, geologi, dan morfologi serta

faktor tata guna lahan.

Sub DAS adalah bagian DAS dimana air hujan diterima dan dialirkannya

melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi ke dalam sub-sub

DAS. Sebuah sistem dengan anak-anak sungainya dapat dianggap sebagai

sebuah kesatuan yang disebut ekosistem DAS (Manan, 1979). Dalam membagi

ekosistem DAS, biasanya terbagi atas daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu

berkaitan dengan wilayah konservasi dan rehabiltasi lahan yang seharusnya

terjaga kelestariannya, mempunyai kerapatan drainase yang lebih tinggi,

merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 %. Daerah hilir

cenderung ke arah pemanfaatan dan penggunaan air, baik untuk keperluan air

bersih maupun kebutuhan pertanian, mempunyai kemiringan lereng lebih kecil

dari 8 %. Sedangkan daerah tengah berkaitan dengan infrastruktur dan prasarana

pengairan dan merupakan daerah transisi antara daerah hulu dan daerah hilir.

Komponen biofisik yang berpengaruh dominan terhadap karakteristik dan

ekosistem DAS adalah air hujan. Peranan air hujan berkaitan erat dengan

unsur-unsur yang lain, terutama adalah jenis tanah, tataguna lahan, topografi,

kemiringan lahan dan panjang lereng (Smith, 1995 dalam Pasandaran, 2006).

Oleh karena itu, hujan yang tercurah dalam bentuk runoff di dalam DAS perlu dikelola secara terpadu.

DAS sebagai suatu sistem hidrologi dalam satuan wilayah dapat dikenali

bentuk dan ukuran-ukuran luasnya secara geografis. Bentuk dan ukuran DAS

berbeda antara DAS yang satu dengan DAS lainnya. Robert E. Horton,

mengklasifikasikan sungai berdasarkan tingkat kerumitan anak-anak sungainya.

(26)

mempunyai satu atau lebih anak sungai first order disebut saluran sungai second order. Sebuah sungai dikatakan third order jika sungai itu mempunyai sekurang-kurangnya satu anak sungai second order dan begitu seterusnya. Dengan demikian, semakin besar urutan (orde) maka semakin luas wilayah Sub DAS dan

semakin banyak pula percabangannya.

Sosrodarsono dan Takeda (1977) menyatakan setidaknya ada tiga bentuk

atau corak daerah aliran sungai, diantaranya : berbentuk bulu ayam/burung, kipas

dan kombinasi, seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Laut Laut Laut

Bentuk Bulu Ayam Bentuk Kipas Bentuk Kombinasi

Gambar 2.1. Corak Daerah Aliran Sungai

Sungai dengan corak aliran berbentuk bulu ayam/burung memiliki orde

sungai yang kecil dengan anak cabang kurang dari tiga, topografinya curam,

jalur daerah kiri kanan sungai utama dengan anak-anak sungainya yang mengalir

ke sungai utama, memiliki debit banjir yang kecil tetapi berlangsung lama.

Sungai dengan corak aliran berbentuk kipas orde sungai yang tinggi, biasanya

lebih dari empat dan topografinya landai dari pada bentuk bulu ayam,

mempunyai banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak sungainya. Sungai

yang corak alirannya berbentuk kombinasi memiliki orde sedang antara 3 – 4,

topografinya berbentuk lembah sejajar, memiliki debit banjir yang terakumulasi

dari berbagai arah sungai di bagian hilir, sedangkan di bagian hulu sekuensial

(27)

Evapotranspirasi

Masukan Keluaran :

- Aliran Sungai

Hujan - Sedimen

- Unsur Hara

B. Sistem Air dalam DAS

Sistem air di daerah aliran sungai dapat disederhanakan dalam model

seperti Gambar 2. Respon DAS terhadap hujan terdiri dari respon DAS pada

limpasan langsung (direct runoff) dan pada aliran dasar (baseflow). Berdasarkan gambar tersebut, masukan (input) berupa presipitasi (alami atau buatan) dan keluaran (output) berupa aliran/air beserta sedimen dan unsur hara. Proses yang berpengaruh terhadap pengubahan hujan menjadi runoff yaitu evapotranspirasi, evaporasi, infiltrasi, perkolasi, penampungan aliran/air, perjalanan aliran atau

pemindahan aliran dan gaya gravitasi erosi dan sedimentasi.

Gambar 2.2. Sistem Air pada DAS

Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran air pada DAS (Seyhan, 1975

dalam Ulfanisvatin, 1993) membagi dua kelompok, yaitu:

1. Faktor yang mempengaruhi volume air.

Volume air dalam setahun dipengaruhi oleh faktor :

a. Presipitasi

b. Evapotranspirasi

c. Luas DAS

2. Faktor yang mempengaruhi distribusi aliran air.

Distribusi aliran air dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh faktor :

a. Distribusi spasial dan waktu dari presipitasi.

b. Kondisi geologi (batuan dan pelapisan batuan).

c. Tanah (tekstur, struktur dan kedalaman solum tanah).

d. Penutup lahan.

e. Topografi jaringan alur sungai. Aliran Langsung

(28)

f. Faktor manusia, meliputi pembuatan bangunan air, urbanisasi dan

pengelolaan lahan.

Faktor-faktor presipitasi dan kondisi geologi sangat sulit dikelola untuk

mendapatkan tata air yang baik, sedangkan faktor lainnya dapat diubah melalui

perlakuan tertentu agar diperoleh tata air yang baik melalui pendekatan teknologi

serta pengelolaan yang baik secara terpadu.

Perubahan perilaku puncak aliran air dan hasil sedimen dapat dipelajari

dengan menggunakan parameter hidrologi seperti :

1. Debit aliran (debit puncak, debit minimum, debit rendah dan debit tinggi)

baik besarannya maupun kecenderungannya (volume dan kecepatan aliran).

2. Bentuk dan ukuran hidrograf satuan.

3. Koefisien aliran, ada dua macam koefisien aliran yang dapat digunakan yaitu

koefisien aliran tahunan dan koefisien aliran saat hujan deras (koefisien

aliran puncak).

4. Hasil sedimen, merupakan hasil proses geomorfologi (erosi dan longsor).

5. Unsur-unsur kimia air.

C. Konservasi Sumber Daya Air

Masalah pasokan air dalam DAS tidak lepas hubungannya dengan

keadaan pemanfaatan lahan di hulu DAS yang dianggap sebagai zona produksi

air yang penting bagi keseluruhan DAS. Salah satu dampak negatif dari

kerusakan DAS yang terus berlangsung hingga kini adalah semakin

berkurangnya ketersediaan sumber daya air. Kerusakan DAS telah menyebabkan

kodisi air menurun, baik secara kualitas, kuantitas maupun distribusinya. Untuk

mengatasi kerusakan tersebut, perlu adanya suatu usaha perbaikan dan

pelestarian yang lebih dikenal dengan istilah konservasi.

Pengertian konservasi air timbul karena kelangkaan air dan penyediaan

air yang tidak sesuai dengan kebutuhan para pengguna air. Konservasi air adalah

salah satu usaha untuk memanfaatkan air secara efisien dan pengaturan waktu

aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada

musim kemarau (Arsyad, 2000 dalam Gunawan, 2007). Dalam penerapannya

perlu mempertimbangkan kondisi fisik, sosial, kultural dalam masyarakat, agar

(29)

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (2002 dan 2003) telah

melakukan pendekatan konservasi air melalui penerapan dan pengembangan

channel reservoir (dam parit). Penerapan dam parit secara umum dapat meningkatkan produktivitas tanah dimana areal tanam meningkat demikian juga

intensitas tanam meningkat. Dam parit pada prinsipnya adalah memanen hujan

dan aliran permukaan (water harvesting) yang mengalir karena melebihi daya tampung suatu DAS yang akan digunakan sebagai sumber air irigasi pada musim

kemarau. Fungsi dam parit lainnya, dapat mengurangi banjir atau dapat

mengurangi debit puncak dan memperlambat waktu respon DAS.

Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan air karena persaingan

kebutuhan diberbagai sektor tersebut, diperlukan solusi yang tepat. Pendekatan

konservasi air melalui pembangunan dam penahan merupakan solusi yang

ditawarkan selanjutnya dilanjutkan dengan optimasi penggunaan air dalam arti

pasokan dan distribusi penggunaan air.

D. Bendung Kecil

Hasil penelitian yang dilakukan di Sub DAS Bunder, Wonosari

menunjukkan bahwa dengan pembangunan bendung yang dilakukan secara

bertahap, dapat memperlambat waktu respon DAS dan mengurangi volume debit

puncak. Semakin banyak bendung yang dibangun menyebabkan semakin

lamanya waktu respon dan semakin sedikit volume debit puncaknya. Evolusi

debit puncak yang terukur di outlet Sub DAS dapat diketahui yaitu dengan semakin banyaknya bendung yang dibangun maka semakin lama waktu respon

dan semakin sedikit debit puncak yang terjadi. Kondisi ini menunjukkan bahwa

semakin lama waktu pengisian air tanah dan semakin banyak volume air yang

masuk ke dalam tanah. Sehingga cadangan air tanah meningkat dan dapat

mendukung pola tanam yang ada.

Bendung kecil merupakan bangunan penyimpan air yang dibangun di

daerah depresi yang hanya berukuran kecil (Departemen Pekerjaan umum,

1997). Kolam bendung akan menyimpan air di musim hujan dan kemudian

dimanfaatkan selama musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan pengguna air.

Jumlah kebutuhan tersebut akan menentukan tinggi dan kapasitas tampung

(30)

1. Tinggi tubuh bendung maksimum 10 m untuk tipe urugan, dan 6 m untuk

tipe graviti atau komposit.

2. Kapasitas tampung bendung maksimum 100.000 m3 3. Luas daerah tadah hujan maksimum 100 ha = 1 km2

Dimusim hujan, bendung tidak beroperasi karena air di luar bendung

tersedia cukup banyak. Oleh karena itu, pada setiap akhir musim hujan sangat

diharapkan kolam bendung dapat terisi penuh air sesuai desain. Untuk menjamin

fungsi dan keamanannya, bendung mempunyai beberapa bagian yaitu :

1. Tubuh bendung berfungsi menutup lembah atau cekungan (depresi) sehingga

air dapat tertahan di udiknya.

2. Kolam bendung berfungsi menampung air hujan.

3. Alat sadap berfungsi mengeluarkan air kolam bila diperlukan distribusi,

berupa rangkaian pipa atau saluran terbuka.

4. Saluran pelimpah berfungsi mengalirkan banjir (limpasan) dari kolam ke

lembah untuk mengamankan tubuh bendung terhadap luapan.

Dengan perencanaan pembangunan bendung kecil di Sub DAS Ciomas

ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar dan pengaruhnya terhadap

ketersediaan air (water supply), alokasi sumberdaya air lebih efisien, membantu konservasi tanah dan air, meningkatkan produktivitas lahan, serta untuk

memperlambat waktu respon dan mengurangi volume debit puncak yang

mengakibatkan banjir di hilir Sub DAS. Kemudian, semakin banyak volume air

yang meresap ke dalam tanah maka cadangan air tanah dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat pengguna air.

Pemilihan lokasi sasaran pembangunan bendung kecil hendaknya

mempertimbangkan ketentuan berikut :

1. Dipilih pada daerah yang beralur sempit, kedua sisi lereng relatif curam

sehingga dapat menampung air yang banyak, daerah dangkal yang sedikit

sehingga kehilangan air akibat rembesan dan penguapan kecil.

2. Pemilihan lokasi disesuaikan dengan keperluan, misalnya untuk keperluan

domestik, irigasi kebun pekarangan dan minuman ternak, maka

(31)

Air yang tertampung dalam bendung kecil dimanfaatkan untuk

kepentingan usaha pertanian (tanaman, ikan dan ternak). Pengelolaan air di DAS

bermanfaat untuk menjaga keseimbangan hidrologis di kawasan hulu dan hilir.

Maksud lain dari pengelolaan air di DAS bagian hulu adalah :

1. Merembeskan air ke dalam tanah melalui perkolasi

2. Meningkatkan kelembaban tanah, dan

(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran

Tujuan pengelolaan DAS adalah terkendalinnya hubungan timbal balik

sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar

terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya sumberdaya

alam bagi manusia secara berkelanjutan Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada

suatu bagian DAS tidak hanya mempengaruhi bagian DAS yang bersangkutan

tetapi dapat mempengaruhi bagian DAS yang lain. Untuk itu diperlukan

keterpaduan pengelolaan berbagai sektor dari daerah hulu sampai hilir dengan

mempertimbangkan berbagai kepentingan, kondisi biofisik dan sosial ekonomi

yang ada dalam suatu DAS dalam mencapai tujuan bersama.

Usaha konservasi kawasan hulu pada suatu DAS merupakan langkah

yang harus ditempuh. Konservasi yang dilakukan juga tergantung pada

pengendalian aliran permukaan. Usaha untuk pendekatan konservasi air melalui

pembangunan infrastruktur (bendungan dan channel reservoir) merupakan salah satu solusi yang bijaksana. Pendekatan konservasi air dengan jalan menyediakan

air dipermukaan tanah sebagai sumber air irigasi dengan pembangunan

infrastruktur harus dilaksanakan. Pembangunan bendung kecil merupakan salah

satu usaha konservasi sumberdaya air. Disamping sebagai salah satu metode

konservasi sekaligus dapat meningkatkan ketersediaan air untuk mengatasi

kebutuhan air yang terus meningkat, serta meningkatkan resapan.

Dengan dibangunnya bendung kecil ini akan berdampak langsung

terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat yang mayoritas bergerak

pada sektor pertanian. Kondisi tersebut akan memberikan manfaat bagi

masyarakat. Dengan begitu perlu adanya perbaikan strategi pengembangan

wilayah agar tercipta kondisi yang lebih baik dengan merubah komposisi potensi

lahan yang ada dan dengan mendirikan industri pedesaan sebagai sarana untuk

menyediakan lapangan pekerjaan. Sehingga dalam pembangunan bendung kecil

ini, selain digunakan untuk konservasi maka dapat juga digunakan sebagai

(33)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Sub DAS Ciomas - DAS

Cidanau, Serang – Banten. Pengambilan data dan pengolahan data dimulai dari

bulan Februari 2007 sampai dengan Juli 2007.

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah seperangkat

komputer, alat hitung (kalkulator) dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain :

1. Peta wilayah Sub DAS Ciomas – DAS Cidanau, berupa Peta Rupa Bumi

Indonesia dengan skala 1 : 25.000 yang diperoleh dari Balai Koordinasi

Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) Bogor dengan

nomor-nomor peta 1109-542, 1109-631, dan 1109-631

2. Peta tanah skala 1 : 250.000 yang didapat dari Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat Bogor

3. Data curah hujan harian tahun 2002 - 2006 Sub DAS Ciomas

4. Data debit harian tahun 2002 - 2006 Sub DAS Ciomas

5. Data evapotranspirasi harian tahun 2002 – 2006 Stasiun Klimatologi

Serang – Banten

6. Data kependudukan Sub DAS Ciomas tahun 2007

7. Data kondisi sosial ekonomi Sub DAS Ciomas tahun 2007

D. Tahapan Penelitian 1. Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

memanfaatkan data–data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait

dalam upaya pembangunan daerah (infrastruktur) yang dilakukan di Sub

DAS Ciomas, Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Serang-Banten,

Research Unit Biological and Resources Development (RUBRD)-IPB,

Stasiun Klimatologi Serang-Banten, maupun instansi-instansi terkait dengan

(34)

2. Analisis Sub DAS Ciomas

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam analisis Sub DAS Ciomas

antara lain:

a. Wilayah administrasi dan lokasi Sub DAS Ciomas

b. Kondisi sosial ekonomi meliputi keadaan penduduk, pertanian, industri,

peternakan, perikanan saat ini, dimana terdiri dari data sekunder yang

diperoleh dari Kecamatan Ciomas dan data aktual yaitu yang diperoleh

dari hasil survei dan dianalisis lebih lanjut dalam Andriyanto (2007)

c. Menganalisis penampang sungai yang meliputi penampang memanjang

dan penampang melintang sungai, serta elevasinya untuk menentukan

letak dan posisi bendung kecil

d. Keadaan iklim dan hidrologi Sub DAS Ciomas yang meliputi data iklim

(curah hujan dan evapotranspirasi) dan data debit sungai, dimana terdiri

dari data sekunder yang diperoleh dari Kecamatan Ciomas dan Stasiun

Klimatologi Serang

3. Analisis Kebutuhan Air

Secara umum kebutuhan air di Sub DAS Ciomas terdiri dari lima

sektor, yaitu :

a. Kebutuhan air untuk penduduk

b. Kebutuhan air untuk industri

c. Kebutuhan air untuk pertanian

d. Kebutuhan air untuk peternakan

e. Kebutuhan air untuk perikanan

Semakin meningkatnya kebutuhan sumberdaya air sejalan dengan

peningkatan jumlah penduduk, taraf hidup serta peningkatan proses

industrialisasi.

Estimasi kebutuhan air adalah perkiraan banyaknya air yang

dibutuhkan oleh tanaman, penduduk, industri, peternakan dan perikanan

dalam m3/hari. Data yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan air untuk digunakan dalam neraca air diperoleh dari hasil survei yang kemudian dapat

(35)

4. Neraca Air Berdasarkan Metode Simulasi

a. Ketersediaan air total

Potensi pasokan air dapat diartikan sebagai banyaknya air

berlebih dari hujan yang jatuh kemudian menjadi aliran permukaan (run off)setelah tanah dalam kondisi jenuh. Adanya kondisi tersebut sewaktu-waktu dapat menyebabkan terjadinya debit puncak sehingga dapat

menyebabkan banjir pada musim penghujan dan selain itu dapat

menyebabkan kekeringan pada musim kemarau. Jumlah ketersediaan air

total dapat dihitung dari penjumlahan total air yang tersedia di

tampungan setiap harinya.

b. Analisis Neraca Air

Besarnya air yang tersedia dalam suatu DAS dapat dinyatakan

dalam neraca air. Neraca air dianggap sebagai penjelasan yang rinci dari

hukum kekekalan massa (air), yaitu massa tidak bertambah atau tidak

berkurang tetapi hanya berubah bentuk atau berpindah tempat. Persamaan

hidrologi yang merupakan pernyataan secara sederhana dari hukum

kekekalan massa, dinyatakan pada persamaan 1 (Asdak, 2004) :

Eo = I-O-? s ... (1)

Dimana :

Eo = Evaporasi permukaan air tebuka (m3/detik)

I = Aliran masuk (m3/detik) O = Aliran keluar (m3/detik)

?s = Perubahan terhadap simpanan.

Menurut Dandekar dan Sharma (1991 dalam Gunawan, 2006)

sumber utama dari aliran masuk adalah curah hujan, dan sumber–sumber

aliran keluar adalah aliran permukaan, evaporasi, transpirasi, intersepsi

dan sebagainya. Perubahan simpanan adalah pengaruh dari perubahan

keluaran lengas tanah, simpanan cekungan dan simpanan sementara.

(36)

volume bendung kecil adalah dengan menggunakan metode neraca air

(DWGR-JICA, 1994 dalam Maulani, 2005) :

V1 = V2 + I + (R x A) – E – Sp – KAP – KAI – Etc ... (2)

Dimana :

V1 = Volume air pada bendung kecil diawal periode harian (m3)

V2 = Volume air pada bendung kecil diakhir periode harian (m3)

R = Jumlah curah hujan harian (m)

A = Luas permukaan bendung kecil (m2)

I = Aliran air ke dalam bendung kecil selama periode harian (m3) E = Kehilangan air akibat evapotranspirasi di bendung kecil (m3) Sp = Kehilangan air akibat rembesan selama periode harian (m3) KAP = Kebutuhan air penduduk selama periode harian (m3)

KAI = Kebutuhan air industri selama periode harian (m3)

Etc = Kebutuhan air untuk pertanian selama periode harian (m3) c. Analisis Data Aliran

Data aliran berupa debit yang digunakan adalah data yang

diperoleh dari kantor Kecamatan Ciomas. Curah hujan dan

evapotranspirasi yang digunakan data curah hujan yang terukur di Stasiun

Klimatologi Serang.

d. Analisis Dimensi Bendung Kecil

Besarnya daerah genangan berdasarkan ketersediaan air yang

dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan air dan memperhitungkan

kontur yang ada. Sedangkan dimensi bendungnya meliputi tinggi dan

(37)

Vh = Vi +10 Akt Rj atau Vh = Vj

5. Analisis Neraca Air Berdasarkan Hujan dan Debit Aliran Masuk pada Musim Hujan

a. Ketersediaan Air

Debit aliran masuk ke dalam bendung kecil berasal dari hujan

yang turun di dalam daerah cekungan. Sebagian dari hujan tersebut

menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan yang

turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah (infiltrasi), yang

akan mengisi pori-pori tanah sebagian mengalir menuju dam penahan

sebagai aliran bawah permukaan, sedangkan sisanya mengalir di atas

permukaan tanah (run off). Jika pori tanah sudah mengalami kejenuhan, air akan mengalir masuk ke dalam tampungan air tanah. Gerak air ini

disebut sebagai perkolasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air

tanah mengalir keluar sebagai mata air menuju alur dan disebut aliran

dasar. Sisa dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan, disebut

aliran permukaan, bersama aliran dasar bergerak menuju bendung kecil.

Ketersediaan air dapat dinyatakan sebagai air yang masuk ke

dalam kolam bendung kecil yang terdiri atas dua kelompok, yaitu air

permukaan dari seluruh daerah tadah hujan, dan air hujan efektif yang

langsung jatuh di atas permukaan kolam. Dengan demikian jumlah air

yang masuk ke dalam bendung kecil dapat dinyatakan sebagai berikut :

S S S ... (3)

Dimana :

Vh = Volume air yang dapat mengisi kolam bendung selama

musim hujan (m3)

Vj = Aliran bulanan pada bulan j (m3/bulan)

S Vi = Jumlah aliran total selama musim hujan (m3) Rj = Curah hujan bulanan pada bulan j (mm/bulan)

S Vj = Curah hujan total selama musim hujan (mm), curah hujan

musim kemarau diabaikan

(38)

Vn = Vu + Ve + Vi + Vs

b. Analisis Dimensi Bendung Kecil

1) Kapasitas tampung bendung

Bendung yang akan dibangun harus mampu menampung

penuh air di musim penghujan dan kemudian dioperasikan selama

musim kemarau untuk melayani berbagai kebutuhan, dimana

kapasitas tampung yang diperlukan (Vn) adalah :

..……… (4)

Dimana :

Vn = Kapasitas tampung total yang diperlukan suatu wilayah (m3)

Vu = Volume hidup untuk melayani berbagai kehidupan (m3)

Ve = Jumlah penguapan kolam selama musim kemarau (m3)

Vi = Jumlah resapan melalui dasar, dinding, dan tubuh

bendung selama musim kemarau (m3)

Vs = Ruangan yang disediakan untuk sedimen (m3)

Namun dalam menentukan kapasitas total suatu bendung

harus pula mempertimbangkan volume atau debit air yang tersedia

(Vh) dan kemampuan topografi untuk menampung air (Vp). Apabila

air yang tersedia atau kemampuan topografi kecil, bendung harus

didesain dengan kapasitas yang lebih kecil daripada kebutuhan

maksimum suatu wilayah. Demikian juga untuk memenuhi kebutuhan

maksimum suatu wilayah diperlukan pembangunan lebih dari satu

bendung.

2) Ruang sedimen

Ruang untuk sedimen perlu untuk disediakan di kolam

bendung mengingat daya tampungan kecil, walaupun daerah tadah

hujan disarankan agar ditanami vegetasi (rumput) untuk

mengendalikan erosi. Berdasarkan pengamatan beberapa bendung

yang ada, secara praktis ruang sedimen setinggi 1 m di atas dasar

(39)

masih dapat dimanfaatkan selama masih belum terisi sedimen. Ruang

inilah yang menentukan umur ekonomis bendung tersebut.

3) Jumlah penguapan (Ve)

Di daerah semi kering penguapan dari kolam bendung akan

relatif besar jumlahnya apalagi aliran masuk di musim kering tidak

ada. Dengan demikian jumlah penguapan selama musim kemarau

perlu diperhitungkan dalam penentuan kapasitas atau tinggi bendung.

Penguapan di permukaan kolam bendung dapat dihitung secara

sederhana seperti berikut :

... (5)

Dimana :

Ve = Jumlah penguapan kolam selama musim kemarau (m3)

Akt = Luas permukaan kolam bendung pada setengan tinggi (ha)

Ekt = Penguapan bulanan dimusim kemarau pada bulan ke-t

(mm/bulan)

4) Jumlah resapan (Vi)

Air di dalam kolam bendung akan meresap masuk ke dalam

pori atau rongga dasar dan dinding kolam bendung. Besarnya resapan

secara praktis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

... (6)

Dimana :

R = Jumlah resapan (m3/hari) L = Luas daerah genangan (m2) P = Perkolasi (m/hari)

5) Menentukan kapasitas tampung desain (Vd)

Untuk menentukan atau memilih kapasitas tampung desain

suatu bendung (Vd) harus membandingkan ketiga hal yaitu :

Ve = 10 . Akt . S Ekt

(40)

a) Volume tampungan yang diperlukan (Vn) untuk menyediakan :

- kebutuhan penduduk, pertanian dan industri (Vu) di suatu desa

- volume cadangan untuk kehilangan air karena penguapan (Ve)

dan resapan (Vi)

- ruangan penampung sedimen (Vs) diperkirakan 0.05–0.1 Vu

b) Volume tampungan air yang tersedia musim hujan (Vh)

c) Daya tampung (potensi) selama musim hujan (Vp), yaitu

volume maksimum kolam yang terbentuk karena dibangunnya

suatu bendung.

Dari ketiga besaran tersebut yaitu : Vn, Vh, dan Vp dipilih yang

terkecil sebagai volume/kapasitas tampung desain suatu bendung

(Vd). Bilamana Vh atau Vp yang menentukan, maka kemampuan

bendung yang melayani penduduk akan berkurang yaitu tidak sebesar

yang diperlukan (Vn).

6. Optimasi Pola Tanam

Optimasi pola tanam dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan

air agar jumlahnya tidak melebihi jumlah air yang tersedia atau dapat

dimanfaatkan. Optimasi pola tanam berdasarkan pola tanam sering

digunakan oleh petani yang ada di Sub DAS Ciomas (pada saat ini) dan

untuk perencanaan diprioritaskan tanaman padi sebagai prioritas pertama,

karena dengan pertumbuhan penduduk maka kebutuhan padi akan semakin

meningkat. Dari beberapa pola tanam, dipilih yang paling maksimal dalam

produksi namun sesuai dengan ketersediaan air di Sub DAS Ciomas tersebut

dan komoditas yang dipilih adalah komoditas yang bernilai tinggi yang

nantinya dapat meningkatkan hasil pertanian dan secara otomatis akan

menambah pendapatan masyarakat. Dengan mengolah hasil pertanian

tersebut, maka dapat mengikutsertakan masyarakat sekitar didalamnya,

(41)
[image:41.595.122.502.78.730.2]

Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Penelitian Analisis Neraca Air :

Volume Tampungan, Debit Tersedia, Realisasi Kebutuhan Air, Potensi Debit Sungai

Selesai

Arahan Penggunaan Lahan dengan Pola Tanam

- Delinasi Peta

- Pembuatan Profil Memanjang dan Melintang Sungai

Analisis Letak Bendung Kecil

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kebutuhan Air Penduduk, Pertanian, Industri, Peternakan, Perikanan

Simulasi Pertanian Data Sekunder :

- Data curah hujan - Data debit

- Data evapotranspirasi - Data kependudukan

Input Data : ETo, CH, Debit Input Data :

Peta Dasar Sub DAS Ciomas

Input Data : Data Kependudukan

Mulai

(42)

IV. KONDISI UMUM SUB DAS CIOMAS

A. Keadaan Biofisik

1. Letak dan Luas Sub DAS Ciomas

Sungai Cidanau merupakan sungai utama DAS Cidanau yang

mempunyai sekitar 21 Sub DAS dan semuanya bermuara di Rawa Danau

kemudian airnya mengalir melalui Sungai Cidanau ke laut. Salah satu Sub

DAS tersebut adalah Sub DAS Ciomas yang menjadi daerah penelitian ini.

Berdasarkan delinasi (Up Dating Peta Digital DAS Cidanau) dari Peta Rupa Bumi Indonesia wilayah DAS Cidanau, dapat diketahui bahwa luas

keseluruhan Sub DAS Ciomas kurang lebih 3.290 Ha.

Batas administrasi Sub DAS Ciomas sebelah Utara berbatasan dengan

Kecamatan Pabuaran, sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Karang,

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Padarincang dan Ciomas, sebelah

Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Padarincang. Wilayah Sub

DAS Ciomas sebagian besar hanya melewati dua kecamatan saja yaitu

Kecamatan Ciomas dan Padarincang. Kecamatan Ciomas terdapat sepuluh

desa tetapi yang masuk dalam wilayah Sub DAS Ciomas hanya lima desa.

Pada Kecamatan Padarincang terdapat 13 desa dan yang masuk wilayah Sub

DAS Ciomas hanya dua desa. Dari semua desa-desa tersebut, kemudian dibagi

lagi menjadi beberapa kampung. Keterangan tersebut dapat dilihat pada

Lampiran 3.

2. Iklim

Wilayah Sub DAS Ciomas menurut data fisik yang ada termasuk Tipe

Iklim B2 (Oldeman), dalam hubungan dengan pertanian khususnya tanaman

pangan telah dijabarkan menurut tipe iklim daerahnya pada Lampiran 4.

Memiliki suhu berkisar antara 18o – 32oC dengan pH rata-rata 4,8 – 6. Curah hujan hampir merata sepanjang tahun, rata-rata curah hujan lima tahun

(43)

4. Jenis Tanah

Sebagian Kecamatan Ciomas dan Padarincang adalah yang menjadi

wilayah Sub DAS Ciomas. Berdasarkan analisis Peta Tanah yang didapatkan

dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor serta Forum Komunikasi

DAS Cidanau (2007) dapat diketahui bahwa pada kedua kecamatan tersebut

memiliki dua jenis tanah yaitu Latosol Coklat, Latosol Coklat Kemerahan dan

Regosol Kelabu Kekuningan. Pada Tabel 4.1 menyajikan jenis tanah dan sifat

[image:43.595.137.510.283.537.2]

fisik jenis tanah tersebut.

Tabel 4.1. Jenis Tanah dan Sifat Fisik Tanah Sub DAS Ciomas

No Jenis Tanah Sifat Fisik Tanah

1. Regosol

Tanah ini bertekstur kasar, bahan induknya dari

batuan vulkanik atau reduksial, karena

teksturnya kasar maka daya untuk menyimpan

air kecil.

2. Latosol

Tanah ini mempunyai solum dangkal sampai

dalam, warna tanah kuning sampai coklat.

Bahan induk vulkan atau plutonik, bersifat

intermidier sampai biasa. Pada umumnya kesuburan tanahnya rendah sampai sedang

sehingga tidak mudah tererosi dan tidak mudah

longsor.

Sumber: Forum Komunikasi DAS Cidanau (2007)

Jenis tanah Regosol dapat dijumpai sekitar daerah pegunungan,

tepatnya di dataran rendah kaki bukit sedangkan jenis tanah Latosol dapat

dijumpai pada bentuk lahan dengan topografi mulai dari bergelombang,

berombak, berbukit sampai bergunung (Lembaga Penelitian Tanah, 1969

(44)

B. Keadaan Sosial Ekonomi 1.Keadaan Penduduk

Data kependudukan wilayah Sub DAS Ciomas yang digunakan

diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Kecamatan

Ciomas dan Padarincang (Mei, 2007) yang meliputi jumlah penduduk yang

dibagi berdasarkan tiga kelas yaitu kelas rendah, menengah, dan tinggi

(Andriyanto, 2007). Jumlah keseluruhan penduduk di wilayah Sub DAS

Ciomas sampai tahun 2007 adalah 28.357 jiwa. Untuk kelas rendah berjumlah

9.471 jiwa atau sekitar 33% dari total jumlah penduduk, untuk kelas

menengah berjumlah 17.468 jiwa atau sekitar 62% dari total jumlah

penduduk, dan untuk kelas tinggi berjumlah 1.418 jiwa atau sekitar 5% dari

total jumlah penduduk.

2.Keadaan Industri

Sektor industri di kawasan Sub DAS Ciomas masih sedikit jumlahnya,

dikarenakan sebagian penduduknya bermatapencaharian sebagai petani.

Jumlah industri pada tahun 2006 tergolong masih rendah, tidak ada industri

besar yang berkembang. Untuk industri berskala sedang hanya terdapat satu

saja yaitu perusahaan pengolahan air minum dalam kemasan yang berada di

Kecamatan Padarincang dan untuk industri berskala kecil berkembang cukup

banyak, yaitu sekitar 844 buah yang tersebar di Kecamatan Ciomas dan

Padarincang (Serang dalam Angka, 2005).

3.Keadaan Pertanian dan Perkebunan

Kegiatan ekonomi masyarakat wilayah Sub DAS Ciomas,sebagian

besar bergerak pada sektor pertanian yaitu terdiri dari penanaman padi dan

palawija, hortikultura, perkebunan rakyat, dan hutan rakyat. Berdasarkan

analisis Peta Rupa Bumi DAS Cidanau, khususnya Sub DAS Ciomas, luas

sawah yang berada pada Sub DAS Ciomas secara keseluruhan kurang lebih

683,09 Ha, yang sebagian besar adalah sawah irigasi (650,4 Ha) dan sisanya

adalah sawah tadah hujan (32,69 Ha). Pada Gambar 4.1 merupakan salah satu

kegiatan pertanian yaitu padi sawah yang terdapat di Desa Barugbug,

(45)

irigasi di daerah tersebut berasal dari sungai Ciomas tersebut. Untuk kegiatan

perkebunan, komoditas yang biasa ditanam pada Sub DAS Ciomas antara lain

[image:45.595.171.474.166.366.2]

adalah kelapa, kopi, cengkeh, lada dan nilam.

Gambar 4.1. Sawah di Desa Barugbug, Kecamatan Padarincang

4.Keadaan Peternakan

Sektor peternakan yang ada di wilayah Sub DAS Ciomas cukup

bervariasi jenis dan jumlahnya, namun kebanyakan dalam skala

kecil/peternakan rakyat antara lain yang dikembangkan adalah peternakan

kerbau, kambing, domba, itik, dan itik manila. Sedangkan peternakan dalam

skala besar yang dikembangkan adalah ayam (buras ataupun ras). Berikut

dapat dilihat data populasi ternak pada tahun 2007 di wilayah Sub DAS

Ciomas.

Tabel 4.2. Data Populasi Ternak (ekor) Tahun 2007

No Kecamatan Kerbau Kambing Domba Itik Itik

Manila

Ayam

Buras

Ayam

Ras

1 Ciomas 124 1484 858 264 408 7822 12000

2 Padarincang 147 186 0 115 0 2903 23077

[image:45.595.134.545.608.693.2]
(46)

5.Keadaan Perikanan

Sektor perikanan pada kawasan Sub DAS Ciomas ini sebagian besar

ditujukan untuk sektor komersial, misalnya untuk pemancingan. Berdasarkan

hasil survei pada tahun 2007, kolam pemancingan yang digunakan adalah tipe

kolam untuk pembesaran ikan dengan volume kolam 90.000 liter yang

berukuran 10 x 10 x 0.9 m. Berikut adalah salah satu contoh kolam

[image:46.595.170.477.253.455.2]

pemancingan yang ada pada Kecamatan Padarincang yaitu di desa Barugbug.

(47)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Sub DAS Ciomas 1. Topografi

Berdasarkan data dari kantor kecamatan setempat, diketahui bahwa

ketinggian Sub DAS Ciomas berkisar antara 230 m sampai dengan 650 m

diatas permukaan laut. Karakteristik aliran suatu DAS diperkirakan

berdasarkan morfometri DAS yang bersangkutan. Morfometri DAS atau

karakteristik fisik DAS kajian diuraikan antara lain panjang sungai utama,

panjang sungai tingkat 1, 2 dan seterusnya, kemiringan alur sungai utama,

ketinggian DAS, kemiringan lereng DAS, kerapatan darinase (darinage density), serta debit aliran dari stasiun pengukuran debit (AWLR). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara umum hubungan antara

karakteristik aliran dan karakteristik fisik DAS pada suatu Sub DAS kajian.

Dari analisis Peta Rupa Bumi DAS Cidanau, jaringan aliran sungai

Ciomas sepintas tampak menyerupai percabangan pohon dengan corak

alirannya berbentuk kombinasi dengan jumlah orde sebanyak tiga. Kemudian

dari analisis peta tersebut diperoleh dua calon lokasi dibangunnya bendung

kecil yang berada di bagian hulu Sub DAS Ciomas yaitu Sungai Ciomas hulu

dan Sungai Cibopong. Kemudian diketahui bahwa panjang sungai Ciomas

hulu ± 3,75 km, sedangkan panjang sungai Cibopong ± 3.46 km. Kerapatan

drainase sungai Ciomas hulu ± 1.69 km/km2, sedangkan kerapatan drainase sungai Cibopong ± 1.499 km/km2. Jika kerapatan drainase kecil, berarti drainase kurang baik, percabangan/anak sungai sedikit, luas DAS kecil dan

daerah tangkapan hujan kecil.

Bendung kecil diarahkan terutama pada Sub DAS Ciomas bagian hulu

merupakan daerah tangkapan air dan pada kawasan tersebut perlu diberikan

perlindungan konservasi lahan, penampungan air dan pengendalian aliran

anak-anak sungai. Ketentuan lain untuk menentukan lokasi sasaran

pembangunan bendung kecil antara lain dicari lokasi dengan topografi

bergelombang pada daerah bagian hulu tersebut. Dipilih daerah yang beralur

(48)

0 100 200 300 400 500 600 700

0 125 250 500 750 1000 1125 1250 1750 2000 2125 2375 2625 3000 3375 3500

Jarak (m)

E

le

v

a

s

i

(m

)

2. Penampang Sungai

Analisis penampang sungai dilakukan dengan menggambarkan

penampang memanjang dan penampang melintang sungai, yang diukur

berdasarkan garis kontur sungai Ciomas. Penampang memanjang sungai

diukur untuk mengetahui lokasi yang sesuai untuk pembuatanbendung kecil,

sedangkan penampang melintang sungai dibuat untuk mengetahui seberapa

besar potensi luas daerah genangannnnya.

Untuk penampang memanjang sungai Ciomas Hulu dapat dilihat pada

Gambar 5.1. Dari gambar diperoleh informasi bahwa elevasi tertinggi sungai

berada pada 625 m dan elevasi terendah sungai pada 252.5 m. Kemudian

pemilihan lokasi pembangunan bendung kecil adalah tempat–tempat yang

cukup landai dan tidak berada di dekat outlet sungai. Letak yang mungkin untuk dibangunnya bendung kecil yaitu pada jarak ± 2000 m dari hulu dengan

[image:48.595.132.510.387.590.2]

elevasi 362.5 m.

Gambar 5.1. Penampang Memanjang Sungai Ciomas Hulu

Kemudian untuk penampang memanjang sungai Cibopong dapat

dilihat pada Gambar 5.2 . Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa elevasi

tertinggi sungai berada pada 700 m dan elevasi terendah sungai pada 259.5 m.

Letak yang mungkin untuk dibangunnya bendung kecil yaitu pada jarak ±

2250 m dari hulu dengan elevasi 360.5 m.

Elevasi bendung kecil Elevasi tertinggi sungai

(49)

0 100 200 300 400 500 600 700 800

0

125 250 375 500 625 637,

5

750 875 1000 1500 1875 2250 2375 2500 3000 3125 3250 3375 Jarak (m)

E

le

v

a

s

i

(m

)

[image:49.595.132.513.84.292.2]

Gambar 5.2. Penampang Memanjang Sungai Cibopong

Beberapa titik pada penampang memanjang dapat digambarkan untuk

mendapatkan penampang melintang yang sempit sehingga dapat

meminimalisasi pengerjaan pembuatan bendung kecil. Berikut ini disajikan

gambar penampang melintang sungai Ciomas yang debitnya memungkinkan

untuk pembuatan bendung kecil yang diperoleh dari hasil analisis penelitian

sebelumnya, dimana penampang melintang sungai yang diperoleh merupakan

penampang melintang rata-rata yang dimaksudkan untuk mendekati lebar

penampang sebenarnya. Data tersebut bersumber dari masterplan DAS Cidanau. Penampang melintang tersebut dipergunakan untuk memperkirakan

potensi luas daerah genangan pada sungai Ciomas Hulu dan sungai Cibopong.

Gambar 5.3. Penampang Melintang Sungai Ciomas

Elevasi terendah sungai

Elevasi bendung kecil Elevasi tertinggi sungai

[image:49.595.172.484.560.733.2]
(50)

0 50000000 100000000 150000000 200000000 250000000

0 100 200 300 400

Hari

ke-J

u

m

la

h

K

e

te

rs

e

d

ia

a

n

A

ir

(l

it

e

r/

h

a

ri

)

Ketersediaan Air C. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air Sebelum Dibangunnya Bendung

Kecil

1.Ketersediaan Air

Ketersediaan air pada Sub DAS Ciomas merupakan ketersediaan air

yang ada pada kondisi saat itu, yaitu debit sungai rata-rata selama lima tahun

yang diperoleh dari BPSDA Serang. Berikut adalah grafik ketersediaan air

yang didapat dari hasil perhitungan penelitian sebelumnya (dalam Andriyanto,

[image:50.595.130.510.242.450.2]

2007) yang sajikan dalam Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Grafik Ketersediaan Air Rata-rata

2.Kebutuhan Air

Kebutuhan air pada Sub DAS Ciomas merupakan kebutuhan air yang

ada pada kondisi saat itu. Perhitungan kebutuhan air dilakukan dengan

menggunakan data-data kondisi saat ini yang ada di Sub DAS Ciomas.

Kebutuhan air kawasan secara keseluruhan didapatkan dari total kebutuhan air

dari beberapa sektor, antara lain sektor pertanian, penduduk, industri,

peternakan dan perikanan.

Dengan menggunakan model kebutuhan air kawasan dan koefisien

kebutuhan air yang yang didapatkan dari laporan penelitian alokasi air

BPSDA Ciliwung-Cisadane 2006, telah dilakukan perhitungan kebutuhan air

(51)

a.Kebutuhan Air Pemukiman

Kebutuhan air untuk penduduk wilayah Sub DAS Ciomas

tergantung pada setiap kelas sosialnya, penduduk dengan kelas sosial tinggi

sebanyak 5 %, menengah 62 %, dan rendah 33 % (Serang dalam Angka,

2006). Berikut disajikan jumlah penduduk dan kebutuhan air penduduk

pada masing-masing kelas sosialnya.

Tabel 5.1. Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Penduduk

No Kelas

Sosial

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kebutuhan Air Dasar (liter/hari)

k Total

Kebutuhan Air (liter/ hari)

1 Tinggi 1.418 60 1,5 127.620

2 Menengah 17.468 60 1,2 1.257.696

3 Rendah 9.471 60 0,5 248.130

Sumber : Andriyanto, 2007

b.Kebutuhan Air Industri

Kebutuhan air untuk kegiatan industri di wilayah Sub DAS Ciomas

berbeda-beda tergantung pada jenis industrinya. Perhitungan kebutuhan air

industri untuk Sub DAS Ciomas dilakukan dengan menggunakan model

kebutuhan air dan koefisien kebutuhan air industri untuk pedesaan

(Apriliawati, 2005). Pada Tabel 5.2 disajikan jumlah industri dan kebutuhan

air industri pada tiap-tiap jenis industri.

Tabel 5.2. Jumlah Industri dan Kebutuhan Air Industri

No Jenis

Industri

Jumlah Industri

( unit )

Kebutuhan Air Dasar (liter/hari)

k

Total Kebutuhan Air (liter/ unit/ hari)

1 Besar 0 500 8,6 0

2 Sedang 1 500 1,6 800

3 Kecil 844 500 0,4 168.800

(52)

c.Kebutuhan Air Pertanian

Kebutuhan air untuk pertanian pada saat itu di wilayah Sub DAS

Ciomas sangat dipengaruhi oleh pola tanam. Ada dua macam pola tanam

yang diterapkan oleh petani setempat yaitu Padi-Padi-Sayuran seluas

416,27 ha atau kurang lebih 64 % dari luas sawah total, dan pola tanam

Padi-Palawija-Sayuran seluas 234,14 ha atau kurang lebih 36 % dari total

luas sawah di wilayah Sub DAS Ciomas.

Kebutuhan air pertanian sendiri tergantung pada curah hujan efektif,

kebutuhan air tanaman, perkolasi dan efisiensi irigasi. Perkolasi untuk

tanaman padi sebesar 3 mm/hari, sedangkan untuk tanaman palawija dan

sayuran tidak memperhitungkan perkolasi. Nilai koefisien tanaman untuk

palawija rata-rata untuk setiap setengah bulannya adalah 0.5; 0.7; 0.95; 1.0;

0.95; dan 0.9. (Doorenbos dan Pruit, 1977 dalam Maulani, 2005). Efisiensi

irigasi diasumsikan sebesar 70 %. Kebutuhan air pertanian untuk

[image:52.595.144.511.443.569.2]

masing-masing musim tanam dalam satu tahun disajikan dalam Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Kebutuhan Air Pertanian untuk Masing-masing Musim Tanam dalam Satu Tahun

Musim Tanam

KA Total Pola Tanam

Pertama (liter/musim)

KA Rata-rata (liter/hari)

KA Total

Pola Tanam

Kedua (liter/musim)

KA Rata-rata (liter/hari)

1 415.390.501 34.615.875 1.933.196.933 15.717.048

2 3.565.575.973 28.988.423 4.663.302.234 9.246.017

3 3.724.495.311 30.528.650 5.735.512.942 17.294.487

Sumber : Andriyanto, 2007

d.Kebutuhan Air Peternakan

Tingkat kebutuhan air untuk peternakan setiap harinya berbeda-beda

tergantung jenis ternaknya. Ternak tersebut antara lain kerbau, kambing,

domba, itik, itik manila, ayam buras, dan ayam ras. Setiap jenis ternak

memiliki tingkat kebutuhan air tersendiri setiap harinya. Pada Tabel 5.4.

(53)
[image:53.595.142.511.103.245.2]

Tabel 5.4. Kebutuhan Air Ternak

Jenis Ternak

Jumlah (ekor)

k KAD

(liter/ekor/hari)

KAT (liter/hari)

Kerbau 271 4,70 15 19.106

Domba 858 1,00 15 12.870

Kambing 1.670 1,00 15 25.050

Ayam 45.802 0,07 15 48.092

Itik 787 0,10 15 1.181

Sumber : Andriyanto, 2007

e.Kebutuhan Air Perikanan

Sektor perikanan di Sub DAS Ciomas kebanyakan berupa

kolam-kolam pemancingan, jenis i

Gambar

Gambar 2.1. Corak Daerah Aliran Sungai
Gambar 2.2. Sistem Air pada DAS
Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Penelitian
Tabel 4.1. Jenis Tanah dan Sifat Fisik Tanah Sub DAS Ciomas
+7

Referensi

Dokumen terkait

05" Kerusakan Hulu Daerah Aliran Sungai Citanduy dan Akibatnya di Hilir (Studi Penilaian Ekonomi di Sub DAS Citanduy Hulu Jawa baratdan Sub DAS Segara Anakan Jawa Tengah).

Penurunan respon hidrologi pada Sub DAS Cisadane Hulu disebabkan oleh terjadinya perubahan tutupan lahan dari lahan yang memiliki vegetasi terutama hutan menjadi

aliran sungai sehingga diperoleh suatu jumlah tampungan teftentu.. Bendung dapat dibangun dari bahan

Hasil pengukuran debit aliran pada outlet pengamatan di Sub DAS Sengarit bagian hulu dan hilir selama 5 hari dapat di lihat pada tabel 4, di mana pada outlet pengamatan bagian

Pipa PVC φ 6” atau sesuai kebutuhan yang berfungsi sebagai penyadap atau pengambilan air dari bendung dipasang pada tubuh bendung sebelah hulu kiri atau kanan dengan posisi berjarak

Apabila ada kegiatan di suatu sub DAS hulu maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air di bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas.Hal

A. Sub Das Cisadane Hulu merupakan daerah aliran sungai yang paling hulu dari sungai Cisadane yang mengalir dari Gunung Pangrango ke arah barat laut dan dari

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Pemanfaatan Capung (Odonata) Sebagai Bioindikator Pencemaran Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu Kota Batu” adalah bagian