• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediksi Kebutuhan Air Sektor di Kawasan DAS Cidanau Hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prediksi Kebutuhan Air Sektor di Kawasan DAS Cidanau Hulu"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI KEBUTUHAN AIR SEKTOR DI KAWASAN

DAS CIDANAU HULU

RINGGIT RESTU WIANTI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prediksi Kebutuhan Air Sektor Di Kawasan DAS Cidanau Hulu adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Ringgit Restu Wianti

(4)

ABSTRAK

RINGGIT RESTU WIANTI. Prediksi Kebutuhan Air Sektor di Kawasan DAS Cidanau Hulu. Dibimbing oleh M. YANUAR JARWADI PURWANTO.

Air merupakan kebutuhan paling penting bagi kehidupan, baik kebutuhan sektor domestik, industri, pertanian maupun peternakan. Cidanau hulu merupakan salah satu kawasan yang memiliki jumlah penduduk sejak lama dan telah berkembang menjadi kawasan pemukiman pedesaan yang padat. Selama ini ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air baku berasal dari sumber air di DAS Cidanau. Perkembangan wilayah hulu tersebut semakin pesat dengan berkembangnya sektor ekonomi dan penduduk. Maka dari itu tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan air kawasan di wilayah DAS Cidanau yaitu Kecamatan Cinangka, Padarincang dan Ciomas, serta memprediksi kebutuhan air di wilayah tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebutuhan air pada setiap sektor di wilayah DAS Cidanau hulu dan memberikan informasi tentang kebutuhan air di wilayah tersebut yang akan datang, sehingga dapat mendorong keterpaduan antara pembangunan dan pengelolaan air. Data yang diperlukan yaitu data Kota Cilegon dalam angka tahun 2005, 2008, dan 2011. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air di kawasan DAS Cidanau hulu pada tahun 2005 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan wilayah. Pada tahun 2050 kebutuhan air agar tercapai swasembada pangan adalah sebesar 2,1 m3/detik. Kata kunci: Cidanau, Daerah Aliran Sungai (DAS), kebutuhan air

ABSTRACT

RINGGIT RESTU WIANTI. Prediction Of Water Requirement Sector in Upstream of Cidanau Watershed. Supervised by M. YANUAR JARWADI PURWANTO.

Water is the most important thing for life, including domestic, industry, agriculture, and animal husbandry . Upstream of Cidanau watershed is a region that has a population that is growing increasingly rapidly. During this time, the availability of water for the fulfillment of raw water needs derived from Cidanau River. The development of the upstream region increase progressively with the growing of economic and population sector. Therefore, the goal of this research is to analyze the water requirement in the region of Cidanau watershed that is Sub-district Cinangka, Padarincang and Ciomas, and also to predict the water needs in the region. This research is expected to provide information about the water requirement on every sector in the upstream region of Cidanau watershed and provide information about the water requirement in the region that will come, so that it can encourage the balance between development and water management. The necessary data are data in Cilegon city figures in 2005, 2008, and 2011. Based on the calculation, it can be concluded that water requirement in the upstream region of Cidanau watershed in 2005 until 2011 has increased with the teritory. In 2050 water requirement in order to achieve food self-sufficiency is at 2.1 m3/second.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

PREDIKSI KEBUTUHAN AIR SEKTOR DI KAWASAN

DAS CIDANAU HULU

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(7)
(8)

Judul Skripsi : Prediksi Kebutuhan Air Sektor di Kawasan DAS Cidanau Hulu Nama : Ringgit Restu Wianti

NIM : F44090040

Bogor, September 2013 Disetujui,

Pembimbing Akademik

Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto, M.S., IPM NIP. 19590425 198303 1 002

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari-Juni 2013 dengan judul Prediksi Kebutuhan Air Sektor di Kawasan DAS Cidanau Hulu.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu Dr.Ir. M. Yanuar J. Purwanto, M.S., IPM selaku dosen pembimbing akademik, kedua orang tua penulis dan rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan Angkatan 2009.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga ide yang disampaikan dalam skripsi ini dapat tersampaikan dengan baik dan memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2013

(10)

DAFTAR ISI

PRAKATA i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

DAS Cidanau 8

Kebutuhan Air Penduduk 9

Kebutuhan Air Industri 10

Kebutuhan Air Pertanian 12

Kebutuhan Air Peternakan 13

Total Kebutuhan Air dan Kebutuhan Prediksi di Masa Yang Akan Datang 15

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(11)

DAFTAR TABEL

1 Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan

Jumlah Penduduk 4

2 Standar Kebutuhan Air yang Digunakan dalam Penelitian 6

3 Koefisien dan Standar Kebutuhan Air 7

4 Skenario kebutuhan hidup masyarakat 15

DAFTAR GAMBAR

1 Peta DAS Cidanau 8

2 Kebutuhan air aktual penduduk 9

3 Prediksi jumlah penduduk hingga tahun 2050 10

4 Kebutuhan air aktual industri 10

5 Prediksi jumlah industri hingga tahun 2050 11

6 Kebutuhan air aktual pertanian 12

7 Prediksi luas lahan pertanian hingga tahun 2050 13

8 Kebutuhan air aktual peternakan 14

9 Prediksi jumlah hewan ternak hingga tahun 2050 14

10 Kebutuhan air swasembada daging 16

11 Kebutuhan air swasembada beras 17

12 Kebutuhan air swasembada daging dan beras 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah keluarga di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas 21 2 Jumlah Industri di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas 22 3 Jumlah lahan pertanian dan kebutuhan air di Kecamatan Cinangka

Padarincang, dan Ciomas 23

4 Jumlah hewan ternak dan kebutuhan air di Kecamatan Cinangka

Padarincang, dan Ciomas 24

5 Jumlah prediksi kebutuhan air penduduk di Kecamatan Cinangka

Padarincang, dan Ciomas 26

6 Jumlah prediksi kebutuhan air industri di Kecamatan Cinangka

Padarincang, dan Ciomas 27

7 Jumlah prediksi kebutuhan air pertanian di Kecamatan Cinangka

Padarincang, dan Ciomas 28

8 Jumlah prediksi hewan ternak di Kecamatan Cinangka Padarincang,

dan Ciomas 29

9 Jumlah prediksi kebutuhan air swasembada daging di Kecamatan

Cinangka Padarincang, dan Ciomas 30

10 Jumlah prediksi kebutuhan air swasembada beras di Kecamatan

(12)

11 Jumlah prediksi kebutuhan air swasembada daging dan beras di

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi kehidupan, baik kebutuhan sektor domestik, industri, pertanian maupun peternakan. Kebutuhan akan air bersih masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Kebutuhan manusia akan air bersih mencakup kebutuhan domestik (memasak, mencuci, mandi, dan lainnya) dan kebutuhan non domestik seperti pertanian, peternakan, industri, dan untuk sosial. Kebutuhan air yang dikonsumsi oleh masing – masing pemakaipun berbeda – beda. Beberapa faktor yang mendorong adanya perbedaan tingkat pemakaian air tersebut yaitu iklim, jumlah penduduk, pembangunan, ekonomi, kualitas air baku, dan konservasi air. Sumber air baku yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik dapat dibagi menjadi dua, yaitu air permukaan dan airtanah. Air permukaan dapat bersumber dari sungai, danau, dan air hujan.

Air sungai dimulai dari daerah yang lebih tinggi di kawasan pegunungan atau perbukitan dan berakhir di kawasan pesisir atau tepi pantai. Daerah tempat aliran sungai berawal disebut sebagai daerah hulu sungai, dan daerah tempat aliran sungai berakhir disebut sebagai daerah hilir. Pada dasarnya pembangunan wilayah khususnya di negara berkembang seperti Indonesia merupakan suatu proses yang meliputi perubahan struktur ekonomi, sosial, fisik wilayah, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup. Pembangunan wilayah di daerah hulu akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan air di hulu sungai, untuk itu perlu adanya prediksi kebutuhan air yang akan datang agar kebutuhan air dapat terus terpenuhi.

Pembangunan dikatakan berhasil apabila pengelolaan sumber daya alam dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia dengan keseimbangan dan kelestarian alam yang dapat dijaga. Sumber daya alam mempunyai daya dukung yang terbatas, oleh karena itu dalam pemanfaatannya untuk kepentingan manusia harus arif dan memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan yaitu prinsip yanng memperhatikan konservasi sumberdaya lahan, air, dan sumber daya genetik baik tanaman maupun hewan sehingga tidak menimbulkan kerusakan mutu lingkungan hidup (Adhisyah 2003).

Cidanau hulu merupakan salah satu kawasan yang memiliki jumlah penduduk sejak lama dan telah berkembang menjadi kawasan pemukiman pedesaan yang padat. Selama ini ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air baku berasal dari sumber air di DAS Cidanau. Perkembangan wilayah hulu tersebut semakin pesat dengan berkembangnya sektor ekonomi dan penduduk. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku di Kawasan DAS Cidanau Hulu yang dari tahun ke tahun semakin meningkat maka diperlukan ketersediaan air yang cukup dan mempunyai kualitas yang memadai. Salah satu sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku yaitu berasal dari sumber air Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau.

(14)

2

berbagai sektor, yaitu industri, kebutuhan domestik, pertanian, peternakan, dan perikanan. Perkembangan wilayah di hulu dan hilir DAS Cidanau mengalami peningkatan sehingga dapat meningkatkan kebutuhan air di hulu dan hilir DAS Cidanau. Agar pemanfaatan air pada DAS Cidanau dapat dimanfaatkan secara efisien, maka perlu adanya pengelolaan sumberdaya air terpadu agar air di DAS Cidanau dapat dimanfaatkan tidak hanya di hilir sungai, tapi di hulu sungai pun dapat dimanfaatkan dengan baik. Pengelolaan sumberdaya air terpadu merupakan suatu proses yang mendorong keterpaduan antara pembangunan dan pengelolaan air, tanah, dan sumber daya lainnya, dengan tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial ekonomi dan memperhatikan keberlanjutan ekosistem.

Perumusan Masalah

Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup. Dalam melakukan kegiatan sehari – hari setiap makhluk hidup di bumi tidak dapat terlepas dari kebutuhannya akan air. Seiring dengan perkembangan jaman peningkatan kebutuhan air semakin besar. Hal ini diakibatkan karena pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi beberapa faktor yaitu pertumbuhan industri, ternak, pertanian, dan perikanan. Sebagai dasar kehidupan, keberadaan air sangat penting, sehingga diperlukan pengelolaan sumber daya air terpadu agar kebutuhan air dapat dimanfaatkan secara efisien dan merata.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis kebutuhan air kawasan di wilayah DAS Cidanau yaitu Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas.

2. Memprediksi kebutuhan air di Kecamatan Cinangka, padarincang, dan Ciomas pada masa yang akan datang.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini:

1. Memberikan informasi mengenai kebutuhan air pada setiap sektor di wilayah DAS Cidanau Hulu.

2. Memberikan informasi kebutuhan air di wilayah DAS Cidanau Hulu pada masa yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini:

1. Penelitian dilakukan di DAS Cidanau hulu yaitu pada Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas.

(15)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak- anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan (UU No. 7 Tahun 2004). Suatu DAS dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Bagian hulu berfungsi sebagai konservasi yang dikelola untuk memepertahankan kondisi lingkungan DAS. Bagian tengah dan hilir berfungsi untuk pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi.

DAS sebagai suatu sistem hidrologi dalam suatu wilayah dapat dikenali bentuk dan ukuran – ukuran luasnya secara geografis. Bentuk dan ukuran DAS berbeda antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya. DAS merupakan kumpulan dari Sub DAS yang lebih kecil, tergantung pada pola jaringan aliran sungai yang ada (Andriyanto 2007).

Pengelolaan Sumber Daya Air

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, setiap Wilayah Sungai diharuskan memiliki Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air yang merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, menguraikan mengenai 5 (lima) aspek dalam pengelolaan sumber daya air, yaitu Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, Pengendalian Daya Rusak Air, Sistem Informasi Sumber Daya Air serta Pemberdayaan Masyarakat (Stakeholders). Dalam 20 tahun ke depan, Pengelolaan SDA diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara pelaksanaan konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air.

Dengan berlakunya UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tersebut, maka tahapan pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah sebagai berikut, sebelum dilakukannya penyusunan Rencana Induk (master plane) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, terlebih dahulu perlu dilakukan penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang berisi :

1. Tujuan umum pengelolaan sumber daya air 2. Dasar – dasar pengelolaan sumber daya air 3. Prioritas dan strategi dalam mencapai tujuan

(16)

4

Pada dasarnya DAS berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap hujan dan pengalir air. Sedangkan ditinjau dari wilayahnya DAS dapat terdiri dari tiga bagian yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir. Pengelolaan DAS merupakan ilmu terapan untuk perlindungan, perbaikan, dan pengembangan DAS. Pengembangan DAS adalah rangkaian upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memanfaatkan sumber daya alami DAS, guna memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup manusia (Adhisyah 2003)

Kebutuhan Air Kawasan

Air merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia. Hampir seluruh kegiatan manusia membutuhkan air, kebutuhan air itu sendiri bervariasi sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Kebutuhan air bagi masing – masing orang tidak sama, hal ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah tingkat sosial, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, dan letak geografis. Kebutuhan dasar air pada tiap individu, digunakan untuk memenuhi keperluan, minum, masak, mencuci, dan lain – lain (Andriyanto 2007). Tabel 1 Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan

Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Jenis Kota Jumlah Kebutuhan Air (l/org/hari) >2.000.000 Metropolitan >210

1.000.000 – 2.000.000 Metropolitan 150 – 210 Pengairan dan Irigasi Bappenas, 2006.

Sedangkan kebutuhan air untuk industri merupakan kebutuhan untuk kegiatan produksi meliputi bahan baku, pekerja, industri dan kebutuhan pendukung industri lainnya. Menurut Erwan dkk (1996) dalam SNI 2002, untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air industri diperlukan kuesioner dan wawancara langsung, namun jika datanya terbatas maka prediksi penggunaan air dapat menggunakan standar dari Direktorat Teknik Penyehatan, Ditjen Cipta Karya Depertemen Pekerjaan Umum. Besar kebutuhan rata-ratanya adalah 2.000 lt/unit/hari atau 500 lt/hari/karyawan (Nippon Koei, 1995 dalam SNI, 2002).

(17)

5 kebutuhan airnya tergantung pada fase pertumbuhannya kebuthan air tanaman berbeda untuk setiap fase, hal ini dikarenakan pada setiap fase tanam, tanaman memiliki koefisien kebutuhan air yang berbeda. Padi pada fase awal mempunyai koefisien kebutuhan air tanaman sebesar 1,2 sedangkan pada fase pertumbuhan mempunyai koefisien kebutuhan air tanaman sebesar 1,1 dan pada fase pematangan mempunyai koefisien kebutuhan air tanaman sebesar 1,05 (Andriyanto 2007).

Bidang peternakan juga membutuhkan air yaitu untuk air minum ternak, tempat makan ternak, pengoprasian peternakan yang memproduksi susu dan kebutuhan lainnya di lahan peternakan. Kebutuhan air perikanan merupakan tingkat kebutuhan air yang diperlukan untuk perikanan. Penggunaan air yang dimaksud adalah penggunaan air untuk kolam. Kolam untuk perikanan sendiri terdiri dari berbagai tipe, misalnya kolam untuk pemijahan, kolam pembibitan, dan kolam pembesaran. Selain jenis kolam, jenis ikan juga akan berpengaruh pada kebutuhan air tersendiri (BPSDA 2006).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitiaan mengenai prediksi kebutuhan air di kawasan DAS Cidanau hulu ini dilakukan di Kabupaten Serang. Penelitiaan ini dilaksanakan selama 5 bulan terhitung dari Februari sampai Juni 2013.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan: 1. Peta luas lahan dan penggunaannya.

2. Data Kecamatan DAS Cidanau hulu dalam angka tahun 2005, 2008, 2011 yang berupa data kependudukan, pertanian, peternakan, dan industri yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang.

3. Seperangkat PC/laptop dengan softwareMicrosoft Office

Prosedur Penelitian

Analisis kebutuhan air yang meliputi kebutuhan air untuk irigasi, domestik, non domestik, industri, peternakan dan perikanan selain dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air saat ini juga dilakukan untuk kebutuhan air di masa yang akan datang dimana faktor-faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan air tersebut akan mengalami perubahan. Perubahan jumlah dan pola penyebaran penduduk akan mempengaruhi kuantitas kebutuhan air, sedangkan laju perubahan penggunaan lahan akan menentukan kuantitas kebutuhan air untuk irigasi dan perikanan. Laju pertumbuhan di setiap sektor dapat dihitung menggunakan rumus:

(

(18)

6

Keterangan :

r = laju pertumbuhan pengguna (%)

Pt = Jumlah pengguna pada tahun ke-t (jiwa) P0 = Jumlah pengguna pada tahun dasar (jiwa) t = selisih tahun Pt dan P0

Sedangkan untuk memproyeksikan jumlah pengguna pada tahun yang akan datang, digunakan rumus :

Keterangan :

Pt = Jumlah pengguna pada tahun t (jiwa)

P0 = Jumlah pengguna pada tahun awal dasar (jiwa) r = angka pertumbuhan pengguna (%)

t = banyaknya tahun yang diproyeksikan (tahun)

Sedangkan untuk mendapatkan besarnya kebutuhan air aktual digunakan persamaan yang merupakan perkalian antara jumlah pengguna pada setiap sektor dikalikan dengan standar kebutuhan air. Berikut adalah persamaan yang digunakan setiap sektor dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Standar Kebutuhan Air yang Digunakan dalam Penelitian

No. Jenis Pengguna Standar Kebutuhan

Satuan Sumber

1. Domestik

Kebutuhan Tinggi 120

liter/orang/hari Kebutuhan Rendah 60

(19)

7 Kebutuhan air pada setiap sektor memiliki besaran yang berbeda. Dalam pemenuhan kondisi aktual belum tentu dapat memenuhi seluruh kegiatan yang berlangsung sehingga perlu dihitung kebutuhan air prediksi yang mneggambarkan kebutuhan air yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan air secara menyeluruh. Metode yang digunakan untuk memprediksi jumlah kebutuhan air di DAS Cidanau ini adalah metode fitting curve dari analisa data series pertumbuhan wilayah. Rumus yang digunakan untuk mencocokan data adalah sebagai berikut :

KA = ∑

Koefisien pada setiap sektor berbeda – beda besarnya, tergantung pada jenis dan proses kegiatannya. Sedangkan j dalam hal ini merupakan tingkat kesejahteraan atau status yang dimiliki oleh setiap pengguna pada setiap sektor. Koefisien didapatkan dengan Besarnya koefisien dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Koefisien dan Standar Kebutuhan Air

No. Jenis Pengguna Kj dj

1. Domestik

90 liter/orang/hari

Kebutuhan Tinggi 1,2

Kebutuhan Rendah 0,6

2. Industri

(20)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAS Cidanau

DAS Cidanau merupakan DAS yang berada di wilayah Kabupaten Serang Propinsi Banten. Dengan luas wilayah 23.095 ha. Secara geografis DAS Cidanau terletak diantara 06o07’30” - 06o18’00” LS dan 105o49’00” - 106o04’00” BT. Sebelah utara DAS Cidanau berbatasan dengan Gunung Tukang Gede dan Gunung Saragean, sebelah timur berbatasan dengan Gunung Pule dan Gunung Karang, sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sangkur, Gunung Aseupan dan Gunung Condong sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda. Secara administratif DAS Cidanau terletak di 5 kecamatan Kabupaten Serang yaitu Kecamatan Mancak, Pabuaran, Padarincang, Ciomas, dan Cinangka yang meliputi 34 desa dan 4 desa di wilayah Kabupaten pandeglang. Bagian hulu DAS Cidanau terletak di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas.

Gambar 1 Peta DAS Cidanau ( Irsyad 2011 )

(21)

9

Kebutuhan Air Penduduk

Kebutuhan air setiap penduduk berbeda – beda tergantung klas sosialnya. Perkembangan penduduk yang semakin meningkat dapat mengakibatkan kebutuhan air domestik meningkat.

Gambar 2 Kebutuhan air aktual penduduk

Gambar 2 menggambarkan kebutuhan air aktual penduduk di tiga kecamatan di hulu DAS Cidanau, yaitu Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas. Kebutuhan air di ketiga kecamatan tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga tahun 2011. Peningkatan ini terjadi karena pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tiap tahunnya, sehingga air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari penduduk mengalami peningkatan. Kebutuhan air bersih tiap individu digunakan untuk memenuhi keperluan minum, masak, mencuci, mandi, dan lain – lain.

Pada grafik di atas, kebutuhan air aktual pada tahun 2005 yaitu sebesar 0,115 m3/detik dengan jumlah penduduk sebesar 144.900 jiwa. Pada tahun 2008 kebutuhan air mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,127 m3/detik dengan jumlah penduduk sebesar 155.792 jiwa. Sedangkan pada tahun 2011 kebutuhan air aktual mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yaitu sebesar 0,131 m3/detik dengan jumlah penduduk sebesar 162.760 jiwa. Maka dari itu untuk kebutuhan air yang akan datang akan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di ketiga kecamatan tersebut. Peningkatan jumlah penduduk hingga tahun 2050 dapat dilihat pada Gambar 3.

Pada Gambar 3 menggambarkan bahwa jumlah penduduk di DAS Cidanau hulu mengalami peningkatan. Pada tahun 2050 kebutuhan air penduduk diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Dengan prosentase peningkatan penduduk sebesar 2% per tahun, jumlah penduduk di ketiga kecamatan tersebut pada tahun 2050 adalah sebesar 352.099 jiwa sehingga kebutuhan air akan mencapai 0,44 m3/detik.

(22)

10

Gambar 3 Prediksi jumlah penduduk hingga tahun 2050

Kebutuhan Air Industri

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang pada tahun 2005 terdapat 1.004 industri kecil di wilayah DAS Cidanau hulu yang terdiri dari Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas. Sedangkan hanya terdapat satu industri besar yang terletak di Kecamatan Padarincang. Kebutuhan air industri ini digunakan untuk proses produksi dan kebutuhan karyawan industri.

Gambar 4 Kebutuhan air aktual industri

Grafik kebutuhan air industri di atas menggambarkan penurunan kebutuhan air. Hal ini disebabkan karena jumlah industri di ketiga kecamatan tersebut mengalami penurunan. Pada tahun 2005 kebutuhan aktual adalah sebesar 0,023 m3/detik pada tahun ini jumlah industri kecil 1004 unit dan hanya terdapat satu

2014 2020 2026 2032 2038 2044 2050

(23)

11 penurunan sehingga kebutuhan air aktual yaitu pada tahun 2008 sebesar 0,021 m3/detik dan pada tahun 2011 adalah sebesar 0,015 m3/detik. Penurunan ini dikarenakan berkurangnya jumlah industri kecil yang berada di ketiga kecamatan tersebut, pada tahun 2008 jumlah industri kecil adalah sebanyak 908 unit sedangkan industri bertambah menjadi dua unit. Pada tahun 2011 jumlah industri kecil menjadi 664 unit dan dua industri besar. Bertambahnya jumlah industri besar ini dapat diperkirakan bahwa jumlah kebutuhan air yang akan datang akan terus bertambah karena pada industri besar membutuhkan air yang banyak untuk proses produksi dan jumlah karyawan yang bertambah.

Gambar 5 Prediksi jumlah industri hingga tahun 2050

Seiring dengan pertumbuhan penduduk di ketiga kecamatan tersebut, maka perkembangan wilayah di ketiga kecamatan tersebut juga akan mengalami peningkatan. Perkembangan wilayah dapat dikatakan meningkat apabila kesejahteraan penduduknya juga meningkat. Untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, dibutuhkan faktor pendukung yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satunya dapat dilihat dari perkembangan industri di wilayah tersebut. Perkembangan industri di Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah. Dengan meningkatnya jumlah industri di ketiga kecamatan tersebut, maka kebutuhan air untuk industri pun akan mengalami peningkatan. Berdasarkan perhitungan yang mengacu pada data BPS Kabupaten Serang, laju pertumbuhan industri besar di ketiga kecamatan tersebut adalah sebesar 0,16 % per tahun sedangkan untuk industri kecil mengalami laju penurunan sebesar 0,06% per tahun. Sehingga pada tahun 2050 diperkirakan jumlah industri besar mencapai 816 buah dan industri kecil berjumlah 57 buah. Kebutuhan air industri pada tahun 2050 meningkat hingga sebesar 0,107 m3/detik.

0

2010 2020 2030 2040 2050 2060

(24)

12

Kebutuhan Air Pertanian

Bidang pertanian memiliki kebutuhan air yang paling besar dibandingkan dengan sektor lain. Air yang dibutuhkan digunakan untuk mengairi tanaman yang sebagian besar berupa tanaman padi. Standar kebutuhan air padi yang digunakan adalah sebesar 1 liter/detik/ha sedangkan untuk tanaman palawija adalah sebesar 0,5 liter/detik/ha. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas pada tahun 2005 memiliki luas lahan 6.059 ha dengan pola tanam yang berbeda – beda di setiap kecamatan.

Gambar 6 Kebutuhan air aktual pertanian

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No. 41 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan maka lahan pertanian di ketiga kecamatan tersebut diasumsikan tetap, sedangkan luas lahan panen diambil dari data BPS Kabupaten Serang. Berdasarkan BPS pada tahun 2005 di Kecamatan Cinangka dapat mengalami tiga kali panen padi sedangkan di Kecamatan Padarincang dan Ciomas hanya mengalami dua kali panen padi dan satu kali palawija, total luas panen di ketiga kecamatan tersebut adalah 9.347 ha sehingga kebutuhan airnya mencapai 9,829 m3/detik. Namun pada tahun 2008 dan 2011 di Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas menggunakan pola tanam padi, padi, palawija dengan total luas panen sebesar 7.578 ha dan tahun 2011 sebesar 5.244 ha sehingga kebutuhan airnya menurun yaitu sebesar 8,269 m3/detik pada tahun 2008 dan pada tahun 2011 sebesar 5,485 m3/detik. Pada grafik prediksi kebutuhan air pun hingga tahun 2050 mengalami penurunan dengan laju penurunan sebesar 8% per tahun. Penurunan luas lahan pertanian dapat dilihat pada Gambar 7. Penurunan ini diakibatkan oleh penurunan panen padi di ketiga kecamatan tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah dan kebutuhan pangan yang bertambah. Sehingga diperlukan program pemerintah agar kebutuhan pangan dapat tetap terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan pangan di ketiga wilayah tersebut, harus dilakukan program swasembada pangan. Dengan asumsi kebutuhan konsumsi beras penduduk

(25)

13 Indonesia adalah sebesar 87,825 kg/kapita/tahun (Susenas 2012), maka kebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.

Gambar 7 Prediksi luas lahan pertanian hingga tahun 2050

Pada tahun 2050 diperkirakan total konsumsi beras adalah sebesar 309.231 kw dengan produktivitas sebesar 58,74 kw/ha maka luas panen selama setahun adalah sebesar 5.264 ha sedangkan luas lahan pertaniannya adalah 6.059 ha. Dengan ini kebutuhan beras 352.099 jiwa penduduk di ketiga kecamatan tersebut dapat terpenuhi. Untuk mencapai swasembada beras kebutuhan air pada musim kemarau yang diperlukan adalah sebesar 1,6 m3/detik.

Kebutuhan Air Peternakan

Kebutuhan air peternakan diperlukan untuk air minum ternak, tempat makan ternak, pengoprasian peternakan yang memproduksi susu dan kebutuhan lainnya di lahan peternakan. Jenis ternak yang terdapat di Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas adalah sapi, kerbau, kambing, domba, ayam dan itik. Grafik kebutuhan air peternakan di ketiga kecamatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Kebutuhan air peternakan dari tahun 2005 hingga 2011 mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan peternakan di ketiga kecamatan mengalami pertumbuhan yang besar, data ternak dapat dilihat pada lampiran 4. Pada tahun 2005 kebutuhan air aktual mencapai 0,0039 m3/detik, tahun 2008 sebesar 0,004 m3/detik dan pada tahun 2011 kebuthan aktualnya sebesar 0,0065 m3/detik.

Perkembangan penduduk yang diprediksikan akan terus bertambah, dapat meningkatkan kebutuhan pangan di ketiga kecamatan tersebut. Kebutuhan nutrisi hewani dapat dipenuhi dari bidang peternakan. Sehingga seiring dengan pertumbuhan penduduk, maka perkembangan dalam bidang peternakan pun ikut bertambah. Dengan bertambahnya jumlah hewan ternak, maka air yang dibutuhkan untuk beternak pun akan terus bertambah. Pada gambar 9 menunjukkan perkembangan jumlah hewan ternak hingga tahun 2050.

0

2014 2020 2026 2032 2038 2044 2050

(26)

14

Gambar 8 Kebutuhan air aktual peternakan

Gambar 9 Prediksi jumlah hewan ternak hingga tahun 2050

Pada gambar 9 diatas merupakan grafik pertumbuhan hewan ternak di Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas. Laju pertumbuhan hewan ternak yaitu sebesar 40% untuk sapi, 30% untuk kerbau, 4% untuk kambing, 12% untuk domba, 3% untuk ayam, dan 46% untuk itik. Laju pertumbuhan yang sangat besar ini dikarenakan pertumbuhan ternak pada tahun 2005 hingga tahun 2011 sangat besar. Hewan ternak yang mengalami peningkatan yang sangat tinggi adalah itik, jumlahnya mencapai lebih dari 100 juta ekor. Pada tahun 2050 kebutuhan air peternakan mencapai 2.403 m3/detik. Konsumsi daging di Indonesia saat ini masih sangat rendah dibandingkan dengan negara – negara lain. Rata – rata konsumsi

2014 2020 2026 2032 2038 2044 2050

(27)

15 daging di Indonesia hanya mencapai 1,59 kg/kapita/tahun (Harmini, dkk 2011). Angka ini masih jauh jika dibandingkan dengan negara – negara berkembang lainnya seperti Malaysia yang mencapai 15 kg/kapita/tahun dan Filipina mencapai 7 kg/kapita/tahun. Maka dari itu diperlukan program swasembada daging agar kebutuhan daging penduduk di ketiga kecamatan tersebut dapat terpenuhi. Diprediksikan pada tahun 2050 kebutuhan air peternakan mencapai 0,03 m3/detik dengan jumlah ternak ayam/itik sebesar 567.620 ekor, sapi/kerbau 3.040 ekor, kambing/domba 60.816 ekor. Dengan jumlah ternak ini maka kebutuhan daging 289.603 jiwa penduduk di ketiga kecamatan tersebut dapat terpenuhi.

Total Kebutuhan Air dan Kebutuhan Prediksi di Masa Yang Akan Datang

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan wilayah di Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas taraf hidup masyarakat di ketiga kecamatan tersebut juga akan meningkat. Air sebagai kebutuhan dasar kehidupan manusia, dengan bertambahnya penduduk dan taraf hidup masyarakat, maka kebutuhan air juga akan bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di masa yang akan datang dapat dibuat dalam tiga skenario.

Tabel 4 Skenario kebutuhan hidup masyarakat (berdasarkan swasembada daging dan beras)

Skenario 1 (Swasembada daging) dengan kebutuhan air

sektor lainnya sesuai

Uraian Jumlah Uraian

Kebutuhan daging 7

Kebutuh

(28)

16

Gambar 10 Kebutuhan air swasembada daging dengan kebutuhan air sektor lainnya sesuai perhitungan eksisting

Grafik di atas merupakan prediksi kebutuhan air total yang ada di ketiga kecamatan tersebut dengan program swasembada daging. Pada grafik tersebut mengalami penurunan, hal ini dikarenakan pada kebutuhan prediksi pertanian mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa produksi padi akan berkurang. Total kebutuhan airnya adalah sebesar 0,8 m3/detik.

Skenario 2 merupakan program swasembada beras yaitu kebutuhan air pada sektor pertanian telah mencapai swasembada beras sedangkan sektor lainnya tetap menggunakan kebutuhan air prediksi. Konsumsi beras masyarakat Indonesia sangat tinggi, namun lahan yang tersedia untuk bercocok tanam semakin berkurang. Konsumsi beras Indonesia saat ini adalah 87,825 kg/kapita/tahun (Susenas 2012). Sehingga jika ingin mencapai swasembada beras hingga tahun 2050 dengan jumlah penduduk sebesar 352.099 jiwa maka produksi padi harus mencapai 309.231 kwintal per tahun. Dengan produktivitas mencapai angka 58,74 kw/ha maka luas lahan panen yang dibutuhkan adalah 5.264 ha. Total kebutuhan air agar dapat mencapai swasembada beras dapat dilihat pada Gambar 11. Untuk mencapai swasembada beras hingga tahun 2050, air yang dibutuhkan mencapai 2405,66 m3/detik. Pada grafik tersebut terjadi peningkatan jumlah kebutuhan air yang sangat besar, hal ini dikarenakan kebutuhan air peternakan yang meningkat tajam.

Pada kondisi skenario 2 ini jumlah ternak pada tahun 2050 mencapai 78.148.148 ekor sapi, 91.824.470 ekor kerbau, 134.106 ekor kambing, 1.956.239 ekor domba, 900.776 ekor ayam, 311.405.587.227 ekor itik dan jumlah kebutuhan air yang mencapai 2405,66 m3/detik adalah tidak realistis, sehingga perlu dipertimbangkan keadaaan debit air yang wajar yaitu sesuai dengan potensi aliran permukaan yang ada sebesar 3,50 m3/detik ( Septiani 2013). Dengan demikian skenario ini tidak layak dilaksanakan.

0

2014 2020 2026 2032 2038 2044 2050

(29)

17

Gambar 11 Kebutuhan air swasembada beras dengan kebutuhan air sektor lainnya sesuai perhitungan eksisting

Skenario 3 merupakan pemenuhan kebutuhan daging dan kebutuhan beras. Gambar 12 di bawah ini menggambarkan total kebutuhan air agar mencapai swasembada daging dan beras hingga tahun 2050. Air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan wilayah di ketiga kecamatan tersebut terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2050 dengan jumlah penduduk mencapai 352.099 jiwa air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Cinangka, Padarincang, dan Ciomas adalah sebesar 2,16 m3/detik.

Gambar 12 Kebutuhan air swasembada daging dan beras dengan kebutuhan air sektor lainnya sesuai perhitungan eksisting

0

2014 2020 2026 2032 2038 2044 2050

K

2014 2020 2026 2032 2038 2044 2050

(30)

18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kebutuhan air kawasan Cidanau hulu yang meliputi Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 kebutuhan air domestik adalah sebesar 0,13 m3/detik, kebutuhan industri 0,015 m3/detik, kebutuhan pertanian 5,48 m3/detik, kebutuhan peternakan 0,0065 m3/detik. Sehingga kebutuhan air di setiap sektor memilki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya kebutuhan air. Pada kebutuhan penduduk tingkat klas ekonomi penduduk sangat mempengaruhi kebutuhan airnya. Pada industri, kebutuhan air sangat dipengaruhi oleh besarnya kapasitas produksi dan jumlah karyawan yang bekerja. Pada sektor pertanian kebutuhan air ini sangat mempengaruhi produksi padi, sehingga untuk menghasilkan padi yang optimal, maka dibutuhkan air yang besar. Untuk kebutuhan air peternakan, faktor yang sangat berpengaruh adalah besar kecilnya hewan.

2. Jumlah penduduk pada tahun 2050 adalah sebesar 352.099 jiwa. Untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh penduduk di ketiga kecamatan tersebut, dapat dilakukan beberapa skenario. Skenario yang digunakan adalah skenario 3, yaitu tercapai swasembada pangan dengan terpenuhinya kebutuhan daging dan beras dan kebutuhan air sektor lainnya sesuai perhitungan eksisting, kebutuhan airnya adalah sebesar 2,1 m3/detik.

Saran

Agar kebutuhan air di kawasan DAS Cidanau hulu dapat terpenuhi dengan adanya swasembada pangan yaitu sebesar 2,1 m3/detik, maka perlu adanya pemeliharaan Daerah Aliran Sungai Cidanau dan kebijakan – kebijakan pemerintah agar ketersediaan air dapat terjaga serta alokasi penggunaan air di hilir yang memperhatikan hulu sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Adhisyah, Siti V. D. M. 2003. Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cidanau dengan pengelolaan Secara Terpadu [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Alimuddin. 2012. Sistem Supervisori Kendali Lingkungan Pada Model Broiler Closed House [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Andriyanto, Erfan. 2007. Prediksi Kebutuhan Air di Sub DAS Ciomas, DAS Cidanau, Bnaten [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

(31)

19 Badan Pusat Statistik [BPS]. 2008. Kabupaten Serang dalam Angka 2007 – 2008. Badan Pusat Statistik [BPS]. 2011. Kabupaten Serang dalam Angka 2011.

Harmini, Asmarantaka RW, Atmakusuma J. 2011. Model dinamis sistem ketersediaan daging sapi nasional. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 12(1):128-146.

Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Tama. Jakarta.

Irsyad, Fadli. 2011. Analisis Debit Air Sungai Cidanau dengan Aplikasi SWAT [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Linsey, R. K. dan J. B. Franzini. 1991. Teknik Sumberdaya Air, Jilid I (Terjemahan). Erlangga. Jakarta.

Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 2004. PP No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Jakarta.

Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 2004. Undang Undang Republik Indonesia No. 41 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Jakarta.

Nugroho, Ignatius Adi. 2006. Analisis Perubahab Nilai Ekonomi Air Akibat Perbahab Penutupan Lahan Studi Kasus di DAS Cidanau Propinsi Banten [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Septiani, Renny. 2013. Desain Kapasitas Produksi Listrik Berdasarkan Debit Andalan Berkelanjutan di Daerah Aliran Sumgai Cidanau [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

(32)

20

(33)

21 Lampiran 1. Jumlah keluarga di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang Tahun Kecamatan

Keluarga Pra Sejahtera

Keluarga Sejahtera

I

Keluarga Sejahtera

II

Keluarga Sejahtera

III

Keluarga Sejahtera III Plus

Jumlah

2005

Cinangka 5.605 3.179 3.818 863 6 13.471

Padarincang 3.218 294 7.483 2.765 908 14.668

Ciomas 2.774 1.257 3.395 417 243 8.086

2008

Cinangka 5.910 2.379 3.887 1.806 150 14.132

Padarincang 3.627 1.180 7.050 2.423 1.039 15.319

Ciomas 3.074 3.048 1.952 959 464 9.497

2011

Cinangka 5.669 2.571 4.906 1.594 158 14.898

Padarincang 3.639 1.388 6.774 3.028 1.154 15.983

(34)

22

Lampiran 2. Jumlah Industri di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang

Tahun Kecamatan Besar Kecil

2005

Cinangka 0 160

Padarincang 1 476

Ciomas 0 368

2008

Cinangka 0 576

Padarincang 2 230

Ciomas 0 102

2011

Cinangka 0 438

Padarincang 2 163

(35)

23

Lampiran 3. Jumlah lahan pertanian dan kebutuhan air di Kecamatan Cinangka

Padarincang, dan Ciomas

Tahun Kecamatan Luas sawah Luas panen padi (ha)

Luas panen palawija

(ha)

Kebutuhan air aktual (m3/detik) 2005

cinangka 1412 2999 -

9,8

padarincang 3830 4917 390

ciomas 817 1431 574

2008

cinangka 1412 1736 686

8,27

padarincang 3830 4543 290

ciomas 817 1299 406

2011

cinangka 1412 347 81

5,48

padarincang 3830 3358 82

ciomas 817 1539 319

(36)

24

Lampiran 4. Jumlah hewan ternak dan kebutuhan air di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

Tahun

(37)

25

Kambing 7612

Domba 10216

Ayam 69610

itik 35212

Padarincang

Sapi 0

0,002591618

Kerbau 1937

Kambing 5299

Domba 6076

Ayam 115339

itik 33929

Ciomas

Sapi 0

0,001870528

Kerbau 443

Kambing 8131

Domba 4027

Ayam 106385

(38)

26

Lampiran 5. Jumlah prediksi kebutuhan air penduduk di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

Tahun

Jumlah penduduk

(jiwa)

kebutuhan air (liter/hari)

Kebutuhan

Air (m3/hari) m3/detik

2014 172.713 18.653.043 18.653 0,22

2017 183.275 19.793.743 19.794 0,23

2020 194.483 21.004.201 21.004 0,24

2023 206.377 22.288.683 22.289 0,26

2026 218.997 23.651.716 23.652 0,27

2029 232.390 25.098.103 25.098 0,29

2032 246.601 26.632.942 26.633 0,31

2035 261.682 28.261.642 28.262 0,33

2038 277.685 29.989.942 29.990 0,35

2041 294.666 31.823.934 31.824 0,37

2044 312.686 33.770.082 33.770 0,39

2047 331.808 35.835.243 35.835 0,41

(39)

27 Lampiran 6. Jumlah prediksi kebutuhan air industri di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

n Tahun

Jumlah industri besar

Jumlah industri kecil

Kebutuhan air industri besar(m3/hari)

Kebutuhan air industri kecil(m3/hari)

Total (m3/detik)

3 2014 3,17 550,23 35,57 1100,5 0,0127

6 2017 5,04 455,96 56,484 911,93 0,010

9 2020 8,00 377,84 89,695 755,68 0,008

12 2023 12,71 313,1 142,43 626,21 0,007

15 2026 20,19 259,46 226,18 518,92 0,006

18 2029 32,06 215,00 359,16 430,01 0,005

21 2032 50,92 178,17 570,34 356,34 0,004

24 2035 80,86 147,64 905,67 295,29 0,003

27 2038 128,40 122,35 1438,2 244,69 0,0028

30 2041 203,90 101,38 2283,8 202,77 0,002

33 2044 323,79 84,01 3626,5 168,03 0,0019

36 2047 514,17 69,62 5758,8 139,24 0,0016

(40)

28

Lampiran 7. Jumlah prediksi kebutuhan air pertanian di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

Tahun Luas panen padi (ha)

Luas panen palawija

(ha)

Kebutuhan Air padi (m3/detik)

Kebutuhan Air palawija (m3/detik)

Total (m3/detik)

2014 4.045,27 431,43 4,05 0,0040 4,26

2017 3.120,55 386,17 3,12 0,0031 3,31

2020 2.407,22 345,66 2,41 0,0024 2,58

2023 1.856,95 309,39 1,86 0,0019 2,01

2026 1.432,47 276,93 1,43 0,0014 1,57

2029 1.105,02 247,88 1,11 0,0011 1,23

2032 852,42 221,88 0,85 0,0009 0,96

2035 657,56 198,60 0,66 0,0007 0,76

2038 507,25 177,76 0,51 0,0005 0,60

2041 391,30 159,11 0,39 0,0004 0,47

2044 301,85 142,42 0,30 0,0003 0,37

2047 232,85 127,48 0,23 0,0002 0,30

(41)

29

Lampiran 8. Jumlah prediksi hewan ternak di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

Tahun Sapi (ekor)

Kerbau (ekor)

Kambing (ekor)

Domba (ekor)

Ayam

(ekor) Itik (ekor)

2014 174 6.653 24.264 28.872 317.761 319.532

2017 516 14.723 27.979 41.026 346.586 1.008.282

(42)

30

Lampiran 9. Jumlah prediksi kebutuhan air swasembada daging di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

Tahun

Kebutuhan air penduduk (m3/detik)

Kebutuhan air pertanian (m3/detik)

Kebutuhan air Industri (m3/detik)

Kebutuhan air peternakan (m3/detik)n

Total (m3/detik)

2014 0,215892 4,261 0,013 0,019 4,509

2017 0,229094 3,3136 0,011 0,020 3,574

2020 0,243104 2,58 0,010 0,021 2,854

2023 0,257971 2,0116 0,009 0,022 2,301

2026 0,273747 1,5709 0,009 0,023 1,877

2029 0,290487 1,229 0,009 0,025 1,554

2032 0,308252 0,9634 0,011 0,026 1,309

2035 0,327102 0,7569 0,014 0,028 1,126

2038 0,347106 0,5961 0,019 0,030 0,993

2041 0,368333 0,4709 0,029 0,032 0,900

2044 0,390857 0,3731 0,044 0,034 0,841

2047 0,41476 0,2966 0,068 0,036 0,815

(43)

31 Lampiran 10. Jumlah prediksi kebutuhan air swasembada beras di Kecamatan

Cinangka Padarincang, dan Ciomas

Tahun

Kebutuhan air penduduk (m3/detik)

Kebutuhan air pertanian

(m3/detik)

Kebutuhan air industri (m3/detik)

Kebutuhan air peternakan

(m3/detik)

Total (m3/detik)

2014 0,216 0,775 0,013 0,011 1,015

2017 0,229 0,822 0,011 0,021 1,084

2020 0,243 0,872 0,010 0,048 1,173

2023 0,258 0,926 0,009 0,121 1,313

2026 0,274 0,982 0,009 0,329 1,594

2029 0,290 1,042 0,009 0,945 2,287

2032 0,308 1,106 0,011 2,792 4,217

2035 0,327 1,174 0,014 8,420 9,934

2038 0,347 1,246 0,019 25,730 27,342

2041 0,368 1,322 0,029 79,360 81,079

2044 0,391 1,403 0,044 246,356 248,193

2047 0,415 1,488 0,068 768,253 770,225

(44)

32

Lampiran 11. Jumlah prediksi kebutuhan air swasembada daging dan beras di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

Tahun

Kebutuhan air penduduk (m3/detik)

Kebutuhan air pertanian

(m3/detik)

Kebutuhan air industri (m3/detik)

Kebutuhan air peternakan

(m3/detik)

Total (m3/detik)

2014 0,216 0,775 0,013 0,019 1,022

2017 0,229 0,822 0,011 0,020 1,082

2020 0,243 0,872 0,010 0,021 1,146

2023 0,258 0,926 0,009 0,022 1,215

2026 0,274 0,982 0,009 0,023 1,288

2029 0,290 1,042 0,009 0,025 1,367

2032 0,308 1,106 0,011 0,026 1,452

2035 0,327 1,174 0,014 0,028 1,543

2038 0,347 1,246 0,019 0,030 1,642

2041 0,368 1,322 0,029 0,032 1,750

2044 0,391 1,403 0,044 0,034 1,871

2047 0,415 1,488 0,068 0,036 2,007

(45)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kab. Cilacap, Jawa Tengah pada tanggal 14 Juli 1991 dari ayah Priyanto dan ibu Panca Siwi Astuti, S.Sos. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara, adik dari Sari Narulita dan kakak dari Resta Gitta Irviyanti. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMP Negeri 2 Purwokerto dan diterima di SMA Negeri 2 Purwokerto. Penulis lulus dari SMA pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Gambar

Tabel 2 Standar Kebutuhan Air yang Digunakan dalam Penelitian
Gambar 1  Peta DAS Cidanau ( Irsyad 2011 )
Gambar 2  Kebutuhan air aktual penduduk
Gambar 3  Prediksi jumlah penduduk hingga tahun 2050
+7

Referensi

Dokumen terkait

RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA SEMARANG.. RUANG PERINATOLOGI RSUD

Jumlah pasien meninggal di bangsal camar tahun 2015 ... Data klinis pasien meninggal di bangsal

Gambar 4.12 Diagram pengaruh lama perendaman kitosan sebagai edible coating terhadap jumlah koloni mikroba pada brokoli selama 5 hari penyimpanan .... Gambar 4.13

2, Agustus 2011 Dalam kaitannya dengan tugas polisi dalam penegakan ketertiban bahwa tuntutan terhadap polisi untuk dapat memberikan perhatian dan pelayanan

Low dan Lamb Jr dalam Albari & Anindyo Pramudito,(2005:198), Obyek yang digunakan dalam penelitian adalah adalah produk Acer “Projector”, dengan meneliti segi brand extension,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi teori belajar konstruktivisme dengan menggunakan model

Untuk kegiatan pelayanan Pelatihan Non Institusional atau Mobile Training Unit, ditetapkan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a ditambah biaya angkutan peralatan

● Biaya terkait kombinasi bisnis yang dibayar oleh PT A adalah: biaya pencatatan saham Rp20.000; serta biaya konsultan dan profesional Rp40.000... Pencatatan olreh PT