• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keripik renda lada, Diconocoris hewetti (DIST.) (Hemiptera : tingidae) : biologi, kelimpahan populasi, dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keripik renda lada, Diconocoris hewetti (DIST.) (Hemiptera : tingidae) : biologi, kelimpahan populasi, dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

KEPIK RENDA LADA,

Diconocoris hewett;

(DIST.) (HEMIPTERA :

TINGIDAE) : BIOLOGI, KELIMPAHAN POPULASI, DAN

PENGARUHNYA TERHADAP KEHILANGAN BASIL

IWAYANLABA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pemyataan dalam disertasi saya yang beIjudul:

KEPIK RENDA LADA,Diconocoris hewetJi

(DIST.)

(HEMIPTERA :

TINGIDAE) : BIOLOGI, KELIMPAIIAN POPULASI, DAN

PENGARUHNYA TERBADAP KEIllLANGANIIASIL

merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan pembimhingan Komisi Pembimbing. kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belurn pemah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semua data dan infonnasi yang digunakan !elah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

(3)

ABSTRAK

I WAYAN LABA. Kepik Renda Lada, Diconocoris hewelli (Dist.) (Hemiptera: Tingidae): Biologi, Kelimpahan Populasi, dan Pengaruhnya Terhadap Kebilangan Hasil. Dibimbing oleh AUNU RAUF, UTOMO KARTOSUWONDO, dan M. SOEHARDJAN.

Kepik renda lada (KRL), Diconocoris hewelli (Dist.) (Hemiptera: Tingidae), adalab salab satu hama pada pertanaman lada di Indonesia. Penelilian bertujuan untuk membandingkan berbagai parameter kebidupan dan dernografi KRL pada dua varietas lada, mengkaji fenologi pembungaan lada dalam hubungannya dengan kelimpahan populasi kepik renda, dan menentukan pengarub kerapatan populasi dan jenis instar kepik serta fase perbungaan lada terhadap kerusakan bulir bunga dan kebilangan basil. Penelitian dilakulom di rumab kasa, Kebun Percobaan Petaling, dan kebun petani di Bangka periode Mei 2003-Mei 2004, dengan menggunakan lada varietas LDL dan varietas Chunuk.

Hasil penelitian menunjukkan lama perkembangan nimfa D. hewett; 17.3 dan 13.0 hari, lama bidup imago jantan 10.2 dan 18.8 hari, lama bidup imago betina 13.6 dan 16.9 bari, keperidian 13.9 dan 24.5 butir, berturut-turut pada varielas Chunuk dan LDL. Laju pertamhaban inttinsik (r) 0.0741 dan 0.0827,laju reproduksi bersib (Ro) 6.98 dan 8.52, masa generasi (T) 26.21 dan 25.91, laju pertambaban terhalas (l.) 1.0769 dan 1.0862, berturut-turut pada varielas Cbunuk dan LDL. Secara keseluruban, varielas LDL lebib mendukung kebidupan dan perkembangan populasi D. hewelli. Bila lidak tersedia bulir bunga, kepik renda dapat bertaban bidup dengan makan pada pucuk daun alau bulir buab muda Rataan lama bidup imago pada pucuk 12.1 dan pada bulir buab muda 23.5 hari.

Pola pembungaan lada varielas Chunuk dan LDL mengikuli pola curab bujan. Tidak semua bulir bunga berbasil menjadi bulir buab, sebagian (20"/0

pada

Chunuk) menga1ami keguguran fisiologis. Keguguran paling banyak terjadi pada bulir bunga yang berumur 4-5 minggu. Rataan kelimpahan kepik renda lebib tinggi pada varietas LDL dibandingkan pada varietas Chunuk, terutama selama periode Nopember bingga April. Perkembangan populasi D. hewelli pada varietas LDL meningkat selama bulan Nopember hingga Februari, yang berhubungan dengan banyaknya bulir bunga ケ。ョセ@ tersedia pada periode tersebut. Berdasarkan nisbab _ terhadap rataan (s 1m), populasi kepik D. hewelli urnumnya mernperlihatkan pola tebaran acak, sedangkan pada saat populasi tinggi mernperlihatkan pola tebaran bergerombol.
(4)

ABSTRACT

I WAYAN LABA. Pepper Lace Bug, Dieonoeoris }u,wetti (Dist.) (Hemiptera : Tingidae) : Biology, Population Abundance and its effect to Yield Losses. Supervised by AUNU RAUF, UTOMO KARTOSUWONDO, and M. SOEIIARDJAN.

Pepper lace bug (PLB), Dieonoeoris hewetti (Dist.) (Hemiptera: Tingidae), is one of the insect pests attacking pepper in Indonesia. Research was conducted with the objectives to compare various life history and demographic parameters of PLB on two pepper varieties, to study flowering phenology in relation to the pest population abundance; and to evaluate the effects of lace bug densities in relation to instars and development stage of inflorescence on spike damage, number of berries formed, and yield losses. Studies were conducted in a screen house at Petaling Experimental Station. and in fanner field in Bangka island during May 2003 until May 2004, using varieties LDL and Chunuk.

Our studies revealed that nymphal development time were 17.3 and 13.0 days, male adult longevity 10.2 and 18.8 days, female adult longevity 13.6 and 16.9 days, fecundity 13.9 and 24.5 eggs per female, respectively on Chunuk and LDL. Intrinsic rate of increase (r) were 0.0741 and 0.0827, net reproductive rate (Ro) 6.98 and 8.52, mean generation time (1) 26.21 and 25.91 days, finite rate of ゥョ」イ・。ウ・セI@ 1.0769 and 1.0862 on Chunuk and LDL, respectively. Overall, variety LDL was much better food sources for development of D. hewetti. If there were no inflorescences available. the pepper lace bug was able to survive by feeding on shoots or young berties. Adult longevity was 12.1 days on shoots and 23.5 days on young berries.

Flowering phenology of varieties Chunuk and LDL followed rainfall patern. Not all spikes survived to become berries. since some of the spikes (20% in Chunuk) aborted naturally. Abortion occured mostly when spikes 4-5 weeks old. Mean number of lace bug density was higher on LDL than on Chunuk, especially during Nopember until April. D. hewetti population increased during Nopember-February, and it was related to the increase of spikes during that time. Based on variance-mean ratio (s2/m), D. h£wetti population generally showed a random distribution, but a clumped distribution when population density increased.

(5)

KEPIK RENDA LADA, Diconocoris hewetti (DIST.) (HEMIPTERA:

TINGIDAE): BIOLOGI, KELIMPAHAN POPULASI, DAN

PENGARUHNY A TERHADAP KEHILANGAN HASIL

IWAYANLABA

Disertasi

sebagai salah satu syamt untuk memperoleh geiar

Doktorpruia

Departemen Proteksi Tanaman

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERT ANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul Disertasi Kepik Renda Lada, Diconocoris heweni (Dist.) (Hemiptera: Tingidae): Biologi, Kelimpahan Populasi, dan Pengaruhnya Terhadap Kehilangan Hasil

Nama Mahasiswa: I Wayan Laba

NIM A426010041

Disetujui

Komisi Pembimbing

ftts

Prof. Jr. Aunu Ram, M.Sc., Ph.D.

Ketua

Prof. Dr. Ir. Utotno Kartosuwondo, M.S. Anggota

Ketua Program Studi Entomologi / Fi't, o!".tolotJ

Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc.,

Tanggal Ujian : 25 Juli 2005

Dr. Jr. M. Soehardjan, APU. Anggota

,kolah Pascas&jana

iidaManlUWO'to MI.Sc., Ph.D.

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

ォ。イオョゥ。ョセ@ sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Judul disertasi yang dipilih adalah kepik renda lada (KRL), Diconocoris hewetti (Dist.) (Hemiptera : Tingidae) : biologi, kelimpahao populasi, dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil. Penelitian dilaksanakan sejak Mei 2003 sampai dengan Mei 2004 di

Bangka. Disertasi ini dibuat sebagai salah satu syarat mahasiswa pascasmjana

program 8, untuk memperoleh gelar Doktor pada 8ekolah PascasaJjana, Institut

Pertanian Bogor.

Disertasi ini terdiri dari 3 bab bahasan yaitu : 1) parameter kehidupan dan demografi KRL pada vatietas Chunuk dan LDL, 2) fenologi pembungaan dan kelimpahao populasi kepik renda lada dan 3) hubungan kerapatan populasi KRL dan kerusakan bunga serta kehilangan basil.

Banyak pengalarnan, ilmu dan ide yang penulis peroleh sejak penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian (pengumpulan dan analisis data) hingga

penulisan disertasi ini. Oleh karena itu pads kesempatan ini penulis

menyarnpaikan tetima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan ilmiah dan

teknisnya dalam penelitian dan disertasi ini.

Ucapan terima kasih disarnpaikan kepada komisi pembimbing masing-masing Prof. Jr. Aunu Rauf, M.8c., Ph.D. sebagai ketua, Prof. Dr. Jr. Utomo Kartosuwondo, M.8. dan Dr. Jr. M. Soehardjan, APU sebagai anggota atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan sejak penulis menyusun rencana penelitian hingga selesainya penulisan disertasi.

(8)

viii

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala KebWl Percobaan Petaiing,

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kepala BPTP Kepulauan Bangka Belitung yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas penelitian di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

Ueapan terimakasih disampaikan kepada Prof. Ir. Ida Pedanda Gde Nyoman Djelantik Oka, Ph.D., APU, Dr. Ir. J. Soejitno, APU, dan Dr. Ir. Djiman Sitepu, APU yang telah memberikan dorongan moril serta penilaian terhadap penulis

untuk mempromosikan ke IPS, sehingga penulis mendapat kesempatan untuk

meneruskan pendidikan S3.

Kepada Nurida SP, Ir. Djatnika Kilin, Drs. Iwa Mara Trisawa, M.Si, Drs. Warsi Rahmat Atmadja, Akbyar, Muchyadi dan Zainudin yang telab membantu pelaksanaan penelilian, serta Wartono, S.Si yang telab membantu anaIisis data, disampaikan terima kasih. Kepada semua pihak yang karena masalab ruang tidak dapat disebutkan namanya dalam tulisan ini diucapkan terimakasih atas segala

bantuannya

Kepada kedua orang tua penulis (Aim) serta kakak Ir. I Wayan Sudiana, M.Sc. disampaikan terimakasih yang telah membesarkan dan memberikan

pendidikan tinggi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan program S3. Kepada kedua orang mertua penulis disampaikan terimakasih berkat doa dan dorongan moril sehiogga penulis berhasil menyelesaikan program pendidikan S3_

Secara khusus diucapkan terimakasih kepada istri, Ni Wayan Suadnyani dan

anak-anak I Wayan Dharma Putra dan Ni Nengah Sri Kusumadewi alas dorongan,

kesabaran serta doa yang tiada henti sehingga penuiis dapat menyelesaikan

pendidikan ini.

Bogor, Juli 2005

(9)

RIWAYATHIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali pada tanggal 24 Februari 1953 dari ayah I Nengah Tilem (Aim) dan ibu Ni Nengah Sandek (Aim). Penulis adalah anak kelima dari delapan bersaudara.

Pendidikan sarjana diperoleb pada Fakultas Pertanian Universitas

Padjadjaran Bandung jurusan Proteksi Tanaman pada tahun 1980. Sejak tahun 1981, penulis mengabdi sebagai stafpeneJiti, Balai Penelitian Tanaman Pangan di

Bogor. Pada tabun 1982 mendapat kesempatan mengikuti Training Penelitian

Tanaman Buah-buahan di Ketindan Malang, Jawa Timur. Pada tahun 198211983 mendapat kesempatan mengikuti individual Training Cropping System of

Entomology di International Rice Research Institute Philippines. Selama tahun

1989 bingga 1991 mengikuti pendidikan Master of Science (S,) pada Entomology Department, University of the Philippines Los Banos. Perubahan struktur

organisasi di Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, penulis

beralih tugas ke Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Ohat pada tahun 1995 sampai sekarang. Sejak tahun 2001 mengikuti pendidikan untuk memperoleh

(10)

DAFfARISI

Halaman

DAFT AR TABEL ... Xl

DAFTARGAMBAR... Xlll

DAFT AR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

Lalar Belakang ... ... ... 1

Tujuan Penelitian... 5

Daftar Pustaka ... ... .... ... ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUST AKA... 7

Botani Tanaman Lada ... 7

Neraca Kehidupan ... 9

Hubungan antara Kerusakan dan Kehilangan Hasil... 10

Biologi dan Ekologi Kepik Renda Lada ... 12

Persebaran dan Tumbuhan Inang ... 12

Siklus hidup kepik ... 14

Perkembangan populasi Kepik ... 15

Kerusakan Bulir Buoga ... 16

Pengendalian ... 17

Daftar Pustaka ... 17

BAB III PARAMETER KEHIDUPAN DAN DEMOGRAFI KEPIK, Diconocoris hewelli (Dist.) (HEMIPTERA: TINGIDAE) PADADUAVARJETASLADA ... 21

Abstrak ... 21

Pendahuluan ... 21

Bahan dan Metode...... 22

Hasil... 24

Pembahasan ... 29

Kesimpulan... ... 33

(11)

x

BAB IV FENOLOGI PEMBUNGAAN DAN KELlMPAHAN

POPULASI KEPIK. Diconocoris hewett; (Dist.)

(HEMIPTERA: TINGIDAE) PADA PERTANAMAN LADA 36

Abstrak ... 36

Pendahuluan ... ... 37

Bahan dan Metode... 38

Hasil ... 39

Pembahasan... 47

Kesimpulan... 55

Daftar Pustaka ... 55

BAB V HUBUNGAN KERAPATAN POPULASI KEPIK, Diconocoris hewe"i (Dist.) (HEMIPTERA: TINGIDAE) DAN KERUSAKAN BUNGA SERTA HASIL PADA PERTANAMAN LADA... 58

Abstrak ... 58

Pendahuluan ... 59

Bahan dan Metode... 60

Hasil ... 61

Pembahasan... 71

Kesimpuian... 74

Daftar Pustaka ... 74

BAB VI PEMBAHASAN UMUM ... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Perkembangan luas areal, produksi, ekspor dan rata-rata harga lada di dalam negeri dan pasar dunia serta perolehan devisa

negara ... _ ... _... 2

3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6

Masa perkembangan teiur, dan nimfa serta lama hidup dan keperidian imago kepik renda pada lada varietas LDL dan Chunuk ... .

Statistik demografi kepik renda lada ... .

Lama fase perbungaan pada lada varietas Chunuk ... .

Nemca kehidupan bulir bunga pada lada varietas Chunuk ... .

Pola tebaran kepik renda pada pertanaman lada varielas Chunuk di Desa Air Anyir Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka Induk, Provinsi Bangka Belitung, 2005 ... .

Pola tebaran kepik renda pada pertanaman lada varielas LDL di Desa Puput Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Beiitung, 2005 ... , ...

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan, instar, dan kerapatan populasi kepik renda lada terhadap tingkat kerusakan bulir bunga ... .

Analisis ragam pengaruh fase perbWlgaan. instar dan kerapatan kepik renda lada terhadap banyaknya buab terbentuk ",."" ... " ..

Tingkat kerusakan bulir bunga, banyaknya buab terbentuk, dan kehilangan basil pada tiga kerapatan populasi kepik renda!ada"

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan dan kerapatan populasi imago kepik renda lada terbadap kerusakan bulir bunga .... , ... " ... , ... , .... , ... , .. , .. , .... " ... , ... , ... ", ... .

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan dan kerapatan populasi imago kepik renda !ada terhadap banyaknya buab terbentuk ... , ... , ... , ... , .... , ... ,." ... " ... " ... ".", .. "", ... " ... .

Tingkat kerusakan bulir bunga dan banyaknya buab terbentuk pada tiga fase perbWlgaan varietas LDL ... .

(13)

5.7

5.8

5.9

5.10

5.11

Tingkat kerusakan bulir bunga dan banyaknya buab terhentuk pada herbagai kerapatan populasi kepik renda lada ... .

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan dan kerapatan populasi nimfa kepik renda lada terhadap persentase bunga rusak ... .

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan dan kerapatan populasi nimfa kepik renda lada terhadap banyaknya buab terbentuk ... .

Tingkat kerusakan bulir bunga dan banyaknya buab terbentuk pada berbagai kerapatan populasi nimfa kepik renda lada ... .

Jumlah bulir bunga terserang (%) pada varielas Chunuk dan LDL ... .

67

67

68

68

(14)

Nomor 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5

4.6

5.1 5.2 5.3 5.4 DAFTAR GAMBAR Halaman

Lama hidup imago betina kepik renda yang dipeJihara pada tiga fase buJir perbungaan bunga pada varietas Chunuk ... .

Lama hidup imago betina kepik renda yang dipelihara pada tiga fase perbungaan varietas LDL ... .

Lama hidup satu pasang imago kepik renda yang dipelihara pada pucuk daun dan buah muda lada varietas LDL. ... .

Sintasan dan keperidian harian kepik renda lada pada varietas LDL ... .

Sintasan dan keperidian harian kepik renda lada pada varietas Chunuk ... .

Curah hujan di Pulau Bangka pada periode 2003-2004 ... .

Jumlah bulir bunga pada varietas Chunuk dan LDL ... .

Kelimpahan populasi kepik renda lada pada varielas Chunuk dan LDL ... .

Persentase bulir bunga yang terserang oleh kepik renda lada pada varielas Chunuk dan LDL (Mei 2003 - Mei 2004) ... .

Hubungan kerapatan populasi kepik renda lada dengan persentase bulir bunga terserang pada varietas Chunuk ... .

Hubungan kerapatan populasi kepik renda lada dengan persentase bulir bunga terserang pada varietas LDL. ... .

Imago kepik renda lacIa sedang menghisap bulir bunga ... .

Bulir bunga !ada: a. bulir bunga sehal, b. bulir bunga terserang,

c. buah terbentuk tidak sempuma akibat serangan kepik renda !ada, d. buah sehal, tanpa serangan kepik renda lada ... . Gejal. akhir bulir bunga l.da akihat serangan kepik renda lada .

Hubungan kerap.tan populasi nimfa kepik renda lada dan banyakny. buah yang terbentuk ... .

(15)

5.5 Hubungan kerapatan populasi imago kepik renda lada dan

banyaknya buab yang terbentuk ... . 65

5.6 Hubungan antara kerapatan populasi nimfa kepik renda lada

dan banyaknya buab yang terbentuk ... .

69

5.7 Hubungan antara kempatan imago kepik renda lada dan

(16)

DAFfAR LAMPIRAN

Nemer Halaman

(17)

BABI

PENDAHULUAN

Latar 8elakang

Lada (Piper nigrum L.) adalah salah satu komoditas rempah yang diperdagangkan di dunia dan diusahakan sejak sebelum perang Dunia ke II.

Tanaman lada di Indonesia diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat.

Perkebunan lada merupakan penyemp tenaga kerja atau penyedia lapangan kerja

yang potensial. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap tidak kurang dan 16.9 juta orang (Ditjen BP Perkebunan 2000). Luas areal pertanaman lada pada tabun 2003 sudah mencapai 204 107 ha (Digen BP Perkebunan 2004).

Produk lada yang umum dikenal pada perdagangan internasional adaIah lada hitam (black pepper) dan lada putih (white pepper). Daerah utama penghasillada putih adaIah pulau Bangka, sedangkan penghasil utama lada hitam adaIah Lampung. Produksi lada di Indonesia adalah 64 703 ton dengan volume ekspor 38 724 ton (Di\ien BP Perkebunan 2000). Ekspor lada pada tabun 2000 mampu memenuhi 36.9%, yaitu 63 938 ton, dari kebutuhan dunia yang jumlahnya

173 170 ton. Jenis lada yang diekspor adalah 34 256 ton lada putih dan 29.682 ton lada hitam. Pada tahun 2001 ekspor lada Indonesia menurun menjadi 26.8%

dati kebutuhan dunia, terdiri dan 29 637 ton lada putih dan 23 957 ton lada hitam (!PC 2002).

Komoditas lada mempunyai nilai yang cukup tinggi dan memberikan

(18)

2

budidaya yang belwn lengkap, sehingga tanaman menjadi rentan terhadap gangguan lingkungan, terutama serangan hama dan penyakit tanaman, Kehilangan basil akibat serangan hama dan penyakit tanaman lada pada tabun 1999 di perkirakan 5,8 miliyar rupiah (Ditlintanbun 1999; Digen BP Perkebunan 2000).

Luas serangan hama dan penyakit pada triwulan ketiga pada tabun 2004 adalah 6536.75 ba dengan kerugian lebih dari 10 milyar rupiah (Ditlintanbun 2004).

Tabel 1.1 Perkembangan luas areal, produksi. eksJX>r dan rata-rata harga fada di dalam negeri dan pasar dunia serta perolehan devisa negara

Rata-rata harga Rata-rata pas3T

L"", Prod..J< dalam negeri dunia Ekspor (ton) Total Devisa

Tabun Areal ,; HrセOォァI@ Sm $/lookg ekspor

US$ 000

(Ha) (Ton) Lada Lada Lad. Lada Lada Lada (ton)

Eutih hitam

e

utih

hnam

e

utih hKam

1990 127582 69899 2742 2721 338.26 321.36 34660 13 015 47676 79312 1991 126783 62549 2117 I 981 243.90 237.01 30641 19024 49665 65757

1992 127200 65014 2050 I 517 216.41 175.88 30 til 31327 61438 61385

1993 130676 65798 3521 2671 348.03 204.04 17382 8419 25801 43635

1994 127673 54043 5586 4247 450.92 285.56 18459 16675 35134 76470

1995 134689 58955 7070 540] 520.26 361.41 20035 36093 56 128 150 560

1996 126632 52168 7268 5569 500.05 325.00 17052 19 150 36202 96261

1997 III 263 46708 15411 10759 914.01 824.96 21 122 11 388 32510 159589

1998 130991 64538 90873 68193 2017.07 853.70 16570 21 161 37731 184 843 1999 136842 61224 92 787 31841 1007.05 952.50 23870 II 657 35527 187713

2000 136450 77500 30560 27497 540.00 525.00 34256 29682 63938 233354

2001 186 022 82078 38664 33062 431.38 346.95 29637 23653 53290 100 000 2002 204 068 90 181 22587 17378 36250 270.00 41343 21019 62462 88136

2003 204 107 90 413 362.50 270.00

Sumber. Oitjen SP Perkebunan (2000); IPC (200t); Ditjen BP Perkebunan (2004).

Harna yang menyerang tanaman lada adalah kwnbang penggerek batang, Lophobaris piperis Marsh. (Coleoptera: Curculionidae), kepik pengisap buah Iada, Dasynus piperis China (Hemiptera: Coreidae), dan kepik renda lada (KRL),

[image:18.603.80.504.70.791.2]
(19)

akibat serangan pengisap buah antara 14.72-26.01%, sedangkan serangan kepik

renda mengakibatkan kerusakan bunga berkisar antara 9.59-20.21% (Asnawi

1992).

Pengendalian hama lada masih mengandalkan insektisida sintetis. Hal ini

disebabkan antara lain teknik pengendalian altematif yang tepat dan rasional

belum tersedia Tindakan pengendalian dilakukan apabila harga lada tinggi. Pada

saat harga lada rendah. petani membiarkan tanamannya terserang hama tanpa pemupukan atau penggunaan pupuk tidak sesuai anjuran, akibatnya tanaman

rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Penggunaan insektisida sintetis

dapat menyebabkan resistensi dan reswjensi harna sasaran. keracunan pada petani,

terbunulmya serangga-serangga berguna atau serangga bukan sasaran,

pencemaran lingkungan dan residu pestisida dalam produk perkebunan (Oka 1995; IPe 1996; Sivadasan 1999).

Mengurangi atan meniadakan penggunaan insektisida dalam pengendalian

hama tanaman merupakan teknik pengendalian yang tepat dan rasional. Teknik

pengendalian yang tepa! dan rasional adaIab pengendalian yang efektif dan efisien tanpa menimbulkan dampak negatif. Teknik pengendaiian tersebut dapat

diwujudkan melalui konsepsi pengendalian bama terpadu (PHT). Penerapan PHT berdasarkan pendekatan ekologi. PHT pada dasamya adalab ekologi terapan. Pengembangan PHT memerlukan pemabaman ekologi bama sasaraJI. Titik-titik

lemab kebidupan bama dan komponen-komponen lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan bamo dapat diketabui melalui pemabaman bioekologi. PHT merupakan basil dan sintesis pemabaman mengenai (I) dinamika populasi hama, (2) teknologi budidayo tanaman, (3) biologi dan ekologi hama, (4) interaksi bam. dengan organisme lain dan (5) kerugian secara ekonomi (Oka 1995). Masalabnya adaIab informasi mengenai dinamika populasi, polo tebanm D.

hewetti, bioiogi, ekologi, kehilangan

basil

dan interaksi

hama

dengan organisme

lain sanga! terhatas. Dari lotar belakang yang diuraikan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mernpel.jari biologi, kelimpaban populasi, polo tebanm dan kehilangan basil oleh kepik renda

Infonnasi mengenai bioiogi. keJimpahan populasi , dan kehilangan hasil

(20)

4

tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor abiotik yaitu tanaman sebagai sumberdaya, eurah hujan, subu, cahaya, dan kelembaban serta faktor biotik meliputi predator, parasitoid dan patogen (Clark et at. 1967).

Penerapan konsepsi PHT memerlukan pengetahuan yang menyeluruh dari semua faldor tersehut. Faktoe-faktor lingkungan dapat mempengaruhi populasi hama secara sendiri-sendiri dan interaksi di antara faktor tersebut. Pengendalian

D. hewetti dengan menggunakan konsep PHT memerlukan penelitian secara bertahap (dalam waktu yang relatiflama). Lingkup penelitian ini di fokuskan pada bioiogi, kelimpahan populasi, poia tebaran kepik renda, fenologi pembungaan tanaman lada dan kehilangan hasil akibat serangan kepik renda.

(21)

Tujuao Peoelitian

Penelitian bertujuan untuk mengkaj i bio-ekologi kepik D. hewett; dalam

hubungannya dengan tanaman lada. Secara lebih khusus, penelitian yang

dilakukan bertujuan untuk: (I l mengukur parameter kehidupan D. hewetti, yang meliputi masa perkembangan ーイ。、・キ。ウセ@ lama hidup imago, dan keperidian; (2)

mengukur parameter demografi kepik renda lada, yang meliputi laju pertambahan

intrinsik, laju reproduksi bersih. masa generasi. dan laju pertambahan エ・イ「。エ。ウセ@ (3)

menentukan pola fenologi pembungaan lada dan kaitannya dengan kelimpahan dan poJa tebaran populasi D. hewett;; dan (4) menentukan hubungan antara

kerapatan populasi kepik renda dan kerusakan bulir bunga serta kehilangan hasil.

Daftar Pustaka

Asnawi Z. 1992. Sebaran hama utama eli daerah senna produksi lada (nper

nigrum, L.) di Bangka Laporan Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan

Obat (tidak dipublikasikanl.

[Balittro] Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1997. Evaluasi hasil dan pemantapan program penelitian bama dan penyakit secara terpadu pada berbagai tanaman rempah dan obat. Evaluasi Pemanlapan PHT Tanaman

Perkebunan, Bogor 23 - 24 April 1997.

Clark LR, Geiler PW, Hughes RD, Morris RF. 1967. The ecology of insect

population in theory and practice. London: Methuen & Co Ltd.

[Ditjen BP Perkebunan] Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2000. Statistik Perkebunan Indonesia, 1998-2000. Lada. Jakarta: Departemen Kehutanan dan perkebunan.

[Ditjen BP Perkebunan] Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan Indonesia. 2001-2003. Lada. Jakarta: Departemen Pertanian.

[Ditlintanbun] Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan. 1999.

Perkembangan Hama dan Penyakit Lada. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan.

[Ditlintanbun] Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan. 2004. Laporan Situasi OPT Perkebunan Triwu/an III 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan.

(22)

6

[IPC] International Pepper Community. 2001. The 32th pepper exporters meeting; 29 - 30 Oktober 200 I. Belem (Brazil).

[IPC] International Pepper Community. 2002. Report of the RWセ@ Pepper Tech Meeting, International Pepper Community. Serawak, Malaysia

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, Penerjemah. Jakarta: PT lchtiar Barn Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de cultuurgewassen in Indonesia

Oka IN. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan lmplementasinya di indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sivaciasan CR 1999. Pesticide residue in food, Internal Pepper News Bul Vol XXVI No.3 - 4: 52-58.

Suprapto. 1983. Hama Lophobaris spp pada tanaman lada di Kebun Percobaan Natar, Lampung. Pemb LPTI8 (45): 8-16.

(23)

BABII

TINJAUAN PUSTAKA

Botaoi Tanaman Lad.

Tanaman lada yang asalnya dan India tennasuk dalam tumbuhan biji belab (Dicotyledoneae) (Nuryani 1996; Purseglove el at. 1981; Ravindran 2000). Lada merupakan tanaman tabunan yang memanjat dan berbuku-buku, bataog tanaman kecil, rimbun, mempunyai beberapa bentuk cabang. Ketinggian taoaman lada jika

dibiarkan dapat mencapai lebih dari 10m. Agar memudahkan dalam

peme1iharaan. tanaman lada dibatasi sampai ketinggian 4 m dan rnelekat pada

tajar (liang panjat) dengan garis tengab mabkota pohon 1.5 m. Tanaman lada terdiri dan 5 bagian yaitu : akar, bataoglcabang, dauo, bunga serta buab. Tanaman lada termasuk dalam anggota dikolil, memiliki akar tunggang, dengan akar utama pada dasar bataog beJjumlab 10-20 dan panjang 3-4 m. Akar-akar dan buku di

atas tanah tidak. memanjang. Panjangnya terbatas antara 3-5 em, flUlgsinya untuk

menempel pada tiang panjat. Perakaran lada tennasuk sistem perakaran yang

dangkal. Tanaman lada yang berumur 2 dan 4 tabun memiliki perakaran berturut-tumt 90% dan 85% di alas 30 em dan permukaan taoab. Penyerapan air oleh .akar mencapai ke dalaman 4 m (Wabid 1996; Purseglove 1968; Purseglove el al. 1981;

Ravindran 2000).

Bataogleabang berupa sulur panjat yang berbuku-buku dan berbentuk silindris, mempunyai akar lekat. Panjang buku berkisar antara 5-12 em. Warna

batang bervariasi antara hijau muda, hijau tua, hijau keungu-unguan atau bijau

(24)

8

Tanaman lada berdaun tunggal tidak berpasangan tetapi berseling dan

tumbuh pada setiap buku. Daun tua berwarna hijau mengkilat pada pennukaan atas, sedangkan daun muda hervariasi (bjjau rouda, ungu, coklat rouda),

bergelombang atau rata. Panjang tangkai daun 1.8-2.6 em. Pangkal daun tumpul dan berlekuk, ujung daun meruneing. Bentuk daun bervariasi dari bulat telur sampai bentuk jantung. Ukuran daun bervariasi di antara kultivar. antara 8-20 em

panjang dan 4-12 em lebar (Wahid 1996; Purseglove et al. 1981).

Bunga lada terdapat pada cabang plagiotrop (eabang buah), tersusun dalarn bulir (spike). Panjang bulir bunga antara 3-15 em. Satu bulir bunga berisi antara

50-150 bunga. Bunga lada liar adalah uniseksual yang mempunyai bentuk

monoesis. dioesis. atau hennaprodit (Purseglove el al. 1981). Pada umumnya lada liar mempunyai bunga dioesis. tetapi tanaman lada yang dibudidayakan

kebanyakan biseksual atau hermaprodit (Krishnarnurthi 1969, diacu dalarn Purseglove et al. 1981). Kedudukan bunga tersusun dalam beberapa spiral sedernikian rupa sehingga dalam posisi uj ung spiral ke bawah, masing-masing

bunga berada vertikal di bawah salah satu benang sari dari bunga yang berada di alasnya. Bakal buah (ovarium) berbentuk kebundar-bundanm. Kepala putik

(stigma) berbentuk bintang yang bercahang tiga sampai lima dan duduk di alas

bakaI buah tanpa tangkai putik yang jelas. Benang sari berjumlah 2 dan terdapat pada arab lateral masing-masing bunga. Tangkai sari peudek dan tebal. Kedua kotak sari terbuka dengan katup yang membuka keluar. Butir-butir tepung sari

berbentuk bundar dan berukuran kedl (garis tengah ±IO 1') (I1yas 1960). Calon-calon bunga pada awalnya berupa mata tunas. Menjelang masa pembungaan mata tunas tumbuh menjadi kuneup yang diselubungi oleh selubung daun. Beberapa hari sesudah bulir bunga tersembul, bunga mulai bengkok ke bawab, dimulai dari ujungnya kemudian diilruti oleh pangkalnya.

(25)

adanya iendir, hal ini memmjukkan masa reseptif putik. Sesudah kotak san

terbuka, benang sari mulai mengeluarkan tepung sari. Penyerbukan dapat tOljadi

tanpa pertolongan sel'8llgga ataupun air hujan, tetapi adanya reaksi geotropi positif

dan bung. itu sendiri. Waktu yang diperlukan dan mulai terbentukny. bung. sampai buab masak ± 7 bulan. Pemetikan buab ± 6 bulan untuk matang pemetikan lada hitam, sekitar 8 bulan untuk pemetikan lada putih dan 9 bulan untuk benih (ilyas 1960).

Buah lada tennasuk buah buni atau buah batu yang mempunyai dinding buah, terdiri dari tiga bagian yaitu lapisan luar (exocarp), lapisan tengah

(mesocarp) dan I.pisan dalam (endocarp). Buah berbentuk bula!, pada waktu masak berwama merah, garis tengah ± 4-6 mm, panjang bulir/malai ± 8-25 em.

Neraca Kehidupan

Metode pengendalian yang efektif dan efisien untuk hama tanaman dapat

diperoleh dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika

populasi serangga hama. Faktor-faktor tersebut adalah abiotik dan biotik. Faktor

.biotik antara lain pakan, tempat hidup, faktur fisik dan kinti. yang menunjang. Faktor biotik yaitu parasitoid, predator, hiperparasi!, patogen, kerapatan populasi yang mengancam kelangsungan hidup dan reproduksi individu di dalam populasi tersebut (Clark et al. 1967). Untuk itu perlu mengetabui perubahan numerik yang teljadi terhadap hama tersebu!, misalnya kerapatan populasinya, perubahan jumlah populasi, jumlah kelaltiran dan jumlah kematian. Sifat-sifat tersebut di .Ias

disebut parameter demografi. Perubahan di dalarn popuiasi tersebut dapat digarnbarkan melalui penyusunan suatu neraca kehidupan (Price 1990).

(26)

to

individu yang lahir dalam waktu yang bersamaan dan diikuti olehjumlah individu

yang mati di dalam interval umur (Southwood 1978, diacu dalam Rauf 1983;

Krebs 1978). Neraea kehidupan horizontal telah digunakan untuk. komunitas

tanaman, silvikultur, analisis yang berhubungan dengan populasi perturnbuhan

tanaman (seedling) dan di bidang kehutanan terutama tentang pengamatan serangga perusak dan pengaruh lainnya. (Waters 1966, diacu dalam Rauf 1983; Helt & Loucks 1968, diacu dalam Rauf 1983). Berdasarkan neraca kehidupan

tersebut dapat dibuat kurva kesintasan (survivorship curve) dari populasi serangga

yang diamati (Boughey 1973; Krebs 1978; Poole 1974; Price 1990). Dari neraca

kehidupan dapat dihitung statistik demografi yaitu : laju reproduksi bersih (Ro)

adaIah banyaknya keturunan betina yang berhasil menjadi imago, atau kelipaJan populasi per satu generasi; lama waktu satu generasi (T); laju pertambahan

intrinsik (r) yaitu laju pertambahan individu serangga pada suatu kondisi fisik

tertentu dalam suatu lingkungan tak terbatas yang pengaruhnya terhadap

peningkatan populasi serangga tidak diperhitungkan (Birch 1948); laju

pertambahan terbatas (A) yaitu kelipatan populasi per satuan waktu; angka kelahiran (b); angks kematian, dan (d) sebaran umur stabil (Birch 1948; Clark et al. 1967; Price 1990). Pertambahan populasi dapat teljadi apahila populasi serangga memiliki sebaran umur yang stabil, artinya memiliki peluang keperidian

dan kematian yang sarna pada kelompok umur tertentu untuk setiap generasi.

Selain itu, populasi tersebut memiliki proporsi kelompok umur yang relatif sarna

untuk setiap generasi (poole 1974).

Statistik demografi berhubungan dengan sintasan, keperidian, dan pola pertambahan populasi (Zeng et al. 1993). Jika faktor-faktor tersebut dapat ditentukan, maka mata rantai terlemah dalam siklus hidup serangga dapat diketahui. Selain untuk mendapatkan cara pengendalian yang tepa!, data tersebut dapat juga dimanfaatkan untuk menilai resistensi tanaman terhadap serangga hama (price 1990).

Hubungan antara Kerusaun dan Kehilangan Basil

(27)

bunga atau buab akan berdampak terhadap kerusakan bunga sehingga menggagalkan pembuaban dan menyebabkan kerusakan buab sehingga banyak buab yang rusak, yang pada akhimya akan mengakibatkan kehilangan hasil.

Menurut Usman el at. (1996) pertumbuhan tanaman lada dapat dikelompokan menjadi 2 fase yaitu fase tanaman muda atau belum menghasilkan (TBM) dan fase tanaman dewasa atau tanaman menghasilkan (TM). Tanaman lada yang termasuk dalam TBM, apabila umur tanaman di lapangan antara 2-3 tabun. Pada periode tersebut sebagian tanaman sudah ada yang berbunga dan menghasilkan buah, tetapi bunga atau bakal buab yang terbentuk perlu dibuang untuk lebih memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Bentuk tajuk diusahakan

agar mempunyai volume yang besar. karena bentuk tajuk tanaman akan

mempengaruhi basil yang dapat dicapai.

Pemeliharaan tanaman lada pada fase TBM adalah : I) penaungan sementara, 2) pemangkasan sulur panja!, 3) pembuangan bunga, pembuangan sulm tanah dan sulur cacing, 4) pemangkasan pohon-pohon panjat, 5) pemupukan,

6) pengendalian bama penyakit, dan 7) perawatan drainase. Pada fase TBM bertujuan untuk menguatkan pertumbuhan tanaman dan mempersiapkan agar

tanaman dapat menghasilkan secara maksimal. Fase TM teljadi apahila tanaman lada sudah berbunga, berbuab dan mengbasilkan. Pemeliharaan fase TM sarna dengan fuse TBM, hanya berbeda dalam baI dosis dan komposisi pupuk.

Pada fase TM, mulai diserang hama saiah satunya adalah kepik renda lada (KRL), Diconocoris hewelti. Kerusakan tanaman sudah mulai terlihat pada waktu keluar bung. akibat serangan KRL. Semakin hanyak populasi kepik semakin hanyak bulir bunga yang dirusak. Kepik renda mampu mengakibatkan kerusakan herat pada bulir bunga Iada. Secara individu dalam waktu 12 dan 24 jam kepik ini mengakibatkan kemsakan 18.96 dan 40.67% individu bunga, Hal ini berarti kehilangan hasil pada satu bulir bunga mencapai 18.96 dan 40.67% bakal buab yang sebenarnya akan menjadi buab jika tidak ada serangan kepik (Deciyanto el

al. 1988). Hasil observasi di Bangka (Asnawi 1992, diacu dalam Wikardi &

(28)

(12.89-12

14.70%), sedangkan Bangka Selatan lebih nngan (9.59-12.03%). Menurut

Trisawa et al. (1992) KRL sebagai hama bunga di Kalimantan Barat merupakan

hama penting yang menyerang bunga lada. Kerusakan buJir bunga lada akibat

serangan kepik renda di Kecamatan Sungai Raya mencapai 38.64 %.

Biologi dan Ekologi Kepik Renda Lada

Persebaran dan Tumbuhan Inang

Sampai saat ini persebaran D. hewett; di Indonesia dilaporkan di daerah

Sumatera, Kalimantan dan Bangka (Kalshoven 1981). Persebaran hama dalam habitatnya merupakan fenomena ekologi yang khas untuk setiap spesies (Taylor

1984), sedangkan pola tebaran hama mengikuti pola acal<, bergerombol atau

beraturan. Poia persebaran merupakan cenninan interaksi antara perilaku dan

keragaman iingkungan. khususnya tanaman inang sebagai sumberdaya makanan

dan ruang (Southwood 1978; lwao 1979). Interaksi perilaku serangga dengan

kondisi tanaman inang yang berbunga satu tabun sekali dan berbunga sepanjang

tabun akan menentukan pola tebaran. Sumberdaya dan kerapatan populasi juga

turnt menentukan pola tebaran. Misalnya pada kerapatan populasi rendah, pola

tebaran populasi mungkin mengikuti pola acak (Taylor 1984). Pemencaran KRL hanya dilakukan oleh serangga dewasa, sedangkan nimfa tidak berpindah iauh dari tempat telur menetas.

Kepik D. hewett; merupakan hama yang sporadis di Serawak.. dengan

kelimpahan populasi yang biasanya rendah. Pada waktu tidak terjadi peledakan populasi (outbreak) populasi imago dan nimfa instar akhir sekitar 0.40 ekorl

pohon. Kelimpahan populasi menurun pada waktu pembentukan buah dengan rata-rata 0.08 ekor/pohon. Pada waktu peledakan populasi yang biasa terjadi pada November 1964 sampai dengan Januari 1965, kerapatan kepik rata-rata 3.3 sampai 9.7 per pohon (Rotschild 1968).

Kepik renda tennasuk ordo Hemiptera, dan dalam siklus hidupnya mempunyai lehib dari satu stadia perkembangan yang berbeda Nimfa dan imago merupakan stadia yang sangat aktif merusak inangnya dan penyebarannya sangat ditentukan oleh imago. Perilaku imago meletakkan telur beragam. ada yang

(29)

13

dilihat. Telur diletakkan satu persatu. Tingkat kematian selama fase telur dan

nimfa muda sangat tinggi (Rotschild 1968).

Suatu tumbuhan dapa! dikatakan sebagai inang serangga, apabila tumbuhan dapa! dimanfaatkan oleb serangga untuk berlindung, sebagai makanan dan tempat meletakkan telur, sehingga serangga dapa! hidup dan berkembang biak dengan baik pada tumbuhan tersebut. Status serangga fitofag dapat digolongkan ke dalam salab satu dari empa! kelompok hama, tergantung dari posisi keseimbangan urnurn (PKU) relatif terhadap posisi tingkat kerusakan ekonomi (TKE) (Stem et al. 1959). Keempa! kelompok tersebut adalab: 1) serangg. yang TKE-nya j.uh di atas PKU-nya, sehingga serangga tersebut tidak pemah menimbulkan kerugian secara ekonomis, 2) serangga yang populasinya

sesekali

mencapai TKE, yang

disebut dengan ham. sesekali (occasional pest), 3) serangg. yang TKE-nya sedikit lebih tinggi dari PKU, sehingga setiap kali populasinya meningkat

mencapai TKE, dan serangga yang demikian tergolong dalam hama tabunan

(perennial pest), dan 4) serangga yang TKE-nya di bawab PKU, sehingga merupakan hama sepanjang musim. dan oleh karena itu disebut sebagai hama

utama (severe pest/key pest).

Berdasarkan pengantatan penulis di I'pangan, kepik D. hewetti di temukan pada tanaman lada dan menimbulkan kerusakan bunga sepanjang tabun pada varielas yang berbunga sepanjang tabun maupun pada varietas lada yang berbunga sekali dalam satu tabun. Varielas I.da yang terdapat di Bangka adalab Lampung Daun Lebar (LDL), Lampung Daun Kecil (LDK), Jambi, Cbunuk dan Merapin. Varietas Chunuk dan Merapin berbunga sepanjang tabun (Nuryani 1996). Fluktuasi populasi D. hewetti tergantung pada populasi bunga Jika populasi bunga meningkat maka populasi D. hewetti meningkat dan sebaliknya

(30)

14

spesifik inang atau monofag kecuali Corythucha gossypii (Fabricus), C.

marmorala (Uhler), Stephanitis typica (Distant) dan Monosleria unicostata

(Mulsant & Rey) adalah po1ifag. Livingstone (1977) dan Cobben (1978) sependapat bahwa kebanyakan spesies dari fami1i Tingidae adalah monofag. Tiga dekade sejak Drake dan Ruhoff's (1965) booyak perubahoo tentang dampak ekonomi dari kepik Tingidae. Kemajuan indentifikasi tanarnan inang dikatakan

bahwa banyak spesies tennasuk ke dalam goiongan oligofag (Tomokuni 1983;

Wheeler 1977). Di Sarawak D. hewelli hooya didapatkoo pada tanaman 1ada dan menyebar ke berbagai bagioo di Asia Tenggara (Rothschild 1968). Jika D. hewelli berasaJ dari Sumatera (Kalshoven 1981) dan P. nigrum berasal dari India bagioo Sarat Laut, maka jelas Tingidae mempunyai inang utama, yaitu tanaman liar yang

termasuk ke dalam Piperaceae. Akhir-akhir ini dikatakan bahwa D. hewelli banyak diternukan pada tanaman cabai Jawa (Piper retroJractum VahI). Dengoo demikian kepik renda tennasuk ke dalam goiongan oligofag. Penelitian mengenai

inang D. hewett; pada cabai Jawa belum dilakukan. Infonnasi D. hewett; sangat

terhalas, karena belum banyak pene1itian yang dilakukan terhadap kepik renda Penelitian mengenai interaksi D. hewett; dengan inangnya atau dengan inang

altematif sangat diperlukan mengingat KRL ini merupakan salah satu hama tanaman lada.

Ketertarikan serangga pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 1) fisiologi yang berkaitan dengan senyawa kimia pada tanaman (senyawa primer

dan senyawa seknnder) dan bentuk atau morfologi tanaman yang berkaitan dengan bentuk daun, wama lapisan Jilin, bulu-bulu pada batang dan daun, 2) faktor biotik berkaitan dengan organisme lain, dan 3) faktor ahiotik yaitu pengaruh lingkungan, berkaitan dengan suhu, angin dan cahaya (Bernays & Chapman 1994).

Siklu8 Hidup Kepik

(31)

dengan mengisap cairan bulir bunga Nimfa selalu ditemukan pada bulir bunga

yang selalu menunjukkan kerusakan. Bentuk tubuh penuh benjolan dan sayapnya seperti renda. Nimfa berganti kulit lima kali. Stadiwn nimfa 19 hari dengan

rincian nimfa instar-I, -2, -3, -4, dan -5 berturut-turut 4, 3, 3, 4 dan 5 hari. Sildus

hidup ±30 hari, sehingga terjadi ± 12 generasi dalam satu tahun dengan aswnsi pakan untuk KRL cukup berlimpah (Rotschild 1%8). Selama nimfa serangga ini berada pada bunga dan terdapat pada satu bulir bunga. Imago kepik tidak aktif terbang. Imago kepik renda berwama hitam, dengan ukuran panjang 4-6 mm.

Serangga lebib banyak diam pada bulir bung .. mudah dilihat dan bila disentuh atau digoyang menjatuhkan diri seolah-olah mati. Apabila tersedia bulir bunga,

imago KRL dapat hidup antara 1-2 bulan. Imago kepi!< renda terbang pada siang hari, dengan kecepatan yang sangat rendah. Menangkap serangga dalam jurn1ah banyak, apabila terjadi peledakan populasi, mudah dilakukan. Wadah atau lernbaran kain diletakkan di bawah bulir bunga Iada, kernudian digoyang, maka serangga dewasa yang sedang hinggap akan jatuh. Sebaliknya nimfa hinggap erat

pada bulir bunga lada Kehadiran nimfa doPat dideteksi berdasarkan kerusakan pada bulir bunga.

Perkembangan Populasi Kepik

Kepi!< D. hewetti mengisap bulir bunga lada dan bulir buah muda serta pucuk daun muda. Pakan ulama KRL adalah bulir bunga lada, sehingga ketersediaan bulir bunga lada sangat mempengaruhi perkembangan populasi D.

(32)

16

Mengingat KRL dapat bertahan hidup sementara pada buah muda dan pucuk 、。セ@ maka populasi kepik renda selaln ada di lapangan, walaupun dalam populasi

yang sangat rendah. Apabila perbungaan mulai munenl, maka populasi kepik

biasanya mulai meningkat. Berdasarkan hasil penelitian Deciyanto (1988),

fluktuasi tingkal serangan pada bulir bunga sangal eral hubungannya deugan fluktuasi populasi kepik renda. fluktuasi populasi KRL juga erat kaitannya

dengan fluktuasi pembungaan lada. Pembungaan lada dipengaruhi oleh curah

hujan. Puncak populasi kepik D. hewett; di Bangka terjadi antara Oktober sampai

dengan Februari, sedangkan populasi terendah umumnya terjadi pada Juli,

Agustus dan September.

Kerusakan Dulir Bungs

Serangga ini merusak bulir bunga lada dengan jalan mengisap canan

perbungaan sebelum membentuk buah. Serangan nimfa dan imago pada bulir

bunga akan mengakibatkan perubahan warna bulir bunga dari hijau kekuningan

menjadi coldat atan hitam dan kering sehingga menggagalkan pembuahan. Kepik

rendajuga menyerang buah yang masih muda. Gejala hekas serangan KRL adalah

adanya bintik-bintik berwama coklat yang berasal dari cairan ekskresi kepik renda

(Devasahayam 2000; Rotschild 1968). Tingkal kerusakan bulir bunga dipengaruhi oleh kerapatan populasi barna. Pada saal populasi tiuggi, kerusakan bera!, sedangkan pacta saat populasi rendah. kerusakan ringan. Setiap individu serangga dewasa mampu merusak 40.67% butir bunga pada bulir bunga yang berisi 70 - 75

individu bunga, dalam waktu 24 jam (Deciyanlo el al. \988). Periode pembungaan mempengaruhi populasi D. hewetti. Serangan KRL di Indonesia

(33)

Pengendalian

Peningkatan populasi kepik reoda" disebabkan oleh lamanya periode fase

bunga. Populasi KRL akan turun jika petani menanam varietas lada yang

berbunga satu kali dalam setahun, dan menghindari menanam varietas lada yang

berbunga sepanjang tabun. Pengendalian KRL dengan insektisida kimia sudah

dilakukan sejak lama oleh petani lada keturunan Cina di Bangka. Sejak periode

sebelum perang, deris dan nikotio sudah digunakan. Pada tahun 1964 di Kuching

menunjukkan bahwa penggunaan insektisida sudah mencapai 80% dari 60 petani

lada. Sebanyak 30"10 petani lada di Bangka menggunakan bahan insektisida untuk mengendalikan KRL dan hama lain seeara berjadual, meskipun tidak muneul

hama, dan sisanya 70% jika muncul populasi hama Jenis insektisida yang banyak

digunakan adalah BHC (lebih dari 60%) dan malathion (53%), sedangkan nikotin dan DTT sebanyak 9 dan 7 % petani (Rothschild 1968). Pengendalian kepik renda dengan insektisida kimiawi masih banyak dilakukan oleh petani lada.

Penyemprotan hiasanya dilakukan dengan carn berkala, sehingga penggunaan

insektisida culmp intensif. Pengendalian KRL dilakukan apabila harga lada tinggi,

jika harga lada rendah petani membiarkan kebunnya, sehingga rentan terhadap

gangguan lingkungan.

Penggunaan musuh alami khususnya parasitoid dan predator belurn

dilakukan karena sampai saat ini belurn dijumpai musuh alami yang potensial

untuk mengendalikan kepik renda. Cendawan patogen mempunyai prospek yang

cukup baik untuk dikembangkan guna mengurangi penggunaan insektisida. Hasil

percobaan di laboratorium dan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan

cendawan Beauveria hassiana dan Spicaria sp. dapat menekan populasi kepik

renda lada hingga 90% (Laha et al. 2005; Wikardi & Asnawi 1996).

Daftar Pustaka

Asnawi Z. 1992. Sebaran hama utama di daerah sentra produksi lada (piper nigrum L) di Bangka Laporan Basil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (tidak dipublikasikan).

(34)

18

Birch LC. 1948. The intrinsic rate of natural increase of an insect population. J

Anim Ecol 17 : 15-26.

Boughey AS. 1973. Ecology oJPopulation. 2'" ed. New York: The Me Millan Co. Clark LR, Geier PW, Hughes RD, Morris RF. 1967. The Ecology oj Insect

Population in Theory and Practice. London: Methuen & Co Ltd. Cohben RH. 1978. Evolutionary Trends in Heteroptera. Part II mッオエー。イエセ@

Structure and Feeding Strategies. Wageningen: H Veenman & BV Zonen.

Deciyanto S. 1988. Fluktuasi populasi dari penghisap bunga (Diconocoris hewett; Dist.) dan hubungannya dengan kerusakan bunga, masa perkembangan dan curah hujan di Bangka. Pemb Liltr; Vol XIV No 1-2 luli-Desember.

12-17.

Deciyanto S, Siswanto, Asnawi Z. 1988. Kemarnpuan merusak hama bunga ladft,

Diconocoris hewett; Dist. (Hemiptera; Tingidae) Bul Liuro (3) 2: 68-71. Devasahayam S. 2000. Insect pests of black pepper. Di dalam: Ravindran, editor.

Black Pepper, Piper nigrum. Amsterdam: Harwood Academic Publishers. him 309-334.

Drake CJ, Ruhoff RA. 1965. Lacebugs of the world, a catalog (Hemiptera : Tingidae). U S Nat Mus But 243. Washington, DC: Smithsonian Institution.

Helt JM, Loucks OL. 1968. Application of life table analysis to tree seedlings in Quetieo Provincial Park., Ontario. For Chron 44: 29-32.

Hom DJ. 1988. Ecological Approach to Pest Management. London: Publish Elsevier Appi Sci.

Ilyas BH. 1%0. Beberapa catalan tenlang biologi bunga lada (Piper nigrum L). Pemb BBPP No 157: 1-22.

Iwao S. 1979. Analysis of spatial distribution patems and density estimation in insect IX>pulations with particular reference to pests of the rice plants. Di dalam: proceedings of the ROC - Japan symposium on rice productivity:

111-122.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van dec, PeneIjemah. Jakarta: PT lehtiar Baru Van Hoeve. TeIjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesia.

(35)

Krishnamurthi A. 1969. The Wealth of India: Raw materials, Vol. 8 New Delhi Publ and Infonnation Directorate, CSIR. OJ dalam: Purseglove JW, Brown EG, Green CL, Robbins SR), editor. Spices. Vol 1. London: Longman Group Limited. hIm 15.

Laba IW, Trisawa 1M, Djuwarso T, Nurida, Atmadja WR Amir AM, Muhyadi, Zainudin, Akhyar, Suriati S, Sukmana C, Suhenda A. 2005. Bioekolog; dan pengendalian hama pengisap bungo, Diconocoris hewetti (Dist) pada lanaman lada. Bogor: Laporan Hasil Penelitian PHT -PR Tabun Anggaran 2004.

Livingstone D. 1977. Host specificity in Tingidae (Heteroptera) in relation to plants, parasites and predators. Di daJam: Ananthakrishnan lN, editor. Insect and Host - Specificity. Uttar Pradesh: Macmillian. him 23-28.

Nuryani Y. 19%. Klasifikasi dan karakteristik lada (Piper nigrum, L). Di dalam: Wahid p, Soetopo D, Zaubin R, Mustika I, Nurdjanah N, penyunting.

MonografTanaman Lada. Bogor: Balai Penelitian Tanarnan Rempah dan Obat. him 33-46.

Poole RW. 1974. An Introduction to Quantitive Ecology. New York: Me Graw-Hill Book Co.

Price PW. 1990. Insect Eecology. 2nd ed. New York: John Wiley & Sons.

Purseglove JW. 1968. Piperaceae Dicotyledon Vol 2. London: Green & Co Ltd. Purseglove JW, Brown EG, Green CL. Robbins SRJ. 1981. Spices Tropical

Agriculture Series Vol 1. London: Longman.

Rauf A. 1983. The Impact of Insect on Seed Production in Jack Pine, [phD Thesis] Madison: University of Wisconsin.

Ravindran PN. 2000. Black pepper (Piper nigrum). Indian Institute of Spices Research. Kerela: Harwood Academic Publishers.

Rothschild GHJ. 1968. Note on Diconocoris hewetti (Dist) (Tingidae), a pest of

pepper in Serawak (Malaysia Borneo). Bul Entomol Res 58: 107-118.

Southwood TRE. 1978. Ecological Methods with Particular Reference to the Study oj Insect Populations. London: Chapman & Hall.

(36)

20

Syakir M, Dhalimi A. 1996. Pembibitan tanaman lada. Di dalam: Wahid P, Soelopo D, Zaubin R, Mustika I, Nurdjanah N, penyunting. Monograf Tanaman Lada. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. him 55-60.

Taylor LR. 1984. Assessing and interpreting the spatial distributions of insect populations. Ann Rev Entomol29: 321-357.

Tomokuni M. 1983. Notes on Japanese species of Acalypta (Hemiptera: Tingidae). Mem Nat Sci Mus 16: 145 - 154.

Trisawa 1M, Deciyanto S, Sumarko, Sihwiyono. 1992. Tingkat serangan hama utama lada di beberapa Kecamatan Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Bul Littro 7 (2): 6-10.

Usman D, Zaubin R, Wahid P. 1996. Aspek pemeliharaan dan budidaya Iada. Di dalam: Wahid P, Soetopo D, Zaubin R, Mustika I, Nurdjanab N, penyunting. Monagra! tanoman Lada. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempab dan Ohal. hlm 85-92.

Wahid P. 1996. Idenliftkasi tanaman Iada. Di dalam: Wahid P, Soetopo D, Zaubin R, Mustika I, Nurdjanah N, penyunting. MonograJTanoman Loda. Bogor: Balai Penelilian Tanaman Rempab dan Ohat. him 27-32.

Wahid P, Yufdy MP. 1988. Pedaman pembibitan tanoman lada. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempab dan Oba!. 19 him.

Waters WE. 1966. The development and analysis oj lift tables oj Jorest stand Paper presented at AAAS Meeting, Washington, DC.

Wheeler AG, Jr. 1977. Spicebush and sassafras as new North American hosts of andromeda lace bug, Stephanitis tak£yai (Hemiptera: Tingidae). Proc Entomol Soc Washington 79: 168 -171.

Wikardi EA, Asnawi Z. 1996. Hama pengisap dan bama lainnya Di dalam: Wahid P, Soetopo D, Zaubin R, Mustika I, Nurdjanah N , penyunting, MonograJTanaman Loda. Bogor: BaIai Penelilian Tanaman Rempab dan Obat. HIm. 161-170.

Zeng F, Pederson G, Elisbury M, Davis F. 1993. Demographic statistic for the pea aphid (Homoptera: Aphididae) on resistanl and susceptible red clovers, J

(37)

BABIn

PARAMETER KEHIDVPAN DAN DEMOGRAFI

KEPIK

Diconocoris hewetti

(Dist.)

(HEMIPTERA: TINGIDAE)

PADA OVA V ARIETAS LADA

Abstrak

Pengaruh varietas lada terhadap parameter kehidupan dan demografi kepik renda lada (KRL), Diconocoris hewett; (Dist.) (Hemiptera: Tingidae), diteliti di rumah kssa dan pertanaman lada di Pulau Bangka Penelitian berlangsung sejak Oktober 2003 hingga Februari 2004 dengan menggunakan lada varietas Chunuk dan LOL. Penelitian mencakup pengaruh varielas Chunuk dan LOL terhadap masa perkembangan telur dan nimfa, lama hidup imago jantan dan betina, serta keperidian. Selain itu juga diteliti pengaruh fase perbungaan, pucuk daun, dan bulir buah muda terhadap lama hidup imago. Pengaruh varietas terbadap berhagai parameter demografi KRL dipelajari dengan memelihara kepi!< dari sejak telur hingga imago yang muncul meletakkan telur kembali. HasH penelitian menunjukkan bahwa perbedaan varietas mempengaruhi berbagai parameter kehidupan KRL. Lama perkembangan nimfil 17.3 dan 13.0 bari, lama hidup imago janlan 10.2 dan 18.8 bari, lama hidup imago betina 13.6 dan 16.9 hari, keperidian 13.9 dan 24.5 butir, berturut-turut pada varielas Chunuk dan LOL. Imago KRL hidup lebib lama pada perbungaan fase-3 dibandingkan pada perbungaan fase-I atau-2. Imago D. hewetti dapat bertahan hidup dengan makan pada pucuk daun alau bulir buah muda, masing-masing selama 12.ldan 23.5 bari. Laju pertamhahao intrinsi!< (r) 0.0741 dan 0.0827, laju reproduksi bersib (Ro) 6.98 dan 8.52, masa generasi (T) 26.21 dan 25.91, Iaju pertamhahao terbatas Q,) 1.0769 dan 1.0862, berturut-turut pada varietas Chunuk dan LOL. Secara keseluruhan, varielas LOL lebib mendukung kehidupan dan perkembangan populasi D. hewetti.

K.ata kunci: Kepik renda lada, Diconocoris hewetti, neraca kehidupan

Pendabuluan

(38)

22

Penelitian tentang kehidupan KRL dirintis oleh van dec Vecht (1934) yang

kemudian dilengkapi oleb Rotcbild (1968). Dilaporkan bahwa telur herwarna

bening kekuningan. berbentuk ionjong, berukuran panjang 0.75 nun dan lebar 0.22 mm lebar, serta biasanya diletakkan di antara tonjolan bunga pada bulir bunga. Nimfa terdiri dari lima instar dengan total masa perkembangan 19 hari.

Siklus hidup berlangsung sekitar 30

hari.

Secara umum kedua peneliti tadi telah

meyediakan data awal tentang biologi D. hewett;. Namun demikian. pemahaman

yang lebib menyeluruh lentang kebidupan KRL pada heherapa varietas lada yang

banyak diusahakan di Indonesia mutlak diperlukan untuk mengembangkan

strategi pengelolaan yang efektif. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh

perbedaan varietas lada terhadap biologi dan parameter demografi kepik renda

lada.

Bahan daD Metode

Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian, Bangka Belitung dan pada pertanaman lada milik petani di Air Anjir, Kecamatan Merawang, Bangka, dan herlaogsung sejak Oktoher 2003 sampai dengan Februari 2004. Penelitian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: perkembangan

pra-dewasa, lama bidup imago dan keperidian KRL, pengaruh fase bunga dan bagian tanaman terhadap lama hidup imago KRL. serta sintasan dan keperidian harian

KRL.

Perkembangan ーイ。M、・キ。ウセ@ lama hidup imago dan keperidian KRL.

(39)

kawat, setiap hari pasangan serangga dipindahkan ke bulir bunga yang bam dan

diikuti pengamatan lelor pada buHr bunga yang !elah diinfestasi KRL di bawah mikroskop. sampai pasangan kepik mati. Setiap penelitian diulang 20 kali.

Pengaruh fase perbungaan terhadap lama hidup KRL. Pengaruh tiga

fase perbungaan lerbadap lama hidup kepik renda dilakukan dengan earn mengurung setiap fase perbungaan dengan kurungan kain ォセ@ kemudian ke

dalam kurungan dimasnkkan imago betina KRL yang barn lerbentuk. Setiap han kepik dipindahkan ke buHr bunga yang barn pada masing-masing fuse perbungaan sampai kepik mati. Kriteria masing-masing fase perbungaan ditentukan seperti

earn yang dipakai llyas (I960) dengan modifikasi sebagai berikul: a) perbungaan fase-l, pada bulir bunga belum muneul bunga betina rnaupun bunga jantan, b)

perbungaan fase-2, buHr bunga mengandung hanya bunga betina, dan c) perbungaan fase-3, bulir bunga mengandung bunga jantan dan betina.

Masing-masing perlakuan diulang 20 kali.

Pengarub pucuk dauo dan buah muda terhadap lama bidup imago

KRL. Untuk menentukan apakah KRL dapal bidup dan berkernbang biak pada pucuk daun atau buHr buah muda dilakukan percobaan dengan prosedor sebagai berikul. Pucuk daun atau buHr buah muda pada buHr dikurung dengan kain kasa, kernudian ke dalam kurungan tadi dimasnkkan sepasang imago KRL yang barn

muncul. lika pucuk daun atau bulir buah mnda layu diganti dengan pueuk daun dan bulir buah mnda yang segar. Lama bidup imago pada pucuk dan bulir buah mnda dicatat. Setelah imago mati, kurungan yang berisi pueuk atau bulir buah mnda dibiarkan turnbuh. Kernampuan KRL bereproduksi pada pucuk atau bulir buah mnda didasarkan pada ada-tidakuya nimfa instar-I yang mnneul. Setiap perlakuan diulang sehanyak 10 kali.

Sintasan dan keperidlaD harian

KRL.

Percobaan rumah kasa (screen

house) menggunakan lada perdu yang ditanam di dalarn pol plastik (I セWU@ em, d セ@

(40)

24

dipindahkan ke tanaman barn pada bagian bulir bunga sampai pasangan serangga

tersebut mati. Pengamatan dilakukan terhadap nimfa yang muncul sampai menjadi

imago. Setiap perlakuan diulang sebanyak 20 kali.

Analisis Data

Uji-t diterapkan untuk memeriksa pengaruh varietas lada terhadap masa

inkubasi telur. masa perkembangan nimfa, lama hidup imago, dan keperidian. serta pengaruh pucuk daun dan bulir buah muda terhadap lama bidup imago. Untuk menentukan pengaruh fase perbungaan terhadap lama hidup imago

dilakukan analisis ragam. Seluruh analisis statistika menggunakan bantuan

program SAS (SAS Institute 1989).

Data kesintasan, banyaknya telur yang diletakkan per hari, dan nisbah kelamin digunakan untuk menyusun nemca kehidupan l)l.:ffix (Ix: proporsi betina yang bidup pada urnur x, dan m.: banyaknya keturunan betina yang dihasilkan oleh induk betina yang berurnur x). Neraca kehidupan kemudian digunakan

untuk menghitung laju reproduksi bersih (Ro =

L

lxmx), rataan masa generasi (T

セ@ In Ro/r), laju pertambaban intrinsik (rm セ@ Le·n I.m. セ@ I), dan laju pertambaban

terbatas (A. セ@ eJ. Seluruh parameter ini dan raganmya diduga dengan metode Jackknife (Meyer ef al. 1986; Hulting ef 01. 1990), menggunakan program SAS (SAS Institute 1989) yang dikembangkan oleh Maia ef al. (2000).

HasH

Perkem.bangan Pradewasa, Lama Hidup Imago, dan Keperidian

Hasil penelitian menunjukkan babwa perbedaan varietas lada berpengaruh nyata terhadap lama perkembangan pradewasa kepik renda. Masa inkubasi telur berlangsung lebib lama pada varietas LDL (10.6 hari) dibandingkan pada varietas Chunuk (9.2 hari). Sebaliknya, masa perkembangan nimfa lebib singkat pada varietas LDL (13.0 hari) dibandingkan yang dipelihara pada varietas Chunuk (17.3 hari) (TabeI3.1).

(41)

hidup betina pada varietas Chunuk dan LDL tidak berbed.a nyata. Keperidian

kepik renda pada varietas LDL (24.50 butir) hampir dua kali lipat lebih banyak dari pada yang hidup pada varietas Chunuk (13.90 butir) (TabeI3.1).

Tabe13.1 Masa perkembangan telur dan nimfa ,erta lama hidup dan keperidian imago kepik renda pada lada varietas LDL dan Chunuk

Stadium telur Stadium nimfa Lama hidup imago Keperidian

Varietas

(x± SE hari) (x± SE hari) (x± SE bari) (x ± SE butir)

Jantan Betina

LDL 1O.55± 0.25 13.00±0.86 18.75± 0.92 16.90± 0.49 24.50± 1.19 Chunuk 9.20±0.28 17.25±0.62 10.15±0.75 13.55 ± 1.71 IJ.90±0.98

t - 3.64 4.01 -7.25 -1.88 -6.88

db 38 22 38 38 18

p 0.0008 0.0006 0.0001 0.0736 0.0001

x mtaan

SE = standard error

Pengarub Fase Perbungaan dan Bagian Tanaman Terhadap Lama llidup Imago

Perbedaan fase perbungaan mempengaruhi lama hidup imago kepik renda. Pada varietas Chunuk, imago D. hewett; yang dipelihara pada perbungaan fase-3 (22.0 ± 0.16 hari) hidup lebih lama dari pada yang dipelihara pada perbungaan fase-2 (16.90 ± 0.18 hari) dan fase-I (10.95 ± 0.19 hari) (Gambar 3.1; F セ@ 14,22; db セ@ 2, 18; P セ@ 0,0002). Begitu pula pada varietas LDL, imago kepik bidup lebih lama pada perbungaan fase-3 (20.4 ± 0.12 hari) dibandingkan pada fase-2 (17.60 ± 0.08 hari) dan fase-I (14.95 ±D.13 hari) (Gambar 3.2; F セ@ 8,63; db セ@ 2,18; P セ@ 0,0024).

(42)

26

30

j

25 a

20 - b

·c

15

I

m

I

C 10 セ@

5

-0

[image:42.594.91.472.94.629.2]

Fase 1 Fase 2 Fase 3

Gambar 3.1. Lama hidup imago betina kepik renda yang dipelihara pada liga fase bulir perbungaan varietas Chunuk.

30

-25 i

a

20 1 b

·c

m 15

I

10

5

0

Fase 1 Fase2 Fase 3

(43)

30

a

25

20 '

'0

15 b

:I:

10

5

oセM

Pucuk daun Buah muda

Gambar 3.3. Lama hidup satu pasang imago kepik renda yang dipelibara pada pucuk daun dan buHr buah muda lada varie1as LDL.

Sintasan dan Keperidian Harlan

8anyaknya individu yang mampu hidup sampai umur tertentu menghasilkan

data sintasan (1)1;) pada berbagai umur. Karena telur kepik D. hewett; berada

dalam jaringan tanaman sehingga sulit diamati ュッイエ。ャゥエ。ウョケセ@ maka diasumsikan

tidak tetjadi kematian selama fase telur. Secara umum kurva kesintasan D.

hewetti pada varietas LDL dan Chunuk memperlihatkan pola yang hampir sarna,

yaitu laju kematian kepik cukup tinggi selama kebidupan nimfa, yang ditunjukkan

oleh kurva yang menurun tajam pada hari ke-IO hingga hari ke-25 (Gambar 3.4 dan 3.5). Hal ini mengisyaratkan bahwa fase nimfa sangat rentan terhadap

gangguan tuar. termasuk yang disebabkan oleh gangguan mekanis pada saat

penggantian bulir bunga

Banyaknya telur yang diletakkan setiap harinya disajikan dalam beDtuk

[image:43.594.85.486.75.612.2]
(44)
<

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan luas areal, produksi. eksJX>r dan rata-rata harga fada di
Gambar 3.1. Lama hidup imago betina kepik renda yang dipelihara pada liga
Gambar 3.3. Lama hidup satu pasang imago kepik renda yang dipelibara pada
Gambar 3.4 SintasaD dan keperidian barian kepik renda lada pada varietas LOL.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada endometriosis yang sudah parah, terjadi perlekatan pada rongga panggul, saluran tuba, atau indung telur yang dapat mengganggu transportasi embrio (Missrani, 2009). 5)

Berarti bahwa pemberian K dalam dosis yang tinggi dapat menurunkan jumlah daun pada tanaman muda (saat tanaman berumur 6 bulan), tetapi setelah tanaman berumur

Hasil penelitian Suparman (2000) yang berjudul Konsep Diri, Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Siswa yang diasuh di Panti Sosial Anak Sistem Asrama dan Sistem

Adapun aspek- aspek yang akan dibahas pada uji kinerja katalis meliputi pengaruh sumber sinar (sinar UV dan sinar matahari), pengaruh konsentrasi katalis TiO2 dan

Pada penelitian ini yang menjadi kelas kontrol adalah kelas VIIIC SMP Negeri 2 Sungai Ambawang. Jumlah siswa kelas kontrol sebanyak 26 orang. Perlakuan pada kelas kontrol dimulai

9. Memastikan ibu menyusui dengan baik mengingatkan ibu agar tetap memberikan ASI pada bayinya sesering mungkin sambil menyuruh ibu menyusui bayinya dan hanya memberikan ASI

Sistem ini dikenal sebagai Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Polstrahankamnas adalah bagian polstranas pada bidang hankamnas. Isinya mencakupi

Informasi perihal aktivitas dalam sekolah ini menjadi penting karena selain dapat dipergunakan sebagai sarana untuk membagikan informasi terbaru, juga dapat menjadi