• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SAKSI KORBAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN (STUDI DI POLRESTA MALANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN SAKSI KORBAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN (STUDI DI POLRESTA MALANG)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses penyidikan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk mengungkap suatu perkara baik pada tahap pemeriksaan pendahuluan seperti penyidikan dan penuntutan.

Dalam proses penyelesaian perkara pidana penegak hukum dalam hal ini penyidik wajib mengusahakan pengumpulan bukti maupun fakta mengenai perkara pidana yang ditangani dengan selengkap mungkin. Adapun mengenai alat-alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud diatas dan yang telah ditentukan menurut ketentuan perundang-undangan adalah sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pada pasal 184 ayat 1 yang menyebutkan : “Alat bukti yang sah ialah :

a. Keterangan saksi; b. Keterangan ahli; c. Surat;

d. Petunjuk;

(2)

Di dalam usaha memperoleh bukti-bukti yang diperlukan guna kepentingan pemeriksaan suatu perkara pidana, seringkali penyidik dihadapkan pada suatu masalah atau hal-hal tertentu yang tidak dapat diselesaikan sendiri dikarenakan masalah tersebut berada di luar kemampuan atau keahliannya.1

Kasus tindak pidana pemerkosaan paling banyak menimbulkan kesulitan dalam penyelesaiannya baik pada tahap penyidikan, penuntutan, maupun pada tahap penjatuhan putusan. Selain kesulitan dalam batasan di atas, juga pembuktian dalam kasus ini pemerkosaan atau perbuatan cabul umumnya dilakukan tanpa kehadiran orang lain.2

Tindak pidana pemerkosaan merupakan kasus yang kasuistis, maksudnya tindak pidana pemerkosaan hanya dapat dibuktikan dengan alat bukti dan barang bukti bahwa tindak pidana tersebut telah terjadi. Dalam membuktikan telah terjadi atau belumnya tindak pidana pemerkosaan sering mengalami kesulitan. Kesulitan yang dimaksud dalam hal ini yaitu pelaku tidak mau mengakui bahwa kejadian tersebut ia lakukan atau pelaku selalu berkelik bahwa perbuatan tersebut dilakukan atas dasar suka-sama suka dan hilangnya barang bukti karena korban tidak secepatnya melaporkan peristiwa tindak pidana yang dialami kepada penyidik. Dalam hal ini penyidik akan sangat sulit untuk mengadili dan memproses perkara tersebut.

Akibat tindak pidana pemerkosaan, korban mengalami penderitaan psikis maupun fisik karena adanya kekerasan yang dilakukan pelaku. Kondisi buruk

1

Hasanudin. Skripsi Hukum Pidana 1. http://zonaskripsi.blogspot.jp/2012/03/skripsi-hukum-pidana-1.html, 13 Agustus 2014.

2

(3)

yang membuat korban tidak berdaya ini berdampak buruk lebih lanjut pada persoalan penegakan hukumnya.

Bukan tidak mungkin, korban akan menjadi takut melaporkan (mengadukan) kasus yang menimpanya karena khawatir cacat fisik maupun psikologisnya diketahui oleh publik (masyarakat). Hal ini akan menjadikan data resmi yang dilaporkan pihak berwajib kurang lengkap, sebab tidak adanya partisipasi korban untuk mengungkap kasus yang dialaminya sendiri.3

Begitu pun terhadap masalah pembuktian, pihak penegak hukum dapat mengalami kesulitan mencari bukti-bukti untuk mengungkap kasus pemerkosaan yang sudah cukup popular di tengah masyarakat, namun tidak ada dukungan dari pihak korban. Di samping korban tidak mau mengadukan, juga korban enggan segera (secepatnya) mengadukan, padahal dalam mengungkap kasus kejahatan kesusilaan, peranan korban sangat menentukan.4

Korban kejahatan pada dasarnya merupakan pihak yang paling menderita dalam suatu tindak pidana, karena tidak memperoleh perlindungan sebanyak yang diberikan oleh Undang-Undang kepada pelaku kejahatan. Akibatnya, pada saat pelaku kejahatan telah dijatuhi sanksi pidana oleh pengadilan, kondisi korban kejahatan seperti tidak dipedulikan sama sekali. Padahal, masalah keadilan dan penghormatan hak asasi manusia tidak hanya berlaku terhadap pelaku kejahatan saja tetapi juga korban kejahatan. Dalam setiap penanganan perkara pidana aparat penegak hukum dalam hal ini penyidik seringkali diperhadapkan pada kewajiban untuk melindungi dua kepentingan yang terkesan saling berlawanan, yaitu

3

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan. 2001.Perlindungan Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan). Bandung. PT Refika Aditama. hal. 49.

4

(4)

kepentingan korban yang harus dilindungi untuk memulihkan penderitaannya karena telah menjadi korban kejahatan secara mental, fisik, maupun material dan kepentingan tertuduh/tersangka sekalipun dia bersalah tetapi dia tetap sebagai manusia yang memiliki hak asasi yang tidak boleh dilanggar. Terlebih apabila atas perbuatannya itu belum ada putusan hakim yang menyatakan bahwa pelaku bersalah. Maka dari itu pelaku harus dianggap sebagai orang yang tidak bersalah (asas praduga tidak bersalah).

Dalam penyelesaian perkara pidana, banyak ditemukan korban kejahatan kurang memperoleh perlindungan hukum yang memadai, baik perlindungan yang sifatnya immateriil maupun materiil sebagaimana Geis berpendapat:

to much attention has been paid to offenders and their rights, to neglect of the victims”.

Korban kejahatan ditempatkan sebagai alat bukti yang memberi keterangan yaitu hanya sebagai saksi, sehingga kemungkinan bagi korban untuk memperoleh keleluasaan dalam memperjuangkan haknya adalah kecil. Korban tidak diberikan kewenangan dan tidak terlibat secara aktif dalam proses penyidikan dan persidangan, sehingga ia kehilangan kesempatan untuk memperjuangkan hak-hak dan memulihkan keadaanya akibat suatu kejahatan.5

Terkait dengan hal tersebut di atas, korban memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyidikan suatu kasus tindak pidana pemerkosaan sebab tanpa dukungan dari korban, nampaknya aparat penyidik akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyidikan, bahkan mungkin saja kasus tersebut tidak akan dapat

5

Ratih Putri Budiyanty Peran Korban Dalam SPP.

(5)

diproses. Oleh sebab itu, diperlukan suatu upaya yang dapat mengajak korban pemerkosaan agar terlibat aktif dalam proses penyidikan sehingga diharapkan keterangan-keterangannya akan dapat menyingkap siapa pelaku tindak pidana pemerkosaan tersebut dan dapat membuktikan kejahatan yang dilakukan oleh pelaku serta korban yang sekaligus saksi memiliki kesempatan untuk memperjuangkan hak-haknya.

Oleh karena itu, berdasar hal-hal sebagaimana yang dijelaskan diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “Peran Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan (Studi di Polresta Malang)”.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut diatas dapatlah penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana peran dan fungsi saksi korban dalam proses penyidikan tindak pidana pemerkosaan?

2. Bagaimana upaya penyidik agar saksi korban dapat terlibat aktif dalam proses penyidikan tindak pidana pemerkosaan?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(6)

terbuka dan kooperatif dengan aparat penegak hukum guna mengungkap kasus pemerkosaan yang dialaminya.

2. Untuk mengetahui upaya penyidik agar saksi korban tindak pidana pemerkosaan dapat terlibat aktif dalam proses penyidikan tindak pidana pemerkosaan sehingga korban sebagai saksi tidak kehilangan kesempatan untuk memperjuangkan hak-hak dan memulihkan keadaannya akibat suatu kejahatan yang telah terjadi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dan kegunaan yang ingin dicapai oleh penulis dalam skripsi ini mencakup manfaat akademis dan manfaat praktis, sebagai berikut :

a. Manfaat Akademis

1)Diharapkan memberikan gambaran yang berguna bagi pengembangan dan penelitian secara lebih jauh terhadap ilmu hukum yang berkaitan dengan Peran Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan (Studi di Polresta Malang).

2)Diharapkan sebagai telaah, bahan koreksi dan dapat menjadi kontribusi untuk menunjang proses belajar mengajar dan penelitian lanjutan di Perguruan Tinggi.

b. Manfaat Praktis 1. Bagi Penulis

(7)

Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan (Studi di Polresta Malang).

2. Bagi Pemerintah dan Penegak Hukum

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan informatif yaitu sebagai bahan masukan apabila ada kendala atau kekurangan dalam proses penyidikan.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya korban pemerkosaan bahwa saksi korban pemerkosaan mempunyai peran penting dalam mengungkap kasus pemerkosaan guna menegakkan hokum yang dialaminya sehingga pelaku pemerkosaan dapat di hukum sesuai dengan apa yang si pelaku perbuat.

E. Kegunaan Penelitian

(8)

F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu penelitian hukum yang berusaha untuk mengidentifikasikan hukum dan melihat efektifitas hukum yang terjadi dimasyarakat. Pendekatan yuridis yang digunakan untuk memahami serta menggambarkan permasalahan yang menyangkut peraturan perundang-undangan. Tujuan digunakannya pendekatan sosiologis ini adalah untuk mengetahui peran yang dilakukan oleh saksi korban dalam proses penyidikan tindak pidana pemerkosaan.

2. Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Polresta Malang, alasan penulis memilih lokasi di kota Malang karena Malang merupakan salah satu kota yang perkembangannya cukup pesat dan perubahan nilai-nilai kebudayan dalam masyarakat yang pesat akan menyebabkan makin meningkatnya kasus pemerkosaan. Lebih khususnya penulis melakukan penelitian di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) di Kantor Kepolisian Resort Kota Malang yang keberadaannya menangani perkara yang berhubungan dengan kekerasan terhadap perempuan dan anak, yang juga menerima laporan khususnya perkara pemerkosaan.

3. Sumber Data

(9)

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data yang bersumber atau berasal dari narasumber yang berkaitan dengan Peran Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan (Studi di Polresta Malang)”.

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh sacara langsung dilapangan, dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang masih memiliki korelasi dengan permasalahan yang sedang diteliti yang dapat memberikan keterangan secara langsung mengenai segala hal yang berkaitan dengan objek penelitian berkaitan dengan Peran Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan (Studi di Polresta Malang).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sejumlah data yang diperoleh di luar penelitian sendiri yang merupakan studi kepustakaan yang terdiri dari buku-buku, makalah, peraturan perundang-undangan, dan literatur lain yang berkaitan dengan Peran Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan (Studi di Polresta Malang).

(10)

(1). Bahan Hukum Primer

Merupakan bahan hukum yang utama dan terdiri dari: a). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

b). Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

c). Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

d). Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

(2). Bahan Hukum Sekunder

Merupakan bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu memahami serta menganalisis bahan hukum primer yang terdiri dari:

a). Buku-buku ilmiah di bidang hukum, yaitu mengenai masalah korban pemerkosaan, perlindungan terhadap korban pemerkosaan dan saksi korban dalam proses peradilan pidana. b). Literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi:

(11)

pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta cita-cita dari narasumber yang berkaitan dengan penanganan perkara tindak pindana pemerkosaan.

2. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-dokumen (arsip) yang berkaitan dengan permasalahan yang akan di kaji dari hasil penelitian langsung.

3. Studi pustaka, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subyek penelitian, dalam hal-hal data diperoleh dari literatur-literatur dan majalah-majalah maupun berita-berita yang ada di media cetak maupun media online terkait Peran Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan (Studi di Polresta Malang).

5. Analisa data

Untuk menghasilkan dan memperoleh data yang akurat dan objektif sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan cara analisis konteks dari telaah pustaka dan analisis pernyataan dari hasil wawancara dengan narasumber.

Dalam melakukan análisis data, peneliti mengacu pada beberapa tahapan yang terdiri dari beberapa tahapan antara lain:

(12)

b. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti, untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian dilapangan.

Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclution drawing/ verification), yang mencari arti pola-pola penjelasan, adanya hubungan kausalitas. penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan sehingga data-data di uji validitasnya dan diharapkan menjadi data yang kredibel.

G.Rencana Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam empat bab, dimana setiap bab dibagi atas beberapa sub-bab, sistematika penulisannya secara singkat adalah sebagai berikut:

(13)

BAB II Bab ini akan menguraikan dan menjelaskan berbagai teori-teori hukum yang dapat mendukung penelitian dalam membahas dan menjawab rumusan “Peran Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan (Studi di Polres Kota Malang)”.

BAB III Bab ini berisi penulis akan menjawab, menguraikan dan menganalisa secara rinci dan jelas terkait rumusan masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti yaitu berkenaan dengan “Peran Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan (Studi di Polres Kota Malang)”.

(14)

i

(STUDI DI POLRESTA MALANG)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh: RISKY WIYARDI

201010110311189

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(15)

i

(STUDI DI POLRESTA MALANG)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh: RISKY WIYARDI

201010110311189

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(16)
(17)
(18)
(19)

v

orang. Memang, bekerja keras tidak menjamin dalam mencapai impian. Dan kenyataannya memang banyak yang tidak berhasil. Tetapi setidaknya, bekerja

keras demi mencapai sesuatu dari nya sudah merupakan hal yang dapat di maklumi.”

Motto :

“Isshōke ei oi ori o shi, seiippai hataraku”

(20)

viii

memberikan rahmat dan karunianya yang tidak terhingga kepada hambanya sehingga penulisan tugas akhir ini terselesaikan. Dan tidak lupa shalawat dan salam kepada Nabi menyempurna agama dan akhlaq manusia Rasullulah Muhammad SAW sebagai yang telah memberikan pencerahan kepada ummat manusia dengan risalah yang tidak tertandingi nilainya.

Dengan terselesaikannya skripsi ini merupakan sebuah proses yang cukup berharga bagi penulis karena banyak pelajaran yang didapatkan dari seluruh aktivitas penyelesaiannya. Dan tentunya skripsi ini memungkinkan terdapat kelemahan dan perdebatan, maka penulis menyampaikan harapan untuk kritik dan saran untuk membangun khazanah serta pengembangan akademik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Pada civitas akademis Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang (FH-UMM) yang telah memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal dan informal bagi penulis dalam pengembangan diri. Khususnya :

(21)

ix

“jazaakumullah biahsan il-jaza’ “amin….!!!

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Dr. Muhadjir Efendy.MAP selaku motivator dan inspirator dalam penyelsaian tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Sulardi, S.H., M.Si. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir dan banyak memberikan bantuan dalam kelancaran penulisan tugas akhir.

4. Bapak Haris Thofly, S.H., M.H. Selaku dosen pembimbing I dan Bapak Mokh. Najih S.H., M.Hum.selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran konstruktif serta membuka wawasan pemikiran bagi penulis.

5. Seluruh dosen, pejabat laboratorium dan para staff Tata usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak pernah lelah membakar api semangat dan sedikit banyak telah membantu kelancaran serta selalu mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

(22)

x

segala kekhilafan dan kesalahan yang penulisan saya mohon maaf.

Billahitaufiq wal hidayah.

Wa Billahi Fosabilil Haq Fastabihul Khairaat.

(23)

xi

Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Plagiat ... iv

Ungkapan Pribadi dan Motto ... v

G.Rencana Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Tentang Peran, Saksi Korban dan Perlindungan Saksi Korban ... 14

1. Pengertian Peran ... 14

C. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pemerkosaan dan Akibat Tindak Pidana Pemerkosaan ... 26

1. Tindak Pidana Pemerkosaan ... 26

2. Akibat Tindak Pidana Pemerkosaan ... 30

D.Tinjauan Umum Tentang Penyidik dan Penyidikan ... 32

1. Pengertian Penyidik ... 32

(24)

xii

2. Kendala Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana

Pemerkosaan ... 42

3. Peran Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan... 45

4. Kedudukan Saksi Korban Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan ... 55

B. Upaya Penyidik Agar Saksi Korban Terlibat Aktif Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan ... 59

1. Pemenuhan Hak-Hak Saksi Korban Selama Proses Penyidikan Tindak Pidana Pemerkosaan ... 59

2. Perlindungan Penyidik Terhadap Saksi Korban Pemerkosaan Ditinjau Dari Viktimologi Hukum ... 66

BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan ... 71

B. Saran-Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

INDEKS ... 75

(25)

xiii

(26)
(27)

xv Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Hartono. 2010. Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana melalui Pendekatan Hukum Progresif. Sinar Grafika. Jakarta.

Luhulima Sudiarti, Achie. 2000. Pemahaman Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya. P.T. Alumni. Jakarta.

Marpaung, Leden. 1996. Kejahatan Terhadap Kesusilaan Dan Masalah Prevensinya. Sinar Grafika. Jakarta.

Sunarso, Siswanto. 2012. Viktimologi dalam Sistem Peradilan Pidana. Sinar Grafika. Jakarta.

Tongat. 2009. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan. UMM Press. Malang.

Waluyo, Bambang. 2012. Viktimologi Perlindungan Korban dan Saksi. Sinar Grafika. Jakarta.

Wahid, Abdul danIrfan, Muhammad. 2001.Perlindungan Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan). PT Refika Aditama. Bandung.

Internet :

ADMIN. Pengertian Peran Definisi Menurut Para Ahli, Konsep, Struktur. http://infogurudankepalasekolah.blogspot.jp/2013/01/pengertian-peran-definisi-menurut-para.html. diakses tanggal 21 Agustus 2014.

elib_unikom_ac_id. BAB II Peranan menurut Poerwadarminta. http://www.pdfio.net/k-48141648.html. diakses tanggal 21 September 2014.

Hasanudin. Skripsi Hukum Pidana 1.

http://zonaskripsi.blogspot.jp/2012/03/skripsi-hukum-pidana-1.html, diakses tanggal 13 Agustus 2014.

(28)

xvi

382771.html. diakses tanggal 19 Agustus 2014. Perundang-undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008TentangPembentukan Ruang Pelayanan Khusus Dan Tata CaraPemeriksaan Saksi Dan/Atau Korban Tindak Pidana.

Undang-Undang No. 18 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

(29)

xvii Pemeriksaan saksi 16, 34, 35, 45, 48,

Referensi

Dokumen terkait

Alat Pemantau Suhu Ruangan Melalui Web Berbasiskan Mikrokontroler AT89S51, merupakan suatu alat yang menggunakan sensor LM35 untuk penyensoran suhunya.. Metode pengumpulan data

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari

Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pembuatan minuman sari buah sirsak sesuai dengan Standart Operasional Procedur (SOP) yang ada di unit usaha ABEC

Tidak terpenuhinya nilai OEE di perusahaan tersebut karena nilai dari Quality Rate pada pperusahaan tersebut yang sangat rendah yaitu sebesar 50,1%sehingga perlu dilakukan

a) Kemampuan guru dalam prosedur desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat dengan memanfaatkan model Pembelajaran Berbasis Projek pada siswa kelas

Berdasarkan hasil olah data yang telah dilakukan hasil akhir uji t merupakan kesimpulan dari penelitian yang menunjukan bahwa dalam penelitian ini tidak

Langkah selanjutnya setelah dilakukan uji asumsi adalah melakukan uji hipotesis, untuk menguji hipotesis digunakan analisis data dengan analisis regresi

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa antara perlakuan penambahan gelatin dan proporsi sirup glukosa : sukrosa tidak terjadi interaksi yang nyata (p ≤ 0,05)