• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Umpan Rayap Berbahan Aktif Hexaflumuron 0.5% dengan Medium Serbuk Gergaji Kayu Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vries)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Umpan Rayap Berbahan Aktif Hexaflumuron 0.5% dengan Medium Serbuk Gergaji Kayu Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vries)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS UMPAN RAYAP BERBAHAN AKTIF HEXAFLUMURON 0.5% DENGAN MEDIUM SERBUK GERGAJI KAYU PINUS

(Pinus merkusii Jungh et de Vries)

MUHAMMAD MAHATHIR

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektifitas Umpan Rayap Berbahan Aktif Hexaflumuron 0.5% dengan Medium Serbuk Gergaji Kayu Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vries) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD MAHATHIR Efektifitas Umpan Rayap Berbahan Aktif Hexaflumuron 0.5% dengan Medium Serbuk Gergaji Kayu Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vries). Dibimbing oleh DODI NANDIKA dan ARINANA

Rayap merupakan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu dan bangunan di Indonesia. Kerusakan yang ditimbulkannya bukan saja terjadi pada bangunan gedung sederhana, tetapi juga pada bangunan bertingkat tinggi. Salah satu metode pengendalian rayap yang relatif ramah lingkungan adalah metode pengumpanan (baiting). Bahan aktif yang paling banyak digunakan sebagai umpan rayap adalah hexaflumuron (benzoylphenyl urea). Namun demikian ketermakanan (palatability) senyawa tersebut oleh rayap tanah C. curvignathus masih perlu ditingkatkan. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui ketermakanan dan efikasi umpan berbahan aktif hexaflumuron yang diperkaya dengan serbuk gergaji kayu pinus terhadap rayap tanah C. curvignathus dengan metode JIS K 1571: 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketermakanan umpan tertinggi terjadi pada formulasi umpan kontrol (100% serbuk gergaji kayu pinus) yaitu dengan kehilangan berat umpan mencapai 26.21%, sedangkan ketermakanan formulasi umpan terendah terjadi pada formulasi umpan yang mengandung 2.25 gr hexaflumuron + 0.75 gram serbuk gergaji kayu pinus yang kehilangan beratnya hanya 7.35%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hexaflumuron yang diperkaya dengan serbuk kayu pinus mampu mengeliminasi koloni rayap setelah tiga minggu pengumpanan.

Kata kunci : Coptotermes curvignathus, hexaflumuron, ketermakanan, mortalitas, pengumpanan.

ABSTRACT

MUHAMMAD MAHATHIR Effectiveness of Hexaflumuron 0.5% Mixed with Pine-wood (Pinus merkusii) Sawdust as Termites Bait adviced by DODI NANDIKA and ARINANA

Termites are known as the most important wood-destroying insects in Indonesia. The damage not only occurs in low-cost buildings but also in high-rise buildings. One of common methods that used to control these structural pestis baiting system. The most commonly active ingredient used as termite bait is hexaflumuron (benzoylphenyl urea). However, palatability of the compounds by subterrean termite Captotermes curvignathus (Ispotera: Rhinoternitidae) still needs to be improved. A laboratory study was conducted to determine the palatability and efficacy of hexaflumuron bait mixed with pine sawdust on subterranean termite C. curvignathus according to JIS K 1571: 2004. The results show that all bait formulations containing hexaflumuron were very effective to eliminate subterranean termite C. curvignathus (causing 100% mortality). There was no significant difference palatability of formulations containing hexaflumuron. However the palatability of bait formulation without hexaflumuron was higher than the other formulations.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

EFEKTIFITAS UMPAN RAYAP BERBAHAN AKTIF

HEXAFLUMURON 0.5% DENGAN MEDIUM SERBUK GERGAJI

KAYU PINUS (

Pinus merkusii

Jungh et de Vries)

(6)
(7)

Judul Skripsi : Efektifitas Umpan Rayap Berbahan Aktif Hexaflumuron 0.5% dengan Medium Serbuk Gergaji Kayu Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vries)

Nama : Muhammad Mahathir NIM : E24080092

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS Pembimbing I

Arinana, SHut MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari hingga dengan bulan Juni 2014 dengan judul Efiktifitas Umpan Rayap Berbahan Aktif Hexaflumuron 0.5% dengan Medium Serbuk Gergaji Kayu Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vries). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS dan Ibu Arinana, SHut Msi yang telah bertindak sebagai pembimbing selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. Disamping itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Pak Atin dan Pak Anhari di laboratorium. Ungkapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kehutanan angkatan 45, mahasiswa Hasil Hutan angkatan 45, rekan-rekan paguyuban di Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan, dan rekan-rekan mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bogor yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ii

LEMBAR PENGESAHAN iv

PRAKATA v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Palatabiilitas Umpan 5

Mortalitas Rayap 7

SIMPULAN DAN SARAN 8

Simpulan 8

Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 8

LAMPIRAN 10

(10)

DAFTAR TABEL

1. Perbandingan berat serbuk hexaflumuron dan serbuk gergaji kayu pinus 3 2. Hasil uji lanjut Duncan kehilangan berat formulasi umpan oleh rayap tanah 10

3. Hasil uji lanjut Duncan mortalitas rayap 11

DAFTAR GAMBAR

1. Serbuk hexaflumuron 2

2. Formulasi umpan hexaflumoron yang diperkaya dengan serbuk kayu pinus 3

3. Media pengujian 4

4. Kasta pekerja (A) dan (B) kasta prajurit rayap tanah C. curvignathus 4 5. Formulasi umpan kontrol setelah tiga minggu pemaparan terhadap rayap

tanah C. curvignathus 6

6. Kehilangan berat masing-masing formulasi umpan setelah tiga minggu

pengumpanan terhadap rayap tanah 6

7. Mortalitas rayap C. curvignathus setelah pemaparan dengan formulasi umpan selama tiga minggu pemaparan

DAFTAR LAMPIRAN

1. Konsumsi empat formulasi umpan berbahan aktif hexaflumoron oleh rayap tanah C. curvignathus setelah tiga minggu pengumpanan 10 2. Uji analisis sidik ragam kehilangan berat termitisida hexaflumuron 0.5% 10 3. Mortalitas rayap tanah (C. Curvignathus) setelah tiga minggu pengumpanan

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di wilayah tropika, termasuk Indonesia, rayap (Insecta : Isoptera) merupakan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu dan bangunan gedung. Di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) misalnya, frekuensi serangan rayap pada bangunan rumah tinggal mencapai 42.83% (Rudi dan Nandika 1999). Rahmawati (1996) melaporkan bahwa kerugian ekonomis akibat serangan serangga tersebut pada bangunan rumah di Indonesia diduga pada tahun 2000 mencapai Rp. 1.46 trilyun.

Nandika dkk (2003) menyatakan bahwa rayap tanah khususnya Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) merupakan spesies rayap perusak bangunan yang paling penting di Indonesia. Spesies rayap tersebut bukan saja tinggi frekuensi serangannya, tetapi juga tinggi intensitas serangannya. Lebih dari pada itu spesies rayap tersebut juga mampu menyerang bangunan gedung bertingkat tinggi. Rilatupa (2007) melaporkan bahwa rayap tanah C. curvignathus ditemukan menyerang dinding dan plafon bangunan di lantai 33 Apartemen Taman Rasuna, Kuningan, Jakarta. Sementara itu Rahma (2012) melaporkan bahwa sebagian besar kerusakan yang terjadi pada bangunan sekolah dasar di Kota Bogor adalah retak pada dinding, disusul oleh lapuk dan keropos akibat serangan rayap. Pada bangunan sekolah dasar di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, rayap juga merupakan faktor biologis perusak bangunan yang paling mengganggu (Sulaiman 2005).

Salah satu metode pengendalian rayap yang tergolong mutakhir dan relatif ramah lingkungan adalah metode pengumpanan (baiting). Bahan aktif yang digunakan dalam formulasi umpan rayap antara lain hexaflumuron (benzoylphenyl urea). Di Amerika Serikat formulasi umpan rayap berbahan aktif hexaflumuron telah mendapat izin (registered) dari EPA (Environment Protection Agency) pada tahun 1994. Bahan aktif tersebut mempunyai daya racun rendah terhadap mamalia, beraroma tidak menyengat (tidak berbau), bereaksi secara lambat dan tidak menyebabkan iritasi yang berat (Su 1994). Namun demikian tingkat ketermakanan hexaflumoron tersebut belum optimal dan masih perlu ditingkatkan. Sementara itu kayu pinus (Pinus merkusii) merupakan jenis kayu yang disukai oleh rayap (Nandika, komunikasi pribadi 2013). Pinus juga merupakan jenis kayu endemik yang pasokannya cukup tersedia. Arinana et al (2011) mengatakan bahwa serbuk kayu pinus lebih disukai dibanding serpihan pinus dan pulp, dimana persentase kehilangan beratnya mencapai 65.6 %.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas formulasi umpan rayap berbahan aktif Hexaflumuron dengan medium serbuk gergaji kayu pinus terhadap rayap tanah C. curvignathus.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi landasan ilmiah untuk mengembangkan formulasi umpan dengan medium serbuk kayu pinus Pinus merkusii Jung et de Vries dalam mengeliminasi koloni rayap tanah C. curvignathus.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2014, bertempat di Laboratorium Rayap, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu serbuk hexaflumuron berukuran 30 mesh, serbuk kayu pinus berukuran 30 mesh, air destilata, tepung tapioka, dan rayap tanah C. curvignathus. Adapun alat yang digunakan adalah tabung akrilik (diameter 8 cm, tinggi 6.1 cm), sendok pengaduk, timbangan elektrik, cetakan umpan, kasa plastic, tissue dan plastic box.

Prosedur Penelitian 1. Pengadaan hexaflumuron

Hexaflumuron yang digunakan pada penelitian diperoleh dari DowAgroScience USA, dan yang disalurkan melalui kantor DowAgroScience Jakarta ( Gambar 1).

(13)

3

2. Pembuatan Formulasi Umpan Berbahan Aktif Hexaflumuron

Untuk membuat formulasi umpan serbuk hexaflumuron dan serbuk kayu pinus (kadar air 10-12%) masing-masing berukuran 30 mesh dicampur pada empat perbandingan berat (w/w) yang berbeda (Tabel 1).

Tabel 1 Perbandingan berat serbuk hexaflumuron dan serbuk gergaji kayu pinus

Formulasi umpan Hexaflumuron

(gr)

Pinus (gr)

1 3 0

2 2.25 0.75

3 0.75 2.25

4 (kontrol) 0 3

Untuk percampuran tersebut digunakan perekat tapioka (diencerkan dalam air dengan perbandingan 5 gram tapioka dalam 50 mililiter air) per formulasi umpan. Campuran tersebut kemudian dicetak menggunakan mesin pencetak pelet sehingga terbentuk formulasi umpan berbentuk pelet berdiameter 17 milimeter dan tebal 15 milimeter (Gambar 2). Selanjutnya campuran tersebut dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC kemudian ditimbang.

3. Penyiapan Media Pengujian

Media pengujian adalah tabung akrilik berdiameter 8 cm dengan tinggi 6 cm yang bagian dasarnya terbuat dari bahan penambal gigi (dental cement) setebal 1 cm. Di bagian tengah permukaan dental cement tersebut diletakkan kasa plastik (4 mesh) berukuran 3×3 cm setebal 1 mm sebagai alas umpan. Media pengujian diletakkan diatas lembaran kertas tissue basah sebagai sumber kelembaban bagi rayap (Gambar 3).

Gambar 2 Formulasi umpan hexaflumoron yang telah diperkaya dengan serbuk kayu pinus

(14)

4

Gambar 3 Media pengujian 4. Aplikasi Umpan

Masing-masing formulasi umpan diletakan di atas kasa plastik di dasar media pengujian. Ke dalam tabung tersebut dimasukkan 165 ekor rayap tanah C. curvignathus terdiri dari 150 ekor rayap pekerja dan 15 ekor rayap prajurit (Gambar 4). Seluruh tabung yang telah berisi umpan dan rayap disimpan dalam kamar gelap selama tiga minggu. Setiap perlakuan mendapat tiga ulangan. Selama pengujian kelembaban kertas tissue di dasar media pengujian tetap dijaga dengan menambahkan air pada tissue dan rayap yang mati segera dikeluarkan dari media pengujian. Setelah tiga minggu media pengujian dibongkar dan dilakukan penghitungan palatabilitas formulasi umpan dan mortalitas rayap C. curvignathus. Setiap formulasi umpan dicuci dan dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC, kemudian ditimbang beratnya.

(a) (b)

(15)

5 5. Pengamatan dan pengumpulan data

a. Palatabilitas formulasi umpan

Kehilangan berat umpan dihitung dengan formula sebagai berikut:

��ℎ�� � � (%) = �1− �2

�1 �

100%

dimana :

W1 = Berat umpan mula-mula (gram) W2= Berat umpan setelah pengujian (gram) b. Mortalitas rayap

Mortalitas rayap pada masing-masing media pengujian dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

�� (%) =

150� 100%

dimana :

N = Jumlah rayap yang mati pada akhir masa pemaparan 150 = Jumlah rayap pekerja pada awal pengujian

Analisis data

Data yang diperoleh (mortalitas rayap dan kehilangan berat umpan) dianalisis dengan Sidik Ragam (Analysis of Variance) SPSS 16.0 dengan taraf uji 5% dan 1% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan dengan pola rancangan acak lengkap (RAL).

HASIL DAN PEMBAHASAN PalatabilitasUmpan

(16)

6

dinamakan holoselulosa dimana senyawa tersebut merupakan makanan utama rayap (Padlinurjaji 1995).

Walaupun kisaran palatabilitas formulasi umpan yang mengandung hexaflumuron (formulasi 1, formulasi 2 dan formulasi 3) hanya 7.35%- 11.33%, namun mortalitas rayap C. curvignathus yang diakibatkannya mencapai 100%. Dengan perkataan lain ketiga formulasi umpan tersebut keamapuhannya dalam mengeliminasi rayap C. curvignathus relatif sama.

Karl dan Michael (2005) mengungkapkan bahwa keampuhan hexaflumuron kurang bergantung pada dosis, tapi lebih tergantung pada waktu pengumpanan. Hal ini berbeda dengan termitisida konvensional seperti organofosfat atau piretroid. Menurut Diba (1999) seberapapun banyaknya hexaflumuron yang dikonsumsi oleh rayap, efek racunnya tidak akan muncul sampai rayap mengalami ganti kulit.

0

2.25 gr hexaflumoron + 0.75 gr serbuk kayu pinus

0.75 gr hexaflumoron + 2.25 gr serbuk kayu pinus

Gambar 6 Kehilangan berat masing-masing formulasi umpan setelah tiga minggu pengumpanan terhadap terhadap rayap C. curvignathus.

(17)

7 Mortalitas Rayap

Hasil penelitian menunjukkan mortalitas rayap C. curvignathus yang mengkonsumsi formulasi umpan yang mengandung hexaflumuron (formulasi 1, formulasi 2 dan formulasi 3) menyebabkan kematian pada rayap sebesar 100%. Dipihak lain mortalitas rayap C. curvignathus yang mengkonsumsi formulasi umpan kontrol (serbuk kayu pinus) hanya 84.22% (Gambar 7).

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa formulasi umpan berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap tanah C. curvignathus. Selanjutnya berdasarkan uji Duncan diketahui bahwa mortalitas rayap tanah C. curvignathus akibat pemaparan formulasi umpan yang mengandung hexaflumuron tidak berbeda nyata (p <0.05). Dengan perkataan lain ketiga tipe formulasi umpan tersebut mampu berfungsi sebagai umpan rayap (termite bait) dan memiliki efikasi yang tinggi terhadap mortalitas rayap C. curvignathus. Sejalan dengan itu penelitian Robertson dan Su (1995) menunjukkan bahwa hexaflumuron sangat sesuai sebagai bahan aktif umpan (makanan) rayap tanah dan mampu mengeliminasi koloni tersebut. Prinsip metode ini adalah memanfaatkan sifat rayap yang saling memberi makanan kepada anggota koloni lainnya (tropalaksis) sehingga rayap pekerja akan memakan umpan berbahan aktif dan akan menyebar ke anggota koloni lainnya (Nandika et al 2003). Semua individu rayap yang telah mengkonsumsi bahan aktif tidak menunjukkan gejala keracunan dengan segera, tetapi mengganggu metabolisme pergantian kulit. Selanjutnya rayap tidak dapat membentuk khitin sebagai komponen struktural dari badan rayap sehingga beberapa hari kemudian mengalami kematian (Scheffrahn dan Su, 1991).

Hexaflumuron akan mempengaruhi kerja enzim, khususnya pada kerja enzim khitinase. Hexaflumuron akan menghambat pembentukan khitin rayap pada saat rayap berganti kulit (ecdysis), sehingga kulit rayap tidak dapat terbentuk dengan sempurna. Akibat selanjutnya adalah integumen rayap tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai pelindung tubuh dan rayap mengalami dehidrasi, kemudian rayap akan mengalami kematian (Su et all 1995). Sementara itu kelemahan dari hexaflumuron itu sendiri adalah hanya efektif

0

(18)

8

mengendalikan spesies rayap tertentu yaitu Coptotermes sp. dan Schedorhinotermes sp.

Salah satu faktor kunci keberhasilan dalam penerapan teknik pengumpanan adalah ketermakanan umpan oleh rayap. Apabila ketermakanan umpan cukup tinggi maka secara teoritis umpan tersebut akan efektif mengeliminasi koloni rayap. Sebaliknya apabila ketermakanan umpan rendah maka pengumpanan berpeluang gagal. Wahyuni (2013) mengatakan bahwa ketermakanan umpan berbentuk pelet berupa hexaflumoron oleh rayap C. curvignathus mencapai 49.43 %. Nandika (2014) juga melaporkan bahwa umpan rayap berbahan aktif hexaflumuron dapat menanggulangi serangan rayap pada suatu perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau dalam waktu empat sampai delapan minggu setelah pemaparan umpan dengan tingkat keberhasilan mencapai 85%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Ketermakanan formulasi umpan yang mengandung hexaflumuron oleh rayap tanah C. curvignathus lebih rendah daripada ketermakanan formulasi umpan kontrol. Namun demikian ketermakanan formulasi umpan yang mengandung hexaflumuron tidak berbeda nyata satu sama lain.

2. Semua formulasi umpan yang mengandung hexaflumuron mampu mengeliminasi koloni rayap tanah C. curvignathus setelah tiga minggu pemaparan di laboratorium. Keampuhan formulasi umpan yang mengandung hexaflumuron tidak berbeda nyata satu sama lain.

Saran

Formulasi umpan yang mengandung 0.75 gram hexaflumuron dan 2.25 gram serbuk kayu pinus layak digunakan sebagai umpan pemusnah (eliminator) koloni rayap tanah C. curvignathus.

DAFTAR PUSTAKA

Arinana dan Rismayadi. 2009. Pengembangan Produk Formulasi Umpan Rayap untuk Perlindungan Bangunan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan2(1): 32-39 (2009).

Diba F. 1999. Pengujian Keampuhan Umpan Hexaflumuron terhadap Koloni Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) Secara Laboratoris. Tesis Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

(19)

9 exposure and movement of hexaflumuron in termite groups. Journal of Pest Management Science 61 : 517 – 531.

Nandika D dan Rudi. 1999. Termite Resistancy of Some Indonesian Timber Species Hayati 6(2) : 12-15.

Nandika D, Rismayadi Y dan Diba F. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Nandika D. 2014. Rayap Hama Baru di Kebun Kelapa Sawit. SEAMEO BIOTROP. Bogor.

Padlinurjaji I. 1995. Keterawetan Kayu Pinus merkusii JUNGH et de Vr. Dengan Wolmanit CB dan Bafilit CFK Secara Perendaman dan Kemungkinan Penerapannya. [Disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Rahmawati. 1996. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan di Indonesia. Skirpisi Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Rilatupa J. 2007. Pendugaan Indeks Kondisi Konstruksi Akibat serangan Rayap pada

Komponen Berkayu Tingkat Tinggi. [Disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Sulaiman. 2005. Keterandalan Konstruksi Bangunan Pendidikan (Studi Kasus pada Gedung Sekolah Dasar). [Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Su N Y. 1994. Field Evaluation of Hexaflumuron Bait for Population Suppression of Subterranean Termites (Isopter: Rhinotermidae) Journal of Economic Entomology No 87: 389-397. USA.

(20)

10

Lampiran 1 Konsumsi empat formulasi umpan berbahan aktif hexaflumoron oleh rayap tanah C. curvignathus setelah tiga minggu pengumpanan Formulasi

Keterangan : Huruf yang berbeda di belakang masing-masing angka menunjukan perbedaan nyata (<0.05)

Lampiran 2 Uji analisis sidik ragam kehilangan berat termitisida hexaflumuron 0.5%

(21)

11

Intercept 2132,308 1 2132,308 445,203 ,000

perlakuan 801,417 4 200,354 41,832 ,000

Error 47,895 10 4,790

Total 2981,620 15

Corrected Total 849,312 14

a. R Squared = ,944 (Adjusted R Squared = ,921)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 4,790. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. b. Alpha = ,05.

(22)

12 jukkan perbedaan nyata (<0.05)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 19 Juni 1990 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Syaiful Anwar dan Mahdian Asfida. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 1 Medan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur BUD. Penulis diterima di Mayor Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dibeberapa organisasi kemahasiswaan yakni sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) tahun 2010-2011, kepanitiaan acara Forest Product Technology and Expo (FORTEX), kepanitiaan acara Himasiltan Environment Care Festival (HECF), kepanitian KOMPAK THH 2010, kepanitiaan Bina Corps Rimbawan FAHUTAN 2012. Penulis juga aktif di organisasi mahasiswa daerah Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan tahun 2009-2011 dan Himpunan Mahasiswa Islam tahun 2012-2013. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang-Sancang Barat, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat serta melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PD. Wijaya Kayu, Cibanteng, Bogor.

Gambar

Gambar 4 Kasta pekerja (a) dan kasta prajurit (b) rayap tanah C. Curvignatus
Gambar 6 Kehilangan berat masing-masing formulasi umpan setelah tiga minggu
Gambar 7 Mortalitas rayap tanah C. curvignathus setelah tiga minggu

Referensi

Dokumen terkait