• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompleksitas Komunitas Perairan pada Status Kesuburan Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompleksitas Komunitas Perairan pada Status Kesuburan Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPLEKSITAS KOMUNITAS PERAIRAN PADA STATUS

KESUBURAN PERAIRAN DI SITU CILALA, BOGOR,

JAWA BARAT

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kompleksitas Komunitas Perairan pada Status Kesuburan Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRAK

RAHMAT SANTOSO. Kompleksitas Komunitas Perairan pada Status Kesuburan Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh NIKEN T.M. PRATIWI dan INNA PUSPA AYU .

Situ Cilala yang terletak di Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Bogor, Jawa Barat memiliki berbagai fungsi, diantaranya sebagai daerah resapan air tanah, kegiatan pemanfaatan perikanan, seperti keramba ikan hias, dan irigasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kompleksitas komunitas di perairan pada tingkat kesuburan perairan tertentu di Situ Cilala. Terhadap biota yang ditemukan, dilakukan identifikasi jenis, kelimpahan, serta trophic level-nya. Status kesuburan perairan Situ Cilala ditentukan berdasarkan Trophic State Index (TSI) dengan tiga parameter yaitu kedalaman Secchi disk, kandungan total fosfat, dan kandungan klorofil-a di perairan. Gambaran kompleksitas komunitas organisme dimulai dari organisme autotrof hingga ikan yang bersifat karnivora. Status kesuburan Situ Cilala tergolong dalam eutrofik yang menujukkan keberadaan unsur hara di perairan melebihi untuk kebutuhan biota akuatik di perairan.

Kata kunci: kesuburan, kompleksitas, komunitas.

ABSTRACT

RAHMAT SANTOSO. Aquatic Community Complexity At Trophic State In Cilala Lake, Bogor, West Java. Supervised by NIKEN T.M. PRATIWI and INNA PUSPA AYU.

Cilala lake that is located at Jampang village, sub-district Kemang, Bogor, West Java has a various functions, such as water catchment area, floating net cages, and irrigation. The purpose of this study was to describe the complexity of communities in the lake at a certain trophic state of Cilala lake. Organisms of Cilala Lake was identified by type and abundance. Trophic state of Cilala lake was determined by Trophic State Index (TSI) using three parameters: Secchi disk depth, total phosphate content, and chlorophyll-a. Description of community complexity consisted autotrophs organisms to carnivorous fish. Trophic state of Cilala lake was classified as eutrophic waters indicated that nutrients was excessive to support the life of aquatic organisms in the lake.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

KOMPLEKSITAS KOMUNITAS PERAIRAN PADA STATUS

KESUBURAN PERAIRAN DI SITU CILALA, BOGOR,

JAWA BARAT

RAHMAT SANTOSO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kompleksitas Komunitas Perairan pada Status Kesuburan Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat

Nama : Rahmat Santoso NIM : C24090075

Disetujui oleh

Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si. Pembimbing 1

Inna Puspa Ayu, S.Pi, M.Si. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, M.Sc. Ketua Departemen

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah Kompleksitas Komunitas Biota pada Status Kesuburan Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian penelitian unggulan Perguruan Tinggi bagian Proling yang berjudul “Model Pengelolaan Komprehensif Ekosistem Akuatik Situ Cilala” yang didanai BOPTN.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si dan Inna Puspa Ayu, S.Pi, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada himpunan usaha warga Cilala Mandiri dan warga Situ Cilala yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakakku, dan teman-teman atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Alat dan Bahan 3

Metode Pengumpulan Data 3

Pengambilan contoh 4

A.Frekuensi dan Waktu Pengambilan Contoh 4

B.Lokasi Pengambilan Contoh 4

Analisis Keberadaan Biota 4

A. Analisis Plankton di Perairan Situ Cilala 5

B. Analisis Perifiton 5

C. Analisis Benthos 5

D. Kebiasaan makanan ikan 5

Analisis Data 6

Kompleksitas Komunitas 6

Pendugaan kesuburan perairan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Kompleksitas Komunitas 8

A. Fitoplankton dan Perfiton 8

B. Zooplankton 10

C. Benthos 12

D. Trophic Level 12

E. Jaring Makanan 13

Kesuburan Perairan 15

Pembahasan 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(13)

DAFTAR TABEL

Alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran parameter 4 Status kesuburan perairan berdasarkan TSI (Carlson 1977) 7

Jenis makanan Ikan di Situ Cilala 14

Nilai kualitas air di Situ Cilala 16

DAFTAR GAMBAR

Jaring makanan di perairan (Payne 1986) 1

Diagram alir perumusan masalah kompleksitas komunitas 2

Lokasi penelitian, Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat 3

Kelimpahan total fitoplankton di Situ Cilala 8

Jumlah genera fitoplankton di Situ Cilala 9

Kepadatan total perifiton di Situ Cilala 10

Jumlah genera perifiton di Situ Cilala 10

Kelimpahan total zooplankton di Situ Cilala 11

Jumlah genera zooplankton di Situ Cilala 11

Kepadatan total benthos di Situ Cilala 12

Nilai Trophic Level Spesies Ikan di Situ Cilala 13

Jaring Makanan Situ Cilala 15

Nilai Trophic State Index (TSI) di Situ Cilala 15

DAFTAR LAMPIRAN

Kelimpahan organisme yang ditemukan di Situ Cilala 21

Biota yang ditemukan di Situ Cilala 22

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Situ Cilala yang terletak di Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Bogor, Jawa Barat dikelola oleh PT Kahuripan Raya. Situ ini memiliki berbagai fungsi, diantaranya sebagai daerah resapan air tanah, kegiatan pemanfaatan perikanan seperti keramba ikan hias, dan irigasi. Situ Cilala memiliki potensi sumber daya alam yang besar sehingga memberikan banyak manfaat bagi kehidupan biotik perairan maupun bagi masyarakat sekitar. Berbagai kegiatan pemanfaatan yang ada menghasilkan masukan berupa unsur hara, limbah cair, maupun bahan organik.

Kegiatan pemanfaatan di perairan diduga mengakibatkan perubahan kualitas air yang dapat digambarkan melalui tingkat kompleksitas komunitas dan keanekaragaman biota di perairan. Kompleksitas komunitas digambarkan melalui keberadaan komponen jaring makanan yang tersusun oleh plankton, perifiton, benthos, dan ikan yang masing-masing menempati urutan tingkat pemanfaatan dalam trophic level yang terdapat di Situ Cilala (Gambar 1). Faktor yang mempengaruhi kompleksitas komunitas adalah kandungan unsur hara yang tersedia di perairan. Kandungan unsur hara di perairan dapat digambarkan melalui tingkat kesuburan perairan.

Tingkat kesuburan perairan khususnya di danau dapat ditentukan dengan menggunakan Trophic State Index (TSI). Indeks tersebut menggunakan beberapa parameter yang menggambarkan tingkat kesuburan perairan, yaitu konsentrasi total fosfat, konsentrasi klorofil-α, dan kedalaman Secchi disk.

(15)

2

Perumusan Masalah

Situ Cilala yang secara ekologis berfungsi sebagai daerah resapan dan sumber irigasi, kini juga dikembangkan untuk pemenuhan fungsi ekonomis untuk kegiatan produksi perikanan, seperti pembangunan keramba ikan hias. Selain itu, kegiatan rumah tangga yang menghasilkan limbah, bermuara juga ke perairan Situ Cilala. Kelestarian dan keanekaragaman biota perairan di Situ Cilala dapat terganggu apabila banyak mengalami masukan limbah ke perairan. Kegiatan pemanfaatan di Situ Cilala juga diduga memiliki pengaruh terhadap kandungan unsur hara di perairan Situ Cilala yang dapat merubah tingkat kesuburan perairan. Kandungan unsur hara akan mempengaruhi komponen biotik perairan yaitu fitoplankton sebagai produsen di perairan, dan akan berpengaruh pada komponen biotik lain seperti zooplankton, benthos, dan nekton di perairan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan trophic level biota perairan, mengetahui kompleksitas komunitas pada ekosistem di Situ Cilala, dan menetukan tingkat kesuburan berdasarkan konsentrasi total fosfat, konsentrasi klorofil-α, dan kedalaman Secchi disk.

Gambar 2 Diagram alir perumusan masalah kompleksitas komunitas perairan di Situ Cilala

Tujuan Penelitian

(16)

3

METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Situ Cilala, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2013. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, sedangkan identifikasi biota di Laboratorium Biomakro 1 dan Biomikro 1, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 3 Lokasi penelitian, Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah GPS, perahu karet, tali berskala dengan pemberat, Ekman grab berukuran 13 cm x 26 cm, Van Dorn water sampler, Secchi disk, botol sampel, termometer Hg, kertas pH, jaring insang dengan mata jaring 1 inch, jaring tancap dengan mata jaring 0,5 cm, dan electro fishing. Bahan yang digunakan meliputi bahan-bahan kimia sebagai pereaksi untuk analisis kualitas air dan untuk pengawetan. Adapun alat dan metode yang digunakan pada pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi disajikan dalam Tabel 1.

Metode Pengumpulan Data

(17)

4

serta parameter biologi berupa biota yang terdapat di Situ dan kandungan klorofil-α. Di samping itu, dikumpulkan informasi dari warga di sekitar situ terkait kegiatan pemanfaatan situ. Informasi mengenai kagiatan pemanfaatan dilakukan dengan wawancara langsung terhadap warga setempat.

Tabel 1 Alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran parameter

Parameter Unit Alat / Metode Keterangan

Fisika

-Suhu oC Thermometer Hg (WQC)/Pemuaian In situ

-Kecerahan M Secchi disk/Visual In situ

-TDS mg/L Timbangan analitik/Gravimetrik Ex situ

-Kekeruhan NTU Turbidimeter(WQC)/Nephelometrik Ex situ

Kimia

-pH pH meter (WQC)/Potensiometrik In situ

-DO mg/L Titrasi/Modifikasi Winkler dan WQC In situ

-Nitrat mg/L Spectrofotometer/Sulfanild Ex situ

-Nitrit mg/L Spectrofotometer/Brucine Ex situ

-Ammonia mg/L Spectrofotometer/Phenate Ex situ

-Total fosfat mg/L Spectrofotometer/Digestion Ex situ

-Total

Nitrogen mg/L Spectrofotometer/Digestion

Ex situ

Biologi

Klorofil a mg/m3 Spectrofotometer/Aceton Ex situ

-Fitoplankton Ind/L Mikroskop elektrik Binokuler/sapuan

Ex situ

Pengambilan contoh

Pengambilan Contoh terdiri dari frekuensi pengambilan contoh, lokasi pengambilan contoh dan teknik pengambilan contoh.

A. Frekuensi dan Waktu Pengambilan Contoh

Pengambilan sampel air dan biota dilakukan sebanyak empat kali dengan selang waktu 14 hari. Pengambilan sampel air dan biota dilakukan pada pukul 07.00 WIB hingga 11.00 WIB. Khusus untuk pengambilan contoh ikan dilakukan pada waktu malam, pagi, dan siang menjelang sore hari.

B. Lokasi Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan di Situ Cilala dengan lima stasiun yaitu Stasiun 1 (inlet 1), Stasiun 2 (inlet 2),Stasiun 3 terletak di bagian tengah Situ Cilala, Stasiun 4 (outlet), dan Stasiun 5 di bagian lekukan sebelum outlet. Pengambilan contoh air dilakukan pada lapisan permukaan air di setiap stasiun.

Analisis Keberadaan Biota

(18)

5 A. Analisis Plankton di Perairan Situ Cilala

Analisis plankton dibagi menjadi dua kelompok, yaitu identifikasi fitoplankton dan identifikasi zooplankton yang dilakukan dibawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 10 x 10, dan identifikasi nama spesies mengacu pada Prescott (1970) dan Mizuno (1979).

B. Analisis Perifiton

Analisis perifiton dilakukan di bawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 10 x 10, dan identifikasi nama spesies perifiton yang ditemukan mengacu pada Prescott (1970) dan Mizuno (1979).

C. Analisis Benthos

Identifikasi benthos dilakukan di bawah mikroskop binokuler dengan mengamati ciri-ciri bagian tubuh dari masing masing organisme dan diidentifikasi menggunakan literatur mengacu pada Pennak (1978).

D. Kebiasaan makanan ikan

Ketersediaan organisme makanan merupakan faktor yang menentukan populasi, pertumbuhan, reproduksi, dan dinamika populasi serta kondisi ikan yang ada di suatu perairan (Nikolsky 1963). Jenis dan jumlah makanan yang dapat dikonsumsi oeh suatu spesies ikan biasanya bergantung kepada umur, tempat, dan waktu. Makanan suatu spesies ikan berbeda pada waktu yang berbeda, walaupun contoh ikan diambil pada tempat yang sama. Hal tersebut mungkin terjadi karena adanya perubahan kondisi lingkungan. Demikian juga pada ikan-ikan yang satu spesies dengan umur yang berbeda. Perubahan makanan suatu spesies ikan adalah hal yang wajar sehingga spektrum makanannya berubah-ubah (Effendie 1979).

Kompleksitas interaksi komunitas biota perairan di Situ Cilala dapat diketahui melalui skema jaring makanan sederhana yang dibuat berdasarkan hasil identifikasi jenis spesies ikan yang terdapat di Situ Cilala serta kebiasaan makanan ikan tersebut. Kebiasaan makanan dari masing-masing spesies ikan dapat diketahui dengan Index Preponderance (IP), yang merupakan gabungan dari metode frekuensi kejadian dan metode volumetrik (Natarajan and Jhingran in Effendie 1979). Analisis tersebut juga dilengkapi dengan studi pustaka yang sesuai dengan spesies yang ditemukan di Situ Cilala. Jenis makanan yang teridentifikasi di dalam usus ikan dikelompokkan berdasarkan jenisnya, yaitu detritus, alga, tumbuhan air, invertebrata, dan krustasea. Komposisi jenis makanan ikan dihitung berdasarkan indeks bagian terbesar dalam presentase (Effendie 1979) dengan rumus sebagai berikut.

IPi = VVi x Oi

i x Oi x 100% Keterangan :

IPi : Index of preponderance kelompok makanan ke-i

Vi : Presentase volume satu macam makanan

Oi : Presentase frekuensi kejadian satu macam makanan

(19)

6

Analisis Data

Kompleksitas Komunitas

Kompleksitas adalah suatu sifat sistem-sistem yang berkaitan dengan bagian-bagian komponen serta hubungan-hubungannya (Odum 1992). Komunitas adalah kumpulan dari populasi-populasi yang terdiri dari species berbeda yang menempati daerah tertentu. Menurut Odum (1998), komunitas dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau sifat struktur utama seperti spesies dominan, bentuk-bentuk hidup atau indikator-indikator, habitat fisik dari komunitas, dan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional.

Kompleksitas komunitas akan digambarkan melalui keberadaan komponen jaring makanan yang tersusun oleh plankton, perifiton, benthos, dan ikan yang masing-masing menempati urutan tingkat pemanfaatan dalam trophic level yang terdapat di Situ Cilala. Komponen pembentuk jaring makanan tersebut didapatkan melalui analisis pada masing-masing biota termasuk terhadap kebiasaan makanan ikan yang terdapat di Situ Cilala.

Pada dasarnya trophic level merupakan urutan tingkat pemanfaatan pakan atau material dan energi seperti yang tergambarkan dalam rantai makanan. Trophic level menggambarkan tahapan transfer material atau energi dari setiap jenjang atau kelompok ke jenjang berikutnya, yang dimulai dengan produsen primer, dilanjutkan dengan konsumen primer (herbivor), kemudian sekunder, tersier, dan seterusnya yang diakhiri dengan predator puncak (Sriati 2012).

Untuk mengetahui trofik level ikan digunakan persamaan Christensen dan Pauly (1992) serta Frose dan Pauly (2000) dalam Bozec et al. (2011):

TLi= 1+∑{(Tij x IPj)/100}

Keterangan: TLi = trofik level kelompok ikan-i, Tij= trofik level kelompok

ikan ke-i, kelompok pakan ke-j, IPj = indeks of preponderance dari kelompok

pakan ke-j.

Pendugaan kesuburan perairan

Kesuburan diperairan merupakan fungsi dari keberadaan unsur hara, terutama nitrogen dan fosfat. Penentuan tingkat kesuburan perairan didasarkan pada trophic continuum yang dibagi kedalam tiga kelas, yaitu oligotrofik, mesotrofik dan eutrofik (Carlson 1977). Penentuan tingkat kesuburan perairan dilakukan berdasarkan kondisi fisika, kimia, dan biologi perairan. Trophic State Index digunakan dalam penelitian ini karena mewakili ketiga parameter tersebut melaui kedalaman Secchi disk, konsentrasi total fosfat, dan kandungan klorofil-α.

(20)

7 parameter tersebut berdasarkan pengaruh jumlah biomassa dan kepadatan fitoplankton terhadap penetrasi cahaya ke perairan. Kepadatan organisme fitoplankton diperairan akan menyebabkan terhambatnya cahaya yang masuk keperairan yang ditandai dengan berkurangnya tingkat kecerahan saat pengukuran menggunakan Secchi disk. Kepadatan tersebut erat kaitannya dengan pertumbuhan fitoplankton yang dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara terutama fosfor sebagai faktor pembatas. Semakin tinggi konsentrasi fosfor maka akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan jumlah individu dan biomassa fitoplankton. Peningkatan pertumbuhan tersebut akan menyebabkan penetrasi cahaya matahari keperairan akan berkurang intensitasnya (Carlson 1977).

Rumus untuk perhitungan TSI-SD, TSI-TP dan TSI-Chl disajikan sebagai berikut:

TSI SD = (6 -ln SDln )

TSI TP = 6 -ln

8 TP

ln

TSI Chl = (6 − , − ,68 ln Chlln )

TSI rata − rata = TSI SD + TSI TP + TSI Chl

Keterangan:

TSI (SD) = Nilai TSI untuk Secchi disk TSI (TP) = Nilai TSI untuk total fosfat TSI (Chl) = Nilai TSI untuk klorofil-a

SD = Secchi disk (m)

TP = Total fosfat (mg/m3) Chl = Klorofil-a (mg/m3)

Tabel 2 Status kesuburan perairan berdasarkan TSI (Carlson 1977)

TSI SD (m) TP (mg/m3) Chl (mg/m3) Status

< 30 – 40 >8 – 4 6 – 12 0,94 – 2,6 Oligotrofik

40 -50 4 – 2 12 – 24 2,6 – 6,4 Mesotrofik

(21)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kompleksitas Komunitas

Penentuan kompleksitas komunitas diawali dengan analisis komunitas fitoplankton, perifiton, zooplankton, benthos, ikan dan kebiasaan makanan ikan. Selanjutnya dilakukan penyusunan jaring makanan. Hasil analisis tersebut diuraikan sebagai berikut.

A. Fitoplankton dan Perfiton

Fitoplankton adalah organisme yang mempunyai ukuran sangat kecil dan hidup melayang dalam air. Fitoplankton mempunyai peranan sangat penting dalam ekosistem perairan, sama pentingnya dengan peran tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih tinggi tingkatannya di ekosistem daratan. Berdasarkan Gambar 4 (Lampiran 1), terlihat bahwa kelimpahan fitoplankton tertinggi berada pada Stasiun 2 sebesar 1.275.535 sel/m3, sedangkan kelimpahan terendah berada di Stasiun 4 sebesar 490.490 sel/m3.

Pada pengamatan fitoplankton ditemukan 3 kelas fitoplankton yaitu Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Bacillariophyceae. Berdasarkan Gambar 4, dapat terlihat bahwa kelas Chlorophyceae merupakan kelas yang memiliki kelimpahan tertinggi pada Stasiun 1, Stasiun 3, Stasiun 4 dan Stasiun 5. Chlorophyceae merupakan filum alga yang terbesar di air tawar. Alga ini merupakan kelompok alga yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal, koloni, dan bersel banyak (Tjitroseepomo 2001). Kondisi di Stasiun 2 berbeda dari keempat stasiun lainnya, yaitu didominasi oleh Cyanophyceae. Kondisi tersebut diduga terjadi karena tingginya unsur hara di Stasiun 2 akibat masukan limbah dari kegiatan peternakan yang masuk ke Stasiun 2. Cyanophyceae dapat mengikat nitrogen menjadi nitrat, jadi perannya sama seperti bakteri pengikat nitrogen dalam tanah. Kelompok ini memiliki peran penting secara ekologis karena biomasa yang dapat terbentuk dalam kolam yang tercemar (Odum 1998).

(22)

9 Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa jumlah genus tertinggi ada pada Stasiun 5 sebanyak 24 genera fitoplankton dengan jumlah tertinggi dari famili Bacillariophyceae (10 genera) kemudian Chlorophyceae (9 genera) dan Cyanophyceae (5 genera). Diatom (Bacillariophyceae) adalah indikator untuk perairan yang baik (Odum 1998). Struktur komunitas fitoplankton pada kelima stasiun di Situ Cilala hampir sama satu dengan yang lainnya terlihat dari keberadaan 3 kelas yang ada di setiap stasiun dengan jumlah jenis yang tidak jauh berbeda. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Odum (1998) yang menyatakan bahwa tipe-tipe utama fitoplankton di perairan tawar meliputi diatomae (Bacillariophyceae), alga hijau (Chlorophyta), dan alga biru (Cyanophyceae).

Gambar 5 Jumlah genera fitoplankton di Situ Cilala

Perifiton adalah komunitas organisme yang hidup di atas atau sekitar substrat. Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air tenggelam, dan terkadang hewan air (Odum 1998). Berdasarkan Gambar 6 (Lampiran 1), kepadatan perifiton tertinggi terdapt pada Stasiun 1 sebesar 3.308.606 sel/m2. Hal ini diduga terjadi karena terdapat masukan limbah kegiatan rumah tengga dan erosi yan masuk melalui inlet ke Stasiun 1 sehingga ketersediaan unsur hara untuk perifiton mencukupi. Selain itu jumlah tumbuhan air yang lebih besar dibandingkan stasiun lain sehingga dapat dijadikan tempat hidup bagi organisme perifiton yang bersifat menempel pada substrat. Kepadatan perifiton terendah terdapat pada Stasiun 4 yang berupa outlet Situ Cilala sebesar 280.775 sel/m2. Outlet memiliki arus yang lebih besar dibandingkan bagian situ yang lainnya sehingga perifiton tidak mampu menempel dan hidup dengan baik yang berdampak pada kepadatan perifiton yang rendah.

(23)

10

Gambar 6 Kepadatan total perifiton di Situ Cilala

Pada pengamatan perifiton ditemukan 3 kelas perifiton yaitu kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Bacillariophyceae. Berdasarkan Gambar 3.4, dapat terlihat bahwa jumlah genera dari filum Bacillariophyceae lebih banyak dibandingkan kelas lain pada Stasiun 1, Stasiun 4, dan Stasiun 5 yaitu sebanyak

(24)

11 Kelimpahan zooplakton di Situ Cilala didominasi filum crustasea. Berdasarkan Gambar 8, filum crustasea mendominasi di kelima stasiun Situ Cilala kecuali pada Stasiun 4. Crustacea merupakan zooplankton terpenting bagi ikan di perairan air tawar maupun air laut. Kelompok copepoda dari kelas crustasea merupakan kelompok yang paling banyak ditemukan. Pada Stasiun 4 kelimpahan zooplankton didominasi oleh filum Rotifera.

Gambar 8 Kelimpahan total zooplankton di Situ Cilala

Komposisi penyusun kelimpahan zooplankton di Situ Cilala diantaranya ialah crustasea, rotifera, gastropoda, dan protozoa. Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa jumlah genera crustasea hampir mendominasi di kelima stasiun kecuali pada Stasiun 3 yang jumlah generanya didominasi oleh filum rotifera. Pada Stasiun 1, Stasiun 2, Stasiun 4, dan Stasiun 5 crustasea memiliki jumlah jenis terbanyak dengan jumlah jenis 6, 6, 6, dan 7 genera di tiap stasiun. Pada Stasiun 3, jumlah jenis terbanyak ditempati oleh rotifera dengan 8 jenis.

Gambar 9 Jumlah genera zooplankton di Situ Cilala 0

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

K

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

(25)

12

C. Benthos

Benthos merupakan organisme yang hidup atau terdapat di dalam substrat pada suatu perairan. Berdasarkan Gambar 10 (Lampiran 1), kepadatan benthos tertinggi terdapat di Stasiun 1 sebesar 473 ind/m2, sedangkan kepadatan terendah terdapat di Stasiun 3 dengan jumlah sebesar 30 ind/m2. Hal ini disebabkan

ketersediaan makanan benthos berupa bahan organik yang tinggi yang terdapat di Stasiun 1 berupa serasah dari daun pepohonan, tanaman air yang melimpah, dan run-off yang terbawa masuk ke Stasiun 1. Stasiun 3 yang merupakan bagian tengah Situ dengan banyak KJA, sehingga menyebabkan ketersediaan bahan organik berupa sisa pakan buatan cukup tinggi.

Komposisi biota benthos terdiri dari empat kelompok, yaitu gastropoda, pelecypoda, oligochaeta dan hirudinea. Berdasarkan Gambar 10 dapat terlihat pada Stasiun 1 yang memiliki kepadatan benthos tertinggi, komponen penyusun kepadatan tertinggi dimiliki oleh gastropoda sebesar 59,02%. Pada Stasiun 3 yang memiliki kepadatan benthos terendah, komponenn penyusunnya hanya terdiri dari gastropoda. Gastropoda memiliki biomassa yang lebih besar dibandingkan oligochaetae. Hal tersebut disebabkan karena ukuran gastropoda lebih besar dibandingkan oligochaeta. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Stasiun 3 kepdatan benthos yang rendah tidak menunjukkan tidak adanya pemanfaatan bahan organik oleh benthos.

Gambar 10 Kepadatan total benthos di Situ Cilala

D. Trophic Level

Trophic level pertama ditempati oleh fitoplankton sebagai produsen primer, jenjang trofik ke dua ditempati zooplankton herbivor, trophic level ke tiga ditempati oleh organisme karnivor (Sriati 2012). Tumbuhan hijau menduduki trophic level pertama (produsen), pemakan tumbuhan (herbivor) mendudukin trophic level kedua (konsumen perimer pertama), karnivor yang memakan herbivor menduduki trophic level ketiga (konsumen tersier). Trophic Level ikan ditentukan melaui proporsi dan jenis makanan yang ditemukan dalam saluran

N=473 N=256 N=30 N=39 N=49

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

(26)

13 pencernaan ikan yang terdapat di Situ Cilala. Berdasarkan Gambar 11 (Lampiran 2), ditemukan 11 jenis spesies ikan diantaranya Oreochromis mossambicus, Oreochromis niloticus, Osteochilus hasselti, Poecilia reticulata, Osphronemus goramy, Oxyleotris marmorata, Channa striata, Clarias sp., Parambasis apogonoides, Dermogenys pusilla, dan Mystus nigriceps. Trophic level terendah bernilai 2,00 ditempati spesies Oreochromis mossambicus, Oreochromis niloticus, dan Osteochilus hasselti dengan jumlah individu masing-masing 2, 55, dan 7 individu. Trophic level tertinggi ditempati spesies Channa striata dengan nilai trophic level 3,50 yang berjumlah 3 individu. Pada pengamatan kali ini ditemukan lima kelompok besar makanan ikan yaitu fitoplankton, tumbuhan air, detritus, zooplankton, dan crustasea.

Gambar 11 Nilai Trophic Level Spesies Ikan di Situ Cilala Keterangan: TL= Trophic Level; N= Jumlah Contoh

Isi makanan yang terdapat dalam saluran pencernaan ikan yang ditemukan di Situ Cilala dibandingkan dengan studi pustaka kebiasaan makanan ikan spesies tersebut menurut literatur. Tabel 3 menunjukkan komposisi jenis makanan spesies ikan yang ditemukan di Situ Cilala berdasarkan analisis laboratorium dan studi pustaka.

E. Jaring Makanan

(27)

14

level (Rice 2008). Suatu organisme atau spesies seringkali tidak dapat dikategorkan ke dalam satu trophic level karena trophic level organisme berkaitan dengan kebiasaan makanannya. Kompleksitas kebiasaan makanan dari suatu organisme menyebabkan ikan mungkin saja menduduki hampir setiap trophic level. Pemangsaan dapat mempengaruhi kepadatan populasi pada trophic level yang berbeda (Odum 1998; Jennings et al. 2003), sedangkan ketesediaan makanan dapat mempengaruhi trophic level diatasnya (Chassot et al. 2005).

Tabel 3 Jenis makanan Ikan di Situ Cilala

Spesies Ikan Jenis Makanan Referensi

Analisis Studi Pustaka

Fitoplankton, Crustasea Fitoplankton, Detritus Bowen 1982, Oso et.al 2006, Muliasih 2002, Hasmardi

Poecilia reticulata Fitoplankton, Zooplankton,

Detritus, Larva

Channa striata Crustasea, Detritus,

Zooplankton, Tumbuhan Air, Fitoplankton

Cacing, Udang, Ikan Courtenay and Williams 2004 Rainboth 1996, Saikia et al

2012

Clarias sp. Crustasea,

Zooplankton,Detritus, Fitoplankton

Insekta, Crustasea Winarlin 1984

Parambasis

Insekta, Crustasea Rainboth 1996

Mystus nigriceps Crustasea, Detritus, Fitoplankton, Zooplankton,

(28)

15

Gambar 12 Jaring Makanan Situ Cilala (■) Produsen (■) Herbivor (■) Omnivor (■) Karnivor

( ) Memangsa ( ) Parasit Terhadap Ikan

Sebagian besar spesies, sekitar 75% dari jumlah spesies lintah yang dikenal adalah ektoparasit penghisap darah. Jenis lainnya banyak yang predator, dan memangsa cacing, siput, dan larva serangga. Beberapa jenis lintah termasuk scavenger, pemakan bangkai (Suwignyo et al. 2005).

Kesuburan Perairan

Tingkat kesuburan perairan di Situ Cilala ditentukan dengan rumus Carlson (1977). Berdasarkan Gambar 3.10 (Lampiran 3), nilai TSI tertinggi terdapat di Stasiun 2 yaitu nilai TSI sebesar 70,48. Hal ini disebabkan banyaknya masukan unsur hara berupa limbah organik dari kegiatan peternakan ayam yang masuk ke Stasiun 2 yang merupakan inlet 2 Situ Cilala. Nilai TSI terendah terdapat di Stasiun 4 yang merupakan outlet Situ Cilala dengan nilai TSI sebesar 65,34. Dari kisaran hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kesuburan di Situ Cilala termasuk ke dalam tingkat eutrofik sedang menuju eutrofik berat.

(29)

16

Parameter kualitas air di Situ Cilala yang dihitung meliputi parameter parameter fisika, kimia, dan biologi. Nilai kualitas air di Situ Cilala disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai kualitas air di Situ Cilala

Parameter Unit Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Kegiatan pemanfaatan di perairan Situ Cilala diduga mengakibatkan perubahan kualitas air. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini ditemukan bahwa Situ Cilala memiliki status kesuburan eutrofik sedang menuju ke eutrofik berat. Nilai TSI di Stasiun 2 (inlet 2) merupakan stasiun dengan nilai TSI tertinggi sebesar 70,48 dan masuk kedalam kategori eutrofik berat. Hal ini menunjukkan bahwa air yang masuk menuju situ Cilala memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga menyebabkan kelimpahan fitoplankton yang tinggi di Stasiun 2 yang didominasi kelas Cyanophyceae. Nilai TSI tertinggi di Stasiun 2 diduga karena adanya limbah aktivitas manusia berupa sisa peternakan yang berada di dekat Stasiun 2 sehingga ketersediaan unsur hara di perairan meningkat yang meyebabkan kelimpahan fitoplankton tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Goldman dan Horne (1983) yang menyatakan bahwa masukan total fosfor yang tinggi berasal dari erosi. Sumber utama fosfat terlarut berasal dari limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan industri. Hal tersebut seringkali menyebabkan eutrofikasi di danau. Ortofosfat merupakan fosfat dalam bentuk anorganik yang terlarut dalam air dan lemak yang dapat langsung dimanfaatkan dan mudah diserap oleh organisme nabati baik makrofita maupun mikrofita (Wetzel 1983).

(30)

17 terkait dengan unsur hara yang ada di perairan. Ortofosfat yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan cyanophyceae dengan pesat. Kelimpahan fitoplankton disuatu perairan sangat dipengaruhi oleh status trofik perairan serta musim (Rawson 1977).

Kelimpahan fitoplankton yang tinggi di Situ Cilala berdampak pada melimpahnya zooplankton di perairan. Fitoplankton merupakan organisme berklorofil yang pertama ada di dunia dan merupakan sumber makanan bagi zooplankton sebagai konsumen primer, maupun organisme perairan lainnya sehingga populasi zooplankton maupun populasi konsumen dengan trophic level yang lebih tinggi secara umum mengikuti dinamika populasi plankton. Kelimpahan tertinggi zooplankton berada di Stasiun 2. Pada Stasiun 2 kelimpahan fitoplankton didominasi kelas cyanophyceae (alga biru) dan memiliki nilai TSI tertinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan jumlah unsur hara yang tinggi dapat menyebabkan kelimpahan fitoplankton menjadi tinggi. Tingginya kelimpahan fitoplankton ini menyebabkan ketersediaan makanan bagi zooplankton menjadi tinggi sehingga zooplankton dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik dalam laju pertumbuhan yang tinggi. Kelimpahan zooplankton yang tinggi di Stasiun 2 berkaitan dengan ketersediaan makanannya yang melimpah yaitu fitoplankton yang melimpah pada Stasiun 2, begitupula yang terjadi pada Stasiun 4 dan Stasiun 1 yang kelimpahan fitoplanktonnya rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Infante dan Riehl (1984) yang menyatakan pada saat alga biru mendominasi perairan, kelimpahan zooplankton copepoda dan rotifera di perairan juga tinggi. Menurut Touran dan Sulawesty (2007) kandungan unsur hara perairan yaitu nitrat dan fosfat, juga mempengaruhi pola sebaran dan kelimpahan zooplankton, karena kedua unsur hara tersebut merupakan faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber pakan utama bagi zooplankton.

Pertumbuhan populasi fitoplankton berbanding lurus dengan kelimpahan zooplankton di perairan. Komposisi penyusun zooplankton di Situ Cilala didominasi kelas crustasea, bagian terbesar zooplankton adalah anggota filum arthropoda. Copepoda yang hidup bebas di perairan tawar sangat banyak ditemukaan, jumlahnya sekitar 1.000 individu/liter. Pada umumnya di danau, copepoda sangat mendominasi dan jumlahnya satu, dua atau hanya tiga spesies (Pennak 1953). Sumber pakan utama zooplankton, terutama kelompok copepoda dan cladocera, adalah fitoplankton seperti Scenedesmus, Pandorina, Chlamidomonas, Chlorella, Pediastrum, Nitzchia, dan lain-lain. Jenis-jenis dari rotifera umumnya merupakan pemakan partikulat atau bersifat shreedders (Wetzel 2001).

(31)

18

makanan di Situ Cilala terdapat mekanisme saling mempengaruhi antara trophic level yang rendah ke trophic level yang tinggi, begitupula antara trophic level yang tinggi ke trophic level yang rendah. Mekanisme saling mempengaruhi tersebut terjadi dalam proses pemangsaan atau pemanfaatan antar trophic level. Pemangsaan dapat mempengaruhi kepadatan populasi pada tingkatan trofik yang berbeda (Odum 1998; Jennings et al. 2003), sedangkan ketersediaan makanan dapat mempengaruhi trophic level diatasnya (Chassot et al. 2005).

Situ Cilala memiliki tingkat kesuburan eutrofik sedang menuju eutrofik berat. Pada tingkat kesuburan eutrofik di Situ Cilala, populasi fitoplankton memiliki kelimpahan yang cukup tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Odum (1998) yang menyatakan bahwa danau eutrofik memiliki produktivitas primer yang lebih tinggi, vegetasi litoral lebat, populasi plankton lebih padat karena mengandung unsur hara yang tinggi.

Pada status kesuburan eutrofik, interaksi antar biota perairan di Situ Cilala tergambarkan melalui skema jaring makanan di perairan Situ Cilala. Pada jaring makanan tersebut terlihat keberagaman jenis biota yang ada di Situ Cilala. Dengan kondisi tersebut Situ Cilala memiliki potensi berupa keberagaman biota perairan yang dapat dimanfaatkan dan juga dijaga kelestariannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kompleksitas komunitas perairan di Situ Cilala dapat digambarkan melalui jaring makanan perairan di Situ Cilala yang terdiri dari organisme autotrof yang memiliki nilai trophic level 1 hingga ikan yang bersifat karnivor yang memiliki nilai trophic level tertinggi sebesar 3,50 yaitu Channa striata. Situ Cilala memiliki status kesuburan eutrofik sedang hingga eutrofik berat.

Saran

(32)

19

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Gurame (Osphronemus goramy). Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 1(2): 56-57.

APHA (American Public Health Assosiation). 2012. Standart methods for The Examination of Water and Waste Water. New York (US): APHA.

Bowen SH. 1982. Feeding, digestion and growth-qualitative considerations. The biology and culture of tilapias. ICLARM Conference Proceedings. p. 141-156 Bozec YM, Ferraris J, Gascuel D, and Kulbicki M. 2011. The Trophic Structure

Of Coral Reef Fish Assemblages:"Trophic Spectra" As Indicators Of Human Disturbances.

Carlson RE. 1977. A trophic state index for lakes. Limnological Research Centre. Univ. Of Minnesota. Minneapolis. 22(2): 361-369.

Chassot E, Gascuel D, Colomb A. 2005. Impact of Trophic Interactions on Production Functions and on the Ecosystem Response to Fishing: a Simulation Approach. Aquatic living resources 18: 1-3.

Christensen V, Pauly D. 1992. Ecopath II-a Software for Balancing Steady-State Ecosystem Models and Calculating Network Characteristics. Ecological Modelling 61: 169 – 185.

Courtenay WR, Williams JD. 2004. Snakeheads (Pisces, Channidae) A Biological Synopsis and Risk Assessment. U.S Geological Survey: Florida.

Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Goldman CR, Horne AJ. 1983.Limnology. Tokyo (JP): Mc Graw-Hill

International Book Company. 464 p.

Handayani S, Patria MP. 2005. Komunitas Zooplankton Di Perairan Waduk Krenceng, Cilegon, Banten. Makaira Sains. 9(2):75-80.

Hasmardi D. 2003. Analisa Makanan Ikan Nila (Oreochromis nloticus) dan Ikan Beloso (Glossogobius giuris) yang Berada di Luar Jaring Tancap di Situ Melangnengah Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Heltonika B. 2009. Kajian Makanan Dan Kaitannya Dengan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) Di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Infante A, Riehl W. 1984. The Effect of Cyanophyta upon Zooplankton In Eutrophic Tropical Lake (Lake Valencia, Venezuela). Tropical Zooplankton. Dr W Junk Publishers. Boston.113: 293-298.

Jenning S, Kaiser MJ, Reynolds JD. 2003. Marine fisheries ecology. New York (US): Blackwell Publ. 417 p.

Lawal MO, Edokpayi CA , Osibona AO. 2012. Food and Feeding Habits of Guppy, Poecilia reticulata, from drainage Canal Systems in Lagos, Southwestern Nigeria. West African Journal of Applied Ecology. Vol. 20 (2). Mizuno T. 1979. Illustrations of The Freshwater Plankton of Japan. Revised Ed.

Osaka (JP): Hoikusha Publ. 353 p.

(33)

20

Odum EP. 1998. Dasar-dasar ekologi (Terjemahan Samingan T & Srigandono B). Edisi ke-tiga. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr. 697 hlm.

Odum HT. 1992. Ekologi Sistem. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr. Okutsu T, Morioka S, Shinji J, Chanthasone P. 2011. Growth and reproduction

of the glassperch Parambassis siamensis (Teleostei: Ambassidae) in Central Laos. Ichthyol. Explor. Freshwaters. Munchen, Germany. Vol. 22, No. 2. p. 97-10.

Oso JA, Ayodele IA, Fagbuaro O. 2006. Food and Feeding Habits of Oreochromis niloticus (L.) and Sarotherodon gaililaeus (L.) in Tropical Reservoir. World Journal of Zoology 1 (2): 118-121.

Payne AL 1986. The Ecologicy of Tropical Lake and Rivers. New York (US): John Wiley & Sonds. 301 p.

Pennak RW. 1953. Fresh Water Invertebrates of The United States. New York (US): The Ronald Pr. 769 p.

Pennak RW. 1978.Fresh-Water Invertebrates of the United States. New York (US): John Wiley & Sons. 803 p.

Pratiwi NTM, Adiwilaga EM, Majariana. 2006. Distribusi Spasial Fitoplankton Pada Kawasan Keramba Jaring Apung Di Waduk Ir. H. Juanda, Jati Luhur, Purwakarta, Jawabarat. Prosiding Seminar Nasional Limnologi. LIPI. Jakarta. 222-240.

Prescott GW. 1970.The Fresh Water Algae. Iowa (US): W M C Brown.

Rainboth WJ. 1996. Fishes of The Cambodian Mekong. Roma (IT): Food And Agriculture Organization Of The United Nation.

Rawson DS. 1956. Algal Indicator of Trophic Lake Type. Univ. Of Saskatchewan. 1(1): 18-25.

Rice AN. 2008. Coordinated Mechanics of Feeding, Swimming, and Eye Movements in Tautoga onitis, and Implications for the Evolution of Trophic Strategies in Fishes. Mar. Biol.154:255–267.

Ristyani D. 1998. Bioekologi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) di Kabupaten Purwakarta dan Karawang Propinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saikia AK, Abujam SKS, Biswas SP. 2012. Food And Feeding Habit of Channa punctatus (Bloch) From The Paddy Field Of Sivsagar District, Assam. Bulletin of Environment, Pharmacology and Life Sciences. Academy for Environment and Life Sciences, India. (1): 10-15.

Sriati. 2012. Struktur Trofik Dan Biologi Populasi Ikan Di Perairan Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu [disertasi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Suhardi. 1983. Evolusi Avetebrata. Jakarta (ID): UI Pr. 70 hlm.

Suwignyo S, Widigdo B, Wardiatno Y, Krisanti M. 2005. Avertebrata Air Jilid 2. Depok (ID): Penebar Swadaya. 204 hlm.

Touran RL, Sulawesty F. 2007. Sebaran dan kelimpahan Zooplankton di Danau Maninjau, Sumatera Barat. Jakarta (ID): Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 33: 381 - 392.

Wetzel RG. 1983. Limnology. 2nd ed. W. B. Philadelphia (US): Sounders. 767 p. Wetzel RG. 2001. Limnology Lake and Rivers Ecosystems. 3rd ed. USA

Academic Pr..

(34)

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kelimpahan organisme yang ditemukan di Situ Cilala Fitoplankton (sel/m3)

Perifiton (sel/m2)

Zooplankton (Ind/m3)

Benthos (Ind/m2)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Kelimpahan (sel/m3) 766595 1275535 958009 490490 789477

Jumlah genera 22 23 23 23 24

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Kepadatan (sel/m2) 3308606 949951 725438 280774 1903976

Jumlah genera 31 27 23 15 24

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Kelimpahan (Ind/m3) 102307 246047 187422 107810 131070

Jumlah genera 12 16 16 14 14

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

(35)

22

Lampiran 2 Biota yang ditemukan di Situ Cilala

Mystus nigriceps Oreochromis niloticus Osteochilus hasselti

Parambasis apogonoides Oreochromis mossambicus Clarias sp.

Osphronemus goramy Channa striata Poecilia reticulata

Dermogenys sp. Oxyleotris marmorata Pilsbrioconcha exilis

Lampiran 3 Nilai TSI di Situ Cilala

Lokasi TSI SD TSI TP TSI Chl-a

Stasiun 1 68,78 78,02 58,15

Stasiun 2 74,05 72,62 64,76

Stasiun 3 69,27 72,44 64,14

Stasiun 4 67,36 68,40 60,27

(36)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 1 Januari 1991 dari ayah Sentot Parwoto dan ibu Partinah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 47 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN dan diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

(37)

Gambar

Gambar 1  Jaring makanan di perairan  (Payne 1986)
Gambar 2  Diagram alir perumusan masalah kompleksitas komunitas
Gambar 3  Lokasi penelitian, Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat
Tabel 1  Alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran parameter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 6 Persentase komposisi jumlah jenis zooplankton pada kedua stasiun pengamatan di perairan cekungan karst Cileungsi selama penelitian Berdasarkan komposisi

Perlu dilakukan juga penelitian mengenai retensi P dan pelepasan P di perairan agar mengetahui jumlah beban P yang masuk yang berasal dari sedimen.Selain itu,

Tingkat Kesuburan Perairan Situ Rawa Besar, Depok Berdasarkan Kelimpahan fitoplankton dan Kandungan Nitrat, Ortofosfat, p y DO d m Kecerahan...

Penelitian mengenai struktur komunitas plankton ini bertujuan untuk mengetahui kemelimpahan, indeks keanekaragaman, dan indeks dominansi plankton di perairan mangrove

Sifat kimia-fisik di perairan curug kawasan Situ Gunung menyebabkan kehadiran jenis fitoplankton dari kelas Cyanophyceae tidak atau jarang ditemukan.. Kehadiran anggota

Dilihat dari indeks keanekaragaman fitoplankton dan zooplankton, kondisi ekosistem perairan Situ Cileunca menunjukan kondisi perairan yang masih stabil dan dilihat dari

Organisme yang mampu melakukan fotosintesis pada perairan situ terdiri dari alga yang berada di dalam air (fitoplankton), alga yang menempel di suatu permukaan (perifiton),

Sedangkani struktur komunitas yang digambarkan dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman H’, indeks keseragaman E dan indeks dominansi D menunjukkan lokasi perairan Pantai Senggigi