• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Fenologi dan Penentuan Masak Fisiologis Benih Mentimun (Cucumis sativus L.) Berdasarkan Unit Panas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Fenologi dan Penentuan Masak Fisiologis Benih Mentimun (Cucumis sativus L.) Berdasarkan Unit Panas."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI FENOLOGI DAN PENENTUAN MASAK

FISIOLOGIS BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

BERDASARKAN UNIT PANAS

BADIA LUMBANGAOL

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

(4)
(5)

ABSTRAK

BADIA LUMBANGAOL. Studi Fenologi dan Penentuan Masak Fisiologis Benih Mentimun (Cucumis sativus L.) Berdasarkan Unit Panas. Dibimbing oleh SATRIYAS ILYAS.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari fenologi perkembangan bunga sampai menjadi buah dan mengetahui unit panas yang tepat untuk menentukan masak fisiologis benih mentimun (Cucumis sativus L.). Studi fenologi dilakukan sejak antesis sampai batas terakhir pemanenan. Unit panas tanaman diperoleh dari pengukuran suhu harian. Studi penentuan masak fisiologis benih mentimun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor. Faktor percobaan adalah umur panen mentimun yang terdiri atas 20 taraf, yaitu 15 sampai 34 hari setelah antesis (HSA). Hasil menunjukkan, masak fisiologis benih mentimun varietas Vanesa dicapai pada umur panen 29 HSA dengan ciri-ciri warna kulit buah kuning, benih berwarna putih kecoklatan, dan biji mudah dilepas dari daging buah. Pada umur panen ini kadar air benih 41.5%, bobot kering benih 2.5 g, viabilitas benih maksimum (daya berkecambah 96%), serta vigor maksimun (indeks vigor 93.5% dan keserempakan tumbuh 96%). Unit panas benih mentimun varietas Vanesa saat masak fisiologis (29 HSA) adalah 979.80Cd. Kata kunci: bobot kering benih, viabilitas, vigor

ABSTRACT

BADIA LUMBANGAOL. Study of Phenology and Determination of Seed Physiological Maturity of Cucumber (Cucumis sativus L.) Based on Heat Unit. Supervised by SATRIYAS ILYAS.

The objectives of this research were to study the phenological development of flowers become fruits, and to determine the seed physiological maturity of cucumber (Cucumis sativus L.) based on heat unit. Study of phenology was done since anthesis until the last day of harvest. Heat unit was obtained from daily temperature measurements. Experiment to determine seed physiological maturity was conducted using a randomized complete block design with one factor. The harvesting time as the factor, consisted of 20 levels, starting from 15 through 34 days after anthhesis (DAA). The results showed that seed physiological maturity of cucumber cv Vanesa was achieved at 29 DAA. It was characterized by yellow color of the pericarp, brownish white seeds, and the seeds were easily separated from the flesh of the fruit. At this harvest time seed moisture content was 41.5%, seed dry weight 2.5 g, seed viability (96% seed germination) and vigor (93.5% vigor index and 96% synchronization of germination) were maximum. Heat unit of seed physiological maturity (29 DAA) was 979.80Cd.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

STUDI FENOLOGI DAN PENENTUAN MASAK

FISIOLOGIS BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

BERDASARKAN UNIT PANAS

BADIA LUMBANGAOL

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi: Studi Fenologi dan Penentuan Masak Fisiologis Benih Mentimun

Nama NIM

(Cucumis sativus L.) Berdasarkan Unit Panas.

: Badia Lumbangaol

: A24110015

Disetujui oleh

Prof Dr Ir MS

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ialah masak fisiologis benih, dengan judul Studi Fenologi dan Penentuan Masak Fisiologis Benih Mentimun (Cucumis sativus L.) Berdasarkan Unit Panas.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Prof Dr Ir Satriyas Ilyas, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan juga kepada bapak Dr Ir Ahmad Junaedi selaku dosen pembimbing akademik. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada bapak Dr Ir Abdul Qadir, Msi dan ibu Dr Ir Faiza C. Suwarno, MS sebagai penguji pada ujian skripsi yang telah memberikan saran dan masukan.

Terima kasih atas perhatian dan kasih sayang yang luar biasa penulis sampaikan kepada Amson Lumbangaol beserta Jenti Sinambela (orang tua) dan kepada saudara penulis Herty Lumbangaol, Gunawan Siadari, Henro Lumbangaol, Wanti Siregar, Harry Lumbangaol, Friska Lumbangaol, Lamtodo Sinaga, dan Manorang Lumbangaol. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Natasha Ginting, Melpa, Rielisa, Priyantika, Nina, Beta, PMK, KOMPERS, PARTARU, COMBAT 48, AVENGERS, AGH 48, HIMAGRON, Perwira 12, beserta keluarga, dan semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan karya tulis ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 21 September 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Pengolahan tanah dan pemasangan mulsa plastik hitam perak 6

Penanaman bibit 6

Pemupukan dan pemeliharaan 6

Panen dan pascapanen 7

Studi Fenologi Bunga, Buah, dan Benih 7

Penentuan Masak Fisiologis dengan Unit Panas (Heat Unit) 8

Pengujian Mutu Benih 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Fenologi Mentimun 10

Pengaruh Umur Panen terhadap Kadar Air, Viabilitas, dan Vigor Benih

Mentimun 16

Pengaruh Umur Panen terhadap Kadar Air dan Bobot Kering Benih 16

Pengaruh Umur Panen terhadap Viabilitas Benih 17

Pengaruh Umur Panen terhadap Vigor Benih 18

Penentuan Masak Fisiologis Benih Mentimun 22

Penentuan Unit Panas (Heat Unit) 22

KESIMPULAN 24

SARAN 24

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 28

(14)

DAFTAR TABEL

1 Deskripsi bunga jantan dan bunga betina 11

2 Deskripsi buah mentimun pada setiap umur panen (hari setelah

antesis) 12

3 Deskripsi benih mentimun pada setiap umur panen (hari setelah

antesis) 13

4 Rekapitulasi uji F hasil analisis ragam pengaruh umur panen terhadap kadar air, bobot kering benih, daya berkecambah, bobot kering kecambah normal, indeks vigor, dan keserempakan tumbuh 16 5 Unit panas (heat unit) pada stadia pertumbuhan mentimun 23

DAFTAR GAMBAR

1 Stuktur kecambah normal benih mentimun 9

2 Selang perkembangan bunga jantan mulai dari kuncup, bunga mekar,

hingga bunga layu 11

3 Selang perkembangan bunga betina mulai dari kuncup, bunga mekar

hingga bunga layu 11

4 Buah pada umur panen 15-34 hari setelah antesis 14 5 Pengaruh umur panen terhadap kadar air dan bobot kering benih 19 6 Pengaruh umur panen terhadap viabilitas benih 20

7 Pengaruh umur panen terhadap vigor benih 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi mentimun varietas Vanesa 28

2 Data unit panas (heat unit) 1 Februari-9 April 2015 29

3 Pengolahan lahan 31

4 Pemasangan mulsa plastik hitam perak 31

5 Persemaian benih mentimun pada umur 4 hari setelah semai 31 6 Pindah tanam (transplanting) bibit mentimun berumur 20-23 hari

setelah semai 32

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dan umumnya ditanam di dataran rendah sampai menengah yaitu dengan ketinggian 200-800 mdpl (Puslitbanghorti 2013). Produksi mentimun pada tahun 2009 sampai tahun 2013 secara berturut-turut adalah sebagai berikut; 583 139 ton, 547 141 ton, 521 535 ton, 511 525 ton, dan 491 636 ton (BPS 2014). Luas panen mentimun pada tahun 2009 sampai tahun 2013 secara berturut-turut adalah sebagai berikut: 56 099 ha, 56 921 ha, 53 596 ha, 51 283 ha, dan 49 296 ha. Sementara produktivitas tanaman mentimun pada tahun 2009 sampai tahun 2013 secara berturut-turut adalah sebagai berikut: 103.90 ku/ha, 96.10 ku/ha, 97.30 ku/ha, 99.74 ku/ha, 99.73 ku/ha. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa produksi mentimun menurun tiap tahunnya. Luas panen juga mengalami penurunan mulai tahun 2010 sampai tahun 2013 sedangkan produktivitas mentimun relatif berfluktuatif.

Benih merupakan salah satu input dasar dalam kegiatan produksi tanaman. Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya produksi adalah mutu benih. Mutu benih menyangkut mutu genetis, fisik, fisiologis dan patologis. Mutu genetis berkaitan dengan sifat-sifat unggul yang diwariskan oleh tanaman induk. Mutu fisik menyangkut struktur morfologis, ukuran, dan bobot benih. Mutu patologis merujuk kepada ada atau tidaknya penyakit di dalam atau di permukaan benih. Mutu fisiologis berhubungan dengan viabilitas dan vigor benih. Viabilitas dan vigor benih dipengaruhi oleh: pertumbuhan pohon induk, kemasakan benih, kadar air benih, suhu selama penyimpanan, serta kerusakan benih. Kemasakan benih berkaitan dengan saat pemanenan yang tepat. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat masak fisiologis karena mutu benih mencapai maksimum yang dicirikan oleh bobot kering benih dan vigor benih maksimum (Ilyas 2012). Menurut Kartika dan Ilyas (1994) yang melakukan penelitian terhadap kacang jogo, benih yang dipanen sebelum mencapai masak fisiologis ( 27-33 hari setelah berbunga) mengakibatkan vigor benih rendah. Pada fase tersebut pembentukan embrio belum sempurna dan akumulasi cadangan makanan dalam benih belum cukup untuk proses perkecambahan. Benih yang dipanen lewat masak fisiologis (39 hari setelah berbunga) sudah mengalami deteriorasi akibat adanya deraan cuaca pada tanaman induk di lapangan.

Studi fenologi mendeskripsikan ciri-ciri bunga dan buah mentimun sesuai tingkat kemasakan. Fenologi adalah ilmu tentang periode fase-fase yang terjadi secara alami pada tumbuhan yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, seperti lama penyinaran, suhu, dan kelembaban udara (Fewless 2006). Buah yang telah masak terlihat dari perubahan warna kulit buah yang warnanya tergantung kultivar, dan tangkai buah sudah layu. Idealnya buah masih tetap berada pada tanaman sampai mencapai masak penuh. Benih yang telah masak bisa dikonfirmasi dengan membelah buah mentimun secara longitudinal dan diamati benihnya. Benih mentimun yang telah masak dapat dengan mudah dipisahkan dari daging buah (George 1999).

(16)

2

antara suhu dan tanaman. Berdasarkan metode ini suhu merupakan faktor yang mewakili tersedianya energi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Metode ini dikenal dengan istilah degree-days, heat unit, dan growing degree-days (Wang 1960). Suhu dasar dan lama penyinaran pada tanaman perlu diketahui terlebih dahulu untuk menghitung unit panas. Suhu dasar dari tanaman mentimun adalah 550F atau 12.780C (Maynard and Hochmuth 2007). Menurut AVRDC (1990) tanaman mentimun tergolong pada tanaman yang tidak dipengaruhi panjang hari atau tergolong pada tanaman dengan panjang hari netral (neutral day plants). Penggunaan metode unit panas diharapkan dapat meningkatkan keakuratan dalam menentukan waktu panen.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari fenologi bunga, buah, dan biji serta untuk mengetahui unit panas yang tepat untuk menentukan masak fisiologis benih mentimun (Cucumis sativus L.).

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Mentimun

Menurut George (1999), tanaman mentimun berasal dari India Utara tepatnya di kaki gunung Himalaya. Cucumis var. Hardwickii merupakan takson liar yang berasal dari India dan dianggap sebagai tetua dari Cucumis sativus yang telah didomestikasi (Rubatzky dan Yamaguchi 1997). Seiring dengan perkembangan manusia, mentimun telah menyebar dan dibudidayakan hampir di seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun subtropis. Budidaya mentimun di Indonesia terdapat hampir di setiap daerah (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka 2008).

Tanaman mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.) merupakan famili labu-labuan atau Cucurbitaceae yang menghasilkan buah dan dapat dimakan. Mentimun diklasifikasikan sebagai berikut (Zulkarnain 2013) :

Kingdom : Plantae

(17)

3

lonceng. Bunga jantan tumbuh pada ketiak daun dalam kelompok atau tunggal dengan tangkai bunga ramping. Bunga betina tumbuh tunggal pada ketiak daun dengan tangkai bunga gemuk. Buah berbentuk bulat, kotak, lonjong atau memanjang, posisi menggantung, serta terdapat duri atau kutil di permukaan buah. Kulit buah berwarna hijau pucat hingga hijau sangat gelap dan bagian dalam buah berwarna putih kekuningan. Biji berbentuk pipih dan berwarna putih (Rubatzky dan Yamaguchi 1997).

Syarat Tumbuh

Tanaman mentimun umumnya ditanam di dataran rendah sampai menengah dengan ketinggian sekitar 200 – 800 m dpl. Pertumbuhan optimal dapat dicapai pada lahan dengan ketinggian 400 m dpl (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka 2008). Tanaman mentimun tumbuh baik pada tanah yang mengandung banyak bahan organik, pH 6-7.5, gembur, serta memiliki drainase yang baik (Tindall 1983). Jenis tanah yang cocok untuk budidaya mentimun adalah tanah aluvial, latosol, dan andosol (Zulkarnain 2013).

Suhu yang optimum untuk pertumbuhan mentimun sekitar 21-280C. Suhu yang tinggi mengurangi produksi bunga betina karena dapat mempengaruhi produksi hormon (Williams et al. 1991). Kelembaban yang tinggi dapat mendorong perkembangan penyakit daun dan mempengaruhi pembungaan. Intensitas cahaya yang tinggi dapat meningkatkan produksi serbuk sari sedangkan intensitas cahaya yang rendah menyebabkan produksi putik lebih banyak (Tindall 1983).

Studi Fenologi

Fenologi merupakan cabang ilmu ekologi yang mempelajari tentang respon makhluk hidup terhadap perubahan musim dan iklim di lingkungan tempat hidupnya, yang meliputi variasi lama penyinaran, presipitasi, suhu, dan faktor pengontrol lainnya (Delahaut 2004). Menurut Fewless (2006) fenologi adalah ilmu tentang periode fase-fase yang terjadi secara alami pada tumbuhan yang di pengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, seperti lama penyinaran, suhu, dan kelembaban udara.

Studi fenologi bertujuan untuk mencatat perkembangan secara umum dari tumbuhan yang dipengaruhi oleh iklim dan cuaca pada lokasi tertentu (Delahaut 2004). Menurut Tinche (2006) data fenologi dapat digunakan untuk menentukan waktu tanam dan panen, mengetahui masa pembungaan dan pembuahan, dan dapat digunakan untuk menentukan waktu aplikasi herbisida dan pestisida. Pengamatan fenologi pembungaan mencakup munculnya bunga pertama, fase perkembangan bunga, pembentukan buah, fase pematangan buah dan fase akhir pembungaan (Prathama 2009).

Viabilitas dan Vigor Benih

(18)

4

viabilitas benih adalah untuk mengetahui dengan cepat semua benih yang hidup, apakah dorman atau tidak (Justice dan Bass 2002).

Vigor benih adalah kemampuan benih untuk menjadi tanaman normal pada kondisi yang suboptimum di lapangan, atau setelah mengalami penyimpanan dalam kondisi simpan yang suboptimun (Sadjad 1994). Menurut Ilyas (2012) vigor benih merupakan sifat-sifat benih yang menentukan potensi pemunculan kecambah yang cepat, seragam, dan perkembangan kecambah normal pada kondisi lapang yang bervariasi. Uji vigor merupakan indeks mutu benih yang lebih sensitif daripada uji daya berkecambah. Setiap kejadian yang mengawali hilangnya daya berkecambah dapat digunakan sebagai dasar uji vigor (Ilyas 2012). Indeks vigor adalah nilai perkecambahan pada hitungan pertama yang merupakan salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk menentukan vigor benih. Nilai kerserempakan tumbuh benih menggambarkan potensi untuk cepat tumbuh, munculnya seragam, dan perkembangan bibit normal dalam berbagai kondisi (Lesilolo et al. 2013). Keserempakan tumbuh menunjukkan kinerja homogen dalam pertumbuhan di lapangan (Sadjad 1993).

Masak Fisiologis Benih

Menurut Sadjad (1980), proses perkembangan dan kemasakan benih melalui tiga fase yaitu fase pertumbuhan, fase menghimpun makanan, dan fase pemasakan. Pada fase pemasakan, bobot kering mencapai maksimum yang disebut dengan masak fisiologis. Masak fisiologis merupakan stadia pertumbuhan yang penting bagi tanaman karena berhubungan dengan akumulasi maksimum bobot kering benih, vigor benih, serta hasil yang maksimum (Ilyas 2012). Studi mengenai perkembangan biji dan masak fisiologis sangat penting karena benih harus dipanen pada saat yang tepat untuk menjamin kualitas vigor dan viabilitas benih (Khatun et al. 2012).

Penentuan masak fisiologis sangat penting karena kemasakan benih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu benih (Copeland 1976). Benih yang dipanen sebelum masak mempunyai periode hidup lebih pendek daripada benih masak (Justice dan Bass 1979). Benih yang dipanen melampaui masak fisiologis mengalami penurunan vigor (Taylor 1975). Benih yang dipanen sebelum mencapai masak fisiologis mengakibatkan vigor benih rendah. Pada fase tersebut pembentukan embrio belum sempurna dan akumulasi cadangan makanan dalam benih belum cukup untuk proses perkecambahan. Benih yang dipanen lewat masak fisiologis sudah mengalami deteriorasi akibat adanya deraan cuaca pada tanaman induk di lapangan (Kartika dan Ilyas 1994).

(19)

5

33 hari setelah berbunga sudah menurun vigor kekuatan tumbuhnya walaupun baru disimpan 4 minggu (Waemata dan Ilyas 1986).

Suhu dan Tanaman

Suhu merupakan faktor penting dalam lingkungan yang menentukan perkembangan tanaman (Hopkins dan Hüner 2004). Perubahan suhu beberapa derajat menyebabkan perubahan yang tajam terhadap laju perkembangan tanaman. Variasi suhu udara dapat ditimbulkan oleh ketinggian tempat yang dapat memengaruhi fenologi dan produksi tanaman. Semakin tinggi tempat maka umur tanaman cenderung lebih lama (Pratomo 2001).

Pada tahap tertentu dalam daur hidup dan pada kondisi tertentu, tiap spesies atau varietas memiliki suhu minimum, suhu optimum dan suhu maksimum. Lebih dari suhu maksimum tumbuhan tidak akan tumbuh bahkan mati, pada rentang suhu optimum laju pertumbuhannya paling tinggi dan di bawah suhu minimum tumbuhan tidak akan tumbuh (Salisbury dan Ross 1995). Suhu yang optimum untuk tanaman mentimun berkisar antara 65-75OF (18.3-23.9 OC),

suhu maksimum 90OF (32.2 OC), dan tanaman mentimun akan mengalami chiling injury dibawah suhu 45-50OF (7.2-10 OC) (Maynard dan Hochmuth 2007).

Suhu memengaruhi tanaman melalui pengaruhnya pada laju proses-proses metabolisme. Pengaruh suhu terlihat terutama pada laju perkembangan tanaman seperti perkecambahan, pembentukan daun, inisiasi organ reproduktif (Baharsjah 1991). Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan terutama pada proses respirasi dan kecepatan proses biokimia dalam fotosintesis (Nasir 1999).

Konsep Unit Panas

Metode unit panas adalah metode kuantitatif mengenai hubungan antara suhu dan tanaman. Metode ini populer dengan istilah degree-days, heat unit, dan growing degree-days (Wang 1960). Tanaman membutuhkan unit panas (heat unit) yang spesifik untuk berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya (Miller et al. 2001).

(20)

6

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2015. Penelitian bertempat di Kebun Percobaan Leuwikopo, dan Laboratorium Pengujian Mutu Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Budidaya Tanaman Mentimun

Budidaya tanaman mentimun dilakukan sesuai SOP Puslitbanghorti (2013). Penyemaian benih

Varietas mentimun yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Vanesa (varietas bersari bebas) yang diperoleh dari toko penjual benih. Kemurnian benih 99% dan daya tumbuh benih 95% namun saat digunakan daya berkecambah benih 81%. Benih mentimun disemai pada polibag semai. Persemaian menggunakan media tanam yang merupakan campuran dari tanah, pupuk kandang, dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Persemaian dilakukan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari, hujan, dan juga OPT. Kebutuhan benih sebanyak 5 g untuk luasan lahan 55 m2.

Pengolahan tanah dan pemasangan mulsa plastik hitam perak

Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum tanam. Penambahan pupuk kandang sebanyak 92 kg untuk lahan seluas 55 m2. Pembuatan bedengan dengan lebar 100 cm, panjang 600 cm lahan dan tinggi 20-30 cm. Jarak antar bedengan 30 cm. Pemasangan mulsa plastik hitam perak .

Penanaman bibit

Bibit yang sudah mempunyai 2-3 helai daun sejati (berumur 20-23 hari) siap ditanam. Cara tanam persegi panjang dengan jarak tanam 30 cm x 40 cm (menggunakan sistem rambatan piramida). Pemberian Furadan pada setiap lubang tanam untuk mencegah serangan fungi dan hama. Selanjutnya dilakukan penyiraman.

Pemupukan dan pemeliharaan

Pupuk yang digunakan Urea (225 kg/ha), SP-36 (150 kg/ha), KCl (525 kg/ha), dan pupuk kandang (1,5-2 kg/tanaman). Pupuk kandang diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan lahan. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu setengah dosis sebelum tanam dan setengah dosis sisanya pada saat tanaman berumur 4 MST.

(21)

7 menggunakan kantong kasa nyamuk dan benih digosok-gosok untuk memisahkan lendir benih yang masih menempel pada benih kemudian dibilas dengan air mengalir selama 1 menit.

Pengeringan benih:

Benih diletakkan satu lapis pada nampan yang beralaskan strimin plastik kemudian dikering anginkan

Kemudian buah segar diamati untuk mengetahui deskripsi

(22)

8

Studi Fenologi Bunga, Buah, dan Benih

Pengamatan fenologi dilakukan untuk menentukan saat masak fisiologis benih, dilakukan sejak antesis sampai batas terakhir pemanenan. Parameter yang diamati adalah warna, bentuk, struktur, dan ukuran baik pada bunga, buah, maupun benih mentimun. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor. Faktor percobaan adalah umur panen mentimun yang terdiri atas 20 taraf, yaitu 15 sampai 34 hari setelah antesis (HSA).

Model linear dari percobaan ini adalah sebagai berikut: Yij= μ + αi+ βj + εij

Keterangan :

Yij : respon tanaman terhadap perlakuan ke-i dan ulangan ke-j α i : pengaruh perlakuan umur panen ke-i

βj : pengaruh ulangan ke-j

εij : pengaruh galat percobaan

Data pengamatan yang diperoleh diuji menggunakan uji F pada taraf nyata

(α) 5%. Analisis dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% apabila uji sebelumnya (uji F) berpengaruh nyata.

Penentuan Masak Fisiologis dengan Unit Panas (Heat Unit)

Penghitungan unit panas tanaman berdasarkan data yang didapatkan dari pengukuran suhu menggunakan termometer. Suhu harian diukur tiga kali dalam sehari (pagi pukul 07.00, siang pukul 13.00, dan sore pukul 17.00) mulai dari penanaman hingga panen terakhir.

Penghitungan unit panas menggunakan rumus (Syakur 2012) :

Penghitungan rata-rata suhu harian menggunakan rumus (Handoko 1994):

Keterangan; daya berkecambah, bobot kering kecambah normal, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor.

1. Kadar air (KA)

(23)

9

Penghitungan kadar air benih menggunakan rumus berikut:

Keterangan :

KA = kadar air (%)

M1 = Bobot cawan dan tutup (g)

M2 = Bobot contoh kerja dan cawan beserta tutup sebelum dioven (g) M3 = Bobot contoh kerja dan cawan beserta tutup setelah dioven (g) 2. Bobot kering benih (BKB)

Benih (4-5 g per ulangan) di dalam cawan dikeringkan berdasarkan metode oven dengan suhu tinggi konstan (130-133°C) selama 1 jam (ISTA 2014), dua ulangan. Setelah pengeringan, benih beserta cawan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang bobot kering benihnya. 3. Daya berkecambah (DB)

Pengujian daya berkecambah dilakukan dengan metode antar kertas (between paper) yaitu uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) pada alat pengecambah benih terkontrol merek SEEDBUROtipe SDA 8300 B. Kertas yang digunakan adalah kertas stensil. Pengamatan terhadap kecambah normal dilakukan dua kali yaitu hitungan pertama pada hari ke-4 dan hitungan terakhir pada hari ke-8 dengan suhu pengujian 25°C (ISTA 2014). Pada setiap perlakuan dilakukan pengujian DB sebanyak empat ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 50 benih, dan tiap gulungan terdiri atas 25 benih.

Penghitungan daya berkecambah benih menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

KN I = Jumlah kecambah normal hitungan pertama pada hari ke-4 KN II = Jumlah kecambah normal hitungan kedua pada hari ke-8 n = Jumlah benih yang diuji

(24)

10

4. Bobot kering kecambah normal (BKKN)

Pengukuran bobot kering kecambah normal dilakukan pada hari terakhir pengujian daya berkecambah (hari ke-8) dengan metode antar kertas (between paper). Seluruh kecambah normal dipisahkan dari kotiledon dan dimasukkan ke dalam amplop kemudian dioven pada suhu 80°C selama 24 jam. Kecambah yang telah dikeringkan kemudian ditimbang.

5. Keserempakan tumbuh

Pengujian keserempakan tumbuh dilakukan pada hari antara hitungan pertama dengan hitungan kedua uji daya berkecambah yaitu hari keenam. Pengujian keserempakan tumbuh dilakukan dengan metode antar kertas (between paper) pada suhu pengujian 25°C .

6. Indeks vigor (IV)

Pengujian indeks vigor dilakukan dengan cara menghitung persentase kecambah normal hitungan pertama pada 4 HST. Data diambil dari pengujian daya berkecambah. Penghitungan indeks vigor benih menggunakan rumus berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fenologi Mentimun

Benih mentimun disemai pada polibag semai. Akar muncul pada umur 1-2 hari setelah semai (HSS) dan mulai muncul kecambah berkisar 3-4 HSS. Daun muncul 15-16 HSS. Bibit dipindah tanam ketika sudah terbentuk 2-3 helai daun yaitu berumur 20-23 HSS.

Bunga yang pertama kali terbentuk adalah bunga jantan. Bunga jantan pertama kali mekar 27 HSS. Tanaman mentimun yang normal 10-20 bunga yang pertama muncul merupakan bunga jantan (Relf et al. 2015). Bunga jantan terdiri atas tangkai bunga, kelopak, mahkota bunga, dan benang sari. Pada hari pertama perkembangan bunga jantan diawali dengan munculnya kuncup bunga baik dari ketiak daun batang utama maupun dari cabang tanaman. Bersamaan dengan munculnya kuncup bunga, kelopak bunga juga sudah terbentuk (Gambar 2a). Pada hari kedua kuncup bunga semakin membesar (Gambar 2b) hari ketiga mahkota bunga mulai muncul tetapi mahkota bunga tersebut masih berwarna hijau yang terdiri atas empat sudut (Gambar 2c). Pada hari keempat kuncup bunga semakin membesar dan sudut mahkota semakin nyata serta terdapat perubahan warna mahkota menjadi kuning (Gambar 2d). Pada hari kelima bunga mekar selama satu hari (Gambar 2e) kemudian layu dan gugur pada hari keenam (Gambar 2f).

(25)

11

Gambar 2 Selang perkembangan bunga jantan mulai dari kuncup, bunga mekar, hingga bunga layu (a = tangkai bunga, b = kelopak bunga, c = mahkota bunga, d = benang sari)

bunga beserta ovari (calon buah) (Gambar 3a). Pada hari kedua ovari dan kuncup bunga semakin membesar (Gambar 3b). Pada hari keempat mahkota bunga sudah mulai muncul (Gambar 3c) dan pada hari kelima bunga sudah mekar (Gambar 3d). Bunga mekar selama 1 hari kemudian layu pada hari keenam (Gambar 3e). Bunga masih menempel pada ovari dan kemudian 3-4 hari akan gugur setelah mengering. Apabila bunga betina terserbuki dengan baik maka akan terbentuk buah. Bunga betina yang tidak terserbuki dengan baik akan kering dan kemudian mati atau gugur.

Tabel 1 Deskripsi bunga jantan dan bunga betina

Komponen Bunga Bunga Jantan Bunga Betina

Panjang tangkai (cm) 2.25 2.47

Tinggi bunga (cm) 2.31 2.95

Lebar mahkota (cm) 4.97 5.14

Panjang ovari (cm) - 4.67

Warna bunga kuning cerah kuning cerah

(26)

12

Buah mentimun terbentuk dari ovari setelah bunga betina terserbuki dengan baik. Buah mentimun berbentuk silindris. Terdapat duri pada kulit buah, dimana semakin tua umur buah maka jumlah dan ketajaman duri akan berkurang. Pada bagian luar buah terdapat garis-garis berwarna putih yang memanjang dari pangkal hingga ujung buah. Daging buah mentimun berwarna putih dengan terkstur yang halus.

Tabel 2 menunjukkan, dari lima buah yang diukur pada setiap umur panen diperoleh bobot buah mentimun tertinggi saat umur panen 25 hari setelah antesis (HSA) yakni 677 ± 178 g. Bobot buah terkecil terdapat pada umur panen 15 HSA yaitu 255 ± 24 g. Buah mentimun terpanjang ialah 27.9 ± 5.1 cm (25 HSA) dan yang terpendek 16.6 ± 4.8 cm (16 HSA). Sementara diameter terbesar 7.9 ± 0.4 cm (34 HSA) dan yang terkecil 4.7 ± 0.2 cm (29 HSA).

Warna kulit buah mentimun berubah seiring bertambahnya umur buah tersebut (Tabel 2). Terdapat kesamaan warna buah yaitu umur panen 15-17 HSA hijau keputihan, umur panen 18-19 HSA putih kehijauan, umur panen 20-21 HSA putih kekuningan, umur panen 22-28 HSA kuning keputihan, serta umur panen 29-34 HSA berwarna kuning (Gambar 4). Perubahan warna kulit buah bisa digunakan menjadi suatu indikator pematangan pada buah mentimun. Seperti perubahan warna kulit terong belanda dari warna hijau menjadi merah merupakan proses pemasakan buah (Julianti 2011). Perubahan warna ini disebabkan oleh degradasi klorofil. Menurut Radzevicius et al (2014) perubahan lapisan perikarp dari hijau menjadi merah disebabkan oleh perubahan klorofil menjadi kromoplas sepanjang perkembangan buah tomat. Selain itu perubahan warna pada tomat juga disebabkan oleh degradasi klorofil maupun sintesis likopen serta akumulasi karotenoid.

Benih mentimun varietas Vanesa berbentuk oval pipih serta berwarna putih kecoklatan. Berdasarkan Tabel 3, lebar benih mentimun maksimum pada umur panen 23 HSA yaitu 3.82 ± 1.10 mm dan terkecil pada umur panen 21 HSA yaitu 3.35 ± 0.18 mm. Panjang benih maksimum pada umur panen 34 HSA yaitu 11.43 ± 0.33 mm dan terkecil pada umur panen 15 HSA yaitu 9.65 ± 0.69 mm.

(27)

13

Tabel 3 Deskripsi benih mentimun pada setiap umur panen (hari setelah antesis) Umur Panen (HSA) Panjang biji (mm) Lebar biji

(28)

14

Gambar 4 Buah pada umur panen 15-34 hari setelah antesis 17 HSA 16 HSA

15 HSA

20 HSA 19 HSA

18 HSA

25 HSA 26 HSA 27 HSA

21 HSA 22 HSA 23 HSA

a

b

c

d

e

f

g

h

i

(29)

15

Gambar 4 Buah pada umur panen 15-34 hari setelah antesis (lanjutan) 28 HSA

34 HSA

31 HSA 32 HSA 33 HSA

30 HSA 29 HSA

m

n

o

p

q

r

(30)

16

Pengaruh Umur Panen terhadap Kadar Air, Viabilitas, dan Vigor Benih Mentimun

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur panen buah mentimun berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, bobot kering benih, viabilitas dan vigor benih mentimun (Tabel 4). Menurut Khatun et al. (2012) yang melakukan penelitian pada lentil (Lens culinaris L.), waktu panen memengaruhi vigor, viabilitas, dan juga daya simpan benih. Pada penelitian ini viabilitas ditentukan dengan menggunakan tolok ukur daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal, sedangkan vigor benih mentimun ditentukan tolok ukur indeks vigor dan keserempakan tumbuh.

Tabel 4 Rekapitulasi uji F hasil analisis ragam pengaruh umur panen terhadap kadar air, bobot kering benih, daya berkecambah, bobot kering kecambah normal, indeks vigor, dan keserempakan tumbuh

Tolok Ukur

Perlakuan

Umur Panen Koefisien Keragaman (%)

Kadar air ** 5.27

Bobot kering benih ** 9.93

Daya berkecambah ** 10.35

Bobot kering kecambah normal ** 21.34

Indeks vigor ** 14.77

Keserempakan tumbuh ** 13.55

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5%

Pengaruh Umur Panen terhadap Kadar Air dan Bobot Kering Benih Kadar air benih mentimun cenderung mengalami penurunan seiring pertambahan umur panen. Nilai pengamatan atau deviasi kadar air merupakan rata-rata dari dua ulangan dengan bobot awal benih 4-5 g (Gambar 5). Kadar air paling tinggi pada saat umur panen 15 hari setelah antesis (HSA) yaitu 70.6% dan paling rendah pada 33 HSA yaitu 40.3%. Hal ini sesuai dengan Hardiansyah (2009) yang menyatakan bahwa kadar air benih terung ungu (Solanum melongena var. Serpentinum) menurun sejalan dengan peningkatan kemasakan buah. Sama halnya dengan kadar air benih buncis (Phaseolus vulgaris L.), pada umur panen 12 hari setelah bunga mekar kadar air benih masih sangat tinggi 81.9% kemudian menurun seiring bertambahnya umur panen, dan pada umur panen 33 hari setelah bunga mekar sudah mencapai 21.7% (Waemata dan Ilyas 1986).

(31)

17

diantara stadia kemasakan buah berwarna breaker dan merah tua. Warna breaker pada buah tomat tercapai apabila warna permukaan buah tidak lebih dari 10% berwarna kekuningan, merah muda atau merah (PUSLITBANGHORTI 2015). Artinya 90% permukaan buah masih berwarna hijau.

Bobot kering maksimum benih mentimun diperoleh pada umur panen 33 HSA (2.6 g) dan yang paling rendah pada umur panen 15 HSA yaitu sebesar 1.3 g. Nilai pengamatan atau deviasi bobot kering benih merupakan rata-rata dari dua ulangan dengan bobot awal benih 4-5 g (Gambar 5). Bobot kering benih yang tinggi dapat menggambarkan pemanfaatan cadangan makanan dalam benih efisien (Hakim 2014). Bobot kering benih meningkat cepat dari 15 HSA hingga 18 HSA. Pada umur panen 19 HSA bobot kering benih menurun tetapi tidak berbeda nyata dengan umur panen sebelumnya. Kemudian bobot kering benih terus meningkat hingga mencapai titik maksimum pada umur panen 33 HSA. Setelah mencapai maksimum bobot kering benih turun pada umur panen 34 HSA. Menurut Hardiansyah (2009) bobot kering benih terung ungu (Solanum melongena var Serpentinum) meningkat dengan cepat sampai maksimum pada umur panen 48 HSA. Setelah lewat umur panen 48 HSA (masak fisiologis) bobot kering benih menurun secara perlahan.

Pengaruh Umur Panen terhadap Viabilitas Benih

Sebagian benih sudah mulai berkecambah pada umur panen pertama (15 HSA). Daya berkecambah pada taraf tersebut merupakan yang paling rendah dibanding umur panen yang lainnya yaitu 16.5%. Menurut Hakim (2014) benih dapat berkecambah pada semua tingkat kemasakan yang dilihat dari umur panen tetapi terdapat perbedaan daya berkecambah pada setiap tingkat kemasakan yang disebabkan ketersediaan cadangan makan yang belum cukup bagi pertumbuhan embrio. Gambar 6 menunjukkan terdapat peningkatan daya berkecambah dari umur panen 15 HSA hingga 20 HSA yang kemudian penurunan pada umur panen 21 HSA, namun tidak berbeda nyata. Pada umur panen 22 HSA terdapat penurunan daya berkecambah yang berbeda nyata dan kemudian meningkat hingga umur panen 25 HSA. Tedapat penurunan yang tidak berbeda nyata pada umur panen 26 HSA, tetapi pada umur panen 27 HSA terus meningkat hingga tercapai daya berkecambah yang tertinggi pada umur panen 29 HSA. Selanjutnya daya berkecambah menurun hingga umur panen 34 HSA.

Salah satu penyebab penurunan daya berkecambah seperti pada umur panen 22 HSA, 32 HSA, dan 34 HSA (Gambar 6) adalah dormansi benih. Menurut Saadiah dan Junaidah (1986) rendahnya daya berkecambah pada mentimun varietas Mti2 disebabkan oleh dormansi yang disebabkan oleh lapisan pada benih. Menurut Thorthon di dalam Saadiah Dan Junaidah (1986) yang menyatakan bahwa terjadi dormansi pada benih semangka yang disebabkan oleh tumpukan cutin pada lapisan nucellar. Kulit benih merupakan unsur fisik benih yang mempengaruhi masuknya air maupun gas ke dalam benih. Permeabilitas kulit yang tinggi mempermudah masuknya air dan gas ke dalam benih sehingga dapat mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme benih (Purwanti 2004).

(32)

18

memiliki daya berkecambah yang tinggi berarti memiliki bobot kering kecambah normal yang tinggi pula (Lestari 2009). Bobot kering kecambah normal tertinggi diperoleh pada umur panen 29 HSA (0.38 g). Tingginya bobot kering kecambah normal pada stadia ini menunjukkan bahwa cadangan makanan dan daya berkecambah tinggi. Bobot kering kecambah normal terendah pada umur panen 15 HSA yaitu 0.04 g (Gambar 6). Hal ini terjadi karena persentase benih yang berkecambah dan cadangan makanan pada taraf ini masih rendah.

Pengaruh Umur Panen terhadap Vigor Benih

Nilai indeks vigor yang tinggi menunjukkan benih berkecambah lebih cepat, sehingga benih digolongkan dalam vigor kuat (Taliroso 2008). Nilai indeks vigor benih terendah pada umur panen 15 HSA yaitu 12% dan tidak berbeda nyata dengan indeks vigor pada umur panen 16 HSA yaitu 22% (Gambar 7). Menurut Kartika dan Ilyas (1994) pemanenan benih yang dilakukan sebelum mencapai masak fisiologis mengakibatkan vigor rendah. Pada fase tersebut pembentukan embrio dan membran belum sempurna dan akumulasi cadangan makanan dalam benih belum cukup untuk proses perkecambahan. Indeks vigor meningkat pada umur 17 HSA hingga 19 HSA dan nilai indeks vigor pada umur panen tersebut tidak berbeda nyata (Gambar 7). Indeks vigor terus meningkat dari umur panen 20 HSA hingga umur panen 24 HSA, tetapi terdapat penurunan indeks vigor pada umur panen 22 HSA. Indeks vigor yang tinggi diperoleh mulai dari umur panen 25 HSA hingga 33 HSA dengan nilai indeks vigor lebih besar dari 78%. Indeks vigor tertinggi atau maksimum tercapai pada umur panen 29 HSA yaitu 93.5%. pada umur panen 34 HSA indeks vigor sudah menurun tajam.

(33)
(34)

Gambar 6 Pengaruh umur panen terhadap viabilitas benih

Keterangan: Garis vertikal pada garis grafik menunjukkan nilai standar deviasi

(35)

Gambar 7 Pengaruh umur panen terhadap vigor benih

(36)

22 hijau, tergantung jenis varietas. Selain itu dapat dilihat dari layunya tangkai buah.

Menurut Kartika dan Ilyas (1994) benih kacang jogo dipanen pada saat masak fisiologis (36 hari setelah berbunga) karena pada umur panen ini diperoleh bobot kering dan vigor benih yang maksimum. Benih buncis juga dipanen pada saat sudah mencapai masak fisiologis (30 hari setelah berbunga) karena pada stadia ini diperoleh bobot kering benih maksimum (5.61 g) dan kekuatan tumbuh yang maksimum (48.44% per etmal) (Waemata dan Ilyas 1986).

Benih mentimun pada umur panen 29 HSA diperoleh kadar air 41.5%. Bobot kering benih (BKB) maksimum sebesar 2.6 g (33 HSA) sedangkan pada 29 HSA sebesar 2.5 g. Namun BKB pada kedua umur panen ini tidak berbeda nyata dan standar deviasi pada umur panen 33 HSA lebih besar dibanding 29 HSA (Gambar 5). Vigor benih yang maksimum ditunjukkan nilai indeks vigor sebesar 93.5% dan keserempakan tumbuh 96% saat umur panen 29 HSA (Gambar 7). Pada saat 29 HSA nilai viabilitas benih juga maksimum dilihat dari nilai daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal yang tinggi sebesar 96% dan 0.38 g (Gambar 6).

Menurut Lenisastri (2000), umur panen kacang tanah tercapai pada 90 hari setelah tanam (HST) (untuk varietas Trenggiling, Panter, Singa, dan Jerapah), 95 HST (untuk varietas Simpai, Pelanduk, Zebra, dan Tupai), dan 100 HST (untuk varietas Macan). Kacang tanah varietas Landak dan Kidang mencapai masak fisiologis pada umur panen 93 hari setelah tanam dimana pada umur panen ini diperoleh kualitas hasil, viabilitas dan vigor kekuatan tumbuh tertinggi (Maria 2000).

Penentuan Unit Panas (Heat Unit)

Pada Tabel 5 ditampilkan unit panas yang dibutuhkan tanaman mentimun varietas Vanesa untuk fase vegetatif seperti munculnya akar, munculnya kecambah, dan bibit berdaun 3 helai secara berturut-turut adalah 21.30Cd, 44.60Cd, dan 263.50Cd. Terdapat perbedaan unit panas yang dibutuhkan bunga

jantan dan bunga betina pada tanaman mentimun. Hal ini terjadi karena bunga jantan (27 HST) muncul lebih awal dibanding bunga betina (33 HST). Unit panas yang dibutuhkan untuk munculnya kuncup bunga jantan sebesar 321.20Cd dan mekar pada 368.10Cd. Sementara kuncup bunga betina muncul pada 397.80Cd dan

(37)

23

Tabel 5 Unit panas (heat unit) pada stadia pertumbuhan mentimun

Stadia Pertumbuhan Unit panas (OCd)

Muncul akar 21.3

Muncul kecambah 44.6

Bibit berdaun 3 helai 263.5

Muncul kuncup bunga jantan 321.2

Bunga jantan mekar 368.1

Muncul kuncup bunga betina 397.8

Bunga betina mekar 472.1

Masak fisiologis benih 979.8

Keterangan: oCd=degree Celcius day. Muncul akar pada 2 hari setelah semai, muncul kecambah 4

hari setelah semai, bibit berdaun 3 helai pada 20 hari setelah semai, muncul kuncup bunga jantan 24 hari setelah semai, bunga jantan mekar 27 hari setelah semai, muncul kuncup bunga betina pada 29 hari setelah semai, bunga betina mekar pada 34 hari setelah semai, dan masak fisiologis benih pada 29 hari setelah antesis. Unit panas diperoleh berdasarkan pengukuran suhu pada Februari hingga April 2015.

(38)

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Masak fisiologis benih mentimun varietas Vanesa dicapai pada umur panen 29 hari setelah antesis atau setara dengan unit panas (heat unit) 979.80Cd dengan ciri-ciri warna kulit buah kuning, benih berwarna putih kecoklatan, biji mudah dilepas dari daging buah, dan tangkai buah yang mulai layu. Pada taraf ini kadar air benih 41.5%, bobot kering benih 2.5 g, viabilitas benih maksimum (daya berkecambah 96% dan bobot kering kecambah normal 0.38 g), serta vigor benih maksimun (indeks vigor 93.5% dan keserempakan tumbuh 96%).

Saran

(39)

25

DAFTAR PUSTAKA

[AVRDC] Asian Vegetable Research and Development Center.1990. Vegetable Production Training Manual. Taipei: AVRDC Publication. 447p.

Baharsjah JS. 1991. Hubungan cuaca–tanaman. Bey A, editor. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 226p

Bey A, Las I. 1991. Strategi Pendekatan Iklim dalam Usaha Tani. Bey A, editor. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 266p. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi sayuran di Indonesia 1997-2013

[Internet]. [diunduh 2014 Novemberber 24]. Tersedia pada: http//www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_su byek=55&notab=71.

Brown D M. 1960. Soybean ecology development-temperature relationship from controlled environment studies. J. Agron. 53: 493-496.

Copeland LO. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Minneapolis: Burges Publ. Co. 369p.

Delahaut K. 2004. Applied Phenology and Gardening. http://wihort.uwex.edu

/landscape/phenology.htm. [11 Februari 2105].

Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 2008. SOP Budidaya Mentimun. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. 40p

Fewless G. 2006. Phenology. [Internet]. [diunduh 2015 Jan 5]. Tersedia pada:

http://www.uwgb. edu/biodiversity/phenology/index.htm.

George RAT. 1999. Vegetable Seed Production. 2nd Edition. New York: CABI Publishing.

Gilmore JE, JS Rogers. 1958. Heat unit as method of measuring maturity in corn. J. Agron. 50: 611-615.

Hakim MAR. 2014. Penentuan Masak Fisiologi dan Ketahanan Benih Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) terhadap Desikasi. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim. Jakarta (ID): Pustaka Jaya. 192p.

Hardiansyah. 2009. Deteksi Tingkat Masak Fisiologi Benih Terung Ungu (Solanum melongena var. Serpentinum) Melalui Analisis Klorofil dan Karotenoid. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ilyas S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan Hasil-hasil Penelitian. Bogor (ID): IPB Press. 140p.

[ISTA] Internasional Seed Testing Assosiation. 2014. International Rules Of Seed Testing.Switchzerland (CH): ISTA.

Julianti E. 2011. Pengaruh tingkat kematangan dan suhu penyimpanan terhadap mutu buah terong Belanda (Cyphomandra betacea). J Hort Indonesia. 2(1):14-20.

(40)

26

Justice OL, LN Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R, penerjemah. Jakarta (ID): Grafindo Persada. Terjemahan dari: Principles and Practices of Seed Storage. 289p.

Kartika E, Ilyas S. 1994. Pengaruh tingkat kemasakan benih dan metode konservasi terhadap vigor benih dan vigor kacang jogo (Phaseolus vulgaris L.). Bul. Agron. 22 (2): 44- 59.

Khatun A, Kabir G, Bhuiyan MAH. 2009. Effect of harvesting stages on the seed quality of lentil (Lens culinarisL.) during storage. J.Agril.34(4): 565-576. Lenisastri. 2000. Penggunaan Metode Akumulasi Satuan Panas (Heat Unit) Sebagai Dasar Penentuan Umur Panen Benih Sembilan Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lestari YK. 2009. Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah terhadap Pertumbuhan Berbagai Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lesilolo MK, Riry J, Matatula EA. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon. Agrologia. 2: 1

Maria D. 2000. Penentuan Masak Panen Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Lanadak, Banteng, Kidang, dan Komodo dengan Memperhatikan Fenologi Tanaman. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Maynard DN, GJ Hochmuth. 2007. Knott’s Handbook for Vegetable Growers. Hoboken: NJ, John Wiley & Sons, Inc.

Miller P, Lanier W, Brandt S. 2001. Using Growing Degree Days to Predict Plant Stages. Bozeman: MSU Extension Service.

Nasir AA. 1999. Hubungan iklim dan tanaman. Kumpulan makalah pelatihan dosen-dosen perguruan tinggi negeri Indonesia bagian barat dalam bidang agroklimatologi. Editor : Yonny Koesmaryono, Impron, Y. Sugiarto. Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Newman JE, Blair BO. 1969. Growing Degree Days and corn maturity Part II. Agron Dept. Purdue Univ. Lafayette: Indiana. 31p.

Prathama M. 2009. Fenologi dan Biologi Pembungaan Adenium obesum. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pratomo D. 2001. Pengaruh Suhu Udara dan Dosis Pemupukan Nitrogen terhadap Petumbuhan dan Perkembangan Tanaman Gandum (Triticum spp) Varietas DWR 162. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Purwanti S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan terhadap Kualitas Benih Kedelai

Hitam dan Kedelai Kuning. Ilmu Pertanian. 11 (2): 22-31.

[Puslitbanghorti] Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2013. Budidaya mentimun [Internet]. [diunduh pada 2014 desember 23].Tersediapada:http//www.hortikulura.litbang.pertanian.go.id/index.ph p?bawaan=berita/fullteks_berita&id=351.

(41)

27

index.php?bawaan=teknologi/isi_teknologi&id_menu=4&idsubmenu=19 &id=38.

Radzevicius A, Viskelis P, Viskelis J, Karkleliene R,Juskeviciene D. 2014. Tomato fruit color changes during ripening on vine. International Journal of Biological, Food, Veterinary and Agricultural Engineering. 8 (2).

Relf D, McDaniel, Freeborn J. 2015. Cucumber, Melons and Squash. Petersburg: Virginia Cooperatif Extension.

Rubatzky V, Yamaguchi M. Sayuran Dunia 3: Prinsip, Produksi, dan Gizi. Herison C, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: World Vegetables: Principles, Production, and Nutririve Values Second Edition. 320p.

Saadiah ASH, Junaidah B. 1986. Development of cucumber seed from flowering to maturity. MARDI Res. Bull. 14(1): 47-51

Sadjad S. 1980. Panduan Pernbinaan Mutu Benih Tanaman Kehutnaan di Indonesia. Kerjasama Lembaga Afiliasi IPB dan Proyek Pusat Perbenihan Kehutanan Dir. Reboisasi dan Rehabilitasi Dir Jen. Kehutanan, Bogor. 301p.

---.1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta: Grasindo.

---.1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta (ID): PT Gramedia Widiasarana.

Salisbury F, Ross C. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid II. Bandung: ITB.

Syakur A. 2012. Analisis Iklim Mikro di dalam Rumah Tanaman untuk Memprediksi Waktu Pembungaan dan Masak Fisiologis Tanaman Tomat Menggunakan Metode Heat Unit dan Artificial Neural Network. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Taliroso D. 2008. Deteksi Status Vigor Benih Kedelai (Glycine max (L). Merr) Melalui Metode Uji Daya Hantar Listrik. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Taylor RWD. 1975. The Storage of Seeds. Tropical Stored Products Centre (Tropical Products Institute), Slough. p23 - 33.

Tinche. 2006. Studi Fenologi Pembungaan dan Flushing Fabaceae. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB. 53 hal.

Tindall HD. 1983. Vegetables in the Tropics. Houndmills: Macmillan Education Ltd. 533p.

Waemata S, Ilyas S. 1986. Pengaruh tingkat kemasakan, kelembaban relatif ruang simpan dan periode simpan terhadap viabilitas benih buncis (Phaseolus vulgaris L.). Bul Agron. 18:2.

Wang Jen-Hu. 1960. Artique of the heat unit approach to plant response Studies Ecology 41 (4): 785-790 .

Williams C, Uzo J, Peregrine W. 1991. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Ronoprawiro S, penerjemah. Jakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Vegetable Production in the Troppics. 179p.

(42)

28

LAMPIRAN

Lampiran 1 Deskripsi mentimun varietas Vanesa

Vanesa asal : PT. East West Seed Indonesia Silsilah : seleksi galur LV 1043

Golongan varietas : bersari bebas

Bentuk penampang batang : bersegi enam membulat Ukuran sisi luar penampang

Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap Antraknosa dan Gummy Stem Blight

Daya simpan buah pada suhu 25 – 31 0C

(43)

29

(44)

30

Lampiran 2 Data unit panas (heat unit) 1 Februari-9 April 2015 (lanjutan) Tanggal Rata-rata suhu

harian (OC)

Suhu dasar

(OC) Unit panas (OCd)

11-Mar 26.00 12.78 13.22

12-Mar 27.00 12.78 14.22

13-Mar 27.50 12.78 14.72

14-Mar 27.25 12.78 14.47

15-Mar 25.00 12.78 12.22

16-Mar 27.25 12.78 14.47

17-Mar 27.50 12.78 14.72

18-Mar 27.38 12.78 14.60

19-Mar 27.75 12.78 14.97

20-Mar 29.25 12.78 16.47

21-Mar 27.88 12.78 15.10

22-Mar 28.13 12.78 15.35

23-Mar 28.00 12.78 15.22

24-Mar 28.38 12.78 15.60

25-Mar 26.88 12.78 14.10

26-Mar 27.25 12.78 14.47

27-Mar 28.63 12.78 15.85

28-Mar 29.38 12.78 16.60

29-Mar 28.38 12.78 15.60

30-Mar 29.13 12.78 16.35

31-Mar 29.13 12.78 16.35

01-Apr 28.38 12.78 15.60

02-Apr 27.50 12.78 14.72

03-Apr 28.00 12.78 15.22

04-Apr 28.13 12.78 15.35

05-Apr 27.63 12.78 14.85

06-Apr 28.25 12.78 15.47

07-Apr 28.00 12.78 15.22

08-Apr 28.13 12.78 15.35

(45)

31

Lampiran 3 Pengolahan lahan

Lampiran 4 Pemasangan mulsa plastik hitam perak

(46)

32

Lampiran 6 Pindah tanam (transplanting) bibit mentimun berumur 20-23 hari setelah semai

(47)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muara, kabupaten Tapanuli Utara, provinsi Sumatera Utara pada tanggal 10 September 1993 dari bapak Amson Lumbangaol dan ibu Jenti Sinambela. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara. Pada tahun 2011 penulis lulus dari SMA N 1 Muara dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi nasional masuk perguruan tinggi (SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa organisasi dan kepanitiaan. Penulis aktif di organisasi persekutuan mahasiswa kristen sebagai koordinator komisi persekutuan pada tahun 2013. Selain itu penulis juga aktif di himpunan mahasiswa agronomi (HIMAGRON) sebagai staff eksternal pada tahun 2014 dan juga sebagai kadiv eksternal pada organisasi daerah PARTARU.

Gambar

Gambar 3 Selang perkembangan bunga betina mulai dari kuncup,   bunga mekar hingga bunga layu (a = tangkai bunga, b = ovari, c = kelopak bunga, d = mahkota bunga, e = putik)
Tabel 2 Deskripsi buah mentimun pada setiap umur panen (hari setelah antesis)
Tabel 3 Deskripsi benih  mentimun pada setiap umur panen (hari setelah antesis)
Gambar 4 Buah pada umur panen 15-34 hari setelah antesis
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan mutu benih sembilan varietas kacang tanah yang dipanen dari tanaman induk dimana penetapan umur panen dilakukan berdasarkan

Mentimun perlakuan BA menghasilkan kombinasi umur panen yang lebih pendek dari tetua jantan (A- varietas Panda) dan memiliki bobot buah yang lebih besar dari

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu benih telah mencapai masak fisiologis bila berat kering dan vigor maksimal, diperoleh pada buah warna kulit lebih dari 90%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masak fisiologis benih keenam genotipe cabai pada 38-44 HSA, dicirikan oleh perubahan warna buah coklat hingga merah (Anis1) dan hijau tua

Mentimun perlakuan BA menghasilkan kombinasi umur panen yang lebih pendek dari tetua jantan (A- varietas Panda) dan memiliki bobot buah yang lebih besar dari

Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa benih kemangi mencapai masak fisiologi pada umur panen 48 HSB dan benih kemangi yang terletak pada bagian tengah memiliki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masak fisiologis benih keenam genotipe cabai pada 38-44 HSA, dicirikan oleh perubahan warna buah coklat hingga merah (Anis1) dan hijau tua

Mentimun perlakuan BA menghasilkan kombinasi umur panen yang lebih pendek dari tetua jantan (A- varietas Panda) dan memiliki bobot buah yang lebih besar dari