• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fenologi Mentimun

Benih mentimun disemai pada polibag semai. Akar muncul pada umur 1-2 hari setelah semai (HSS) dan mulai muncul kecambah berkisar 3-4 HSS. Daun muncul 15-16 HSS. Bibit dipindah tanam ketika sudah terbentuk 2-3 helai daun yaitu berumur 20-23 HSS.

Bunga yang pertama kali terbentuk adalah bunga jantan. Bunga jantan pertama kali mekar 27 HSS. Tanaman mentimun yang normal 10-20 bunga yang pertama muncul merupakan bunga jantan (Relf et al. 2015). Bunga jantan terdiri atas tangkai bunga, kelopak, mahkota bunga, dan benang sari. Pada hari pertama perkembangan bunga jantan diawali dengan munculnya kuncup bunga baik dari ketiak daun batang utama maupun dari cabang tanaman. Bersamaan dengan munculnya kuncup bunga, kelopak bunga juga sudah terbentuk (Gambar 2a). Pada hari kedua kuncup bunga semakin membesar (Gambar 2b) hari ketiga mahkota bunga mulai muncul tetapi mahkota bunga tersebut masih berwarna hijau yang terdiri atas empat sudut (Gambar 2c). Pada hari keempat kuncup bunga semakin membesar dan sudut mahkota semakin nyata serta terdapat perubahan warna mahkota menjadi kuning (Gambar 2d). Pada hari kelima bunga mekar selama satu hari (Gambar 2e) kemudian layu dan gugur pada hari keenam (Gambar 2f).

Bunga betina pertama kali mekar pada 34 HSS. Bunga betina muncul setiap kemunculan 10-20 bunga jantan (Relf et al, 2015). Bunga betina terdiri atas tangkai bunga, kelopak, mahkota bunga, putik dan ovari yang nantinya bakal menjadi buah. Panjang tangkai, tinggi bunga, dan lebar mahkota bunga betina lebih besar dibandingkan bunga jantan (Tabel 1). Pada hari pertama kemunculan kuncup bunga betina, kuncup bunga masih kecil dan sudah terdapat kelopak

11

Gambar 2 Selang perkembangan bunga jantan mulai dari kuncup, bunga mekar, hingga bunga layu (a = tangkai bunga, b = kelopak bunga, c = mahkota bunga, d = benang sari)

bunga beserta ovari (calon buah) (Gambar 3a). Pada hari kedua ovari dan kuncup bunga semakin membesar (Gambar 3b). Pada hari keempat mahkota bunga sudah mulai muncul (Gambar 3c) dan pada hari kelima bunga sudah mekar (Gambar 3d). Bunga mekar selama 1 hari kemudian layu pada hari keenam (Gambar 3e). Bunga masih menempel pada ovari dan kemudian 3-4 hari akan gugur setelah mengering. Apabila bunga betina terserbuki dengan baik maka akan terbentuk buah. Bunga betina yang tidak terserbuki dengan baik akan kering dan kemudian mati atau gugur.

Tabel 1 Deskripsi bunga jantan dan bunga betina

Komponen Bunga Bunga Jantan Bunga Betina

Panjang tangkai (cm) 2.25 2.47

Tinggi bunga (cm) 2.31 2.95

Lebar mahkota (cm) 4.97 5.14

Panjang ovari (cm) - 4.67

Warna bunga kuning cerah kuning cerah

Gambar 3 Selang perkembangan bunga betina mulai dari kuncup, bunga mekar hingga bunga layu (a = tangkai bunga, b = ovari, c = kelopak bunga, d = mahkota bunga, e = putik)

12

Buah mentimun terbentuk dari ovari setelah bunga betina terserbuki dengan baik. Buah mentimun berbentuk silindris. Terdapat duri pada kulit buah, dimana semakin tua umur buah maka jumlah dan ketajaman duri akan berkurang. Pada bagian luar buah terdapat garis-garis berwarna putih yang memanjang dari pangkal hingga ujung buah. Daging buah mentimun berwarna putih dengan terkstur yang halus.

Tabel 2 menunjukkan, dari lima buah yang diukur pada setiap umur panen diperoleh bobot buah mentimun tertinggi saat umur panen 25 hari setelah antesis (HSA) yakni 677 ± 178 g. Bobot buah terkecil terdapat pada umur panen 15 HSA yaitu 255 ± 24 g. Buah mentimun terpanjang ialah 27.9 ± 5.1 cm (25 HSA) dan yang terpendek 16.6 ± 4.8 cm (16 HSA). Sementara diameter terbesar 7.9 ± 0.4 cm (34 HSA) dan yang terkecil 4.7 ± 0.2 cm (29 HSA).

Warna kulit buah mentimun berubah seiring bertambahnya umur buah tersebut (Tabel 2). Terdapat kesamaan warna buah yaitu umur panen 15-17 HSA hijau keputihan, umur panen 18-19 HSA putih kehijauan, umur panen 20-21 HSA putih kekuningan, umur panen 22-28 HSA kuning keputihan, serta umur panen 29-34 HSA berwarna kuning (Gambar 4). Perubahan warna kulit buah bisa digunakan menjadi suatu indikator pematangan pada buah mentimun. Seperti perubahan warna kulit terong belanda dari warna hijau menjadi merah merupakan proses pemasakan buah (Julianti 2011). Perubahan warna ini disebabkan oleh degradasi klorofil. Menurut Radzevicius et al (2014) perubahan lapisan perikarp dari hijau menjadi merah disebabkan oleh perubahan klorofil menjadi kromoplas sepanjang perkembangan buah tomat. Selain itu perubahan warna pada tomat juga disebabkan oleh degradasi klorofil maupun sintesis likopen serta akumulasi karotenoid.

Benih mentimun varietas Vanesa berbentuk oval pipih serta berwarna putih kecoklatan. Berdasarkan Tabel 3, lebar benih mentimun maksimum pada umur panen 23 HSA yaitu 3.82 ± 1.10 mm dan terkecil pada umur panen 21 HSA yaitu 3.35 ± 0.18 mm. Panjang benih maksimum pada umur panen 34 HSA yaitu 11.43 ± 0.33 mm dan terkecil pada umur panen 15 HSA yaitu 9.65 ± 0.69 mm.

Tabel 2 Deskripsi buah mentimun pada setiap umur panen (hari setelah antesis) Umur Panen (HSA) Bobot buah (g) Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Warna buah 15 255 ± 24 20 ± 0.9 7.3 ± 0.4 hijau keputihan 16 256 ± 66 16.6 ± 4.8 7.3 ± 0.7 hijau keputihan 17 264 ± 67 19.6 ± 0.8 6 ± 0.7 hijau keputihan 18 268 ± 52 17.1 ± 5.9 6.9 ± 0.6 putih kehijauan 19 285 ± 50 17.6 ± 2 7.1 ± 0.5 putih kehijauan 20 320 ± 23 19.5 ± 1.8 7.6 ± 0.5 putih kekuningan 21 295 ± 20 22.7 ± 4.9 7 ± 1.4 putih kekuningan 22 627 ± 337 25.2 ± 5.6 5.7 ± 0.7 kuning keputihan 23 561 ± 320 24.3 ± 7.8 5.5 ± 0.7 kuning keputihan 24 458 ± 25 22.4 ± 0.9 5 ± 0.7 kuning keputihan

13 Umur Panen (HSA) Bobot buah (g) Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Warna buah 25 677 ± 178 27.9 ± 5.1 5.1 ± 1.1 kuning keputihan 26 547 ± 184 24.9 ± 2.1 5.3 ± 0.8 kuning keputihan 27 382 ± 112 21.1 ± 5.2 5.1 ± 1.8 kuning keputihan 28 544 ± 230 23.4 ± 4.5 4.9 ± 1 kuning keputihan 29 573 ± 215 22.9 ± 3.8 4.7 ± 0.2 kuning 30 527 ± 295 22.8 ± 4.5 5.8 ± 0.5 kuning 31 480 ± 21 23.7 ± 2 7.6 ± 1 kuning 32 382 ± 50 21.2 ± 1.5 7.5 ± 0.1 kuning 33 444 ± 157 21.4 ± 4.3 7.1 ± 1.8 kuning 34 393 ± 68 25.8 ± 2 7.9 ± 0.4 kuning

Tabel 3 Deskripsi benih mentimun pada setiap umur panen (hari setelah antesis) Umur Panen (HSA) Panjang biji (mm) Lebar biji

(mm) Warna biji 15 9.65 ± 0.69 3.53 ± 0.21 putih kecoklatan 16 10.15 ± 10 3.59 ± 0.44 putih kecoklatan 17 10.56 ± 0.38 3.65 ± 0.26 putih kecoklatan 18 10.2 ± 0.43 3.41 ± 0.22 putih kecoklatan 19 10.49 ± 0.63 3.54 ± 0.20 putih kecoklatan 20 10.48 ± 0.63 3.63 ± 0.18 putih kecoklatan 21 10.17 ± 0.41 3.35 ± 0.18 putih kecoklatan 22 10.47 ± 0.51 3.52 ± 0.22 putih kecoklatan 23 10.21 ± 0.42 3.82 ± 1.10 putih kecoklatan 24 10.36 ± 0.52 3.61 ± 0.23 putih kecoklatan 25 9.91 ± 0.52 3.48 ± 0.21 putih kecoklatan 26 10.45 ± 0.37 3.64 ± 0.22 putih kecoklatan 27 10.94 ± 0.56 3.52 ± 0.20 putih kecoklatan 28 11.05 ± 0.56 3.61 ± 0.18 putih kecoklatan 29 10.8 ± 1.86 3.62 ± 0.2 putih kecoklatan 30 10.89 ± 0,44 3.55 ± 0.7 putih kecoklatan 31 10.97 ± 0.64 3.73 ± 0.21 putih kecoklatan 32 10.93 ± 0.65 3.55 ± 0.18 putih kecoklatan 33 10.95 ± 0.46 3.62 ± 0.23 putih kecoklatan 34 11.43 ± 0.33 3.64 ± 0.19 putih kecoklatan

14

Gambar 4 Buah pada umur panen 15-34 hari setelah antesis 17 HSA 16 HSA 15 HSA 20 HSA 19 HSA 18 HSA

25 HSA 26 HSA 27 HSA

21 HSA 22 HSA 23 HSA

a b c

d e f

g h i

15

Gambar 4 Buah pada umur panen 15-34 hari setelah antesis (lanjutan) 28 HSA

34 HSA

31 HSA 32 HSA 33 HSA

30 HSA 29 HSA

m n o

p q r

16

Pengaruh Umur Panen terhadap Kadar Air, Viabilitas, dan Vigor Benih Mentimun

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur panen buah mentimun berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, bobot kering benih, viabilitas dan vigor benih mentimun (Tabel 4). Menurut Khatun et al. (2012) yang melakukan penelitian pada lentil (Lens culinaris L.), waktu panen memengaruhi vigor, viabilitas, dan juga daya simpan benih. Pada penelitian ini viabilitas ditentukan dengan menggunakan tolok ukur daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal, sedangkan vigor benih mentimun ditentukan tolok ukur indeks vigor dan keserempakan tumbuh.

Tabel 4 Rekapitulasi uji F hasil analisis ragam pengaruh umur panen terhadap kadar air, bobot kering benih, daya berkecambah, bobot kering kecambah normal, indeks vigor, dan keserempakan tumbuh

Tolok Ukur

Perlakuan

Umur Panen Koefisien Keragaman (%)

Kadar air ** 5.27

Bobot kering benih ** 9.93

Daya berkecambah ** 10.35

Bobot kering kecambah normal ** 21.34

Indeks vigor ** 14.77

Keserempakan tumbuh ** 13.55

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5%

Pengaruh Umur Panen terhadap Kadar Air dan Bobot Kering Benih Kadar air benih mentimun cenderung mengalami penurunan seiring pertambahan umur panen. Nilai pengamatan atau deviasi kadar air merupakan rata-rata dari dua ulangan dengan bobot awal benih 4-5 g (Gambar 5). Kadar air paling tinggi pada saat umur panen 15 hari setelah antesis (HSA) yaitu 70.6% dan paling rendah pada 33 HSA yaitu 40.3%. Hal ini sesuai dengan Hardiansyah (2009) yang menyatakan bahwa kadar air benih terung ungu (Solanum melongena var. Serpentinum) menurun sejalan dengan peningkatan kemasakan buah. Sama halnya dengan kadar air benih buncis (Phaseolus vulgaris L.), pada umur panen 12 hari setelah bunga mekar kadar air benih masih sangat tinggi 81.9% kemudian menurun seiring bertambahnya umur panen, dan pada umur panen 33 hari setelah bunga mekar sudah mencapai 21.7% (Waemata dan Ilyas 1986).

Terjadi penurunan kadar air yang signifikan (berbeda nyata) dari umur panen 15 HSA ke 18 HSA (70.6% menjadi 51.9%). Kemudian terjadi peningkatan kadar air pada umur panen 19-21 HSA tetapi tidak berbeda nyata. Pada umur panen 24 HSA hingga 32 HSA, penurunan kadar air tidak berbeda nyata (Gambar 5). Seiring dengan perubahan warna buah dari hijau keputihan menjadi putih kehijauan terjadi penurunan kadar air yang berbeda nyata. Sementara perubahan warna buah dari warna putih kehijauan menjadi putih kekuningan dan dari kuning keputihan menjadi kuning, tidak mengalami penurunan kadar air yang berbeda nyata. Menurut Valdes and Gray dalam Hardiasyah (2009) kadar air benih tomat yang mengalami penurunan signifikan dari stadia kemasakan buah berwarna hijau sampai buah berwarna merah tua. Namun penurunan kadar air tidak berbeda nyata

17

diantara stadia kemasakan buah berwarna breaker dan merah tua. Warna breaker pada buah tomat tercapai apabila warna permukaan buah tidak lebih dari 10% berwarna kekuningan, merah muda atau merah (PUSLITBANGHORTI 2015). Artinya 90% permukaan buah masih berwarna hijau.

Bobot kering maksimum benih mentimun diperoleh pada umur panen 33 HSA (2.6 g) dan yang paling rendah pada umur panen 15 HSA yaitu sebesar 1.3 g. Nilai pengamatan atau deviasi bobot kering benih merupakan rata-rata dari dua ulangan dengan bobot awal benih 4-5 g (Gambar 5). Bobot kering benih yang tinggi dapat menggambarkan pemanfaatan cadangan makanan dalam benih efisien (Hakim 2014). Bobot kering benih meningkat cepat dari 15 HSA hingga 18 HSA. Pada umur panen 19 HSA bobot kering benih menurun tetapi tidak berbeda nyata dengan umur panen sebelumnya. Kemudian bobot kering benih terus meningkat hingga mencapai titik maksimum pada umur panen 33 HSA. Setelah mencapai maksimum bobot kering benih turun pada umur panen 34 HSA. Menurut Hardiansyah (2009) bobot kering benih terung ungu (Solanum melongena var Serpentinum) meningkat dengan cepat sampai maksimum pada umur panen 48 HSA. Setelah lewat umur panen 48 HSA (masak fisiologis) bobot kering benih menurun secara perlahan.

Pengaruh Umur Panen terhadap Viabilitas Benih

Sebagian benih sudah mulai berkecambah pada umur panen pertama (15 HSA). Daya berkecambah pada taraf tersebut merupakan yang paling rendah dibanding umur panen yang lainnya yaitu 16.5%. Menurut Hakim (2014) benih dapat berkecambah pada semua tingkat kemasakan yang dilihat dari umur panen tetapi terdapat perbedaan daya berkecambah pada setiap tingkat kemasakan yang disebabkan ketersediaan cadangan makan yang belum cukup bagi pertumbuhan embrio. Gambar 6 menunjukkan terdapat peningkatan daya berkecambah dari umur panen 15 HSA hingga 20 HSA yang kemudian penurunan pada umur panen 21 HSA, namun tidak berbeda nyata. Pada umur panen 22 HSA terdapat penurunan daya berkecambah yang berbeda nyata dan kemudian meningkat hingga umur panen 25 HSA. Tedapat penurunan yang tidak berbeda nyata pada umur panen 26 HSA, tetapi pada umur panen 27 HSA terus meningkat hingga tercapai daya berkecambah yang tertinggi pada umur panen 29 HSA. Selanjutnya daya berkecambah menurun hingga umur panen 34 HSA.

Salah satu penyebab penurunan daya berkecambah seperti pada umur panen 22 HSA, 32 HSA, dan 34 HSA (Gambar 6) adalah dormansi benih. Menurut Saadiah dan Junaidah (1986) rendahnya daya berkecambah pada mentimun varietas Mti2 disebabkan oleh dormansi yang disebabkan oleh lapisan pada benih. Menurut Thorthon di dalam Saadiah Dan Junaidah (1986) yang menyatakan bahwa terjadi dormansi pada benih semangka yang disebabkan oleh tumpukan cutin pada lapisan nucellar. Kulit benih merupakan unsur fisik benih yang mempengaruhi masuknya air maupun gas ke dalam benih. Permeabilitas kulit yang tinggi mempermudah masuknya air dan gas ke dalam benih sehingga dapat mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme benih (Purwanti 2004).

Bobot kering kecambah normal benih mentimun cenderung meningkat seiring bertambahnya umur panen. Hal ini terjadi karena cadangan makanan semakin banyak serta daya berkecambah benih juga semakin tinggi. Benih yang

18

memiliki daya berkecambah yang tinggi berarti memiliki bobot kering kecambah normal yang tinggi pula (Lestari 2009). Bobot kering kecambah normal tertinggi diperoleh pada umur panen 29 HSA (0.38 g). Tingginya bobot kering kecambah normal pada stadia ini menunjukkan bahwa cadangan makanan dan daya berkecambah tinggi. Bobot kering kecambah normal terendah pada umur panen 15 HSA yaitu 0.04 g (Gambar 6). Hal ini terjadi karena persentase benih yang berkecambah dan cadangan makanan pada taraf ini masih rendah.

Pengaruh Umur Panen terhadap Vigor Benih

Nilai indeks vigor yang tinggi menunjukkan benih berkecambah lebih cepat, sehingga benih digolongkan dalam vigor kuat (Taliroso 2008). Nilai indeks vigor benih terendah pada umur panen 15 HSA yaitu 12% dan tidak berbeda nyata dengan indeks vigor pada umur panen 16 HSA yaitu 22% (Gambar 7). Menurut Kartika dan Ilyas (1994) pemanenan benih yang dilakukan sebelum mencapai masak fisiologis mengakibatkan vigor rendah. Pada fase tersebut pembentukan embrio dan membran belum sempurna dan akumulasi cadangan makanan dalam benih belum cukup untuk proses perkecambahan. Indeks vigor meningkat pada umur 17 HSA hingga 19 HSA dan nilai indeks vigor pada umur panen tersebut tidak berbeda nyata (Gambar 7). Indeks vigor terus meningkat dari umur panen 20 HSA hingga umur panen 24 HSA, tetapi terdapat penurunan indeks vigor pada umur panen 22 HSA. Indeks vigor yang tinggi diperoleh mulai dari umur panen 25 HSA hingga 33 HSA dengan nilai indeks vigor lebih besar dari 78%. Indeks vigor tertinggi atau maksimum tercapai pada umur panen 29 HSA yaitu 93.5%. pada umur panen 34 HSA indeks vigor sudah menurun tajam.

Nilai keserempakan tumbuh maksimal diperoleh pada umur panen 29 HSA sebesar 96%. Sementara nilai keserempakan tumbuh terendah sebesar 17% yaitu pada umur panen 15 HSA Keserempakan tumbuh mengalami peningkatan dari umur panen 16 HSA hingga 21 HSA, tetapi menurun pada umur panen 22 HSA. Keserempakan tumbuh terus meningkat hingga mencapai maksimum pada umur panen 29 HSA kemudian menurun mulai umur panen 30 HSA dan tedapat penurunan yang signifikan pada 34 HSA (Gambar 7). Keserempakan tumbuh benih yang tinggi mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh absolut yang tinggi karena suatu kelompok benih yang menunjukkan pertumbuhan serempak dan kuat akan memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi (Lesilolo et al 2013).

Gambar 6 Pengaruh umur panen terhadap viabilitas benih

Keterangan: Garis vertikal pada garis grafik menunjukkan nilai standar deviasi

Gambar 7 Pengaruh umur panen terhadap vigor benih

22

Penentuan Masak Fisiologis Benih Mentimun

Masak fisiologis benih mentimun dicapai pada umur 29 hari setelah antesis (HSA). Pada taraf ini buah mentimun berwarna kuning, tangkai buah mulai layu, biji mudah dilepaskan dari daging buah, serta biji berwarna putih kecoklatan. Menurut George (2009) buah mentimun yang sudah masak dapat dilihat dari warna kulit buah. Warna kulit buah beragam dari hijau pucat hingga hijau, tergantung jenis varietas. Selain itu dapat dilihat dari layunya tangkai buah.

Menurut Kartika dan Ilyas (1994) benih kacang jogo dipanen pada saat masak fisiologis (36 hari setelah berbunga) karena pada umur panen ini diperoleh bobot kering dan vigor benih yang maksimum. Benih buncis juga dipanen pada saat sudah mencapai masak fisiologis (30 hari setelah berbunga) karena pada stadia ini diperoleh bobot kering benih maksimum (5.61 g) dan kekuatan tumbuh yang maksimum (48.44% per etmal) (Waemata dan Ilyas 1986).

Benih mentimun pada umur panen 29 HSA diperoleh kadar air 41.5%. Bobot kering benih (BKB) maksimum sebesar 2.6 g (33 HSA) sedangkan pada 29 HSA sebesar 2.5 g. Namun BKB pada kedua umur panen ini tidak berbeda nyata dan standar deviasi pada umur panen 33 HSA lebih besar dibanding 29 HSA (Gambar 5). Vigor benih yang maksimum ditunjukkan nilai indeks vigor sebesar 93.5% dan keserempakan tumbuh 96% saat umur panen 29 HSA (Gambar 7). Pada saat 29 HSA nilai viabilitas benih juga maksimum dilihat dari nilai daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal yang tinggi sebesar 96% dan 0.38 g (Gambar 6).

Menurut Lenisastri (2000), umur panen kacang tanah tercapai pada 90 hari setelah tanam (HST) (untuk varietas Trenggiling, Panter, Singa, dan Jerapah), 95 HST (untuk varietas Simpai, Pelanduk, Zebra, dan Tupai), dan 100 HST (untuk varietas Macan). Kacang tanah varietas Landak dan Kidang mencapai masak fisiologis pada umur panen 93 hari setelah tanam dimana pada umur panen ini diperoleh kualitas hasil, viabilitas dan vigor kekuatan tumbuh tertinggi (Maria 2000).

Penentuan Unit Panas (Heat Unit)

Pada Tabel 5 ditampilkan unit panas yang dibutuhkan tanaman mentimun varietas Vanesa untuk fase vegetatif seperti munculnya akar, munculnya kecambah, dan bibit berdaun 3 helai secara berturut-turut adalah 21.30Cd, 44.60Cd, dan 263.50Cd. Terdapat perbedaan unit panas yang dibutuhkan bunga jantan dan bunga betina pada tanaman mentimun. Hal ini terjadi karena bunga jantan (27 HST) muncul lebih awal dibanding bunga betina (33 HST). Unit panas yang dibutuhkan untuk munculnya kuncup bunga jantan sebesar 321.20Cd dan mekar pada 368.10Cd. Sementara kuncup bunga betina muncul pada 397.80Cd dan mekar saat unit panas sebesar 472.10Cd. Unit panas yang dibutuhkan tanaman mentimun untuk mencapai masak fisiologis benih (29 HSA) adalah 979.80Cd.

23

Tabel 5 Unit panas (heat unit) pada stadia pertumbuhan mentimun

Stadia Pertumbuhan Unit panas (OCd)

Muncul akar 21.3

Muncul kecambah 44.6

Bibit berdaun 3 helai 263.5

Muncul kuncup bunga jantan 321.2

Bunga jantan mekar 368.1

Muncul kuncup bunga betina 397.8

Bunga betina mekar 472.1

Masak fisiologis benih 979.8

Keterangan: oCd=degree Celcius day. Muncul akar pada 2 hari setelah semai, muncul kecambah 4

hari setelah semai, bibit berdaun 3 helai pada 20 hari setelah semai, muncul kuncup bunga jantan 24 hari setelah semai, bunga jantan mekar 27 hari setelah semai, muncul kuncup bunga betina pada 29 hari setelah semai, bunga betina mekar pada 34 hari setelah semai, dan masak fisiologis benih pada 29 hari setelah antesis. Unit panas diperoleh berdasarkan pengukuran suhu pada Februari hingga April 2015.

Menurut Maria (2000) kacang tanah varietas Landak dan Kidang mencapai masak fisiologis pada saat unit panas 1497.50Cd. Menurut Lenisastri (2000) metode umur panen berdasarkan unit panas untuk kondisi lingkungan yang berbeda lebih akurat dan tepat karena tidak dipengaruhi oleh keragaman suhu. Umur panen kacang tanah varietas Trenggiling, Panter, Singa, dan Jerapah diperoleh pada 1500.30Cd, varietas Simpai, Pelanduk, Zebra, dan Tupai pada 1583.650Cd, serta 16670Cd untuk varietas macan.

24

Dokumen terkait