• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGHAMBATAN KOROSI TEMBAGA MENGGUNAKAN

EKSTRAK TANIN DARI GAMBIR ASALAN, BIJI PINANG

DAN KULIT MANGGIS

RESA DENASTA SYARIF

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis“ adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 25 Juni 2015

Resa Denasta Syarif

(4)
(5)

RINGKASAN

RESA DENASTA SYARIF. Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis. Dibimbing oleh SUPRIHATIN dan PRAYOGA SURYADARMA.

Tembaga merupakan logam yang digunakan secara luas di industri karena kemampuannya menghantarkan listrik dan kemampuan mekanik yang baik. Meskipun memiliki banyak keunggulan, tembaga tidak terlepas dari masalah yaitu korosi. Dampak korosi dapat menyebabkan kerusakan pada alat, ledakan, kebakaran dan korban jiwa. Korosi tidak dapat dihindari sama sekali tetapi lajunya dapat dikurangi. Penelitian mengenai pencegahan korosi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan material mengandung tanin yang berasal dari gambir asalan (Uncaria gambir Roxb.), biji pinang (Areca catechu) dan kulit manggis (Garcinia mangostana). Ketiga bahan tersebut merupakan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Tujuan umum dari penelitian ini adalah memproduksi larutan inhibitor korosi terbaik pada tembaga yang ramah lingkungan, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh sumber tanin terhadap laju korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M serta menentukan konsentrasi inhibitor yang efektif dalam penghambatan korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M.

(6)

SUMMARY

RESA DENASTA SYARIF. Corrosion Inhibition of Copper by Using Tannin Derived from Raw Gambier, Areca Nut and Mangosteen Peel. Supervised by SUPRIHATIN and PRAYOGA SURYADARMA.

Copper is a metal widely used in industry because of its ability to conduct electricity and good mechanical ability. Although it has many advantages, copper faces problem relating with corrosion. The impact of corrosion can cause equipment damage, explosion, fire and death. Corrosion can not be avoided, but its rate can be decreased. In this research was made experimental corrosion inhibitor from material derived from raw gambier (Uncaria gambir Roxb.), areca nut (Areca catechu) and mangosteen peel (Garcinia mangostana). Those three materials are natural resources that owned by Indonesia. The general objective of this research was to produce the best solution on copper corrosion inhibitors that are environmentally friendly, while the specific objective of this study were to determine the effect of the source of tannins on the rate of corrosion on copper in 1 M HCl solution and to determine concentration of inhibitor that is effective in inhibiting corrosion on copper in solution of 1M HCl.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian

PENGHAMBATAN KOROSI TEMBAGA MENGGUNAKAN

EKSTRAK TANIN DARI GAMBIR ASALAN, BIJI PINANG

DAN KULIT MANGGIS

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(9)
(10)

Judul Tesis :Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis

Nama : Resa Denasta Syarif NIM : F351110141

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr –Ing Ir Suprihatin Ketua

Dr Prayoga Suryadarma STP MT Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

Prof Dr Ir Machfud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 5 Mei 2015

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan tesis dengan judul Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis“ ini berhasil diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister di Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. –Ing. Ir. Suprihatin Bapak Prof. Dr. Ir. E. Gumbira-Sa’id, MA. Dev (alm) dan Bapak Dr. Prayoga Suryadarma, STP, MT selaku pembimbing, Bapak Dr. Ir.Muslich, M.Si selaku dosen penguji luar dan Ibu Dr. Ir. Titi Chandra Sunarti, Msi selaku penguji dari departemen pada ujian tesis atas segala ilmu pengetahuan, dorongan, motivasi dan kesabaran dalam memberikan bimbingan selama penelitian sampai penulisan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Bapak Ir. Riawan Syarif), ibu (Ibu Nurmalasari, BBA, mertua (Bapak Haryono Irfanda dan Ibu Ida Latifah), suami (Triyoda Arrahman, STP), adik tercinta Ransa Gustrada Syarif, SP dan Rensa Nitraga Syarif, Kakak Iis Nofriyadani, Kakak Tri Febri, Abang Hadid Putra, SE dan serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa Pascasarjana IPB, teman-teman rumah warna, serta sahabat yang telah bersedia memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Bogor, Juni 2015

(12)

DAFTAR ISI

Penentuan Struktur Kimia Ekstrak Bahan Baku melalui Metode FTIR 5

Pengukuran Kadar Tanin Bahan 5

Penentuan Pengaruh Sumber Tanin dalam Inhibisi Korosi Tembaga 6

Pembuatan Larutan Inhibitor Korosi 6

Pengujian Efisiensi Larutan Inhibitor Menggunakan Metode

Gravimetri 6

Penentuan Pengaruh Sumber Tanin dalam Inhibisi Korosi Tembaga 7

Analisis Penampakan Logam 8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Karakteristik Bahan Baku 8

Pengaruh Jenis Inhibitor terhadap Laju Korosi Tembaga 12 Pengaruh Konsentrasi Inhibitor terhadap Laju Korosi Tembaga 14

(13)

DAFTAR TABEL

1 Struktur kimia tanin terhidrolisis dan terkondensasi 9 2 Rendemen tanin dari bahan baku biji pinang, gambir asalan, kulit

Manggis 12 3 Nilai energi aktivasi pada tembaga dengan konsentrasi inhibitor

0.00%, 0.50%, 0.75% dan 1.00% 14

4 Penampakan tembaga setelah perendaman dalam larutan korosif dengan

dan tanpa penambahan inhibitor selama 24 jam 15

5 Mineral yang dapat terbentuk dari disolusi tembaga dan ion klorida 16

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian 5

2 Spektrum FTIR katekin standar pada tanin terkondensasi 9 3 Spektrum FTIR katekin standar pada tanin terhidrolisis 10

4 Spektrum FTIR pada ekstrak gambir asalan 10

5 Spektrum FTIR pada ekstrak biji pinang 11

6 Spektrum FTIR pada ekstrak kulit manggis 11

7 Grafik laju korosi terhadap pelat tembaga dengan dosis inhibitor

sebesar 1.00% selama 24 jam 13

8 Reaksi kimia pembentukan tembaga tanat 13

9 Grafik hubungan konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi tembaga pada pada suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K dengan penambahan

larutan inhibitor tanin dari gambir asalan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bahan dan alat utama penelitian 21

2 Diagram alir ekstraksi tanin 22

3 Diagram alir kadar tanin 23

4 Diagram alir pembuatan larutan inhibitor korosi 24 5 Penampakan tanin hasil ekstraksi dengan spray drier 25

6 Penampakan larutan induk inhibitor korosi 26

7 Perincian gugus fungsi setiap bahan dan interaksinya 27 8 Penampakan kondisi perendaman unit percobaan efisiensi inhibitor

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tembaga merupakan logam yang digunakan secara luas di industri karena kemampuannya menghantarkan listrik dan kemampuan mekanik yang baik. Karena sifatnya tersebut, tembaga banyak digunakan pada sistem pemanas dan pendingin, permesinan, sebagai konduktor pada sumber tenaga listrik dan sebagai material pipa untuk mengalirkan air (termasuk air laut) untuk kebutuhan domestik dan industri. Berdasarkan data CDA (2014), pemanfaatan tembaga di dunia antara lain sebagai material konstruksi (51%), peralatan non listrik (15%), angkutan (13%), peralatan listrik (13%) dan lain-lain (8%). Meskipun memiliki banyak keunggulan, tembaga tidak terlepas dari masalah yaitu korosi.

Kerugian akibat korosi dapat menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia yang berupa kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kerugian langsung dapat berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan, struktur bangunan atau produk. Kerugian tidak langsung dapat berupa terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat korosi. Lebih dari itu, korosi mengakibatkan bahaya pada kesehatan dan timbulnya korban jiwa. Sebagai contoh bahaya korosi terjadi pada warga Pennsylvania. Sekitar 60% dari sumber air yang dimiliki warga Pennsylvania memiliki air yang korosif karena air tanah yang dimiliki cenderung mengandung asam. Hal tersebut mengakibatkan komponen pipa penyalur air rumah tangga yang umumnya terbuat dari tembaga, terkorosi dan air yang disalurkan tercemar. Dampak korosi terindikasi dari penampakan air yang mengandung komponen hijau kebiruan, adanya rasa logam pada air minum dan adanya kebocoran yang terjadi pada saluran pipa air (Penn State Extention 2015). Dari segi biaya penanganan akibat korosi per tahun dunia mencapai USD 1,8 triliun (Schmitt 2009).

Korosi tidak dapat dihindari sama sekali tetapi lajunya dapat dikurangi. Penelitian mengenai pencegahan korosi pada baja lunak dan tembaga telah dilakukan dengan menggunakan material berbahan dasar tanin. Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan logam-logam berat seperti Pb, Cu, Fe, dan Sn). Komponen dasar tanin adalah asam galat dan flavonoid dan akan membentuk glikosida bila polifenol berikatan dengan karbohidrat (Hagerman 2002). Beberapa sumber tanin yang pernah digunakan sebagai campuran formula anti korosi pada baja lunak antara lain tanin dari daun teh (Loto 2011), kulit kayu mimosa (Acacia mearnsii DeWild.) (Peres et al. 2013), tandan kosong kelapa sawit (TKKS) (Ibrahim et al. 2005), pinang (Kumar et al.

2013), dan gambir asalan (Gumbira-Sa’id et al. 2010), sedangkan pencegahan korosi pada tembaga dilakukan dengan tanin dari kulit kayu bakau (Shah et al.

2011).

(15)

2

Gambir merupakan salah satu komoditas utama Indonesia dimana 80% kebutuhan gambir dunia dipenuhi oleh Indonesia (Idrus 2012). Volume ekspor gambir dalam triwulan tahun 2010 mencapai 17293 ton (BPS Kabupaten Lima Puluh Kota 2011). Gambir yang diekspor tidak diolah lebih lanjut, melainkan masih dalam bentuk gambir asalan. Gambir asalan merupakan getah dari daun dan batang tanaman perdu gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang dikeringkan dan umumnya berbentuk silinder, berwarna cokelat hingga kehitaman. Penggunaan gambir asalan di masyarakat luas umumnya untuk campuran menyirih, padahal gambir asalan memiliki komponen kimia utama berupa katekin dan tanin yang memiliki banyak manfaat untuk dikembangkan. Berdasarkan penelitian Hussin dan Kassim (2010), larutan yang mengandung ekstrak gambir memiliki kemampuan menghambat korosi baja lunak dalam larutan ber pH 5. Sama halnya dengan gambir, biji pinang (Areca catechu) juga merupakan komoditas unggulan Indonesia dengan volume produksi tahun 2011 mencapai 69881 ton dengan nilai FOB USD 54959579 yang diekspor dalam bentuk biji pinang kering (BPS Jambi 2012). Biji pinang memiliki kemampuan sebagai larutan pencegah karat pada baja lunak dalam media yang mengandung asam (Kumar et al. 2011). Sumber tanin lainnya terdapat pada kulit manggis. Kulit manggis (Garcinia mangostana) merupakan hasil samping dari buah manggis yang mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid, tanin, phenol, flavonoid. Volume produksi manggis pada tahun 2009 mencapai 105558 ton dengan total ekspor 34.40% dari total ekspor buah-buahan Indonesia. Kulit buah manggis memiliki porsi terbanyak dari seluruh buah. Kulit buah manggis berukuran besar dan bergetah memiliki persentase kulit basah per buah sebesar 68.17%, bila dikeringkan menjadi kulit buah kering 36.68% kulit kering/kulit basah, dengan persentase kulit kering per buah 27.09% (Setyabudi 2012). Pemanfaatan kulit manggis sebagai inhibitor pada baja lunak telah dilakukan pada larutan bersifat asam (Kumar et al. 2011)

Ketiga bahan tersebut memiliki kandungan tanin dan sebelumnya telah digunakan sebagai inhibitor korosi pada baja lunak namun belum digunakan sebagai inhibitor korosi pada tembaga. Sumber tanin tersebut diharapkan mampu mencegah korosi pada tembaga, bahkan pada kondisi lingkungan ekstrim sekalipun yaitu dalam larutan asam klorida (HCl). Ion klorida merupakan ion yang sangat agresif pada tembaga karena kemampuannya membentuk lapisan yang tidak stabil (CuCl) dan kompleks klorida yang larut (CuCl2- dan CuCl32-), bahkan jumlah yang sedikit sekalipun, ion klorida mampu menyebabkan korosi pada tembaga. Reaksi disolusi tembaga dalam ion klorida adalah sebagai berikut:

Cu + Cl-↔ CuClads + e- CuClads + Cl-↔ CuCl2-

Cu + 2Cl-↔ CuCl2- + e- (reaksi berjalan lambat)

Dengan demikian, tembaga oksida dan hidroksida dapat terbentuk. Reaksi katoda terdiri dari reduksi oksigen, yaitu :

O2 + 2H2O + 4e-↔ 4OH-

(16)

3 Pada penambahan konsentrasi di atas 1 M, kompleks tembaga yang mungkin dapat terbentuk antara lain CuCl32- dan CuCl43- (Sherif 2012).

Penambahan inhibitor dipercaya mampu mengeliminasi efek destruktif media agresif pada tembaga. Komponen organik yang bersifat polar seperti nitrogen, sulfur, dan oksigen serta komponen heterosiklik dengan grup fungsional polar dan ikatan ganda terkonjugasi seperti mercaptotriazole (Varalakshmi dan Appa-Rao 2011), imidazole (Otmacˇic´ dan Stupnisˇek-Lisac 2003), cysteine (Khaled 2007), thiosemicarbazide (Singh et al. 2003) dan benzotriazole (Finšgar dan Milošev 2010) dilaporkan mampu menghambat korosi pada tembaga. Dalam penggunaannya sebagai material dasar berbagai peralatan pada rumah tangga dan industri, tembaga rentan terhadap korosi dikarenakan banyaknya bahan kimia yang melewati material atau terpapar ke tembaga tersebut sehingga pencegahan korosi pada tembaga sangat diperlukan.

Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah larutan yang berasal dari tanin gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis memiliki kemampuan dalam menghambat korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M?

2. Apakah jenis tanin dari beberapa sumber tanin mempengaruhi keefektifan larutan inhibitor dalam menurunkan laju korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M?

3. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi tanin pada larutan inhibitor dalam menghambat korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendesain larutan inhibitor korosi terbaik pada tembaga yang ramah lingkungan, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah menganalisis kemampuan larutan tanin dari gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis dalam menghambat korosi pada tembaga, menganalisis pengaruh sumber tanin terhadap laju korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M serta menentukan konsentrasi inhibitor yang efektif dalam penghambatan korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M.

Manfaat Penelitian

(17)

4

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

1. Karakterisasi bahan baku yang dilakukan meliputi ekstraksi tanin,pengujian gugus fungsi dengan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan pengukuran rendemen tanin

2. Pengujian kemampuan larutan inhibitor dari sumber tanin berbeda gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis dilakukan pada suhu ruang dan konsentrasi yang sama (1.00%)

3. Pengujian kemampuan larutan inhibitor dari sumber tanin pada sumber tanin terbaik dilakukan dengan konsentrasi 0.50%, 0.75% dan 1.00% pada suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K

2

METODE

Bahan

Bahan penelitian yang digunakan untuk ekstraksi tanin adalah gambir asalan, biji pinang, kulit manggis, dan akuades, sedangkan bahan yang digunakan untuk pengukuran kadar tanin adalah akuades, larutan Folin Denis dan Na2CO3 jenuh. Bahan yang digunakan untuk pembuatan larutan inhibitor korosi adalah tanin, bioetanol dan akuades, sedangkan larutan korosif yang digunakan adalah HCl 1 M. Logam yang digunakan untuk pengujian keefektifan anti karat adalah logam tembaga dengan ketebalan 0,50 mm.

Alat

Alat yang digunakan untuk ekstraksi tanin meliputi mesin penggiling, penangas, spray drier dan termometer. Alat yang digunakan untuk pengukuran kadar tanin adalah alat-alat gelas dan spektrofotometer. Alat yang digunakan untuk penelitian utama adalah ultrasonic bath, peralatan gelas, penangas dan termometer. Alat yang digunakan untuk analisis meliputi alat pengukuran spektrofotometer infra merah (FTIR) merek ABB FTIR MB3000, neraca analitik dan mikroskop USB perbesaran 400x. Penampakan beberapa bahan dan alat utama yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tahapan Penelitian

(18)

5

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

Karakterisasi Bahan Baku

Karakterisasi bahan baku yang dilakukan meliputi ekstraksi tanin, pengujian gugus fungsi dengan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan pengukuran rendemen tanin.

Ekstraksi Tanin

Ektraksi tanin dilakukan dengan menggunakan pelarut air (Hamidah dan Iskanawaty 2007). Bahan utama yaitu gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis digiling menggunakan disc mill hingga menjadi halus. Setelah itu, bahan dilarutkan ke dalam pelarut berupa aquadest dimana setiap 100 gram bahan dilarutkan dalam 500 ml aquadest dengan suhu 70 °C hingga larut. Campuran dibiarkan selama 24 jam selanjutnya disaring dengan menggunakan pengering vakum. Supernatan yang diperoleh merupakan bagian yang mengandung tanin yang kemudian dikeringkan dengan menggunakan spray drier. Diagram alir ekstraksi tanin dapat dilihat pada Lampiran 2.

Penentuan Struktur Kimia Ekstrak Bahan Baku melalui Metode Fourier Transform Infrared (FTIR)

Sebanyak 250 mg KBr kering ditimbang, selanjutnya ditambahkan sejumlah sampel yang berbentuk bubuk. Campuran tersebut dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam alat pencetak sehingga membentuk pellet. Pellet KBr tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam spektrofotometri inframerah merk ABB FTIR MB3800 dan persen transmisi dan peak yang muncul diperoleh dari komputer yang terhubung dengan peralatan FTIR tersebut.

Pengukuran Kadar Tanin Bahan

(19)

6

ukur 100 ml. Ke dalam labu ukur tersebut kemudian ditambahkan aquades sebanyak 50 ml selanjutnya dihomogenkan dengan menggunakan sonifikator selama 15 menit. Larutan kemudian diencerkan hingga mencapai tanda tera. Sampel lalu disaring hingga diperoleh filtrat.

Pengukuran kadar tanin bahan: sebanyak 0,20 ml filtrat larutan sampel/bahan dipipet ke dalam tabung reaksi 10 ml yang berisi 7.50 ml aquades. Selanjutnya, sebanyak 0.50 ml larutan Folin Denis dan 1.00 ml Na2CO3 ditambahkan ke dalam larutan dan kemudian ditambahkan aquadest hingga volume larutan mencapai 10 ml. Setelah 30 menit, nilai absorban dari larutan kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 760 nm. Diagram alir pengukuran kadar tanin dapat dilihat pada Lampiran 3.

Penentuan Pengaruh Sumber Tanin dalam Inhibisi Korosi Tembaga

Penentuan pengaruh sumber tanin dalam menghambat laju korosi diawali dengan pembuatan larutan inhibitor korosi dan selanjutnya diuji kemampuan penghambatan korosinya dengan metode pengurangan berat (gravimetri). Pada penentuan pengaruh sumber tanin, konsentrasi yang digunakan adalah sama yaitu 1.00%. Selain konsentrasi, suhu percobaan yang digunakan juga sama yaitu suhu ruang.

Pembuatan Larutan Inhibitor Korosi

Pembuatan larutan induk inhibitor korosi dilakukan dengan melarutkan ekstrak tanin ke dalam aquades dan bioetanol. Sebanyak 10 mg ekstrak tanin dilarutkan dalam 84 ml aquades. Selanjutnya larutan dipanaskan hingga suhu 70 °C dan dilakukan pengadukan. Larutan kemudian didinginkan dan ditambahkan bioetanol hingga 100 ml (Shreir 1958). Diagram alir pembuatan larutan induk inhibitor korosi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengujian Efisiensi Larutan Inhibitor Menggunakan Metode Pengurangan Bobot Logam (Gravimetri)

Perendaman suatu logam pada larutan korosif akan mengakibatkan terjadinya korosi pada logam tersebut seiring berjalannya waktu. Untuk mengetahui efisiensi larutan inhibitor berbahan dasar tanin, maka dilakukan pengujian gravimetri dimana logam yang diuji yaitu tembaga, direndam di dalam larutan korosif berupa 1 M HCl dengan dan tanpa ditambahkan larutan inhibitor. Prinsip metode pengurangan bobot adalah dengan melakukan penimbangan bobot logam sebelum dan setelah perendaman dalam jangka waktu tertentu. Selanjutnya nilai yang didapat dari pengukuran tersebut digunakan untuk mengetahui laju korosi logam dan efisiensi larutan inhibitor (Zarrouk et al. 2011, Fouda et al. 2011, Shah et al. 2011)

(20)

7 tahap kedua merupakan pengujian gravimetri untuk penentuan konsentrasi inhibitor korosi paling efektif dari sumber inhibitor terbaik. Tahap persiapan pengujian gravimetri adalah sebagai berikut : spesimen tembaga berukuran 10 mm x 10 mm x 0,5 mm dipersiapkan dalam pengujian kehilangan bobot tembaga. Pelat tembaga diampelas bertahap menggunakan ampelas 400 hingga 1000 grid, selanjutnya dibilas dengan menggunakan akuades dan aseton. Pelat logam yang digunakan untuk pengujian larutan anti karat selanjutnya direndam ke dalam larutan korosif HCl 1 M dengan dan tanpa larutan inhibitor dan ditimbang bobotnya setelah 24 jam. Inhibitor yang digunakan pada tahap pertama adalah gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis dengan konsentrasi 1.00%. Penampakan larutan inhibitor dan unit percobaan gravimetri dapat dilihat pada Lampiran 5.

Laju korosi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : ...(ASTM 1994) Dimana :

CR = laju korosi (mili inchi/tahun, mpy)

K = konstanta konversi ke mpy: 3,45 x 106

W0 = bobot awal logam (g)

W1 = bobot akhir logam setelah perendaman dengan inhibitor (g)

D = massa jenis logam (massa jenis tembaga 8,93 g/cm3)

A = luas permukaan logam (cm2)

T = waktu perendaman (jam)

Penentuan efisiensi inhibisi dan fraksi logam tertutupi dihitung dengan persamaan berikut :

...(Sherif 2012) dimana :

IE = efisiensi inhibitor (%)

CR0 = laju korosi tanpa inhibitor (mpy)

CR1 = laju korosi dengan inhibitor (mpy)

Penentuan Pengaruh Sumber Tanin dalam Inhibisi Korosi Tembaga

Penentuan konsentrasi terbaik dilakukan dengan melakukan pengujian gravimetri dengan penambahan inhibitor sebesar 0.50%, 0.75%, 1.00% pada suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K. Nilai laju korosi yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung energi aktivasi yang terjadi pada pelat tembaga. Nilai energi aktivasi dihitung dengan persamaan Arhenius berikut (Obot et al.

2009):

ln CR = + ln A

dimana :

(21)

8

R = Konstanta gas universal (8,314 J/mol.K)

T = Suhu (K)

A = Tetapan Arhenius

Analisis Penampakan Fisik Logam

Analisis penampakan logam secara makro dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap permukaan logam dan didokumentasikan dengan menggunakan kamera digital. Analisis logam secara mikro dilakukan dengan mengamati permukaan logam menggunakan mikroskop USB pada permukaan logam dengan perbesaran 400x. Analisis permukaan logam secara mikro dilakukan untuk melihat struktur permukaan logam setelah perlakuan.

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bahan Baku

Analisis gugus fungsi merupakan salah satu cara untuk mengetahui struktur kimia yang terdapat pada suatu bahan. Pada penelitian ini, gugus fungsi diidentifikasi menggunakan metode FTIR dimana sampel yang diidentifikasi dilewatkan pada sinar infra merah yang memiliki frekuensi tertentu. Senyawa yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil ekstraksi gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis. Metode ekstraksi yang digunakan merupakan metode untuk mengekstrak senyawa aktif dari bahan berupa tanin. Penampakan tanin bubuk hasil ekstraksi dengan air panas dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tanin dibagi menjadi dua golongan berdasarkan struktur penyusunnya antara lain tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terhidrolisis terdiri dari turunan asam galat (galotanin) sedangkan tanin terkondensasi umumnya terdiri dari turunan flavan-3-ols(-)-epikatekin dan (+)-katekin (Hagerman 2002). Struktur kimia tanin terhidrolisis dan terkondensasi dapat dilihat pada Tabel 1. Spektrum FTIR dari tanin terhidrolisis (asam galat) dan tanin terkondensasi dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3, sedangkan tabel gugus fungsi dari ketiga bahan baku yaitu gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis hasil analisis FTIR dapat dilihat pada Lampiran 6.

(22)

9 Tabel 1 Struktur kimia tanin terhidrolisis dan terkondensasi

No Nama senyawa Struktur kimia

1 Asam galat (tanin terhidrolisis)

2 Flavan-3-ols(-)-epikatekin (tanin terkondensasi)

3

(+)-katekin

(tanin terkondensasi)

(23)

10

Gambar 3 Spektrum FTIR asam galat standar pada tanin terhidrolisis Sumber : Al-Mosawe dan Al-Saadi (2012)

Gambar 4 Spektrum FTIR pada ekstrak gambir asalan

(24)

11 cm-1, 1520 cm-1, 1412 cm-1 dan gugus karboksil dan hidroksil lainnya terdapat pada 1296 cm-1, 1250 cm-1,1203 cm-1,1149 cm-1, 1080 cm-1, 1026 cm-1. Hasil uji FTIR pada biji pinang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Spektrum FTIR pada ekstrak biji pinang

Biji pinang mengandung tanin dengan jenis tanin terkondensasi. Hal tersebut diketahui dari peak yang muncul yaitu gugus hidroksil alkohol, fenol pada tanin biji pinang terdapat pada puncak serapan 3425 cm-1, sedangkan C=C aromatik terdapat pada puncak serapan 1528 cm-1dan 1450 cm-1, gugus karboksil dan hidroksil lainnya terdapat pada 1288 cm-1 dan 1111 cm-1. Hasil uji FTIR pada kulit manggis dapat dilihat pada Gambar 6.

(25)

12

Struktur tanin pada kulit manggis juga merupakan tanin terkondensasi. Gugus hidroksil alkohol fenol pada tanin kulit manggis terdapat pada puncak serapan 3425 cm-1 sedangkan C=C aromatik terdapat pada puncak serapan 1412 cm-1 dan gugus karboksil dan hidroksil lainnya terdapat pada 1149 cm-1, 1080 cm -1

dan 1026 cm-1. Dengan adanya gugus fungsi penyusun tanin, maka penelitian dilanjutkan dengan mengukur kadar tanin tersebut.

Hasil karakterisasi bahan baku berupa rendemen tanin dapat dilihat pada Tabel 2. Konsentrasi tanin hasil pengeringan dari ketiga sampel tertinggi diperoleh dari biji pinang, diikuti oleh gambir asalan dan kulit manggis.

Tabel 2 Rendemen tanin dari bahan baku biji pinang, gambir asalan, kulit manggis

No Nama Sampel Rendemen tanin murni dari

bahan baku (%) 1 Biji pinang 0.5494±0.0011a

2 Gambir asalan 0.4503±0.0076b

3 Kulit manggis 0.1883±0.0027c

*a,b,c : huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Nilai dari kadar tanin setiap bahan digunakan untuk menghitung komposisi bahan dalam larutan inhibitor korosi pada tembaga. Tanin memiliki jenis yang berbeda-beda dalam setiap bahan sehingga berpeluang menghasilkan efek yang berbeda pula dalam kemampuan menghambat korosi. Pengaruh jenis tanin yang dikandung dalam setiap bahan dapat diketahui dengan menggunakan dosis inhibitor yang sama. Banyaknya yang digunakan mengacu pada hasil rendemen yang pada Tabel 2. Dengan menggunakan konsentrasi tanin yang sama dengan bahan yang berbeda maka akan dapat dianalisis pengaruh jenis tanin dari suatu bahan dalam mencegah korosi.

Pengaruh Jenis Inhibitor terhadap Laju Korosi Tembaga

(26)

13

Gambar 7 Grafik laju korosi terhadap pelat tembaga dengan dosis inhibitor sebesar 1.00% selama 24 jam

Mekanisme penurunan laju korosi pada tembaga adalah terbentuknya ikatan tembaga tanat yang stabil sehingga kompoten tembaga tidak terurai oleh ion klorida (zat korosif). Reaksi yang terjadi antara tembaga dan tanin membentuk lapisan tembaga tanan yang stabil. Pembentukan tembaga tanat dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Reaksi kimia pembentukan tembaga tanat

Tanin gambir asalan merupakan tanin terkondensasi yang mampu membentuk ikatan yang kuat dengan beberapa ion logam. Dibandingkan dengan tanin dari biji pinang dan kulit manggis, spektrum tanin terkondensasi dari gambir asalan memiliki peak yang lebih banyak di area 1300-1000 cm-1 yang menandakan kompleksitas yang lebih pada senyawa tanin pada gambir asalan sehingga memiliki bobot molekul yang lebih besar dan lebih stabil dalam berikatan dengan ion tembaga.

(27)

14

Pengaruh Konsentrasi Inhibitor terhadap Laju Korosi Tembaga

Penelitian lanjutan berupa penentuan pengaruh konsentrasi tanin dengan dosis inhibitor sebesar 0.00% (tanpa inhibitor), 0.50%, 0.75% dan 1.00% dilakukan dengan suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K. Grafik hubungan konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi tembaga pada suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Grafik hubungan konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi tembaga pada suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K dengan penambahan larutan inhibitor tanin dari gambir asalan

Terlihat bahwa laju korosi cenderung menurun seiring dengan penambahan konsentrasi larutan inhibitor, akan tetapi seiring peningkatan suhu, laju korosi meningkat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kairi dan Kassim (2012), dimana laju korosi logam yang direndam dalam 1 M HCl dengan kisaran suhu 308-328 K, semakin meningkat seiring meningkatnya suhu namun semakin menurun seiring peningkatan konsentrasi inhibitor. Hubungan konsentrasi inhibitor terhadap energi aktivasi pada suhu 303 K, 308 K, 313 K, dan 318 K dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai energi aktivasi pada tembaga dengan konsentrasi inhibitor 0.00%, 0.50%, 0.75% dan 1.00%

Konsentrasi inhibitor

(%) Energi aktivasi (J/mol) R

2

0.00 6285 0.864

0.50 26347 0.914

0.75 31551 0.858

(28)

15 Diketahui bahwa energi aktivasi pada blanko bernilai rendah menandakan permukaan logam lebih cepat bereaksi sehingga laju korosi semakin cepat. Namun pada unit percobaan dengan penambahan larutan inhibitor, energi aktivasi meningkat seiring naiknya konsentrasi larutan inhibitor, yang menandakan struktur permukaan logam yang lebih stabil sehingga laju korosi semakin menurun.

Sebagai konformasi bahwa peningkatan konsentrasi inhibitor berpengaruh pada inhibisi tembaga, telah dilakukan pengamatan penampakan tembaga pada ukuran sebenarnya (1:1) dan pada perbesaran 400 x. Penampakan logam tembaga dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan penampakan perendaman unit percobaan pada pengujian efisiensi inhibisi korosi dengan metode gravimetri dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 4 Penampakan tembaga setelah perendaman dalam larutan korosif dengan dan tanpa penambahan inhibitor selama 24 jam, 1x dan 400x perbesaran Konsentrasi

Inhibitor

Ulangan ke-

1 2 3

0,00%

0.50%

0.75%

1.00%

(29)

16

dalam larutan. Pada penelitian ini, larutan HCl tanpa inhibitor yang merendam tembaga ikut berubah warna pula menjadi biru kehijauan.

Berdasarkan hasil penelitian, logam yang direndam tanpa penambahan inhibitor (dosis inhibitor 0.00%) mengalami korosi terparah. Tembaga terkorosi merata pada seluruh permukaan logam yang ditandai dengan tekstur tembaga yang tidak rata dan membentuk struktur biru kehijauan. Pada penambahan inhibitor 0.50% pada ulangan pertama, kedua dan ketiga masih terlihat warna logam biru kehijauan namun sudah tidak sebanyak blanko. Penambahan inhibitor 0.75% dan 1.00%, korosi terlihat jauh lebih menurun ditandai oleh sangat sedikit ditemukannya warna biru kehijauan pada logam dan logam berwarna sedikit gelap dari gambar awalnya, selain itu permukaan tembaga tidak terurai menjadi kasar. Pada 0.75% dan 1.00% tidak tampak perbedaan hasil akhir yang mencolok sehingga dengan konsentrasi 0.75% sudah menujukkan hasil yang efektif dalam menghambat korosi. Adapun warna gelap pada tembaga disebabkan tanin memiliki zat warna coklat yang cukup pekat dan juga menandakan gugus hidroksil pada tanin sudah bereaksi dengan logam membentuk lapisan tembaga-tanat (Zelinka dan Stone 2011).

Berdasarkan warna yang terbentuk, dapat teridentifikasi senyawa yang terbentuk dari logam tembaga dengan ion klorida. Beberapa senyawa yang mungkin terbentuk antara lain atacamite, paratacamite dan botallacit. Atacamite dan paratacamite banyak ditemukan pada endapan mineral, produk industri, objek arkeolog dan sebagai produk korosi pada logam tembaga (Sherif 2012). Nama mineral yang dapat terbentuk dari disolusi tembaga dan ion klorida dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Mineral yang dapat terbentuk dari disolusi tembaga dan ion klorida

Nama mineral Rumus Kimia Nama kimia Warna

Atacamite Cu2(OH)3Cl Basic cupric chloride Hijau cerah hingga hijau gelap

Paratacamite CuCl2. 3Cu(OH)2

Basic cupric chloride Hijau cerah hingga hijau gelap

Botallacit Cu2(OH)3Cl.H2O Basic cupric chloride Biru kehijauan

IV SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(30)

17 dibandingkan dengan bii pinang dan kulit manggis. Penambahan inhibitor sebanyak 0.75% pada suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K efektif dalam menghambat laju korosi. Hal tersebut didukung dengan data penampakan logam yang tidak berubah menjadi biru kehijauan seiring penambahan konsentrasi inhibitor pada lingkungan korosif.

Saran

Saran untuk penelitian ini adalah diperlukannya metode aplikasi lanjutan terhadap larutan inhibitor berbahan dasar tanin sehingga mudah untuk digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mosawe EHA, Al-Saadi II. 2012. The extraction and purification of gallic acid from the pomegranate rind. Al-Mustansiriyah J Sci. 23(6):53-60.

[AOAC] Association of Analytical Chemists. 2005. Official Methods of Analysis of The Association of Analytical Chemists 952.03. Washinton DC (US):AOAC Int.

[ASTM] American Standard Testing and Material G102. 1994. Standard Practice for Calculation of Corrosion Rates and Related Information from

Electrochemical Measurements. Philadelphia(US): ASTM Comm.

[BPS Jambi] Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2012. Data Ekspor Pinang Provinsi Jambi. Jambi (ID): BPS Provinsi Jambi.

[BPS Kabupaten Lima Puluh Kota] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota. 2011. Kontribusi Komoditi Gambir Terhadap Sektor Pertanian. Kabupaten Lima Puluh Kota (ID): BPS Kabupaten Lima Puluh Kota.

[CDA] Copper Development Association. 2014. Annual Data Copper Suply and Consumption [internet]. New York (US): CDA Inc. hlm 1-21. [diunduh pada

2015 januari 2]. Tersedia pada :

http://www.copper.org/resources/market_data/pdfs/annual_data.pdf

Finšgar M, Milošev I. 2010. Inhibition of copper corrosion by 1,2,3-benzotriazole: A review.Corr Sci. 52(2010):2737–2749.

Fouda AS, Wanees S, Modrek A. 2011. Some hydrazone derivatives as corrosion inhibitors for iron in 3.5% H3PO4 solution. Afr J Pure Appl Chem. 5(8):224-236.

Gumbira-Said E, Syamsu K, Syarif RD, Evalia NA. 2010. Pemanfaatan tanin dari gambir sebagai produk peluruh dan pencegah karat pada logam. Di dalam: [BIC], editor. 103 Inovasi Paling Prospektif. Tangerang (ID):Business Innovation Centre

Hagerman AE. 2002. Tannin Handbook. Miami (US) : Hagerman Publ.

(31)

18

Hussin MH, Kassim MJ. 2010. Electrochemical studies of mild steel corrosion inhibition in aqueous solution by Uncaria gambir extract. J Phys Sci, 21(1):1–13.

Ibrahim MNM, Nadiyah MYN, Amirul AA. 2005. Extraction of tannin in oil palm empty fruit bunch as rust deactivator. Mater Sci Eng. 10(8):197-201.

Idrus RK. 2012. Tren perkembangan komoditi unggulan. J Eko STIE Haji Agus Salim Bukittinggi. 7(2):1-11

Kairi NI, Kassim J. 2013. The effect of temperature on the corrosion inhibition of mild steel in 1 M HCl solution by Curcuma longa extract. Int J Electrochem Sci. 8(2013):7138-7155.

Khaled I. 2007. Evaluation of cysteine as environmentally friendly corrosion inhibitor for copper in neutral and acidic chloride solutions.Electrochim Acta. 52(28):7811-7819. DOI: 10.1016/j.electacta.2007.02.053

Kumar KPV, Pillai MSN, Thusnavis GR. 2011. Green corrosion inhibitor from seed extract of Areca catechu for mild steel in hydrochloric acid medium. J Mater Sci. 46(15):5208-5215.

Kumar KPV, Pillai MSN, Thusnavis GR. 2011. Pericarp of the fruit of Garcinia mangostana as corrosion inhibitor for mild steel in hydrochloric acid medium.

J Portugal Electrochim Act. 28(6):373-383.

Loto CA. 2011. Inhibition effect of tea (Camellia sinensis) extract on the corrosion of mild steel in dilute sulphuric acid. J Mat Environ Sci. 2(4):335-344.

Obot IB, Obi-Egbedi NO, Umoren SA. 2009. Adsorption characteristics and corrosion inhibitive properties of clotrimazole for aluminium corrosion in hydrochloric acid. Int J Electrochem Sci. 4(2009):863-877.

Otmacˇic´ H, Stupnisˇek-Lisac E. 2003. Copper corrosion inhibitors in near neutral media. Electrochim Acta. 48(2003):985-991.

[PSE] Penn State Extention. 2015. Corrosive Water Problem [Internet]. Pennsylvania(US):PSE. Hlm 1-4 [diunduh pada 2015 Januari 6]. Tersedia pada: http://extension.psu.edu/natural-resources/water/drinking-water/water-testing/water-treatment/corrosive-water-problems

Peres RS, Cassel E, Azambuja DS. 2012. Black wattle tannin as steel corrosion inhibitor. ISRN Corr. 2012(12):1-9.doi:10.5402/2012/937920.

Ramos-Tejada MM, Dura´n JDG, Ontiveros-Ortega A, Espinosa-Jimenez M, Perea-Carpio R, Chibowski E. 2002. Investigation of alumina/(+)-catechin system properties part I: a study of the system by FTIR-UV–Vis spectroscopy.

Biointerfaces. 24(2002):297–308.

Singh MM, Rastogi RB, Upadhyay BN, Yadav M. 2003. Thiosemicarbazide, phenyl isothiocyanate and their condensation product as corrosion inhibitors of copper in aqueous chloride solutions. Mater Chem Phys. 80(1):283–293.

Shah AM, Rahim AA, Yahya S, Raja PB. 2011. Acid corrosion inhibition of copper by mangrove tannin. Pigment Resin Technol. 40(2):118–122

Schmitt G. 2009. Global Needs for Knowledge Dissemination, Research, and Development in Materials Deterioration and Corrosion Control. Texas (US): NACE Int.

(32)

19 Sherif EM. 2012. Electrochemical and gravimetric study on the corrosion and corrosion inhibition of pure copper in sodium chloride solutions by two azole derivatives. Int J Electrochem Sci. 7(2012):1482 – 1495.

Shreir LL. penemu; United States Patent Office (1958 Sept 30). Protective coating for metals. United States Patent Office US 2854368.

Varalakshmi C, Appa-Rao BV. 2001. Inhibition of corrosion of copper by 5‐mercapto‐3‐p‐nitrophenyl‐1,2,4‐triazole in aqueous environment. J Anti-Corr Methods Mater. 48(3):171-180.

Yadav M, Dipti ES. Dithiobiurets as corrosion inhibitors for copper in 3.5% NaCl solution. Port. Electrochim. Acta. 28(1):51-62.

Zarrouk A, Hammouti B, Zarrok H, Al-Deyab SS, Messali M. 2011. Temperature effect, activation energies and thermodynamic adsorption studies of l-cysteine methyl ester hydrochloride as copper corrosion inhibitor in nitric acid 2 m. Int J Electrochem Sci. 6(1):6261-6274.

(33)

20

(34)

21

Lampiran 1 Bahan dan alat utama penelitian

Gambir asalan Biji pinang kering

Kulit manggis kering Spray drier

ABB FTIR MB3800 Ultrasonic bath

Digital microscope Disc mill

(35)

22

Lampiran 2 Diagram alir ekstraksi tanin

Sumber Tanin

Pengecilan Ukuran

Pelarutan dengan air (H2O)

pada suhu 70° C

Penyaringan

Ampas Filtrat

Pengeringan dengan

Spray Drier

(36)

23

Lampiran 3 Diagram alir pengukuran kadar tannin

Pencampuran Hingga Larut

Tanin Bubuk Akuades

Penyaringan

Ampas Filtrat

Pencampuran Larutan

Na2CO3 jenuh

Larutan Folin Denis

Pengukuran Absorban dengan Panjang Gelombang 760

(37)

24

Lampiran 4 Diagram alir pembuatan larutan inhibitor korosi

Akuades Tanin Bubuk

Pemanasan pada Suhu 70° C

Pengadukan Pendinginan

Larutan Inhibitor

Korosi

(38)

25

Lampiran 5 Penampakan tanin hasil eksraksi dengan spray drier

Gambir asalan

Biji Pinang

(39)

26

Lampiran 6 Perincian gugus fungsi setiap bahan dan interaksinya

(40)

27

Lampiran 6 Perincian gugus fungsi setiap bahan dan interaksinya (lanjutan)

Gugus fungsi Peak Intensitas Gambir Pinang Kulit manggis

Fluorida 1400-1000 kuat 1373 1389 1373

1296 1288 1149

1250 1111 1080

1203 1026

1149 1080 1026

Klorida 800-600 kuat 617

Bromida, Iodida <600 kuat 579 532 579

532 486 532

486 447 486

(41)

28

(42)

29

Lampiran 8 Penampakan perendaman unit percobaan efisiensi inhibitor korosi dengan metode gravimetri

Penampakan awal unit percobaan gravimetri (t=0)

Tanpa inhibitor Inhibitor 0.50%

Inhibitor 0.75% Inhibitor 1.00%

(43)

30

RIWAYAT HIDUP

Resa Denasta Syarif lahir di Bandar Lampung tanggal 22 Desember 1988. Penulis merupakan putri pertama dari Ir. Riawan Syarif dan Nurmalasari, BBA. Penulis tercatat sebagai mahasiswa S1 Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor tahun 2006 dan berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 2010. Penulis lalu bekerja sebagai asisten riset Prof. Dr. Ir. Gumbira-Sa’id, MA. Dev (alm) dan bekerja di PT. Apparel Group hingga Agustus 2011. Penulis selanjutnya melanjutkan program magister pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor tahun 2011.

Selama mengikuti aktifitas perkuliahan, penulis pernah mendapatkan

penghargaan “103 Inovasi paling Prosepektif” dari Kementrian Riset dan

Teknologi dengan judul riset “Studi Pemanfaatan Tanin dari Gambir sebagai

Produk Peluruh dan Anti Karat”. Penulis aktif pula sebagai pemakalah dalam kegiatan seminar antara lain dalam 3rd International Agriculture Student Symposium in Universitas Putra Malaysia (UPM) tahun 2012 di Malaysia, Good Practice Program, Niigata University tahun 2012 di Jepang, Tri-University International Joint Seminar tahun 2012 di Indonesia and Seminar Tahunan Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) tahun 2013 di Indonesia. Selain mengikuti seminar, penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di Weidmann (perusahaaan yang bergerak di bidang hortikultura dan produksi wine) di Embrach, Switzerland tahun 2013 melalui kegiatan pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh lembaga International Association of Student in Agricultural and Related Sciences (IAAS) World.

Hasil penelitian tesis penulis telah diterbitkan pada Journal of Chemistry and Materials Research, The International Institute for Science, Technology and Education (IISTE) ISSN (Paper) 2224-3224, ISSN (Online)2225-0956 dengan

judul “Utilization of Natural Tannin Extract for Copper Corrosion Inhibitor in

Gambar

Gambar 1  Diagram Alir Penelitian
Tabel 1  Struktur kimia tanin terhidrolisis dan terkondensasi
Gambar 3  Spektrum FTIR asam galat standar pada tanin terhidrolisis
Gambar 5  Spektrum FTIR pada ekstrak biji pinang
+5

Referensi

Dokumen terkait

1) Humas berperan dalam Pencitraan Universitas Sam Ratulangi Manado dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa Humas dengan informasinya mampu memberi pengetahuan

Tarif Fantastis adalah tarif internet AHA dengan menggunakan Fair Usage Policy (FUP), apabila sudah mencapai FUP, maka akan ditawarkan menggunakan tarif berbayar atau jika tidak

Ini adalah Rencana Bisnis awal dari European Crypto Bank (ECB, sebuah perusahaan yang terdaftar dan didirikan di London pada bulan Juli 2014, dengan kemitraan Forgues Gestion

Bahwa oleh karena semua unsur-unsur dari dakwaan alternative kedua dari Penunut Umum yaitu melanggar Pasal 82 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 2013

Desa Sendangmulyo memiliki nilai TP yang rendah walaupun perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada wilayah ini merupakan perubahan penggunaan lahan yang paling tinggi, hal

Penetapan prioritas masalah yang dihadapi oleh mitra merupakan hasil kesepakatan bersama antara tim pengabdi dengan mitra. Karena kedua UKM merupakan usaha kuliner

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang Penggantian Biaya Kepada Saksi Atau Ahli Dalam

menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Sedangkan penggunaan sistem yang baru dengan berbasis komputer diharapkan informasi yang dihasilkan lebih efektif dan dapat