BALURAN
ALDI ANDREAN
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Pengelolaan Wisata Alam Berdasarkan Standar Nasional Indonesia di Taman Nasional Baluran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Aldi Andrean
ABSTRAK
ALDI ANDREAN. Evaluasi Pengelolaan Wisata Alam Berdasarkan Standar Nasional Indonesia di Taman Nasional Baluran. Dibimbing oleh E K S HARINI MUNTASIB dan EMY ENDAH SUWARNI.
Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah membuat Standar Nasional Indonesia (SNI) 8013: 2014 tentang pengelolaan wisata alam. SNI tersebut memiliki prinsip-prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan yang berfungsi sebagai panduan bagi pengelola yang menyelenggarakan kegiatan wisata alam. Pengelolaan wisata alam dikatakan baik apabila telah memenuhi prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan wisata alam (BSN 2014). Pengelolaan wisata alam dengan konsep standarisasi di TNB bertujuan agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan rakyat dapat meningkat tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan kepentingan generasi yang akan datang. Pengelolaan wisata alam di Taman Nasional Baluran mencoba menerapkan konsep standarisasi dengan menggunakan SNI untuk melihat kesenjangan antara realitas pengelolaan dengan idealnya yaitu SNI. Hasil pencapaian pengelolaan wisata alam yang dievaluasi dengan SNI dan skoring skala likert menunjukan adanya kesesuaian antara pengelolaan wisata di TNB dengan SNI mengenai pengelolaan wisata alam tahun 2014. Kesesuaian ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 4,21 yang masuk kedalam kategori baik.
Kata kunci: taman nasional Baluran, pengelolaan wisata alam, SNI
ABSTRACT
ALDI ANDREAN. Evaluation of Nature Tourism Management Based on Standar Nasional Indonesia in Baluran National Park. Supervised by E K S HARINI MUNTASIB and EMY ENDAH SUWARNI.
Badan Standarisasi Nasional (BSN) has made the for Standar Nasional Indonesia (SNI) 8013:2014 the management of natural tourism with the principles, criteria and indicators management as a nature guide management of nature in the forest area which organizes nature tourism activities. Standardization concept of nature is one alternative to develop the region into a tourist destination due regard to environmental conservation by using the resource potential as well as local culture. This concept has an indicator in accordance with the principles of ecological and economic sustainability, it is necessary to evaluate the management of natural tourism Baluran National Park are standardized by using SNI order to see the gap between the reality of a state that is ideally with SNI. Nature park management evaluated by SNI and scoring Likert scale. Results showed compatibility between tourism management in Baluran National Park with SNI. Compliance is indicated by an average value of 4.21 were entered into either category.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
EVALUASI PENGELOLAAN WISATA ALAM BERDASARKAN
STANDAR NASIONAL INDONESIA DI TAMAN NASIONAL
BALURAN
ALDI ANDREAN
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi Pengelolaan Wisata Alam Berdasarkan Standar Nasional Indonesia di Taman Nasional Baluran. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr E K S Harini Muntasib, MS dan Ir Emy Endah Suwarni, MSc selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan semangatnya kepada penulis. Penghargaan penulis sampaikan kepada Balai Taman Nasional Baluran atas izin yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dilokasi Taman Nasional Baluran.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu serta adikku atas doa dan semangatnya kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Anxious Yoga, Dendi Giovana, Pratiwi Primatirta, Rosalina Alvionita, Rahmi Nur Khairiah terima kasih telah menemani dan membantu penulis dalam pengambilan data serta pembuatan peta. Keluarga KSHE 47 (Nepenthes rafflesiana 47), Dosen berserta Staf DKSHE dan Fakultas Kehutanan, Himakova, atas kekeluargaan dan pengalamannya selama ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, April 2016
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Alat, Subyek dan Objek 3
Jenis Data dan Metode Pengambilan Data 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
SNI No 1 Pengelolaan Wisata Alam Mengenai Kelestarian Fungsi
Ekosistem 6
SNI No 2 Kelestarian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) 12
SNI No 3 Kelestarian Sosial Budaya 16
SNI No 4 Kepuasan, Keselamatan dan Kenyamanan Pengunjung 21
SNI No 5 Prinsip Manfaat Ekonomi 25
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 28
DAFTAR TABEL
1 Alat yang digunakan pada kegiatan penelitian 3
2 Jenis dan metode pengumpulan data 3
3 Indikator SNI lansekap alami 7
4 Indikator SNI terpeliharanya spesies 9
5 Flora yang ditemukan kawasan TNB 9
6 Fauna khas kawasan TNB 10
7 Indikator SNI terpeliharanya ODTW utama 13
8 Pertimbangan tapak 13
9 Indikator SNI terpeliharanya ODTW utama 14
10 Indikator SNI pencegahan dan penanganan vandalisme 15
11 Indikator SNI modal sosial 17
12 Indikator SNI modal sosial 18
13 Indikator SNI keterbukaan akses 20
14 Data pengunjung Taman Nasional Baluran tahun 2006-2010 21
15 Indikator SNI pelayanan prima 22
16 Indikator SNI terjaminnya keselamatan pengunjung dan sumberdaya 23
17 Indikator SNI interpretasi 24
18 Indikator SNI manfaat bagi masyarakat 26
19 Indikator SNI manfaat bagi pemerintah 27
DAFTAR GAMBAR
1 Peta Kawasan Taman Nasional Baluran 2
2 a) Lansekap savana Bekol, b) Lansekap pantai Bama 6
3 a) Bos Javanicus, b) Pavo muticus 10
4 Desain tapak bama 11
5 Desain tapak Bekol 11
6 Upacara petik laut 17
7 Desain tapak candibang 18
8 Peta aksesibilitas lokasi zona pemanfaatan 20
9 Kepuasan pengunjung 22
10 Keamanan pengunjung 24
11 Interpretasi objek wisata Manting 25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Nasional Baluran (TNB) merupakan salah satu taman nasional tertua di Indonesia, pengembangan wisata berbasis kehidupan liar dan memiliki savana yang menjadi objek daya tarik wisata utama. TNB ditetapkan menjadi taman nasional pada tahun 1980 oleh Menteri Kehutanan (Dephut 2011). Pengembangan wisata alam di TNB khususnya Resort Bama berbasis satwa liar dengan 26 jenis mamalia dan 155 jenis burung (Dephut 2011). TNB merupakan perwakilan ekosistem hutan kering di Pulau Jawa dengan sekitar 40 persen tipe vegetasi savana mendominasi kawasan (Dephut 2011). Savana Baluran memiliki tipe yang sama dengan savana di Afrika, yaitu tipe savana tropika yang hijauannya melimpah di musim penghujan dan berkurang di musim kemarau (Sabarno 2001). Wisata alam di TNB memiliki keunikan dengan lansekap dan ekosistem yang tidak selalu dapat ditemukan di daerah atau di negara lain, maka perlu adanya pengelolaan pemanfaatan dengan sebaik-baiknya dengan konsep standarisasi. Pengelolaan wisata alam dengan konsep standarisasi di TNB bertujuan agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan rakyat dapat meningkat tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan kepentingan generasi yang akan datang.
Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah membuat Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pengelolaan wisata alam dengan prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan wisata alam sebagai panduan pengelolaan wisata alam di kawasan hutan yang menyelenggarakan kegiatan wisata alam. Pengelolaan wisata alam dikatakan baik apabila telah memenuhi prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan wisata alam (BSN 2014). Pengelolaan wisata alam yang baik dapat meningkatkan kepuasan pengunjung, meningkatkan kemampuan SDM pengelola, meningkatkan kemampuan masyarakat yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dan menjaga kelestarian ekologi. Pengelolaan wisata alam di kawasan hutan yang ingin diakui, dapat mengajukan kepada BSN untuk mendapatkan pengakuan. Wisata alam di kawasan hutan salah satunya terdapat di taman nasional. Wisata di TNB dikelola oleh balai TNB.
Konsep standarisasi wisata alam merupakan alat untuk mengembangkan suatu kawasan menjadi tujuan wisata yang tetap memperhatikan konservasi lingkungan dengan menggunakan potensi sumberdaya serta budaya masyarakat lokal. Konsep ini memiliki indikator yang sesuai dengan asas kelestarian ekologi dan ekonomi.
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini :penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi pengelola Taman Nasional Baluran sebagai gambaran mengenai pengelolaan wisata alam dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Bagi Badan Standar Nasional (BSN) sebagai gambaran penerapan SNI mengenai pengelolaan wisata alam.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari-Maret 2014 di Taman Nasional Baluran, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur (Gambar 1). Wawancara pengelola, pengunjung, masyarakat, observasi bertempat di Taman Nasional Baluran (TNB), khusunya wilayah zona pemanfaatan intensif Seksi Pengelolaan Taman Nasional 1 Bekol terdiri dari Resort Bama Blok Savana Bekol dan desa penyangga Taman Nasional.
Alat, Subyek dan Objek
Subyek dalam penelitian ini adalah pengelola TNB, pengunjung, masyarakat Desa Sumberayar, Desa Sumberwaru dan Kepala Pemerintahan Desa sedangkan objek dalam penelitian ini yakni lokasi Wisata di TNB khusunya kawasan Resort Bama. Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat yang digunakan pada kegiatan penelitian
No Nama Kegunaan
1 Peta TNB Panduan penentuan lokasi selama kegiatan pengamatan dan wawancara
2 Alat tulis Mencatat hasil pengamatan
3 Panduan wawancara Panduan dalam kegiatan wawancara 4 Kamera digital Dokumentasi kegiatan
5 Tally Sheet Penulisan hasil potensi satwa liar dan potensi
wisata
Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
Jenis dan metode pengambilan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Jenis data yang diambil merupakan prinsip,kriteria dan indikator pada SNI pengelolaan wisata alam.
Tabel 2 Jenis dan metode pengumpulan data
Jenis Data Elemen Sumber
Data
b. Terpeliharanya spesies langka/endemik/dilindungi
a. Objek daya tarik wisata alam utama tetap ada
b. Sumberdaya atau lingkungan lain sebagai pendukung c. Vandalism tidak ada
Pengelolaan
a. Pelayanan prima b. Interpretasi
c. Keselamatan pengunjung dan sumberdaya wisata
a. manfaat ekonomi masyarakat b. manfaat ekonomi pengusaha c. manfaat ekonomi pemerintah
4
Penelusuran dokumen/studi pustaka
Penelusuran dokumen/studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data Pengelolaan Taman Nasional (RPTN), fungsi dan tujuan Taman Nasional, peran
stakeholder, kebijakan pengelolaan dan desain tapak. Sumber data didapatkan dari laporan tahunan, internet dan tulisan ilmiah terkait dengan penelitian.
Wawancara
Wawancara yang diterapkan adalah wawancara terstruktur (menggunakan panduan wawancara) serta wawancara tidak terstruktur (in depth-interview). Adapun pemilihan responden adalah sebagai berikut:
Pihak Balai TNB
Wawancara terhadap pihak Balai TNB dimaksudkan untuk mengetahui sistem pengelolaan wisata alam di Baluran khususnya Resort Bama blok Bekol yang menjadi pusat wisata. Responden dari pihak Balai TNB adalah Kepala TNB, Kepala Seksi Wilayah I Bekol, Kepala Resort Bama dan para staf lain yang terlibat atau cukup mengerti tentang wisata alam di Resort Bama blok Bekol. Pengambilan responden berdasarkan Key Informan atau informan kunci yang mengelola wisata di TNB.
Pengunjung
Wawancara pengunjung menggunakan metode accidental sampling dengan total pengunjung yang diwawancarai sebanyak 40 orang. Pengumpulan data pengunjung dilakukan dengan wawancara terstruktur dengan tujuan untuk meminimalkan kesalahpahaman pengunjung dalam menangkap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Menurut walpole (1982) pengambilan jumlah sample
secara statistik minimal sebanyak 30 orang yang data tersebut mendekati sebaran normal.
Masyarakat lokal
Responden dari masyarakat lokal dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam kepada masyarakat yang terlibat dalam wisata alam di Resort Bama (pengurus, pencari nafkah), masyarakat yang beraktivitas di sekitar kawasan TNB serta masyarakat Desa Wonorejo. Total penduduk lokal diperoleh sebanyak 40 orang.
Observasi
Bentuk observasi yang dilakukan pada penelitian yaitu kegiatan verifikasi data yang telah di peroleh dari wawancara dan penelusuran dokumen. Observasi dilakukan untuk membuktikan data hasil wawancara dan penelusuran dokumen agar data/informasi yang dihasilkan objektif.
Analisis Data
stakeholder, realitas pengelolaan dan prinsip pengelolaan wisata SNI. Realitas pelaksanaan pengembangan wisata alam TNB selanjutnya akan dibandingkan dengan kriteria dan kerangka pengembangan indikator pengelolaan wisata alam SNI yaitu:
1. Kelestarian ekosistem
-Terpeliharanya lansekap alami
-Terpeliharanya Keberadaan spesies endemik/ langka/ dilindungi 2. Terpeliharanya Objek daya tarik wisata (ODTWA) utama tetap ada
-Terpeliharanya Sumberdaya lain/ lingkungan yang mendukung untuk kegiatan wisata
- Vandalisme tidak ada 3. Kelestarian social budaya
-Modal sosial
-Terpeliharanya Kelestarian Sosial budaya
-Keterbukaan akses (Akses jalan dan akses informasi) 4. Kepuasan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung
-Terlaksananya Pelayanan prima
-Terlaksanakannya Interpretasi sumberdaya alam yang digunakan sebagai daya tarik Wisata alam
- Terjaminnya keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek 5. Manfaat Ekonomi
-Manfaat bagi masyarakat -Manfaat bagi pengusaha -Manfaat bagi pemerintah
Skala likert menggunakan beberapa butir pertanyaan untuk mengukur persepsi individu dengan merespon 5 titik pilihan pada setiap butir pertanyaan, sangat setuju, setuju, tidak memutuskan, tidak setuju dan sangat tidak setuju (Likert 1932). Analisis skala likert telah dimodifikasi menggunakan 5 titik. Teknik ini digunakan untuk mengukur persepsi pengelola yang dilakukan. Skoring 1 sampai 5 yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan pertanyaan yang telah dibuat dan pembatasan jawaban. Adapun kriteria skoring dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Tidak sesuai/ sangat buruk 2 Kurang sesuai/ buruk 3 Cukup sesuai/ cukup baik 4 Sesuai/ baik
5 Sangat sesuai/ sangat baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
alam di kawasan hutan atau kawasan lainnya (daratan dan perairan) untuk para pihak yang menyelenggarakan kegiatan pariwisata alam. Konsep SNI wisata alam apabila diterapkan di TNB akan menghasilkan pencapaian pengelolaan diuraikan sebagai berikut:
SNI No 1 Pengelolaan Wisata Alam Mengenai Kelestarian Fungsi Ekosistem Taman Nasional Baluran memiliki keterwakilan ekosistem hutan musim, savana, hutan pantai hingga mangrove (Balai Taman Nasional Baluran 2002). Lokasi penelitian di Resort Bama terdapat ekosistem dominan yaitu savana dan hutan pantai. Kelestarian fungsi ekosistem sangat penting mengingat memudahkannya mengevaluasi dan mengimplementasi kebijakan ekologi. Posisi manusia dalam ekosistem memiliki peran yang sangat penting, bertolak dari hal tersebut maka pengelola harus paham akan prinsip kelestarian fungsi ekosistem. Kelestarian fungsi ekosistem dalam SNI dapat dilihat dari keadaan lansekap alami dan keberadaan spesies endemik/langka/dilindungi. Hasil dari penilaian pengelolaan menggunakan skala likert tentang kelestarian fungsi ekositem, pengelolaan terebut memiliki nilai 4 yang tergolong dalam katagori baik.
SNI No 1.1 Terpeliharanya lansekap alami
Penataan fungsi ruang dan pengamanan terhadap lansekap alami sesuai dengan SNI. Hal ini terlihat dari adanya sistem zonasi dan pembuatan desain tapak. Desain tapak di TNB sesuai dengan UU 5 tahun 1990 yang menjelaskan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Hasil dari perhitungan dengan menggunakan skala likert pengelolaan TNB mengenai lansekap alami memiliki nilai 4 yang tergolong baik dengan indikator (Tabel 3).
Pengelolaan distribusi pengunjung hanya ada satu jalur resmi dari pintu kantor Balai Batangan menuju objek wisata savana dan Pantai Bama. Terdapat papan interpretasi yang minim dengan kondisi kurang baik selain itu terdapat juga penyediaan sistem informasi yang berupa lisan di visitor center dan liflet yang berisikan informasi persuasive untuk mendukung pemeliharaan lansekap alami (Gambar 2).
Gambar 2 a) Lansekap savana Bekol, b) Lansekap pantai Bama
Tabel 3 Indikator SNI lansekap alami
No Indikator Lansekap Alami Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan pengamanannya
memperhatikan potensi sumberdaya dan kaidah-kaidah yang berlaku
termasuk norma dan estetika
Penataan fungsi ruang dan pengamanan terhadap lansekap alami sesuai. Hal ini terlihat dari adanya sistem zonasi dan pembuatan desain tapak yang
memperhatikan potensi sumberdaya dan kaidah yang berlaku termasuk norma dan estetika
2 Pengelolaan produk wisata alam yang didasarkan atas informasi daya dukung potensi sumberdaya dan monitoring-evaluasi kegiatan pengelolaan untuk perbaikan yang kontinyu
Pengelolaan produk wisata alam belum didasarkan atas informasi daya dukung potensi sumberdaya karena belum adanya penelitian mengenai daya dukung.
3 Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung pemeliharaan lansekap alami
Pengelolaan distribusi pengunjung sudah dilakukan dan penyediaan sistem informasi yang mendukung pemeliharaan lansekap alami baik berupa lisan maupun tulsian
4 Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang mendukung pemeliharaan lansekap alami
Dalam mendukung pemeliharaan lansekap alami penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana dilakukan dengan teknologi yang ramah lingkungan. Bangunan kantor, kamar mandi dan failitas lainnya masih dalam minimum area yang digunakan dalam zona pemanfaatan.
5 Penataan kelembagaan yang mendukung efektifitas pemeliharaan lansekap alami
Penataan kelembagaan telah dilakukan untuk mendukung efektifitas pemeliharaan lansekap alami dengan adanya kegiatan survei potensi lokasi wisata alam
6 Pengelolaan dampak negatif dan bahaya kegiatan
pengelolaan terhadap
pemeliharaan lansekap alami
Terdapat dampak negatif dari pengelolaan lansekap alami yaitu penyebaran alien spesies (acacia neliotica) yang saat ini sedang dilakukan pemberantasan
8
Berdasarkan penataan kelembaagan sumberdaya manusia dan keuangan dikelola oleh sub bagian Tata Usaha bagian Konservasi, Humas, Pemanduan dan Pelayanan dengan tugas dan fungsi sebagai berikut;
1. Melaksanakan tugas pengelolaan sumberdaya alam hayati, identifikasi dan inventarisasi sumberdaya alam hayati, pembinaan habitat dan populasi daya alam hayati, monitoring dan evaluasi.
2. Melakukan survey tempat-tempat yang berpotensi untuk dijadikan wisata.
3. Menghimpun bahan/dokumen yang terkait dengan telaah kegiatan konservasi, humas, pemanduan dan pelayanan.
4. Mengolah, mengkaji, menyusun konsep surat hasil telaah kegiatan konservasi, humas, pemanduan dan pelayanan.
5. Melaksanakan administrasi dan pelayanan, pengurusan serta penanganan permasalahan internal dan eksternal terkait dengan pengelolaan, perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari KSDH-E dan kawasan.
6. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan, baik lisan maupun tertulis.
SNI No 1.2 Terpeliharanya spesies (flora/fauna) langka/endemik/dilindungi Keberadaaan spesies endemik/langka/dilindungi merupakan salah satu dari kerangka pengembangan kelestarian fungsi ekosistem. Spesies endemik yaitu semua jenis sumber daya alam nabati (flora) dan hewani (fauna) yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang merupakan jenis asli atau bukan jenis asli tetapi sudah lama berada pada habitat aslinya dalam suatu wilayah tertentu (UU No. 5/1990). Spesies langka yang dimaksud adalah semua jenis sumber daya alam nabati (flora) dan hewani (fauna) yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang keberadaannya sudah sulit dijumpai (langka) di habitat aslinya atau habitat buatannya (UU No. 5/1990). Sedangkan spesies yang dilindungi yaitu semua jenis sumber daya alam nabati (flora) dan hewani (fauna) yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang dilarang untuk dipelihara, diperjual belikan, dan dipertukarkan dalam rangka mempertahankan populasi dan habitatnya (UU No. 5/1990).
Status perlindungan hukum keberadan spesies dapat di lihat dari daftar PP no.77 tahun 1999 dan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dan status untuk langka dilihat dari
Tabel 4 Indikator SNI terpeliharanya spesies No Terpeliharanya Keberadaan
spesies endemik/ langka/ dilindungi
Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan pengamanannya memperhatikan keberadaan jenis-jenis
endemik/langka/dilindungi
Penataan yang dibuat sudah memperhatikan keberadaan jenis spesies endemik/langka/ dilindungi di TNB. Penataan desain tapak dibuat menghindari gangguan yang besar terhadap keberadaan spesies tersebut tanpa menghilangkan kaidah norma dan estetika.
2 Pengelolaan produk wisata alam yang didasarkan pada daya dukung potensi sumberdaya
Pengelolaan produk wisata alam belum didasarkan pada daya dukung potensi sumberdaya karena belum adanya penelitian untuk daya dukung produk wisata.
3 Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang
mendukung pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi
Telah dilakukan pengelolaan ditribusi dan sitem informasi dilakukan oleh pihak balai TNB dengan cara lisan maupun tulisan mengenai
endemik/langka/dilindungi . 4 Penyediaan dan pengelolaan
sarana prasarana yang
mendukung pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi
Penyedian sarana dan prasarana telah dilakukan untuk memelihara terlihat dari berbagai jenis-jenis
endemik/langka/dilindungi macam sarana.
5 Penataan kelembagaan yang mendukung efektifitas pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi
Penataan kelembagaan sudah menunjang pemeliharaan dengan adanya kegiatan berupa inventariasi jenis-jenis endemik/langka/dilindungi dan pengelolaan habitat
6 Pengelolaan dampak negatif dan bahaya kegiatan pengelolaan terhadap pemeliharaan jenis endemik/langka/dilindungi.
Belum terlihat adanya dampak negatif dari pengelolaan terhadap
pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi.
Tabel 5 Flora yang ditemukan kawasan TNB
No Nama
10
Tabel 6 Fauna khas kawasan TNB
No Nama lokal Nama jenis IUCN Redlist CITES PP No 7 1 Banteng Bos javanicus Endangered - Dilindungi
2 Kerbau liar Bubalus bubalis - - -
3 Macan tutul Panthera pardus
Near Threatened APX I Dilindungi
4
6 Lutung jawa Trachypitheus auratus
9 Kangkareng Anthracoceros convexus
Near Threatened APX II
-
11 Raja Udang Halcyon cyanoventris
Least Concern - -
Pada tabel 6 keseluruhan spesies tumbuhan khas TNB yang ditemui tidak terdapat jenis yang dilindungi baik secara PP maupun CITES dan tingkat kelangkaannya pun belum ada di daftar IUCN Redlist. Pada tabel 7 ada beberapa spesies yang dilindungi secara PP maupun CITES yang memiliki status APPENDIX II yang berarti harus terdapatnya tujuan tertentu untuk di perdagangkan (Gambar 3). Selain itu terdapat berbagai macam status kelangkaan khususnya jalak abu dan macan tutul.
Gambar 3 a) Bos Javanicus, b) Pavo muticus
Penataan fungsi ruang dan pengamanan kelestarian ekosistem sudah memperhatikan keberadaan jenis spesies enedemik/langka/dilindungi dengan kaidah yang berlaku termasuk norma dan estetika. Hal tersebut dapat dilihat dari desain tapak Bama (Gambar 4) dan Bekol (Gambar 5) yang dikelola dengan penataan untuk pengamanan kelestarian ekosistem.
a )
Gambar 4 Desain tapak Bama
12
Pengelolaan distribusi pengunjung hanya ada satu jalur resmi dari pintu kantor balai Batangan menuju objek wisata savana dan pantai Bama. Sistem informasi yang mendukung pemeliharaan jenis spesies endemik/langka/dilindungi terdiri dari papan interpretasi, website, sosial media (facebook, twitter), dan
leaflet. Kondisi papan interpretasi yang ada di TNB kurang baik dan jumlahnya sedikit. Sistem informasi berupa sosial media dan leaflet sudah baik dan informasinya sudah persuasive untuk mendukung pemeliharaan spesies endemik/langka/dilindungi.
Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang mendukung pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi sudah sesuai dengan standar SNI. Sarana prasarana yang mendukung pemeliharaan spesies tersebut terdiri dari kubangan tempat minum satwa, tempat pengasinan (salt klit), bak penampungan minum satwa, menara peninjau permanen (bekol, savana, bama), monoculair night/bushnell, binoculair night/ bushnell. Kondisi sarana prasaran masih dapat di gunakan dengan baik.
SNI No 2 Kelestarian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)
Taman Nasional Baluran memiliki kedua jenis ODTWA tetapi pada Resort Bama lebih diutamakan berwujud keadaan alam, flora dan fauna. Berdasarkan hasil wawancara, TNB memiliki 2 ODTWA utama yang berlokasi di Resort Bama yaitu padang savana Bekol dan pantai Bama. Daya tarik yang ada di suatu tempat wisata perlu diperhatikan karena daya tarik wisata tersebut dapat menarik pengunjung untuk mengujungi tempat wisata tersebut. Pernyataan tersebut didukung oleh Suwantoro (1997) yang menyatakan bahwa daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. ODTWA juga merupakan salah satu prinsip dalam SNI yang memiliki 3 indikator yaitu ODTWA utama tetap ada, Sumberdaya lain/lingkungan yang mendukung, pencencegahan dan penangan vandalime. Hasil dari penilaian kelestarian ODTWA memiliki nilai 4 yang tergolong baik.
SNI No. 2.1 Terpeliharanya ODTW utama
Hasil penilaian dari ODTW utama dalam skala likert yaitu 3 termasuk dalam katagori cukup baik dengan indikator (Tabel 7). Objek daya tarik wisata utama di TNB masih tetap ada yaitu kehidupan satwa liar di savana dengan pemandangan Gunung Baluran dan Pantai Bama yang terdapat di SPTN 1 Resort Bama.
Objek daya tarik wisata utama di TNB masih tetap ada yaitu kehidupan satwa liar di savana dengan pemandangan Gunung Baluran dan Pantai Bama yang terdapat di SPTN 1 Resort Bama. Penataan fungsi ruang dan pengamananya telah mempertimbangkan prosedur, sumberdaya manusia dan sarana prasarana (Tabel 8).
sudah pernah ada hanya saja pada tahun 2010 telah vakum. Penataan kelembagaan (SDM dan keuangan) yang telah mampu mengidentifikasi dan berorientasi pada kelestarian ODTW utama.
Tabel 7 Indikator SNI terpeliharanya ODTW utama No Terpeliharanya Objek daya
tarik wisata (ODTW) utama
Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan pengamanannya
memperhatikan ODTW utama pada kawasan tersebut
Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya telah memperhatikan ODTW utama seperti kawasan savana dengan objek daya tarik wisata utamanya atraksi satwa liar
2 Pengelolaan produk wisata alam mengutamakan keunggulan ODTW utama
Pengelolaan produk wisata alam di TNB belum ada penyusunan program/ paket wisata dan pemasaran. Dalam
pengelolaan produk (penyusunan program/ paket wisata dan pemasaran) hanya mengandalkan agen travel. 3 Perencanaan pengelolaan
memperhatikan kelestarian ODTW
Perencanaan pengelolaan telah memperhatikan kelestarian ODTW
4 Perencanaan transportasi dan akomodasi
mengunggulkan kelestarian ODTW utama
Perencanaan transportasi dan akomodasi belum ada
5 Penataan kelembagaan berorientasi pada kelestarian ODTW utama
Penataan kelembagaan (SDM dan keuangan) mampu berorientasi pada kelestarian ODTW utama
6 Pengelolaan dampak negatif dan bahaya akibat kegiatan pengelolaan terhadap kelestarian ODTW utama
Belum adanya dampak negatif dan bahaya akibat kegiatanpengelolaan ODTW
Tabel 8 Pertimbangan tapak
Tapak Dasar Pertimbangan Arahan Ruang
Bama 1. Daya Tarik tinggi Pantai pasir putih, terumbu karang, ikan hias, mangrove,
bird watching 2.Pengunjung ramai 3.Sapras/fasilitas lengkap
4.Akses jalan aspal, angkutan umum tidak ada
ruang 3. Sapras/ fasilitas lengkap
4. Akses jalan aspal, angkutan umum tidak ada
14
SNI No. 2.2 Pengembangan sumberdaya lain/lingkungan yang mendukung
Jenis sumberdaya lain yang mendukung untuk kegiatan wisata selain kawasan hutan taman nasional yaitu kawasan pedesaan atau desa penyangga. Kawasan desa penyangga TNB terdiri atas 5 desa penyangga yaitu Sumberwaru, Sumberanyar, Wonorejo (Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo) juga Bajulmati dan Watukebo (Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi). Desa-desa tersebut membentuk pola melingkar mengelilingi kawasan TNB. Luas keseluruhan daerah penyangga Taman Nasional Baluran adalah 21.296,89 ha (desain tapak TNB). Secara geografis hanya dua desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan Baluran yaitu, Desa Sumberwaru dan Desa Wonorejo. Masyarakat kedua desa tersebut yang sering berinteraksi dengan hutan Baluran sehingga mempunyai posisi yang penting terhadap keberadaan kawasan pelestarian TNB yakni sebagai daerah perbatasan dan sekaligus sebagai pintu gerbang untuk memasuki kawasan yang melewati darat. Hasil dari kriteria sumberdaya lain/lingkungan yang mendukung ODTW utama memiliki nilai 4 yang tergolong katagori baik dengan indikator (Tabel 9).
Tabel 9 Indikator SNI terpeliharanya ODTW utama
No Terpeliharanya Sumberdaya lain/
lingkungan yang mendukung untuk kegiatan wisata
Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan pengamanan
lingkungan untuk mendukung kelestarian ODTW utama
Penataan fungsi ruang dan pengamanan lingkungan ditujukan untuk mendukung kelestarian ODTW utama
2 Pengelolaan produk wisata alam
(penyusunan program/ paket wisata dan pemasaran) sumberdaya lain/
lingkungan diberi kelonggaran dalam pengembangannya
Pengelolaan produk wisata alam (penyusunan program/ paket wisata dan pemasaran) sumberdaya lain/
lingkungan telah diberi kelonggaran dalam pengembangannya dan monitoring-evaluasi kegiatan
pengelolaan dilakukan untuk perbaikan yang kontinyu.
3 Perencanaan pada sumberdaya lain/
lingkungan lebih bebas dikembangkan sebagai objek wisata
Perencanaan (interpretasi, distribusi, keamanan, keselamatan pengunjung dan sistem informasi) pada sumberdaya lain/ lingkungan lebih bebas
dikembangkan sebagai objek wisata dan tidak mengganggu ODTW utama
4 Perencanaan transportasi dan
akomodasi dilakukan dengan
memperhatikan keberadaan sumberdaya lain dan lingkungannya.
Perencanaan transportasi dan akomodasi telah dilakukan dengan memperhatikan keberadaan sumberdaya lain dan lingkungannya.
5 Penataan kelembagaan (SDM dan
keuangan) yang mampu mengidentifikasi kelestarian sumberdaya lain/ lingkungan
Penataan kelembagaan (SDM dan keuangan) mampu mengidentifikasi kelestarian sumberdaya lain/
lingkungan
6 Pengelolaan dampak dan bahaya akibat
kegiatan pengelolaan terhadap kelestarian sumberdaya lain/ lingkungan
Penataan fungsi ruang terhadap kawasan desa penyangga di TNB telah sesuai dengan salah satu indikator pengembangan SNI, hal ini telihat dari banyaknya alternatif wisata selain ODTWA utama yang tingkat pengamanannya tidak lebih ketat OTDWA utama. Alternatif wisata terdekat dengan kawasan yaitu
camping ground dan goa jepang yang berlokasi di depan pintu utama TNB. Adanya alternatif wisata dimaksudkan untuk mendukung kelestarian ODTWA utama.
Pengelolaan produk wisata alternatif telah dikelola dengan kelonggaran dalam pengembangannya tetapi belum ada penyusunan program dan pemasaran. Pean mengenai interpretasi telah ada hanya saja pola distribusi dan keamanan belum terlihat dalam pean pengembangan wisata alternatif. Pean dari akomodasi dan transportasi belum dirancang untuk meningkatkan lingkungan terlihat dari pean yang fokus hanya terhadap kawasan hutan. Pengelolaan agar ODTWA utama tetap ada selain dari adaya sumberdaya pendukung ada juga pengelolaan pencegahaan vandalisme.
SNI No 2.3 Pencegahan dan penanganan vandalisme
Bentuk vandalisme yang ditemui di TNB yaitu mencorat-coret dinding, papan interpretasi, merusak fasilitas milik umum seperti menara pandang, WC umum dan bangku taman. Vandalisme dapat di minimalisir dengan adanya sistem pencegahan yang baik dari pengelola. Hasil dari kriteria pencegahan dan penanganan vandalisme memiliki nilai 3 yang tergolong cukup baik dengan indikator (Tabel 10).
Tabel 10 Indikator SNI pencegahan dan penanganan vandalisme
No Vandalisme Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan
pengamanan untuk mencegah terjadinya vandalisme terutama pada ODTW utama
Penataan fungsi ruang belum ada terlihat lokasi untuk penanganan vandalisme dan pengamanan hanya sebatas himbauan
2 Pengelolaan produk wisata alam
dikembangkan dengan
pertimbangan agar tidak terjadi vandalisme
Pengelolaan produk wisata alam (penyusunan program/ paket wisata dan pemasaran) dikembangkan belum mempertimbangan vandalisme
3 Perencanaan membuat
skema-skema persuasif untuk mencegah vandalisme
Perencanaan (interpretasi, distribusi, keamanan, keselamatan pengunjung dan sistem informasi) telah dilakukan skema-skema persuasif untuk mencegah
vandalisme
4 Perencanaan transportasi dan
akomodasi tidak membuka peluang terjadinya vandalisme
Perencanaan transportasi dan akomodasi belum diadakan sehingga membuka peluang terjadinya vandalisme
5 Penataan kelembagaan (SDM dan
keuangan) yang mencegah dan menanggulangi vandalisme Pengelolaan dampak dan bahaya akibat vandalisme
16
Penataan fungsi ruang belum ada terlihat lokasi untuk penanganan vandalisme dan pengamanan hanya sebatas himbauan dengan papan pengumuman untuk mencegah terjadinya vandalisme terutama pada ODTWA utama. Pengelolaan produk wisata alam (penyusunan program/ paket wisata dan pemasaran) dikembangkan dengan pertimbangan agar tidak terjadi vandalisme dan monitoring-evaluasi kegiatan pengelolaan dilakukan untuk perbaikan yang kontinyu belum dilakukan.
Pesan terdapat interpretasi himbauan persuasif untuk mencegah vandalisme, distribusi pengunjung dan sistem informasi tidak efektif untuk mencegah vandalism. Belum adanya pean transportasi dan akomodasi agar tidak membuka peluang terjadinya vandalisme. Penataan kelembagaan (SDM dan keuangan) yang kurang tanggap terhadap upaya mencegah dan menanggulangi vandalisme hal ini terlihat dari masih adanya coretan pada fasilitas pendukung wisata. Pengelolaan dampak belum dilakukan dan bahaya akibat vandalisme terjadinya kerusakan dan mengganggu pemandangan serta kealamian kawasan.
SNI No 3 Kelestarian Sosial Budaya
Kelestarian sosial budaya dalam SNI terdapat 3 kriteria yaitu modal sosial, sosial budaya dan keterbukaan akses. Modal sosial yaitu serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama demi mencapai tujuan bersama di alam berbagai kelompok dan organisasi (BSN 2014). Hasil pengelolaan yang di lakukan pihak TNB mengenai prinsip kelestarian sosial budaya memiliki nilai 4 tergolong baik.
SNI No 3.1 Modal sosial
Masyarakat Desa Situbondo dan Pemerintah Kabupaten Situbondo memiliki komitmen untuk membangun desa-desa penyangga di sekitar TN Baluran khususnya Desa Wonorejo yang ditunjuk menjadi Program Desa Wisata Kebangsaan. Program ini merupakan salah satu bentuk untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan kerukunan di dalam masyarakat sekaligus mendorong perkembangan perekonomian masyarakat. Program pembangunan Desa Wisata Kebangsaan merupakan program yang mengutamakan modal sosial.
Modal sosial penting dalam penanggulangan kemiskinan karena untuk mengurangi kemiskinan tidak hanya terkait dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi, tapi juga perluasan akses terhadap sumber-sumber daya kehidupan yang ditentukan pula oleh ketersediaan jejaring kerja dan saling percaya di kalangan masyarakat. Karakteristik masyarakat Desa Wonorejo kompleks karena memiliki latar belakang berbagai macam agama. Agar terciptanya kerukunan, jejaring kerja dan saling percaya maka di buat Desa Kebangsaan.
Tabel 11 Indikator SNI modal sosial
No Modal sosial Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya memperhatikan pemberdayaan modal
sosial masyarakat setempat
Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya telah memperhatikan pemberdayaan modal
sosial masyarakat setempat
2 Pengelolaan produk wisata alam
memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat
Pengelolaan produk wisata alam belum dilakukan
3 Pengelolaan distribusi pengunjung
memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat
Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi telah memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat
4 Penyediaan dan pengelolaan sarana
prasarana memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarkat setempat
Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana telah memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarkat setempat
5 Penataan kelembagaan
memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat
Penataan kelembagaan telah
memperhatikan pemberdayaan modal sosial masyarakat setempat
SNI No 3.2 Sosial budaya
Resort Perengan merupaka salah satu resort yang penataan fungsi ruang dan pengamanannya terintegrasi dengan sosial budaya masyarakat. Lokasi ini berada di kawasan zona pemanfaatan lain yang berada di dekat pemukiman warga nelayan (Gambar 7). Resort perengan terdapat situs yang dipercayai makam Sayid Abdurrokhman yang sering mendapat kunjungan pada bulan-bulan tertentu. Serangkaian nilai dan norma yang terdapat di masyarakat sekitar TNB yaitu terdapatnya nilai-nilai budaya yang masih dipelihara seperti tradisi ‘Selamatan’
dan ‘Petik Laut’ yang diadakan sekali dalam setahun sebagai bentuk rasa syukur
atas rejeki yang diperoleh itu harus dinikmati bersama-sama (Gambar 6). Bentuk dari pengelolaan sosial budaya di bandingkan dengan indikator SNI memiliki nilai 4 tergolong dalam kategori baik dengan indikator (Tabel 12).
18
Gambar 7 Desain tapak candibang
Tabel 12 Indikator SNI modal sosial No Terpeliharanya Kelestarian Sosial
budaya
Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan pengamanannya memperhatikan sosial budaya masyarakat
Penataan fungsi ruang dan pengamanannya telah
memperhatikan sosial budaya masyarakat
2 Pengelolaan produk wisata perlu dikomunikasikan kepada
masyarakat
Pengelolaan produk wisata telah dikomunikasikan kepada masyarakat yang dalam pelaksanaannya tidak melanggar norma/ adat dan mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat
3 Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat
Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi telah
mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat
4 Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang melibatkan mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya
Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana telah mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya
masyarakat dan tidak melanggar norma/ adat
5 Penataan kelembagaan perlu mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat
Dalam pengelolaan produk wisata telah dikomunikasikan kepada masyarakat yang dalam pelaksanaannya tidak melanggar norma/ adat dan mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat. Bentuk komunikasi melalui FGD dilakukan dengan target peserta adalah staf tenaga fungsional dan pejabat struktural di TN Baluran. Tujuan dari FGD adalah untuk menjaring informasi, keinginan, dan harapan dari pengelola kawasan terhadap pengembangan wisata alam di 7 lokasi di TN Baluran.
Pengelolaan distribusi pengunjung melibatkan masyarakat dengan adanya
“paguyuban ojek” di sekitar kawasan yang mengatar menuju objek wisata budaya. Selain itu dalam penyediaan sistem informasi melibatkan partisipasi aktif masyarakat yang menjadi pemandu bila di butuhkan sehingga terberdayakan modal sosial. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana pengelola mempertimbangan kondisi sosial dan budaya telah dilakukan terlihat dari sarana dan prasarana yang mendukung situs makam tersebut. Contoh dari sarana dan prasarana yang mendukung budaya yaitu adanya bentuk papan interpretasi yang menjelaskan situs makam tersebut.
Penataan kelembagaan telah mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat dan tidak melanggar norma/ adat hal ini dilihat dari bentuk partisipasi dari tokoh desa (kuncen) dalam pemberitahuan mengenai kearifan dan peraturan sosial budaya kawasan. Pengelolaan dampak negatif dan bahaya mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat agar tidak melanggar norma belum dilakukan karena belum terlihatnya dampak negatif dari kegiatan kunjungan situs budaya.
SNI No 3.3 Keterbukaan akses
Lokasi TN Baluran terletak di tepi jalan raya Situbondo–Banyuwangi dan jalur utama Surabaya-Bali. Kantor Balai TN Baluran sebagai pintu masuk menuju ke dalam kawasan dan menuju lokasi penelitian yaitu Resort Bama berada pada jalur tersebut. Menuju objek wisata sekaligus lokasi penelitian savana Bekol dan Pantai Bama dapat menggunakan kendaraan seperti mobil, sepeda motor sedangkan untuk menyusuri kawasan laut dapat menggunakan perahu sewaan yang berada di sekitar Pantai Pandean dan Pelabuhan Gatel. Bentuk dari pengelolaan keterbukaan akses dinilai menggunakan skala likert dengan nilai 4 tergolong dalam kategori baik dengan indikator (Tabel 13).
20
Tabel 13 Indikator SNI keterbukaan akses
No Keterbukaan akses Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan pengamanannya
memperhatikan akses masyarakat
Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya tidak menghilangkan akses masyarakat
2 Pengelolaan produk wisata memperhatikan akses masyarakat
Pengelolaan produk wisata memperhatikan akses masyarakat
3 Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi tidak memperhatikan akses masyarakat
Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi telah memperhatikan akses masyarakat tehadap kawasan
4 Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana
memperhatikan akses masyarakat
Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana telah memperhatikan akses masyarakat
5 Penataan kelembagaan mempertimbangkan akses masyarakat
Penataan kelembagaan telah
mempertimbangkan akses masyarakat
6 Pengelolaan dampak negatif memperhatikan akses masyarakat
Pengelolaan dampak negatif tidak mengganggu akses ritual dan menghilangkan akses masyarakat tehadap kawasan
SNI No 4 Kepuasan, Keselamatan dan Kenyamanan Pengunjung
Kepuasan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung merupakan hal utama dalam wisata alam dan merupakan faktor penentu agar pengunjung akan datang lagi kekawasan tersebut. Oleh karena itu kegiatan wisata harus dapat memberikan kepuasan, keselamatan dan kenyamanan sesuai harapan dan keinginan pengunjung. Hasil dari prinsip SNI kepuasan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung adalah 4 yang termasuk dalam kategori baik dengan kriteria pelayanan prima, interpretasi ODTW, keselamatan pengunjung dan sumberdaya.
Menurut SNI indikator dari kepuasan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung adalah pelayanan prima, interpretasi ODTW dan keselamatan pengunjung dan sumberdaya. Hasil dari penelusuran dokumen wisatawan yang mengunjungi TN Baluran dalam 5 tahun terakhir (Tabel 14) mengalami pertumbuhan yang rendah dan cenderung tetap. Namun wisatawan mancanegara menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan. Wisatawan nusantara didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Jawa Timur, terutama dikawasan timur Pulau Jawa, seperti Probolinggo, Jember, Banyuwangi, Lumajang, dan sekitarnya. Dari hasil wawancara motivasi utama kunjungan wisatawan nusantara adalah rekreasi terutama di Pantai Bama. Objek wisata yang ada di TN Baluran, Batangan Bekol dan Pantai Bama yang sudah ramai dikunjungi, sementara Candibang dikunjungi pada waktu-waktu tertentu oleh wisatawan dengan tujuan ziarah.
Tabel 14 Data pengunjung Taman Nasional Baluran tahun 2006-2010
No Tahun Pengunjung Jumlah
Nusantara Mancanegara
1 2006 9,699 289 9,988
2 2007 9,906 286 10,192
3 2008 8,527 416 8,946
4 2009 9,606 374 9,980
5 2010 14,553 635 15,188
Sumber: Laporan akhir wisata 2011
Taman Nasional Baluran dilihat dari posisi geografis yang berdekatan dengan pelabuhan penyeberangan Ketapang Banyuwangi sebenarnya memiliki peluang yang lebih baik dalam menarik wisatawan mancanegara. Karena pelabuhan Ketapang merupakan akses utama penyebrangan menuju Bali yang sering dikunjungi wisatawan asing. Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke TN Baluran cukup meningkat pada tahun 2010 – 2011.
SNI No 4.1 Pelayanan prima
22
pengunjung di TNB cenderung cepat karena pusat informasi terletak di pintu masuk TNB dan petugas selalu siap sedia untuk melayani. Ketepatan untuk waktu dibuka dan ditutupnya wisata alam di TNB sudah tepat. Hasil dari wawancara pengelola, wisata alam TNB ditutup saat ada seperti hal yang mengurangi pelayanan perbaikan sarana dan prasarana, kurangnya petugas serta saat ada kecelakaan. Untuk mengetahui keramahan petugas dan kenyamanan pengunjung dilakukan wawancara kepuasan. Pelayanan prima memiliki nilai 4 yang tergolong baik dengan indikator (Tabel 15).
Tabel 15 Indikator SNI pelayanan prima No Terjaminnya Keselamatan
pengunjung dan sumberdaya/ objek
Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan pengamanannya membuka ruang pelayanan prima
Penataan fungsi ruang dan pengamanannya sudah membuka ruang pelayanan prima
2 Pengelolaan produk wisata alam yang didasarkan atas daya dukung potensi sumber daya
Pengelolaan produk wisata alam belum didasarkan atas daya dukung potensi sumber daya dan monitoring-evaluasi kegiatan pengelolaan untuk mendukung pelayanan prima
3 Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung pelayanan prima
Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung pelayanan prima 4 Penyediaan dan pengelolaan sarana
prasarana yang mendukung pelayanan prima
Penyediaan dan pengelolaan sarana
prasarana telah mendukung pelayanan prima
5 Penataan kelembagaan yang mendukung pelayanan prima
Penataan kelembagaan telah mendukung pelayanan prima
Berdasarkan 40 responden yang diwawancarai mengenai kepuasan, 8 orang menyatakan sangat puas dengan keramahan dan kenyamanan, 25 orang puas, 5 orang cukup puas dan 2 orang kurang puas. Kurang puasnya pengunjung karena kurang nyamannya dengan akses jalan yang masih belum baik (Gambar 9).
20%
62% 13%
5%
sangat puas puas cukup kurang puas tidak puas
SNI No 4.2 Keselamatan pengunjung dan sumberdaya
Berdasarkan statistik yang dilakukan oleh TNB pengunjung cenderung mengalami peningkatan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Walaupun kegiatan wisata alam identik dengan kesenangan namun kegiatan ini memiliki resiko. Berbagai macam objek wisata mulai banyak disediakan oleh pengelola, tetapi banyak tempat wisata tidak memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pengunjung dan objeknya. Hal itu memungkinkan adanya kecelakaan yang menimpa pengunjung wisata yang bisa menyebabkan cidera hingga meninggal dunia.Kriteria SNI mengenai Keselamatan pengunjung memiliki nilai 3 yang tergolong cukup sesuai dengan indikator (Tabel 16).
Tabel 16 Indikator SNI terjaminnya keselamatan pengunjung dan sumberdaya
No Terjaminnya Keselamatan
pengunjung dan sumberdaya/ objek Realitas 1 Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya membuka ruang keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek
Penataan fungsi ruang dan pengamanannya membuka telah ruang keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek
2 Pengelolaan produk wisata alam yang didasarkan atas daya dukung potensi sumberdaya
Pengelolaan produk wisata alam belum didasarkan atas daya dukung potensi sumberdaya dan monitoring-evaluasi kegiatan pengelolaan untuk mendukung keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek
3 Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi yang mendukung keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek
Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi telah dilakukan untuk keselamatan pengunjung dan sumberdaya 4 Penyediaan dan pengelolaan sarana
prasarana yang mendukung keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek
Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana udah dilakukan untuk mendukung keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek
5 Penataan kelembagaan yang
mendukung keselamatan pengunjung
24
Gambar 10 Keamanan pengunjung
SNI No 4.3 Interpretasi
Hasil dari pengelolaan interpretasi memiliki nilai 5 yang tergolong sangat sesuai dengan indikator (Tabel 17). Interpretasi di TNB dilakukan oleh masyarakat sekitar TNB yang telah mengikuti pelatihan interpretasi. Masyarakat melakukan kegiatan interpretasi dengan teknik menjelaskan menggunakan liflet
mengenai objek wisata di TNB. Pengetahuan mengenai sejarah dan ODTWA di kawasan TNB cukup baik karena interpreter merupakan penduduk lokal dan telah pengalaman dalam kegiatan interpretasi.
Tabel 17 Indikator SNI interpretasi
No Terjaminnya Interpretasi Realitas
1 Penataan fungsi ruang dan pengamanannya memungkinkan dilaksanakannya interpretasi
Penataan fungsi ruang membuka kegiatan interpretasi
2 Pengelolaan produk wisata alam berbasis pada kegiatan interpretasi
Pengelolaan produk wisata alam berbasis pada kegiatan
interpretasi 3 Pengelolaan distribusi pengunjung
dan penyediaan sistem informasi yang mendukung interpretasi
Pengelolaan distribusi pengunjung dan penyediaan sistem informasi telah mendukung interpretasi 4 Penyediaan dan pengelolaan sarana
prasarana yang mendukung kegiatan interpretasi
Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana telah
mendukung kegiatan interpretasi 5 Penataan kelembagaan yang
mendukung kegiatan interpretasi
Penataan kelembagaan telah mendukung kegiatan interpretasi 6 Interpretasi sarana untuk
memsosialisasikan dampak negatif dan bahaya
Interpretasi telah dilakukan untuk memsosialisasikan dampak negatif dan bahaya
mendeskripsikan sumberdaya atau objek wisata yang ada di TNB. Terdapat sarana prasarana seperti papan interpretasi, papan penunjuk arah dan leaflet dalam mendukung upaya interpretasi (Gambar 11). Keberadaan sarana dan prasarana tersebut sangat penting dalam suatu kawasan wisata agar informasi, dampak negatif dan bahaya kegiatan wisata dapat tersosialisasikan.
Gambar 11 Interpretasi objek wisata Manting
SNI No 5 Prinsip Manfaat Ekonomi
Manfaat adanya TNB selain berupa manfaat ekologi terdapat juga manfaat ekonomi. TNB memiliki fungsi penting sebagai sistem penyangga kehidupan dengan fokus pengelolaan mempertahankan ekosistem hutan dataran rendah dan savana Jawa Timur yang unik dengan keanekaragaman hayati. Sebagai kawasan konservasi in-situ, TNB memiliki banyak manfaat baik tangible maupun
intangible, yang apabila dihitung memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Manfaat
tangible merupakan manfaat berwujud, seperti hasil hutan kayu dan rumput pakan ternak dan buah buahan lainya. Adapun manfaat intangible merupakan manfaat tidak berwujud yang kebanyakan berupa jasa lingkungan seperti diantaranya habitat satwa, tata air, serap karbon, dan wisata alam. Kesemua manfaat tersebut hanya bisa ada jika lingkungan/ekosistem taman nasional terjaga, sehingga disebut sebagai jasa lingkungan atau ecosystem services.
26
SNI No 5.1 Manfaat bagi masyarakat
Ancaman kelestarian TNB semakin besar apabila masyarakat memanfaatkan hutan secara illegal karena tidak ada solusi bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka. Selain itu untuk kegiatan konservasi diperlukan biaya yang tidak sedikit, disamping perlunya dukungan dan partisipasi masyarakat sekitar. Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk pemanfaatan hutan yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat sekaligus dapat mendukung kegiatan konservasi taman nasional. Pengembangan wisata alam dapat memberikan pemasukan bagi pengelola yang dananya dapat dialokasikan untuk biaya konservasi, serta dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar (Suprayitno 2008). Bagi masyarakat sekitar kawasan manfaat ekonomi yang telah dirasakan yaitu terdapatnya mata pencaharian sebagai pedagang, ojek dan penyewaan homestay. Hasil dari penilaian kesesuaian tentang manfaat bagi masyarakat memiliki nilai 5 yang tergolong sangat baik dengan indikator (Tabel 18).
Tabel 18 Indikator SNI manfaat bagi masyarakat
No Manfaat bagi masyarakat Realitas
1 Pengelolaan kawasan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan peluang usaha bagi masyarakat
Pengelolaan kawasan telah meningkatkan nilai ekonomi dan membuka peluang usaha bagi masyarakat
2 Pengelolaan produk wisata alam dapat membuka peluang kerja
Pengelolaan produk wisata alam telah membuka peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat
3 Pengelolaan pengunjung dapat membuka peluang kerja dan usaha
Pengelolaan pengunjung telah membuka peluang/kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat
4 Pengelolaan sarana dan prasarana dapat membuka peluang kerja dan usaha
Pengelolaan sarana dan prasarana telah membuka peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat
5 Pengelolaan kelembagaan dapat membuka peluang/kesempatan kerja
Pengelolaan kelembagaan telah membuka peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat
6 Pengelolaan dampak negatif dan bahaya dapat membuka
peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat
Pengelolaan dampak negatif dan bahaya telah membuka
peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat
dan prasarana telah dapat membuka peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat dengan dibukanya koperasi Balupuri. Pengelolaan kelembagaan TNB telah dapat meciptakan peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat seperti terdapatnya paguyuban ojek.
SNI No 5.2 Manfaat bagi pemerintah
Menurut Pasal 1 UU 20 Tahun 1997 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan pajak. PNBP di TNB berjenis PNBP rayon 1 yang artinya biaya masuk ke kawasan paling tinggi seperti Taman Nasional Bromo, Bali Barat dan Taman naisonal lainya. Harga untuk pengunjung domestik sebear Rp. 2.500 dan pengunjung asing Rp. 20.000. Hasil dari penilaian kesesuaian tentang manfaat bagi pemerintah memiliki nilai 5 yang tergolong sangat baik dengan indikator (Tabel 19).
Tabel 19 Indikator SNI manfaat bagi pemerintah
No Manfaat bagi pemerintah Realitas
1 Pengelolaan kawasan dapat memelihara potensi nilai ekonomi kawasan hutan dan meningkatkan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP)
Pengelolaan kawasan telah memelihara potensi nilai ekonomi kawasan hutan dan meningkatkan sumber
pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan atau sumber pendapatan yang lain 2 Pengelolaan produk wisata alam dapat
memelihara potensi nilai ekonomi kawasan hutan dan meningkatkan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP)
Pengelolaan produk wisata alam telah memelihara potensi nilai ekonomi kawasan hutan dan meningkatkan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP) atau sumber
pendapatan yang lain 3 Pengelolaan pengunjung dapat
meningkatkan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP)
Pengelolaan pengunjung telah meningkatkan sumber
pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan atau sumber pendapatan yang lain 4 Pengelolaan sarana dan prasarana dapat
meningkatkan sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP)
Pengelolaan sarana dan prasarana telah negara bukan pajak (PNBP)
5 Pengelolaan kelembagaan dapat menjamin kelangsungan sumber
pendapatan negara bukan pajak (PNBP)
28
Pengelolaan wisata di taman nasional telah sesuai dengan SNI tentang kriteria manfaat ekonomi bagi masyarakat. Hal tersebut dibuktikan PNBP di TNB cenderung meningkat sejak tahun 2009 hingga 2013 (Gambar 12).
Gambar 12 Peningkatan PNBP
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil pencapaian pengelolaan wisata alam yang dievaluasi dengan SNI dan skoring skala likert menunjukan adanya kesesuaian antara pengelolaan wisata di TNB dengan SNI mengenai pengelolaan wisata alam tahun 2014. Kesesuaian ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 4,21 yang masuk kedalam kategori baik. Dalam pengembangan indikator SNI Pariwisata, ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan keadaan TNB seperti belum adanya paket wisata, data daya dukung potensi sumberdaya, sistem informasi yang efektif untuk menanggulangi vandalism dan manfaat ekonomi bagi pengusaha.
Saran
Agar pengelolaan TNB semakin baik dan sesuai dengan SNI mengenai pengelolaan wisata alam tahun 2014, perlu adanya paket wisata, kajian mengenai daya dukung potensi sumberdaya, pembuatan program khusus untuk menanggulangi vandalism serta menjalin kerjasama dengan pengusaha.
DAFTAR PUSTAKA
[BTNB] Balai Taman Nasional Baluran. 2007. Taman Nasional Baluran. http://www.dephut.go.id (20 September 2010).
[BTNB] Balai Taman Nasional Baluran. 2011. Data Statistik Balai Taman Nasional Baluran. Banyuwangi (ID): Balai Taman Nasional Baluran.
[BTNB] Balai Taman Nasional Baluran.2002. Taman Nasional Baluran. http://www.dephut.go.id (20 September 2010).
Barata AA. 2004. Dasar – Dasar Pelayanan Prima. Jakarta. (ID): PT Elex Media Komputindo.
Bien Amos. 2003. A Simple User’s Guide to Certification for Sustainable Tourism
and Ecotourism.Washington DC (US): Center for Ecotourism and Sustainable Development.
Likert Rensis. 1932. A Technique for the Measurement of Attitudes. Archives of Psychology140: 1–55.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Taman Nasional Baluran. http://dephut.go.id. Terhubung berkala [diakses 12 Januari 2016].
Sabarno M.Y. 2001. Savana Taman Nasional Baluran. Biodiveritas. Vol 3 no 1 hal :207-212.
Silalahi U. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung (ID): Refika Aditama. Suprayitno. 2008. Teknik Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam.
Departemen Kehutanan. Bogor (ID): Pusat Diklat Kehutanan. Tjiptono K. 2008. Prinsip Pelayanan Prima. Jakarta. (ID):PT Gramedia.
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 12 Januari 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga saudara, pasangan Bapak Gino Herdianto dan Ibu Erna Rosyana. Penulis menempuh pendidikan menengah atas pada SMA Negeri 4 Tasikmalaya (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Mandiri Tertulis (UTM) di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), sebagai anggota Kelompok Pemerhati Gua ‘Hira’.
Praktik lapang yang telah dilakukan oleh penulis diantaranya Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Manusela (2013), Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran serta Suaka Margasatwa Gunung Sawal (2012), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2013) dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran (2014). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyusun skripsi