• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN BTS TELKOMSEL DI JAWA TIMUR. S u h a r j o Manajemen Industri MMT-ITS Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN BTS TELKOMSEL DI JAWA TIMUR. S u h a r j o Manajemen Industri MMT-ITS Surabaya"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RISIKO

PADA PROYEK PEMBANGUNAN BTS TELKOMSEL

DI JAWA TIMUR

S u h a r j o

Manajemen Industri

MMT-ITS Surabaya

(2)

LATAR BELAKANG

Data Pelanggan Selular Nasional (Dec 2010)

• Total: 234 jt • Telkomsel: 94 jt (40%)

Jawa Timur

• Telkomsel: 9jt

Prediksi Awal 2010

Pertumbuhan Pelanggan Pertumbuhan Pelanggan 1.5 jt 1.5 jt 16 mE/sub 16 mE/sub

Penambahan Kapasitas Network Penambahan Kapasitas Network

3000 TRx (1TRx=8E) • New BTS • Upgrade BTS Existing 3000 TRx (1TRx=8E) • New BTS • Upgrade BTS Existing

(3)

GAMBARAN PROYEK PEMBANGUNAN

BTS

§ Telkomsel membangun sendiri hampir semua menara BTS baru

§ Pembangunan dilakukan bekerja sama dengan vendor utama: Nokia Siemens Networks, Ericsson, dan Huawei, dengan sistem Turn-key Project.

§ Dengan turn-key project, Telkomsel akan menerima hasil proyek berupa menara termasuk di dalamnya perangkat BTS dan pendukungnya dalam kondisi siap pakai. § Hampir semua risiko-risiko yang muncul selama implementasi proyek, sudah

ditransfer ke vendor, antara lain:

ü Project management integration (life cycle and enviromental variable) ü Information/communication (ideas, creatives, data exchange accuracy) ü Human resources (service, plant, materials: performance)

ü Contract/procurement (cost objectives, restrains) ü Cost (cost objectives, restraints)

ü Time (time objectives, restraints) ü Quality (requirement, standard) ü Scope (expectations, feasibility)

§ Risiko yang masih melekat di Telkomsel adalah keterlambatan penyelesaian proyek.

§ Keterlambatan pelaksanaan proyek berarti hilangnya potensi untuk mendapatkan revenue dari area tersebut selama jangka waktu keterlambatan.

(4)

PERUMUSAN MASALAH

§

Diperlukan perbaikan dalam implementasi proyek

§

Mengidentifikasi risiko-risiko penyebab kegagalan

pembangunan menara BTS.

Pencapaian roll out proyek

(5)

PENDAHULUAN

•Mengetahui durasi rata-rata aktual pelaksanaan pembangunan menara BTS •Mengetahui gambaran besarnya biaya pembangunan sebuah BTS new site

•Mengetahui perbandingan pembiayaan antara membangun BTS new site dan menyewa pada tower provider

•Melakukan analisa kelayakan proyek pembangunan menara BTS di satu lokasi melalui analisa biaya manfaat

•Melakukan analisa risiko proyek dan langkah mitigasinya •Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek

•Usulan strategi dalam implementasi BTS new site di waktu mendatang Tujuan Penelitian

•Mengetahui rentang waktu yang dibutuhkan dalam pelaksaan proyek

•Mengetahui kelayakan proyek pembangunan menara BTS melalui analisa biaya manfaat •Mendapatkan informasi tentang berbagai risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan proyek •Mendapatkan langkah-langkah yang terarah dalam penentuan keputusan pelaksanaan

pembangunan menara Manfaat Penelitian

(6)

PENDAHULUAN (2)

•Penelitian dilakukan terbatas pada proyek pembangunan menara BTS baru yang dibangun sendiri oleh Telkomsel

•Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan menara BTS baru dilihat dari sisi Telkomsel sebagai owner

•Penelitian mengambil data implementasi 2010

•Perhitungan cost-benefit dilakukan pada saat akuisisi lahan

•Analisa risiko dilakukan pada tahap implementasi proyek pembangunan BTS •Evaluasi dilakukan di akhir tahun setelah proses pembangunan

Batasan Masalah

•Budget untuk pembangunan menara BTS mencukupi sesuai plan yang ditentukan Asumsi

(7)

SISTEMATIKA PENULISAN

• Latar Belakang

• Perumusan Masalah • Tujuan Penelitian

• Ruang Lingkup Penelitian (batasan dan asumsi) • Sistematika Pelaporan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN • Manajemen Proyek • Studi Kelayakan Proyek • Manajemen Risiko Proyek

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

• Studi Literatur dan Studi Lapangan • Pengambilan dan Pengolahan data • Analisa dan Kesimpulan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN BAB III

(8)

SISTEMATIKA PENULISAN (2)

• Gambaran Umum Proyek Pembangunan BTS • Perencanaan Proyek

• Implementasi Proyek

• Perhitungan Durasi Pelaksanaan Proyek

• Analisa Kelayakan Proyek

• Biaya Pembangunan Menara BTS Baru • Prediksi Pendapatan BTS

• Analisa Biaya Manfaat (NPV dan IRR) • Biaya Sewa Menara pada Tower Provider

• Identifikasi Risiko

• Risk Event • Risk Agent

• House of Risk (HOR)

BAB IV ANALISA PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA PENGOLAHAN DATA • Kesimpulan • Saran BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN BAB V

(9)

MANAJEMEN PROYEK

Definisi

Proyek

•Serangkaian aktifitas dan tugas-tugas yang memiliki tujuan spesifik untuk diselesaikan dengan spesifikasi tertentu, memiliki waktu mulai dan waktu pemyelesaian yang sudah ditentukan, memiliki jumlah dana tertentu, membutuhkan sumberdaya manusia dan sumber daya lainya (material, peralatan, dan lain-lain)

(10)

MANAJEMEN PROYEK (2)

Interaksi Antar Proses dalam Suatu

Proyek

Perencanaan Waktu Proyek dengan Metode Jalur Kritis

•Jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukan kurun waktu penyelesaian proyek tercepat

(11)

MANAJEMEN PROYEK (3)

Terminologi dalam

proses identifikasi jalur kritis

• TE (Earliest Time of Occ.) : Waktu paling awal satu aktifitas proyek bisa dimulai • TL (Latest Allowable Event) : Waktu paling akhir satu aktifitas proyek dapat dimulai • ES (Earliest Start Time) : Waktu mulai paling awal dari satu aktifitas proyek

• EF (Earliest Finish Time) : Waktu selesai paling awal dari satu akctivitas proyek

• LS (Latest Start Time) : Waktu paling akhir satu aktifitas proyek boleh dimulai • LF (Lastest Finish Time) : Waktu paling akhir satu aktifitas proyek boleh selesai

• D (Duration) : Kurun waktu pelaksanaan aktifitas proyek

Jaringan Kerja Proyek dengan 6 Komponen

(12)

MANAJEMEN PROYEK (4)

Hasil Perhitungan Durasi Pelaksanaan Proyek 1 2 3 4 6 5 (2) (3) (6) (5) (3) (4)

(13)

STUDI KELAYAKAN PROYEK

Studi kelayakan dari aspek financial:

§ Net Present Value (NPV)

Mendiskonto seluruh aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek ke nilai sekarang

§ Internal Return Rate (IRR)

Memberikan gambaran apakah proyek memberi arus pengembalian sesuai yang diinginkan.

(14)

MANAJEMEN RISIKO

§ Definisi

Risiko: suatu kejadian yang potensial yang dapat menjadi suatu ancaman dalam

suatu proyek

Manajemen risiko: seni penanganan risiko agar risiko dapat dikendalikan dengan

cara mengidentifikasi, melakukan penilaian, dan menentukan langkah mitigasi untuk menangani risiko.

§ Menurut Wideman (1992), risiko dapat dikategorikan berdasarkan sumbernya menjadi 5 kelompok:

§ External Unpredictable,

meliputi: regulatory, natural hazards, postulated events, side effect, completion. § External Predictable,

meliputi: market risks, operational, enviromental impacts, social impact, currency changes, inflation, taxation.

§ Internal Non-technical,

meliputi: management, schedule, cost, cash flow, loss potential. § Technical,

meliputi: changes in technology, performance, risks specific in technology, design, complexity of project.

§ Legal,

(15)

MANAJEMEN RISIKO

(16)
(17)

MANAJEMEN RISIKO (2)

§

Tahapan dalam Manajemen Risiko (PMBOK,

2004)

v

Risk Management Planning

vRisk Identification

v

Risk Analysis (Qualitative and Quantitative)

vRisk Response Planning

(18)

PROSES MANAJEMEN RISIKO

RISK

MANAGEMENT

PLANNING

RISK

IDENTIFICATION

(19)

PROSES MANAJEMEN RISIKO (2)

QUALITATIVE

RISK ANALYSIS

QUANTITATIVE

RISK ANALYSIS

(20)

PROSES MANAJEMEN RISIKO (3)

RISK

RESPONSES

PLANNING

RISK

MONITORING

AND

CONTROL

(21)

HOUSE OF RISK (HOR)

§ Definisi

Metode untuk memanage risiko secara proaktif, dimana risk agent yang teridentifikasi sebagai penyebab risk event dapat dikelola dengan cara memberikan urutan berdasarkan besarnya dampak yang mungkin dapat ditimbulkan.

Berdasarkan urutan tersebut dapat ditentukan langkah proaktif yang efektif untuk dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko

§ Model HOR § HOR1

Untuk menentukan prioritas risk agent sebagai penyebab terjadinya risiko guna pengambilan langkah pencegahan

§ HOR2

untuk memberikan prioritas langkah proaktif yang efektif mengurangi terjadinya risiko didasarkan kemampuan keuangan dan resources lainya

(22)

LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR1

§ Mengidentifikasi terjadinya risiko (risk event, Ej) dan menilai tingkat keparahannya

(severity, Sj)

§ Mengidentifikasi risk agent (Aj) dan menilai tingkat keseringan (Oj) untuk

kemungkinan terjadi

§ Memberikan nilai korelasi (Rij) antara risk event dan risk agent dengan 0,1,3,9 (no,

low, moderate, high)

§ Menghitung aggregate risk potential (ARPj) ditentukan oleh kemungkinan

terjadinya risk agent dan agregat dampak dari risk event yang ditimbulkan

§ Membuat prioritas risk agent berdasarkan potensi risiko agregat

=

j i ij j

O

S

R

(23)

TABEL HOR1

Business Process Risk Event (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 Severity of Risk E1 R11 R12 R13 … … S1 E2 R21 R22 … … … S2 E3 R31 … … … … S3 E4 R41 … … … … S4 E5 … … … S5 E6 … … … … S6 E7 … … … S7 E8 … … … S8 E9 … … … … Rij S9 O1 O2 O3 O4 O5

ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5

Risk Agent (Aj)

Occurrence of Agent j Aggregate Risk

(24)

LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR2

§ Menentukan beberapa risk agent dengan rangking teratas untuk dijadikan penyebab risiko yang akan diprioritaskan ditangani

§ Mengidentifikasi langkah proactive action (PAk) yang relevan untuk mencegah risk agent

§ Menentukan tingkat hubungan antara masing-masing PA dan risk agent (Ejk) dengan nilai

0,1,3,9 (no, low, moderate, high)

§ Menghitung total efektifitas masing-masing proactive action

§ Menilai tingkat kesulitan (Dk) dalam melaksanakan PA § Menghitung rasio total efektifitas dengan tingkat kesulitan

§ Memberikan ranking prioritas pada proactive action yang paling efektif mengurangi terjadinya risiko sesuai kemampuan perusahaan

= j jk k ARP E TE k k k D TE ETD =

(25)

TABEL HOR2

To be treated risk

agent (Aj) A1 A2 A3 A4 A5

Aggregate Risk Potentials (ARPj)

A1 E11 E12 E13 … … ARP1

A2 E21 E22 … … … ARP2

A3 E31 … … … … ARP3 A4 E41 … … … … ARP4 A5 … … … ARP5 A6 … … … ARP6 A7 … … … ARP7 A8 … … … ARP8 A9 … … … … Ejk ARP9 Total effectiveness of

action k TE1 TE2 TE3 TE4 TE5

Degree of difficulty

performing action k D1 D2 D3 D4 D5

Effectiveness to

difficulty ratio ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5

Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)

PENGELOLAAN RISIKO PROYEK

Dari hasil brainstorming, dan pembagian kuesioner diperoleh hasil indentifikasi risiko sebagai berikut:

Risk

Event

(33)

Risk

Agent

Dari hasil brainstorming, dan pembagian kuesioner diperoleh hasil indentifikasi risiko sebagai berikut:

(34)

HOUSE OF RISK

Langkah-langkah dalam House of Risk:

HOR1

(35)

HOUSE OF RISK

Pengolahan hasil identifikasi risiko dengan menggunakan Metode House of Risk. House of Risk terdiri dari 2 Model:

§ Model House of Risk 1

Untuk mengetahui urutan risk agent sebagai penyebab terjadinya risiko yang memberikan dampak terbesar bila risiko terjadi

§ Model House of Risk 2

Untuk mengetahui urutan langkah mitigasi (proactive action) yang paling paling efektif dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risk agent sesuai kemampuan pendanaan dan resources yang dimiliki perusahaan

Formula yang digunakan dalam perhitungan pada House of Risk:

= j i ij j O S R ARP TEk =

ARPjEjk k k k

D

TE

ETD

=

*) Si: Severity of Risk Event; Oj: Occurance of Risk Agent; Rij: Relationship Risk Event & Risk Agent; Ejk: Correlation Risk Agent & Proactive Agent; Dk: Difficulty Level; ARP: Aggregate Risk Pontential; TE : Total Effectiveness of Proactive Action; ETD: Effectiveness to Difficulty Ratio of Proactive Action

(36)

LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR1

§ Mengidentifikasi terjadinya risiko (risk event, Ej) dan menilai tingkat keparahannya

(severity, Sj)

§ Mengidentifikasi risk agent (Aj) dan menilai tingkat keseringan (Oj) untuk

kemungkinan terjadi

§ Memberikan nilai korelasi (Rij) antara risk event dan risk agent dengan 0,1,3,9 (no,

low, moderate, high)

§ Menghitung aggregate risk potential (ARPj) ditentukan oleh kemungkinan

terjadinya risk agent dan agregat dampak dari risk event yang ditimbulkan

§ Membuat prioritas risk agent berdasarkan potensi risiko agregat

=

j i ij j

O

S

R

(37)

TABEL HOR1

Business Process Risk Event (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 Severity of Risk E1 R11 R12 R13 … … S1 E2 R21 R22 … … … S2 E3 R31 … … … … S3 E4 R41 … … … … S4 E5 … … … S5 E6 … … … … S6 E7 … … … S7 E8 … … … S8 E9 … … … … Rij S9 O1 O2 O3 O4 O5

ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5

Risk Agent (Aj)

Occurrence of Agent j Aggregate Risk

(38)
(39)

Diagram Pareto ARP dari Risk

Agent

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 500 1000 1500 2000

A8 A2 A1 A9 A11 A7 A6 A21 A4 A23 A14 A12 A18 A13 A22 A5 A17 A16 A10 A15 A24 A3 A20 A19

ARPj Cum. ARPj

(40)

Dalam gambar Diagram Pareto menunjukkan 8 risk agent memberikan kontribusi

total ARP sebesar 1893 atau 80% dari total ARP 2363. Dalam hal ini penanganan risiko untuk 8 risk agent tersebut harus mendapatkan perhatian utama untuk menjadi

perhatian.

Adapun urutan kedelapan risk agent tersebut masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Warga menolak rencana pembangunan menara (A8) ARP = 2363 2. Kualifikasi pelaksana SIS kurang baik(A2) ARP = 2168

3. Keterlambatan penerbitan PO SIS (A1) ARP = 1704

4. Warga meminta tali asih yang mahal (A9) ARP = 922 5. Belum ada aturan yang jelas perihal menara bersama dan

pemerintah setempat tidak bersedia menerbitkan

IMB menara BTS baru (A11) ARP = 687 6. Pemilik menginginkan harga sewa yang tinggi (A7) ARP = 557

7. Legalitas dan kelengkapan kepemilikan tanah/bangunan

tidak dapat disediakan (A6) ARP = 347

8. Rekomendasi PLN untuk penambahan atau manajemen trafo (A21) ARP = 222

(41)

HOUSE OF RISK

Langkah-langkah dalam House of Risk:

HOR1

(42)

LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR2

§ Menentukan beberapa risk agent dengan rangking teratas untuk dijadikan penyebab risiko yang akan diprioritaskan ditangani

§ Mengidentifikasi langkah proactive action (PAk) yang relevan untuk mencegah risk agent

§ Menentukan tingkat hubungan antara masing-masing PA dan risk agent (Ejk) dengan nilai

0,1,3,9 (no, low, moderate, high)

§ Menghitung total efektifitas masing-masing proactive action

§ Menilai tingkat kesulitan (Dk) dalam melaksanakan PA dengan nilai 1-5, dimana nilai 1 menunjukan tingkat kemudahan dalam pelaksanaan PA.

§ Menghitung rasio total efektifitas dengan tingkat kesulitan

§ Memberikan ranking prioritas pada proactive action yang paling efektif mengurangi terjadinya risiko sesuai kemampuan perusahaan

= j jk k ARP E TE k k k D TE ETD =

(43)

TABEL HOR2

To be treated risk

agent (Aj) PA1 PA2 PA3 PA4 PA5

Aggregate Risk Potentials (ARPj)

A1 E11 E12 E13 … … ARP1

A2 E21 E22 … … … ARP2

A3 E31 … … … … ARP3 A4 E41 … … … … ARP4 A5 … … … ARP5 A6 … … … ARP6 A7 … … … ARP7 A8 … … … ARP8 A9 … … … … Ejk ARP9 Total effectiveness of

action k TE1 TE2 TE3 TE4 TE5

Degree of difficulty

performing action k D1 D2 D3 D4 D5

Effectiveness to

difficulty ratio ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5

Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5

(44)
(45)

Dari hasil perhitungan pada Tabel House of Risk 2 didapatkan peringkat proactive

action (PA) dengan nilai efektifitas tertinggi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

risiko pada proyek pembangunan menara BTS.

Urutan peringkat proactive action berdasarkan nilai ETDk besar adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan terhadap masyarakat, aparat, dan tokoh setempat untuk memberikan pengertian pentingnya sarana telekomunikasi yang akan dibangun (PA8) dengan nilai

ETDk = 6370

2. Radius pencarian site yang diperluas dari central point (PA7) dengan nilai ETDk = 6104

3. Pesyaratan kebutuhan ideal terhadap new site dari Operasional yang lebih fleksible (PA6) dengan nilai ETDk = 5809

4. Perhatian Top Management untuk mendukung seluruh aktifitas proyek (PA1) dengan nilai ETDk = 5664

5. Penyediaan anggaran perijinan proyek yang lebih besar (PA10) dengan nilai ETDk = 5104

6. Pemilihan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan (PA2) dengan nilai

ETDk = 4345

(46)

PENGOLAHAN DATA IMPLEMENTASI

PROYEK

Dari perhitungan durasi rata-rata tiap aktifitas proyek dalam bisnis proses

diperoleh durasi total pelaksanaan pembangunan menara BTS baru adalah 408 hari.

Hal ini berarti awal implementasi harus memulai pekerjaanya 408 hari sebelum sebuah site dibutuhkan untuk on air di suatu tempat.

(47)

PENGOLAHAN DATA IMPLEMENTASI PROYEK

Pembiayaan dan Pendapatan:

§ Biaya SITAC : Rp 175.000.000;

§ Biaya CME : Rp 455.000.000;

§ Biaya EQP : Rp 748.000.000;

§ Pendapatan per bulan : Rp 84.000.000; § Biaya Operasional per bulan : Rp 4.000.000; Diperoleh perhitungan:

NPV : Rp 2.315.009.878

IRR : 51%, masih diatas nilai yang diharapkan sebesar 25% sesuai pertumbuhan perusahaan 2009.

Dalam hal ini berarti proyek layak untuk dilanjutkan.

Studi Kelayakan Proyek Penambahan BTS Baru

(48)

PENGOLAHAN DATA IMPLEMENTASI

PROYEK

Biaya sewa sebesar rata-rata Rp 2.000.000.000; selama jangka waktu 10 th. Biaya yang hilang:

§ Biaya operasional

§ Biaya implementasi SITAC § Biaya implementasi CME Diperoleh perhitungan:

NPV : Rp 2.309.844.571;

IRR : 32%

Dalam hal ini berarti sistem menyewa layak untuk dijadikan alternatif pilihan bila pada satu lokasi yang akan dibangun menara BTS terdapat menara existing.

Studi Kelayakan Proyek Penambahan BTS Baru

(49)

§ Durasi pelaksanaan seluruh rangkaian aktifitas proyek pembangunan menara BTS dari mulai terbitnya PO Survey sampai dengan BTS on air adalah rata-rata selama 408 hari. Hal ini berarti bahwa proses implementasi harus dimulai 408 hari sebelum sebuah BTS diperlukan untuk on air di lokasi tertentu untuk melayani trafik § Analisa biaya manfaat dapat digunakan untuk menentukan kelayakan rencana pembangunan menara BTS baru di suatu lokasi. Dari salah satu rencana proyek pembangunan menara BTS didapatkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode NPV sebesar Rp 2.315.009.878; dan IRR sebesar 51%. Hal ini berarti proyek pembangunan layak untuk dilaksanakan dan tingkat pengembalian masih diatas nilai yang diharapkan yaitu pertumbuhan perusahaan sebesar 25%.

§ Menyewa sarana penunjang penempatan BTS pada tower provider menjadi alternatif pilihan yang menarik. Dari hasil perhitungan, nilai NPV masih positif dan nilai IRR masih diatas prosentase pertumbuhan

perusahaan.

§ Penggunaan metode House of Risk sangat membantu mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi selama proses pelaksanaan proyek dan langkah mitigasi yang efektif untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Dua langkah mitigasi yang menjadi prioritas adalah pendekatan terhadap masyarakat, aparat, dan tokoh setempat untuk memberikan pengertian pentingnya sarana telekomunikasi yang akan dibangun tersebut dan radius pencarian site yang diperluas dari central point. Hal ini memungkinkan untuk

mendapatkan banyak kandidat yang memungkinkan untuk dibangun menara BTS, sehingga kemungkinan untuk berhasil juga lebih besar. Dengan demikian pencapaian roll out proyek pembangunan menara baru dapat sesuai dengan perencanaan

(50)

Gambar

TABEL HOR1 Business  Process Risk Event (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 Severity of Risk  E1 R11 R12 R13 … … S1 E2 R21 R22 … … … S2 E3 R31 … … … … S3 E4 R41 … … … … S4 E5 … … … … … S5 E6 … … … … S6 E7 … … … … … S7 E8 … … … … … S8 E9 … … … … Rij S9 O1 O2 O3 O4 O5
TABEL HOR2
TABEL HOR1 Business  Process Risk Event (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 Severity of Risk  E1 R11 R12 R13 … … S1 E2 R21 R22 … … … S2 E3 R31 … … … … S3 E4 R41 … … … … S4 E5 … … … … … S5 E6 … … … … S6 E7 … … … … … S7 E8 … … … … … S8 E9 … … … … Rij S9 O1 O2 O3 O4 O5
Diagram Pareto ARP dari Risk  Agent 0 102030405060708090 1000500100015002000
+2

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

Pola perlawanan yang dikembangkan oleh organisasi petani SPPQT tidak dilakukan dengan mengubah struktur yang ada, melainkan mempergunakan struktur yang ada dan

Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan membuat produk yang lebih ramah terhadap lingkungan dengan ciri produk yang dapat didaur ulang (recycle), digunakan

Asas-asas perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 adalah: 1) Asas suka rela, menurut pasal 6 ayat 1 menentukan bahwa perkawinan harus didasari persetujuan kedua

pembelajaran. Siswa ditanya tentang cuaca dan iklim. Siswa dilihatkan beberapa video tentang cuaca dan iklim. Siswa dimintai pendapat tentang video yang telah

Semantara itu, selama melakukan kerja praktik, mahasiswa dituntut untuk mengetahui fungsi serta kondisi operasi alat yang digunakan, setelah melakukan kerja

Pengertian Retribusi Daerah dalam pasal 1 baik menurut Undang – undang Nomor 34 tahun 2000 Tentang Perubahan Undang – undang Nomor 18 Tentang Pajak Daerah dan retribusi

Sistem kerja lampu lalu lintas terpadu otomatis ini adalah ditampilkannya penampil waktu pada saat lampu merah, hijau, dan kuning menyala untuk setiap jalur pada empat