i
EVALUASI PROSES KOLABORASI PENGELOLAAN TAMAN
NASIONAL WAY KAMBAS
KUMALA ARDACANDRA HAYUNINGRUM
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Proses Kolaborasi Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Kumala Ardacandra Hayuningrum
ABSTRAK
KUMALA ARDACANDRA HAYUNINGRUM. Evaluasi proses kolaborasi pengelolaan Taman Nasional Way Kambas. Dibimbing oleh HARYANTO R. PUTRO dan ARZYANA SUNKAR.
Kolaborasi taman nasional merupakan suatu pendekatan yang mendorong terwujudnya kemitraan yang menguntungkan setiap pihak yang terlibat. Penelitian ini berfokus pada evaluasi proses kolaborasi yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja taman nasional. Analisis Hirarki Proses untuk mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan indikator, pembuatan nilai standar dilakukan dengan menggunakan metode delphy yang terdiri dari para pakar dari taman nasional serta para aktor kolaborasi. Nilai aktual setiap indikator dinilai berdasarkan skala intensitas dari skala paling buruk hingga paling baik. Berdasarkan penelitian ini diketahui nilai standar yaitu 0,761 sedangkan nilai aktual 0,790. Hal ini berarti proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas telah memenuhi syarat minimum yang ditetapkan oleh para pakar. Berdasarkan analisis sensitivitas, penguatan proses kolaborasi dapat dilakukan dengan meningkatkan: 1) komitmen untuk bekerjasama, 2) Konsistensi untuk melaksanakan hak dan kewajiban, 3) distribusi kesetaraan biaya dan manfaat, dan 4) transparansi pengambilan keputusan.
Kata kunci: analisis hirarki proses, evaluasi proses kolaborasi, taman nasional Way Kambas
ABSTRACT
KUMALA ARDACANDRA HAYUNINGRUM. Evaluation process management collaboration way kambas national park.Supervised by HARYANTO R. PUTRO andARZYANA SUNKAR.
Collaborative management of national park is an approach that encourages the establishment of partnerships which promote mutual benefit for involved parties. This study focus on evaluation of the collaborative process aimed to sthrengthen and/or improved the collaborative perfomence in the park. Analytic Hierarchy Process was used to make decision based on multi-criteria and indicator, a site specific standard was developed based on delphy method involved experts from national park, and collaborative actors.Actual value of each indicator then assessed based on predefined intensity scale from very bad to very good. This research show that standard values in Way Kambas National Park is 0,761, while the actual value is 0,790. This mean that collaborative management process in the park was beyond a minimum requirements defined by experts. Based on sensitivity analysis, sthrengthening collaborative management process can be carried with : 1) commitment to collaborative aggrement, 2) the consistency to implement the agreement on rights and obligations, 3) equality distribution of costs and benefits, and 4) improved transparency of decision-making process Keywords: analytic hierarchi process, evaluation of collaborative process, Way
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
EVALUASI PROSES KOLABORASI PENGELOLAAN
TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
KUMALA ARDACANDRA HAYUNINGRUM
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Evaluasi Proses Kolaborasi Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini juga disusun untuk mengembangkan wawasan penulis mengenai kolaborasi dalam pengelolaan taman nasional.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir Haryanto R Putro, MS dan Ibu Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran, masukan, dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi dari awal sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Pihak Balai Taman Nasional Way Kambas serta kepada Yayasan Badak Indonesia,
Wildlife Conservation Society, Aliansi Lestari Rimba Terpadu, Yayasan Penyelamatan Konservasi Harimau Sumatera, Yayasan Pendidikan dan Konservasi Keanekaragaman Hayati, Silvagama, Unila, Vesswic dan PT Banyu Kahuripan selaku mitra kerja Taman Nasionalyang bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan selama penyusunan skripsi Novirin R, Winahyu A, Novita Puji, Joko M J, Bayu Gagat, Destian N, Lyan Lavista, Wida A, Serjensil S, Adlan Y, Budi S, Febrianti M, Intan P dan Meyliana. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada papa, mama dan ibu, Kahono Teguh S, Murwani Astuti dan Nur Aida serta kakak dan adik tercinta, Kinanti Larasati, M Aulia dan Jasmine yang selalu mendoakan, mengingatkan, memberi semangat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhingga. Penulis juga tidak lupa berterima kasih kepada teman seperjuangan Haris Munandar, keluarga KPG serta sahabat-sahabat Nepenthes rafflesiana 47 yang telah memberikan semangat, dukungan, kritik dan sarannya. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 9
Latar Belakang 9
Tujuan Penelitian 9
Manfaat Penelitian 9
Kerangka Pemikiran 10
METODE 11
Waktu dan Tempat 11
Alat dan Instrumen 11
Jenis Data 12
Teknik Pengumpulan Data 16
Pengolahan Data 18
Analisis Data 19
HASIL DAN PEMBAHASAN 20
Kondisi Umum Kolaborasi Taman Nasional Way Kambas 20
Penetapan Standar Proses Kolaborasi 21
Penilaian Kinerja Proses Kolaborasi 21
Penguatan Proses Kolaborasi 24
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1 Kriteria dan indikator kolaborasi 11
2 Jenis data yang dikumpulkan 14
3 Panduan Kuisioner AHP 17
4 Program kolaborasi mitra kerja 20
5 Nilai proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas 22
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 10
2 Struktur analisis hirarki proses kolaborasi 13
3 Matriks pairwise comparison 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai aktual indikator 31
2 Indikator kolaborasi yang belum tercapai 34
3 6 9 12 14
2 5 10
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kolaborasi taman nasional merupakan suatu pendekatan yang mendorong terwujudnya kemitraan yang menguntungkan setiap pihak yang terlibat. Binarso et al (2004) menyampaikan bahwa kolaborasi diperlukan karena konservasi memerlukan pendekatan, kesadaran, dan kepercayaan, sehingga keberhasilan upayanya adalah keberhasilan kolektif berbagai pihak. Kolaborasi merupakan bentuk partisipasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan secara aktif (Kusumanto et al 2005) seperti Taman Nasional Kayan Mentarang bersama masyarakat adat (Putro et al 2012), Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengembangan ekowisata melalui Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) (Hartono 2008) serta Taman Nasional Way Kambas dengan berbagai mitra.
Pengelolaan kolaboratif yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) telah berlangsung dari tahun 1995. Kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan kelestarian satwa-satwa yang dilindungi dalam undang-undang, ekosistem Way Kambas dan masyarakat sekitar (BTNWK 2010). Menurut Powell dan Vagias (2009), kolaborasi memiliki keuntungan meliputi: peningkatan penelitian, kepastian kegunaan hasil untuk para pemangku kepentingan, membangun kepercayaan, peningkatan komitmen organisasi, penginformasian kepada masyarakat, membangun pemahaman masyarakat, serta pendukung pengelolaan ekosistem secara adaptif. Menurut Pomerenz et al. (2013) Kolaborasi memiliki hambatan yaitu adanya perbedaan kepentingan setiap pihak yang terlibat dalam pengelolaan kolaboratif. Kolaborasi sendiri sudah tercantum pada Peraturan Menteri Kehutanan No. P 85/Menhut – II/2014, namun hingga saat ini belum ada evaluasi mengenai kolaborasi baik proses maupun programnya. Evaluasi proses kolaborasi sendiri sangat dibutuhkan karena berpengaruh dalam implementasi program kolaborasi. Implementasi kolaborasi secara salah dapat meningkatkan biaya transaksi dan menghilangkan sumberdaya yang besar (Putro et al. 2012), sehingga dibutuhkan evaluasi proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses kolaborasi pengelolaan Taman Nasional Way Kambas.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pembentukan rencana tahunan serta rencana strategis TNWK selanjutnya.
2. Sebagai bahan evaluasi TNWK dalam penentuan program kerja bersama mitra kerja.
3. Diharapkan dapat meningkatkan kinerja pengelolaan kolaboratif TNWK. 4. Sebagai bahan pertimbangan evaluasi mitra kerja TNWK untuk meningkatakan
4
Kerangka Pemikiran
Taman Nasional Way Kambas memiliki tujuan pengelolaan yang tercantum dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) tahun 2006-2025 yang menjadi acuan pada rencana strategis 2010-2014. Berdasarkan rencana pengelolaan Taman Nasional Way Kambas banyak pihak yang tertarik dengan kegiatan yang dikelola, sehingga dikembangkan program kolaborasi. Program kerja kolaborasi yang dilaksanakan belum tentu sama dengan program kerja yang dijalankan taman nasional, sehingga perlu diketahui kontribusi program kolaborasi pada ketercapaian tujuan taman nasional.
Evaluasi proses kolaborasi dibutuhkan untuk mengetahui keberhasilan proses pengelolaan kolaboratif yang pada TNWK. Evaluasi proses kolaborasi yang dilakukan di TNWK menggunakan kriteria indikator yang telah dikembangkan oleh Putro (2012). Analisis hirarki proses (AHP) dilakukan dengan penilaian standart oleh pakar serta penilaian aktual yang dilakukan dengan menggunakan skala intensitas dari sangat buruk hingga sangat baik, sehingga dapat diketahui nilai proses kolaborasi pengelolaan Taman Nasional Way Kambas berdasarkan hasil AHP (Gambar 1).
3
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Way Kambas, Provinsi Lampung pada bulan Agustus hingga September 2014. Kawasan Taman Nasional Way Kambas berada di dalam wilayah Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Way Jepara, Kecamatan Labuhan Ratu, Kecamatan Sukadana, Kecamatan Purbolinggo (Kabupaten Lampung Timur) serta Kecamatan Rumbia dan Kecamatan Seputih Surabaya (Lampung Tengah) dengan luasan 125.621,30 Ha.
Alat dan Instrumen
Alat yang digunakan dalam pengambilan data, yaitu: kamera, alat tulis, recorder, dan software expert choice 2000. Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara, dan kuisioner analisis hirarki proses (AHP) yang dikembangkan dari kriteria indikator (Tabel 1) berdasarkan struktur AHP dan proses kolaborasi (Gambar 2)
Tabel 1 Kriteria dan indikator proses kolaborasi
Kriteria Indikator
(K1)
Komitmen untuk bekerjasama
(I1) Visi dan misi/ tujuan mitra sejalan dengan visi dan misi taman nasional
(I2) Adanya dokumen kesepakatan antara mitra dengan taman nasional
(I3) Program yang dijalankan/ direncanakan sesuai dengan landasan hukum yang berlaku di taman nasional
(I4) Pelaksanaan program yang sesuai dengan kesepakatan bersama
(K2)
Kesukarelaan dalam bermitra
(I1) Proses pengambilan keputusan internal para pihak mengenai program kolaborasi
(I2) Proses pengambilan keputusan bersama para pihak mengenai program kolaborasi
(I3) Tiap pihak memiliki sumberdaya yang penting untuk memobilisasi
(K3)
Kesepakatan peran dan tanggung jawab
(I1) Adanya dokumen kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab
(I2) Setiap pihak saling memahami tentang masing-masing peran dan tanggung jawab
(I3) Setiap pihak mengetahui tentang peran dan tanggung jawab pihak lain
4
Tabel 1 Kriteria dan indikator kolaborasi (lanjutan)
Kriteria Indikator
(K4)
Kesepakatan hak dan kewajiban
(I1) Adanya dokumen kesepakatan hak dan kewajiban masing-masing mitra
(I2) Setiap mitra mengetahui tentang masing-masing hak dan kewajiban
(I3) Adanya agenda untuk menjalankan kewajiban dan mekanisme yang diperoleh dalam pemenuhan hak (K5)
Kesetaraan
distribusi biaya dan manfaat
(I1) Tiap mitra memiliki alokasi anggaran untuk program kolaborasi
(I2) Adanya mekanisme yang membuktikan alokasi anggaran dana untuk program kolaborasi
(I3) Setiap pihak mendapatkan manfaat sesuai dengan yang diharapkan dalam kolaborasi
(K6)
Saling bertanggung-gugat
(I1) Setiap pihak mengetahui konsekuensi atas kemitraan
(I2) Adanya sistem yang mendokumentasikan konsekuensi kemitraan dan kesepakatan untuk menuntut hak yang dimiliki
(I3) Adanya mekanisme yang di sepakati oleh tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi (K7)
Transparasi pengambilan keputusan
(I1) Adanya mekanisme pengambilan keputusan bersama yang disepakati
(I2) Keterlibatan pihak dalam pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi program kolaborasi³
(I3) Tiap pihak mengetahui keputusan pengelolaan yang berhubungan dengan program kolaborasi³ (K8)
Komitmen saling menguatkan kapasitas
(I1) Adanya mekanisme penguatan kapasitas antar pihak ³
(I2) Adanya program pengembangan kapasitas di tiap mitra³
Sumber: Putro et al 2012, Borini-Feyerabend et al 2000,Pokorni et al 2003
Jenis Data
3
Derajat kolaborasi
Prasyarat kolaborasi
Syarat cukup kolaborasi
Komitmen untuk kerja
sama
Kesukarelaan dalam bermitra
Kesepakatan peran dan tanggung jawab
Kesepakatan hak dan kewajiban
Komitmen menguatkan
kapasitas
Kesetaraan distribusi biaya
dan manfaat
Kesetaraan distribusi biaya
dan manfaat
Saling
bertanggung-gugat
Transparansi pengambilan keputusan
Indikator 1 Indikator 1 Indikator 1 Indikator 1 Indikator 1 Indikator 1 Indikator 1 Indikator 1 Indikator 1
Indikator 2 Indikator 2 Indikator 2 Indikator 2 Indikator 2 Indikator 2 Indikator 2 Indikator 2 Indikator 2
Indikator 3 Indikator 3 Indikator 3 Indikator 3 Indikator 3 Indikator 3
Indikator 4
Sangat baik (SB), baik (B), buruk (Br), sangat buruk (SBr)
Gambar 2 Struktur analisis hirarki proses kolaborasi
14
Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan
Parameter Variabel Sumber
Visi dan misi Visi Taman Nasional RPTN 2006-2025 Misi Taman Nasional Perjanjian kerjasama Visi Mitra Taman Nasional Mitra Taman Nasional Misi Mitra Taman Nasional
Dokumen
kesepakatan mitra dengan taman nasional
Tenggang waktu perjanjian Perjanjian kerjasama Program kolaborasi Program kolaborasi Perjanjian kerjasama
Laporan kegiatan kolaborasi Kesesuaian
pelaksanaan
program kolaborasi
Program kolaborasi Mitra Taman Nasional Waktu pelaksanaan Pegawai Taman Nasional Ketercapaian tujuan Perjanjian kerjasama
Laporan kegiatan kolaborasi Pengambilan
keputusan internal
Agenda rapat Daftar hadir rapat Kehadiran peserta rapat
Pengambilan keputusan bersama program kolaborasi
Agenda rapat Daftar hadir rapat Kehadiran peserta rapat
Level pengambilan keputusan
Sumberdaya
program kolaborasi
Sumberdaya alam Observasi
Sumbedaya manusia Laporan kegiatan kolaborasi Dokumen peran
dan tanggung jawab
Peran taman nasional Perjanjian kerjasama
Pengambilan keputusan internal
Agenda rapat Daftar hadir rapat Kehadiran peserta rapat
Pengambilan keputusan bersama program kolaborasi
Agenda rapat Daftar hadir rapat
Pengambilan keputusan internal
Agenda rapat Daftar hadir rapat Pengambilan
Sumberdaya alam Observasi
3 Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan (lanjutan)
Parameter Variabel Sumber
Dokumen peran dan tanggung jawab
Peran taman nasional Perjanjian kerjasama Tanggung jawab taman
nasional
Peran mitra taman nasional Tanggung jawab mitra
Peran taman nasional Perjanjian kerjasama Tanggung jawab taman
nasional
Pengelola taman nasional Peran mitra taman nasional Mitra Taman Nasional tanggung jawab mitra taman
nasional
Program kolaborasi Pengetahuan peran
dan tanggung jawab
Peran taman nasional Perjanjian kerjasama Tanggung jawab taman
nasional
Pengelola taman nasional Peran mitra taman nasional Mitra Taman Nasional Tanggung jawab mitra
Kegiatan taman nasional Laporan kegiatan kolaborasi Dokumen hak dan
kewajiban
Hak mitra taman nasional Perjanjian kerjasama Kewajiban mitra taman
4
Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan (lanjutan)
Parameter Variabel Sumber
Alokasi anggaran
Harapan program kolaborasi Pengelola taman nasional Manfaat selama program Mitra taman nasional Pengetahuan
konsekuensi kemitraan
Konsekuensi kemitraan Pengelola taman nasional Mitra taman nasional Sistem
dokumentasi konsekuensi
Konsekuensi kemitraan Pengelola taman nasional Dokumentasi konsekuensi Mitra taman nasional
Laporan kegiatan kolaborasi Laporan fgd
Mekanisme pertangggung-gugatkan
Konsekuensi kemitraan Pengelola taman nasional Mekanisme
pertanggung-Pihak yang terlibat Pengelola taman nasional Peran tiap pihak Mitra taman nasional
Undangan rapat kordinasi Pengetahuan
keputusan pengelolaan
Keputusan pengelolaan Pengelola taman nasional Mitra taman nasional
Evaluasi proses kolaborasi dilakukan berdasarkan kriteria dan indikator yang diacu dari berbagai sumber yang dikembangkan oleh Putro et al (2012) dan diolah menggunakan analisis hirarki proses (AHP). Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua tahap, yaitu: pengumpulan data dalam penyusunan standar kolaborasi Taman Nasional Way Kambas dan penyusunan nilai aktual Taman Nasional Way Kambas.
3 Penyusunan standar kolaborasi
Kuesioner
Penilaian pakar (expert judgement) diperoleh melaui pengisian kuisioner analisis hirarki proses yang mengacu pada struktur AHP (Gambar 2) yang digunakan untuk mengetahui nilai standar proses kolaborasi TNWK. Expert judgement dilakukan untuk mendapatkan data guna menentukan bobot dalam perbandingan berpasangan sesuai metode AHP pada level prinsip, kriteria dan indikator, serta menentukan nilai standar setiap indikator yang harus dipenuhi dalam proses kolaborasi.
Pengisian kuesioner pembobotan dilakukan dengan cara membandingkan faktor satu dengan faktor lain (komponen kiri dengan komponen kanan dari baris yang sama pada kolom isian), dan dilihat mana yang lebih berperan antara faktor-faktor tersebut, sehingga diketahui nilai masing-masing indikator berdasatkan pakar. Pengisian kuisioner pembobotan dilakukan dengan menggunakan skala rasio (Tabel 3). Sedangkaan kuisioner nilai standar digunakan untuk mengetahui nilai standar yang harus dimiliki dalam pengelolaan kolaboratif di TNWK. Penyebaran kuisioner AHP dilakukan kepada pengelola TNWK serta Mitra kerja TNWK yaitu: YABI, WCS, ALeRT, PKHS, Unila, Silvagama.
Tabel 3 Panduan kuisioner AHP Skala Keterangan
Nilai 1 Kedua faktor sama pentingnya
Nilai 3 Faktor yang satu sedikit lebih penting dari pada faktor yang lainnya
Nilai 5 Faktor satu esensial atau lebih penting dari pada faktor lainnya. Nilai 7 Satu faktor jelas lebih penting dari pada faktor lainnya.
Nilai 9 Satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya Nilai 2, 4,
6, 8
Nilai-nilai antara, diantara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Nilai Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat angka 2 jika dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai ½ dibanding dengan i
Sumber: Satty 1993
Penyusunan nilai aktual Wawancara
4
konsorsium ALeRT, kordinator lapang Unila, kordinator lapang Silvagama, humas Vesswic, dan kordinator PKHS dengan panduan wawancara terstruktur. Observasi lapang
Observasi lapang dilakukan untuk melakukan verifikasi kesesuaian antara berbagai parameter/variabel indikator AHP dengan kondisi. Observasi lapang dilakukan terhadap beberapa indikator kolaborasi pada kriteria antara lain: komitmen untuk bekerjasama, kesukarelaan dalam bermitra, kesepakatan peran dan tanggung jawab, kesepakatan hak dan kewajiban, kesetaraan distribusi biaya dan manfaat.
Content analysis
Content analysis dilakukan untuk mendapatkan data mengenai proses kolaborasi di TNWK guna melakukan penilaian terhadap indikator yang relevan antara lain . berbagai dokumen yang dikaji disajikan sebagai sumber data pada Tabel 2.
Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan data tambahan mengenai pengelolaan kolaborasi yang ada. Data tersebut digunakan untuk mendukung data yang telah diperoleh dari wawancara, observasi lapang serta content analysis. Sumber literatur dapat berasal dari buku atau jurnal mengenai kolaborasi, dan dokumen perundang-undangan.
Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian terbagi menjadi dua yaitu pengolahan data standar proses kolaborasi dan pengolahan data aktual. Pengolahan data standar kolaborasi dilakukan untuk mentukan bobot dengan melakukan perbandingan berpasangan sesuai dengan matriks yang disajikan dalam Gambar 3. Data diperoleh dari kuesioner analisis hirarki proses (AHP) yang telah diisi oleh para pakar sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan berdasarkan metode delphy. Dalam hal ini data dari masing-masing pakar diolah untuk mendapatkan rata-rata geometry sebagai input dalam perbandingan berpasangan dan penetapan nilai standar pada masing-masing indikator.
Gambar 3 Matriks pairwise comparison
Permasalahan didalam pengukuran pendapat manusia yaitu konsistensi pendapat tidak dapat dipaksakan. Jika A>B (misalnya 2 > 1) dan C>B (misalnya 3>1), tidak dapat dipaksakan bahwa C>A dengan angka 6>1 meskipun hal itu konsisten. Pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidak-konsistenan jawaban yang diberikan responden. Namun, terlalu banyak ketidak-konsistenan
3 juga tidak diinginkan. Pengulangan wawancara pada sejumlah responden yang sama kadang diperlukan apabila derajat ketidak-konsistenan besar.
C.I=λ maksimum -nn-1 Keterangan:
C.I = Indeks Konsistensi
λmaksimum = nilai bobot terbesar dari ordo n
Apabila C.I bernilai nol, berarti matrik dianggap bernilai konsisten. Batas ketidak-konsistenan yang ditetapkan Saaty (1993), diukur dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi dengan nilai pembangkit random (RI). Nilai ini bergantung pada ordo matrik n. Dengan demikian, rasio konsistensi dapat dirumuskan
C.R=C.IR.I
Bila matrik bernilai CR lebih kecil dari 10%, ketidak-konsistenan pendapat masih dapat diterima. Konsistensi dibutuhkan untuk mengetahui validasi dari pendapat para pakar, karena pendapat seseorang dapat berbeda dan cenderung tidak konsisten terhadap sesuatu (Nasution 2013).
Kegiatan pengolahan data aktual dilakukan untuk menetapkan nilai setiap indicator berdasarkan hasil wawancara, content analysis dan observasi lapang. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dilakukan pengelompokan, verifikasi dan sintesis untuk menetapkan nilai setiap indikator sesuai dengan definisi skala intensitas yang telah ditetapkan (sangat buruk, buruk, baik, dan sangat baik).
Analisis Data Perbandingan nilai standar dan nilai aktual
Perbandingan nilai standar dengan nilai actual dilakukan untuk mengetahui apakah proses kolaborasi di TNWK telah memenuhi standar kolaborasi yang ditetapkan oleh pakara. Apabila nilai aktual lebih besar daripada nilai standar pakar maka proses kolaborasi dianggap berhasil, sebaliknya apabila nilai aktual kurang dari nilai standar maka proses kolaborasi dianggap belum berhasil. analisis juga dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung maupun menyebabkan kegagalan proses kolaborasi di TNWK.
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah bobot nilai masing-masing faktor sehingga didapat perubahan bobot nilai yang sensitif terhadap perubahan bobot. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui berbagai variabel yang sensitif terhadap perubahan pada tingkat prinsip sesuai struktur AHP. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dapat diperoleh rekomendasi untuk perbaikan proses kolaborasi di masa yang akan datang.
Analisis deskriptif
Menurut Nazir (2003) tujuan dari analisis deskriptif yaitu membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
4
fakta, sifat serta hubungan antar fenomena.Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk memberikan penjelasan hasil analisis perbandingan nilai standar dan aktual serta hasil analisis sensitivitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kolaborasi Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) berdiri pada tahun 1989 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 444/Menhut-1I11989. TNWK memiliki tipe ekosistem hutan dataran rendah dan hutan rawa serta memiliki potensi keanekaragaman satwaliar berupa 50 jenis mamalia, 22 jenis reptil dan 406 jenis burung (Dima 1999) sehingga menarik minat untuk melakukan kolaborasi berbagai lembaga dalam konservasi keanekaragaman hayati, ekowisata dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Program kolaborasi di Way Kambas dimulai pada tahun 1995 berupa Suaka Rhino Sumatera yang selanjutnya diikuti kegiatan-kegiatan lain. Kegiatan awal yang menonjol pada TNWK terdapat dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati antara lain adalah tentang ekologi gajah (WWF), ekologi mentok rimba (Wetland International), Harimau sumatera (Sumatran Tiger Foundation) dan Suaka Rhino Sumatera (PHPA, IRF, Yayasan Mitra rhino, dan TSI) (Ahmad 1999). Setelah kegiatan kolaborasi konservasi keanekaragaman hayati, pada tahun 2013 terdapat kegiatan kolaborasi yang memiliki fokus pada ekowisata serta masyarakat penyangga Way Kambas.
Program kolaborasi yang terdapat di Balai Taman Nasional Way Kambas dikordinasikan oleh bidang humas. Selain itu setiap mitra yang berkolaborasi dengan TNWK memiliki pendamping dari taman nasional, untuk kepentingan pengawasan serta untuk membantu implementasi program kolaborasi pada tingkat tapak. Pendamping setiap mitra merupakan staff fungsional yang menjabat sebagai PEH, polhut maupun penyuluh, dengan jumlah pendamping yang berbeda-beda pada setiap mitra yang ada. Hingga saat ini terdapat 9 mitra yang berkolaborasi dengan TNWK dengan kontribusi yang berbeda terhadap pengelolaan TNWK seperti yang tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4 Program kolaborasi mitra kerja
No Mitra Kerja Program mitra
1 Yayasan Badak Indonesia (YABI) Konservasi Badak sumatera 2 Penyelamatan Konservasi Harimau
Sumatera (PKHS)
Konservasi Harimau sumatera 3 Wildlife Conservation Society
(WCS)
Mitigasi konflik satwaliar 4 Veterinary society for Sumatran
Wildlife Conservation (Vesswic)
3 Tabel 4 Program kolaborasi mitra kerja (lanjutan)
No Mitra Kerja Program Mitra
5 Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALeRT)
Ekowisata minat khusus 6 Yayasan Pendidikan dan Konservasi
Alam (YAPEKA)
Pemberdayaan masyarakat
7 Silvagama Restorasi
8 Unila Pengembangan ekonomi kreatif
9 Makin-Group Pendanaan Badak sumatera
Penetapan Standar Proses Kolaborasi
Penetapan standar kolaborasi dilakukan dengan penilain indeks konsistensi. Menurut Saaty (1993) indeks konsistensi diperlukan untuk mengukur seberapa besar konsistensi pengambil keputusan dalam membandingkan elemen-elemen dalam matrik penilaian. Menurut Saaty (2005) penyatuan pandangan pakar lebih baik daripada menggunakan seorang pakar yang ahli dalam hal tersebut. Nilai konsistensi pakar didapatkan dengan melakukan pembobotan pada setiap level prinsip, kriteria dan indikator. Nilai konsistensi setiap pakar terhadap prinsip dan kriteria yang ada cenderung sama, sedangkan pada level indikator pendapat pakar cenderung berbeda. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan pandangan setiap pakar serta ketidakkonsistensi dalam pengambilan bobot pada level indikator. Berdasarkan perhitungan analisis hirarki proses menggunakan program expert choice 2000 diperoleh nilai standar para pakar yaitu 0,760 dengan nilai konsistensi 0,04 sehingga pendapat pakar dapat diterima. Nilai standar indikator merupakan nilai yang ditetapkan oleh pakar pada seluruh indikator terkait dengan bobot yang ada.
Penilaian Kinerja Proses Kolaborasi
Keberhasilan proses kolaborasi TNWK menggunakan AHP dilakukan dengan menentukan perwakilan mitra serta taman nasional yang mengerti tentang kondisi kolaborasi TNWK. Proses kolaborasi TNWK dianggap berhasil apabila nilai aktual ≥ nilai standar. Penentuan nilai dilakukan dengan menggunakan AHP karena dapat menyatukan pandangan setiap pakar serta pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman pakar menggunakan skala rasio. Hal tersebut dilakukan untuk menetapkan nilai standar kolaborasi yang ada.
Pengukuran capaian kinerja setiap indikator dilakukan untuk mengetahui tingkat pemenuhan standar minimal. Penilaian proses kolaborasi dalam pengeloaan TNWK dapat menilai ketercapaian tujuan pengelolaan kolaboratif TNWK. Ditjen PHKA (2004) mendefinisikan penilaian pengelolaan sebagai proses penilaian terhadap kemajuan yang telah dilakukan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, termasuk informasi mengenai efisiensi sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan barang/jasa, kualitas output yang dihasilkan,
outcomes, dan efektifitas pelaksanaan dalam arti berapa kontribusi setiap kegiatan terhadap hasil tujuan yang tercapai.
4
Nilai aktual merupakan nilai agregat dari setiap indikator yang ada pada kondisi aktualyang terdapat pada TNWK. Berdasarkan total nilai aktual diperoleh nilai proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas 0,791. Proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas dianggap telah berhasil karena telah melewati syarat nilai minimum yang diterapkan para pakar yaitu 0,760. Berdasarkan tabel dapat dilihat masih terdapat beberapa indikator yang di bawah standar, sehingga masih dibutuhkan peningkatan terhadap indikator yang belum tercapai.
Tabel 5 Nilai standar dan aktual proses kolaborasi TNWK
Komitmen untuk bekerjasama terbagi menjadi 4 indikator yaitu visi/misi mitra sejalan dengan taman nasional, adanya dokumen kesepakatan kerjasama, program yang dijalankan sesuai dengan kesepakatan yang ada, serta pelaksanaan program yang sesuai dengan landasan hukum yang berlaku. Indikator visi/ misi mitra sejalan dengan taman nasional memiliki 0,889. Visi/misi taman nasional merupakan landasan dalam indikator visi/ misi yang sejalan. Ketercapaian nilai 0,889 karena mitra memiliki visi/misi yang sejalan dengan Taman Nasional Way Kambas. Hal tersebut dikarenakan visi/misi merupakan landasan dalam pencapaian cita-cita suatu instansi/organisasi (Wibisono 2006). Dalam pelaksanaan komitmen kerjasama diperlukan perjanjian kerjasama yang berisi Indikator Nilai Sumberdaya 0,75 0,833 mekanisme
pertanggung-gugatkan
0,75 0,528
PKS peran 0,806 0,972 Pengambilan keputusan
3 konteks kerjasama, serta operasional program kolaborasi yang akan dilakukan. Berdasarkan kondisi aktual didapatkan nilai 0,972 terhadap perjanjian kerjasama yang ada. Setiap mitra yang terdapat pada Taman Nasional Way Kambas memiliki perjanjian kerjasama yang dilakukan dengan menggali konteks program kolaborasi yang dilakukan serta dijelaskan lebih lanjut dalam rencana operasional kegiatan. Program kolaborasi yang dilakukan merupakan program yang berkelanjutan sehingga program tersebut dapat terus berjalan dan menyesuaikan kondisi yang terjadi di Taman Nasional Way Kambas. Nilai aktual pelaksanaan program sesuai dengan kesepakatan bersama yaitu 0,861. Pelaksanaan program sesuai dengan kesepakatan bersama berarti tujuan program tercapai, waktu pelaksanaan program sesuai dengan perencanaan sehingga tidak mengganggu kegiatan lain yang ada. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa pengunduran waktu program kolaborasi tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi program lain yang ada. Indikator pelaksanaan program sesuai dengan landasan hukum memiliki nilai aktual yaitu 0,861, hal tersebut telah memenuhi nilai standar dari para pakar yaitu 0,806. Tingginya nilai aktual pada indikator tersebut karena landasan hukum merupakan aspek yang harus ditaati oleh setiap mitra.
Kriteria kesepakatan peran dan tanggung jawab memiliki empat indikator yaitu adanya perjanjian kerjasama peran dan tanggung jawab, setiap pihak memahami peran dan tanggung jawab masing-masing, setiap pihak mengetahui perang dan tanggung jawab pihak lain, serta adanya agenda untuk menjalankan peran dan mekanisme pertanggungjawaban. Adanya perjanjian kerjasama peran dan tanggung jawab memiliki nilai 0,972, lebih tinggi daripada nilai standar yang ditetapkan pakar yaitu 0,806. Tingginya nilai indikator tersebut dikarenakan setiap pihak yang bermitra dengan TNWK memiliki perjanjian kerjasama yang berisi peran dan tanggung jawab masing-masing pihak. Berdasarkan kondisi aktual peran dan tanggung jawab diketahui bahwa setiap mitra telah memahami peran dan tanggung jawab masing-masing (0,944) serta mengetahui peran dan tanggung jawab mitra lain (0,889). Hal tersebut terlihat dari berjalannya peran dan tanggung jawab masing-masing mitra meskipun kegiatan tersebut tidak terdapat dalam program yang ada tetapi berkaitan dengan peran serta tanggung jawab. Sedangkan pengetahuan peran dan tanggung jawab pihak lain diketahui dengan adanya kerjasama antar mitra ketika berkaitan dengan kegiatan mitra lain. Setiap peran dan tanggung jawab yang ada memiliki agenda dalam pemenuhan peran yang ada serta mekanisme dalam pertanggung jawaban. Berdasarkan kondisi aktual, indikator tersebut memiliki nilai aktual 0,944. Hal tersebut dikarenakan setiap mitra memiliki agenda yang dilaksanakan secara rutin untuk menjalankan peran yang ada, meskipun terdapat beberapa yang mengalami pemunduran waktu. Sedangkan untuk mekanisme pertanggungjawaban dilakukan kepada TNWK setiap 6 bulan dan 1 tahun sekali dalam bentuk laporan program kolaborasi.
4
kesepakatan hak dan kewajiban masing-masing, hal tersebut dikarenakan dokumen kesepakatan hak dan kewajiban merupakan panduan dalam pelaksanaan program kolaborasi. Indikator setiap mitra mengetahui masing-masing hak dan kewajiban memiliki nilai aktual 0,917. Pengetahuan mitra terhadap hak dan kewajiban masing-masing diketahui melalui pelaksanaan kegiatan kolaborasi yang ada. Indikator adanya agenda untuk menjalankan kewajiban dan mekanisme dalam pemenuhan hak memiliki nilai 0,861. Agenda dalam menjalankan kewajiban terdapat pada kegiatan kolaborasi yang berjalan, sedangkan mekanisme dalam pemenuhan hak terdapat dalam perjanjian kerjasama.
Kesetaraan distribusi biaya dan manfaat merupakan pembagian anggaran dana program kolaborasi serta manfaat yang didapatkan setiap pihak. Dalam kriteria kesetaraan distribusi biaya dan manfaat terbagi menjadi tiga indikator yaitu adanya alokasi anggaran untuk program kolaborasi, adanya mekanisme yang membuktikan alokasi anggaran dana untuk program kolaborasi, serta setiap pihak mendapatkan manfaat sesuai dengan yang diharapkan dalam program kolaborasi. Indikator alokasi anggaran dana program kolaborasi memiliki nilai aktual 0,944. Pendanaan anggaran dana program kolaborasi dilakukan oleh mitra, karena adanya keterbatasan pendanaan taman nasional (Putro et al 2012). Alokasi anggaran program kolaborasi hingga saat ini telah mencakup kebutuhan, sedangkan beberapa kegiatan yang mengalami pemunduran waktu maka anggaran dana tersebut akan disimpan hingga kegiatan tersebut berlangsung atau dialihkan untuk kegiatan yang lain yang mendesak. Anggaran yang dialokasikan untuk program kolaborasi memiliki mekanisme untuk pertanggungjawaban. Mekanisme pembuktian alokasi anggaran dana dapat dilakukan dengan pelaporan anggaran dana yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Nilai aktual untuk indikator adanya mekanisme untuk membuktikan alokasi anggaran dana untuk program kolaborasi yaitu 0,778. Indikator setiap pihak mendapatkan manfaat sesuai dengan yang diharapkan dalam kolaborasi memiliki nilai 0,639. Nilai aktual tersebut lebih kecil dibandingankan dengan nilai standar yang terapkan, hal tersebut karena hingga saa ini mitra TNWK belum merasakan manfaat yang diharapkan telah tercapai.
Kriteria saling bertanggung-gugat merupakan pengetahuan setiap pihak mengenai konsokuensi kolaborasi serta mau mempertanggung-gugatkan program kolaborasi yang dilaksanakan. Kriteria tersebut terbagi menjadi tiga indikator yaitu: setiap pihak mengetahui konsekuensi atas kemitraan, adanya sistem dokumentasi kemitraan dan kesepakatan menuntut hak yang dimiliki, serta adanya mekanisme yang disepakati oleh setiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi. Berdasarkan kondisi aktual setip pihak mengetahui konsekuensi kemitraan yang ada dengan nilai aktual 1. Konsekuensi kemitraan dalam hal ini termasuk pendanaan program kolaborasi yang dilakukan oleh mitra serta penyediaan tenaga ahli. Adanya sistem dokumentasi kemitraan dan kesepakatan menuntut hak yang dimiliki memiliki nilai aktual 0,778. Pada mitra dokumentasi konsekuensi dilakukan dengan pencatatan setiap diadakannya kegiatan terkait persiapan program kolaborasi seperti FGD maupun rapat koordinasi, sedangkan dalam taman nasional sistem dokumentasi dilaksanakan dibawah bidang humas. Sedangkan mekanisme yangdisepakati untuk mempetanggung-gugatkan memiliki nilai 0,528 lebih kecil daripada nilai standar yang ditetapkan para pakar. Hal tersebut dikarenakan sudah adanya mekanisme pertanggung-gugatan tetapi hingga saat ini belum berjalan.
3 Transparasi pengambilan keputusan dalam kolaborasi dilakukan dalam kegiatan yang menyangkut program kolaborasi. Kriteria transparasi pengambilan keputusan terbagi menjadi tiga indikator yaitu: adanya mekanisme pengambilan keputusan bersama, keterlibatan tiap pihak dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi program kolaborasi, serta setiap pihak mengetahui keputusan pengelolaan yang berhubungan dengan program kolaborasi. Mekanisme pengambilan keputusan bersama berhubungan dengan program kolaborasi yang ada, sehingga setiap pihak yang berpengaruh dalam kolaborasi dapat berpatisipasi sesuai dengan kesepakatan yang ada. Nilai aktual indikator tersebut adalah 0,722, serta lebih kecil daripada nilai standart. Hal tersebut dikarenakan mekanisme pengambilan keputusan belum berjalan karenahanya dilakukan oleh taman nasional. Dalam pengambilan keputusan pengelolaan yang berpengaruh terhadap program kolaborasi adanya keterlibatan setiap pihak sangat penting. Indikator tersebut memiliki nilai aktual 0,5 karena keterlibatan mitra dalam pengambilan keputusan sangat jarang dilakukan oleh pihak TNWK. Selain keterlibatan setiap pihak, pemberitahuan keputusan pengelolaan yang berhubungan dengan program kolaborasi juga sangat penting sehingga perlu dilakukan. Indikator tersebut memiliki nilai 0,5, sehingga dapat diketahui nilai setiap indikator dalam kriteria transparasi pengambilan keputusan bersama di bawah nilai standar yang ada.
Kriteria komitemen saling menguatkan kapasitas terbagi menjadi dua indikator yaitu adanya mekanisme penguatan kapasitas dan adanya program pengembangan kapasitas. Berdasarkan nilai aktual didapatkan nilai aktual adanya mekanisme penguatan kapasitas 0,722. Hal tersebut dikarenakan dalam mekanism penguatan kapasitas di TNWK belum terlaksana sepenuhnya. Sedangkan untuk adanya program pengembangan kapasitas memiliki nilai 0,361. Hal tersebut dikarenakan sebagian mitra tidak memiliki program pengembangan kapasitas yang ditujukan kepada pihak TNWK, tetapi program pengembangan kapsitas yang ada ditujukan kepada masyarakat. Selain itu terdapat mitra yang program pengembangan kapasitanya belum terlaksana hingga saat ini.
Penguatan Proses Kolaborasi
Penguatan proses kolaborasi yang terdapat di Way Kambas dapat ditingkatkan dengan meningkatkan indikator dalam kriteria yang memiliki sensitivitas tinggi. Indikator yang memiliki sensitivitas tinggi diketahui dari
4
keputusan. Ketika pengelola ingin prinsip prasyarat kolaborasi menjadi lebih baik maka kriteria yang perlu ditingkatkan adalah komitmen untuk bekerjasama, kesepakatan hak dan kewajiban. Sedangkan untuk meningkatkan syarat cukup kolaborasi maka kriteria yang ditingkatkan yaitu kesetaraan distribusi biaya dan manfaat serta transparasi pengambilan keputusan. Adanya indikator yang belum tercapai mempengaruhi indikator lain dalam satu kriteria yang memiliki indikator yang sensitif terhadap perubahan. Peningkatan dapat dilakukan dengan meningkatkan indikator yang belum tercapai dalam kriteria yang sensitif (Lampiran 2).
Kesesuaian program kolaborasi dengan landasan hukum
Ketidaktercapaian landasan hukum yang berlaku di TNWK terdapat pada mitra YABI pada program penangkaran Badak sumatera terkait pengambilan pakan badak yang dilakukan di zona inti. Zona inti adalah bagian kawasan taman nasional yang tidak di perbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia (Depatemen Kehutanan 1990). Pengambilan pakan badak di zona inti dilakukan karena kawasan ketersediaan pakan badak dan akses yang lebih dekat dengan penangkaran badak.
Landasan hukum yang berlaku di taman nasional seringkali tidak tercapai dalam pengelolaan taman nasional. Gavin et al (2009) menyampaikan ancaman ketidak tercapaian landasan hukum disebabkan adanya penggunaan sumberdaya illegal yang mencakup satwa dan tumbuhan.Pelanggaran hukum juga terjadi di Taman Nasional Gonarezhou, Zimbabwe terhadap perburuan satwaliar (Gandiwa
et al 2014). Untuk mengurangi pengambilan pakan badak pada zona inti dilakukan program restorasi pakan badak, yang di mulai pada tahun 2013, tetapi hingga saat ini belum dapat diambil pakan melalui restorasi tersebut.
Kesesuaian program dengan rencana
Program kolaborasi yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas tidak tercapai pada mitra Silvagama. Hal tersebut dikarenakan adanya pemunduran waktu pada program kolaborasi yang ada. Selain itu tidak tercapainya tujuan dalam program silvagama. Silvagama merupakan mitra taman nasional yang fokus pada kegiatan restorasi. Program penanaman serta pelatihan dalkarhut pada kawasan restorasi mengalami pemunduran sehingga tidak sesuai dengan waktu perencanaan yang telah disusun bersama. Selain itu tujuan dari kawasan restorasi untuk mengembalikan habitat kawasan TNWK serta mengurangi kebakaran juga belum tercapai. Hal tersebut dikarenakan kawasan restorasi mengalami kebakaran sehingga tujuan yang di harapkan belum tercapai.
Manfaat program kolaborasi
Program kolaborasi yang terdapat pada Taman Nasional Way Kambas belum terasa manfaat sesuai yang diharapkan oleh mitra kerja Taman Nasional Way Kambas. Manfaat yang di harapkan mitra dalam program kolaborasi berupa: kelestarian harimau, badak, satwa mangsa, dan ekosistem, masyarakat desa penyangga yang mandiri, serta terciptanya ekowisata di Taman Nasional Way Kambas yang melibatkan masyarakat. Ketidaktercapaian manfaat yang diharapkan mitra berupa kelestarian satwa serta ekosistem terjadi pada mitra YABI, PKHS, Unila, Makin-Group, Yapeka, Silvagama, ALeRT, Vesswic dan WCS, hal tersebut terjadi dikarenakan masyarakat yang bergantung kepada taman
3 nasional serta belum adanya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian satwa dan ekosistem taman nasional. Sedangkan terwujudnya masyarakat desa penyangga mandiri dan ekowisata pada taman nasional terdapat pada mitra AleRT dan Unila. Masyarakat desa penyangga taman nasional telah dilakukan pelatihan agar tidak bergantung pada taman nasional serta meningkatkan pendapatan. Sehingga manfaat yang diharapkan dalam program kolaboratif tidak dapat dirasakan semua pihak apabila tidak ada kerjasama yang baik antara pemerintah, LSM, dan masyarakat (Wunder 2007). Hal tersebut dikarenakan kolaborasi merupakan proses sosial untuk mendapatkan manfaat bersama (Imperial 2005).
Keputusan pengelolaan yang berhubungan dengan kolaborasi
Keputusan pengelolaan yang berhubungan dengan program kolaborasi di laksanakan terhadap mitra Taman Nasional Way Kambas yang bekerjasama dengan mitra lain melalui taman nasional antara lain : YABI, ALeRT, PT. Banyu Kahuripan. Kerjasama melalui taman nasional dikarenakan taman nasional tidak dapat menerima bantuan dana secara langsung sehingga membutuhkan pihak ketiga. Pemberi bantuan dana yaitu PT. Banyu Kahuripan serta penerima dana yaitu ALeRT dan YABI. Penerimaan dana oleh kedua mitra tersebut dikarenakan tujuan pemberian dana adalah untuk kesejahteraan Badak sumatera di penangkaran serta pembuatan ladang pakan badak.
Menurut Schoemaker and Jonker (2005) pemberitahuan keputusan pengelolaan dapat membangun kepercayaan antar pihak, serta dapat dilakukan secara formal maupun non-formal. Sehingga pemberitahuan keputusan pengelolaan sebaiknya dilakukan kepada semua mitra taman nasional agar meningkatakan kepercayaan setiap pihak. Selain itu pemberitahuan keputusan pengelolaan juga perlu dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih antara mitra taman nasional.
Keterlibatan setiap pihak dalam keputusan pengelolaan
Keterlibatan pihak dalam keputusan pengelolaan yang mempengaruhi kolaborasi belum terpenuhi pada semua mitra. Keputusan pengelolaan taman nasional dilakukan secara internal, sehingga mitra tidak terlibat dalam pengambilan keputusan. Menurut Scarlett (2013) keputusan pengelolaan dalam kolaborasi dilakukan tanpa banyak pihak karena akan meningkatkan masalah dalam pengambilan keputusan. Sehingga keterlibatan pihak dalam keputusan pengelolaan diminamalisir agar tidak meningkatkan masalah. Hal tersebut dikarenakan keputusan dalam pengelolaan tidak terbatas mengenai kolaborasi sehingga tidak dilakukan bersama mitra.
Mekanisme pengambilan keputusan
4
pembagian kekuasaan dalam kolaborasi (Schoemaker and Jonker 2005). Selain itu pengambilan keputusan bersama dilakukan untuk meminimalisir adanya kesalahan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pakar proses kolaborasi terdiri dari 8 kriteria dan 28 indikator, dan menghasilkan nilai standar 0,760 . Proses kolaborasi pengelolaan Taman Naional Way Kambas (nilai aktual 0,791) telah memenuhi syarat kolaborasi minimum yang ditetapkan para pakar. Peningkatan proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas dapat dilakukan dengan meningkatkan kriteria baik pada prasyarat maupun syarat cukup kolaborasi. Keempat kriteria yang sensitif terhadap perubahan yaitu: komitmen untuk kerjasama, kesepakatan hak dan kewajiban, kesetaraan distribusi biaya dan manfaat serta transparasi pengambilan keputusan. Peningkatan proses kolaborasi dapat dilakukan dengan memperbaiki indikator yang belum tercapai pada kriteria yang sensitif, yaitu: kesesuaian program kolaborasi dengan landasan hukum, kesesuaian program dengan rencana, manfaat program kolaborasi, keputusan pengelolaan yang berhubungan dengan kolaborasi, keterlibatan setiap pihak dalam keputusan pengelolaan, dan mekanisme pengambilan keputusan.
Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai evaluasi implementasi program kolaborasi di Taman Nasional Way Kambas.
2. Adanya evaluasi program kolaborasi secara rutin yang dilakukan oleh pihak Taman Nasional Way Kambas bersama dengan mitra agar apat mengetahui kemajuan kegiatan kolaborasi yang telah berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad M. 1999. Dampak Pengembangan Suaka Badak Sumatera Terhadap Ekosistem Way Kambas.Yayasan Mitra Rhino. Bogor
Berkes F. 2009. Evoluation of Co-Management: Role of Knowledge Generation, Bridging Organization and Social Learning. Journal of Enviromental Management. 90: (1) 1692-1702
Binarso E, Arsyad, Idam, Perbatakusuma E. 2004. Manajemen Kolaboratif Untuk Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.Rakata Indonesia.Jakarta.
Borrini-Feyerabend G, Farvar T, Nguinguiri C, Ndangang A. 2000. Co-management of Natural Resources: Organizing, Negotiating and Learning-by-Doing. GTZ and IUCN, KasparekVerlag, Heidelberg Germany.
3 Carlos A, Teel T, Manfedo M, Mathur V. 2013. Building Capacity to Enhance Protected Areas Management Effectiveness : A Current Needs Assesment for the Asian Context. The George Wright Forum. 30: (2) 154-162
Conley A, Moote M. 2003. Evaluating collaborative natural resource management.Society and Natural Resources. 16: (1)371-386
Dima D. 1999. [skripsi]. Studi Keanekaragaman Jenis Satwaliar pada Areal Bekas Kebakaran Taman Nasional Way Kambas.Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Fistcer F. 2008. The Important of Law Enforcement for Protected Areas.GAIA.
17: (1) 101-103
Gandiwa E, Gandiwa P, Mango L, Jakarasi. 2014. Law Enforcement Staff Preceptions of Ilegall Hunting and Wildlife Conservation in Gonerazhou National Park, Southeastern Zimbabwe. Tropicall Ecology.55: (1) 119-127 Gavin M, Solomon C, Blank S. 2009.Measuring and Monitoring Ilegal Use of
Nature Resource.Conservation Biology. 24: (1) 89-100 Hartono.2008 Taman Nasional Mandiri.UGM.Yogyakarta.
Imperial M. 2005.Using collaboration as a governance strategy: Lessons from six watershedmanagement programs.Journal of Administration and Society, 37: (1) 281–320
Direktorat Jenderal PHKA. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85/Menhut-II/2004 tentang Tata Cara Kerjasama Penyelenggaran Kawasan Siaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Kusumanto T, Yuliani E, Macoun P, Indriatmoko Y, Adnan. 2005. Belajar Beradaptasi, Bersama mengelola Hutan Indonesia.CIFOR. Bogor
McFadden J, Hiller T, Tyre A. 2010. Evaluating the Efficacy of Adaptive Management Approaeches: is There a Formula for Succes. Journal of Enviromental Management, 92: (1) 1354-1359
Nasution S. 2013. Proses Hirarki Analitik dengan Expert Choice 2000 untuk Menetukan Fasilitas Pendidikan yang Diinginkan Konsumen.Jurnal Teknik FTUP. 26: (2) 68-80
Nyirenda V, Nkhata B. 2013.Collaborative Governance and Benefit Sharing in Liuwa Plain National Park, Western Zambia.Journal of Protected area and Conservation. 18: (2) 103-114
Pomerenz E, Needham M, Kruger L. 2013. Stakeholders Preceptions of Collaboration for Managing Nature-Based Recreation in Coastal Protected Area In Alaska. Journal of Park and Recreation Administration, 31: (3) 23-44
Pokorny B, Cayres G, Nunes W, Segebart D, Drude R, Steinbernner R. 2003.
Adaptive Collaborative Management.Cifor And GTZ. Bogor
Powell R, Vagias R. The Benefits of Stakeholders Involvement in the Development Social Science Research..Park Science. 27: (1) 46-50
Putro H, Supriatin, Sunkar A, Rossanda D, Prihatini E. 2012. Collaborative Management of National Park in Indonesia. Ministry of Forestry Republic of Indonesia And JICA. Bogor
Saaty T. 1993. Proses Hirarki Analitik Untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi Yang Kompleks. PT.Pustaka Binaman Pressindo
Saaty T. 2005. Making and validating complex decision with the AHP. Journal of System Science and System Engineering. 14: (1) 1-36
4
Scarlett L. 2013. Collaborative Adaptive Management: Challenge and Opportunities. Ecology and Society. 18: (3) 26-3
Schoemaker M, Jonker J. (2005) Managing intangible assets. Journal of Management Development. 24(6), 506-518
Wibisono D. 2006. Manajemen Kineja, Konsep, Desain dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Erlangga. Jakarta
Wunder S. 2007. The efficiency of payments for environmental services in tropical conservation.Conservation Biology. 21: (1) 48-58
3 Lampiran 1 Nilai aktual indikator
Indikator Deskripsi Nilai Aktual Nilai
Aktual Visi dan misi/ tujuan mitra
sejalan dengan visi dan misi taman nasional
Setiap mitra memiliki elemen visi dan misi yang sejalan >80% dengan taman nasional
Dokumen kesepakatan taman nasional dan mitra memiliki konteks yang jelas dan terperinci yang berkaitan dengan program kolaborasi secara berkelanjutan dan mengikat hingga operasional
program yang berlaku di taman nasional
Program mitra sesuai dengan landasan hukum yang berlaku kecuali program penangkaran badak sumatera yang dilaksasanakan sesuai dengan substansi ilmiah yang dibutuhkan tetapi tidak sesuai landasan hukum yang berlaku
Baik
Pelaksanaan program yang sesuai dengan kesepakatan bersama
80% program mitra telah berjalan sesuai dengan tetapi terdapat mitra silvagama yang mengalami pemunduran waktu pelaksanaan sehingga tidak tercapai tujuan.
Setiap mitra serta taman nasional memiliki diskusi atau rapat terkait kegiatan internal yang akan dilakukan
Sangat
Setiap mitra dan taman nasional
mengadakan rapat koordinasi pada saat pembuatan kesepakatan program kolaborasi, serta rapat koordinasi saat melakukan kegiatan
Tiap mitra memiliki sumberdaya untuk program kolaborasi tetapi sumberdaya manusia pada mitra Yapeka, Unila, Silvagama, dan WCS
Baik
Adanya dokumen
kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab
Setiap mitra memiliki dokumen
kesepakatan peran dan tanggung jawab yang jelas, sehingga tidak terdapat tumpang tindih antar mitra
Sangat Baik
4
Lampiran 1 Nilai aktual indikator (lanjutan)
Indikator Deskripsi Nilai Aktual Nilai
Aktual Setiap pihak saling
memahami tentang masing-masing peran dan tanggung jawab
Setiap mitra memahami peran dan tanggung-jawab masing-masing, hanya pada mitra silvagama terdapat kegiatan yang belum tercapai sehingga peran dan tanggung jawabnya belum tercapai
Sangat Baik
Setiap pihak mengetahui tentang peran dan
tanggung jawab pihak lain
Setiap mitra mengetahui peran dan tanggung jawab mitra lain
Setiap mitra memiliki agenda untuk menjalankan peran dan tanggung jawab
Sangat
Setiap mitra memiliki dokumen kesepakatan hak dan kewajiban
Setiap mitra mengetahui hak dan kewajiban Sangat Baik
Terdapat agenda dalam rangka menjalankan kewajiban tetapi belum dijalankan secara rutin dan mekanisme dalam pemenuhan hak
Baik
Tiap mitra memiliki alokasi anggaran untuk program kolaborasi
Anggaran dana yang dibutuhkan untuk program kolaborasi terpenuhi 100%
Sangat
Adanya mekanisme alokasi anggaran dana yang rutin, ketercapaian tujuan >80% dan alokasi anggaran dana yang sesuai
Baik
Setiap pihak mendapatkan manfaat sesuai dengan yang diharapkan dalam kolaborasi
Tiap mitra mendapatkan manfaat sesuai yang diharapkan >50%, setiap mitra belum terpenuhi seluruh manfaat yang diharapkan kelestarian harimau, badak, satwa mangsa, dan ekosistem, masyarakat desa penyangga yang mandiri, serta terciptanya ekowisata di Taman Nasional Way Kambas yang
melibatkan masyarakat.
3 Lampiran 1 Nilai aktual indikator (lanjutan)
Indikator Deskripsi Nilai
Setiap pihak mengetahui konsekuensi atas kemitraan
setiap mitra mengetahui >80% konsekuensi kemitraan, konsekuensi kemitraan dapat berupa pendanaan, penyediaan tenaga ahli, serta hal-hal yang berkaitan dengan program kolaborasi
Sangat
menuntut hak yang dimiliki
Setiap mitra memiliki sistem
dokumentasi konsekuensi kemitraan berupa SOP kegiatan, laporan FGD, serta laporan kegiatan kolaborasi, tetapi belum berjalan tepat waktu
Baik
Adanya mekanisme yang di sepakati oleh tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi
Adanya kesepakatan dalam
mempertanggung-gugatkan konsekuensi, tetapi belum berjalan sehingga terdapat program kolaborasi yang mundur dari waktu yang di tentukan
Buruk
Adanya mekanisme pengambilan keputusan bersama yang disepakati
Adanya sistem pengambilan keputusan program kolaborasi dan berjalan >80%
Baik
Keterlibatan pihak dalam pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi program kolaborasi
Mitra taman nasional tidak terlibat dalam pengambilan keputusan pengelolaan yang mempengaruhi program kolaborasi
Keputusan pengelolaan kolaborasi hanya terdapat pada mitra yang melakukan program kolaborasi dengan mitra lain melalui taman nasional way kambas
Buruk
Adanya mekanisme penguatan kapasitas antar pihak
Adanya sistem penguatan kapasitas yang dilakukan mitra taman nasional
Baik
Adanya program
pengembangan kapasitas di tiap mitra
Tidak terdapat program pengembangan kapasitas pada beberapa mitra taman nasioanl yaitu Silvagam, YAPEKA, dan PT. Banyu Kahuripan
4
Lampiran 2 Indikator kolaborasi yang belum tercapai Program
Kolaborasi
Tahun Program
Mitra Tujuan program Indikator yang belum tercapai
Penangkaran Badak sumatera
1995 YABI Pengembang biakan Badak sumatera
1. Pelaksanaan program sesuai dengan landasan hukum yang berlaku di TNWK
2. Setiap pihak mendapat manfaat sesuai yang diharapkan dalam kolaborasi
3. Keterlibatan pihak dalam pengembilan keputusan yang dapat
mempengaruhi kolaborasi 4. Adanya mekanisme yang
disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 5. Keterlibatan pihak dalam
pengambilan keputusan
2000 YABI Monitoring habitat badak
1. Setiap pihak mendapat manfaat sesuai yang diharapkan dalam kolaborasi
2. Keterlibatan pihak dalam pengembilan keputusan yang dapat
mempengaruhi kolaborasi 3. Adanya mekanisme yang
disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 4. Keterlibatan pihak dalam
pengembilan keputusan
1. Setiap pihak mendapat manfaat sesuai yang diharapkan dalam kolaborasi
2. Keterlibatan pihak dalam pengembilan keputusan yang dapat
3 Lampiran 2 Indikator kolaborasi yang belum tercapai (lanjutan)
Program Kolaborasi
Tahun Program
Mitra Tujuan program Indikator yang belum tercapai
3. Adanya mekanisme yang disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 4. Keterlibatan pihak dalam
pengembilan keputusan
1. Setiap pihak mendapat manfaat sesuai yang diharapkan dalam kolaborasi
2. Adanya mekanisme yang disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 3. Keterlibatan pihak dalam
pengembilan keputusan yang dapat mempengaruhi kolaborasi
4. Tiap pihak mengetahui keputusan pengelolaan
1. Adanya mekanisme yang disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 2. Keterlibatan pihak dalam
pengembilan keputusan yang dapat mempengaruhi kolaborasi
3. Tiap pihak mengetahui keputusan pengelolaan
2005 Vesswic 1. Pengobatan gajah di PLG 2. Monitoring
kesehatan 3 bulan sekali
1. Setiap pihak mendapat manfaat sesuai yang diharapkan dalam kolaborasi
2. Keterlibatan pihak dalam pengembilan keputusan yang dapat mempengaruhi kolaborasi
4
Lampiran 2 Indikator kolaborasi yang belum tercapai (lanjutan) Program
Kolaborasi
Tahun Program
Mitra Tujuan program Indikator yang belum tercapai
Penanganan kesehatan Gajah sumatera
2005 Vesswic 1. Pengobatan gajah di PLG 2. Monitoring
kesehatan 3 bulan sekali
3. Adanya mekanisme yang disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi Restorasi 2013 Silvagama Pelaksanaan
penanaman kawasan restorasi seluas 1000 ha
1. Program yang dijalankan sesuai yang direncanakan 2. Setiap pihak memahami
peran dan tanggung jawab masing-masing
3. Setiap pihak mendapat manfaat sesuai yang diharapkan dalam kolaborasi
4. Adanya mekanisme yang disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 5. Keterlibatan pihak dalam
pengembilan keputusan yang dapat mempengaruhi kolaborasi
6. Tiap pihak mengetahui keputusan pengelolaan
2013 ALeRT 1. Pembangunan rumah pohon
1. Adanya mekanisme yang disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 2. Keterlibatan pihak dalam
pengembilan keputusan yang dapat mempengaruhi kolaborasi
Pemberdayaan masyarakat
2013 Unila Pembangunan rumah konservasi
1. Adanya mekanisme yang disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 2. Keterlibatan pihak dalam
pengembilan keputusan yang dapat mempengaruhi kolaborasi
3 Lampiran 2 Indikator kolaborasi yang belum tercapai (lanjutan)
Program Kolaborasi
Tahun Program
Mitra Tujuan program Indikator yang belum tercapai
Pemberdayaan masyarakat
2013 Unila Pembangunan rumah konservasi
3. Tiap pihak mengetahui keputusan pengelolaan
2013 YAPEKA Pembangunan dan
1. Adanya mekanisme yang disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 2. Keterlibatan pihak dalam
pengembilan keputusan yang dapat mempengaruhi kolaborasi
3. Tiap pihak mengetahui keputusan pengelolaan
1. Adanya mekanisme yang disepakati tiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi 2. Keterlibatan pihak dalam
4
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Madiun, Provinsi Jawa Timur pada 4 Desember 1992.Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudar pasangan bapak Mas Kahono Teguh Suhartomo dan ibu Murwani Astuti. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis diantaranya TK Tadika Puri, SDN Ngadisuman-SDN Mojorejo 02, SMP Negeri 01 Madiun, dan SMA Negeri 05 Madiun. Penulis diterima di IPB pada tahun 2010 melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Mahasiswa IPB) dan pada tahun 2011 penulis dicatat menjadi mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.
Selama menmpuh pendidikan di IPB, penulis akif dalam kegiatan OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Madiun periode 2010-2011 dan sebagai pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2011-2013.Kegiatan yang pernah penulis ikuti selama menjadi mahasiswa IPB antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah dan Gunung Slamet, Purwodadi, Jawa Tengah (2012). Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan KPH Cianjur (2013), serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Way Kambas (2014).