• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

Putu Okta Suci Liani1 (23116049)

Dr. Andri Hernandi, S.T., M.T.2, Agel Vidian Krama, S.Pd., M.Si.1

1Institut Teknologi Sumatera, 2Institut Teknologi Bandung E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan salah satu taman nasional yang memiliki masalah perubahan luasan penutupan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan dan menganalisa penutupan lahan tersebut berdasarkan zonasi pengelolaan yang ada di kawasan Taman Nasional Way Kambas dengan menggunakan citra Landsat tahun 2013, 2016 dan 2019. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan klasifikasi terbimbing berdasarkan kemiripan maksimum (Maximum Likelihood). Hasil penelitian menunjukkan penutupan lahan pada tahun 2013 ke tahun 2016 yang mengalami peningkatan luas adalah lahan sabana, hutan mangrove, tanaman semusim lahan kering, hutan rawa dan lahan terbuka.

Sedangkan penutupan lahan pada tahun 2016 ke tahun 2019 yang mengalami peningkatan adalah tubuh air, hutan lahan rendah, hutan mangrove serta semak dan belukar. Penutupan lahan pada zona rimba dan zona pemanfaatan didominasi oleh lahan sabana, sedangkan zona konservasi khusus dan zona inti didominasi oleh lahan hutan. Lahan pada zona rimba memiliki proporsi tutupan lahan yang kurang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan kegiatan rehabilitasi untuk menambah luasan hutan.

Kata kunci : Penutupan lahan, Taman Nasional Way Kambas, Zonasi

ABSTRACT

A national park way kambas (TNWK) is one of a national park has a problem changes if the closure of. Land this research aims to acknowledge the changing covers land and analyze the closure of the land based on management of the zoning there in the way kambas national park by using the image of landsat 2013, 2016 and 2019. Methods used to conduct supervised classification based on maximum resemblance (maximum likelihood). The result showed the closure of the land in 2013 to year 2016 reported increased broad is the land, reeds the mangrove, the fields, wetland and open land. And the land in 2016 to year 2019, that experienced an increase in is the low forest land,

(2)

mangrove, and shrubs. Land in the jungle of zone and zone dominated by land reeds, and special conservation zone and zone the nucleus dominated by forest land. Land in jungle having proportion zone covering land poor. By thus it is reasonable to be repaired if rehabilitation projects to increase forest.

Keywords: Land cover, Way Kambas National Park, Zoning

PENDAHULUAN

Penutupan lahan didefinisikan sebagai kenampakan biofisik di permukaan bumi yang terdiri dari area vegetasi, lahan terbuka, lahan terbangun, tubuh air dan lahan basah [1].

Perubahan tutupan lahan (land cover) merupakan proses berubahnya luasan area baik membesar atau mengecil pada suatu tutupan dan guna lahan. Perubahan ini termasuk bagian dari dinamika alam dan kehidupan manusia. Tutupan lahan sendiri dapat menggambarkan keterkaitan antara proses alami dan proses sosial. Tutupan lahan juga dapat menyediakan informasi yang sangat penting untuk keperluan pemodelan serta untuk memahami fenomena alam yang terjadi di permukaan bumi [2].

Permasalahan yang akhir-akhir ini ditemui adalah menurunnya fungsi dan potensi hutan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan hutan, namun umumnya faktor-faktor tersebut berkaitan erat dengan praktik-praktik pembangunan dengan sistem produksi yang tidak berkelanjutan. Kerusakan hutan pada umumnya diakibatkan oleh penebangan secara besar-besaran dan pembukaan lahan untuk area perkebunan, transmigrasi maupun pertambangan. Hal ini tentu saja akan menimbulkan fenomena baru bagi daerah dan mahluk hidup yang selama ini menggantungkan hidup pada keberadaan hutan [3].

Di lain pihak, kelas penutupan lahan hutan rawa dan hutan sekunder mengalami peningkatan luas. Bila perubahan tutupan lahan ini tidak diwaspadai, bukan tidak mungkin luasan hutan primer akan terus tergerus dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya akan terancam punah. Perubahan penutupan lahan yang merupakan informasi penting dalam pengelolaan kawasan pelestarian alam, perlu melakukan pemantauan dan analisis terkait perubahan lahan serta pola alih guna lahan untuk

(3)

membantu memberikan tambahan informasi dalam mengambil tindakan pengelolaan ke arah yang lebih baik. Selain itu pemantauan perubahan tutupan lahan juga membantu menjaga potensi-potensi yang ada di kawasan konservasi, mengingat Taman Nasional Way Kambas yang menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG) dan Suaka Rhino Sumatera (SRS) semi-insitu badak sumatera satu satunya di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan [10]. Tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut.

metode Maximum Likelihood ini, piksel dikelaskan sebagai objek tertentu yang didasarkan pada bentuk, ukuran, dan orientasi sampel. Asumsi dari algoritma ini ialah bahwa objek homogen selalu menampilkan histogram yang terdistribusi normal [17].

Penelitian yang dilakukan [18] menyatakan bahwa pendekatan metode pengklasifikasi metode Maximum Likelihood lebih baik jika dibandingkan dengan metode Minimum Distance. Hal ini disebabkan pada Minimum Distance hanya memperhitungkan aspek jarak, pada metode Maximum Likelihood memperhitungkan informasi sekitar seperti rata-rata, variansi dan sebarannya.

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini citra yang digunakan untuk membuat peta penutupan lahan adalah citra Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2013, 2016 dan 2019. Tahapan tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan diagram alir berikut :

(4)

Identifikasi masalah

Studi Literatur

Pengumpulan data

Citra Landsat tahun 2013

Citra Landsat tahun 2016

Citra Landsat tahun 2019

Koreksi Geometrik Peta RBI Lampung Timur 1:50.000

RMS Error

< 0.5

Koreksi Radiometrik Tidak

Pemotongan Citra

Penentuan Training Area

Klasifikasi Terbimbing Maximum Likelihood

Peta tutupan lahan 2013

Peta tutupan lahan 2016

Peta tutupan lahan 2019 Mosaik

Analisa perubahan tutupan lahan

Uji Akurasi

> 80 %

Citra SPOT 7 Orthorektifikasi

Tidak

Gambar 3. 1 Tahap Pengolahan Data

Citra Landsat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Path 123 sedangkan row nya adalah 063 dan 064. Path dan row menunjukkan kode wilayah pada citra. Row merupakan baris yang menunjukkan keberadaan suatu wilayah dari utara ke selatan.

Sedangkan path merupakan baris yang menunjukkan keberadaan suatu wilayah dari

(5)

barat ke timur. Koreksi geometrik dilakukan agar posisi piksel pada citra dapat sesuai dengan posisi yang ada di Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI). Koreksi radiometrik ditujukan untuk memperbaiki nilai piksel yang disebabkan karena adanya pengaruh atmosfer pada citra supaya sesuai dengan yang seharusnya. Mosaik citra merupakan gabungan dari dua atau lebih citra yang saling bertampalan sehingga terbentuk paduan gambar yang berkesinambungan dan menampilkan daerah yang lebih luas.

Pemotongan citra (cropping) dilakukan untuk mengetahui lokasi penelitian yang diamati. Training area wajib dilakukan dalam klasifikasi metode terbimbing untuk benar-benar membedakan objek yang dimaksud.. Interpretasi visual citra dilakukan berdasarkan pengenalan ciri obyek secara spasial. Karakteristik obyek dapat dikenali berdasarkan unsur-unsur interpretasi seperti warna, bentuk, ukuran, pola, tekstur, bayangan, letak dan asosiasi kenampakan obyek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan interpretasi citra tahun 2013, 2016 dan 2019, penutupan lahan di Taman Nasional Way Kambas terbagi menjadi sembilan yaitu hutan lahan rendah, sabana, hutan mangrove, hutan rawa, tanaman semusim lahan kering, no data (awan dan bayangan awan), lahan terbuka dan semak belukar.

Gambar 4.1 Peta Penutupan Lahan Taman Nasional Way Kambas Tahun 2013

(6)

Gambar 4.2 Peta Penutupan Lahan Taman Nasional Way Kambas Tahun 2016

Gambar 4.3 Peta Penutupan Lahan Taman Nasional Way Kambas Tahun 2019

(7)

Tabel 4.1 Perubahan tutupan lahan tahun 2013 ke tahun 2016

No Kelas Tutupan Lahan 2013 (Ha) 2016 (Ha) Perubahan (Ha) 1 Hutan Lahan Rendah 45.361,07 41.791,98 - 3.569,09 2 Semak dan Belukar 12.657,20 6.304,413 - 6.352,77

3 Sabana 41.695,45 42.321,91 + 626,4661

4 Lahan Terbuka 3.519,03 3.747,96 +228,9328

5 Hutan Rawa 11.013,03 16.461,52 + 5.447,753

6 Hutan Mangrove 5.055,28 6.598,028 + 1.542,755

7 No Data 7.068,55 3.852,323 - 3.216,22

8 Tubuh Air 1.115,38 521,0304 - 594,346

9 Tanaman Semusim Lahan Kering

1.137,71 7.024,255 + 5.886,52

Tabel 4.2 Perubahan tutupan lahan tahun 2016 ke tahun 2019

No Kelas Tutupan Lahan 2013 (Ha) 2016 (Ha) Perubahan (Ha) 1 Hutan Lahan Rendah 45.361,07 41.791,98 - 3.569,09 2 Semak dan Belukar 12.657,20 6.304,413 - 6.352,77

3 Sabana 41.695,45 42.321,91 + 626,4661

4 Lahan Terbuka 3.519,03 3.747,96 +228,9328

5 Hutan Rawa 11.013,03 16.461,52 + 5.447,753

6 Hutan Mangrove 5.055,28 6.598,028 + 1.542,755

7 No Data 7.068,55 3.852,323 - 3.216,22

8 Tubuh Air 1.115,38 521,0304 - 594,346

9 Tanaman Semusim Lahan Kering

1.137,71 7.024,255 + 5.886,52

Pada tahun 2013 ke tahun 2016 konversi terbesar terjadi pada lahan tubuh air menjadi hutan mangrove dengan luas 262,99 Ha, sabana menjadi semak dan belukar dengan luas 3.553,3958 Ha, lahan terbuka menjadi hutan lahan rendah dengan luas 1.943,835 Ha. Kemudian pada tahun 2016 ke tahun 2019 konversi terbesar terjadi pada tubuh air

(8)

menjadi hutan mangrove seluas 441,423 Ha, sabana berubah menjadi lahan terbuka dengan luas 2933,429 Ha, lahan terbuka berubah menjadi hutan lahan rendah dengan luas 1649,961 Ha.

Gambar 1.4 Peta Zonasi Taman Nasional Way Kambas

Zona inti yang merupakan bagian terpenting dalam taman nasional mempunyai kondisi alam yang asli dan belum terganggu oleh manusia. Zona inti berfungsi sebagai perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna beserta habitatnya dan sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar. Penutupan lahan yang mendominasi pada zona inti adalah hutan lahan rendah dan sabana. Pada tahun 2013 ke tahun 2016 setiap kelas pada zona inti tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Pada tahun 2019 terjadi penurunan hutan lahan rendah, hutan rawa, no data, sabana, tubuh air serta peningkatan pada lahan hutan mangrove, tanaman semusim lahan kering, dan semak belukar.

(9)

Zona khusus (TPU) merupakan bagian taman nasional yang diperuntukkan untuk tempat pemakaman umum yang sudah turun temurun. Kelas hutan rawa pada zona khusus sejak tahun2013 sampai tahun 2019 terus mengalami penurunan. Sementara lahan sabana pada tahun 2016 ke tahun 2019 meningkat dengan luas 0,2 Ha.

Zona konservasi khusus merupakan bagian taman nasional yang digunakan untuk konservasi satwa langka badak Sumatera. Digunakan sebagai tempat penangkaran badak membuat semua kelas penutup lahan ada pada zona konservasi khusus.

Penutupan yang mendominasi adalah hutan. Zona inti berbeda dengan zona konservasi khusus, pada zona inti kondisi alamnya masih alami dan belum terganggu oleh aktifitas manusia sedangkan pada zona konservasi khusus lahannya dimanfaatkan khusus untuk pariwisata namun dibuka secara terbatas.

Zona pemanfaatan merupakan bagian taman nasional yang dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan jasa lingkungan. Berfungsi untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa lingkungan, Pendidikan, penelitian, dan kegiatan penunjang budidaya. Penutupan yang mendominasi pada zona pemanfaatan adalah lahan sabana, namun luasnya terus menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2013 ke tahun 2016 lahan sabana mengalami penurunan sebesar 0.1 Ha, kemudian pada tahun 2016 ke tahun 2019 turun lagi dengan luas 0.31 Ha.

Zona rimba merupakan bagian taman nasional yang mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona rimba didominasi oleh penutup lahan sabana. Hutan lahan rendah pada zona rimba sejak tahun 2013 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2013 luasnya 10.987 Ha, pada tahun 2016 luasnya 10.487 Ha, kemudian pada tahun 2019 luasnya menjadi 9.182 Ha. Sebagai zona yang mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan, proporsi penutupan lahan pada zona rimba terbilang kurang baik. Oleh karena itu perlu peningkatan kegiatan rehabilitasi untuk menambah luasan hutan, mengingat pentingnya zona rimba sebagai kawasan habitat satwa, dan termasuk zona pendukung bagi zona inti, dan tempat kehidupan satwa migran.

(10)

KESIMPULAN

Dari hasil klasifikasi citra untuk penutupan lahan di kawasan Taman Nasional Way Kambas kemudian dianalisa dengan berdasarkan zonasi pengelolaan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Penutupan lahan pada tahun 2013 ke tahun 2016 yang mengalami peningkatan luas adalah lahan sabana, hutan mangrove, tanaman semusim lahan kering, hutan rawa dan lahan terbuka. Sedangkan penutupan lahan pada tahun 2016 ke tahun 2019 yang mengalami peningkatan adalah tubuh air, hutan lahan rendah, hutan mangrove serta semak dan belukar.

2. Pada tahun 2013 ke tahun 2016 konversi terbesar terjadi pada lahan tubuh air menjadi hutan mangrove dengan luas 262,99 Ha, sabana menjadi semak dan belukar dengan luas 3.553,3958 Ha, lahan terbuka menjadi hutan lahan rendah dengan luas 1943,835 Ha. Kemudian pada tahun 2016 ke tahun 2019 koversi terbesar terjadi pada tubuh air yang berubah menjadi hutan mangrove seluas 441,423 Ha, sabana berubah menjadi lahan terbuka dengan luas 2933,429 Ha, lahan terbuka berubah menjadi hutan lahan rendah dengan luas 1649,961 Ha.

3. Penutupan lahan pada zona rimba dan zona pemanfaatan didominasi oleh lahan alang alang, sedangkan zona konservasi khusus dan zona inti didominasi berupa lahan hutan. Lahan pada zona rimba memiliki proporsi tutupan lahan yang kurang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan kegiatan rehabilitasi untuk menambah luasan hutan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] L. Kiefer, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1990.

[2] The Liang Gie, Efisiensi Kerja Pembangunan Negara, Jakarta: Erlangga, 2008.

(11)

[3] M. &. S. Baiquni, Pembangunan Yang Tidak berkelanjutan : Refleksi Kritis Pembangunan, Yogyakarta: Transmedia Global Wacana, 2002.

[10] sitorus, J, Analisis Pola Spasial Penggunaan Lahan dan Suburbanisasi di Kawasan JABODETABEK periode 1992-2000, Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2000.

Danoedoro, Projo, Pengantar penginderaan jauh digital, Yogyakarta: Andi offset, 2012.

Sarwoko, "Studi Banding antara Metode Minimum distance dan Gaussian Maximum Likelihood sebagai Pengklasifikasi Citra Multispektral," in Universitas Ponorogo, Ponorogo, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Kata kunci : klasifikasi citra, perubahan tutupan lahan, Taman Hutan Raya Wan Abdul

Lingkup pekerjaan : Kegiatan Reboisasi Pengkayaan Kawasan Hutan Koservasi tanun ZOt t Registei I Balai Taman Nasional Way Kambas dengan jenis kontrak tahun jamak

Hal ini juga terjadi dalam melakukan analisis perubahan tutupan lahan di Kabupaten Karo yang memperlihatkan tutupan lahan berupa pertanian dan lahan hutan mengalami

Walaupun terdapat perubahan 11.29 ha dari kelas tutupan lahan semak belukar dan ladang menjadi hutan sekunder, perubahan dari tutupan hutan sekunder menjadi tutupan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelas tutupan lahan yang ada di DAS Wampu dan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi di DAS Wampu antara tahun

Pengendalian perubahan penggunaan lahan di dalam kawasan TNGMb diarahkan untuk dapat meningkatkan luas tutupan hutan, sedangkan pengendalian perubahan penggunaan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tutupan lahan di Kabupaten Samosir pada tahun 2017, untuk mengetahui perubahan tutupan lahan di Kabupaten Samosir antara tahun 2005 dan

Dokumen ini membahas perubahan tutupan lahan di Kota Samarinda, Kalimantan