PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN
DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
(Skripsi)
Oleh
HANDOKO
FAKULTAS PERTAIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (TAHURA WAR)
Oleh Handoko
Perubahan tutupan hutan karena penguasaan lahan merupakan ancaman yang
serius untuk Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tutupan hutan pada tahun 1994, 1997,
2000, 2014, dan hal-hal yang terjadi terkait perubahan tutupan lahan di Tahura
WAR. Teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografi digunakan untuk
memonitor dan mengevaluasi perubahan tutupan lahan hutan yang terjadi sejak
tahun 1994 - 2014 dan mengetahui perubahan tutupan hutan yang terjadi pada
setiap blok pengelolaan. Data citra satelit landsat tahun 1994, 1997, 2000, 2014
dikumpulkan dan dianalisis. Selanjutnya pengamatan langsung di lapangan
dilakukan untuk penilaian akurasi (accuracy assessment) serta studi pustaka untuk
melihat kronologi peristiwa yang terkait perubahan hutan tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan luas hutan pada tahun 1994 adalah 9.090,1 ha atau 40,9%
dari luas keseluruhan Tahura WAR. Pada tahun 2000 tutupan hutan mengalami
penurunan tertinggi menjadi 5.428,7 ha atau 24,4% dari luas keseluruhan. Tahun
2014 luasan tutupan hutan mengalami peningkatan menjadi 8.953 ha atau 40,2%
dari luas keseluruhan.
ABSTRACT
FOREST COVER CHANGE IN GREAT FOREST PARK WAN ABDUL RACHMAN
By Handoko
Changes in forest cover due to land tenure is a serious threat to Great Forest Park
Wan Abdul Rahman. This study aimed to analyze changes in forest cover in 1994,
1997, 2000, 2014, and the things that happen related to changes in land cover in
Great Forest Park Wan Abdul Rahman. Techniques of remote sensing and
geographic information systems used to monitor and evaluate changes in forest
cover that have occurred since the year 1994 - 2014 and determine forest cover
changes that occur in each block management. Landsat satellite image data in
1994, 1997, 2000, 2014 were collected and analyzed. Furthermore, direct
observation in the field is done for assessment of accuracy as well as the literature
study to look at the chronology of events related to the change of the forest. The
results showed forest area in 1994 was 9.090,1 hectare or 40.9% of the total area
Great Forest Park Wan Abdul Rahman. In 2000 the highest forest cover has
decreased be 5.428,7 hectare or 24.4% of the total area. Forest cover in 2014 has
increased to 8.953 hectare or 40.2% of the total area.
PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN
DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
Oleh HANDOKO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Poncowarno Kecamatan
Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 23
Oktober 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Sapari dan Ibu
Muntoharotun.
Jenjang pendidikan Penulis dimulai pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 2
Poncowarno Kalirejo Lampung Tengah, kemudian melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kalirejo pada tahun 2002 hingga lulus pada
tahun 2005. Pada tahun 2005 Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Kalirejo dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, Penulis pernah menjadi
Asisten Dosen pada mata kuliah Penginderaan Jauh. Penulis pernah melakukan
turun lapang di Cagar Alam Anak Gunung Krakatau, Hutan Repong Damar
Pahmungan Krui, Taman Hutan Raya Wan Abdur Rachman, Taman Nasional
Way Kambas, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Penulis pernah
Manggala Wanabakti Jakarta, Seameo Biotrop Bogor, Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi
Alam Bogor. Pada tahun 2011, Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
selama ± 40 hari di Pekon Bukit Rigis Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung
Barat. KKN bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa
perkuliahan untuk dapat membantu masyarakat desa dalam menghadapi
permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Penulis juga telah
melakukan praktek umum pada tahun 2012 di BKPH Cipeundeui KPH
Purwakarta Perhutani selama ± 35 hari dan di Resort Pemerihan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan selama ± 35 hari.
Penulis aktif dalam organisasi kampus. Penulis pernah menjadi pengurus di
Himasylva (Himpunan Mahasiswa Kehutanan Universitas Lampung) menjadi
anggota Bidang III (Penelitian dan Pengembangan Organisasi) periode tahun
2009–2010 dan menjadi Sekretaris Umum pada periode pengurusan tahun 2010–
2011. Penulis pernah mengikuti Training Of Trainer (TOT) yang diadakan Sylva
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, kepersembahkan karya kecil ini untuk ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan tetes kringat dan air mata, selalu berdoa untuk keberhasilan, kasih sayang yang belimpah dan tak kenal lelah, serta
kakak dan adik tercinta yang tak henti-henti memberi dukungan dan semangat.
Saudara- saudaraku se-angkatan 2008 (Sylvester) terimakasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan selama ini, serta kebersamaan yang takkan pernah
kulupakan mulai dari awal di kehutanan hingga sekarang.
"Salah atau Benar Kalian Tetap Saudaraku"
SANWACANA
Assalamualaikum, Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul, ‘’Perubahan Tutupan Hutan di Taman Hutan
Raya Wan Abdul Rachman’’. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Darmawan S.Hut. M.Sc., selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, arahan, dan motivasi dan dosen pembimbing akademik atas
saran, kritik, motivasi dan nasehat yang telah diberikan hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M. Si., selaku dosen penguji dan Ketua
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung atas ilmu yang telah diberikan selama penulis duduk di bangku
perkuliahan.
5. Kepala dan Staf Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman atas izin dan bantuan kepada penulis selama
penelitian.
6. Pengurus Gabungan Kelompok Tani di wilayah Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman yang telah memberi bantuan kepada penulis selama
penelitian.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah
diberikan kepada penulis. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan
untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Wassalamuaikum war. wab.
Bandar Lampung, November 2014
DAFTAR ISI
B. Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan ... 7
C. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan ... 10
1. Pemasukan Data... 20
2. Pengolahan citra... 20
F. Analisis Perubahan Penutupan Lahan ... 23
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 24
A. Letak Geografis dan Administrasi ... 24
B. Letak, Luas, dan Batas Kawasan ... 24
C. Topografi Dan Tanah ... 26
D. Hidrologi ... 27
E. Vegetasi ... 27
F. Fauna dan Flora ... 28
G. Aksesbilitas ... 29
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Hasil Analisis Citra ... 30
B. Pembahasan ... 40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perubahan tutupan hutan dan hasil uji akurasi klasifikasi citra ... 32
2. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 1994-1997 ... 33
3. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 1997-2000 ... 33
4. Perubahan bentuk dan luas tutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 2000-2014 ... 33
5. Perubahan Tutupan Lahan Blok Perlindungan ... 37
6. Perubahan Tutupan Lahan Blok Pemanfaatan ... 37
7. Perubahan Tutupan Lahan Blok Koleksi ... 37
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema kerangka penelitian. ... 5
2. Proses pengolahan citra. ... 23
3. Peta Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. ... 26
4. Histogram luas tutupan lahan Taman Hutan Raya Wan Abdul ... 31
5. Hitogram perubahan tutupan hutan ... 13
6. Peta Tutupan Hutan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ... 35
7. Peta Tutupan Lahan Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Wan ... 38
8. Peta Tutupan Lahan Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan ... 39
9. Peta Tutupan Lahan Blok Koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul ... 39
10. Peta Tutupan Lahan Blok Koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul ... 40
11. Persiapan Ground Check Tahura WAR ... 58
12. Tutupan Hutan di Tahura WAR ... 58
13. Tutupan Agroforestri di Tahura WAR ... 59
14. Tutupan Semak di Tahura WAR ... 59
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Classification Accurasy Assessment ... 54
2. Foto-Foto Penelitian ... 58
3. Histogram Perubahan Tutupan Lahan Tiap Blok Tahura WAR ... 61
4. Dokumentasi UPTD Tahura WAR ... 63
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga
kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah,
mencegah erosi, menjaga keseimbangan iklim mikro, penghasil udara bersih,
menjaga siklus makanan dan pusat pengawetan keanekaragaman hayati bagi
masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman
hutan raya juga memiliki fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau
buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi (UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya)
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kehutanan No. 408/Kpts-II/1993 tanggal 10 Agustus 1993. Sebelum ditetapkan
sebagai Taman Hutan Raya, Reg.19 Gunung Betung ini berstatus sebagai kawasan
Hutan Lindung. Dengan adanya pertimbangan untuk menjamin pelestarian
lingkungan dan konservasi alam barulah status Reg. 19 Gunung Betung
ditingkatkan menjadi Taman Hutan Raya dengan luas 22.249,31 ha (UPTD
2
Penutupan lahan (Land cover) adalah objek fisik yang menutup permukaan tanah
yang meliputi vegetasi (alami maupun buatan), bangunan buatan manusia, tubuh
air, es, batuan dan permukaan pasir (padang pasir). Penutupan lahan
menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan.
Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan
jauh (Burley,1961 dikutip oleh Lo, 1995). Kondisi penutupan lahan di Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman berdasarkan vegetasinya terdiri dari vegetasi
hutan, baik itu hutan primer maupun hutan sekunder, semak belukar dan
alang-alang, juga kebun dan tanaman pertanian atau agroforestri. Vegetasi hutan primer
di kawasan ini pada umumnya berada pada daerah perbukitan dan pegunungan
yang sulit dijangkau masyarakat sehingga jauh dari gangguan. Pada kondisi
penutupan lahan hutan sekunder, semak dan alang-alang merupakan daerah
perambahan atau garapan masyarakat yang telah ditinggalkan dan telah
mengalami suksesi. Sedangkan adanya agroforestri di dalam kawasan Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan kawasan yang diperuntukkan
sebagai social forestry dan atau lahan rambahan yang dijadikan lahan pertanian
oleh masyarakat.
Sampai saat ini tekanan terhadap perubahan lahan hutan merupakan ancaman
yang serius untuk kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
Perambahan yang dilakukan oleh masyarakat mengakibatkan alih fungsi lahan dan
berdampak berkurangnya fungsi taman hutan raya sebagai pelindung proses
3
Data dan informasi mengenai perubahan penutupan lahan Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman menjadi hal penting yang diperlukan sebagai pertimbangan
pengambilan keputusan untuk pengelolaan kawasan hutan. Penginderaan jauh
(Remote Sensing) merupakan salah satu teknologi yang dapat diterapkan untuk
memperoleh data dan informasi mengenai penutupan lahan di Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman. Teknologi ini menggunakan foto udara atau citra satelit
melalui Sistem Informasi Geografis (SIG).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa besar perubahan tutupan hutan di Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman dari tahun 1994, 1997, 2000, dan 2014?
2. Apa yang terjadi selama kurun waktu tahun 1994 hingga tahun 2014 terkait
aktivitas masyarakat yang mengakibatkan perubahan tutupan hutan di Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis luas perubahan tutupan hutan di Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman tahun 1994, 1997, 2000, 2014.
2. Menganalisis aktifitas masyarakat terkait perubahan tutupan hutan di Taman
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Sumber informasi dan memperkaya data tentang perubahan penutupan lahan di
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 1994, 1997, 2000, dan 2014.
2. Bahan pertimbangan dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman
E. Kerangka Pemikiran
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang terletak di lintas Kota Bandar
Lampung dan Kabupaten Pesawaran memiliki peranan yang sangat penting, tidak
hanya untuk masyarakat sekitar Taman Hutan Raya tetapi untuk masyarakat yang
lebih luas di daerah Lampung. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dengan
multi manfaat sangat rentan terhadap ancaman pengrusakan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab seperti perambahan dan penebangan liar (illegal
logging).
Wijaya (2004) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penutupan
lahan diantaranya adalah pertumbuhan penduduk, mata pencaharian, aksesibilitas,
dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan pemerintah. Dalam hal ini,
diperlukan pemantauan untuk mengetahui perubahan penutupan lahan di Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut. Penggunaan citra Landsat dalam pemantauan luas areal penutupan lahan
merupakan pendekatan teknologi yang sesusai, mengingat teknologi ini dapat
5
Upaya pengelolaan yang optimal dibutuhkan agar Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman dapat dimanfaatkan secara lestari. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian tentang kondisi penutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman sehingga dapat menjadi informasi dan acuan dalam pengelolaan Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman ke depannya.
Skema kerangka penelitian dalam dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema kerangka penelitian. Penyajian data
Analisis data Citra 1994
Klasifikasi
Citra 1997 Citra 2000 Citra 2014
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perubahan Penutupan Lahan
Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami
perubahan kondisi pada waktu yang berbeda disebabkan oleh manusia (Lillesand
dkk, 2003). Deteksi perubahan mencakup penggunaan fotografi udara berurutan
di atas wilayah tertentu, dari fotografi tersebut penggunaan lahan untuk setiap
waktu dapat dipetakan dan dibandingkan (Lo, 1995). Ada dua faktor yang
menyebabkan terganggunya hutan, yaitu faktor alam dan faktor manusia.
Gangguan yang disebabkan oleh alam meliputi kebakaran hutan akibat petir dan
kemarau, letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan erosi
akibat hujan deras yang lama. Sementara itu gangguan terhadap hutan yang
disebabkan oleh manusia dapat berupa penebangan liar, penyerobotan lahan, dan
kebakaran. Sebagian besar perubahan lahan yang terjadi pada hutan saat ini ialah
dikarenakan faktor manusia, meskipun ada yang dikarenakan faktor alam tapi itu
sangat jarang ditemukan.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penutupan lahan diantaranya adalah
pertumbuhan penduduk, mata pencaharian, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung
kehidupan serta kebijakan pemerintah. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di
suatu wilayah telah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru untuk
7
penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan usaha yang dilakukan penduduk
di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang bekerja di bidang pertanian
memungkinkan terjadinya perubahan penutupan lahan. Semakin banyak
penduduk yang bekerja di bidang pertanian, maka kebutuhan lahan semakin
meningkat. Hal ini dapat mendorong penduduk untuk melakukan konversi lahan
pada berbagai penutupan lahan. Menurut Darmawan (2002), salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan adalah faktor sosial ekonomi
masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia terutama
masyarakat sekitar kawasan.
B. Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan
Faktor penting untuk menentukan kesuksesan pemetaan penggunaan lahan dan
penutupan lahan terletak pada pemilihan skema klasifikasi yang tepat dirancang
untuk suatu tujuan tertentu. Skema klasifikasi yang baik harus sederhana di dalam
menjelaskan setiap kategori penggunaan dan penutupan lahan (Lo, 1995).
Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu.
Informasi penutupan lahan dapat dikenali secara langsung dengan menggunakan
penginderaan jauh yang tepat. Sedangkan informasi tentang kegiatan manusia
pada lahan (penggunaan lahan) tidak selalu dapat ditafsir secara langsung dari
penutupan lahannya (Lillesand dkk, 2003). Berdasarkan Badan Planologi
Kehutanan, Departemen Kehutanan (2007, dalam Harjadi, 2009) klasifikasi
8
1. Hutan
a. Hutan lahan kering primer
Seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang
belum menampakan bekas penebangan, termasuk hutan ultra basa, hutan daun
jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut.
b. Hutan lahan kering sekunder
Seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah
menampakan bekas penebangan (kenampakan aluran dan bercak bekas tebang),
termasuk hutan kerdil, hutan kerangas, hutan di atas batuan kapur, hutan di atas
batuan ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut.
c. Hutan tanaman
Seluruh kawasan hutan tanaman yang sudah ditanami, termasuk hutan tanaman
untuk reboisasi. Identifikasi lokasi dapat diperoleh dengan peta persebaran hutan
tanaman.
d. Hutan rawa primer
Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa
gambut yang belum menampakan bekas penebangan, termasuk hutan sagu.
e. Hutan rawa sekunder
Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa
gambut yang telah menampakan bekas penebangan, termasuk hutan sagu dan
9
f. Perkebunan
Seluruh kawasan perkebunan, yang sudah ditanami. Perkebunan rakyat yang
biasanya berukuran kecil akan sulit diidentifikasi dari citra maupun peta
persebaran sehingga memerlukan informasi lain, termasuk data lapangan.
2. Pemukiman
Kawasan pemukiman, baik perkotaan, pedesaan, industri, dan lain-lain, yang
memperlihatkan pola alur rapat.
3. Sawah
Semua aktivitas pertanian lahan basah yang dicirikan oleh pola pematang. Kelas
ini juga memasukkan sawah musiman, sawah tadah hujan, sawah irigasi.
4. Lahan kering/lading
a. Pertanian lahan kering
Semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebun campuran dan
lading.
b. Pertanian lahan kering campur semak
Semua jenis pertanian kering yang berselang-seling dengan semak, belukar, dan
hutan bekas tebangan. Sering muncul pada areal ladang berpindah, kelas ini juga
memasukkan kelas kebun campuran.
5. Rawa
Kenampakan yang digolongkan sebagai lahan rawa yang sudah tidak berhutan.
6. Tubuh air
Semua kenampakan perairan, termasuk laut, sungai, danau, waduk, terumbu
10
7. Belukar
a. Semak/belukar
Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali atau kawasan
dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi
rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak menampakan lagi bekas/bercak
tebangan.
b. Belukar rawa
Kawasan bekas hutan rawa/mangrove yang telah tumbuh kembali atau kawasan
dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi
rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak menampakan lagi bekas/bercak
tebangan.
C. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan
Skema klasifikasi yang baik harus sederhana di dalam menjelaskan setiap kategori
penggunaan dan penutupan lahan. Satu faktor penting untuk menentukan
kesuksesan pemetaan penggunaan lahan dan penutupan lahan terletak pada
pemilihan skema klasifikasi yang tepat dirancang untuk suatu tujuan tertentu (Lo,
1995).
Skema klasifikasi merupakan rancangan skema penutupan lahan suatu wilayah
yang disusun berdasarkan informasi tambahan dari wilayah yang akan
diinterpretasikan. Sistem klasifikasi di atas disusun berdasarkan kriteria berikut:
(1) tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan
jauh harus tidak kurang dari 85%, (2) ketelitian interpretasi untuk beberapa
11
diperoleh dari penafsir yang satu ke yang lain dan dari satu saat penginderaan ke
saat yang lain, (4) sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang
luas, (5) kategorisasi harus memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari
penutupan lahannya, (6) sistem klasifikasi harus dapat digunakan dengan data
penginderaan jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda, (7) kategori harus
dapat dirinci ke dalam sub kategori yang lebih rinci yang dapat diperoleh dari citra
skala besar atau survey lapangan, (8) pengelompokkan kategori harus dapat
dilakukan, (9) harus memungkinkan untuk dapat membandingkan dengan data
penggunaan lahan dan penutupan lahan pada masa yang akan datang dan (10)
lahan multiguna harus dapat dikenali bila mungkin (Lillesand dkk, 2003).
D. Penginderaan Jauh (Remote Sensing)
Penginderaan jauh atau Remote Sensing adalah ilmu atau seni untuk memperoleh
informasi tentang objek,daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah
atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dkk, 2003). Menurut Lillesand dkk (2003)
terdapat dua proses utama dalam penginderaan jauh, yaitu pengumpulan data dan
analisis data. Analisis data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti
peta tematik, data statistik, dan data lapangan.
Menurut Lillesand dkk (2003) analisis citra Landsat secara digital dapat
12
1. Pemulihan citra (image restoration)
Merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki citra ke dalam bentuk yang
lebih mirip dengan pandangan aslinya. Perbaikan ini meliputi koreksi radiometrik
dan geometrik yang ada pada citra asli.
2. Penajaman citra (image enhancement)
Kegiatan ini dilakukan sebelum data citra digunakan dalam analisis visual, teknik
penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak kontras diantara
penampakan dalam citra. Pada berbagai terapan, langkah ini banyak
meningkatkan jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara visual dari citra.
3. Klasifikasi citra (image classification)
Teknik kuantitatif digunakan untuk menginterpretasi data citra digital secara
otomatis. Dalam proses ini setiap piksel yang diamati dievaluasi dan selanjutnya
diklasifikasi dalam kelas-kelas yang diinginkan atau sama dengan keadaan
pengamatan lapangan.
E. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Aronoff (1989) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem
informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola,
memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian. SIG menurut Burrough
(1986) merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penyimpanan,
pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang
berasal dari kenyataan dunia. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen berikut
(Gistut, 1994 dikutip dalam Prahasta, 2009):
a. Perangkat keras terdiri dari PC desktop, workstation, hingga multiuser host
13
b. Perangkat lunak, SIG merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara
modular dan basis data memegang peranan kunci.
c. Data dan informasi geografi, SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data
serta informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara
memasukan dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara
langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan
data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.
d. Manajemen suatu proyek SIG akan berhasil jika diatur dengan baik dan
dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua
tingkatan.
Menurut Prahasta (2009), subsistem-subsistem dari SIG adalah sebagai berikut:
1. Data input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan
data atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggungjawab
dalam mengkonversi atau mentransformasi format-format data aslinya ke dalam
format yang dapat digunakan SIG.
2. Data output
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.
3. Data manajemen
Subsistem ini mengorganisasi data, baik data spasial maupun data atribut ke
dalam sebuah data sedemikian rupa sehingga mudah untuk digunakan,
14
4. Data manipulation dan analysis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.
F. Citra Landsat
Dari sekian banyak satelit penginderaan jauh yang sering digunakan untuk
pemetaan penutupan lahan adalah Landsat (Land Satelit). Seri Landsat yang
dikenal pertama kali adalah Earth Resource Technology Satelit (ERTS). Citra
landsat merupakan satelit sumberdaya milik Amerika Serikat yang diluncurkan
sejak tahun 1972. Jenis cita yang direkam landsat hingga saat ini adalah Landsat
MSS dan Landsat TM/ETM+/OLI. Jenis citra Landsat yang sudah mengorbit saat
ini adalah Landsat generasi ke Delapan (Landsat 8). Landsat Data Continuity
Mission atau yang lebih dikenal Landsat 8 menggunakan sensor OLI (Onboard
Operational Land Image) dan TIRS (Thermal Infrared Sensor) yang diluncurkan
pada 11 Februari 2013 yang pada setiap saluran/kanal (band) mempunyai
karakteristik dan kemampuan aplikasi atau penggunaan yang berbeda.
Satelit Landsat membawa instrumen-instrumen tertentu dalam tugasnya
mencitrakan bumi. Sistem sensor dalam satelit landsat dan instrumen-instrumen
tersebut adalah:
1. Return Beam Vidicon (RBV). Instrumen ini pada dasarnya merupakan sistem
sensor mirip kamera televisi yang merekam gambar permukaan bumi di
sepanjang lintasan satelit. Hasil rekaman berupa frame image berukuran 185
km x 185 km. Pada Landsat 1 dan Landsat 2 digunakan 3 kamera RBV yang
dipisahkan oleh filter transmisi yang berbeda hingga memungkinkan
15
2. Multi Spectral Scanner (MSS). Sistem sensor ini berupa
sistem pemindai yang secara bersamaan dapat merekam bagian permukaan
bumi yang sama (scene) dengan menggunakan beberapa domain panjang
gelombang yang berbeda. Pada satelit Landsat, sistem sensor ini merekam
data 4 band dari spektrum terlihat (visible) hingga inframerah.
3. Thematic Mapper (TM). Instrumen ini adalah sistem sensor berupa crosstrack
scanner. Pada satelit Landsat, sistem sensor ini merekam data 7 band dari
domain terlihat (visible) hingga inframerah thermal (LWIR). Instrumen ini
mulai digunakan pada Landsat 4.
4. Enhanced Thematic Mapper (ETM). ETM atau ETM+ pada Landsat 7 adalah
sistem sensor yang merupakan perbaikan dari sistem TM dengan
tambahan band pankromatik yang beresolusi 15 m x 15 m untuk
mendapatkan resolusi spasial yang lebih tinggi.
5. Onboard Operational Land Imager (OLI) pada landsat 8 yang merupakan
buatan Ball Aerospace. Sistem sensor ini memiliki 9 band dan terdapat 2 band
yang baru terdapat pada satelit Program Landsat yaitu Deep Blue
Coastal/Aerosol Band (0.433 – 0.453 mikrometer) untuk deteksi wilayah
pesisir serta Shortwave-InfraRed Cirrus Band (1.360 – 1.390 mikrometer)
untuk deteksi awan cirrus.
6. Sensor Thermal InfraRed Sensors (TIRS). Instrumen ini juga terdapat pada
16
G. Global Positioning System
Global Positioning System (Sistem Pencari Posisi Global) atau yang biasa
disingkat GPS merupakan suatu jaringan satelit yang memancarkan sinyal radio
dengan frekuensi yang sangat rendah secara terus menerus (Puntodewo dkk
.2003). Satelit GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan akan
memancarkan data untuk menunjukan lokasi dan waktu pada saat itu. Sinyal
radio tersebut akan diterima oleh alat penerima GPS secara pasif dengan syarat
tidak ada halangan apapun di langit (pandangan terbuka). Data GPS merupakan
salah satu bentuk sumber data spasial SIG. Puntodewo dkk (2003) menyebutkan
bahwa teknologi GPS meberikan terobosan yang sangat penting dalam
menyediakan data untuk SIG karena keakuratan data yang diberikan oleh data
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura
WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini
berada di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Penelitian dilakukan
selama tiga bulan, yakni pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013.
B. Alat dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu GPS (global positioning
sistem), kamera, alat tulis, dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan
paket Sistem Informasi Geografis termasuk software Arcview 3.3 dan Erdas
Imagine 9.1.
Bahan penelitian yang digunakan adalah Peta Tata Batas Kawasan Taman Hutan
Raya Wan Abdul, citra Landsat TM, ETM+, dan OLI yang diambil pada tahun
berbeda yaitu tahun pengambilan 1994, 1997, 2000, dan 2014, serta data
penggunaan lahan Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
C. Batasan Penelitian
Wilayah penelitian didasarkan pada Peta Batas Taman Hutan Raya Wan Abdul
18
Wan Abdul Rachman (UPTD Tahura WAR) Tahun 2013. Hasil penelitian ini
dibatasi sampai tahap pengidentifikasian dan analisis perubahan penutupan lahan
yang terjadi di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dengan menggunakan
citra Landsat dari tahun 1994, 1997, 2000, dan 2014.
D. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data spasial merupakan data yang bersifat keruangan yang terdiri dari data citra
satelit Landsat dan Peta Batas Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Data-
data tersebut berasal dari UPTD Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan
situs resmi dari NASA yakni http://glovis.usgs.gov/. Selanjutnya data tersebut
digunakan untuk menganalisis perubahan lahan.
Data Ground Control Point (GCP) merupakan data yang menyatakan posisi
keberadaan sesuatu di permukaan bumi dalam bentuk titik koordinat. Data
tersebut diperoleh dengan melakukan survey di lapangan. Pengambilan data ini
dilakukan dengan cara menandai lokasi yang diambil datanya dan dicatat
koordinat lokasi melalui Global Positioning System (GPS). Selanjutnya data GCP
ini digunakan sebagai salah satu bahan dalam interpretasi citra satelit Landsat
19
2. Data Sekunder
Data atribut merupakan data yang berbentuk tulisan maupun angka-angka. Data
tersebut diantaranya data perubahan lahan yang pernah terjadi dan sejarah Tahura
WAR.
E. Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Pengamatan langsung di lapangan.
Pengamatan langsung di lapangan adalah pengamatan secara langsung oleh
peneliti untuk mengetahui keadaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan
peneliti melakukan pengambilan titik secara langsung di lapangan.
2. Wawancara dengan responden.
Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap Bapak
Saban Nasir Arpin selaku Ketua Gapoktan Sumber Agung dan pelaku sejarah
untuk memperoleh data mengenai sejarah perubahan penggunaan lahan.
3. Studi Pustaka.
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip
teori-teori yang berasal dari buku dan tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
4. Mengunduh citra landsat dari laman www.glovis.usgs.com.
20
F. Metode dan Cara Kerja 1. Pemasukan Data
Pemasukan data dilakukan dengan bantuan seperangkat komputer yang dilengkapi
dengan software Erdas Imagine 9.1 dan Arc View 3.3 yang menghasilkan
keluaran berupa data digital. Data ini digunakan sebagai acuan wilayah penelitian
dan koreksi geometrik pada pengolahan citra.
2. Pengolahan citra
Data citra Landsat TM , ETM+, dan OLI yang diperoleh diolah menggunakan
softwer Erdas Imagine 9.1. tahap-tahap pengolahan yang dilakukan sebagai
berikut:
a. Perbaikan citra (Image restoration)
Data citra yang diperoleh dikoreksi untuk menghilangkan kesalahan radiometrik
dan geometrik. Kesalahan radiometrik bertujuan untuk memperbaiki bias data
pada nilai digital piksel yang diakibatkan oleh gangguan atmosfir ataupun
kesalahan sensor. Koreksi geometrik bertujuan untuk menyesuaikan posisi citra
sesuai dengan kondisi geografi di permukaan bumi.
Penentuan tipe proyeksi dan sistem koordinat dilakukan terlebih dahulu untuk
penyeragaman data selama penelitian. Proyeksi yang digunakan adalah Universal
Transverse Mercator (UTM) dan sistem koordinat geografis menggunakan garis
latitude (garis Timur-Barat) dan garis longitude (garis Utara-Selatan).
Langkah selanjutnya melakukan proses resampling dengan metode
21
akan dikoreksi adalah nilai-nilai digital tiap piksel yang memiliki nilai/lokasi
terdekat.
b. Pemotongan citra (Subset image)
Pemotongan citra dilakukan dengan memotong wilayah yang dijadikan objek
penelitian. Wilayah yang masuk ke dalam area dipotong dengan Area of Interest
(AOI) berupa batas kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman .
c. Klasifikasi citra (Image classification)
Sebelum melakukan pengklasifikasian, dilakukan penetapan kelas-kelas spektral,
kemudian membuat aturan penetapan kelas-kelas spektral yang terliput oleh citra
satelit. Pembagian kelas didasarkan pada kondisi penutupan lahan sebenarnya di
lapangan dan dibatasi sesuai dengan kebutuhan pengklasifikasian. Klasifikasi citra
dibagi kedalam dua tahap yaitu klasifikasi tak terbimbing (unsupervised
classification) dan klasifikasi terbimbing (supervised classification). Klasifikasi
tak terbimbing dilakukan sebelum pengecekan lapangan, sedangkan klasifikasi
terbimbing dilakukan setelah pengecekan lapangan.
Kelas tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 kelas yaitu:
a) Hutan, terdiri dari hutan lahan kering primer yaitu seluruh kenampakan hutan
dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang belum menampakan bekas
penebangan, dan hutan lahan kering sekunder yaitu seluruh kenampakan hutan
dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah menampakan bekas
penebangan kenampakan aluran dan bercak bekas tebang.
b) Pertanian lahan kering (Agroforestri) yaitu semua aktivitas pertanian di lahan
22
c) Lahan terbuka yaitu seluruh kenampakan lahan bekas tebangan, pembukaan
lahan dan kebakaran hutan.
d) Semak yaitu areal bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali atau
kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau areal dengan dominasi
vegetasi rendah (alami).
e) Tidak ada data ( No data) dalam penelitian meliputi kenampakan awan, air, dan
bayangan awan.
d. Pemeriksaan lapangan (Ground Check)
Kegiatan yang dilakukan dalam pengecekan lapangan adalah pengambilan titik
koordinat pada tiap kelas dengan bantuan alat GPS Garmin tipe navigasi.
e. Pengukuran akurasi (accuracy assessment)
Akurasi citra dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keakurasian hasil klasifikasi.
Nilai akurasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai akurasi secara
keseluruhan (overall accuracy) dan akurasi kappa (kappa accuracy). Penilaian
tingkat akurasi dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil
pengecekan di lapangan (ground check).
23
G. Analisis Perubahan Penutupan Lahan
Citra hasil klasifikasi ditampilkan berdasarkan waktu perekaman citra untuk
menghasilkan tampilan areal perubahan penutupan lahan selama periode tahun
1994, 1997, 2000, dan 2014. Analisis perubahan penutupan lahan dilakukan
dengan membandingkan peta penutupan lahan tahun 1994, 1997, 2000, dan 2014
dengan cara menumpangsusunkan (overlay). Output hasil overlay tutupan lahan
disajikan dalam bentuk layout peta perubahan tutupan lahan dan tabel.
Selanjutnya, memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang diperoleh
sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan sekedar
angka-angka. Langkah-langkahnya adalah reduksi data, penyajian data dengan bagan
dan teks, kemudian penarikan kesimpulan.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis dan Administrasi
Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman mencakup luas areal
22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 1050 02’ 42,01” s/d 1050 13’
42,09” BT dan 050 23’ 47,03” s/d 050 30’ 34,86” LS.
Berdasarkan administrasi
pemerintahan kawasan ini berada di lintas Kota Bandar Lampung dan Kabupaten
Pesawaran (dahulu masuk Kabupaten Lampung Selatan), dengan 7 (tujuh)
wilayah kecamatan. Kawasan Taman Hutan Raya yang masuk Kota
Bandarlampung ± seluas 300 ha diwilayah Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk
Betung Utara dan Kecamatan Kemiling. Selebihnya ± 21.949,31 ha berada di
Kab. Pesawaran, meliputi; Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Gedong
Tataan, Kecamatan Way Lima dan Kecamatan Kedondong.
B. Letak, Luas, dan Batas Kawasan
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman memiliki panjang batas keliling
106.665,80 m, terdiri dari batas buatan (pal batas B/THR) sepanjang 83.191,31 m,
dan batas alam (sungai) 17.985,56 m serta batas enclave (buatan) 5.488,93 m
(untuk enclave I sepanjang 3.615,82 m dan enclave II sepanjang 1.873,11 m).
Jumlah pal batas buatan (B/THR) sebanyak 1.050 pal dan pal batas enclave 50 pal
25
Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pengelolaan Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman, maka berdasarkan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan,
kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibagi habis menjadi
blok-blok pengelolaan, yaitu:
a) Blok Perlindungan, bagian dari kawasan Taman Hutan Raya sebagai tempat
perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem serta penyangga kehidupan.
b) Blok Pemanfaatan, bentuk pemanfatan dalam kawasan Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman adalah untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan wisata
alam, pada blok ini juga dapat dibangun sarana dan prasarana kegiatan tersebut
(Maksimal 10% dari luas blok pemanfatan)
c) Blok Koleksi tumbuhan, sesuai dengan fungsi Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman pada blok ini diarahkan untuk koleksi tanaman asli dan bukan asli
serta langka atau tidak langka.
d) Blok lainnya (pendidikan, penelitian, dan social forestry), pada blok ini dapat
dilakukan aktivitas pendidikan dan penelitian serta pengelolaan hutan bersama
26
Gambar 1. Peta Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
C. Topografi Dan Tanah
Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibentuk oleh daerah
perbukitan dan pegunungan dengan topografi kawasan bervariasi mulai dataran
landai, curam dan sangat curam. Dataran landai meliputi kawasan dengan luas ±
675 ha, bergelombang-agak curam ± 3.650 ha dan curam ± 17.924,31 ha.
Kawasan ini memiliki ketinggian mulai 50 m s/d 1661 m dari permukaan air laut
(dpl). Daerah tertinggi terdapat di puncak pegunugan Gunung Pesawaran (1.661
m), Gunung Betung (1.240 m) dan Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu (1.660 m).
Daerah kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibentuk dari
komposisi geologi basalt endesit dan lapisan tufa intermedier dengan bahan plato
basalt dan sedikit endapan kwarter dan sedimen tufa masam. Dari komposisi
27
dari jenis tanah andosol coklat kekuningan, jenis tanah latosol cokelat tua
kemerahan dan latosol kemerahan.
D. Hidrologi
Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah
Catchment Area (tangkapan air) dari beberapa sungai/anak sungai yang terdapat
di kawasan ini. Dibagian selatan kawasan mengalir sungai Way Sabu yang
merupakan aliran sungai yang cukup panjang di kawasan ini dan bermuara di
Teluk Ratai. Sungai Way Ngeluk, Way Langka dan Way Berenung yang
bermuara di sungai Way Sekampung terdapat di bagian utara kawasan.
Sedangkan Way Semah, Way Harong, Way Padang Ratu, Way Kedondong dan
Way Awi merupakan sungai/anak sungai yang terdapat di barat kawasan. Di sisi
Timur kawasan mengalir sungai/anak sungai Way Balak, Way Betung, Way
Jernih dan Way Simpang Kanan, dll.
E. Vegetasi
Vegetasi kawasan hutan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibedakan
berdasarkan kondisi penutupan lahan yang ada, terdiri dari:
a) Vegetasi Hutan Primer
Vegetasi hutan primer dikawasan ini pada umumnya terdapat di daerah-daerah
perbukitan dan pegunungan, yaitu daerah sekitar puncak Gunung Betung, Gunung
28
b) Vegetasi Hutan Sekunder
Vegetasi hutan sekunder terdapat pada bagian kawasan yang telah mengalami
gangguan, terutama akibat pencurian kayu dan penebangan liar, kemudian
berangsur mengalami suksesi alam menjadi hutan sekunder.
c) Semak Belukar dan Alang-alang
Semak belukar dan alang-alang merupakan bagian kawasan hutan bekas areal
perambahan yang sudah ditinggalkan oleh masyarakat penggarap. Vegetasi
semak belukar ini pada umumnya dijumpai pada daerah kawasan yang
bergelombang dan lereng perbukitan di bagian selatan dan utara kawasan.
d) Kebun dan Tanaman Pertanian
Kebun dan tanaman pertanian didalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman merupakan areal kawasan yang dirambah oleh masyarakat dan dijadikan
lahan usaha pertanian, tanaman semusim dan pemeliharaan tanaman komoditas
perkebunan seperti; kopi, kakao, dan tanaman buah-buahan.
F. Fauna dan Flora
Jenis-jenis flora yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman terutama pada hutan primer antara lain jenis merawan (Hopea
mangarawan), medang (Litsea firmahoa), rasamala (Altingia excelsa), bayur
(Pterospermum sp.), jabon (Antocepalus cadamba), cempaka (Beilschildia sp.),
pulai (Alstonia scholaris), kenanga (Cananga odorata) dan lain-lain, serta jenis
29
Pada hutan sekunder dapat dijumpai jenis durian (Durio sp), makaranga
(Macaranga gigantea), kenanga (Cananga odorata), jabon (Antocepalus
cadamba), vitex (Vitex sp), bambu betung dan lain-lain.
Sedang satwa yang terdapat dikawasan ini dan diperkirakan menghuni di hutan
primer seperti Siamang (Symphalagus syndactilus), Kera (Macaca fascicularis),
Beruang Madu (Helarctos malayanus), Babi Hutan (Suscrofa sp), Ayam Hutan
(Galus galus) serta berbagai jenis burung.
G. Aksesibilitas
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman relatif mudah dicapai dari Kota Bandar
Lampung karena dilingkari oleh poros jalan Kota Bandar Lampung ke Padang
Cermin (kota kecamatan) sepanjang ± 40 km di sebelah selatan kawasan, dan rute
jalan raya Kota Bandar Lampung – Gedong Tataan – Kedondong (kota
kecamatan) sepanjang ± 50 km di sebelah utara kawasan.
Dengan demikian untuk mencapai bagian tertentu dari kawasan ini seperti air
terjun di Hurun, Wiyono dan lokasi Youth Camp Center (areal wisata
perkemahan) dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat (mobil) dan
kendaraan roda dua (sepeda motor), dengan waktu tempuh ± 30 menit.
Beberapa areal lain seperti lokasi pemanfaatan hutan kemasyarakatan (social
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dibagi menjadi 5
tipe klasifikasi lahan yaitu hutan, agroforestri, lahan terbuka, semak, dan tidak ada
data (No Data). Dalam kurun waktu 1994-2014, fluktuasi perubahan tutupan
hutan terjadi pada setiap periode. Periode tahun 1994-1997 luas tutupan hutan
menurun. Pada periode tahun berikutnya yakni tahun 1997-2000, luas tutupan
hutan masih mengalami penurunan. Periode tahun 2000-2014 luasan tutupan
hutan mengalami peningkatan.
Perubahan tutupan lahan didominasi oleh tutupan hutan dan agroforestri. Pada
periode tahun1994-1997 penutupan lahan hutan mengalami perubahan penurunan
terbesar menjadi agroforestri. Pada tahun 1997-2000 tutupan hutan masih
mengalami pengurangan menjadi agroforestri. Sedangkan pada tahun 2000-2014
perubahan terbesar terjadi pada agroforestri menjadi tutupan hutan. Jumlah tidak
ada data (No Data) tiap periode yakni sebesar 8.476,2 ha atau 38,1%.
Faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan dalam kawasan Taman
Hutan Raya Wan Abdul Rachman adalah adanya aktifitas manusia, perubahan
50
B. Saran
Perlu adanya monitoring secara bekelanjutandengan analisis citra, sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun upaya-upaya
perlindungan dan perbaikan tutupan lahan di Taman Hutan Raya Wan Abdul
51
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, S. 1989. Geographic Information Systems: A Management Perspective. Ottawa: WDI Publications.
Arpin, S.N. 2010. Awal HKM di Sumber Agung. Gapoktan Sumber Agung. Bandar Lampung.
Burrough, P.A. 1986. Principles of Geographic Information Systems for and Resources Assessment. Clarendon Press, Oxford.
Darmawan, A. 2002. Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau
Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Lillesand, T.M., R.W Kiefer. and J.W. Chipman. 2003. Remote Sensing and Image interpretation Fifth Edition. Buku. John Wiley &Son. United States of America.
Lo, C.P. 1995. Penginderaan Jauh Terapan. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Pasya, G., M. T. Sirait. 2011. Analisis Gaya Bersengketa (AGATA): Panduan Ringkas Untuk Memilih Bentuk Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: The Samdhana Institute.
Prahasta, E. 2009. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika.
Puntodewo, A., S. Dewi., J.Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis: Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: Center For International Forestry Research.
Sinaga, R.P. dan A. Darmawan. 2014. Perubahan Tutupan Lahan Di Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) .(Skripsi). Universitas Lampung. Lampung.
52
Wijaya, C.I. 2004. Analisis Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Cianjur Jawa Barat Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Skripsi. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Yusri, A. 2011. Perubahan Penutupan Lahan dan Analisis Faktor Penyebab Perambahan Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sumber Internet