• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI POHON PLUS DALAM BLOK KOLEKSI DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INVENTARISASI POHON PLUS DALAM BLOK KOLEKSI DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

INVENTARISASI POHON PLUS DALAM BLOK KOLEKSI DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

Oleh Moses Hasibuan

Inventarisasi pohon plus adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data mengenai pohon plus untuk memenuhi kebutuhan data yang berguna dalam budidaya pohon. Blok koleksi merupakan areal yang berada di dalam kawasan Tahura yang berisikan berbagai jenis tumbuhan baik jenis asli maupun tidak asli, yang berfungsi sebagai sarana perlindungan dan pelestarian, penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Informasi mengenai keberadaan pohon plus di blok koleksi masih belum memadai, sehingga perlu dilakukan kegiatan inventarisasi pohon plus guna penyediaan serta pemenuhan data. Penelitian ini dilakukan di Blok Koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman pada bulan Februari–Maret 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pohon-pohon yang memiliki kriteria sebagai pohon plus yang terdapat di Blok Koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Penelitian ini dilakukan dengan metode garis berpetak yang diletakkan secara sistematik. Data yang dihimpun meliputi jenis pohon, diameter batang, tinggi bebas cabang,

kelurusan batang, kondisi kesehatan pohon, produksi buah, sudut cabang, kebulatan bentuk lingkar batang, dan lokasi pohon plus. Berdasarkan hasil penelitian bisa dikemukakan bahwa di blok koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terdapat 9 spesies pohon yang teridentifikasi sebagai pohon plus, antara lain 7 spesies pohon berkayu yaitu 3 pohon tabu (Tetrameles nudiflora), 1 pohon dadap (Erythrina fusca), 1 pohon bayur (Pterospermum javanicum), 1 pohon ampelas (Ficus ampelas), 6 pohon randu (Ceiba pentandra), 1 pohon suren (Toona sureni), 1 pohon mindi (Melia azedarach) dan 2 spesies pohon MPTS, yaitu 1 pohon durian (Durio zibethinus), serta 1 pohon mangga (Mangifera indica) dengan jumlah keseluruhan individu pohon yang memenuhi kriteria pohon plus sebanyak 16 pohon.

(2)

ABSTRACT

PLUS TREES INVENTORY ON WAN ABDUL RACHMAN GREAT FOREST PARK COLLECTION BLOCK

By Moses Hasibuan

Plus tree inventory is activity for collecting and compiling data about plus trees. Collection block is an area within Great Forest Park region that contains different types of plant, either endemic or non-endemic plants, which serves for protection and preservation, research, science, education, support cultivation, culture, tourism and recreation. The information about the existence of plus trees on the collection block still rare. So, plus tree inventory still necessary to fulfill the data. This research was conducted in Wan Abdul Rachman Great Forest Park Collection Block at February to March 2012. The aim of this research is to identify the trees which has plus tree criterias. Data collected by using line terraced layers method which placed systematically. The collected data include the types of trees, trunk diameter, branch height, trunk straightness, tree’s health condition, fruit

production, branch corner, sphericity form of circumference stem, and the location of the plus tree. Based on the results, there were 9 species of trees that identified as plus trees,7 species of wooden trees, which are 3 taboo trees (Tetrameles

nudiflora), 1 dadap tree (Erythrina fusca), 1 purple coral tree (Pterospermum javanicum), 1 sandpaper tree (Ficus ampelas), 6 kapok trees (Ceiba pentandra), 1 red cedar tree (Toona sureni), 1 mindi tree (Melia azedarach) and 2 species of MPTS trees, 1 durian tree (Durio zibethinus), and 1 mango tree (Mangifera indica). Total number of individual tree that meets the plus tree criterias are 16 trees.

(3)

INVENTARISASI POHON PLUS DALAM BLOK KOLEKSI DI

TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

(Skripsi)

Oleh

MOSES HASIBUAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ... 20 2. Contoh tata letak plot di lapangan ... 21 3. Peta tanah penyusunan master plan kawasan hutan Taman

Hutan Raya Wan Abdul Rachman Reg 19 ... 28 4. Peta sebaran pohon plus dalam blok koleksi Taman Hutan Raya

Wan Abdul Rachman ... 49 5. Kondisi vegetasi di salah satu petak ukur dalam blok koleksi

Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ... 50 6. Salah satu pohon plus yaitu randu (Ceiba pentandra) di petak

ukur ke -3 ... 50 7. Salah satu pohon plus yang ditumbuhi liana yaitu bayur

(Pterospermumjavanicum) di petak ukur ke-2 ... 51 8. Kegiatan pengukuran diameter batang pohon mindi

(Melia azedarach) di petak ukur ke-7 ... 51 9. Pohon durian (Durio zibethinus) yang sedang berbuah di petak

ukur ke-8 ... 52 10.Salah satu pohon pembanding yaitu cengkuang

(5)

DAFTAR ISI

C. Metode Penunjukan Pohon Plus... 8

D. Seleksi Pohon ... 9

E. Kriteria Penilaian Seleksi Pohon Plus ... 10

F. Pengukuran Pohon ... 11

G. Jenis-jenis Gangguan Kesehatan Tanaman Hutan ... 13

(6)

F. Analisis Data ... 25

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 26

A. Status ... 26

B. Kondisi Biologi ... 26

C. Aksesibilitas ... 27

D. Tanah dan Batuan Induk ... 27

E. Hidrologi ... 29

F. Tipe Iklim ... 29

G. Penutupan Lahan ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Baitulherbal. 2010. Tanaman Herbal Indonesia-Dadap. Diakses dari

http://baitulherbal.com/tanaman-herbal/tanaman-herbal-indonesia-dadap/ Mei 2012 15.00 WIB.

Departemen Kehutanan. 2006. Seleksi Pohon Plus. Booklet . Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura. Sumedang. 28 p.

___________________. 2006. Manual Seleksi Pohon Plus. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura. Sumedang. 31 p.

Dharmawati, F. D. dan A. A. Pramono. 2002. Identifikasi Calon Pohon Plus Benuang (Octomeles sumatrana) di Pulau Seram. Buletin Tekno Benih. VIII (1) : 30-39.

Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2006. Master Plan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. PT Laras Sembada . Jakarta. 94 p.

Djamhuri, E., Supriyanto., I. Z. Siregar., U. Y. Siregar., A. Sukendro., S. Wilarso., P. Pamungkas., dan R. Safei. 2006. Petunjuk Teknis Seleksi Pohon Induk. IPB. Bogor. 61 p.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 210 p.

_________. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 234 p.

_________. 2010. Panduan Praktikum Silvikultur Intensif. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 43 p.

KPH Kendal. 2011. Monitoring dan Evaluasi Jenis Tanaman Rimba Eksotik di KPH Kendal. Diakses dari www.kphkendal.comfileseksotik.pdf Mei 2012 14.30 WIB.

Mulyadi, A. 2011. Kapuk Randu. Diakses dari http://blog-indonesia.com/blog-archive-14852-37.html Mei 2012 16.35 WIB.

(8)

Reksohadiprodjo, S. 1994. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Penerbit BPFE. Yogyakarta. 200 p.

Rochmini, M. 1994. Pemuliaan Pohon di Perum Perhutani. Duta Rimba. Diakses dari http:// isjd.pdii.lipi.go.idadminjurnal19169170943136.pdf 14

Desember 2011 18.30 WIB.

Schmidt, L. 1993. Selection of Plus Trees. Gudlines on Selection Practices in Tree Improvement. Field Manual No. 2 RAS/91/004. UNDP/FAO Regional Project on Improved Productivity of Man-made Forest Trough Application of Technological Advances in Tree Breeding and Propagation (RAS/91/004). 13 p.

Simon, H. 1996. Metoda Inventore Hutan. Aditya Media. Yogyakarta. 585 p. Soerianegara, I. dan E. Djamhuri. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Departemen

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 198 p.

Sumardi, S. dan M. Widyastuti. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 167 p.

UPTD Tahura Wan Abdul Rachman. 2002. Statistik Data Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman Register 19 Gunung Betung. Bandar Lampung. 11 p. Wahyudi, T., T. R. Panggabean, dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao.

(9)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan yang mempunyai fungsi perlin-dungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Salah satu kawasan pelestarian alam yang berada di Provinsi Lampung adalah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990, Tahura (Taman Hutan Raya) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli yang dimanfaatkan untuk

kepentingan penelitian, pengembangan ilmu dan pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekresi alam. Tahura dibagi menjadi beberapa beberapa blok dengan tujuan mempermudah penge-lolaannya.

(10)

2 tidak langka yang perlu dilindungi dan dilestarikan serta pengembangan sesuai fungsinya.

Blok Koleksi tanaman memiliki keanekaragaman jenis pohon yang relatif sedang dan bersifat heterogen. Terdapat berbagai jenis pohon yang tumbuh baik pohon-pohon berkayu keras seperti randu alas (Ceiba pentandra), dadap (Erythrina fusca), ampelas (Ficus ampelas) dan juga pohon-pohon yang bersifat multi guna (multi purpose tree spesies) seperti durian (Durio zibethinus), tangkil (Gnetum gnemon), dan mangga (Mangifera indica).

Areal blok koleksi tanaman yang terdapat di dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dapat dijadikan sebagai penunjang budidaya dan pemuliaan yang mencakup berupa kegiatan identifikasi dan seleksi pohon plus. Identifikasi pohon plus merupakan suatu cara dalam mengenali, menganalisis beberapa jenis pohon yang layak untuk dijadikan pohon plus. Identifikasi ini dimaksudkan agar dapat diketahui dan didapatkan secara terperinci informasi mengenai suatu individu pohon secara meyeluruh dari masa berbuah dan berbunga serta informasi lainya yang menyangkut individu pohon plus tersebut, sehingga dapat membantu kita dalam menentukan pohon plus. Dengan dilakukannya identifikasi, maka nantinya kita dapat memilih individu-individu pohon yang memiliki kualitas fenotip yang baik yang dapat dijadikan sebagai bahan tanaman berkualitas.

(11)

organ vegetatif untuk bahan tanaman. Pohon plus harus memiliki fenotipe yang lebih baik dilihat dari pertumbuhannya, bentuk batang, kualitas kayu, atau karakteristik lainnya yang diharapkan. Pemilihan pohon plus didasarkan pada karakteristik genetik, walaupun pohon dengan karakter fenotipe yang baik berpeluang tinggi untuk memiliki karakter genotipe yang baik dengan nilai heritabilitas yang dapat ditolerir (Departemen Kehutanan, 2006).

Identifikasi dan seleksi pohon plus memiliki arti penting sebagai langkah awal dalam suatu program pemuliaan pohon berupa penangkaran (breeding) yang berarti bagian dari suatu pondasi yang akan memberikan bahan-bahan ta-naman yang bagus yang dapat digunakan untuk kedepannya sebagai sumber benih yang memiliki kualitas bagus, sehingga keberhasilan atau kegagalan dari program penangkaran ini secara tidak langsung bergantung pada kegiatan identifikasi dan seleksi pohon plus. Diharapkan nantinya dengan diperoleh pohon yang memiliki genotipe yang bagus, akan diperoleh pula pohon-pohon yang memiliki genotipe yang bagus.

Informasi mengenai keberadaan pohon plus di areal blok koleksi tanaman Tahura Wan Abdul Rachman masih belum memadai. Oleh karena itu, perlu diadakan kegiatan inventarisasi berupa identifikasi dan seleksi pohon

(12)

4

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pohon-pohon yang me-miliki kriteria sebagai pohon plus yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Provinsi Lampung.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menyediakan data dan informasi mengenai keberadaan pohon plus di areal blok koleksi tanaman Tahura Wan Abdul Rachman.

D. Kerangka Pemikiran

Kebutuhan manusia akan kayu dari waktu ke waktu semakin meningkat. Selain digunakan sebagai bahan bangunan, mebel, industri dan lain sebagainya, kayu juga memiliki nilai estetika sehingga memberikan kesan indah baik dari segi bentuk maupun tekstur kayu. Kebutuhan manusia akan beberapa jenis kayu tidak seimbang dengan jumlah kayu tersebut di alam. Akibatnya terjadi kelangkaaan beberapa jenis kayu, bahkan ada beberapa jenis kayu yang telah masuk dalam appendix CITIES sebagai tanaman yang langka dan perlu dilindungi. Hal ini diperparah lagi dengan terjadinya

(13)

adanya suatu teknologi penyediaan benih sebagai bagian dalam pembangunan suatu hutan tanaman dengan kualitas yang baik.

Hutan tanaman merupakan suatu areal yang sengaja ditanami pohon dengan tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi. Untuk keperluan hutan tanaman yang diharapkan mampu memiliki produktivitas tinggi, maka teknologi penyediaan benih yang berkualitas baik merupakan salah satu hal yang vital. Benih yang tersedia setidaknya harus memiliki kualitas genetik, fisik dan fisiologis yang baik. Untuk mendapatkan sumber benih/bibit yang berkualitas diperlukan adanya identifikasi dan seleksi pohon plus/induk. Identifikasi dan seleksi pohon bertujuan agar dapat memilih individu-individu pohon yang memiliki sifat fenotipe baik di mana nantinya benih atau bahan vegetatifnya akan diambil unuk dijadikan sumber bahan tanaman.

Identifikasi dan seleksi pohon plus/induk merupakan bagian dari kegiatan inventarisasi pohon plus. Dengan dilakukannya inventarisasi pohon

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pohon Plus

Pohon induk merupakan pepohonan terpilih di antara pepohonan yang ada di suatu areal pengelolaan hutan yang di tunjuk sebagai pohon tempat pengam-bilan organ generatif (biji) atau organ vegetatif untuk bahan tanaman. Pohon induk disebut juga pohon plus, mengingat pohon tersebut memiliki sifat-sifat unggul yang tampak pada ekspresi fenotipenya (Indriyanto, 2008).

Menurut Zobel dan Talbert (1987) dalam booklet seleksi pohon plus, pohon plus merupakan pohon yang telah direkomendasikan sebagai tegakan

breeding atau populasi produksi yang ditetapkan berdasarkan beberapa kriteria. Sedangkan menurut Departemen Kehutanan (2006), Pohon plus adalah suatu pohon yang memiliki penampakan lebih baik dari rata-rata pohon yang terdapat disekitarnya dan terlihat dengan jelas.

(15)

Pohon plus adalah sebuah pohon yang direkomendasikan untuk produksi atau kebun persilangan setelah proses pemilihan (Schmidt, 1993). Secara

sederhana pohon plus sering didefinisikan sebagai individu pohon yang diinginkan sesuai dengan tujuan perbaikan sifat di dalam program pemuliaan pohon (Departemen Kehutanan, 2006).

B. Ciri-ciri Pohon Plus/Induk

Menurut Darjadi dan Hardjono (1976) dan Fandeli (1976) yang dikutip oleh Indriyanto (2008), setiap pohon yang akan dipilih sebagai pohon plus/induk harus memiliki sifat-sifat unggul, antara lain sebagai berikut.

a. Bentuk batang, tajuk dan pertumbuhannya bagus.

b. Tajuk pohon mendapat cahaya dari arah samping dan atas. c. Pohon tersebut telah diketahui masa berbunga dan berbuahnya. d. Pohon tersebut tidak tertekan atau ternaungi oleh pohon-pohon di

sekitarnya.

e. Pohon tersebut dalam kondisi sehat (tidak teserang oleh hama ataupun penyakit).

(16)

8 beberapa karakter lain yang diinginkan dan tampak dapat diadaptasikan

(Schmidt, 1993).

Menurut Rochmini (1994), karakter umum yang biasa dipergunakan dalam seleksi pohon plus antara lain sebagai berikut.

1. Petumbuhan riap 2. Bentuk batang

3. Kemampuan pruning secara alami yang bagus 4. Tajuk sempit, rapi dan bagus bentuknya 5. Sehat (tahan penyakit)

6. Sudah mengalami pembungaan (mampu berbunga) 7. Kualitas kayu bagus.

C. Metode Penunjukkan Pohon Plus

Beberapa metode penunjukkan pohon plus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut (Departemen Kehutanan, 2006).

1. Metode okuler

Adalah metode yang paling sederhana, pada metode ini pemilihan pohon plus tanpa pengukuran organ pohon atau penilaian sifat, tetapi penilaian sifatnya hanya berdasarkan pada kenampakan bahwa pohon tersebut bagus dan sehat.

2. Metode pohon pembanding

(17)

3. Sistem garis-dasar (base-line system)

Pemilihan pohon plus dilakukan atas dasar variabel bebas dan tak bebas, misalnya menggunakan tinggi pohon dari 10 sampai dengan 20 pohon dominan atau kodominan pada suatu umur tertentu, selanjutnya dibuat garis regresi. Jika kandidat pohon plus dapat melampaui nilai rata-rata atau terletak di atas garis regresi, maka pohon tersebut dapat ditetapkan sebagai pohon plus.

4. Metode standard absolute

Suatu sifat (misal diameter batang, tinggi pohon) dibandingkan dengan tabel volume pada tabel bonita tertentu pada daerah tertentu.

D. Seleksi Pohon

Seleksi pohon merupakan suatu proses pemurnian hutan yang dilakukan dengan memilih individu-individu pohon dengan sifat tertentu dan baik, serta disukai untuk dikembangbiakkan. Sifat-sifat pohon yang biasanya diseleksi antara lain tinggi pohon yang unggul, diameter batang pohon yang unggul, daya lepas cabang yang baik, batang yang lurus, percabangan yang mendatar, tajuk yang sempit, tajuk yang padat dan simetris terhadap sumbu batang, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap kekeringan, dan mempunyai kualitas kayu yang baik (Indriyanto, 2010).

Seleksi pohon dapat dilakukan dengan tiga cara, antara lain sebagai berikut (Indriyanto, 2010).

(18)

10 dipergunakan pada tahap permulaan dari program pemuliaan dan pada kegiatan penetapan pohon-pohon induk untuk membangun TB, APnB, KBS, dan KBK.

2. Seleksi famili yaitu pemilihan pohon-pohon yang didasarkan atas penilaian sifat fenotipe induk betinanya.

3. Seleksi berulang yaitu pemilihan pohon hasil keturunan dari pohon-pohon induk hasil seleksi massa ataupun seleksi famili, oleh karena itu seleksi ini disebut dengan seleksi dua tahap.

E. Kriteria Penilaian Seleksi Pohon Plus

Menurut Djamhuri dkk. (2006), untuk menilai pohon kandidat yang dipilih ada beberapa kriteria yang digunakan, antara lain sebagai berikut.

1. Tinggi pohon minimal sama dengan rata-rata tinggi pohon pembanding/ pohon-pohon yang tumbuh di dalam tegakan.

2. Diameter batang minimal 10% lebih besar dibandingkan rata-rata diameter pohon pembanding/pohon-pohon yang tumbuh di dalam tegakan.

3. Batang bebas cabang minimal 50% dari tinggi pohon.

4. Panjang bentuk batang yang lurus dan silindris minimal 50% dari tinggi bebas cabang.

5. Diameter cabang maksimal 50% dari diameter batang tempat kedudukan cabang yang bersangkutan.

6. Sudut cabang minimal 50 derajat.

(19)

8. Kemampuan pemangkasan alami minimal sedang (LCR>30%--50%). Jumlah skor hasil penghitungan yang dilakukan terhadap setiap karakter calon pohon plus pada setiap metode minimal 60. Bila kondisi calon pohon plus cukup baik sehingga jumlah pohon yang memiliki skor minimal 60 cukup banyak, maka kriteria skor minimal dapat dinaikkan. Penetapan pohon plus dibatalkan walaupun memiliki skor minimal 60 jika salah satu kriteria ber- nilai 0 (Departemen Kehutanan, 2006).

Seleksi untuk pohon plus sebaiknya dikonsentrasikan pada ciri yang memiliki heritabilitas moderat sampai kuat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bentuk batang, kualitas kayu, dan ketahanan terhadap penyakit memiliki heritabilitas lebih tinggi daripada kecepatan tumbuh, kualitas tajuk dan dahan (Schmidt, 1993).

F. Pengukuran Pohon

1. Pengukuran Tinggi

(20)

12 1. Tinggi batang bebas cabang (hb) yaitu tinggi pohon dari pangkal batang

di permukaan tanah sampai ke cabang pertama untuk jenis daun lebar atau crown point untuk jenis konifer, yang membentuk tajuk.

2. Tinggi batang komersil (hm) yaitu tinggi batang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan.

3. Tinggi tunggak (hs) yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada saat waktu penebangan.

4. Tinggi total (h), merupakan tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon. Tinggi total biasanya digunakan untuk menentukan kelas bonita.

2. Pengukuran Diameter

(21)

diameter batang diukur pada 30 cm di atas ujung banir. Pengukuran diameter setinggi dada juga menghadapi masalah bila bentuk batang disekitar ketinggian 1,3 m tidak normal, misalnya membesar, mengecil, atau bercabang dua. Untuk pohon yang membesar atau mengecil dilakukan pengukuran dengan cara menghitung rata-rata bentuk normal di atas dan di bawah bagian yang tidak normal tersebut. Untuk pohon yang bercabang, pengukuran diameter pohon bergantung pada letak percabangan itu. Bila percabangan terletak di bawah 1,3 m pengukuran dilakukan di atasnya dan pohon tersebut dianggap terdiri atas dua pohon atau lebih tergantung dari jumlah cabangnya. Bila percabangannya terletak di atas 1,3 m, maka pohon tetap dianggap hanya satu dan pengukuran diameternya dilakukan di bawah percabangan.

G. Jenis-Jenis Gangguan Kesehatan Tanaman Hutan

Beberapa gangguan penting yang dapat menurunkan kualitas kayu maupun menyebabkan kematian tanaman hutan adalah sebagai berikut.

1. Luka terbuka (openwound)

(22)

14 2. Kanker batang (stem cancers)

Tanaman yang terserang akan mengalami kerusakan pada batang pokok atau cabang. Kerusakan berupa benjolan/pembengkakan jaringan batang dan serat kayu. Patogen penyebab kanker lebih aktif pada area dengan curah hujan tinggi dimana banyak terdapat tanaman rentan.

3. Bercak daun (leaf spot)

Gejala penyakit ini adalah terdapat bercak yang awalnya berwarna kuning muda di sisi bawah daun, gejala lanjutan bercak berubah menjadi kuning tua. Gejala lain, terbentuk sejenis tepung berwarna jingga yang terdiri dari jamur Urediospora penyebab penyakit. Daun kemudian gugur dan

akhirnya menyebabkan tanaman mati. 4. Gugur daun (defoliasi)

Salah satu penyebab penyakit ini adalah jamur Corynespora yang

membentuk toksin yang menyebabkan perubahan warna yang meluas pada daun. Daun yang terserang menguning, berubah menjadi coklat dan gugur. 5. Mati pucuk (dieback)

Bagian pucuk tanaman mengalami kekeringan yang diikuti kematian yang menyebabkan patah. Kerusakan ini menyebabkan tunas banyak tumbuh pada batang utama sehingga pertumbuhan tanaman menurun, mengurangi produksi kayu dan menghasilkan pohon yang nilai ekonominya rendah. 6. Klorosis

(23)

7. Sapu setan (witches broom)

Gejala penyakit ini ditandai dengan berkembangnya tunas-tunas aksiler menjadi berkas ranting-ranting yang rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terjadinya hambatan perkembangan ruas batang (internodia) dan daun, sehingga ruas menjadi sangat rapat dan daun kecil-kecil.

8. Busuk hati (heart rot)

Penyakit ini menyebabkan kayu teras bagian dalam busuk dan berlubang (growong).

9. Busuk jaringan (tissue decay)

Tanaman yang terserang umumnya memperlihatkan gejala

gummosis/resisnosis yaitu keluarnya cairan akibat membusuknya jaringan tanaman.

10. Busuk akar (root rot)

Penyakit ini dibedakan menjadi dua, yaitu busuk akar putih (white root rot) dan busuk akar merah (red root rot) atau jamur akar merah. Tanaman yang terserang penyakit busuk akar putih akan menampakkan gejala daun

menguning dan kemudian rontok, yang disertai matinya ranting-ranting. Pohon yang terserang kadang-kadang membentuk bunga sebelum

massanya, perakaran membusuk sehingga pohon mudah rebah. Tanaman yang terserang jamur akar merah akan menampakkan gejala daun pucat, layu, merana dan akhirnya mati. Perakaran membusuk dan banyak

(24)

16

H. Tahura Wan Abdul Rachman

Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman hutan raya dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Tahura adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990).

Tahura Wan Abdul Rachman pada awalnya merupakan kawasan hutan lindung register 19 Gunung Betung. Kemudian berdasarkan keputusan Menteri

Kehutanan Nomor 408/Kpts–II/1993 tanggal 10 Agustus 1993 diubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

Tujuan pengelolaan dan fungsi tiap tiap blok Tahura berdasarkan rencana strategis pengelolaan Tahura (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006) meliputi sebagai berikut.

1. Blok Wisata Alam

(25)

menjamin kelestarian potensi dan daya tarik alam untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.

2. Blok Koleksi Tanaman

Areal atau wilayah di dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman yang berisikan jenis tumbuhan asli atau bukan asli, langka maupun tidak langka yang perlu dilindungi dan dilestarikan serta pengembangan sesuai

fungsinya kawasan Tahura. 3. Blok Perlindungan

Tujuan pengelolaan blok perlindungan yaitu memberi perlindungan mutlak ekosistem hutan alam, flora, fauna, dan proses hidrologi. Blok

perlindungan berfungsi sebagai perlindungan tata air (hidrologi). Vegetasi hutan alam, berfungsi sebagai perlindungan keanekaragaman hayati flora dan fauna serta pemanfaatan untuk penelitian ilmu pengetahuan dan penunjang budidaya.

4. Blok Pendidikan dan Penelitian

Merupakan bagian dari kawasan Tahura yang berfungsi sebagai penunjang pendidikan dan penelitian guna menambah aspek pengetahuan dan

keilmuwan yang berkaitan dengan bidang kehutanan. 5. Blok Social Forestry

Wilayah sekitar Tahura yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat melalui kegiatan pengembangbiakan/perbanyakan/perbesaran sumber daya alam hayati tertentu dan kegiatan perekonomian guna memenuhi

(26)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Blok Koleksi Tanaman Tahura Wan Abdul Rachman. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari 2012 sampai dengan Maret 2012.

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitian berupa pohon yang berada di blok koleksi tanaman. Alat penelitian yang digunakan adalah pita meter, kamera digital, GPS, komputer, cat, kuas, alat tulis, lembar pengamatan (tally sheet), haga, kompas, kalkulator dan meteran nol.

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian meliputi :

1. Blok koleksi tanaman adalah suatu areal dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman yang didalamnya terdapat berbagai jenis spesies tumbuhan asli maupun tidak asli atau eksotik.

(27)

3. Pohon plus merupakan pohon yang memiliki sifat unggul yang tampak pada fenotipenya.

4. Pengambilan data hanya dilakukan pada plot berukuran 20 meter X 20 meter.

D. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah jenis pohon, tinggi pohon, diameter batang, tinggi bebas cabang, kelurusan batang, kondisi kesehatan pohon, produksi buah, sudut cabang, kebulatan bentuk lingkar batang, dan lokasi pohon plus.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang dimaksud berupa data keadaan umum lokasi

penelitian, status kawasan, dan penutupan lahan yang diperoleh atau digali dari berbagai literatur atau sumber pustaka maupun tulisan-tulisan yang menunjang.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

(28)

20

(29)

Plot pengamatan berukuran 20 m x 20 m dengan intensitas sampling 0,04%. Dari luas total 845,54 ha akan diambil luas sampel 3382,16 m2 yang kemudian dibagi menjadi 9 petak. Jarak antar garis rintis 600 m dan jarak antar plot 300 m.

Gambar 2. Contoh tata letak plot di lapangan

2. Data Sekunder

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Metode ini digunakan untuk mencari, menganalisis, mengumpulkan data penunjang yang terdapat dalam dokumen resmi seperti mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan umum, dan literature lainnya yang dipakai sebagai bahan referensi.

3. Prosedur Penelitian

Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu.

(30)

22 Tabel 1. Koordinat titik pusat plot di lokasi penelitian

Plot X Y

2. Melakukan pengamatan terhadap pohon-pohon yang terdapat dalam petak ukur.

3. Melakukan pengukuran yang meliputi tinggi, diameter, tinggi bebas cabang, kelurusan batang, permukaan batang, kondisi kesehatan pohon, produksi buah, sudut cabang, dan kebulatan batang pada pohon yang layak atau memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan pohon plus tersebut yaitu.

a. Tinggi pohon minimal sama dengan rata-rata tinggi pohon pembanding/pohon-pohon yang terdapat di dalam petak ukur. b. Diameter batang minimal 10% lebih besar dibandingkan dengan

pohon pembanding/pohon-pohon yang terdapat di dalam petak ukur.

c. Sudut cabang minimal 500. d. Pohon sehat

e. Pohon produktif

(31)

4. Menandai pohon plus dengan cat berwarna kuning dengan bentuk huruf X, kemudian menentukan koordinat lokasi pohon plus tersebut

menggunakan GPS.

5. Melakukan pengukuran tinggi, diameter, dan tinggi bebas cabang pada pohon-pohon di sekitar pohon plus. Pohon-pohon ini nantinya akan digunakan sebagai pohon pembanding.

6. Data-data hasil pengukuran kemudian dimasukkan dalam lembar pengamatan (tally sheet) yang telah disediakan.

7. Menganalisis sekaligus membandingkan data-data hasil pengukuran pohon plus dengan pohon pohon yang ada di sekitar pohon plus ( di dalam petak ukur) yang telah dicatat dalam lembar pengamatan (tally sheet).

8. Melakukan skoring pohon plus sesuai dengan tabel skoring pohon plus yang terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Acuan pembuatan skor untuk pohon plus yang diidentifikasi di lokasi penelitian

Karakteristik Sistem Evaluasi Skor (poin)

(32)

24

Tabel 2. (lanjutan)

Karakteristik Sistem Evaluasi Skor (poin)

Diameter >121% 30

Kelurusan batang Lurus dari bawah sampai pucuk

Permukaan batang Halus 5

Agak halus 2

Kondisi Kesehatan Sehat (luas tanda-tanda serangan

Produksi buah Produktif 5

Tidak produktif 0

Sudut Cabang <500 0

50-700 2

(33)

Tabel 2. (lanjutan)

Karakteristik Sistem Evaluasi Skor (poin)

Kebulatan batang Bulat 5

Agak bulat 2

Berbenjol/tidak beraturan

0

Sumber : Departemen Kehutanan (2006) dan Djamhuri dkk. (2006). 9. Data hasil dari skoring pohon plus di catat dalam lembar pengamatan

(tally sheet), kemudian dilakukan pembahasan mengenai data tersebut.

F. Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Persentase perbandingan tinggi total calon pohon plus terhadap rata-rata tinggi total lima pohon pembanding (RT).

2. Persentase perbandingan antara diameter calon pohon plus dengan rata-rata diameter kelima pohon pembanding (RD).

3. Persentase perbandingan antara tinggi bebas cabang dengan tinggi total pohon (RTBC).

(34)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Status

Tahura Wan Abdul Rachman pada awalnya merupakan kawasan hutan lindung register 19 Gunung Betung. Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 408/Kpts–II/1993 tanggal 10 Agustus 1993 diubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

2. Kondisi Biologi

a. Flora

Beberapa jenis flora yang terdapat di dalam kawasan ini antara lain adalah gondang (Ficus variegata), medang (Litsea firma), bayur (Pterospermum spp.), pulai (Alstonia scholaris), durian (Durio spp.), merawan (Hopea mangarawan) dan berbagai jenis rotan (Calamus spp.) (UPTD Tahura Wan Abdul Rachman, 2002).

b. Fauna

(35)

(Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina). Jenis-jenis burung yang ada seperti elang brontok (Spizaetus cirrhatus), ayam hutan (Gallus gallus), rangkong (Buceros rhinoceros), tupai (Treron vernans),

kepodang (Oriolus chinensis), kutilang (Picnonotus aurigaster), murai (Copsychus malabaricus) dan tekukur (Streptopelia chinensis) (UPTD Tahura Wan Abdul Rachman, 2002).

3. Aksesibilitas

Kawasan Tahura ini berada di tepi kota Bandar Lampung. Bila dari pusat kota, dapat ditempuh dengan mobil atau motor dengan jarak 14 km.

Transportasi (angkutan umum) hanya sampai pinggir jalan umum, dan untuk sampai ke perkemahan belum ada angkutan tetapi sarana jalan sudah ada. (UPTD Tahura Wan Abdul Rachman, 2002).

4. Tanah dan Bahan Induk

(36)
(37)

Tabel 3. Jenis tanah di Tahura Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung.

Jumlah 22.249,31 100,00

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Lampung (2006).

5. Hidrologi

Dari sisi geomorfologis secara keseluruhan, pola percabangan anak-anak sungai (pola drainase) aliran sungai yang ada di Tahura Wan Abdul Rachman memperlihatkan pola konsentrik. Pola konsentrik merupakan ciri dari daerah hulu perbukitan atau pegunungan volkanik (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

6. Tipe iklim

Berdasarkan klasifikasi Koppen, daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 1.627,5 mm dan temperatur lebih dari 18 oC secara umum

diklasifikasikan ke dalam tipe iklim A. Mengingat rata-rata hujan pada bulan kering lebih besar dari 60 mm yang terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus, sehingga wilayah Tahura Wan Abdul Rachman termasuk pada zona iklim Am (Iklim muson tropis) (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

(38)

30 (bulan dengan curah hujan <60 mm). Di lokasi studi terdapat 5 (lima) bulan basah, 6 (enam) bulan lembab, dan 1 (satu) bulan kering (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006).

7. Penutupan Lahan

(39)

INVENTARISASI POHON PLUS DALAM BLOK KOLEKSI DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RAHMAN

Oleh

Moses Hasibuan

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(40)

Judul Skripsi : Inventarisasi Pohon Plus dalam Blok Koleksi di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Nama Mahasiswa : Moses Hasibuan

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714081049

Jurusan : Kehutanan

Fakultas : Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Ir. Indriyanto, M.P. Dr. Melya Riniarti., S.P., M.Si. NIP 196211271986031003 NIP 197705032002122002

Ketua Jurusan Kehutanan

(41)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Indriyanto, M.P. .

Sekretaris : Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Afif Bintoro, M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(42)

Persembahan

Saya persembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang terkasih dalam hidup saya

Bapak dan Ibu tercinta atas dukungan, do’a, dan kasih sayang

yang tak terhingga kepada saya.

Dosen-dosen kehutanan yang telah mendidik dan memberikan ilmunya.

Almamater Tercinta Universitas Lampung.

“Ketika kehidupan tidak kamu jalani dengan penuh

kesungguhan, maka kamu akan menjalaninya dengan penuh

kelemahan”

“Syukurilah kesulitan, karena terkadang kesulitan

menghantarkan kita pada hasil yang lebih baik dari apa

(43)

RIWAYAT HIDUP

Saya dilahirkan di Bangko pada tanggal 5 Juli 1989, sebagai anak pertama. Ayah kandung saya bernama Mustar Hasibuan dan ibu kandung saya bernama Nurhinsa Manalu.

Saya menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Mukti Tama pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 434 Bangko pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 3 Bangko pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Xaverius Lubuk Linggau pada tahun 2007. Pada tahun 2007 saya diterima sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SPMB. Saya melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Datarajan Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus pada tahun 2010.

(44)

SANWACANA

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Inventarisasi Pohon Plus dalam Blok Koleksi di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Ucapan terima kasih saya tujukan kepada berbagai pihak sebagai berikut.

1. Bapak Ir. Indriyanto, M.P., selaku dosen pembimbing ke-1 dan pembimbing akademik atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku pembimbing ke-2 saya atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan hingga saya menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P., selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak Wiyogo selaku kepala UPTD Tahura Wan Abdul Rachman, Mas Agus (SHK Lestari) dan Pak Kasmudin yang telah memberikan banyak bantuan kepada saya selama penelitian.

(45)

membantu saya khususnya dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada saya. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memperkaya kasanah ilmu pengetahuan.

Terima Kasih.

Bandar Lampung, September 2012

(46)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat 9 spesies pohon yang teridentifikasi sebagai pohon plus, antara

lain 7 spesies pohon berkayu yaitu 3 pohon tabu, 1 pohon dadap, 1 pohon bayur, 1 pohon ampelas, 6 pohon randu, 1 pohon suren, 1 pohon mindi dan 2 spesies pohon MPTS, yaitu 1 pohon durian, serta 1 pohon mangga dengan jumlah keseluruhan individu pohon yang memenuhi kriteria pohon plus sebanyak 16 pohon.

2. Randu dan mindi memiliki skor tertinggi dibanding pohon plus lain dengan total skor masing-masing pohon sebesar 94, sedangkan durian memiliki total skor terendah sebesar 61.

B. Saran

1. Saran bagi pengelola kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman khususnya blok koleksi tanaman agar memperkaya beberapa jenis tumbuhan asli seperti merawan, makarangga, balik angin maupun

(47)

ketika melakukan kegiatan penelitian beberapa jenis tanaman tersebut tidak ditemukan.

Gambar

Gambar 2.  Contoh tata letak plot di lapangan
Tabel 1.  Koordinat titik pusat plot di lokasi penelitian
Tabel 2.  Acuan pembuatan skor untuk pohon plus yang diidentifikasi di   lokasi penelitian
Tabel 2. (lanjutan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik Jenis Pohon Tidur Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung ” yang dilaksanakan pada

Hasil analisis AHP terhadap bentuk pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman menunjukkan bahwa bentuk strategi yang paling utama adalah melakukan strategi pengelolaan secara ekowisata

Salah satu kawasan yang teridentifikasi sebagai habitat rangkong di Sumatera adalah Gunung Betung Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR).. Penelitian ini

Indek keanekaragaman spesies (H’) pada komunitas tumbuhan pada jalur kiri dan jalur kanan di jalur wisata Air Terjun Wiyono Atas Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman adalah

Batasan pada penelitian ini adalah vegetasi yang terdapat di blok pemanfaatan Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang meliputi fase tumbuhan

Objek yang diteliti adalah jenis Amfibi dari ordo Anura yang teramati di Blok Perlindungan dan Blok Pemanfaatan Tahura Wan Abdul Rachman.. Pengamatan ini dilakukan 3 kali ulangan

Indek keanekaragaman spesies (H’) pada komunitas tumbuhan pada jalur kiri dan jalur kanan di jalur wisata Air Terjun Wiyono Atas Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman adalah

Jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan blok pemanfaatan Sumber Agung Resort Bandar Lampung Tahura Wan Abdul Rachman No Kelas Suku Jenis Jumlah 1 Pteropsida