• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komposisi Substrat Steel Slag terhadap Kandungan Logam Air Laut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Komposisi Substrat Steel Slag terhadap Kandungan Logam Air Laut"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPOSISI SUBSTRAT

STEEL SLAG

TERHADAP KANDUNGAN LOGAM AIR LAUT

ASYANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Berbagai Komposisi Substrat Steel Slag terhadap Kandungan Logam Air Laut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2014

Asyanto

(4)

ABSTRAK

ASYANTO. Pengaruh Komposisi Substrat Steel Slag terhadap Kandungan Logam Air Laut. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI dan MAJARIANA KRISANTI.

Steel Slag adalah produk sampingan dari produksi baja. Dikarenakan jumlah produksinya terus meningkat per tahun, maka perlu dilakukan pemanfaatan kembali agar bernilai guna. Berdasarkan PP No 85 Tahun 1999 yang menggolongkan steel slag dalam limbah B3 menjadi kendala dalam pemanfaatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat perubahan kandungan beberapa logam pada air laut dalam akuarium pemeliharaan kerang hijau dengan menggunakan perlakuan perbedaan campuran steel slag dengan pasir dan lama waktu pemaparan. Penelitian dilakukan pada tanggal 12 Maret-02 Mei 2012. Penelitian ini menggunakan 6 komposisi steel slag yang berbeda, yaitu: A= 100%, B=80%, C=60%, D=40%, E=20%, dan F=0%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perlakuan perbedaan komposisi steel slag pada substrat memberikan perbedaan konsentrasi logam Fe dan Cu secara signifikan pada air laut (P<0.05), tetapi tidak berbeda signifikan untuk logam Al, Zn dan Ca (P>0.05). Sedangkan untuk perlakuan lama waktu pemaparan menunjukkan ada penurunan logam Fe dan peningkatan logam Al, Cu, dan Ca secara signifikan pada air laut (P<0.05). Namun demikian, konsentrasi logam beracun dan mineral esensial yang terukur masih berada di bawah nilai baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, komposisi steel slag 40% (v/v) menunjukkan hasil yang paling baik dibandingkan campuran yang lain.

Kata kunci: Logam beracun, Mineral esensial, Pemanfaatan kembali, Steel slag

ABSTRACT

ASYANTO. Effect ofSteel Slag Substrate Composition on Seawater Metals Content. Supervised by SIGID HARIYADI and MAJARIANA KRISANTI

Steel slag is a by-product of steel production. Because the amount of slag produced is increasing every year, there is growing need to reusing this material. Reusing process is difficult because according to Government Regulation No 85 year 1999 that classified slag as harmful and toxic material. In this study, the concentration change of metals on seawater in the green mussel aquariums with different steel slag mixture ratios and exposure time was observed. The research was conducted in March 12-May 02, 2012, with six different mixture ratios of steel slag and sand. The results showed that the mixture ratios have significantly different on Fe and Cu concentration in seawater (P<0.05), but insignificantly different on Al, Zn, and Ca (P>0.05). Whereas, exposure time gave significantly results on Fe decreased and Al, Cu, and Ca increased concentration in seawater (P<0.05). All of toxic metals and essential minerals that was detected still below the environmental standard. Furthermore, steel slag with mixture ratio of 40% (v/v) is the best mixture among the others.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

PENGARUH KOMPOSISI SUBSTRAT

STEEL SLAG

TERHADAP KANDUNGAN LOGAM AIR LAUT

ASYANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Komposisi Substrat Steel Slag terhadap Kandungan Logam Air Laut

Nama : Asyanto

NIM : C24090072

Disetujui oleh

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc Pembimbing I

Dr Majariana Krisanti, SPi MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah kualitas air, dengan judul Pengaruh Komposisi Substrat Steel Slag terhadap Kandungan Logam Air Laut.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menempuh pendidikan. Permata Bank Syariah yang telah memberikan beasiswa pendidikan. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc dan Dr Majariana Krisanti, SPi MSi selaku dosen pembimbing skripsi serta Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi dan Dr Ir Ario Damar, MSi selaku Komisi Pendidikan S1 dan dosen penguji atas saran yang diberikan. Ucapan terima kasih juga ditunjukkan kepada Dr Ir Rahmat Kurnia, MSc atas saran yang telah diberikan. Di samping itu, Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, kakak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Selain itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen MSP terutama Ali Mashar, SPi MSi yang telah menjadi pembimbing akademik selama ini. Staf Tata Usaha MSP yang telah banyak membantu dalam kelancaran belajar di MSP, teman-teman MSP 46 ( Fatkurrohman, Achmad Syarifuddin, Panji Arfianto, Dede Rahmat, Rahmat Santoso, Rio Dwi Biantara, Adam Wiradisastra, Fajar Sidik, Kusnanto, Iqra, Dudi, Aziz, Nana, Putri, Devi, Ginnamaria, Conny, Pia, Tamimi, Ananda, Viska, Novita dan Dian) dan yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu demi satu; teman-teman satu penelitian slag (Tyas, Gilang, Niken, Allsay, Kak Reza Zulmi, Kak Dede, dan Kak Agus). Semoga pertemanan dan kebersamaan yang telah terjalin selama ini bisa tetap utuh hingga akhir hayat kita.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

METODE ... 3

Waktu dan Tempat ... 3

Rancangan Percobaan ... 4

Prosedur Percobaan ... 5

Analisis Laboratorium ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Hasil ... 6

Parameter kualitas air harian ... 6

Logam beracun ... 7

Mineral esensial ... 8

Pembahasan ... 11

KESIMPULAN DAN SARAN ... 14

Kesimpulan ... 14

Saran ... 14

PERSANTUNAN ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 14

LAMPIRAN ... 17

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Persentase volume slag dan pasir 4

Tabel 2 Parameter air laut yang dianalisis 6

Tabel 3 Rentang nilai hasil pengamatan harian parameter fisika kimia air

laut selama percobaan (n=52) 6

Tabel 4 Perubahan kandungan logam Al, Zn, Fe, Cu dan Ca terlarut

dalam air laut 12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah 3

Gambar2 Desain akuarium 5

Gambar 3 Konsentrasi logam Al terhadap perlakuan rasio steel slag dan lama waktu penelitian. Garis vertikal menunjukkan standar deviasi dari 3 kali ulangan. ( ) H0, ( ) H1, ( ) H40. 7 Gambar 4 Konsentrasi logam Zn terhadap perlakuan rasio steel slag dan

lama waktu penelitian. Garis vertikal diatas tiap balok menunjukkan standar deviasi dari 3 kali ulangan. ( ) H0, ( ) H1, ( ) H40. 8 Gambar 5 Konsentrasi logam Fe terhadap perlakuan rasio steel slag dan

lama waktu penelitian. Garis vertikal diatas balok menunjukkan standar deviasi dari 3 kali ulangan. ( ) H0, ( ) H1, ( ) H40. 9 Gambar 6 Konsentrasi logam Cu terhadap perlakuan rasio steel slag dan

lama waktu penelitian. Garis vertikal diatas balok menunjukkan standar deviasi dari 3 kali ulangan. ( ) H0, ( ) H1, ( ) H40. 10 Gambar 7 Konsentrasi logam Ca terhadap perlakuan rasio steel slag dan

lama waktu penelitian. Garis vertikal diatas balok menunjukkan standar deviasi dari 3 kali ulangan. ( ) H0, ( ) H1, ( ) H40. 11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kandungan bahan-bahan kimia pada steel slag yang

digunakan 18

Lampiran 2 Nilai baku mutu kualitas air laut 18

Lampiran 3 Tabel sidik ragam perlakuan persentase steel slag dan waktu

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Steel slag merupakan produk sampingan yang terbentuk dari proses produksi baja. Steel slag terdiri atas blast furnace iron slag (BFS), basic oxygen furnace (BOF) slag dan electric arc furnace (EAF) slag (Asaoka & Yamamoto 2009; Wintenborn & Green 1998). Tiga jenis steel slag ini dibedakan berdasarkan proses pembentukannya. Blast furnace slag terbentuk ketika proses konversi bijih besi (iron ore) menjadi besi spon (pig iron) (Asaoka & Yamamoto 2009),

converter slag atau BOF slag terbentuk ketika besi diproduksi dengan converter, dan EAF slag terbentuk melalui adanya penambahan scrap besi ke dalam EAF (Manso et al. 2004).

Menurut Gomes & Pinto (2006), steel slag dianggap sebagai produk sampingan yang bernilai. Menurut Anigstein (2001); Motz & Geisler (2001) dan Suwarno (2010), steel slag dapat digunakan sebagai bahan pengeras jalan, bahan campuran semen, bahan bangunan, dan bahan tambahan untuk meningkatkan kualitas kesuburan tanah. Meskipun memiliki kegunaan dan manfaat yang banyak, usaha pemanfaatan kembali steel slag di Indonesia sebagai bahan yang bernilai guna masih terbentur dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 yang menggolongkan steel slag kedalam limbah B3. Indonesia memiliki potensi untuk dapat memanfaatkan steel slag yang diproduksi dalam negeri untuk berbagai keperluan seperti yang telah disebutkan. Tanpa adanya proses daur ulang (recycle), sumberdaya steel slag akan terbuang secara percuma. Menurut Liu et al. 2011, pembuangan steel slag dalam jumlah besar ke alam tanpa adanya pemanfaatan dapat mengakibatkan polusi, penghamburan sumber daya, bahkan menyebabkan terjadinya kerusakan ekologi.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Depperin (2008), Indonesia memiliki sumber daya steel slag yang sangat melimpah. Hal ini dapat terlihat dari produksi baja di Indonesia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Baja yang diproduksi di Indonesia ± 4 juta ton setiap tahunnya (Depperin 2008). Total produksi steel slag di Indonesia mencapai 5.4×105 ton per tahun dengan rincian sebanyak 2.4×105 ton diproduksi oleh PT Krakatau Steel dan sisanya sebesar 3.0×105 ton diproduksi oleh pabrik-pabrik lain, seperti PT Gunung Garuda, PT Ispatindo, dan PT Master Steel (Suwarno 2010).

Steel slag memiliki komposisi utama bahan anorganik yang terdiri atas Fe, S, P, Pb, Zn, Sr, ZrO2, Cr2O3, FeO, C, CaO, SiO2, Al2O3, MgO, TiO2, K2O, MnO,

(12)

2

Salah satu dampak lingkungan paling signifikan ketika menangani dan mendaur ulang steel slag adalah terlepasnya bahan-bahan anorganik saat terpapar secara langsung oleh tanah, air hujan atau air permukaan dan air laut secara terus-menerus (Miller & Donahue 1995). Logam yang terkandung di dalam limbah baja dikhawatirkan akan terlepas ke lingkungan perairan, karena dengan adanya interaksi dengan air laut logam-logam tersebut akan terlepas (leached out), sehingga dikhawatirkan bisa menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air laut. Air laut merupakan bahan pencuci alami yang ada di alam. Air laut memiliki dilakukan sebelumnya di Indonesia, sedangkan penggunaan steel slag dari jenis BFS untuk remediasi sedimen pantai telah dilakukan oleh Asaoka & Yamamoto (2009). Mohammed et al. (2012) telah menggunakan steel slag sebagai substrat untuk rehabilitasi karang. Hasil penelitian itu menyatakan bahwa steel slag dari jenis EAF tidak berdampak negatif terhadap pertumbuhan beberapa jenis karang, seperti Acropora, Stylophora, Favia, Favites, Goniastera, dan Turbinaria. Meskipun demikian, belum dilakukan penelitian serupa yang membahas tentang pengaruh komposisi steel slag terhadap kandungan logam dan mineral di air laut. Oleh karena itu, melalui penelitian “Pengaruh Komposisi Substrat Steel Slag terhadap Kandungan Logam Air Laut” penulis ingin menguji steel slag

terhadap perubahan sifat lingkungan air laut yang menjadi objek penelitian.

Perumusan Masalah

Steel slag memiliki manfaat dan potensi yang besar, sehingga bahan ini menarik untuk dikaji. Akan tetapi, dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 yang menggolongkan steel slag ke dalam limbah B3, menjadi kendala untuk pemanfaatan bahan ini. Meskipun demikian, negara-negara di Eropa, Amerika dan Jepang tidak menggolongkan steel slag sebagai limbah berbahaya. Negara-negara ini telah menggunakan steel slag untuk material bangunan baik di darat maupun di laut.

Steel slag yang masuk ke dalam perairan dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan perairan. Masuknya steel slag secara berlebih ke dalam air laut diduga akan meningkatkan kandungan logam-logam yang terlarut di dalam air laut, seperti Fe, Cu, Cr, Zn, Ca, dan Al sehingga mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur mineral air laut (Gambar 1). Akan tetapi, belum diketahui secara pasti dampak dari steel slag terhadap kualitas air laut. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, timbul suatu permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini. Permasalahan itu adalah:

1. Pengaruh bahan steel slag terhadap kondisi fisika-kimia air laut

(13)

3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengukur perubahan kandungan beberapa logam pada air laut yang dipaparkan pada komposisi steel slag dan lama waktu pemaparan yang berbeda.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini memberikan informasi dan gambaran mengenai perubahan kondisi lingkungan air laut yang disebabkan oleh adanya interaksi antara steel slag dengan air laut.

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah

METODE

Waktu dan Tempat

(14)

4

Analisis kandungan logam air laut dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan faktorial. Rancangan ini terdiri atas 2 faktor, yaitu komposisi steel slag dan waktu (Matjik and Sumertajaya 2000). Perlakuan komposisi steel slag dibagi lagi kedalam 6 seri, yaitu seri A, B, C, D, E, dan F. Perlakuan waktu dibagi menjadi awal dan akhir pengamatan. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, lihat Tabel 1 dan Gambar 2. Total akuarium yang digunakan sebanyak 18 akuarium dengan biota kerang hijau masing-masing sebanyak 14 ekor/akuarium.

Model yang digunakan yaitu rancangan Dua Faktor dengan 3 kali ulangan. Hasil pengukuran konsentrasi logam dan mineral pada air laut kemudian dilakukan analisis sidik ragam yang mengacu pada Matjik and Sumertajaya (2000). Apabila hasil sidik ragam menunjukkan hasil yang berbeda maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey, untuk mengetahui tingkat perbedaan antarperlakuan. Bentuk umum dari model linier aditif dari rancangan ini menurut Matjik and Sumertajaya (2000); Navidi (2006) adalah:

Y

ijk

= µ + α

i

+ β

j

+

(αβ)

ij

+

ε

ijk

Yijk merepresentasikan nilai akumulasi logam/mineral yang diamati pada faktor

komposisi steel slag taraf ke-i faktor waktu taraf ke-j dan ulangan ke-k, (µ,

α

i

, β

j)

merupakan komponen aditif dari rataan, pengaruh utama faktor komposisi steel slag dan pengaruh utama faktor waktu, (αβ)ij merupakan komponen interaksi dari

faktor komposisi steel slag dan faktor waktu sedangkan

ε

ijk merupakan pengaruh

acak yang menyebar normal (0, σ2

). Dalam melakukan analisis data, perangkat lunak yang digunakan, yaitu Microsoft Excel 2010 dan Minitab 16 trial version. Tabel 1 Persentase volume slag dan pasir

Seri

(15)

5 Prosedur Percobaan

Pertama, akuarium sebanyak 18 buah yang dilengkapi dengan sistem aerasi dan filtrasi dipersiapkan. Akuarium yang digunakan berdimensi (60x30x30) cm. Setiap akuarium diberikan label huruf untuk menandakan perbedaan perlakuan steel slag. Pemberian label pada masing-masing akuarium dilakukan secara acak, lihat Gambar 2. Setelah itu, substrat berupa pasir dan slag dimasukkan kedalam tiap-tiap akuarium yang disesuaikan dengan nomor label dengan ketebalan ± 1 cm.

Kedua, Air laut sebanyak 27 liter dimasukkan ke dalam tiap-tiap akuarium dan diberikan aerasi. Setelah itu, biota kerang hijau yang memiliki ukuran relatif seragam dimasukkan kedalam 18 akuarium masing-masing sebanyak 14 ekor.

Ketiga, parameter kualitas air seperti DO, pH, suhu dan salinitas diukur secara harian setiap pagi hari. DO dan suhu diukur menggunakan DO meter (nst = 0.1 mg/L), pH diukur menggunakan pH meter (nst = 0.01), dan salinitas diukur menggunakan refraktometer (nst = 1 ppm) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Kondisi media dipertahankan pada kisaran suhu berkisar 24-31ºC dengan AC (Air Conditioner), oksigen terlarut >5 mg L-1, pH berkisar antara 7.8-8.5 dan salinitas antara 21-24 ppt. Untuk menjaga kestabilan salinitas akibat penguapan, dilakukan pengenceran dengan cara menambahkan air tawar setinggi volume air yang hilang.

Keempat, pada hari ke-1 (awal) dan hari ke-40 (akhir) masa percobaan dilakukan pengambilan air sampel sebanyak 500 mL pada setiap akuarium untuk diakukan analisis kandungan logam, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Air laut dalam akuarium yang berkurang kemudian diisi kembali dengan air laut dari bak penampungan.

Gambar 2 Desain akuarium

Analisis Laboratorium

(16)

6

karena berdasarkan analisis kandungan bahan kimia pada steel slag (Lampiran 1), hanya beberapa jenis logam beracun dan logam esensial saja yang berhasil terdeteksi.

Tabel 2 Parameter air laut yang dianalisis

Parameter Satuan Alat ukur

pH - pH meter (pH-208)

Suhu °C DO meter (LUTRON) DO-5510 ketelitian 0,1 mg L-1)

Salinitas ‰ Refraktometer (Atago S/mill-e(0-100‰)) DO mg L-1 DO meter (LUTRON) DO-5510 ketelitian 0,1

Sumber: APHA (2005). (*)AAS = Atomic Absorption Spectrophotomet

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Parameter kualitas air harian

Data hasil pengukuran parameter fisika-kimia air laut disajikan pada Tabel 3. Nilai-nilai yang disajikan merupakan nilai rentang serta nilai rata-rata dan standar deviasi selama percobaan dari pertengahan bulan Maret hingga awal bulan Mei 2012.

Tabel 3 Rentang nilai hasil pengamatan harian parameter fisika kimia air laut selama percobaan(n=52)

(17)

7 Dari Tabel 3, terlihat bahwa nilai untuk masing-masing parameter pada setiap perlakuan tidak begitu berbeda. Nilai baku mutu dari parameter-parameter kualitas air laut disajikan pada Lampiran 4. Jika dibandingkan dengan nilai baku mutu yang ada, nilai-nilai parameter kualitas air laut dapat dikatakan dalam kondisi yang masih baik karena masih berada pada kisaran nilai baku mutunya, sehingga memungkinkan bagi biota perairan untuk tetap hidup.

Logam beracun

Hasil pengukuran logam Al (Alumunium) selama percobaan bisa dilihat pada Gambar 3. Hasil pengukuran kandungan logam Al pada awal dengan akhir percobaan sangatlah berbeda nyata (P≈0.00, α=0.05), (Lampiran 3). Pada awal percobaan, hampir semua perlakuan rasio steel slag diperoleh hasil <0.005 mg L-1. Hanya perlakuan 0% pada awal percobaan memberikan hasil yang lebih besar dari nilai batas deteksi alat yaitu sebesar 0.028±0.02 (SD) mg L-1. Hasil pengukuran logam Al di akhir percobaan, pada setiap komposisi steel slag diperoleh konsentrasi Al dalam air laut yang berbeda-beda (P<0.05, α=0.05). Meskipun menunjukkan hasil pengukuran yang berbeda-beda pada masing-masing perlakuan, akan tetapi berdasarkan uji Tukey perbedaan itu tidaklah signifikan. Dengan kata lain, perbedaan perlakuan konsentrasi steel slag tidak mempengaruhi kandungan logam Al terlarut dalam air laut. Selain itu, semua nilai kandungan logam Al terlarut dalam air laut yang terukur masih berada jauh dibawah nilai baku mutunya (Lampiran 4). Hasil pengukuran logam Al terendah diperoleh pada komposisi steel slag 100% dibandingkan dengan perlakuan yang lain, baik di awal maupun di akhir percobaan. Hasil ini juga menunjukkan bahwa kanduangan logam Al terlarut setelah diberikan perlakuan mengalami penurunan dibandingkan dengan kandungan logam Al pada air laut sebelum diberikan perlakuan steel slag.

(18)

8

Mineral esensial

Hasil pengujian dari sampel air laut diketahui bahwa logam Chromium (Cr) tidak terdeteksi dikarenakan jumlahnya kurang dari batas deteksi alat yakni sebesar <0.001 mg L-1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan kandungan logam Cr dalam air laut baik sebelum maupun setelah pemberian steel slag. Nilai ini juga berada di bawah nilai yang telah ditetapkan oleh kementrian lingkungan hidup RI. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan steel slag tidak berpengaruh terhadap konsentrasi logam Cr dalam air laut.

Gambar 4 memperlihatkan adanya perbedaan konsentrasi logam Seng (Zn) pada masing-masing perlakuan. Nilai tertinggi konsentrasi logam Zn diperoleh di awal pengamatan pada rasio steel slag 20% sebesar 0.019±0.005 (SD) mg L-1, sedangkan hasil pengukuran terendah sebesar 0.007±0.004 (SD) mg L-1 diperoleh di akhir pengamatan pada rasio 20%. Akan tetapi, berdasarkan hasil uji ANOVA dengan taraf 5% (Lampiran 3), perbedaan konsentrasi logam Zn antar perlakuan tidaklah signifikan (P>0.05, α=0.05). Hasil ini juga menunjukkan bahwa kanduangan logam Zn terlarut setelah diberikan perlakuan mengalami penurunan dibandingkan dengan kandungan logam Zn pada air laut sebelum diberikan perlakuan steel slag. Selain itu, semua hasil pengukuran kandungan logam Zn dalam air laut menunjukkan hasil yang berada jauh di bawah nilai baku mutu yang ditetapkan oleh kementrian lingkungan hidup RI (Lampiran 4).

Gambar 4 Konsentrasi logam Zn terhadap perlakuan rasio steel slag dan lama waktu penelitian. Garis vertikal diatas tiap balok menunjukkan standar deviasi dari 3 kali ulangan. ( ) H0, ( ) H1, ( ) H40

(19)

9 terukur sebesar 0.007±0.004 (SD) mg L-1 pada rasio steel slag 20% di akhir masa percobaan. Hasil uji ANOVA pada taraf 5% (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perbedaan rasio steel slag sangat berpengaruh nyata terhadap konsentrasi logam

Fe dalam air laut (P≈0.00). Hal yang sama juga ditunjukkan oleh perlakuan waktu yang menunjukkan terjadinya penurunan konsentrasi Fe secara signifikan pada akhir masa percobaan (P<0.05). Jika kita bandingkan hasil pengukuran kandungan logam Fe dalam air laut dengan nilai baku mutu yang dikeluarkan oleh kementrian lingkungan hidup RI, kandungan logam Fe masih berada di bawah nilai baku mutu yang ditetapkan (Lampiran 4).

Gambar 5 Konsentrasi logam Fe terhadap perlakuan rasio steel slag dan lama waktu penelitian. Garis vertikal dia atas balok menunjukkan standar deviasi dari 3 kali ulangan. ( ) H0, ( ) H1, ( ) H40

Hasil pengukuran logam Tembaga (Cu) dalam air laut selama percobaan disajikan pada (Gambar 6). Hasil pengukuran konsentrasi logam Cu dalam air laut pada awal percobaan tidak menunjukkan perubahan antar perlakuan rasio steel slag. Logam Cu memperlihatkan adanya perbedaan antar perlakuan rasio steel slag dengan rata-rata hasil pengukuran terbesar terdapat pada komposisi steel slag

20% sebesar 0.009±0.001 (SD) mg L-1 pada akhir percobaan. Hasil pengukuran kandungan logam Cu dalam air laut terendah terdapat pada perlakuan steel slag

60% dan 100% yaitu masing-masing sebesar <0.005 mg L-1 atau berada di bawah nilai batas deteksi alat. Baik itu rasio steel slag maupun lama waktu pengamatan keduanya menunjukkan perbedaan hasil pengukuran kandungan logam Cu dalam

(20)

10

Gambar 6 Konsentrasi logam Cu terhadap perlakuan rasio steel slag dan lama waktu penelitian. Garis vertikal di atas balok menunjukkan standar deviasi dari 3 kali ulangan. ( ) H0, ( ) H1, ( ) H40

Hasil pengukuran kandungan logam Kalsium (Ca) di dalam air laut uji selama percobaan disajikan pada (Gambar 7). Tampak terjadi perbedaan jumlah konsentrasi di dalam sampel air laut baik antar perlakuan rasio steel slag maupun terhadap lamanya waktu percobaan. Nilai hasil pengukuran kandungan logam Ca dalam air laut uji tertinggi pada awal percobaan diperoleh pada rasio steel slag

60% sebesar 0.516±0.276 (SD) mg L-1. Hasil pengukuran terendah pada awal percobaan diperoleh pada rasio steel slag 0% sebesar 0.217±0.168 (SD) mg L-1. Pada akhir percobaan, nilai pengukuran kandungan logam Ca tertinggi dalam air laut uji terdapat pada rasio steel slag 80% sebesar 3.4±1.3 (SD) mg L-1. Sedangkan hasil pengukuran terendah pada akhir masa percobaan diperoleh pada persentase steel slag 0% sebesar 1.916±0.574 (SD) mg L-1. Berdasarkan hasil uji ANOVA dengan taraf uji 5% (Lampiran 3) menunjukkan bahwa lamanya waktu pengamatan memberikan hasil yang berbeda signifikan terhadap perubahan

konsentrasi logam Ca di dalam air laut uji (P≈0.00), sedangkan perbedaan rasio

(21)

11

Gambar 7 Konsentrasi logam Ca terhadap perlakuan rasio steel slag dan lama waktu penelitian. Garis vertikal di atas balok menunjukkan standar deviasi dari 3 kali ulangan. ( ) H0, ( ) H1, ( ) H40

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa steel slag yang diujicobakan ternyata melepaskan logam Fe dan Ca ke dalam air laut serta menyerap logam Al, Cu, dan Zn dari air laut. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap air laut yang digunakan sebagai media percobaan baik di awal maupun di akhir percobaan. Fenomena terlepasnya kandungan logam dan mineral dalam steel slag ke dalam air laut ini sesuai dengan dugaan awal bahwa steel slag akan melepaskan kandungan logam dan mineralnya melalui proses kimiawi dan fisika ke dalam air laut. Meskipun demikian, besarnya kandungan logam dan mineral yang terlepas kedalam air laut menunjukkan hasil yang berbeda-beda.

Logam beracun yang ditemukan dalam percobaan ini berupa logam Al. Logam Al memberikan pengaruh pada biota perairan berupa kematian apabila terpapar dalam jumlah yang berlebih (lethal dosis). Khan et al. (2008) mencatat bahwa kematian ikan terjadi saat terpapar dengan Al pada konsentrasi 0.5 mmol L-1. Perbedaan konsentrasi logam Al secara signifikan yang terdeteksi antara awal dan akhir masa percobaan pada semua perlakuan steel slag menunjukkan bahwa logam Al yang dilepaskan oleh steel slag berlangsung secara terus-menerus dari awal hingga akhir masa percobaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai delta konsentrasi yang bernilai positif Tabel 4. Meskipun demikian konsentrasi logam Al terlarut masih berada di bawah nilai baku mutunya, sehingga air laut uji masih aman untuk kehidupan biota uji kerang hijau (Perna viridis). Perbedaan perlakuan rasio steel slag tidak mempengaruhi jumlah konsentrasi logam Al yang terlarut di dalam air laut. Hasil ini berbeda dengan dugaan awal bahwa semakin tinggi rasio

(22)

12

Pinto 2006), sehingga banyak sedikitnya jumlah steel slag tidak akan berpengaruh. Selain itu, pada awal masa percobaan steel slag dengan komposisi 0% memberikan hasil pengukuran Al yang lebih tinggi dari komposisi yang lain. Hal ini diduga karena pada rasio steel slag 0% saat dilakukan pengukuran memiliki nilai pH lebih rendah dibandingkan yang lainnya, sehingga meningkatkan nilai potensial redoks (Eh). Nozoe et al. (1999); Ponnamperuma et al. (1967) in Khan

et al. (2008) menyatakan bahwa peningkatan nilai pH akan menurunkan nilai potensial redoks (Eh).

Logam Zn yang terukur tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan waktu dan perlakuan steel slag. Artinya bahwa adanya perlakuan

steel slag dan lamanya waktu pengamatan tidak memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap perubahan konsentrasi logam Zn terlarut. Hal ini ditunjukkan oleh hasil sidik ragam (Lampiran 4) dan nilai delta konsentrasi logam Zn yang kecil di dalam air laut baik antar perlakuan waktu dan juga rasio steel slag (Lampiran 3). Konsentrasi Zn pada perlakuan steel slag 40% yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain diduga disebabkan oleh rendahnya reaksi redoks di dalam media percobaan. Hal ini terkait juga dengan pH air laut selama percobaan yang cenderung tinggi, sehingga menurunkan daya larut logam (Gomes & Pinto 2006). Selain itu, nilai logam Zn yang terukur juga masih berada di bawah batas toleransi logam Zn yang diperbolehkan.

Perlakuan rasio steel slag dan lamanya waktu percobaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap logam Fe terlarut. Nilai delta konsentrasi Tabel 4 menunjukkan hasil negatif yang berarti telah terjadi penurunan konsentrasi Fe terlarut di akhir masa percobaan. Hal ini diperkirakan disebabkan karena adanya penyerapan logam Fe oleh steel slag. Hasil pengukuran logam Fe yang lebih rendah pada rasio 20% dan 40% menunjukkan bahwa campuran ini lebih stabil dibandingkan dengan yang lainnya. Selain itu, selama masa percobaan berlangsung terjadi peristiwa perkaratan pada permukaan steel slag. Hal ini menunjukkan bahwa steel slag yang diujikan bereaksi dengan air laut yang mengakibatkan terbentuknya lapisan Besi(III)-oksida (Fe2O3) pada permukaan steel slag, sehingga menghalangi laju pelepasan Fe ke air laut. Menurut Gomes & Pinto (2006), kelarutan logam Fe dipengaruhi oleh pH dasar dan fase kristal yang stabil.

Tabel 4 Perubahan kandungan logam Al, Zn, Fe, Cu dan Ca terlarut dalam air laut

Logam

(23)

13 Perbedaan konsentrasi logam Cu terlarut yang signifikan ditunjukkan oleh faktor rasio steel slag. Rasio 40%, 60%, 80%, dan 100% steel slag menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan rasio 0% dan 20%. Konsentrasi logam Cu dalam air laut pada komposisi steel slag 0% dan 20% yang lebih tinggi diduga disebabkan karena pH yang lebih rendah yang menyebabkan tingginya reaksi redoks dibandingkan pada komposisi steel slag yang lain. Hal ini senada dengan hasil yang dilaporkan oleh Gomes & Pinto (2006). Hal ini juga menunjukkan bahwa logam Cu dalam air laut telah diserap oleh steel slag yang digunakan dalam penelitian, sehingga nilai Cu yang terukur akan semakin rendah pada rasio 100%.

Meningkatnya kandungan logam Ca terlarut disebakan oleh faktor lamanya waktu percobaan, sedangkan rasio steel slag tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini disebabkan karena logam Ca yang terdapat sebagai penyusun

steel slag terlepas dari steel slag dari waktu ke waktu dan masuk ke dalam air laut. Nilai Ca yang tinggi yang terukur pada air laut uji disebabkan karena selain air laut tersusun dari Ca itu sendiri juga karena adanya masukan logam Ca dari steel slag. Meskipun nilai Ca yang terukur tinggi, akan tetapi jenis logam ini relatif tidak berbahaya bagi biota kerang hijau. Karena Ca sendiri dibutuhkan oleh kerang hijau sebagai material penyusun cangkang.

Perlakuan rasio steel slag 0% pada hasil pengukuran menunjukkan adanya kandungan logam Al, Zn, Fe, Cu, dan Ca dalam air laut. Karena perlakuan 0% tidak menggunakan bahan steel slag sama sekali, seharusnya di dalam air laut logam-logam ini tidak ada. Keberadaan logam-logam ini pada air laut diduga berasal dari air laut itu sendiri dan pasir yang digunakan dalam penelitian. Seperti yang telah ditunjukkan pada pengamatan H0 yang memberikan hasil pengukuran logam Al, Zn, Fe, Cu, dan Ca dalam air laut. Hal inilah yang memungkinkan bagi logam-logam tersebut untuk bisa terdeteksi pada awal dan di akhir waktu percobaan.

Perlakuan rasio steel slag 40% relatif lebih stabil dibandingkan dengan perlakuan persentase steel slag lainnya. Logam Al, Fe, Zn, Cu, dan Ca yang terukur pada perlakuan steel slag 40 % memberikan hasil pengukuran yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil dibandingkan dengan perlakuan persentase steel slag lainnya. Hal ini dikarenakan pada persentase steel slag 40% unsur kimia penyusunya berada pada kondisi yang setimbang sehingga tidak terlalu bereaksi dengan air laut.

Secara keseluruhan, steel slag yang digolongkan ke dalam limbah B3 oleh PP No 85 tahun 1999 yang diujikan dalam penelitian ini menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan logam Al, Fe, Cr, Cu, Zn, dan Ca dalam air laut. Namun, konsentrasinya masih berada di bawah batas baku mutu yang ditetapkan oleh Kepmen LH No 51 tahun 2004. Sehingga steel slag termasuk produk sampingan yang tidak berbahaya bagi biota perairan. Beberapa hasil studi tentang

(24)

14

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan perbedaan komposisi steel slag pada substrat memberikan perbedaan konsentrasi logam Fe dan Cu secara signifikan pada air laut (P<0.05), tetapi tidak demikian untuk logam Al, Zn dan Ca (P>0.05). Pada perlakuan lama waktu pemaparan menunjukkan adanya penurunan logam Fe dan peningkatan logam Al, Cu, dan Ca secara signifikan pada air laut (P<0.05). Namun, konsentrasi logam beracun dan mineral esensial yang terukur masih berada di bawah nilai baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Logam Fe dan Ca merupakan logam-logam yang paling responsif terhadap perlakuan rasio steel slag

dibandingan dengan logam Cu, Zn dan Al. Selain itu, diantara perlakuan komposisi steel slag 0%, 20%, 60%, 80%, dan 100%, komposisi steel slag 40% (v/v) menunjukkan hasil yang paling baik.

Saran

Mengingat bahwa lama waktu pemaparan dapat meningkatkan kandungan logam Al, Cu, dan Ca di dalam air laut, maka perlu dilakukan penelitian yang mengkaji seberapa lama dan seberapa besar terjadinya peningkatan logam-logam Al, Cu, dan Ca bila digunakan sebagai substrat transplantasi karang.

PERSANTUNAN

Penelitian ini merupakan bagian penelitian kerjasama antara Departemen MSP-FPIK-IPB dengan PKSPL-LPPM-IPB yang dibiayai oleh Perusahaan Rist Posco, Korea.

DAFTAR PUSTAKA

Anigstein R. 2001. Potential Recycling of Scrap Metal from Nuclear Facilities, Vol.1, Part I, United States Environmental Protection Agency, Raleigh, USA. p 4-1/4-30.

Al-Fozan SA, Malik AU. 2008. Effect of seawater level on corrosion behavior of different alloys. J Desalination. 228: 61-67. doi:10.1016/j.dsal.2007.08.007. [APHA] American Public Health Association. 2005. Standard methods for

examination of water and waste water, 21st edition. Washington DC. p 3000

– 4500.

Asano R, Suzuki K, Otsuka T, Otsuka M, Sakurai H. 2002. Consentrations of Toxic Metals and Essential Minerals in the Mane Hair of Healthy Racing Horses and Their Relations to Age. J. Vet. Med. Sci. 64(7): 607-610.

(25)

15 Batista BL, Nacano LR, De Freitas R, De Olievera-Souza C, Barbosa F. 2012.

Determination of Essential (Ca, Fe, I, K, Mo) and Toxics Elements (Hg, Pb) in Brazilian Rice Grains and Estimation of Reference Daily Intake. J Foods and Nutrition Sciences. 3: 129-134. doi:10.4236/fns.2012.31019.

Damar A, Wardiatno Y, Kustiriyah, Kamal MM, Krisanti M, Ayu IP, Yusran H. 2013. Effect of steelmaking slag on aquatic biota. In prep.

[Depperin] Departemen Perindustrian (ID). 2008. Strategi memperkuat industri baja nasional. Media Industri, No. 2: 7-10.

Duffus JH. 2002. “Heavy Metals”- A Meaningless Terms (IUPAC Technical Report. J Pure Apll. Chem. 74(5): pp. 793-807.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanasius.

Gomes JF, Pinto CG. 2006. Leaching of Heavy Metals from Steelmaking Slags. J Revista De Metalurgia. 42(6): 409-416. ISSN: 0034-8570.

[IMP] Institute of Materials Processing (US). 2006. Final report: verification of steelmaking slag iron content. Michigan Technological University [Internet]. [Diunduh 2013 Mei 21]: 50-51. URL http://www.chem.mtu.edu/asisc/ completed_projects/Verification_of_Steelm aking.html

[Kepmen LH] Kementrian Lingkungan Hidup.2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta (ID): KepmenLH

Khan HR, Khabir SM, Bhuiyan MMA, Blume H-P, Oki Y, Adachi T. 2008. Reclamation of Badarkhali hot spot of acid sulfate soil in relation to rice production by basic slag and aggregate size treatments under modified plain-ridge-ditch techniques. J Soil Science and Plant Nutrition. 54: 574-586. doi: 10.1111/j.1747-0765.2008.00263.x

Kim SW, Lee YJ, Kim KH. 2012. Bond behavior of RC beams with Electric Arc Furnace Oxidizing Slag Aggregates. JAABE Vol.11 No.2. p 359-366.

Korkusuz EA, Beklioglu M, Demirer GN. 2007. Use of blast furnace granulated slag as a substrate in vertical flow reed beds: Field application. Journal of Bioresource Technology. 98: 2089-2101.doi:10.1016/j.biortech.2006.08.027. Liu C, Zha K, Chen D. 2011. Possibility of concrete prepared with steel slag as

fine and coarse aggregates: A preliminary study. Procedia Engineering. 24: 412-416.doi: 10.1016/j.proeng.2011.11.2667.

Manso JM, Gonzalez JJ dan Polanco JA. 2004. Electric arc furnace in concrete.

Journal of materials in Civil Engineering, ASCE. 16(6): p 639-645.

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.

Miller R, Donahue R. 1995. Soil in our environment, 7th edition. Prentice Hall. London, United Kingdom. p 230-235.

Millero FJ, Feistel R, Wright DG, McDougall TJ. 2008. The composition of standard seawater and the definition of the reference-composition salinity scale. J Deep Sea Research I 55: 50-72. doi: 10.1016/j.sdr.2007.10.001. Mohammed TA, Hamed AA, Habib NF, Ezz El-Arab MA, El-Moselhy KHM.

2012. Coral rehabilitation using steel slag as a substrate. International Journl of Environmental Protection, IJEP. Vol 2: 1-5.

(26)

16

Navidi, William Cyrus. 2006. Statistics for engineers and scientists 1st ed. New York:McGraw-Hill. p 689-707.

[PP] Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya. Jakarta (ID): PP

Suwarno. 2010. Pemanfaatan Steel Slag Indonesia di bidang pertanian. J Tanah Lingk, 12(1):36-42.

Tossavainen M, Forssberg E. 1999. The potential leachability from natural road construction materials. J Sci Total Environ. 239: 31-47.

(27)

17

(28)

18

Lampiran 1 Kandungan bahan-bahan kimia pada steel slag yang digunakan

Logam Konsentrasi (%)

Keteranagan: - Contoh dianalisis dari bahan kering (100-105)oC kecuali FeO tt : tidak terdeteksi

Sumber: Damar et. al (2013)

Lampiran 2 Nilai baku mutu kualitas air laut

Parameter Baku Mutu (mg L-1)

*McNeelyet al. (1979)in Effendi (2003) **Kepmen LH 51 Tahun 2004 untuk biota laut

Lampiran 3 Tabel sidik ragam perlakuan persentase steel slag dan waktu dari logam Al, Zn, Fe, Cu dan Ca

General Linear Model: Al versus Waktu, Slag Factor Type Levels Values

Waktu fixed 2 1, 2

(29)

19 Lampiran 3. (Lanjutan)

Analysis of Variance for Al, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence

Waktu N Mean Grouping 2 18 0.0 A

1 18 0.0 B

Means that do not share a letter are significantly different.

Tukey Simultaneous Tests Response Variable Al

All Pairwise Comparisons among Levels of Waktu Waktu = 1 subtracted from:

Difference SE of Adjusted Waktu of Means Difference T-Value P-Value 2 0.03233 0.005282 6.121 0.0000

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence Slag N Mean Grouping

Means that do not share a letter are significantly different.

General Linear Model: Zn versus Waktu, Slag Factor Type Levels Values

Waktu fixed 2 1, 2

Slag fixed 6 0, 20, 40, 60, 80, 100

Analysis of Variance for Zn, using Adjusted SS for Tests

Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence

Waktu N Mean Grouping 1 17 0.0 A

2 15 0.0 A

(30)

20

Lampiran 3. (Lanjutan)

Tukey Simultaneous Tests

Response Variable Zn

All Pairwise Comparisons among Levels of Waktu Waktu = 1 subtracted from:

Difference SE of Adjusted Waktu of Means Difference T-Value P-Value 2 -0.01433 0.01679 -0.8536 0.4034

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence

Slag N Mean Grouping

Means that do not share a letter are significantly different.

General Linear Model: Fe versus Waktu, Slag Factor Type Levels Values

Waktu fixed 2 1, 2

Slag fixed 6 0, 20, 40, 60, 80, 100

Analysis of Variance for Fe, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence

Waktu N Mean Grouping 1 15 0.0 A

2 17 0.0 B

Means that do not share a letter are significantly different.

Tukey Simultaneous Tests Response Variable Fe

All Pairwise Comparisons among Levels of Waktu Waktu = 1 subtracted from:

Difference SE of Adjusted Waktu of Means Difference T-Value P-Value 2 -0.01386 0.005423 -2.556 0.0188

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence

Slag N Mean Grouping 80 6 0.1 A

(31)

21 Lampiran 3. (Lanjutan)

40 6 0.0 C 20 5 0.0 C

Means that do not share a letter are significantly different.

General Linear Model: Cu versus Waktu, Slag Factor Type Levels Values

Waktu fixed 2 1, 2

Slag fixed 6 0, 20, 40, 60, 80, 100

Analysis of Variance for Cu, using Adjusted SS for Tests

Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence

Waktu N Mean Grouping 2 18 0.0 A

1 18 0.0 B

Means that do not share a letter are significantly different.

Tukey Simultaneous Tests Response Variable Cu

All Pairwise Comparisons among Levels of Waktu Waktu = 1 subtracted from:

Difference SE of Adjusted Waktu of Means Difference T-Value P-Value 2 0.001889 0.000351 5.376 0.0000

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence Slag N Mean Grouping

Means that do not share a letter are significantly different.

General Linear Model: Ca versus Waktu, Slag Factor Type Levels Values

Waktu fixed 2 1, 2

Slag fixed 6 0, 20, 40, 60, 80, 100

Analysis of Variance for Ca, using Adjusted SS for Tests

(32)

22

Lampiran 3. (Lanjutan)

S = 0.512051 R-Sq = 87.44% R-Sq(adj) = 81.68%

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence Waktu N Mean Grouping

2 18 2.4 A 1 18 0.4 B

Means that do not share a letter are significantly different.

Tukey Simultaneous Tests Response Variable Ca

All Pairwise Comparisons among Levels of Waktu Waktu = 1 subtracted from:

Difference SE of Adjusted Waktu of Means Difference T-Value P-Value 2 2.088 0.1707 12.24 0.0000

Grouping Information Using Tukey Method and 95.0% Confidence Slag N Mean Grouping

80 6 1.8 A 100 6 1.5 A 60 6 1.4 A 20 6 1.3 A 40 6 1.2 A 0 6 1.1 A

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati, Jawa Tengah pada tanggal 6 Juni 1989. Penulis lahir dari pasangan Bapak Ahmadi dan Ibu Sumarni (alm) sebagai putra kelima dari lima bersaudara. Penulis menempuh pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Jaken (2002-2005). Selanjutnya, jenjang pendidikan SMA Penulis selesaikan di SMAN 1 Pati (2005-2008). Pada tahun 2009 Penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakulttas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Semasa aktif kuliah, Penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum dari beberapa mata kuliah, seperti asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air (2011-2012), Ikhtiologi (2012-2013), dan Ikhtiologi Fungsional (2013-2014). Penulis juga pernah ikut magang di salah satu laboratorium milik Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB (2011). Penulis juga aktif mengajar pada bimbingan belajar dan privat Brilliant Student selama menjadi mahasiswa. Pada tahun 2012 Penulis pernah ikut kegiatan IPB Goes to Field (IGTF) yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB di Kabupaten Pekalongan. Selain itu, pada tahun 2009 Penulis juga pernah menjadi Duta IPB untuk melakukan sosialisasi penerimaan mahasiswa baru IPB kepada murid-murid SMA se-Karesidenan Pati.

Penulis juga pernah aktif di beberapa organisasi kampus diantaranya Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMASPER) IPB sebagai pengurus di divisi HRD (2011-2012). Lembaga Dakwah Kampus Al Hurriyyah IPB di divisi Keuangan (2009-2010), serta organisasi kedaerahan Ikatan Keluarga Mahasiswa Pati (IKMP) di divisi kerohanian Islam (2009-2010).

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Penulis menyusun skripsi dengan judul

Gambar

Tabel 3  Rentang nilai hasil pengamatan harian parameter fisika kimia air laut
Gambar 3 Konsentrasi logam Al terhadap perlakuan rasio steel slag dan lama
Gambar 4 memperlihatkan adanya perbedaan konsentrasi logam Seng (Zn)
Gambar 5 Konsentrasi logam Fe terhadap perlakuan rasio steel slag dan lama waktu penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Data pada kode sampel batuan contoh 3, sepertinya ada terjadi kesalahan dalam penginputan data sehingga diperoleh data yang anomali, yaitu besar sigma 1 nya lebih kecil dari

Selama di ujung pandang ini, dia juga sempat melakukan berbagai penelitian antara lain penelitian dengan tema “penerapan kerukunan hidup beragama di indonesia

Desain taman Balearjosari memiliki banyak fungsi, hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta penataan ruang terbuka hijau yang memberikan kesan berbeda

Dan untuk Tahun-tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 (Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan

Berdasarkan fakta di atas, maka perlu adanya suatu perubahan strategi pembelajaran dari yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu nilai-nilai karakter dalam pembelajaran matematika meliputi aspek;

Sedangkan seklusi adalah suatu tindakan dimana seseorang tidak diberikan kebebasan dan dikurung selama pagi, siang dan malam di sebuah ruangan yang tidak ada jalan

Dan peningkatan hasil belajar dalam penerapan model pembelajaran Market Place Activity berbantuan internet kelas VIII di SMPN 3 Lembang, menunjukkan peningkatan