• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Bangkitan Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di Udara Ambien dari Permukaan Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Bangkitan Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di Udara Ambien dari Permukaan Tanah"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN BANGKITAN KONSENTRASI TOTAL

SUSPENDED PARTICULATE (TSP) DI UDARA AMBIEN DARI

PERMUKAAN TANAH

NUR RIANA ROCHIMAWATI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pendugaan Bangkitan Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di Udara Ambien dari Permukaan Tanah” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Nur Riana Rochimawati

(3)

RINGKASAN

NUR RIANA ROCHIMAWATI. Pendugaan Bangkitan Konsentrasi Total

Suspended Particulate (TSP) di Udara Ambien dari Permukaan Tanah. Dibimbing

oleh ARIEF SABDO YUWONO dan SATYANTO KRIDO SAPTOMO.

Total Suspended Particulate (TSP) adalah partikel dengan diameter kurang

dari 100 μm. TSP termasuk parameter kualitas udara yang wajib diukur sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. TSP dalam jumlah tertentu yang relatif rendah tidak menimbulkan efek negatif, namun jika keberadaannya dalam udara ambien melebihi baku mutu akan menimbulkan efek negatif yang serius, beragam dan merugikan, baik dari aspek kesehatan, ekonomi maupun dari aspek lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengukur bangkitan konsentrasi Total

Suspended Particulate (TSP) pada variasi kecepatan angin, kadar air tanah, dan

persentase tutupan lahan; (2) Menganalisis korelasi antara bangkitan konsentrasi

Total Suspended Particulate (TSP) dan kecepatan angin, kadar air tanah, dan

persentase tutupan lahan; (3) Melakukan kompilasi data hasil pengukuran bangkitan konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) yang berasal dari dokumen publik; (4) Membuat model pendugaan bangkitan konsentrasi Total

Suspended Particulate (TSP) berdasarkan kecepatan angin dan kadar air tanah.

Penelitian dilakukan di tunnel Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB dengan ukuran panjang 7.6 m, lebar 0.76 m, dan tinggi 2.4 m. Pengukuran bangkitan konsentrasi TSP dilakukan dengan metode gravimetrik (SNI19-7119.3-2005). Hasil analisis menunjukkan bahwa bangkitan konsentrasi TSP berkorelasi positif dengan kecepatan angin dan berkorelasi negatif dengan kadar air tanah dan persentase tutupan lahan. Pengaruh kecepatan angin terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 86.2%, Andisol 46.1%, Inceptisol 45.8%, Entisol 48.4%, dan Vertisol 47.1%. Pengaruh kadar air tanah terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 64.8%, Andisol 71.5%, Inceptisol 45.4%, Entisol 47.1%, dan Vertisol 57.8%. Pengaruh persentase tutupan lahan terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 84.4%, Andisol 92.9%, Inceptisol 87.8%, Entisol 79.0%, dan Vertisol 91.6%.

Hasil kompilasi data dokumen publik menunjukkan bahwa: (1) Pengaruh kecepatan angin terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 42.0%, Andisol 10.0%, Inceptisol 19.0%, Entisol 83.0%, dan Vertisol 83.7%; (2) Pengaruh kadar air tanah terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 63.1%, Inceptisol 94.9%, Entisol 56.1%, dan Vertisol 97.0%. Pemodelan pendugaan bangkitan konsentrasi TSP menunjukkan nilai akurasi pada tanah Ultisol 0.97, Andisol 0.96, Inceptisol 0.40, Entisol 0.20, dan Vertisol 0.48.

(4)

SUMMARY

NUR RIANA ROCHIMAWATI. Prediction of Total Suspended Particulate Generation in Ambient Air from Soil Surface. Supervised by ARIEF SABDO YUWONO and SATYANTO KRIDO SAPTOMO.

Total suspended particulates (TSP) are particles with diameters less than 100 μm. This parameter has to be measured in accordance with Government Regulation No. 41 of 1999 pertaining on Air Pollution Control. TSP concentration that exceeds the quality standard will cause serious and diversenegative effects, both for health, economic, and environmental aspects. Research’s objective are: (1) Measure the TSP generation on the variation of wind speed, soil moisture content, and the percentage of land cover; (2) To analyze the correlation between Total Suspended Particulate (TSP) and wind speed, soil moisture content, and the percentage of land cover; (3) Compile the TSP generation data from public documents; (4) Modelling of prediction TSP generation based on wind speed and soil moisture content.

The study was conducted in the tunnel Department of Civil and Environmental Engineering, IPB with 7.6 m length, 0.76 m width and 2.4 m height. TSP samples were collected by the gravimetric method (SNI19-7119.3-2005). TSP generation correlated positively with wind speed and correlated negatively with soil moisture content and the percentage of land cover. Effect of wind speed on the TSP generation Ultisol was 86.2%, Andisol was 46.1%, Inceptisol was 45.8%, Entisol was 48.4%, and Vertisol was 47.1%. Effect of soil moisture content on the TSP generation Ultisol was 64.8 %, Andisol was 71.5%, Inceptisol was 45.4%, Entisol was 47.1%, and Vertisol was 57.8%. Effect of the land cover percentage on TSP generation Ultisol was 84.4%, Andisol was 92.9%, Inceptisol was 87.8%, Entisol was 79.0%, and Vertisol was 91.6%.

The results of the data compilation of public documents showed that: (1) Effect of wind speed on the TSP generation Ultisol was 42.0%, Andisol was 10.0%, Inceptisol was 19.0%, Entisol was 83.0%, and Vertisol was 83.7%; (2) Effect of soil moisture content on the TSP generation Ultisol was 63.1%, Inceptisol was 94.9%, Entisol was 56.1%, and Vertisol was 97.0%. The accuration value of TSP generation’s model for Ultisol was 0.97, Andisol was 0.96, Inceptisol was 0.40, Entisol was 0.20, and Vertisol was 0.48.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

(6)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan

PENDUGAAN BANGKITAN KONSENTRASI TOTAL

SUSPENDED PARTICULATE (TSP) DI UDARA AMBIEN DARI

PERMUKAAN TANAH

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(7)
(8)

Judul : Pendugaan Bangkitan Konsentrasi Total Suspended Particulate

(TSP) di Udara Ambien dari Permukaan Tanah Nama : Nur Riana Rochimawati

NIM : F451120081

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Arief Sabdo Yuwono, MSc Ketua

Dr Satyanto K. Saptomo, STP, MSi Anggota

Diketahui oleh, Ketua Program Studi

Teknik Sipil dan Lingkungan

Dr Satyanto K. Saptomo, STP, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia, rahmat dan hidayahNya sehingga tesis dengan judul “Pendugaan Bangkitan Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di Udara Ambien dari Permukaan Tanah” dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan tesis ini, yaitu kepada:

1. Dr Ir Arief Sabdo Yuwono, MSc, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr Satyanto K. Saptomo, STP, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis selama proses penyusunan tesis.

2. Dr Ir Meiske Widyarti, MEng selaku penguji luar komisi dan Dr Chusnul Arif, STP, MSi, selaku penguji wakil program studi saat pelaksanaan ujian sidang atas segala arahan dan saran perbaikan yang diberikan kepada penulis.

3. Orang tua (keluarga besar di Demak dan Kediri), suami (Ayatullah M. Natsir), dan anak-anak (Abrar dan Azka) atas segala doa, cinta dan kasih sayangnya. 4. Rekan kerja di Laboratorium PPLH-IPB (Pak Deni, Aden, Dery, Bambang,

Mas Rusli, Pak Hendrik dan Luluk) atas segala bantuan, bimbingan dan semangat yang diberikan kepada penulis serta Kang Handi yang membantu selama pengambilan data di tunnel.

5. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil dan Lingkungan Angkatan 2012 atas segala dukungan dan kebersamaannya.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(10)

DAFTAR

ISI

DAFTAR TABEL ... x 

DAFTAR GAMBAR ... x 

DAFTAR LAMPIRAN ... xi 

1 PENDAHULUAN ... 1 

Latar Belakang ... 1 

Perumusan Masalah ... 1 

Tujuan Penelitian ... 2 

Manfaat Penelitian ... 2 

Ruang Lingkup Penelitian ... 2 

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 

Pencemaran Udara ... 3 

Sumber Pencemar Udara... 3 

Total Suspended Particulate (TSP) ... 4 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi TSP ... 6 

Analisis Korelasi dan Regresi ... 7 

3 METODE ... 8 

Kerangka Penelitian ... 8 

Pengukuran Bangkitan Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) ... 8 

Kompilasi Data dari Dokumen Publik ... 11 

Analisis Data ... 11 

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12 

Pengukuran Bangkitan Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) ... 12 

Analisis Korelasi antara Bangkitan Konsentrasi TSP dan Kecepatan Angin, Kadar Tanah serta Persentase Tutupan Lahan pada Tanah Ultisol ... 14 

Analisis Korelasi antara Bangkitan Konsentrasi TSP dan Kecepatan Angin, Kadar Tanah serta Persentase Tutupan Lahan pada Tanah Andisol ... 15 

Analisis Korelasi antara Bangkitan Konsentrasi TSP dan Kecepatan Angin, Kadar Tanah serta Persentase Tutupan Lahan pada Tanah Inceptisol ... 16 

(11)

Analisis Korelasi antara Bangkitan Konsentrasi TSP dan Kecepatan Angin,

Kadar Tanah serta Persentase Tutupan Lahan pada Tanah Vertisol ... 17 

Kompilasi Data dari Dokumen Publik ... 18 

Pemodelan Pendugaan Bangkitan Partikel Tersuspensi (TSP) ... 22 

5 SIMPULAN DAN SARAN ... 25 

Simpulan ... 25 

Saran ... 25 

DAFTAR PUSTAKA ... 26 

(12)

DAFTAR TABEL

1 Toksisitas relatif polutan udara 5

2 Bahan dan peralatan pengukuran bangkitan konsentrasi TSP dalam

tunnel 9

3 Hasil pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel 12 4 Output minitab korelasi pengukuran di tunnel 13

5 Output minitab korelasi bangkitan konsentrasi TSP dan persentase

tutupan lahan 14

6 Hasil kompilasi data TSP dan kecepatan angin dari dokumen publik 18 7 Hasil kompilasi data TSP dan kadar air tanah dari dokumen publik 19 8 Output minitab korelasi hasil kompilasi data dokumen publik 19

DAFTAR GAMBAR

1 Alat High Volume Air Sampler (HVAS) 6

2 Diagram alir penelitian 8

3 Percobaan pengukuran bangkitan konsentrasi TSP dalam tunnel 10

4 Bagan alir pengukuran bangkitan konsentrasi TSP dalam tunnel 10

5 Tutupan lahan yang digunakan didalam tunnel 11

6 Hasil bangkitan konsentrasi TSP dengan variasi persentase tutupan

lahan 14

7 Korelasi tanah Ultisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP & kadar

air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c) 14

8 Korelasi tanah Andisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP &

kadar air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c) 15 9 Korelasi tanah Inceptisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP

& kadar air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c) 16 10 Korelasi tanah Entisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP &

kadar air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c) 17 11 Korelasi tanah Vertisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP

& kadar air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c) 18 12 Korelasi TSP tanah Ultisol dan kecepatan angin (a); TSP dan kadar

air tanah (b) dari dokumen publik 20 13 Korelasi TSP dan kecepatan angin tanah Andisol dari dokumen

publik 20

14 Korelasi TSP tanah Inceptisol dan kecepatan angin (a); TSP dan

kadar air tanah (b) dari dokumen publik 21 15 Korelasi TSP tanah Entisol dan kecepatan angin (a); TSP dan

kadar air tanah (b) dari dokumen publik 21 16 Korelasi TSP tanah Vertisol dan kecepatan angin (a); TSP dan

(13)

20 Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Entisol 24 21 Grafik model pendugaan bangkitan TSP konsentrasi tanah Vertisol 24

 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penempatan tutupan lahan pada tunnel 30

2 Peta sebaran titik sampling data dokumen publik 32 3 Data lengkap hasil pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel 33

(14)
(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, 1% uap air, karbon dioksida, dan gas-gas lain. Udara ambien, memiliki kualitas yang mudah berubah. Pada kondisi normal atmosfer punya kemampuan untuk mengencerkan pencemar yang masuk, baik melalui proses pencampuran (mixing), sekaligus perpindahan (transport) dan juga perubahan secara kimiawi (transformation). Jika atmosfer menerima pencemar terus-menerus tanpa sempat mengalami pemulihan, maka konsentrasi pencemar di udara akan terus meningkat dan dapat melebihi kapasitasnya, sehingga timbul istilah pencemaran udara.

Konsentrasi pencemar di udara akan menentukan kualitas udara, dan dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu laju emisi dari sumber, laju perubahan baik fisik maupun kimia dari pencemar, serta dispersi dan transportasi pencemar dari dan ke suatu wilayah lainnya. Total Suspended Particulate (TSP) merupakan komponen yang sangat penting dari parameter kualitas udara ambien (udara luar ruang/outdoor). Komponen “debu” tersebut termasuk parameter kualitas udara yang wajib diukur sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. TSP dalam jumlah tertentu yang relatif rendah tidak menimbulkan efek negatif, namun jika keberadaannya dalam udara ambien melebihi baku mutu akan menimbulkan efek negatif yang serius, beragam dan merugikan, baik dari aspek ekonomi maupun dari aspek lingkungan.

Penyakit pada manusia yang timbul karena parameter tersebut antara lain adalah asma (Zhou 2010) dan penyakit saluran pernapasan (Setiawan 1992), sedangkan jenis kerugian yang telah terbukti timbul dari keberadaannya dalam udara ambien antara lain adalah penurunan jarak pandang (Zhou 2010), gangguan ekosistem (McTainsh dan Strong 2007) dan polusi di pinggir jalan karena lalu lintas (Zhao dan Shi 2012).

Data bangkitan konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) dalam udara ambien di suatu lokasi sebagai akibat adanya berbagai macam kegiatan manusia sangat sulit didapat. Permasalahan ini timbul karena ketiadaan data mengenai besarnya bangkitan konsentrasi TSP yang berasal dari permukaan berbagai jenis tanah yang ada di Indonesia serta sebagai akibat dari bermacam-macam kegiatan manusia seperti pertambangan, transportasi, pembukaan lahan, pembangunan kawasan perumahan, konversi lahan, pengolahan tanah, penggundulan hutan, dsb. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada segala pemangku kepentingan tentang bangkitan konsentrasi TSP di udara ambien yang berasal dari permukaan berbagai jenis tanah yang ada di Indonesia.

Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur bangkitan konsentrasi Total

Suspended Particulate (TSP) pada variasi kecepatan angin, kadar air, dan

persentase tutupan lahan. Ide penelitian muncul karena bangkitan konsentrasi

(16)

2

kondisi tertentu merupakan masalah yang sering dijumpai dan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu dalam penelitian ini permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Korelasi antara bangkitan konsentrasi Total Suspended Particulate

(TSP) dan kecepatan angin dan kadar air tanah.

2. Korelasi antara bangkitan konsentrasi Total Suspended Particulate

(TSP) dan persentase tutupan lahan.

3. Pemodelan pendugaan bangkitan konsentrasi Total Suspended

Particulate (TSP) berdasarkan kecepatan angin dan kadar air tanah pada

tekstur tanah tertentu.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengukur bangkitan konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) pada variasi kecepatan angin, kadar air tanah, dan persentase tutupan lahan.

2. Menganalisis korelasi antara bangkitan konsentrasi Total Suspended

Particulate (TSP) dan kecepatan angin, kadar air tanah, dan persentase

tutupan lahan.

3. Melakukan kompilasi data hasil pengukuran bangkitan konsentrasi Total

Suspended Particulate (TSP) yang berasal dari dokumen publik.

4. Membuat model pendugaan bangkitan konsentrasi Total Suspended

Particulate (TSP) berdasarkan kecepatan angin dan kadar air tanah.

Manfaat Penelitian Penelitian ini akan bermanfaat bagi:

1. Para pemrakarsa berbagai kegiatan pertambangan, pekerjaan umum serta berbagai instansi yang diwajibkan menyajikan informasi perkiraan dampak yang akan timbul dari berbagai macam kegiatan pembangunan yang dicanangkan.

2. Para akademisi dan konsultan lingkungan yang bertugas melaksanakan kajian ilmiah perubahan kualitas lingkungan yang akan terjadi karena dilaksanakannya sebuah kegiatan pembangunan.

3. Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) dan pemerintah daerah dalam memantau dan menangani kondisi lingkungan akibat pencemaran

Total Suspended Particulate (TSP).

Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

(17)

3 2. Penelitian ini membahas tentang pengaruh kecepatan angin, kadar air

tanah, dan persentase tutupan lahan terhadap bangkitan konsentrasi Total

Suspended Particulate (TSP) yang terbentuk.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Udara

Berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Udara dikatakan tercemar apabila komposisi udara normal mengalami perubahan dan melebihi baku mutu yang ditetapkan sehingga menimbulkan efek negatif bagi manusia, hewan, tumbuhan maupun lingkungan lainnya. Pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan/atau kegiatan sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi dan/atau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien.

Kualitas udara merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di lingkungan perkotaan. Kerusakan tumbuhan yang terjadi kemungkinan hasil interaksi pencemar di udara. Studi menunjukkan bahwa kadar ozon yang tinggi dapat merusak beberapa species tumbuhan (Nugraha 2005). Jenis vegetasi dan suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap penanganan pencemaran udara (Abdurahim 2010)

Sumber Pencemar Udara

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2S), dan Karbon

Monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. Polutan yang berasal dari kegiatan manusia secara umum dibagi dalam dua kelompok besar yaitu polutan udara primer (mencakup 90% jumlah polutan udara seluruhnya) dan polutan udara sekunder (BPLHD Jabar 2007).

PP No. 41 tahun 1999 menggolongkan sumber pencemaran udara menjadi lima kelompok, yaitu:

(18)

4

2. Sumber bergerak spesifik, yaitu sumber pencemar udara serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal, laut dan kendaraan berat lainnya.

3. Sumber tidak bergerak, yaitu sumber emisi yang tetap pada suatu tempat. 4. Sumber tidak bergerak spesifik, yaitu sumber pencemar udara serupa dengan sumber tidak bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah.

5. Sumber gangguan, yaitu sumber pencemar yang menggunakan media udara atau padat untuk penyebarannya. Sumber ini dapat berupa kebisingan, getaran, kebauan, dan gangguan lain.

Seinfeld dan Pandis (2006) secara terperinci membagi sumber polutan alami dan antropogenik ke dalam kelas primer dan sekunder lengkap dengan polutan pernyusunnya. Polutan udara primer dibedakan menjadi 5 kelompok besar yaitu: karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur dioksida (SOx) dan partikel. Sumber polusi yang utama berasal dari kegiatan transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada (Suratmi 2010).

Total Suspended Particulate (TSP)

Menurut Wardhana (2004), partikel adalah pencemar udara yang dapat bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni sebagai bahan pencemar udara dalam bentuk padatan. Dalam pengertian yang lebih luas dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemaran partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara. Partikel di udara meliputi berbagai macam bentuk yang dapat berupa keadaan-keadaan berikut ini:

1. Aerosol adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel yang

terhambur dan melayang di udara

2. Fog atau kabut, adalah aerosol yang berupa butiran-butiran air yang berada di udara

3. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butiran

padatan dan cairan yang terhambur melayang di udara.

4. Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin

5. Mist artinya mirip dengan kabut, berupa butiran-butiran zat cair yang

terhambur dan melayang di udara (bukan butiran air)

6. Fume artinya mirip dengan asap, aerosol yang berasal dari kondensasi uap panas

7. Plume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri

(pabrik)

(19)

5

9. Smog adalah bentuk campuran antara smoke dan fog

10.Smaze adalah campuran antara smoke dan haze.

TSP merupakan partikel dengan diameter kurang dari 100 μm. Beberapa karakteristik yang dimiliki partikel atau partikulat antara lain adalah ukuran, distribusi ukuran, bentuk kepadatan, kelengketan, sifat korosif, reaktivitas dan toksisitas. Dari beberapa karakteristik tersebut, ukuran partikel dianggap menjadi parameter penting yang perlu diketahui. Toksisitas relatif lima kelompok polutan menurut Suratmi (2010) dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikulat, diikuti berturut-turut dengan NO2, SO2, Hidrokarbon, dan yang paling rendah

toksisitasnya adalah Karbon Monoksida.

Tabel 1 Toksisitas relatif polutan udara

No. Polutan Level Toleransi Toksisitas Relatif

Secara alamiah debu dan Total Suspended Particulate (TSP) dapat dihasilkan dari tanah kering yang terbawa oleh angin. Kecepatan angin tertentu dapat mengakibatkan terangkatnya partikel-partikel halus dari permukaan tanah sehingga menghasilkan debu. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa tanah berpasir merupakan sumber debu yang dapat mengganggu kesehatan (Kellogg dan Griffin 2006; Laurent et al. 2006; Feng et al. 2008). Partikulat di atmosfer dapat menyebabkan berubahnya radiasi matahari yang dapat diserap oleh permukaan bumi (Kaufman et al. 2002). Pada beberapa orang yang sensitif, partikel tersuspensi dapat mengakibatkan penyakit asma dan penyakit pernapasan lainnya. Selain itu, aerosol partikel tersuspensi dapat bertindak sebagai inti kondensasi awan dan mempengaruhi produktivitas hujan (Levin et al. 1996).

Baku mutu Total Suspended Particulate (TSP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 adalah 230 μg/m3 untuk pengukuran 24 jam dan 90 μg/m3 untuk pengukuran selama 1 tahun. Berdasarkan BPLHD Jabar (2007), kenaikan diameter partikulat sebanyak 10 000 kali menyebabkan kecepatan pengendapan sebesar 6 juta kalinya. Partikulat yang berukuran 2 – 40 mikron (tergantung densitasnya) tidak bertahan terus di udara dan segera mengendap.

Sesuai SNI 19-7119.3-2005, penentuan bangkitan konsentrasi Total

Suspended Particulate (TSP) di udara ambien dengan metoda gravimetri dapat

(20)

6

contoh uji dalam jumlah volume udara yang besar di atmosfer, dengan nilai rata-rata laju alir pompa vakum 1.13 sampai 1.70 m3/menit.

Gambar 1 Alat High Volume Air Sampler (HVAS)

Model emisi TSP yang diperoleh Lin dan Yeh (2007) menggunakan analisis

stepwise multiple-regression. Pemodelan pendugaan bangkitan TSP yang

dibangun menggunakan persamaan regresi polinomial.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi TSP

Bangkitan debu (partikulat) mempunyai perbedaan yang besar ketika kondisi meteorologi, permukaan tanah dan jenis tanah berbeda (Kang et al. 2011). Daerah yang paling rentan terjadi erosi tanah akibat angin adalah pada daerah kering dan semi kering dengan kondisi permukaan tanah yang halus dan kering, tanpa vegetasi dan angin kencang (FAO 1960).

Faktor penyebab terjadinya erosi tanah yang termasuk pada kelompok energi meliputi kemampuan potensial hujan dan limpasan permukaan/angin. Kecepatan angin minimum diperlukan untuk dapat mengangkat partikel-partikel dari permukaan tanah sehingga menghasilkan debu yang tergantung pada ukuran partikelnya. Tanah dengan ukuran partikel lebih kasar memerlukan kecepatan angin lebih tinggi untuk dapat membawa partikel-partikel tersebut (Koren dan Kaufman 2004). Menurut Washington et al. (2003), karena adanya variasi temporal maka udara ambien pada daerah yang dekat dengan sumber akan mengandung konsentrasi debu tertinggi daripada daerah yang berada lebih jauh dari sumbernya.

(21)

7 Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halus tanah ditunjukkan oleh sebaran ukuran butir (particle

size distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan

memperhatikan fraksi tanah yang lebih besar dari pasir (lebih dari 2 mm). Kelas besar butir untuk fraksi ukuran kurang dari 2 mm (fraksi tanah halus) meliputi: berpasir, berlempung kasar, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, (berliat) halus, (berliat) sangat halus. Fragmental adalah tanah dengan komposisi fraksi tanah halus < 10 % dan kerikil, batu-batu serta lainnya ≥ 90 %. Jika tanah halus masuk kelas berpasir, berlempung atau berliat, tetapi mengandung 35-90%

fragmen batuan (kerikil, batu-batu) maka kelas sebaran butirnya disebut berpasir

skeletal, berlempung skeletal, dan berliat skeletal (Hardjowigeno 2003).

Proteksi merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan penutupan lahan. Peningkatan cakupan vegetasi lahan terbukti efektif untuk mengurangi debu (partikulat) yang dihasilkan dari permukaan tanah (Shang et al. 2012). Daerah dengan curah hujan dan cakupan vegetasi rendah menghasilkan debu yang tinggi. Permukaan tanah dengan tutupan lahan seperti pertanian atau padang rumput menghasilkan debu yang berkisar antara 0% sampai 50%. Akan tetapi hal ini dipengaruhi oleh aspek spasial dan temporal dari emisi debu serta ketersediaan lahan dan data angin setempat (Yoshioka et al. 2005). FAO (2000) menyatakan bahwa penutup tanah merupakan faktor yang penting untuk mengontrol erosi melalui intersepsi dan absorbsi energi kinetik hujan. Tanaman penutup tanah dapat mengurangi pengaruh langsung dari butir-butir hujan dan melindungi permukaan tanah serta pengawetan struktur tanah. Penutup tanah juga baik untuk menekan kecepatan dan kapasitas transpor aliran permukaan.

Analisis Korelasi dan Regresi

Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment

untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis yang dibuat. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Minitab. Jika P value kurang dari 0.05, berarti terdapat hubungan antara kedua variabel, sedangkan jika P value besar dari 0.05 maka tidak ada hubungan antara variabel yang dianalisis.

Analisis regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel independen diubah atau dinaik turunkan (Sugiyono 2011). Koefisien determinasi (r2) pada regresi linear menggambarkan kemampuan dari variabel independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Jika r2 sama dengan 1, maka angka tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara sempurna.

(22)

8

3 METODE

Kerangka Penelitian

Pengukuran bangkitan konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) pada penelitian ini dilakukan dengan metode gravimetri sesuai SNI 19-7119.3-2005. Pengukuran dilakukan di laboratorium dengan lima jenis tanah utama di Pulau Jawa, yaitu tanah Inceptisol, Ultisol, Andisol, Entisol, dan Vertisol. Pengumpulan data sekunder juga dilakukan pada penelitian ini. Langkah-langkah penelitian selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2 dalam bentuk diagram alir.

Gambar 2 Diagram alir penelitian

Pengukuran Bangkitan Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) Pengambilan sampel bangkitan konsentrasi Total Suspended Particulate

(TSP) dilakukan dengan metode sampling aktif yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring, menggunakan peralatan HVAS (High Volume Air Sampler) dengan rata-rata laju alir pompa vakum 1.13-1.70 m3/menit. Dengan laju alir ini dapat diperoleh partikel tersuspensi kurang dari 100 µm (diameter ekivalen) .

P e r u m u s a n M a s a la h

P e n g a m b ila n D a ta

P e n g u m p u la n D a ta D o k u m e n P u b lik P e n g u k u ra n

K o n s e n tr a s i T S P S k a la L a b o ra to r iu m

J u m la h D a ta C u k u p ?

P e n g o la h a n D a ta

A n a lis is D a ta

K e s im p u la n & S a ra n

S e le s a i Y a

(23)

9 Waktu pengukuran dilaksanakan pada bulan Juli 2013 – Maret 2014. Bahan yang diperlukan adalah sebidang sampel tanah terganggu berukuran panjang 7.6 m, lebar 0.76 m, dan tebal 0.03 m yang ditempatkan dalam sebuah naungan buatan berupa terowongan atau tunnel. Daftar bahan dan peralatan yang dipergunakan disajikan dalam Tabel 2. Kecepatan angin diatur sehingga berada dalam selang 0.5-2 m/detik. Tata letak sampel tanah dan peralatan pengukur TSP di dalam tunnel beserta peralatan lainnya disajikan dalam Gambar 3, sedangkan bagan alir dari percobaan tersebut disajikan dalam Gambar 4.

Tabel 2 Bahan dan peralatan pengukuran bangkitan konsentrasi TSP dalam tunnel

No. Spesifikasi 1. Spesifikasi Bahan

 Sebidang tanah dalam tunnel. Luas model 5.8 m2; tebal 3 cm. Tersusun dari sampel tanah terganggu (disturbed).

 Sampel mencakup lima (5) jenis tanah terbanyak di Pulau Jawa yaitu: - Sampel tanah Ultisol (Podsolik merah kuning) diambil dari

Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.

- Sampel tanah Andisol (Andosol) diambil dari Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.

- Sampel tanah Inceptisol (Latosol) diambil dari Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor.

- Sampel tanah Entisol (Aluvial) diambil dari Kecamatan Teluk Jambe, Kabupaten Karawang.

- Sampel tanah Vertisol (Grumusol) diambil dari Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi.

 Benih padi huma

 Kertas saring GF/A 1.6 μm [Whatmann #1820-110] 2. Spesifikasi Peralatan

 Hi-Vol Air Sampler (HVAS) [Staplex-USA TFIA-2]  Kipas angin [Hercules; ∅= 24”; 220 V; 50 Hz: 170 W]  Pengukur kadar air tanah [OGA Model TA-5]

Air Velocity Meter [VELOCICALC 8357 - TSI]

 Barometer [OSK 721]

Tunnel, [Dimensi P = 7.6 m; L = 0.76 m; T = 2.4 m]

(24)

10

Gambar 3 Percobaan pengukuran bangkitan konsentrasi TSP dalam tunnel

Gambar 4 Bagan alir pengukuran bangkitan konsentrasi TSP dalam tunnel

Tutupan lahan yang digunakan adalah jenis padi huma yang ditempatkan pada nampan berdimensi 80 x 60 cm dan ditumbuhkan sampai tinggi tanaman mencapai ± 15 cm. Nampan tersebut diaplikasikan ke dalam tunnel sesuai persentase tutupan lahan yang diinginkan. Penempatan tutupan lahan pada tunnel

dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan untuk tutupan lahannya dapat dilihat O p e r a s i b lo w e r ;

S e t- u p k e c e p a ta n

C e k k a d a r a ir ta n a h , s u h u , k e c e p a ta n a n g in

d a n te k a n a n u d a r a

M u la i: b a n g k ita n T S P

P e n a r ik a n f ilte r , tim b a n g , d a n g a n ti

J u m la h d a ta c u k u p ?

S e le s a i s u d a h

b e lu m P e n y ia p a n s a m p e l ta n a h

(25)

11 pada Gambar 5. Persentase tutupan lahan yang diaplikasikan pada tunnel sebesar 10, 20, 30, dan 40%.

Gambar 5 Tutupan lahan yang digunakan didalam tunnel

Kompilasi Data dari Dokumen Publik

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dari dokumen publik yaitu, data hasil pengukuran kualitas udara ambien yang dipusatkan pada parameter TSP dan data kecepatan angin beserta kadar air tanah pada titik sampling yang sama. Dokumen publik yang dimaksud adalah dokumen AMDAL, UKL-UPL (Upaya Pengelolan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan), EBA (Environmental Baseline Assesment) dan SoER (State of the Environmental

Report) atau Laporan Status Lingkungan Hidup (SLH), baik daerah maupun

pusat. Dokumen tersebut diakses dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH)-IPB.

Data tersebut adalah hasil pengukuran kualitas udara ambien yang dipusatkan pada parameter TSP dan data kecepatan angin sebanyak 98 titik sampling, serta data TSP dan kadar air tanah sebanyak 28 titik sampling. Pengambilan sampel dilakukan di berbagai tempat di Indonesia dan sebagian besar dilakukan di Pulau Jawa. Adapun peta sebaran titik sampling disajikan pada Lampiran 2.

Analisis Data

Analisis data dilakukan adalah untuk mendapatkan korelasi antara bangkitan konsentrasi TSP dan kecepatan angin, kadar air tanah, dan persentase tutupan lahan. Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi

Pearson Product Moment. Analisis yang digunakan merupakan analisis statistik

regresi linear sederhana dengan bantuan komputer menggunakan program olah data Minitab. Analisis regresi merupakan salah satu alat statistika yang sangat populer digunakan user dalam mengolah data statistika. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan satu atau lebih variabel tergantung

(dependent variable) terhadap satu atau lebih variabel bebas (independent

variable). Regresi polinomial merupakan model regresi linier yang dibentuk

(26)

12

dipangkatkan meningkat sampai orde ke-k. Pemodelan pendugaan nilai bangkitan konsentrasi TSP menggunakan model regresi polinomial dengan bantuan program solver pada microsoft office excel.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Bangkitan Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) Hasil pengukuran di laboratorium menunjukkan bahwa bangkitan konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) pada kelima jenis tanah berbeda-beda menurut kecepatan angin dan variasi kadar air tanah yang relatif sama. Hal ini disebabkan oleh sifat fisik dan kimia dari kelima jenis tanah tersebut berbeda sehingga konsentrasi TSP yang didapatkan juga berbeda.

Bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Andisol secara umum lebih tinggi dikarenakan kadar air tanah relatif rendah (19.0-35.4%) dan kecepatan angin relatif tinggi (0.8-1.7 m/dt) apabila dibandingkan dengan keempat jenis tanah lainnya. Andisol mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi dan kadang-kadang bersifat irreversibel setelah mengalami kering udara. Hal ini dapat mengakibatkan partikel-partikel liat amorf bersatu membentuk debu semu

(pseudosilt) dan pasir semu (pseudosand). Sifat irreversibel ini dapat terjadi di

permukaan tanah yang ditunjukkan oleh terdapatnya struktur granular (Santoso 1985). Oleh karena itu ketika tanah mendapat hembusan angin seperti pada pengukuran di tunnel, diduga sifat irreversible liat tanah Andisol menyebabkan penurunan proteksi bahan organik oleh fraksi liat sehingga bangkitan konsentrasi TSP menjadi lebih tinggi. Hasil pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel

pada kelima jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 3. Data lengkap hasil pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 3 Hasil pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel Jenis tanah TSP (µg/m3) Kecepatan

angin (m/detik)

Kadar air tanah (%)

Ultisol 51-195 0.5-1.6 25.0-35.4

Andisol 204-2348 0.8-1.7 19.0-35.4

Inceptisol 101-187 0.9-1.5 28.9-31.2

Entisol 143-281 0.9-1.7 28.0-32.6 Vertisol 49-140 0.9-1.3 34.0-37.2

Hubungan antara bangkitan konsentrasi TSP, kecepatan angin, dan kadar air tanah pada pengukuran di tunnel menunjukkan adanya korelasi dengan nilai Pvalue

(27)

13 Tabel 4 Output minitab korelasi pengukuran di tunnel

Jenis tanah

TSP dan kecepatan angin TSP dan kadar air tanah Koefisien

Pearson

P-Value R-Sq (%)

Koefisien Pearson

P-Value R-Sq (%)

Ultisol 0.928 0.000 86.2 -0.805 0.009 64.8

Andisol 0.679 0.044 46.1 -0.845 0.004 71.5

Inceptisol 0.676 0.045 45.8 -0.674 0.047 45.4

Entisol 0.696 0.037 48.4 -0.687 0.041 47.1

Vertisol 0.687 0.041 47.1 -0.76 0.017 57.8

Hasil pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel dengan variasi persentase tutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 6. Kecepatan angin berkisar 1.1-1.5 m/detik dan kadar air tanah 26.1-33.9%. Dari kelima jenis tanah tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar persentase tutupan lahan maka nilai bangkitan konsentrasi TSP yang didapat semakin menurun atau menunjukkan korelasi negatif antara bangkitan TSP dan persentase tutupan lahan.

Gambar 6 Hasil bangkitan konsentrasi TSP dengan variasi persentase tutupan lahan

Hubungan antara bangkitan konsentrasi TSP dan persentase tutupan lahan pada pengukuran di tunnel menunjukkan adanya korelasi dengan nilai Pvalueyang

dihasilkan kurang dari α (0.05). Koefisien Pearson yang dihasilkan menunjukkan bahwa persentase tutupan lahan berkorelasi negatif dengan bangkitan konsentrasi TSP. Hasil output minitab untuk pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel

(28)

14

Tabel 5 Output minitab korelasi bangkitan konsentrasi TSP dan persentase tutupan lahan

Jenis tanah Koefisien Pearson P-Value R-Sq (%)

Ultisol -0.919 0.027 84.4

Andisol -0.964 0.008 92.9

Inceptisol -0.937 0.019 87.8

Entisol -0.889 0.044 79.0

Vertisol -0.957 0.011 91.6

Analisis Korelasi antara Bangkitan Konsentrasi TSP dan Kecepatan Angin, Kadar Tanah serta Persentase Tutupan Lahan pada Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu ordo tanah yang tersebar luas di lahan kering Indonesia yaitu sekitar 48.6 juta hektar, umumnya terbentuk pada daerah dengan curah hujan cukup tinggi (Syarifuddin dan Abdurrachman 1994). Hasil pengukuran pada tanah Ultisol menunjukkan bahwa: (1) TSP dan kecepatan angin 0.5-1.6 m/detik berkorelasi positif dengan R-Sq 86.2%; (2) TSP dan kadar air tanah 25.0-35.4% berkorelasi negatif dengan R-Sq 64.8%; (3) TSP dan persentase tutupan lahan berkorelasi negatif dengan R-Sq 84.4% (Gambar 7).

(a) (b) (c)

Gambar 7 Korelasi tanah Ultisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP & kadar air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c)

Korelasi antara bangkitan konsentrasi TSP, kecepatan angin, dan kadar air tanah diduga juga dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tekstur merupakan sifat yang sangat penting karena berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Tanah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu tanah bertekstur kasar dan halus. Tekstur kasar dan halus inipun bisa diklasifikasikan menjadi beberapa bagian lagi sesuai dengan kandungan liat, pasir, dan debu. Berdasarkan hasil pengujian tanah oleh Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, sampel tanah Ultisol mempunyai kandungan pasir 27.48%, debu 23.34%, dan liat 49.18%. Berdasarkan diagram segitiga tekstur tanah (USDA 1966), maka nilai tersebut masuk kedalam kelas tekstur liat dimana memiliki ciri terasa berat, dapat membentuk bola, dan melekat sekali.

Kecepatan angin sangat berpengaruh (R-Sq 86.2%) terhadap bangkitan konsentrasi TSP. Hal ini sesuai dengan Arsyad (2006) yang menjelaskan bahwa

(29)

15 erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, dan meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air.

Analisis Korelasi antara Bangkitan Konsentrasi TSP dan Kecepatan Angin, Kadar Tanah serta Persentase Tutupan Lahan pada Tanah Andisol

Hasil pengukuran pada tanah Andisol menunjukkan bahwa: (1) TSP dan kecepatan angin 0.8-1.7 m/detik berkorelasi positif dengan R-Sq 46.1%; (2) TSP dan kadar air tanah 19.0-35.4% berkorelasi negatif dengan R-Sq 71.5%; (3) TSP dan persentase tutupan lahan berkorelasi negatif dengan R-Sq 92.9% (Gambar 8).

(a) (b) (c)

Gambar 8 Korelasi tanah Andisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP & kadar air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c)

Pengaruh tutupan lahan terhadap bangkitan konsentrasi TSP tanah Andisol sangat besar (92.9%) karena vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfir dan tanah. Bagian vegetasi yang ada di atas permukaan tanah menyerap energi perusak hujan, sehingga mengurangi dampaknya terhadap tanah, sedangkan bagian vegetasi yang ada di dalam tanah yang terdiri atas sistem perakaran, meningkatkan kekuatan mekanik tanah (Arsyad 2006).

Tanah Andisol merupakan tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik), mempunyai horison kambik, memiliki bulk density kurang dari 0.85 g/cm3, dan banyak mengandung bahan amorf. Berdasarkan hasil pengujian tanah, sampel tanah Andisol mempunyai kandungan pasir 43.02%, debu 33.72%, dan liat 23.26%. Nilai tersebut masuk kedalam kelas tekstur lempung berdasarkan segitiga tekstur USDA, dimana tanah terasa tidak kasar dan tidak licin, dapat membentuk bola, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, dan melekat. Sifat fisik yang khas dari Andisol yaitu daya mengikat air yang tinggi, sangat gembur tetapi memiliki derajat ketahanan struktur yang tinggi sehingga mudah diolah dan permeabilitasnya tinggi (Soil Survey Staff 1990). Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh kadar air tanah Andisol terhadap bangkitan konsentrasi TSP lebih tinggi dibanding tanah Ultisol.

(30)

16

Analisis Korelasi antara Bangkitan Konsentrasi TSP dan Kecepatan Angin, Kadar Tanah serta Persentase Tutupan Lahan pada Tanah Inceptisol Inceptisol adalah tanah-tanah yang masih relatif muda, yang perkembangannya setingkat diatas Entisol. Jika Entisol belum menunjukkan adanya horison bawah penciri yang jelas sebagai hasil proses pedogenesis, pada Inceptisol telah terbentuk hasil proses tersebut, walaupun belum memenuhi syarat penciri order lainnya. Pada kebanyakan Inceptisol, penciri tersebut adalah horison kambik (Rachim, 2007).

Pengukuran pada tanah Inceptisol menunjukkan hasil sebagai berikut: (1) TSP dan kecepatan angin 0.9-1.5 m/detik berkorelasi positif dengan R-Sq 45.8%; (2) TSP dan kadar air tanah 28.9-31.2% berkorelasi negatif dengan R-Sq 45.4%; (3) TSP dan persentase tutupan lahan berkorelasi negatif dengan R-Sq 87.8% (Gambar 9). Tanah Inceptisol yang berupa daerah berlereng curam diperuntukan untuk hutan, rekreasi atau cagar alam. Tanah Inceptisol yang berdrainase buruk, dapat dijadikan lahan pertanian setelah drainasenya diperbaiki dan dapat pula dikembangkan tanaman lahan kering (Hardjowigeno, 2003)

(a) (b) (c)

Gambar 9 Korelasi tanah Inceptisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP & kadar air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c)

Peningkatan luas kanopi pohon sebagai tutupan lahan dapat mereduksi jumlah polutan yang ada di udara (Hanafri 2011). Hasil analisis segitiga tekstur USDA menunjukakan bahwa sampel tanah Inceptisol yang diambil memiliki tekstur liat dengan hasil pengujian dari Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan bahwa sampel tanah tersebut mengandung pasir 7.28%, debu 20.21%, dan liat 72.51%. Kelas tekstur liat memiliki ciri terasa berat, halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah digulung (Hardjowigeno 2003). Menurut Sumarno (2003) bahwa tanah Latosol/Inceptisol dengan tekstur lempung berpasir, drainase baik, struktur remah dan gembur, lapisan olahnya dalam, dan berwarna merah kecoklatan baik sekali untuk tanaman kacang tanah.

Analisis Korelasi antara Bangkitan Konsentrasi TSP dan Kecepatan Angin, Kadar Tanah serta Persentase Tutupan Lahan pada Tanah Entisol

Tanah Entisol adalah tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, atau histik bila

(31)

17 tanah sangat lembek. Hasil pengukuran pada tanah Entisol menunjukkan bahwa: (1) TSP dan kecepatan angin 0.9-1.7 m/detik berkorelasi positif dengan R-Sq 48.4%; (2) TSP dan kadar air tanah 28.0-32.6% berkorelasi negatif dengan R-Sq 47.1%; (3) TSP dan persentase tutupan lahan berkorelasi negatif dengan R-Sq 79.0% (Gambar 10).

Menurut Haritash dan Kaushik (2006) bahwa konsentrasi tinggi dari partikulat dalam komersial dan kawasan industri, dapat dikaitkan dengan resuspensi debu oleh kendaraan dan angin. Kegiatan yang terkait dengan proses disintegrasi mekanik seperti penggalian dan konstruksi bangunan memberikan kontribusi yang sama dalam bangkitan partikel debu seperti angin yang meniup permukaan tanah (Namdeo dan Bell 2005).

(a) (b) (c)

Gambar 10 Korelasi tanah Entisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP & kadar air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c)

Berdasarkan hasil pengujian tanah oleh Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, sampel tanah Entisol mempunyai kandungan pasir 36.37%, debu 31.37%, dan liat 32.26%. Dengan nilai tersebut sampel tanah Entisol termasuk kelas tekstur lempung berliat dimana menurut Hardjowigeno (2003) kelas tekstur lempung berliat memiliki ciri terasa agak licin, agak melekat, dapat membentuk bola, dan agak mudah hancur.

Analisis Korelasi antara Bangkitan Konsentrasi TSP dan Kecepatan Angin, Kadar Tanah serta Persentase Tutupan Lahan pada Tanah Vertisol

Tanah Vertisol adalah tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison dan mempunyai sifat mengembang dan mengerut (sifat vertik). Oleh karena itu penentuan korelasi antara bangkitan konsentrasi TSP, kecepatan angin, kadar air tanah, dan persentase tutupan lahan relatif lebih sulit dibandingkan jenis tanah lainnya. Dalam kondisi kering, tanah Vertisol akan mengerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Jika basah tanah akan mengembang dan lengket.

Hasil pengukuran pada tanah Vertisol menunjukkan bahwa: (1) TSP dan kecepatan angin 0.9-1.3 m/detik berkorelasi positif dengan R-Sq 47.1%; (2) TSP dan kadar air tanah 34.0-37.2% berkorelasi negatif dengan R-Sq 57.8%; (3) TSP dan persentase tutupan lahan berkorelasi negatif dengan R-Sq 91.6% (Gambar 11).

(32)

18

(a) (b) (c)

Gambar 11 Korelasi tanah Vertisol antara TSP & kecepatan angin (a); TSP & kadar air tanah (b); TSP & tutupan lahan (c)

Hasil pengujian tekstur sampel tanah Vertisol oleh Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB menyebutkan bahwa sampel tanah tersebut mengandung pasir 6.43%, debu 21,69%, dan liat 71.88%. Analisis segitiga tekstur USDA menunjukkan bahwa sampel tanah Vertisol tersebut memiliki tekstur liat dimana memiliki ciri terasa berat, dapat membentuk bola, dan melekat sekali. Tekstur liat merupakan tanah yang memiliki kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara yang tinggi. Hal ini disebabkan karena luas partikel liat yang besar (Hardjowigeno 2003).

Tanah dengan kelas tekstur liat ini mempunyai kemampuan menyerap air yang cukup tinggi, tetapi pada keadaan kekurangan air, tanah akan merekah cukup lebar karena susunan mineral liat utamanya adalah montmorilonit yang mampu mengembang dan mengkerut jika kelembaban tinggi dan rendah. Analisis semi kualitatif mineral fraksi liat menunjukkan bahwa tanah Vertisol mengandung mineral liat smektit paling banyak, kaolinit sedikit, dan kuarsa sangat sedikit (Ravoniarijaona 2009).

Kompilasi Data dari Dokumen Publik

Menurut data yang didapatkan, sampling kualitas udara ambien dilakukan pada kecepatan angin 0.2 m/ detik hingga 3.6 m/ detik dan kadar air tanah 5.5% hingga 63.6%. Hasil kompilasi data bangkitan konsentrasi TSP dengan kecepatan angin dari dokumen publik pada kelima jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 6. Sedangkan kompilasi data bangkitan konsentrasi TSP dengan kadar air tanah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6 Hasil kompilasi data TSP dan kecepatan angin dari dokumen publik Jenis tanah TSP (µg/m3) Kecepatan angin

(m/detik)

Ultisol 2-361 0.2-4.1

Andisol 64-81 0.4-1.1

Inceptisol 10-150 0.6-3.6

Entisol 11-109 0.3-1.9

Vertisol 89-123 1.2-1.3

(33)

19 Tabel 7 Hasil kompilasi data TSP dan kadar air tanah dari dokumen publik

Jenis tanah TSP (µg/m3) Kadar air tanah (%)

Ultisol 88-149 13.0-36.0

Inceptisol 22-215 43.1-63.6

Entisol 28-109 5.5-42.3

Vertisol 89-123 10.0-13.5

Hubungan antara bangkitan konsentrasi TSP, kecepatan angin, dan kadar air tanah pada kompilasi data dokumen publik menunjukkan adanya korelasi dengan nilai Pvalueyang dihasilkan kurang dari α (0.05), kecuali pada jenis tanah Andisol

dan Vertisol. Hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah data pada jenis tanah tersebut. Data untuk bangkitan konsentrasi TSP dan kadar air tanah pada jenis tanah Andisol juga tidak ditemukan. Kondisi rona lingkungan dari tiap-tiap titik sampling juga berbeda-beda. Hal ini membuat nilai bangkitan konsentrasi TSP yang didapat memiliki kisaran yang cukup jauh.

Koefisien Pearson yang dihasilkan menunjukkan bahwa kecepatan angin berkorelasi positif dengan bangkitan konsentrasi TSP. Kadar air tanah berkorelasi negatif dengan bangkitan konsentrasi TSP. Hasil output minitab untuk kompilasi data dari dokumen publik dengan menggunakan persamaan linier dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Output minitab korelasi hasil kompilasi data dokumen publik

Jenis tanah

(34)

20

(a) (b)

Gambar 12 Korelasi TSP tanah Ultisol dan kecepatan angin (a); TSP dan kadar air tanah (b) dari dokumen publik

Hasil penelitian Karar et al. (2006) menunjukkan bahwa bangkitan PM10

dan TSP di daerah pemukiman dan wilayah industri memiliki korelasi dengan kecepatan angin, suhu, dan kelembaban relatif. Korelasi linear antara bangkitan konsentrasi TSP dan kecepatan angin pada tanah Andisol dari data dokumen publik memiliki nilai R-Sq sebesar 10.0% untuk kecepatan angin 0.4-1.1 m/detik (Gambar 13).

Gambar 13 Korelasi TSP dan kecepatan angin tanah Andisol dari dokumen publik

(35)

21

(a) (b)

Gambar 14 Korelasi TSP tanah Inceptisol dan kecepatan angin (a); TSP dan kadar air tanah (b) dari dokumen publik

Data dokumen publik untuk tanah Entisol menunjukkan bahwa: (1) TSP dan kecepatan angin 0.3-1.9 m/detik berkorelasi positif dengan R-Sq 83.0%; dan (2) TSP dan kadar air tanah 5.5-42.3% berkorelasi negatif dengan R-Sq 56.1% (Gambar 15).

(a) (b)

Gambar 15 Korelasi TSP tanah Entisol dan kecepatan angin (a); TSP dan kadar air tanah (b) dari dokumen publik

(36)

22

(a) (b)

Gambar 16 Korelasi TSP tanah Vertisol dan kecepatan angin (a); TSP dan kadar air tanah (b) dari dokumen publik

Pemodelan Pendugaan Bangkitan Partikel Tersuspensi (TSP)

Persamaan yang dibangun adalah TSP = aub + cƟd, dimana u adalah kecepatan angin dan Ɵ adalah kadar air tanah. Berdasarkan hasil bangkitan TSP di laboratorium (tunnel), persamaan yang didapat untuk tanah Ultisol adalah:

TSP = 22.36u4.10 + (2.43 x 102)Ɵ-0.46 ...(1) Nilai R2 yang mencerminkan nilai akurasi model yang didapatkan sebesar 0.97 dimana semakin mendekati 1 maka garis regresi terhadap nilai data asli yang dibuat model semakin akurat. Persamaan tersebut berlaku pada kondisi kecepatan angin 0.5-1.6 m/detik, kadar air tanah Ultisol 25.0-35.4%, dan tekstur tanah 27.48% pasir, 23.34% debu, 49.18% liat. Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Ultisol dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Ultisol Model persamaan yang didapat untuk tanah Andisol adalah:

(37)

23 Nilai akurasi (R2) yang didapatkan sebesar 0.96 yang mendekati 1 juga walau tidak sebesar nilai akurasitanah Ultisol. Persamaan tersebut berlaku pada kondisi kecepatan angin 0.8-1.7 m/detik, kadar air tanah Andisol 19.0-35.4%, dan tekstur tanah 43.02% pasir, 33.72% debu, 23.26% liat. Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Andisol dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Andisol Model persamaan untuk tanah Inceptisol adalah:

TSP = 3.74u6.07 + (8.51 x 105)Ɵ-2.60...(3) Nilai akurasi yang didapatkan sebesar 0.40 lebih rendah dibanding tanah Ultisol dan Andisol. Hal ini diduga karena perbedaan kondisi lokasi pengambilan sampel, yaitu berupa lahan terbuka atau memiliki tutupan lahan. Pemodelan pendugaan bangkitan TSP tersebut berlaku pada kondisi kecepatan angin 0.9-1.5 m/detik, kadar air tanah Inceptisol 28.9-31.2%, dan tekstur tanah 7.28% pasir, 20.21% debu, 72.51% liat. Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Inceptisol dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19 Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Inceptisol

(38)

24

Persamaan pendugaan bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Entisol yaitu: TSP = 78.03u0.85 + (2.01 x 106)Ɵ-2.88...(4) Nilai akurasi (R2) yang didapatkan sebesar 0.20 lebih rendah dari nilai akurasi tanah Andisol. Persamaan tersebut berlaku pada kondisi kecepatan angin 0.9-1.7 m/detik, kadar air tanah Entisol 28.0-32.6%, dan tekstur tanah 36.37% pasir, 31.37% debu, 32.26% liat. Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Entisol dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20 Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Entisol Model persamaan yang didapat untuk tanah Vertisol adalah:

TSP = 5.78u4.90 + (9.62 x 1013) Ɵ-7.84...(5) Nilai akurasi (R2) yang didapatkan sebesar 0.48 dimana nilai tersebut lebih rendah dibanding tanah Andisol namun lebih tinggi dari tanah Inceptisol. Persamaan tersebut berlaku pada kondisi kecepatan angin 0.9-1.3 m/detik, kadar air tanah Vertisol 34.0-37.2%, dan tekstur tanah 6.43% pasir, 21.69% debu, 71.88% liat. Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Vertisol dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Grafik model pendugaan bangkitan konsentrasi TSP tanah Vertisol

(39)

25

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang didapat dari penelitian ini antara lain:

1. Pengukuran bangkitan konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) menunjukkan korelasi positif dengan kecepatan angin dan korelasi negatif dengan kadar air tanah dan persentase tutupan lahan.

2. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa:

a. Pengaruh kecepatan angin terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 86.2%, Andisol 46.1%, Inceptisol 45.8%, Entisol 48.4%, dan Vertisol 47.1%.

b. Pengaruh kadar air tanah terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 64.8%, Andisol 71.5%, Inceptisol 45.4%, Entisol 47.1%, dan Vertisol 57.8%.

c. Pengaruh persentase tutupan lahan terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 84.4%, Andisol 92.9%, Inceptisol 87.8%, Entisol 79.0%, dan Vertisol 91.6%.

3. Hasil kompilasi data dokumen publik menunjukkan bahwa:

a. Pengaruh kecepatan angin terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 42.0%, Andisol 10.0%, Inceptisol 19.0%, Entisol 83.0%, dan Vertisol 83.7%.

b. Pengaruh kadar air tanah terhadap bangkitan konsentrasi TSP pada tanah Ultisol 63.1%, Inceptisol 94.9%, Entisol 56.1%, dan Vertisol 97.0%.

4. Pemodelan pendugaan bangkitan konsentrasi TSP menunjukkan nilai akurasi pada tanah Ultisol 0.97, Andisol 0.96, Inceptisol 0.40, Entisol 0.20, dan Vertisol 0.48.

Saran

Saran yang disusun berdasarkan hasil penelitian antara lain:

1. Analisis lebih mendalam tentang sifat fisik maupun sifat kimia tanah perlu dilakukan sehingga peranan faktor pengaruh terhadap bangkitan konsentrasi TSP menjadi lebih lengkap.

2. Pengukuran bangkitan konsentrasi TSP langsung dalam berbagai kondisi di lapangan perlu dilakukan agar bisa didapatkan data aktual. 3. Faktor-faktor meteorologi lain seperti curah hujan, jumlah hari hujan,

kelembaban relatif udara, suhu, intensitas penyinaran matahari dan pengaruh dua musim di Indonesia perlu diperhitungkan dalam menentukan bangkitan konsentrasi TSP dari permukaan tanah.

(40)

26

DAFTAR PUSTAKA

[BPLHD] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat. 2007. Pengembangan Sistem Pemantauan Udara Passive Sampler, Kegiatan Pengendalian Pencemaran Udara di Jawa Barat. Laporan Akhir. Kerjasama dengan PT. Dua Ribu Satu Pangripta.

[MENLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1960. Soil erosion by wind and measures for its control on agricultural lands. FAO

Agricultural Development Paper. No. 71.

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2000. Manual on integrated soil management and conservation practices. FAO Land and Water Bulletin 8. Rome, Italy.

[USDA] United States Department of Agriculture. 1966. Soil Survey Manual. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi-Bombay-Calcutta.

Abdurahim D. 2010. Pengaruh Jenis Vegetasi dan Suhu Lingkungan terhadap Penyerapan Polutan Gas NO2 [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.

Feng JL, Zhu LP, Ju JT, Zhou LP, Zhen XL, Zhang W, Gao SP. 2008. Heavy Dustfall in Beijing, on April 16-17, 2006: Geochemical properties and indications of the dust provenance. Geochemical Journal, Vol. 42, pp. 221 to 236.

Hanafri KS. 2011. Analisis Manfaat Kanopi Pohon dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program Citygreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hardianto R, Ernawanto QD, Sudaryanto G, Sutrisno. 2007. Pemantauan tingkat erosi tanah di daerah penambangan batu kapur di Tuban. BPTP Jawa Timur (ID).

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Haritash AK, Kaushik CP. 2006. Assessment of Seasonal Enrichment of Heavy Metals in Respirable Suspended Particulate Matter of a Sub-Urban Indian City. Environ Monit Assess 128:411–420. DOI 10.1007/s10661-006-9335-1. Karar K, Gupta AK, Kumar A, Biswas AK. 2006. Seasonal Variations of PM10

and TSP in Residential and Industrial Sites in An Urban Area of Kolkata, India. Environmental Monitoring and Assessment 118: 369–381. DOI: 10.1007/s10661-006-1503-9.

Kang J, Yoon S, Shao Y, Kim S. 2011. Comparison of Vertical Dust Flux by Implementing Three Dust Emissionss Schemes in WRF/Chem. Journal of Geopghysical Research, 116, D09, 202.

Kaufman YJ, Tanre D, Boucher O. 2002. A Satellite View of Aerosols in the Climate System. Nature 419 (6903), 215–223.

Kellogg CA, Griffin DW. 2006. Aerobiology and The Global Transport of Desert Dust. Trends in Ecology & Evolution 21, 638–644.

(41)

27 Laurent B, Marticorena B, Bergametti G, Mei F. 2006. Modeling Mineral Dust

Emissions From Chinese and Mongolian Deserts. Global and Planetary Change 52, 121–141.

Levin Z, Ganor E, Gladstein V. 1996. The Effects of Desert Particles Coated With Sulfate on Rain Formation in the Eastern Mediterranean. Journal of Applied Meteorology 35 (9), 1511–1523.

Lin CW, Yeh JF. 2007. Estimating dust emission from a sandbank on the downstream Jhuoshuei River under strong wind conditions. Atmospheric

Environment 41 (2007) 7553–7561.

McTainsh G, Strong C. 2007. The Role of Aeolian Dust in Ecosystems. Geomorphology 89, 39–54.

Namdeo A, Bell MC. 2005. Characteristics And Health Implications of Fine and Coarse Particulates at Roadside, Urban Background and Rural Sites in UK.

Environ. Int. 31, 565–573.

Nugraha P. 2005. Faktor Fisiologis Tanaman yang menentukan Serapan Polutan NO2 dan Nilai Visual Jalur Hijau Jalan Kota Surabaya [tesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Rachim DA. 2007. Dasar-Dasar Genesis Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Ravoniarijaona M. 2009. Aplikasi Asam Oksalat dan Fe pada Vertisol dan Alfisol terhadap Pertumbuhan dan Serapan K Tanaman jagung [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Santoso. 1985. Sifat dan Ciri Andosol. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Seinfeld JH, Pandis SN. 2006. Atmospheric Chemistry and Physics: From Air Pollution to Climate Change, 2nd ed. John Wiley & Sons. USA.

Setiawan T. 1992. Pengaruh Polusi Asap Pabrik terhadap Kesehatan Lingkungan. Jurnal PSL Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia. Vol. 12 No.4: 217-228. Shang Z, Cheng L, Yu Q, He L, Lu Z. 2012. Changing Characteristics on Dust

Strom in Jiangsu. Open Journal of Air Pollution, 1, 67-73.

SNI 19-7119.3-2005 mengenai Cara Uji Partikel Tersuspensi Total menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metoda Gravimetri. Soil Survey Staff. 1990. Key Soil Taxonomy. Agency for International

Development United States Department of Agriculture and Soil Management Support Service.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.

Sumarno. 2003. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Bandung (ID): Sinar baru Algensindo.

Suratmi M. 2010. Analisis Karbon Monoksida (CO) dalam Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Sensor Gas Semikonduktor [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Syarifuddin K A, Abdurrachman A. 1994. Optimasi Sumberdaya Lahan

Berwawasan Lingkungan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Pangan.

(42)

28

Washington R, Todd MC, Middleton NJ, Goudie AS. 2003. Dust Storm Source Areas Determined by the Total Ozone Monitoring Spectrometer and Surface Observations. Annals of the Association of American Geographers 93 (2), 297–313.

Yoshioka M, Mahowald NM, Dufresne JL, Luo C. 2005. Simulation of Absorbing Aerosol Indices for African Dust. Journal of Geophysical Research, [Atmospheres] 110 (D18) (art. no.D18S17).

Yunus Y. 2004. Tanah dan Pengolahan. Bandung (ID): CV ALFABETA.

Zhao Y, Shi D. 2012. Analysis of Total Suspended Particulates Pollution along Shanghai-Nanjing Expressway. Open Journal of Air Pollution, 2012, 1, 31-36. Zhou XL. 2010. Discussion on Some Terms Used for Sand Dust Weather in the

(43)

29

(44)

30

Lampiran 1 Penempatan tutupan lahan pada tunnel

a. Tutupan lahan 10%

b. Tutupan lahan 20%

c. Tutupan lahan 30%

 

 

 

(45)

31 Lampiran 1 Penempatan tutupan lahan pada tunnel (lanjutan)

d. Tutupan lahan 40%

(46)
(47)
(48)
(49)

Lampiran 3 Data lengkap hasil pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel

Andisol 204 1.2 35.4

(50)

2

Lampiran 3 Data lengkap hasil pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel (lanjutan)

Jenis Tanah TSP (µg/m3) Kecepatan Angin (m/s)

Kadar Air Tanah (%)

Vertisol 49 0.9 37.2

(51)

3

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Demak pada tanggal 23 Oktober 1981 dari ayah Soebiyanto (alm) dan ibu Maslechah. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2000 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Demak dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis lulus pendidikan sarjana pada tahun 2004. Kesempatan untuk melanjutkan ke program Pascasarjana Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB diperoleh pada tahun 2012. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Penulis bekerja sebagai sekretaris program Due-like, Departemen Teknik Pertanian, FATETA-IPB dari tahun 2004-2005. Pada tahun 2006 hingga sekarang, penulis bekerja sebagai peneliti di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, LPPM-IPB.

Karya ilmiah penulis yang berjudul “Prediction and Modelling of Total

Suspended Particulate Generation on Ultisol and Andisol Soil” telah

dipublikasikan di ARPN Journal of Science and Technology, http://ejournalofscience.org. Karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari Tesis penulis yang berjudul “Pendugaan Bangkitan Konsentrasi Total Suspended

Gambar

Gambar 2  Diagram alir penelitian
Gambar 3  Percobaan pengukuran bangkitan konsentrasi TSP dalam   tunnel
Gambar 5  Tutupan lahan yang digunakan didalam tunnel
Tabel 3 Hasil pengukuran bangkitan konsentrasi TSP di tunnel
+7

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM PENGEMBANGAN MODEL OPERASIONAL BKB-POSYANDU-PADU - Kegiatan Pembinaan Dan Penguatan Kader Bina Balita. KEPALA SUB BIDANG

Bioindikator pasif adalah suatu spesies organisme, penghuni asli di suatu habitat, yang mampu menunjukkan adanya perubahan yang dapat diukur (misalnya

Pelaksanaan pelatihan biasanya bersikap reguler/rutin atau intensif, tergantung kebutuhan dan cepat atau lambatnya hasil pelatihan tersebut akan diaplikasikan.

Berdasarkan kebutuhan dan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka diusulkan untuk membuat aplikasi e-learning yang dapat mendukung proses diskusi di luar

jabatan manajer adalah jabatan yang tepat untuk Danny karena dengan. menjabatnya Danny sebagai manajer, Danny dapat mengerti

Salah satu tugas terpenting dari sub sistem network dalam suatu sistem operasi adalah untuk memproses paket data sesuai dengan protokol yang digunakan. [WEH04], dalam

Direksi memastikan bahwa perusahaan mengungkapkan informasi penting dalam laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan kepada pemegang saham, dan instansi pemerintah yang terkait

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, dilakukan pengujian sediaan jamur dalam bentuk infusa 10% dengan dosis oral 0,5; 1,0 dan 2,0 g/kg berat badan terhadap aktivitas