• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP PEMAHAMAN IDENTITAS GENDER SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 34 MEDAN T. A. 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP PEMAHAMAN IDENTITAS GENDER SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 34 MEDAN T. A. 2015/2016."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP PEMAHAMAN

IDENTITAS GENDER SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 34 MEDAN

T. A. 2015/2016

SKRIPSI

OLEH :

MUKHAIRANI PUTRI NASUTION

NIM. 1123151028

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP PEMAHAMAN

IDENTITAS GENDER SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 34 MEDAN

T. A. 2015/2016

SKRIPSI

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling

OLEH :

MUKHAIRANI PUTRI NASUTION

NIM. 1123151028

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA PRIBADI

Nama : MUKHAIRANI PUTRI NASUTION

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Juni 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Alm. ZULKIFLI NASUTION

Pekerjaan : Purn. TNI

Nama Ibu : MAFILINDA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jln. Aman Gg. Inpres I Blok D No. 23 Delitua

RIWAYAT PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Negeri No. 060898 Medan Lulus 2006 Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 34 Medan Lulus 2009

Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 2 Medan Lulus 2012

PENGALAMAN KULIAH

(8)

i

ABSTRAK

MUKHAIRANI PUTRI NASUTION : 1123151028.

Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing Terhadap Pemahaman Identitas Gender Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 34 Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Program Studi Bimbingan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan, 2016.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik role playing terhadap pemahaman identitas gender siswa kelas VII di SMP Negeri 34 Medan T.A. 2015/2016?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik role

playing terhadap pemahaman identitas gender siswa kelas VII di SMP Negeri 34

Medan T.A. 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 34 Medan kelas VII Anggota Pramuka yang berjumlah 10 orang, yang memiliki pemahaman identitas gender rendah. Instrumen yang digunakan adalah angket pemahaman identitas gender yang sebelumnya diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. Bentuk angket yang digunakan adalah bentuk pilihan atau multiple choice sebanyak 50 butir angket yang terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa kelas VII-E kemudian dianalisis untuk mendapatkan butir item yang valid dan reliabel. Dari hasil uji coba diperoleh 34 butir item angket yang valid dan reliabel sehingga dapat untuk mengumpulkan data selanjutnya. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pre-test dan post-test. Pre-test diberikan sebelum dilakukan bimbingan kelompok dan post-test diberikan setelah dilakukan bimbingan kelompok. Teknik analisis data menggunakan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok teknik role playing berpegaruh dalam pemahaman identitas gender siswa kelas VII SMP Negeri 34 Medan T.A. 2015/2016. Hal ini terbukti dengan uji t yang dilakukan dengan hasil diperoleh nilai thitung 9,35 tersebut di konsultasikan dengan nilai taraf signifikasi 95% dan α 0,05 t tabel sebesar 2,262 maka thitung>ttabel atau 9,35>2,262. maka Hipotesis Ha diterima artinya ada perbedaan di antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan, maka hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh bimbingan kelompok teknik role playing terhadap pemahaman identitas gender siswa kelas VII di SMP Negeri 34 Medan T.A. 2015/2016 dapat diterima.

(9)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing Terhadap Pemahaman Identitas Gender Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 34 Medan T.A 2015/2016”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh

gelar sarjana jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Dalam penulisan proposal ini penulis menyadari bahwa banyak sekali

hambatan dan kesulitan yang dialami. Keberhasilan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Dr. Nasrun, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Bapak Prof. Dr. Yusnadi, MS selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Bapak Dr. Aman Simaremare, MS selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan dan Bapak Drs. Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed.

(10)

iii

4. Ibu Prof. Dr. Sri Milfayetty, MS. Kons., S.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Pastiria Sembiring, M.Pd. Kons., Ibu Dra. Rahmulyani, M.Pd. Kons, dan

bapak Dr. M. Rajab Lubis, MS., selaku Penguji Skripsi yang telah memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam penyusunan skripsi.

6. Seluruh bapak dan ibu dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang

telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, dukungan, saran, dan motivasi kepada penulis selama berada didalam maupun diluar perkuliahan.

7. Seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan atas kerjasama dan bantuan kepada peneliti terutama dalam urusan surat-menyurat.

8. Bapak Hery Lokot, S.Pd. selaku kepala SMP Negeri 34 Medan. Ibu Tri Surya Ningrum, S.Pd. selaku guru BK dan seluruh guru SMP Negeri 34 Medan serta

pihak yang telah memberikan ijin dan kemudahan selama penulis melakukan penelitian.

9. Teristimewa orang tua tercinta Ayahanda Alm. Serma Zulkifli Nasution, dan

Ibunda Mafilinda yang memberikan cinta kasih sayangnya dan menjadi motivasi terbesar untuk hidup saya. Kepada kakanda Yudha Kartika Nasution, ST. serta

abangda Rinaldi Nasution, dan juga keluarga besar yang tidak pernah berhenti memberikan doa, dukungan baik berupa moril dan materil.

10.Terima kasih buat sahabat-sahabatku (Neroes), sahabat yang selalu ada dalam

suka duka, sahabat yang seperti layaknya keluarga kandung sendiri: Annisa, Cita, Dita, Diau, Mitsalina, Nita, Sarda, Tiara, Khuzairi, Febri, Riza dan Arief yang

(11)

iv

11.Terima kasih untuk yang terkasih M. Khairul Ikhsan, Amd. yang telah menemani dan membantu serta memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

12.Terima kasih untuk sahabatku sejak SMP, yang sampai hari ini masih sama-sama

berjuang di kampus yang sama Gadis Anastasia. S.Pd. untuk semua dukungan nya.

13.Kepada seluruh anggota Bramustipad yang telah membantu dan memberikan

dukungan pada penulis selama ini.

14.Teman-teman seperjuangan BK Reguler 2012 yang telah membantu, dan

memberikan dukungan.

15.Teman-teman PPLT di SMA Negeri 1 Perbaungan yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

16.Dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu semua masukan maupun kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dari para dosen dan pembaca sekalian. Akhir kata penulis mohon

maaf atas kesalahan maupun kekhilafan yang telah dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Medan, Juni 2016 Penulis

(12)

v

C. Aspek-aspek Pemahaman Identitas Gender ... 13

D. Jenis-jenis Identitas Gender ... 17

E. Faktor yang mempengaruhi Identitas Gender ... 20

F. Dampak tidak Memahmai Identitas Gender ... 28

G. Pemahaman Identitas Gender Pada Siswa SMP ... 30

2.1.2. Bimbingan Kelompok ... 32

A. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 32

B. Tujuan Bimbingan Kelompok ... 33

C. Manfaat Bimbingan Kelompok ... 35

(13)

vi

E. Azas-azas Bimbingan Kelompok ... 37

F. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ... 37

G. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok ... 40

H. Teknik Role Playing ... 41

I. Menggunakan BKP teknik Role Playing untuk pemahaman identitas gender siswa SMP ... 44

3.4. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 49

3.5. Langkah-langkah Penelitian ... 50

4.3.1. Data penelitian tentang bimbingan kelompok role playing (X) ... 60

4.3.2. Data penelitian pemahaman identitas gender (Y) ... 60

4.3.3. Skor Pre-Tes Dan Post-Tes Angket Pemahaman Identitas Gender siswa ... 64

4.3.4. Uji Normalitas ... 65

4.3.5. Uji Hipotesis ... 66

(14)

vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(15)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pemberian skor angket skala Likert ... 51

Tabel 2 Kisi-kisi Angket Uji Coba Pemahaman Identitas Gender ... 52

Tabel 3 Ringkasan Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 54

Tabel 4 Kisi-kisi Angket Pemahaman Identitas Gender ... 55

Tabel 5 Rencana Pelaksanaan Penelitian ... 57

Tabel 6 Penilaian Bimbingan Kelompok ... 60

Tabel 7 Skala nilai dan Kategori data ... 61

Tabel 8 Pemahaman Identitas Gender pada Indikator Perbedaan Fisik ... 61

Tabel 9 Pemahaman Identitas Gender pada Indikator Kemampuan Kognitif dan Prestasi Akademik ... 62

Tabel 10 Pemahaman Identitas Gender pada Indikator Emosi dan Sosial ... 63

Tabel 11 Pemahaman Identitas Gender pada Indikator Kecenderungan seksual ... 64

Tabel 12 Data Skor Pre-test dan Post-test Pemahaman Identitas Gender Siswa ... 65

(16)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Uji Coba Pemahaman Identitas Gender Siswa ... 75

Lampiran 2 Sebaran data Uji Validitas Angket Pemahaman Identitas Gender ... 78

Lampiran 3 Perhitungan Uji Validitas Angket Pemahaman Identitas Gender Siswa .... 79

Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Angket Pemahaman Identitas Gender Siswa ... 83

Lampiran 5 Angket Pemahaman Identitas Gender Siswa ... 86

Lampiran 6 Data Skor Pre-Test Angket Pemahaman Identitas Gender Siswa ... 88

Lampiran 7 Data Skor Post-Test Angket Pemahaman Identitas Gender Siswa ... 89

Lampiran 8 Tabel Data skor Pre-test dan Post-test untuk data Pemahaman Identitas Gender Siswa ... 90

Lampiran 9 Perhitungan Rata-Rata (M) dan Standar Deviasi (SD) Untuk Data Pre-Tes ... ... 93

Lampiran 10 Perhitungan Rata-Rata (M) dan Standar Deviasi (SD) Untuk Data Post-Tes ... ... 95

Lampiran 11 Uji Normalitas ... 97

Lampiran 12 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z ... 99

Lampiran 13 Tabel Nilai kritis untuk uji Liliefors ... 100

Lampiran 14 Uji Hipotesis ... 101

Lampiran 15 Dokumentasi ... 103

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Segala sesuatu di muka bumi ini diciptakan Allah secara berpasangan.

Termasuk makhluk hidup, seperti ada betina dan jantan untuk binatang dan tumbuhan, begitu juga manusia dengan dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Dimana

keduanya memiliki peran yang berbeda serta keistimewaan masing-masing untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Pengenalan jenis kelamin atau penghayatan sebagai pria atau wanita mulai

diperoleh oleh anak-anak yang sebagian besar berusia tiga tahun. Mereka harus mengetahui peran dari masing-masing gender yang merupakan seperangkat ekspektasi

yang menentukan bagaimana pria dan wanita seharusnya berpikir, bertindak dan merasa. Banyak terjadi penyimpangan gender yang dialami oleh seseorang disebabkan masa kanak-kanaknya, dimana anak mulai mengenal siapa dirinya dan

bagaimana dia seharusnya. Kemudian hidup dengan adanya budaya atau tradisi dari sosio lingkungan yang juga menekanakan atau mengintimidasi penyimpangan

gender.Peran gender menunjuk pada semua perilaku yang berhubungan dengan orang lain, tingkat dimana kita ”maskulin” atau ”feminin” dalam istilah yang didefinisikan oleh budaya kita.

Orangtua berperan mengarahkan sikap dan mental anak untuk berperilaku sebagaimana gender yang dimilikinya. Dan mengawasi anak agar tidak bertindak

(18)

dengan perbedaan gender, atau dididik dengan gender lawan jenisnya, maka penyimpangan gender ini bisa saja terjadi. Selanjutnya, faktor lingkungan teman

sebaya dan juga faktor kognitif juga mempengaruhi gender anak. Ketika anak laki-laki bermain dengan anak perempuan, dan anak perempuan lebih banyak bermain

dengan anak laki-laki akan menyebabkan sosio emosi anak muncul sesuai dengan teman-temannya. Begitu juga dengan alat bermain. Kemudian faktor kogntif yang berpacuan dengan teori skema gender yaitu teori yang menyatakan bahwa perhatian

dan tingkah laku individu dibimbing oleh motivasi internal untuk menyesuaikan pada standar-standar sosio budaya yang didasarkan pada gender. Anak-anak mulai

memahami hal-hal yang sesuai dengan gender mereka dan yang tidak sesuai dan termotivasi untuk bertindak sesuai dengan skema gender tersebut. Dan penyimpangan gender ini dapat terjadi apabila anak tidak memahami dan bersikap tak acuh terhadap

skema gender tersebut.

Sigmund Freud (dalam Hanurrawan,2004)memandang proses sosialisasi

berdasar pada tahap-tahap psikoseksual dan dinamika kepribadian. Sigmund Freud meyakini bahwa sosialisasi individu akan melewati periode-periode psikoseksual, yaitu mulai masa anak sampai masa dewasa. Secara khusus, Sigmund Freud memiliki

pandangan bahwa pengalaman pada masa anak awal memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan kedewasaan individu di masa mendatang. Freud membagi

menjadi 5 tahap perkembangan yaitu ; masa oral, anal, falik, laten dan genital.

Berkembangnya perilaku transeksual dan transgender dapat disebabkan karena kurangnya peran orangtua dalam memberikan pengertian kepada anak, ketika anak

dalam tahap falik, yaitu usia 3 tahun sampai 5 tahun. Pada tahap ini, sumber kenikmatan seorang anak adalah pada organ-organ seksualnya. Menurut Sigmund

(19)

gangguan dalam pembentukan identitas gendernya. Jadi,apabila pada tahap ini si anak tidak dapat memahami identitas gendernya dengan baik, si anak dapat merasa bingung

dengan fungsi gendernya. Selain itu, kurangnya pengertian orang tua pada periode perkembangan akhir, yaitu tahap genital (usia 11 tahun ke atas), juga dapat

berpengaruh terhadap tumbuhnya perilaku transeksual dan transgender. Pada tahap ini, sumber kenikmatan individu adalah pada hal-hal yang berhubungan dengan relasi sosial dengan lawan jenis. Apabila individu tidak mendapat pengertian tentang siapa

lawan jenisnya dengan baik, maka anak akan menjadi bingung, apakah seharusnya perempuan memiliki reaksi kenikmatan terhadap laki-laki, demikian juga sebaliknya.

Dilihat dari segi usianya, fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan siswa. Fase ini meliputi remaja awal yaitu 12-15 tahun. Pada usia remaja awal, seorang remaja sudah mulai mengetahui perbedaan laki-laki dengan

perempuan dan menginginkan seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan jenis kelaminnya dan mulai tertarik terhadap lawan jenisnya.

Melalui penyesuaian yang baik akan diperoleh identitas gender yang

merupakan konseptual mengenai derajat maskulin dan feminin, yaitu remaja menjadi cocok dengan keyakinan yang distujui oleh publik mengenai karakteristik yang sesuai

dengan jenis kelaminnya. Remaja laki-laki mulai mengembangkan sifat khas laki-laki seperti ambisius, aktif, kompetitif, agresi, mandiri, yang identik dengan sikap

maskulin (Wirawan, 1997: 40). Pada remaja perempuan mulai dimantapkan sifat-sifat khas wanita yang dituntut masyarakat, seperti keindahan, kelembutan, dan keindahan

hati yang identik dengan sifat feminin (Kartono, 1992: 16).

(20)

dan perempuan sulit dibedakan. Sebagai contoh perempuan berani beramabut pendek dan berkemeja layaknya laki-laki. Sedangkan laki-laki memakai gelang dan beranting

menjadi hal yang biasa.

Fenomena di sekolah tempat dilakukan penelitian setelah melakukan observasi dan wawancara pada 26 Januari 2016 kepada siswa, guru bidang studi, dan guru

bimbingan konseling ditemukan fakta bahwa terdapat siswa dalam hal menggunakan kata-katadan berbahasa tidak sesuai dengan gendernya, ada pula yang bergaya

layaknya gender lawan jenisnya. Banyak terdapat siswa yang belum memahami bagaimana ciri kepribadian, aktivitas, minat, serta apa itu peran identitas gender dari

jenis kelamin nya sendiri maupun gender lawan jenis kelamin nya, banyak siswa yang tidak mempedulikan pentingnya identitas gender tersebut.

Berdasarkan gambaran tentang identitas gender yang telah diuraikan, pada

zaman sekarang dibutuhkan identitas gender yang merupakan gabungan dari ciri maskulin dan feminin. Hal ini menimbulkan pemahaman tentang identitas gender sebagai laki-laki dengan ciri maskulinnya dan perempuan sebagai ciri femininnya,

menimbulkan anggapan-anggapan baru dalam masyarakat.

Seorang individu dalam masa remaja diharapkan mampu melanjutkan

beberapa tugas-tugas perkembangan yang semaunya menetukan kepribadiannya. Semakin banyak tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dengan baik

tentu akan menghambat tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mampu melaksanakan peran sosialnya sesuai dengan jenis kelamin. Remaja belajar untuk menerima peran sebagai laki-laki dewasa atau

(21)

perkembangannya akan menimbulkan ketidakberuntungan, seperti konsep diri dan

harga diri menurun (Aisyah, 2000: 6).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan mewakili kewajiban untuk mengembangkan potensi anak didiknya dalam menerapkan nilai dan sikap, pengetahuan, keterampilan yang diperlukan sebagai warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab dalam kehidupan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang Undang Pendidikan Nasional.Bimbingan dan

konseling sebagai bagian dari komponen layanan pendidikan dan mitra kerja guru untuk membantu mengembangkan tugas-tugas perkembangan, sebagai standar

kompetensi perilaku dalam pengembangan diri siswanya (Kartadinata, 2007: 4). Dalam hal ini Bimbingan dan Konseling berupaya membantu siswa untuk mencapai

perkembangan secara optimal dari setiap aspek potensi dan arah perkembangannya.

Dilihat dari aspek potensi dan arah pengembangan siswa, pemahaman identitas gender merupakan bagian dari aspek bimbingan pribadi sosial. Mengarahkan siswa memahami dan memantapkan kepribadiannya sebagai seorang laki-laki atau

perempuan yang memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai, sikap dan keyakinan stereotipnya yang disetujui oleh kelompok atau masyarakat dimana remaja berada.

Dalam bimbingan kelompok terdapat berbagai layanan yang dapat diberikan kepada siswa. Salah satunya adalah layanan bimbingan kelompok. Seperti yang dikemukakan Sitti Hartinah (2009: 5) “bimbingan kelompok dilaksanakan jika

masalah yang dihadapi beberapa murid relatif mempunyai kesamaan atau saling mempunyai hubungan serta mereka mempunyai kesediaan untuk dilayani secara

(22)

dilayani secara individu (meskipun masalahnya relatif sama dengan klien yang lain). Bimbingan kelompok sering dilakukan dalam rangka usaha-usaha yang bersifat

preventif.”

Teknik bimbingan kelompok dipandang efektif untuk membantu meningkatkan keterbukaan diri siswa hal ini di dasarkan pada asumsi bahwa

penggunaan teknik bermain peran dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok mempunyai banyak fungsi seperti pernyataan Prayitno dalam jurnal bimbingan

konseling (2014: 78) menyatakan bahwa “tujuan dan fungsi layanan bimbingan kelompok adalah agar setiap anggota mampu berbicara di muka orang banyak;

mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan kepada banyak orang; belajar menghargai pendapat orang lain; bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya; mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak

kejiwaan yang bersifat negative); dapat bertenggang rasa; menjadi akrab satu sama lainnya; dan Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi

kepentingan bersama.”

Menurut Tidjan(2000: 33) bahwa“dua keuntungan bimbingankelompok antara

lain, dalamsituasi kelompok dapat terjadisaling membantu dalammemecahkan

masalah, danpemecahan masalah dalambimbingan kelompok sebetulnyaterjadi karena

aktivitaskelompok itu sendiri, sehinggadapat mengurangi ketergantunganpemecahan

masalah pada guru pembimbing”. Pendapat tersebut menunjukkanbahwa bimbingan

kelompokmemiliki keuntungan yaitu sesamaanggota kelompok dapat salingmembantu

memecahkan masalah yangsedang dihadapi, selain itu dapatmengurangi

ketergantungan pemecahanmasalah kepada gurupembimbing.Teknik bimbingan

kelompokyang dapat diberikan memiliki banyak bentuk, antara lain home

(23)

dan remedial teaching.Diantara teknik bimbingan kelompoktersebut, intervensi yang

akanditerapkan yaitu teknik role playing. Surjadi (2012: 81) menyatakan bahwa“role

playing merupakan situasi suatumasalah yang diperankan secarasingkat dengan

tekanan pada karakteratau sifat orang, kemudian dilanjutkandengan diskusi tentang

masalah yangdiperagakan”. Dengan begitu, roleplaying dapat menambah

pengetahuan,mengembangkan kebebasan mengambilkeputusan dan berekspresi secara

utuh.Surjadi (2012: 3) menjelaskanbahwa “role playing dapat mengembangkantiga

aspek, yaitu pengetahuan(kognitif), perasaan (afektif), danperbuatan (behavioral)”.

Pelaksanaan role playingmemiliki langkah – langkah yangruntut, seperti yang

dipaparkanHamalik (2001: 214) antara lain: “(1)persiapan dan instruksi, (2) tindakandramatik dan diskusi, (3) evaluasibermain peran”.

Dengan demikian peneliti merasa penting dan tertarik untuk meneliti pengaruh

dari layanan bimbingan kelompok terhadap pemahaman siswa tentang identitas

gender. Dalam hal ini maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Layanan

Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing terhadap Pemahaman Identitas

Gender Siswa Kelas VII di SMP Negeri 34 Medan T.A. 2015/2016”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis menemukan

beberapa masalah, yaitu:

1) Ada/sebagian kecil siswa bertingkah laku layaknya gender lawan jenisnya. 2) Siswa kurang memahami karakteristik kepribadian dari jenis kelaminnya.

3) Siswa kurang memahai aspek-aspek identitas gender yang seharusnya dimiliki

(24)

4) Siswa kurang memahami perbedaan antara identitas gender nya dengan identitas

gender dari lawan jenis nya.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah: “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing terhadap Pemahaman Identitas Gender Siswa Kelas VII di SMP Negeri 34

Medan T.A. 2015/2016”.

1.4 Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah yang dirumuskan oleh penulis yaitu: “Apakah ada pengaruh layanan Bimbingan

Kelompok teknik Role Playingterhadap Pemahaman Identitas Gender Siswa kelas VII di SMP Negeri 34 Medan Tahun Ajaran 2015/2016?”

1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh pemberian

layanan Bimbingan Kelompok teknik Role Playing terhadap Pemahaman Identitas Gender Siswa kelas VIIdi SMP Negeri 34 Medan.”

1.6 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Dengan dilaksanakanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan

terhadap siswa dalam memahami peran identitas gender. b. Bagi Guru BK

(25)

c. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk memprogramkan layanan bimbingan kelompok

teknik role playingdalam proses layanan BK disekolah. d. Bagi Peneliti

Guna mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis, sekaligus mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang dipelajari.

2) Manfaat Konseptual

Hasil skripsi ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang melakukan

(26)

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok teknik

role playingterhadap pemahaman identitas gender siswa kelas VII di SMP Negeri 34

Medan T.A 2015/2016.”

b. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan peneliti adalah:

1) Diharapkan pada siswa yang memiliki pemahaman identitas gender yang rendah agar memiliki keinginan dan ikut serta dalam kegiatan bimbingan kelompok yang diadakan oleh guru BK di sekolah untuk meningkatkan pemahaman identitas

gender.

2) Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi pada siswa salah satu nya

untuk meningkatkan pemahaman identitas gender siswa, diharapkan para pendidik khususnya guru BK dapat bekerja sama guru bidang study atau mata pelajaran dapat bekerja sama dalam memberikan bimbingan.

3) Diharapkan sekolah berperan aktif dalam memfasilitasi kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah agar tujuan yang diharapkan lebih maksimal

lagi.

4) Bagi peneliti selanjutnya, semoga dapat menjadi bahan refrensi dan menambah wawasan dalam melakukan penelitian selanjutnya, serta melakukan penelitian

(27)

72

(28)

73

Daftar Pustaka

Aisyah, S. 2000. Kontribusi Persepsi tentang Bimbingan seks dan Pola Hubungan

Orangtua terhadap Peran Seks Remaja Putri di SLTP Negeri Kota Cirebon.

Tesis FPS UPI Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baron, A.R. 2000. Alihbahasa Ratna Juwita. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Damayanti, Nindya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta:

Araska.

Davidson, C.G., Neal, J.M., & Kring, A.M. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Erikson, E.. 2003. Adolescence:Perkembangan Remaja. DalamSantrock, J.W. Alihbahasa Adelar, S.B., dan Sherly. Jakarta: Erlangga.

Fausiah, Fitri. 2003. Bahan ajar mata kuliah psikologi abnormal (klinis

dewasa).Depok:Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar:Yogyakarta.

Freud, S. 2010. Psikologi Sosial. DalamHanurrawan Bandung: Rosda

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hartinah, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika Aditama. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Grebb, Jack A. 2002. Sinopsis psikiatri

ilmupengetahuan psiatri klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Lahey, Benjamin B. 2005. Psychology An Introduction 9th edition. New York : McGraw-Hill.

Meutia, Nauly. 2002. Konflik Peran Gender pada Pria. Online. Tersedia: http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi/2002/meutia [15 Februari 2016]. Mugniesyah, S.S.M. 2005. Komunikasi Gender. Departemen Ilmu-ilmu Sosial

Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly. 2002. Psikologi abnormaljilid

duaedisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling Di

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

(29)

74

Romlah, Tatik.2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UniversitsNegeriMalang.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI

Surjadi.2012. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Bandar Maju.

Sukardi, Dewa Ketut.2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan

danKonseling diSekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidjan. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UPPUNY. Umar, Nasaruddin.1999. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al Quran.

Jakarta:Paramadina

Winkel, W.S. & Hastuti, S. (2006). Bimbingan dan Konseling di InstitusiPendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Wirawan, Sarlito. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajagrafindo.

Referensi

Dokumen terkait

6) Penataan dengan pendidikan lingku- ngan agar tidak terjadi kekumuhan dan perilaku yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kebersihan pasar. 7) Perlu Penguatan Komunitas Pasar

Penelitian yang akan mengalisis aspek kepribadian tokoh utama dalam novel Geni Jora akan menggunakan pendekatan tekstual yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh penambahan cera alba dan parafin cair pada salep minyak atsiri rimpang

meイ セ gakui@ pentingnya pencegahe:n Illegal, Unreport&d dan Unreported (IUU) Fishing, yang selanjutnya disehut "IUU Fishing", dan memajukan

Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada subyek, tempat penelitian dan variabel penelitian yaitu hubungan antara pengetahuan pasien tentang hipertensi dengan

Dari keterangan tersebut suatu perusahaan perlu mempertimbangkan kualitas layanan internal sebagai salah satu cara atau metode untuk menambah kepuasan kerja

The Parties will hold regular consultations at the level of Foreign Ministers/Undersecretaries/Senior Officials to review and examine all aspects of their bilateral

Telkomsel sebagai operator seluler terbesar di Indonesia dengan kartu GSM prabayar simPATI yang merupakan produk dengan penjualan terbesar tetap berusaha menjadi market leader