• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK PEMBELAJARAN IPA MATERI ENERGI LISTRIK DAN PEMANFATANNYA PADA SD KELAS VI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK PEMBELAJARAN IPA MATERI ENERGI LISTRIK DAN PEMANFATANNYA PADA SD KELAS VI."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK PEMBELAJARAN IPA MATERI

ENERGI LISTRIK DAN PEMANFAATANNYA PADA SD KELAS VI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Dasar

OLEH:

JUNIATI NAIPOSPOS

NIM. 8156182026

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

JUNIATI NAIPOSPOS. 8156182026. Pengembangan LKS Berbasis Guided Inquiry Untuk Pembelajaran IPA Materi Energi Listrik dan Pemanfatannya pada SD Kelas VI : Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk LKS berbasis Guided Inquiry yang dikembangkan, valid dan layak, efektif digunakan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, serta respon siswa terhadap LKS dan proses pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model Dick and Carey. Subjek pada penelitian ini adalah siswa SD Negeri No. 106154 Kota Rantang kelas VI. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Guided Inquiry. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari lembar validasi oleh ahli materi, ahli desain, dan ahli Bahasa, tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 30 soal dan angket respon siswa. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) validasi ahli materi, desain dan bahasa menyatakan bahwa LKS yang dikembangkan layak digunakan di lapangan tanpa revisi dan sangat valid; dan (2) berdasarkan uji coba lapangan, LKS dapat dinyatakan efektif. Hal tersebut berdasarkan: (i) persentase ketuntasan klasikal meningkat yaitu 80,60 %, dari 22 siswa yang mengikuti tes; (ii) respon siswa sangat positif; dan (iii) presentase waktu belajar efektif. Tingkat keefektifan LKS berbasis Guided Inquiry dalam meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan gain score adalah tinggi.

Kata Kunci: Lembar Kerja Siswa (LKS), Guided Inquiry, Model Pengembangan

(6)

ii

ABSTRACT

JUNIATI NAIPOSPOS. 816182026. The Development of LKS Guided Inquiry based To Improve Learning Outcomes IPA of Five Grade Students on Primary School of SDN 106154 Kota Rantang District. Thesis, Medan: Study Program Primary Education, Postgraduate Work at State University of Medan.

The purpose of this study is to know the students worksheet (LKS) based on viable projects, valid and effectiveby student’s response and also to increase the students outcome. This type of research is the development of research with the model of Dick and Carey. Subjects in this study were the students of private primary schools SDN 106154 Kota Rantang class VI. The object of this research is Student Worksheet (LKS) based Guided Inquiry . The instrument used consisted of a sheet LKS validation, validation sheet achievement test, achievement test and student questionnaire responses. Analysis of the data used is descriptive analysis. The results showed that: (1) validation of the material and language expert, stated that developed LKS fit for use in the field without revision and valid, and validation of instructional design experts developed states that LKS fit for use in the field without revision and valid; and (2) based on field trials, LKS can be declared effective. It is based on: (i) increase the percentage of classical completeness is 80.60%, of the 22 students who took the tests; (ii) positive student response; and (iii) the percentage of study time effectively. The effectiveness of Guided Inquiry based LKS in improving student learning outcomes based gain score is high.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

Pengembangan LKS Berbasis Guieded Inquiry Untuk Pembelajaran IPA

Materi Energi Listrik dan Pemanfaatannya pada SD Kelas VI” sebagai salah satu persyaratan untuk mendapat gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program

Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu tidak berlebihan rasanya jika pada

kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. Selaku Rektor Unimed.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M. Pd. Selaku Direktur Program

Pascasarjana Unimed.

3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, MS., MM. Selaku Asisten Direktur I, dan Bapak

Prof. Dr. Busmin Gurning, M. Pd. Selaku Asisten Direktur II Program

Pascasarjana Unimed.

4. Ibu Prof Anita Yus, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dasar,

dann Bapak Dr. Daulat Saragi, M. Hum. selaku Sekretaris Program Studi

Pendidikan Dasar Pascasarjana Unimed.

5. Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si dan Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si

selaku dosen pembimbing tesis.

6. Ibu Prof. Retno Dwi Suyanti, M. Pd., Bapak Dr. Hasruddin, M. Pd, selaku

penguji yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran pada penyusunan

tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Siman, M.Pd., Bapak Dr. Juniastel Rajagukguk, M.Si.,

(8)

iv

M. Pd. selaku tim ahli yang telah meluangkan waktu memberikan masukan,

kritik, dan saran kepada penyusunan LKS yang telah dikembangkan.

8. Ibu Yusnani, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri No. 106154 Kota

Rantang Kec. Hamparan Perak dan kepada Guru Kelas VI Bapak Sahranik

dan Bapak Muslim yang telah memberikan izin dan membantu penulis

melaksanakan penelitian.

9. Ayahanda M. Naipospos dan Ibunda M. Hutahaean atas dorongan, motivasi

dan nasihatnya yang menyejukkan hati serta cinta kasihnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Suami tercinta Koptu - AL B. Sianipar dan seluruh keluarga, sahabat dan

teman-teman yang telah banyak memberikan motivasi dan membantu

penulis selama penyususnan tesis ini.

11. Seluruh staff pegawai Program Pascasarjana Unimed, terkhusus kepada

Abangda Hizrah Syahputra Harahap.

Akhir kata kepada semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu

persatu disini, penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuannya. Semoga

Allah Yang Maha Esa membalas segala bentuk kebaikan dengan berlipat ganda.

Seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, demikian juga dengan tesis ini.

Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 06 April 2017 Penulis

(9)

v

2.2. Model Pembelajaran Berbasis Guided Inquiry ... 23

2.2.1.Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Guided Inquiry ... 30

2.2.2.Langkah- langkah Operasional Pembelajaran Berbasis Guided Inquiry ... 31

2.3. Pengembangan LKS berbasis Guided Inquiry ... 34

(10)

vi

2.4. Hakikat Belajar ... 46

2.4.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 46

2.4.2 IPA dan Hasil Belajar IPA ... 54

2.5. Penelitian Relevan ... 57

2.6. Kerangka Konseptual ... 58

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 61

3.2. Subjek dan Objek Penelitian ... 61

3.3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 61

3.4. Jenis Penelitian ... 62

4.1.1 Deskripsi Studi Pendahuluan ... 96

4.1.1.1. Analisis Kebutuhan dan Identifikasi Tujuan Umum ... 96

4.1.1.2. Menganalisis Karakteristik Siswa ... 97

4.1.1.3. Melakukan Analisis Pembelajaran ... 98

4.1.1.4. Merumuskan Tujuan Khusus ... 99

(11)

vii

4.1.2.1. Mennyusun Instrumen Assesment ... 100

4.1.2.2. Mengembangkan LKS Berbasis Guided Inquiry ... 101

4.1.2.3. Mengembangkan dan Memilih Bahan Pembelajaran 110 4.1.3 DeskripsiValidasi dan Uji Coba ... 113

4.1.3.1. Deskripsi Hasil Validasi Ahli ... 113

4.1.3.2. Deskripsi Uji Coba ... 125

4.2 Pembahasan Penelitian ... 137

4.2.1 Produk Pengembangan LKS yang valid dan layak oleh para ahli ... 137

4.2.2 Respon siswa terhadap produk LKS berbasis Guided Inquiry yang dikembangkan ... 139

4.2.3 Pencapaian hasil belajar IPA pada materi Energi Listrik dan Pemanfaatannya ... 140

4.3 Temuan Penellitian ... 141

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 142

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 144

5.2 Saran ... 145

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Standar Kompetensi Dasar dan Indikator IPA kelas VI S ... 43

Tabel 3.1 Topik yang akan dituliskan ke bahan buku LKS berbasis Guided Inquiry ... 73

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi ... 86

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Ahli Bahasa ... 87

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Ahli Desain Pembelajaran ... 87

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Tes Hasil Belajar ... 88

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 89

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Angket Respon Siswa ... 93

Tabel 3.8 Kriteria Jawaban Item Instrumen Validasi ... 95

Tabel 3.9 Rentang Presentase dan Kriteria Kualifikasi Uji Kelayakan LKS ... 96

Tabel 4.1 Topik Bahan Buku LKS berbasis Guided Inquiry ... 110

Tabel 4.2 Hasil Validasi LKS Oleh Ahli Materi ... 120

Tabel 4.3 Daftar Revisi LKS dari Validator Ahli Materi ... 121

Tabel 4.4 Data Hasil Revisi Validasi LKS Oleh Ahli Materi ... 124

Tabel 4.5 Hasil Validasi LKS Oleh Ahli Desain Pembelajaran... 126

Tabel 4.6 Revisi LKS dari Validator Ahli Desain Pembelajaran... 127

Tabel 4.7 Data Hasil Revisi Validasi LKS Oleh Ahli Desain Pembelajaran ... 128

Tabel 4.8 Data Hasil Validasi LKS Oleh Ahli Bahasa ... 130

Tabel 4.9 Daftar Revisi LKS dari Validator Ahli Bahasa ... 131

Tabel 4.10 : Rata- rata Persentase respon siswa perorangan terhadap LKS berbasis Guided Inquiry ... 133

Tabel 4.11 : Rata- rata Persentase respon siswa kelompok kecil terhadap LKS berbasis Guided Inquiry ... 133

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas ... 135

Tabel 4.13 Hasil Uji Tingkat Kesukaran... 135

Tabel 4.14 Hasil Uji Daya Beda ... 136

Tabel 4.15 Hasil Reliabelitas ... 136

Tabel 4.16 Hasil statistik pretest kelas eksperimen dan kontrol ... 137

(13)

ix

Tabel 4. 18 Rata- rata Persentase respon siswa perorangan terhadap LKS

berbasis Guided Inquiry ... 142

Tabel 4.19 Tabel rata- rata gain score ... 143

Tabel 4. 20 Tabel uji t gain score ... 143

Tabel 4. 21 Tabel hasil N-Gain ... 144

Tabel 4.22 Rangkuman hasil validasi para ahli terhadap LKS yang dikembangkan ... 145

Tabel 4. 23 Rangkuman respon siswa terhadap LKS yang dikembangkan ... 145

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis

Guiede Inquiry ... 29

Gambar 2.2 Tahap-Tahap Pengembangan Model Dick and Carey ... 42

Gambar 2.3 Enam jenjang berpikir pada ranah kognitif ... 51

Gambar 2.4 Peta Konsep Hasil Belajar Materi Energi Listrik dan

Pemanfaatannya ... 54

Gambar 3.1 Tahap-Tahap Pengembangan LKS Berbasis Guided Inquiry pada

SDN 106154 Kota Rantang ... 62

Gambar 3.2 Peta Konsep Materi Energi Listrik dan Pemanfaatannya ... 66

Gambar 3.3 Diagram Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis

Guided Inquiry ... 70

Gambar 4.1 Peta Konsep Pokok Bahasan Sifat- sifat Cahaya dan

Pemanfaatannya ... 105

Gambar 4.2 Diagram Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran berbasis

Guieded Inquiry (Arends. 2013) ... 107

Gambar 4.3 Tampilan Cover LKS (Draft I) ... 118

Gambar 4.4 Diagram batang hasil validasi indikator LKS oleh ahli materi ... 125

Gambar 4.5 Diagram batang hasil uji validasi dan kelayakan indikator LKS

oleh ahli desain pembelajaran ... 128

Gambar 4.6 Diagram batang hasil uji validasi dan kelayakan indikator LKS

oleh ahli bahasa ... 132

Gambar 4.7 dan 4.8 Histogram Distribusi Normal Pretest Kelas Eksperimen

dan Kontrol ... 138

Gambar 4.9 dan 4.10 Histogram Distribusi Normal Postest Kelas Eksperimen

dan Kontrol ... 141

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 152

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 155

Lampiran 3. Soal Test Hasil Belajar ... 170

Lampiran 4. Kunci Jawaban dan penskoran Test Hasil Belajar... 176

Lampiran 5. Angket Penilaian dan tanggapan oleh ahli Desain ... 177

Lampiran 6 Angket Penilaian dan tanggapan oleh ahli Materi ... 180

Lampiran 7 Angket Penilaian dan tanggapan oleh ahli Bahasa ... 183

Lampiran 8 Angket Respon Siswa ... 186

Lampiran 9 LKS berbasis Guided Inquiry ... 188

Lampiran 10 Analisis Buitr Soal ... 238

Lampiran 11 Uji Tingkat Kesukaran ... 240

Lampiran 12 Analisis Daya Beda ... 241

Lampiran 13 Tabel Rangkuman Hasil Tes ... 242

Lampiran 14 Analisis Uji Reliabilitas ... 243

Lampiran 15 Analisis Pretest dan Postest ... 244

Lampiran 16 Uji Normalitas Pretest dan Postest ... 248

Lampiran 17 Uji Homogenitas Pretest dan Postest ... 248

Lampiran 18 Uji t Pretest dan Postest ... 250

Lampiran 19 Tabel N-Gain ... 251

(16)

1

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran pada usia anak SD merupakan tahapan pembelajaran yang

bersifat operasional konkrit, dimana proses belajar siswa itu seharusnya

berinteraksi dengan benda atau peristiwa secara real. Hal ini sesuai dengan teori

belajar Piaget dalam Dahar (2006) yang mengatakan bahwa usia anak 7 – 11

tahun merupakan permulaan berpikir rasional. Untuk itu khususnya dalam

pembelajaran IPA di SD yang merupakan suatu pembelajaran yang menekankan

pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki agar

anak mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar melalui learning by doing.

Selama ini proses pembelajaran IPA cenderung bersifat teacher centered

dengan metode- metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurang

melibatkan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran seperti itu menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai

proses maupun sikap dari konsep IPA yang diperoleh. Untuk menghadapi

tantangan dunia luar atau terjun langsung ke masyarakat cenderung menonjolkan

pengetahuan yang bersifat hafalan dari konsep- konsep saja. Sekolah lebih

dominan menekankan pada aspek kognitif yang hanya mengutamakan

pemahaman bahan pengetahuan dan ingatan atau Intelligence Quetient (IQ)

namun kurang mengembangkan kemampuan Emotional Quotient (EQ) dan

Spiritual Quotient (SQ). Oleh karena itu, hendaknya dilakukan perubahan untuk

meningkatkan kulitas pembelajaran dan mengoptimalkan efektivitas proses

(17)

2

Centered. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan dalam meningkatkan

pembelajaran IPA adalah dengan melakukan pengembangan perangkat

pembelajaran berkarakter yang bersifat sains berupa LKS.

Media pembelajaran yang digunakan dalam bentuk LKS berisi materi

yang harus dipelajari siswa yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Trianto (2011) menyatakan bahwa “LKS

memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk

memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai

indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Pengaturan awal dari

pengetahuan dan pemahaman siswa diberdayakan melalui penyediaan media

belajar pada setiap kegiatan eksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih

bermakna dan produktif, dan dapat terkesan dengan baik pada pemahaman. LKS

dalam pembelajaran untuk : (1) memudahkan guru dalam mengelola proses

belajar, misalnya transmisi pengajaran dari Teacher Center menjadi Student

Center; (2) membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan

konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja; (3) dapat

digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap

ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya; dan (4)

memudahkan guru memantau keberhasilan siswa mencapai sasaran belajar.

Lingkungan pembelajaran juga dapat disesuaikan, setidaknya jika

merancang lingkungan tersebut dengan fleksibilitas. Suatu model pengajaran yang

sesuai tidak membuat sisa jemu dan bosan. Jika dirancang dengan baik,

lingkungan pembelajaran akan menjadi tempat yang lembut dan menyenangkan

(18)

3

seperti ini akan mendarah daging pada siswa dan mudah sesuai dengan karakter

yang dimiliki siswa. Jika diperlukan dengan baik, siswa bisa menyesuaikan

metafora yang lembut dan keras dengan metafora yang lebih baik dan bisa

menciptakan ciri khas pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Vlassi (2013) yang

menyatakan bahwa dengan merancang strategi mengajar siswa secara aktif dalam

proses pembelajaran melalui penyelidikan ilmiah (Inquiry) akan lebih

meningkatkan pemahaman konseptual yang lebih dalam dan menjadi pemikir

kritis yang lebih baik.

Arends (2013) mengatakan bahwa model pembelajaran sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan- tujuan

pembelajaran, tahapan dalam setiap kegiatan pembelajaran dan juga keberhasilan

dalam proses belajar mengajar yang berlangsung. Pengalaman dan keterampilan

yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta- fakta,

tetapi hasil dari menemukan sendiri. Oleh karena itu, seorang guru harus tepat

dalam memilih model pembelajaran dan merancang kegiatan yang merujuk pada

kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya

Selanjutnya, Andrini (2016) juga mengatakan bahwa model pembelajaran

merupakan gambaran pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru diruang kelas.

Dengan menggunakan model yang kurang tepat dalam proses pembelajaran akan

mengakibatkan kebosanan, kejenuhan, kurangnya pemahaman tentang konsep-

konsep, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh

karena itu, model pembelajaran yang sesuai dengan efektivitas siswa adalah

model pembelajaran Inquiry. Hal senada dinyatakan Joyce dan Weill (2011) yang

(19)

4

pembelajaran akan membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan,

nilai- nilai, cara berpikir, dam cara mengekspresikan diri sehingga akan

menimbulkan kondisi belajar yang bermakna dan produktif dan menghilangkan

rasa bosan dan jenuh serta ketidak nyamanan dalam proses pembelajaran. Untuk

menumbuhkan pembelajaran yang lebih bermakna, maka LKS dapat dimodifikasi

dengan model pembelajaran berbasis Guided d Inquiry. Pengadaan LKS sangat

diperlukan dalam kegiatan proses belajar mengajar dimana LKS mesti disesuaikan

atau dikembangkan dengan model pembelajaran yang baik.

Survei awal yang dilakukan menunjukkan bahwa guru masih jarang

memberikan LKS kepada siswa, guru belum memaksimalkan pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, hasil belajar siswa masih berada dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM), serta guru juga cenderung belum menggunakan

pendekatan berbasis Guided Inquiry, dan LKS yang diperjual belikan tidak

mengacu pada kurikulum yang bersifat scientific. LKS umumnya hanya berisi

ringkasan materi, contoh soal dan dilanjutkan dengan evaluasi sehingga tidak

mengacu pada kegiatan ilmiah tersebut. Adapun LKS yang terdapat kegiatan

praktikum hanya berisi instruksi langsung sehingga siswa melakukan praktikum

sesuai instruksi yang terdapat dalam LKS tanpa memikirkan alasan pengerjaan

tahap demi tahap yang dilakukan. Pada beberapa LKS juga tidak ditemukan

adanya contoh penerapan konsep dalam kehidupan sehari- hari . Selain itu, LKS

juga tidak dilengkapi dengan warna, gambar, peta konsep dan bahasa yang

digunakan kurang komunikatif.

Sebagaimana tersebut diatas bahwa LKS merupakan salah satu salah satu

(20)

5

dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagaimana

diungkapkan hasil penelitian terdahulu. Dewi (2014) melaporkan tentang

pengembangan LKS IPA terpadu berbasis Webbed pada tema hujan asam untuk

siswa SMP/ MTs Kelas VII yang disusun berdasarkan standar isi terhadap

peningkatan hasil belajar siswa. Diperoleh hasil belajar siswa meningkat sebesar

94 % setelah diberikan LKS IPA Terpadu.

Selanjutnya, Fithriyyati (2014), melaporkan pengembangan LKS

berorientasi scientific Aproach pada tema perubahan materi disekitar kita untuk

meningkatkan pemahanan konsep IPA bagi siswa SMP kelas VII dan hal ini dapat

menigkatkan pemahaman konsep siswa dalam perolehan standard Gain sebesar

0,5. Sementara itu Lestari (2014), dalam penelitiannya mengatakan bahwa melalui

pengembangan LKS IPA berbasis ESD untuk meningkatkan kemampuan literasi

sains siswa SMP dinyatakan valid untuk meningkatkan kemampuan literasi sains

siswa. Ahmad (2014), melalui penelitiannya dengan pengembangan LKS IPA

menyatakan bahwa LKS hasil pengembangan dinilai “sangat baik” menurut

penilaian dosen ahli, uru IPA SMP, dan teman sejawat. Juga LKS hasil

pengembangan dapat meningkatkan keterampilan proses siswa, yang ditunjukkan

dengan gain score keterampilan proses sains keseluruhan sebesar 0,65.

Fitriyati dkk (2013), menyatakan bahwa melalui penelitian pengembangan

LKS Fisika diperoleh rerata skor dari ahli media sebesar 3, 46, ahli materi sebesar

3,50 dan guru Fisika sebesar 3,40 dengan interpretasi “baik” sehingga LKS ini

layak sebagai media pembelajaran dengan sedikit revisi. Rerata keterlaksanaan

(21)

6

hasil belajar dengan post-test sebesar 79,75. Respon siswa terhadap LKS

mendapat skor 3,17 dengan demikian LKS tersebut dapat digunakan sebagai

alternatif bahan ajar.

Selanjutnya Damayanti dkk (2013), mengembangkan LKS berbasis

Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis

peserta didik pada materi Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 3 Purworejo

Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini menunjukkan kemampuan

berpikir kritis pada peserta didik diperoleh dengan kategori baik. Data respon

peserta didik terhadap LKS diperoleh dengan kategori baik serta data hasil belajar

siswa diperoleh rerata secara klasikal sebesar 81,23 dan sudah mencapai KKM

(73).

Dilihat dari beberapa hasil penelitian terdahulu penting Penggunaan LKS

harus diimplementasikan dalam praktik pembelajaran sehari-hari disatuan

pendidikan, karena faktor penentu keberhasilan suatu pembelajaran terletak pada

kompetensi seorang guru dalam mengelola pembelajaran dan komponen

pembelajaran yang saling mendukung satu sama lain. Media pembelajaran berupa

LKS sebagai komponen pembelajaran diharapkan guru dapat mengembangkannya

sesuai dengan kebutuhan siswa.

Penggunaan LKS sangat besar perannya dalam proses pembelajaran,

sehingga seolah-olah penggunaan LKS dapat menggantikan kedudukan seorang

guru. Hal ini dapat diberikan, apabila LKS yang digunakan tersebut merupakan

LKS berkualitas baik. Dari hasil observasi empirik di lapangan mengindikasikan

bahwa guru masih jarang mengembangkan LKS sendiri. Hal ini terjadi karena

(22)

7

bahan ajar yang dapat digunakan. Tidak adanya LKS, menyebabkan siswa

dominan mendengarkan dan mencatat yang sekaligus menjadi salah satu faktor

pembelajaran tidak aktif melibatkan siswa dalam proses kegiatan belajar

mengajar. Siswa yang berkemampuan rendah akan merasakan pembelajaran yang

membosankan.

Sebuah LKS harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti

fungsi guru. Pengajaran dengan mengembangkan LKS model siklus ini dirancang

dengan cakupan lima fase yaitu: (1) pendahuluan; (2) penggalian; (3) penjelasan;

(4) penerapan konsep; dan (5) evaluasi. Hal ini disebabkan melalui LKS model

siklus belajar, siswa yang telah memiliki kesiapan dapat mengembangkan

pemahamannya sendiri terhadap suatu konsep dengan kegiatan mencoba dan

berpikir, sehingga siswa memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan

keterperincian dalam mengemukakan gagasan serta dapat meningkatkan

kreativitas siswa.

LKS yang dikembangkan sendiri oleh pendidik dapat disesuaikan dengan

karakteristik siswa. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik

siswa juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah

dikuasai, minat, latar belakang keluarga, dan lain-lain. Pengembangan LKS dapat

menjawab kesulitan siswa dalam belajar dan memecahkan masalah yang dihadapi.

Penerapan LKS dapat membantu sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang

berkualitas. Penerapan LKS dapat menyediakan kegiatan pembelajaran lebih

terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil (output) yang jelas. LKS

dapat memfasilitasi siswa lebih tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar

(23)

8

Berdasarkan hasil observasi awal di tempat penelitian, LKS yang beredar

di sekolah- sekolah dasar Kota Rantang umumnya berisi latihan soal atau review

dari bahan ajar setiap topik. LKS bentuknya hanya berupa pertanyaan- pertanyaan

dari setiap ringkasan pokok bahasan yang sama, jawaban soal dapat dijawab oleh

siswa tanpa melatih siswa untuk berfikir dalam mengembangkan potensi

intelektual yang dimilikinya sehingga mengakibatkan siswa hanya menghafal

konsep dari materi. Seperti yang terjadi saat sekarang banyak LKS beredar namun

tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan LKS, karena belum banyak

mengandung kegiatan siswa. LKS tersebut belum melatih siswa melakukan

penyelidikan (inquiry), sebaliknya hanya berupa drill latihan soal. LKS tersebut

jauh berbeda dengan ketentuan LKS yang bersifat student center (Inquiry).

Rendahnya ketersediaan LKS yang berbasis Guided Inqury ini

diperkirakan menjadi salah satu penyebab minimnya kegiatan pembelajaran yang

bersifat student center dimana siswa langsung melakukan kegiatan eksperimen

atau investigasi dalam mengembangkan kemampuan dasar siswa, sehingga siswa

hanya belajar menghafal konsep- konsep dan prinsip tanpa membiasakan dan

mengajarkan siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui metode

ataupun kerja alamiah untuk menemukan jawaban dari sebuah masalah. Selain itu,

kurikulum menuntut pendidik yang profesionalis dan berkompeten, agar mampu

mengembangkan bahan ajar dan media ajar melalui LKS berbasis Guided Inquiry

perlu disikapi.

Selanjutnya dalam survey atau penelitian awal, peneliti memberikan

sembilan soal materi IPA yang sudah dibelajarkan. Dari sembilan soal yang

(24)

9

memberi jawaban hasil belajar IPA siswa sebagian besar siswa masih dibawah

nilai KKM (73,0). Kenyataan ini dinilai bahwa hasil belajar IPA siswa masih

rendah. Satu hal yang diperhatikan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi

beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Hasil

wawancara terhadap peserta didik, menunjukkan bahwa mereka belajar IPA itu

menyenangkan namun sangat membosankan dan monoton, terlalu banyak yang

mau ditulis dan di hafal, juga terlalu banyak soal- soal yang harus dikerjakan.

Peran guru sebagai fasilitator, dimana pengadaan LKS diharapkan mampu

mengubah kondisi pembelajaran dari yang biasanya guru berperan menentukan

apa yang dipelajari menjadi bagaimana menyediakan dan memperkaya

pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan uraian diatas

peneliti tertarik untuk mengembangkan bahan ajar berupa LKS dengan

pembelajaran berbasis Guided Inquiry Inkuiri terbimbing) dengan judul:

“Pengembangan LKS Berbasis Guided Inquiry untuk Pembelajaran IPA

Materi Energi Listrik dan Pemanfataannya pada SD Kelas VI”. Diharapkan

kan terjadi peningkatan hasil belajar dan pemahaman konsep materi pelajaran

serta kemampuan berpikir siswa dalam mewujudkan tujuan pembelajaran.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan, sebagai berikut:

1) LKS yang ada pada SDN 106154 Kota Rantang hanya siap pakai dan sangat

minim kegiatan siswanya;

2) Guru masih jarang memberikan LKS kepada siswa SDN 106154 Kota

(25)

10

3) Rendahnya ketersediaan LKS berbasis Guided Inquiry yang beredar

dipasaran;

4) Aktivitas siswa SDN 106154 Kota Rantang dalam pembelajaran tergolong

monoton;

5) Siswa SDN 106154 Kota Rantang kurang terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran;

6) Hasil belajar siswa SDN 106154 Kota Rantang masih rendah.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka

yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah mengembangkan sebuah

LKS IPA kelas VI berbasis Guided Inquiry pada Materi Energi Listrik dan

Pemanfatannya di SD Negeri No 106154 Kota Rantang Kab. Deli Serdang.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian

ini adalah:

1) Bagaimana kelayakan dan kevalidan LKS berbasis Guided Inqury

berdasarkan ahli materi, ahli bahasa, dan ahli design ?;

2) Bagaimana respon siswa terhadap LKS berbasis Guided Inqury ?

3) Apakah peningkatan Hasil Belajar dengan menggunakan LKS berbasis

Guided Inquiry lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan yang

(26)

11

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1) Untuk mengetahui kelayakan dan kevalidan LKS berbasis Guided Inquiry

yang dihasilkan;

2) Untuk mengetahui respon siswa terhadap LKS berbasis Guided Inquiry yang

dikembangkan.

3) Untuk mengetahui hasil belajar yang menggunakan LKS berbasis Guided

Inquiry lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan menggunakan LKS

berbasis Konvensional;

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu:

1) Secara teoritis manfaatnya adalah (a) sebagai sarana untuk mengembangkan

LKS pada pembelajaran IPA yang sesuai dengan prosedur, prinsip, teori, dan

konsep teknologi pendidikan dalam kawasan pengembangan dan pemanfaatan

LKS, (b) untuk dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang

penggunaan LKS dan berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

khususnya yang berkaitan dengan pengembangan LKS dalam pembelajaran

IPA, dan (c) sumbangan pemikiran dan bahan acuan guru, pengembang,

lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji dan

mengembangkan secara lebih mendalam tentang pengembangan LKS

pembelajaran IPA.

2) Secara praktis manfaatnya adalah (a) bagi siswa, sebagai pengalaman baru

dalam menggunakan LKS berbasis Guided Inquiry dan dapat meningkatkan

(27)

12

masukan mengenai LKS berbasis Guided Inquiry dalam meningkatkan hasil

belajar IPA siswa, dan (c) bagi sekolah, sebagai bahan referensi dalam

(28)

144

144 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penenlitian ini,

dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Prosedur pengembangan produk LKS berbasis Guided Inquiry melalui tahap

uji kelayakan dan kevalidan melalui para ahli materi, design, dan Bahasa.

Dimana ahli materi memperoleh hasil persentase pada setiap aspek

penilaian secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa LKS berbasis Guided

Inquiry layak digunakan di lapangan tanpa revisi dan valid, kemudian validator bahasa pada setiap aspek penilaian secara keseluruhan dapat

dinyatakan bahwa LKS berbasis Guided Inquiry layak digunakan di

lapangan tanpa revisi dan sangat valid. Kemudian, kesimpulan dari validator

ahli desain dan layout pembelajaran pada setiap aspek penilaian secara

keseluruhan dapat dinyatakan bahwa LKS berbasis Guided Inquiry layak

digunakan di lapangan tanpa revisi dan valid.

2. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media LKS

berbasis Guided Inquiry adalah sangat baik dan positif.

3. Keefektifan LKS yang dikembangkan berbasis Guided Inquiry diperoleh

melalui satu kali percobaan dengan memperoleh persentase ketuntasan

klasikal meningkat dan presentase waktu belajar efektif. Berdasarkan gain

score, tingkat keefektifan LKS berbasis Guided Inquiry dalam meningkatkan hasil belajar adalah tinggi. Pada uji coba lapangan syarat

keefektifan terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa LKS yang telah

(29)

145

meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada Materi Energi Listrik dan

Pemanfataanya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa saran

sebagai berikut.

1. LKS berbasis Guided Inquiry yang telah dikembangkan ini dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi energi listrik dan pemanfaatannya sehingga dapat dijadikan

masukan bagi sekolah untuk digunakan dalam pembelajaran. Selain itu,

LKS berbasis Guided Inquiry ini menarik, sesuai dengan karakteristik

siswa dan menimbulkan antusias serta kreatif siswa. Sehingga diharapkan

bagi guru agar melakukan penelitian dan mengimplementasikan LKS

berbasis Guided Inquiry untuk materi IPA lainnya.

2. LKS yang dihasilkan belum diimplementasikan secara luas di

sekolah-sekolah lain, penyebarannya adalah penyebaran terbatas yaitu hanya pada

subjek di sekolah penelitian. Untuk itu disarankan pada para guru dan

peneliti untuk mengimplementasikan LKS berbasis Guided Inquiry ini

pada ruang lingkup yang lebih luas di sekolah-sekolah.

3. Resposn siswa sangat positif terhadap pembelajaran dengan penerapan

model pembelajaran berbasis Guided Inquiry menggunakan LKS berbasis

Guided Inquiry. Oleh sebab itu diharapkan pada guru IPA agar dapat

menciptakan suasana pembelajaran yang memberikan respon positif serta

(30)

146

menganggap bahwa IPA adalah pelajaran yang hanya mencatat dan

Gambar

Tabel 4. 18 Rata- rata Persentase respon siswa perorangan terhadap LKS

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan persepsi ibu menyusui dilakukan dengan meberikan pendidikan kesehatan berupa pemberian materi tentang ASI Eksklusif, penilaian kecukupan ASI, faktor yang

Developing and implementing a portfolio strategy for each business unit and a corporate policy for. managing all the alliances of the entire

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran kuatum menggunakan media powerpoint dan animasi, (2) perbedaan prestasi

Untuk Jembatan Genit dimana permukaan air terletak dibawah bangunan atas luas benda hanyutan yang bekerja pada pilar dihitung dengan menganggap bahwa kedalaman minimum dari

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa Jatirunggo, Kepala Desa Rowoboni, dan Kepala Desa Popongan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dan

Nilai kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2018 di KPH Kubu Raya, KPH Ketapang Selatan, dan KPH Ketapang Utara dengan perhitungan berdasarkan

Salah satu faktor yang menjadi pendukung dari upaya pemberdayaan adalah komitmen pemerintah dalam melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat UMKM (Usaha Mikro Kecil

pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat. baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak