• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Budaya Informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Budaya Informasi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

M A N A J E M E N BUDAYA

Arif Suroso dan Aji

kini mengatasi masalah adaptasi logi informasi telah

dan integrasi internal, dan perusahaan dalam melakukan

dalam organisasi. yang telah terbukti cukup sahih, jaringan kerja (networking) dan

sehinggadiajarkan kepadaanggota informasi secara

bahwa sebagaicara yang benar untuk bersamadi antara para manajerdan

yang membayangkan, dan pegawai, akan tetapi yang

merasakan, dalam kaitannya ting adalah justru bagaimana

tersebut. sebenarnya

sahaan diperkirakan akan menjadi Perkembangan riset menggunakan informasi.

yang penting tang budaya kini menjadi lebih Penyediaan prasarana jaringan,

menentukan keberhasilan spesifik masuk ke workstation dan komputer

atau kegagalan penting bisnis. media yang oleh

an dasawarsa mendatang

(Kotter dan Hessket, 1997). masi

culture)

pembahasan manajemen nisasi. Schein (1996)

budaya sebagai "the missing

concept" dalam transformasi dalam

organisasi. kritis budaya akan or-

semakin terlihat ketika berusaha menyempurnakan

sinya sebagai respon terhadap y~

perubahan lingkungan ekonomi, politik, dan teknologi. Budaya merupakan seperangkat asumsi

bersama yang laku yang

orang pandang, cara berpikir dan

reaksinya terhadap lingkungan. Norma menjadi manifestasi asumsi-

asumsi ini, akan penting

diingat bahwa di belakang ini informasi di suatu perusahaan bisa

memproses, menggunakan dan berbeda-beda berdasarkan fungsi,

dalam yang mengkomunikasikan informasi departemen, atau dalam

1977). Kini semakin perusahaan tersebut. Hal ini akan

organisasi. perusahaan yang menyadari mempunyai dampak yang

bahkan melakukan transformasi beda pula pada orang-orang dalam

perusahaan dengan

masukkebudayalain yang dan pasar. mengorganisasi,

(1996) masa depan menggunakan dan

mendefinisikan yang lebih baik perusahaan informasi. Oleh karena

sebagai pola membutuhkan suatu asimilasi yang

yang diciptakan, bahwa budaya informasi

dikembangkan bisnis, pasar, pakan suatu yang penting

politik, dan sosial. dalam pembentukan strategi dan

KEYWORD INFORMATION SYSTEM, CULTURE. INFORMATION CULTURE 1)

.

dan

.

2) Stal

0853

I

VOLUME 4 No 3 1998

MANAJER YANG

MERUPAKAN

TUKAN

DAN

YANG

MASALAH

PARA

ADALAH

CARA PARA

MENGGUNAKAN

TERTENTU.

sahaan

gawai, tidaklah secara

k e h a n d a l a n ,

,,

, ,

,

p g g

informasi di lam perusahaan. Oleh karena itu m a n a j e m e n

a- genda penting

itu pada

(2)

Gambar Budaya lnformasi BUDAYA

BUDAYA

BUDAYA

BUDAYA MENEMUKAN

pengimplementasian perubahan. Yang rnenjadi masalah bagi para manajer pada umurnnya adalah bagaimana mempengaruhi cara para pegawai di perusahaan dalam menggunakan informasi untuk

mencapai suatu tertentu

(Marchand, 1997).

BUDAYA

(1997)

ada budaya informasi

mempengaruhi cara orang menggunakan inforrnasi dan

kepentingan organisasi untuk meng- gunakan informasi dalam mencapai sukses atau menghindari

yaitu (a) budaya fungsional, (b) budaya berbagi (sharing), (c) budaya mencari (inquiring), dan budaya menemukan (discovering). (Gambar 1)

Dalam budaya fungsional, informasi digunakan sebagai cara untuk mempengaruhi orang lain. Budaya ini diasosiasikan dengan perusahaan yang beroperasi hirarki komando dan kontrol dirnana pernbagian fungsional tenaga kerja didorong oleh pendekatan tuhan untuk mengetahui. Perilaku informasi yang diasosiasikan dengan budaya ini adalah kontrol. Kata kontrol disini bukan

sudkan sebagai suatu yang

negatif. aktifitas

sahaan yang harus dikontrol dari keuangan sampai pernbelian. Tetapi masalahnya adalah apakah

kontrol merupakan aspek dari

budaya perusahaan itu atau apakah

kontrol melahirkan

infleksibilitas dan perilaku looking.

: Manajer menggunakan informasi sebagai cara untuk mempengaruhi orang lain.

: Manajer dan pegawai saling percaya untuk berbagi informasi dalam upaya mereka

: Manajer dan pegawai rnenggunakan informasi untuk masa depan dan

menentukan bagaimana rnereka dapat untuk tantangan rnasa depan.

: Manajer dan pegawai terbuka terhadap cara berpikir baru dalam menghadapi krisis dan siap melakukan perubahan radikal untuk pencapaian tujuan.

Budaya berbagi (sharing) inforrnasi yaitu budaya dimana manajer dan pegawainya cukup saling percaya untuk berbagi inforrnasi guna menyesuaikan dan meningkatkan proses dan nerjanya. Berbagi inforrnasi yang

terbuka kegagalan aktual

maupun potensial penting

untuk penyelesaian masalah dan penyesuaian untuk perubahan.

perusahaan gagal

menerapkan TQM (Total Quality Management) atau BPR (Business Process reengineering) karena pada saat yang sama mereka meng- hukum pegawainya yang

ngungkapkan kegagalan atau .

kesalahan. Padahal dalarn TQM dan BPR diperlukan saling tukar informasi kesalahan untuk baikan terus menerus. Beberapa perusahaan mendapatkan bahwa

berbagi informasi fungsi,

pelanggan dan pemasok, dapat masalah

dan proses dan

produk.

Budaya mencari (inquiring) yaitu jika manajer dan pegawai berusaha meningkatkan

mereka terhadap

derungan yang terjadi di rnasa depan dan menentukan bagaimana

mereka dapat untuk

tantangan rnasa depan. Perilaku informasi yang dominan adalah antisipasi. Dalam

perusahaan 'budaya mencari" sudah cukup ada dalam kantung- kantung seperti pelayanan

riset pasar, intelijen saingan, penilaian teknologi, dan

tetapi dalam beberapa jenis perusahaan lain, seperti semi

konduktor dan pembuat perangkat

lunak, kondisi saja tidak

cukup karena perubahan yang turbulen dalarn industri tersebut. Budaya menemukan (dis- covery), yaitu kondisi dimana manajer dan karyawan terbuka terhadap cara berpikir baru krisis dan perubahan radikal. Perusahaan seperti ini sengaja membuang cara berpikir lama dan mencari perspektif dan ide-ide baru dengan tujuan menciptakan produk dan jasa yang mendefinisikan

kembali peluang terhadap

pasar dan industri. Perusahaan- perusahaan seperti ini tidak sekedar berantisipasi atau beradaptasi tapi

aktif basis

petisinya. Budaya ini tidak lagi ada dalam beberapa kantung di perusahaan tapi telah menjadi bagian integral dari seluruh strateginya.

Y A N G M E R U S A K

dari perilaku informasi

yang disebut di ada beberapa

jenis perilaku informasi yang secara aktif dapat merusak respon perusahaan terhadap perubahan pasar dan industri atau menolak inisiatif perubahan.

rusahaan menerapkan TQM dengan menciptakan perubahan yang kontinyu sebagai bagian dari strateginya, akan tetapi gagal karena tetap memper-tahankan

budaya kontrol. tipe perilaku

yang merusak itu (Gambar 2.) yaitu: (a) fiksasi kontrol (control fixation), (b) kemunduran perilaku (behavioral regression), (c) kelumpuhan cara

berpikir paralysis), dan (d)

(3)

Perilaku lnformasi yang merusak

reaktif (react mode).

Dalam perusahaan dengan fiksasi kontrol, manajer tidak mencari informasi baru ketika ada masalah baru, akan tetapi lebih berorientasi pada informasi yang

yang mereka gunakan.

Sebagai contoh ketika pasar mereka mencari informasi finansial dan akuntansi padahal kenyataannya penurunan

kan karena penolakan konsumen, produk yang jenuh atau potensi pesaing baru. Perilaku ini

dar menghabiskan waktu manajer senior tetapi juga dapat

sikap acuh antara karyawan. Kemunduran perilaku ada ketika manajer yang menghadapi problem informasi dalam tingkat

yang lebih atau informasi

yang kurang penting. Misalnya se- nior manajer yang mengalami penurunan kinerja perusahaannya bahwa biaya perjalanan harus diajukan secara detail dan akan diperiksa olehnya. Atau ketika CEO menjadi defensif, tidak peka bahkan cenderung mengabaikan masukan dari

pelanggan kinerja suatu

produk tertentu, karena produk dalam pengembangannya ada dalam pengawasannya secara langsung.

paralysis terjadi indikasi yang dapat dilakukan oleh

ketika menggunakan perusahaan, yaitu :

informasi kemampuan Pertama, harua

manajer untuk mengubah menilai tipe perilaku informasi mana

katannya dalam rnelakukan bisnis yang perlu ditonjolkan untuk

atau mengantisipasi perubahan. menangani variasi tingkat

Dalam sebuah perusahaan yang tidakpastian dan kompleksitas

mengalami penciutan (downsizing) sar dan industrinya (Gambar 3).

dan penghematan biaya, CEO Dalam pasar yang stabil dimana

nolak rencana investasi dengan po- ketidakpastian dan

tensi pertumbuhan jangka panjang. pleksitas proses dan produk juga

Kerangka pikir yangia kembangkan perilaku "kontrol" cocok

selama bertahun-tahun untuk memonitor kesalahan dan

kannya dari peluang investasi. masalah. Jika ketidakpastian pasar

Cara reaktif yaitu ketika akan tetapi kompleksitas

perusahaan yang menghadapi krisis produk dan proses perilaku

dan industri yang radikal informasi dibutuhkan

cenderung untuk Bagaimana ketidakpastian dan

kompleksitas mempengaruhi perilaku informasi

gegabah. Manajer langsung

bangkan rencana Pencegahan kesalahan Pendefinisian

aksi sebelum benar- dan permasalahan kriteria dan

benar tahu apakah kegagalan

aksi-aksi ini akan

memperburuk atau Monitoring kesalahan Koreksi kesalahan

dan permasalahan dan permasalahan LOOP

m e r n p e r b a i k i LEARNING

(Marchand, 1997). Tinggi

BUDAYA DENGAN

Budaya informasi seringkali tidak serasi dengan strategi

perusahaan. perusahaan

menghadapi perubahan pasar sama sekali berbeda dari

akan tetapi perilaku budaya dominannya masih tetap perilaku "kontrol". Beberapa perusahaan

menerapkan TQM akan tetapi

mereka masih ja-uh dari budaya "berbagi". Yang lain sukses mengimplementasikan budaya "berbagi" inforrnasi akan tetapi bahwa untuk bertahan perusahaannya mem-butuhkan pergeseran radikal menuju perilaku informasi yang kreatif dan antisipatif. Untuk mengharmoniskan strategi yang ditempuh perusahaan dengan budaya informasinya

(1997) ada beberapa

dengan tujuan mengoreksi

salahan dan masalah TQM

misalnya atau program lainnya. Ketika ketidakpastian pasar dan

industri tinggi kompleksitas

produk dan proses

ya "mencari" dapat membantu rnenghindari kesalahan dan masalah, misalnya

dan pesaing baru mulai mengancam. Jika ketidakpastian pasar dan kompleksitas produk sama-sama tinggi, perusahaan memerlukan budaya "menemukan", dengan mendefinisikan

indikator sukses dan gagal. Perilaku

kontrol, dan antisipatif

dak akan sukses ketika dan

lingkup perubahan sudah mikian

perusahaan harus mengeva uasi perilaku informasinya

relatif siklus bisnis dan

(4)

produknya (Gambar 4.).

baru umumnya memiliki budaya "menemukan",

beberapa tahun mereka umumnya mengembangkan budaya

ketika mereka menghadapi pesaing yang lebih besar dan

Penyesuaian bisnis dan produknya.

C

A

Kemudian ketika produknya budaya "berbagi: mulai dipakai. Akhirnya ketika produknya dipakailah budaya "kontrol" sampai kodisinya

dan perusahaan mulai memikirkan kembali kompetensi intinya. Pada tahap ini perusahaan harus mengadopsi dua strategi yaitu: mengelola bisnis rutinnya yang berbudaya "kontrol" sambil

mosikan budaya "menemukan" untuk mengembangkan peluang pasar dan produk baru.

Ketiga, perusahaan harus menentukan apakah budaya dan perilaku informasinya memberikan yang tepat. Dalam tahun-tahun awal, perusahaan baru dapat mendisain organisasi dan proses bisnis yang sesuai dengan teginya, merekrut manager baru dan karyawan yang sesuai dengan budaya itu serta rnenerapkan infrastruktur teknologi informasi yang dapat membantu perilaku informasi yang diinginkan. Dalam perusahaan yang sudah

ini lebih dilakukan.

sedikit perusahaan yang

budayanya sedemikian

tralisasi sehingga ada budaya informasi dominan yang berlaku menyeluruh. Kebanyakan

an memiliki budaya yang berbeda

antara kantor dan unit

bisnisnya, juga antara unit yang dan yang baru tumbuh. Tantangannya adalah bagaimana mencapai keseimbangan budaya informasi yang sesuai dengan posisi perusahaan di pasar.

M E N G E L O L A B U D A Y A I N F O R M A S I

Manager saat ini menghadapi tantangan yang cukup untuk mengaitkan budaya dan perilaku informasi dengan strategi bisnisnya. Tantangan pertama, mereka harus memperlakukan informasi dan pengetahuan sebagai aset yang tampak (visible assets), padahal selama ini informasi dianggap sebagai aset yang tak tarnpak (invisible assets). Kedua, mereka tidak boleh menganggap bahwa infrastruktur teknologi informasi akan rnemecahkan salah ini dalam budaya dan perilaku inforrnasi yang ada. Meskipun, misalnya jaringan komputer dan

kornunikasi memberikan untuk

menggunakan inforrnasi dan pengetahuan untuk keunggulan kompetitif, bagaimana dan kenapa karyawan menggunakan informasi akan menjadi lebih penting. Ketiga, pekerja berpendidikan gi akan lebih bisa menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap mana-

yang mempengaruhi

gaimana informasi dan

pengetahuan digunakan. Mereka

akan lebih mengenali

perilaku informasi yang merusak atau perilaku informasi yang di

budaya dan tujuan bisnis perusahaan. Keempat, perusahaan yang paling pertama dalarn industrinya mengaitkan budaya inforrnasinya kepada strategi bisnis dan pasarnya akan mendapatkan keunggulan kompetitif.

Manajer harus lakukan pengelolaan informasi pengetahuan sebagai kompetensi inti khusus dalam perusahaan.

Untuk itu mereka perlu untuk menjawab beberapa pertanyaan inti berikut : Apa sumber informasi dan pengetahuan yang memberikan keunggulan kompetitif dalam

bisnisnya ? Bagaimana budaya,

orga-nisasi, dan praktik-praktik bisnis yang saat ini berlangsung telah mempengaruhi budaya dan

perilaku informasinya ? Apakah

perusahaan memiliki ramu budaya informasi yang benar untuk mengelola perubahan sekarang ini

dan di masa mendatang ?

jangan kemampuan dan kapabilitas saja yang harus ditangani oleh manajer untuk me-ngaitkan budaya informasinya de-ngan strategi bisnis

pasarnya?

Tanggung jawab unik mana- jer adalah untuk menangani isu-isu kritis yang mempengaruhi daya saing perusahaan saat ini maupun mendatang. Dalam perusahaan berbasis informasi, salah satu kritisnya adalah bagaimana ngaitkan budaya dan perilaku informasinya dengan strategis nis dan manajemen perubahannya.

James. Publishers.

Drucker, Peter F 1991. The Coming of the New Organizalion. In: Management of Change. A Business Review Paper Back. pages: 3

Business School Publ. Boston.

. F.J. dan Kelly. J.N. 1995. Transforming Ihe

Paul dan 1982.

Organizational Behaviour: Utilizing

Human Resources. Inc.

-Jones, Theory Text

Wesley Company,

. John P. 1978. Organizational Dynamic, Diagnosis and Intervention.

Addison-Weslev Ltd.

pages: Canada.

Mitch . 1997. The Change Master: Managing and Adapting Organizational Change. man Publ. London. 244 p.

Tom dan Waterman. R.H.

In Search New York : Harps 8 Row. Robbins, Stephen P. 1996. Organizational Behaviour

Concepts, Controversies and Rentice-Hall International Editions.

Edgar H. 1996. Culture : The in Organization Study. Administrative Science Quarterly. 41 Massachuselts of Technology

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi jika pemakai tidak mau menerima sistem teknologi informasi yang baru, maka perubahan sistem tersebut menyebabkan tidak memberikan keuntungan yang banyak

Standar dikombinasikan dengan output informasi dari pengolah informasi, memungkinkan manajer untuk melaksanakan “management by exception” (suatu gaya yang diikuti

• Mampu menemukan dan merancang model-model dan aplikasi baru sistem informasi manajemen pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pemimpin dan

Asimetri informasi yang terjadi adalah ketika pihak manajer memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak pemegang saham, dengan kondisi seperti itu

Dari pengertian sistem informasi tersebut, istilah ini digunakan untuk merujuk tidak hanya pada penggunaan organisasi Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK saja, tetapi juga cara

a) Beberapa pekerjaan digabungkan menjadi satu. Sebagai contoh, manajer investasi tidak lagi kesulitan mencari informasi di berbagai lokasi. Dengan menggunakan basis

Dalam hasil ini, dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil dari pengaruh positif model budaya suportif dan inovatif terhadap perilaku manajer yang berorientasi pada hubungan

 Sistem Informasi yang bekerja sama dengan sistem informasi lain untuk mendukung manajemen perusahaan perencanaan maupun pengendalian dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan