• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur)"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

NOVI PUSPITASARI. The Role of Gender, Women's Economic Contribution and Family Welfare Horticulture Farmers (Case in Padajaya Village, Sindangjaya Village, District Cipanas, Cianjur). Guided by HERIEN PUSPITAWATI and TIN HERAWATI. This study aimed to analyze the role of gender, women's economic contribution and well-being of the family farmer horticulture that involving 30 families purposively with the criteria as a vegetable farmer husband and wife worked as a cut flower crop farmers. The data was collected through interviews by using questionnaires. Gender roles consist of domestic and public activities that include farm financial management. Economic contribution was measured by the proportion of women and family income. In addition subjective well-being was measured by the satisfaction of sample. Morever, data was analyzed descriptively and inferentially using Pearson correlation. The results showed an average of women's economic contribution of 11,3 percent. Gender roles in domestic and public activities were categorized as moderate and gender roles in farm financial management are in high category. Subjective well-being of the family generally grouped as moderate. Women's economic contribution significantly positively related to objective and subjective well-being.

Keywords: economic contribution, family welfare, gender roles

ABSTRAK

NOVI PUSPITASARI. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan TIN HERAWATI.

(2)

RINGKASAN

NOVI PUSPITASARI. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan TIN HERAWATI.

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga (2) Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga (3) Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan subjektif keluarga contoh (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan subjektif keluarga contoh.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive. Penelitian dilakukan di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Contoh penelitian ini adalah istri yang bekerja sebagai petani tanaman bunga potong dan suami sebagai petani sayuran di Kecamatan Cipanas. Berdasarkan sumbernya, jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari kantor desa setempat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji korelasi Pearson. Data merupakan bagian dari penelitian Gender in Integrated Pest Management

Collaborative Research Support Program (IPM-CRSP): Comparative Studies 2010-2012,

kerjasama konsorsium universitas antara IPB, Virginia Tech USA, Clemson University USA, UPLB dan Combodia (dengan koordinator pihak IPB adalah Dr.Ir.Herien Puspitawati M.Sc., M.Sc.)

Karakteristik contoh menunjukkan bahwa rata-rata usia contoh tergolong dewasa awal dan rata-rata usia suami adalah dewasa menengah dengan pendidikan sebagian besar contoh (90.0%) dan suami (83,3%) adalah tamat Sekolah Dasar (SD). Rata-rata besar keluarga contoh adalah kecil yaitu ≤ 4 orang. Rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp1.485 .933,33 dan rata-rata pendapatan per kapita keluarga adalah Rp.381.111,90. Rata-rata pengeluaran keluarga per bulan Rp1.513.366,67 dan rata-rata pengeluaran per kapita keluarga adalah Rp364.807,38. Hampir tiga perempat contoh (70,0%) memiliki pendapatan yang lebih kecil daripada pengeluaran. Rata-rata pengeluaran untuk pangan dan non pangan sebesar Rp1.129.650,00 dan Rp383.716,67. Hal ini berarti pengeluaran pangan jauh lebih besar daripada pengeluaran non pangan.

Kerjasama peran gender yang dilakukan dalam aktivitas domestik dan publik berada pada kategori sedang. Artinya sudah terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri meskipun masih terdapat salah satu yang dominan. Dalam hal manajemen keuangan usaha tani kerjasama gender termasuk kategori tinggi, artinya sudah terdapat kerjasama yang baik antara suami istri terutama dalam hal manajemen keuangan hasil usaha tani.

Rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan total keluarga sebesar 11,3 persen. Hal ini berarti contoh memiliki kontribusi terhadap pendapatan total keluarga, meskipun tidak terlalu besar.

(3)

Hasil penelitianmenunjukkan hubungan positif dan signifikan antara usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi suami dan istri dengan kesejahteraan objektif (pendapatan total). Hal ini berarti semakin tinggi usia contoh, usia suami, pengeluaran total, kontribusi ekonomi suami dan istri maka kesejahteraan keluarga objektif akan semakin meningkat. Hasil korelasi Pearson juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara pendapatan total, kontribusi ekonomi suami dan kontribusi ekonomi istri dengan kesejahteraan subjektif keluarga contoh, artinya semakin tinggi pendapatan total, kontribusi ekonomi suami dan kontribusi ekonomi istri maka kesejahteraan subjektif akan semakin meningkat. Besar keluarga berhubungan negatif dan signifikan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini berarti semakin sedikit jumlah anggota keluarga, maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin tinggi. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara peran gender dengan kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif.

(4)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari 91 juta penduduk yang bekerja (BPS 2004). Selanjutnya berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2009 menunjukkan bahwa dari sejumlah 104 juta penduduk berumur 15 tahun ke atas, terdapat 43 juta orang yang lapangan pekerjaan utamanya di sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam penurunan jumlah penduduk miskin dan dalam penyediaan lapangan kerja menyebabkan banyaknya program-program pemerintah yang menunjang perkembangan sektor pertanian di tiap daerah.

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten dengan sektor unggulan pertanian. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Cianjur, lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62,99 persen dan sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 42,80 persen1. Sebagai daerah beriklim tropis, di wilayah Cianjur tumbuh subur tanaman sayuran dan tanaman hias. Salah satu daerah yang mendominasi tanaman sayuran dan tanaman hias berupa bunga potong adalah Kecamatan Cipanas. Sebagian besar penduduk di daerah ini menggantungkan hidup dari sektor pertanian, baik tanaman pangan maupun hortikultura dengan komoditas sayuran dan tanaman bunga potong. Hal ini berkorelasi dengan ketersediaan produksi untuk konsumsi penduduk yang cenderung mengalami peningkatan.

Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah utama. Meskipun pemerintah selalu berupaya mengkaitkan program pembangunan dengan penanggulangan kemiskinan tetapi hingga saat ini kelompok masyarakat atau rumah tangga miskin masih belum dapat dihilangkan.

1

(5)

Populasi penduduk miskin menurut data BPS (2010) di Indonesia pada bulan Maret 2010 adalah sebesar 31.02 juta orang (13.33%), dan jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 32.53 juta (14.15%), berarti terdapat penurunan sebesar 1.51 juta orang. Angka ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya terjadi pengurangan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 0.81 juta (dari 11.91 juta pada Maret 2009 menjadi 11.10 juta pada Maret 2010), sementara di daerah perdesaan berkurang sebesar 0.69 juta orang (dari 20.62 juta pada Maret 2009 menjadi 19.93 juta pada Maret 2010).

Analisis yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika Indonesia (BPS) mengenai penurunan angka kemiskinan yang terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah sekitar 70 persen penduduk miskin yang berada di daerah pedesaan bekerja di sektor pertanian, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura seperti sayuran, tanaman buah- buahan, tanaman hias dan obat-obatan. Hal ini didukung dengan data BPS (2006), yaitu lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja secara berturut-turut adalah pertanian, perdagangan, dan industri dengan proporsi masing-masing sebesar 44,5 persen, 19,5 persen, dan 12,2 persen.

Tekanan ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan rumahtangga, menyebabkan banyak perempuan yang ikut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Dalam keluarga miskin, peran perempuan di sektor publik diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga, dan peran perempuan atau istri di sektor domestik diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga.

(6)

dianggap sebagai hasil kontribusi suami terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan masih dianggap sekunder dan hanya sebagai pelengkap hasil dari laki-laki (Sobari 1992). Hal ini dikarenakan perempuan seringkali dipandang sebagai orang kedua yang hanya membantu pasangan (subordinat), berpendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan keterampilan untuk menghasilkan kontribusi ekonomi bagi keluarga. Sejauh ini, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa peran dan kontribusi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga cukup memegang peranan penting. Namun demikian, pada kenyataanya perempuan masih saja dipandang sebelah mata dalam masyarakat (Zehra 2008).

Untuk itu, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan subjektif keluarga petani hortikultura di Kampung Padajaya, Kabupaten Cianjur.

Perumusan Masalah

Pada tahun 2004 tingkat kemiskinan di Kabupaten Cianjur adalah 26,7 persen dari total jumlah penduduk, tetapi pada tahun 2008 telah mencapai 34,01 persen dari total jumlah penduduk. Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur menunjukkan pada tahun 2005 tingkat kemiskinan naik menjadi 28,34 persen, tahun 2006 naik menjadi 35,92 persen, dan tahun 2007 sempat turun menjadi 32,44 persen, tetapi kemudian pada tahun 2008 kembali naik menjadi 34,01 persen. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tercatat 2.138.465 jiwa dengan jumlah penduduk miskin 727.291 jiwa. Tingkat pengangguran walaupun masih banyak tetapi sudah mengalami penurunan. Sebab sebagian besar sudah dan dapat diserap melalui berbagai kegiatan. Penyerapan tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian sebesar 48,12 persen, dan sektor perdagangan 23,73 persen2.

Dampak keluarga miskin dan banyaknya pengangguran dalam era globalisasi menuntut perempuan untuk memberikan sumbangan yang lebih bagi keluarga, tidak hanya terbatas pada pekerjaan domestik, seperti melayani suami, mengurus rumah tangga, dan merawat anak. Hal ini menyebabkan banyak wanita

2

(7)

yang terdorong untuk ikut bekerja mencari nafkah yang dimotivasi oleh ekonomi keluarganya, namun mayoritas perempuan yang bekerja di daerah perdesaan berada pada status pekerja keluarga tidak dibayar. Rasio perempuan di bidang pertanian yang mengubah tenaga kerja mereka menjadi uang tunai sangat rendah (Gulcubuk 2010).

Daerah Cianjur, terutama Desa Padajaya memiliki potensi pertanian dengan komoditas utama yaitu sayuran dan tanaman bunga potong. Lahan untuk menanam sayuran biasanya di kebun yang pekerjaannya dominan dilakukan oleh suami dan tanaman bunga potong ditanam di daerah pekarangan yang pekerjaannya dominan dilakukan oleh istri. Di Dusun Padajaya, istri ikut memberikan kontribusi ekonomi dalam peran publik, dengan memanfaatkan lahan pekarangan yaitu menanam tanaman bunga potong yang kemudian dijual untuk menambah penghasilan keluarga. Namun, adanya kendala terhadap lahan yang masih sempit, terbatasnya modal, akses dan pengetahuan mengenai pertanian, menyebabkan potensi yang dimiliki tersebut kurang optimal. Penghasilan yang diperoleh oleh keluarga petani, cenderung dipengaruhi oleh besarnya lahan yang mereka miliki, termasuk lahan pekarangan. Istri yang memiliki lahan pekarangan luas, dapat ditanami oleh berbagai tanaman bunga potong yang lebih bervariasi dan bernilai jual tinggi, sebaliknya, perempuan yang memiliki lahan pekarangan yang sempit, akan lebih terbatas dalam meningkatkan kuantitas produksi hasil pekarangannya.

Masalah utama perempuan yang bekerja dalam bidang pertanian diantaranya, tidak memiliki akses berkualitas seperti rendahnya akses pendidikan dan kesehatan, melakukan pekerjaan berstatus dan penghasilan rendah, tidak adanya jaminan sosial, besarnya peran tradisional terutama dalam hal aktivitas domestik, dan rendahnya kesempatan (Gulcubuk 2010). Dalam aktivitas publik secara umum, pada petani sayuran, istri kurang terlihat ikut terlibat dalam pemasaran secara ekonomi, sehingga akses istri terbatas.

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah-masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pembagian gender dalam keluarga?

(8)

3. Bagaimana tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh?

4. Bagaimana hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara objektif dan subjektif?

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura (studi kasus di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur).

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga.

2. Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga.

3. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender,

kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara objektif dan subjektif.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk :

1. Sarana untuk mengembangkan diri dan memperluas pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai pentingnya peran gender dan kontribusi ekonomi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga.

2. Sumbangan informasi bagi pengembangan IPTEK di Indonesia terutama yang berkaitan dengan keluarga.

(9)

4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peran dan kedudukan istri yang membantu perekonomian keluarganya dan mengetahui kontribusinya terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga.

(10)

TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Teori Keluarga

Pengertian Keluarga

Keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (BKKBN 1992). Menurut Saxton (1990) keluarga merupakan suatu hubungan antar dua orang atau lebih yang dipersatukan melalui kelahiran, adopsi, atau perkawinan, dan hidup bersama-sama dalam suatu rumah tangga. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gunarsa&Gunarsa (2004) bahwa keluarga yaitu sekelompok orang yang diikiat oleh perkawinan atau pertalian darah, biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak. Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995) keluarga merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas keluarga).

Keluarga merupakan suatu manajerial unit yang mampu mengelola sumberdaya keluarga yang dimiliki untuk mencapai tujuan keluarga (Gross, Crandal, dan Knoll 1973). Menurut Duvall dan Miller (1985) keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, ikatan darah, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya. Tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi anggota keluarganya, serta untuk melestarikan keturunan dan budaya suatu bangsa (Landis 1989).

(11)

bahwa selain adanya ikatan yang terjalin antara anggota keluarga, keluarga juga mempunyai tujuan dan fungsinya. Berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 dalam BKKBN (1996) terdapat delapan fungsi utama keluarga dalam proses untuk mengembangkan potensinya agar dapat terwujud keluarga sejahtera yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.

Pendekatan Teori Struktural- Fungsional

Pendekatan struktural-fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam suatu institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat, dan akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999). Penganut pandangan teori struktural fungsional melihat sistem sosial sebagai suatu sistem yang seimbang, harmonis, dan berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi bagian-bagian dari sistem dengan cara kerja pada setiap bagian-bagian yang terorganisir (Puspitawati 2012)

(12)

Menurut Puspitawati (2012) aspek struktural menciptakan keseimbangan sebuah sistem yang tertib (social order), ketertiban keluarga akan tercipta jika ada struktur atau strata dalam keluarga, yaitu masing-masing mengetahui peran dan posisinya dan patuh pada nilai yang melandasi struktur tersebut.

Levy dalam Megawangi (1999) mengatakan bahwa tanpa adanya pebagian peran dan tugas yang jelas pada masing-masing anggota dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu yang nantinya akan berpengaruh terhadap sistem yang lebih besar lagi. Jika hal ini terjadi, maka akan ada satu posisi yang tidak dapat dipenuhi, sehingga akan dapat menimbulkan konflik bagi keluarga, dan akhirnya keberadaan institusi keluarga tidak akan berkesinambungan. Persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga sebagai suatu sistem dapat berfungsi antara lain:

1. Adanya diferensiasi peran, dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap anggota dalam keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing- masing aktor.

2. Alokasi solidaritas, distribusi relasi antar anggota keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta dan kepuasan menggambarkan hubungan antaranggota. Misalnya keterikatan emosional antara seorang ibu dan anaknya. Kekuatan mengacu pada keutamaan sebuah relasi relatif terhadap relasi lainnya. Hubungan antara bapak dan anak laki-laki mungkin lebih utama daripada hubungan suami dan istri pada suatu budaya tertentu. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antaranggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan.

3. Alokasi ekonomi, yaitu distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas ini juga ada terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga.

(13)

5. Alokasi integrasi dan ekspresi, distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku yang memenuhi tuntutan norma yang berlaku untuk setiap anggota.

Pendekatan Konsep Gender dalam Kehidupan Keluarga Konsep Gender

Kata “gender” dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status, dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, gender adalah hasil kesepakatan antarmanusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karena itu, gender bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya (Puspitawati 2012). Hubungan antara laki-laki dan perempuan seringkali sangat penting untuk menentukan hubungan keduanya. Demikian pula, jenis-jenis hubungan yang bisa berlangsung antara perempuan dan laki-laki akan menjadi pendefinisian perilaku gender yang semestinya oleh masyarakat. Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dalam masyarakat tertentu ditetapkan oleh kelas, gender, dan suku (Mosse 2002).

Puspitawati (2012) menyatakan bahwa gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis dalam hal alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan memang membawa konsekuensi fungsi reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; sedangkan laki-laki membuahi dengan spermatozoa). Jenis kelamin biologis inilah merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan dan berlaku sepanjang zaman. Konsep gender yang digunakan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Perempuan (1996) adalah perbedaan-perbedaan sifat perempuan dan pria yang tidak mengacu pada perbedaan biologis, tetapi pada nilai-nilai sosial budaya yang menentukan peranan perempuan dan pria dalam kehidupan pribadi dan dalam setiap bidang masyarakat.

(14)

pada pembatasan hak, akses, partisipasi, kontrol, dan menikmati manfaat dari sumberdaya dan informasi. Akhirnya, tuntutan peran, tugas, kedudukan dan kewajiban yang pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-laki atau perempuan sangat bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya (Puspitawati 2012).

Menurut Puspitawati (2012) Pembagian peran gender bertujuan untuk mendistribusikan tugas dalam rangka menjaga efisiensi dan keseimbangan sistem keluarga dan masyarakat. Umumnya masyarakat membagi peran berdasarkan tradisi para leluhur yang sudah dibakukan dalam internalisasi dan sosialisasi norma masyarakat.

Kesetaraan gender yaitu kondisi perempuan dan laki-laki menikmati status yang setara dan memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi dan potensinya bagi pembangunan di segala bidang kehidupan. Sedangkan keadilan gender yaitu suatu kondisi adil untuk perempuan dan laki-laki melalui proses budaya dan kebijakan yang menghilangkan hambatan-hambatan berperan bagi perempuan dan laki-laki (Puspitawati 2012), Menurut Puspitawati (2009) wujud kesetaraan dan keadilan gender antara lain :

1. Akses, yaitu kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya pembangunan, contoh: memberikan kesempatan yang sama baik kepada laki-laki ataupun perempuan dalam memperoleh informasi pendidikan dan kesempatan untuk meningkatkan karir.

2. Partisipasi, yaitu perempuan dan laki-laki memiliki partisipasi yang sama dalam proses pengambilan keputusan, contoh: memberikan peluang yang sama baik kepada laki-laki ataupun perempuan untuk ikutn serta dalam menentukan pilihan pendidikan di dalam rumahtangga.

(15)

4. Manfaat, yaitu pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama bagi perempuan dan laki-laki, contoh: Program Pendidikan dan Latihan (Diklat) harus memberikan manfaat yang sama bagi laki-laki dan perempuan.

Persepsi Peran Gender

Pandangan laki-laki lebih cocok untuk melakukan peran produktif dan perempuan lebih cocok untuk mengerjakan peran reproduktif secara tradisional ditanamkan dalam benak individu tentang kekhasan perilaku seorang perempuan (feminin) dan kekhasan perilaku laki-laki (maskulin) yang oleh Hurlock (1980) disebut sebagai peran gender, dan akhirnya akan membentuk suatu pendapat yang dapat menjadi suatu norma di dalam masyarakat. Pada dasarnya pembagian peran gender dalam keluarga petani antara aktivitas domestik rumah tangga dan aktivitas pertanian, istri petani paling dominan dalam melakukan aktivitas domestik dan suami dalam aktivitas pertanian (Whatmore 1991).

Pada budaya patriarkhi, terdapat pembagian peran gender yang bervariasi antara laki-laki dan perempuan. Umumnya masyarakat membagi peran berdasarkan sosialiasi norma masyarakat, dengan kata lain, norma membatasi apa yang pantas dilakukan oleh laki dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-laki, sebaliknya juga dengan perempuan. Ada sebagian masyarakat yang sangat kaku membatasi peran yang pantas dilakukan baik oleh laki-laki dan perempuan, misalnya tabu bagi seorang laki-laki masuk ke dapur atau menggendong anaknya di depan umum dan tabu bagi seorang perempuan untuk sering keluar rumah untuk bekerja. Namun demikian, ada juga masyarakat yang fleksibel dalam memperbolehkan laki-laki dan perempuan melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya perempuan diperbolehkan bekerja sebagai kuli bangunan sampai naik ke atap rumah atau memanjat pohon kelapa, sedangkan laki-laki sebagian besar menyabung ayam untuk berjudi (Puspitawati 2012).

(16)

1. Peran gender tradisional

Pandangan ini membagi tugas secara tegas berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki yang mempunyai pandangan peran gender yang tradisional, tidak ingin perempuan menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan keluarga secara keseluruhan.

2. Peran gender modern

Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin secara kaku, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar atau setingkat. Laki-laki mengakui minat dan kepentingan perempuan sama pentingnya dengan minat laki-laki, menghargai kepentingan pasangannya dalam setiap masalah rumahtannga dan memutuskan masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Perempuan yang berpandangan modern, berusaha memusatkan perhatiannya untuk mencapai minatnya sendiri yang tidak lebih rendah dari minat suami.

Peran Perempuan (Istri) dalam Keluarga

Gender dalam rumahtangga adalah perbedaan status dan peran antara laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam menjalankan fungsi-fungsi rumahtangga. Gender dalam rumahtangga dapat mencakup pembagian kerja bagi anggota keluarga, adanya pembagian kerja tersebut akan menentukan peran dan tanggungjawab masing-masing anggota keluarga. Adanya peran anggota keluarga pun dapat menentukan seberapa besar partisipasi anggota keluarga dapat berkontribusi tehadap ekonomi keluarga.

(17)

pendapatan keluarga tidak dapat dipandang sebelah mata. Telah dibuktikan oleh realita bahwa ternyata perempuan dapat menjadi penyelamat keluarga dan juga penyelamat bangsa di masa krisis ekonomi dengan keuletannya dalam beraktifitas mencari tambahan uang bagi keluarganya (family generating income) (Puspitawati 2009).

Hubeis (2000) menyebutkan bahwa pembagian kerja dalam perspektif gender mengacu pada cara-cara dimana semua jenis-jenis pekerjaan (reproduktif, produktif dan sosial) dibagi antara pria dan wanita serta bagaimana pekerjaan tersebut dinilai dan dihargai secara kultural dalam masyarakat tertentu. Pekerjaan reproduktif atau domestik adalah kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan tugas-tugas kerumah tanggaan seperti menyiapkan makanan, berbelanja, mengasuh dan mendidik anak. Pekerjaan produktif menyangkut segala pekerjaan yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi sendiri atau diperdagangkan. Sedangkan pekerjaan sosial adalah pekerjaan atau aktifitas yang terkait dengan aspek status kekuasaan atau kewajiban kewajiban bagi seseorang yang terbentuk secara kultural pada struktur masyarakat dimana ia tinggal.

Kontribusi Ekonomi Perempuan

Keluarga yang hidup dalam kondisi miskin melakukan suatu strategi untuk dapat bertahan di tengah keterbatasan. Rumahtangga petani-petani di perdesaan contohnya menerapkan pola nafkah ganda sebagai bagian dari strategi ekonomi. Dalam pola itu sejumlah anggota keluarga usia kerja terlibat mencari nafkah di berbagai sumber, baik on farm maupun off farm. Dalam strategi nafkah tersebut, wanita seperti juga pria memiliki peran yang sangat penting sebagai pencari nafkah. Wanita tidak hanya terlibat dalam kegiatan reproduksi yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, tetapi juga dalam kegiatan produksi yang langsung menghasilkan pendapatan (White, Hart, Pudjiwati Sajogyo dalam Sitorus 1991).

(18)

kontribusi pekerjaan publik yang dibayar, sedangkan pekerjaan perempuan di aspek domestik tidak diperhitungkan (Puspitawati 2012). Di daerah perdesaan, wanita memiliki peranan besar dalam kegiatan mencari nafkah, di samping mengatur rumahtangga. Berbagai kegiatan usahatani spesifik gender dilakukan wanita, seperti: menanam, menyiang, panen dan pasca panen, bahkan menentukan tenaga kerja, pemasaran, dan perputaran kredit. Peran wanita tersebut sangat dipengaruhi oleh: 1) tingkat pendapatan (makin miskin suatu rumahtangga, maka makin besar kontribusi tenaga atau waktu wanita yang tercurah); 2) kondisi sosial budaya (tingkat pendidikan, kesehatan, posisi dalam proses pengambilan keputusan, mobilitas yang sangat dipengaruhi nilai atau norma sosial dan keseimbangan; 3) umur dan status perkawinan (Roosganda 2007).

Pada umumnya peran perempuan secara ekonomi adalah menambah penghasilan keluarga. Karena itu penghasilan tambahan dari aktifitas ekonomi perempuan dapat mengentaskan keluarga dari kemiskinan (Rahardjo 1995). Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditunjukkan bahwa perempuan merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata berpartisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumahtangga bersama dengan laki-laki. Perempuan di Perdesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumahtangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usaha tani dan non usaha tani, baik yang sifatnya komersial maupun sosial (Sajogyo 1981). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kaum wanita memberikan kontribusi setengah atau lebih dari total tenaga kerja usahatani (Roosganda 2007). Kontribusi perempuan terhadap pendapatan pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen (Ukoha 2003).

Kesejahteraan Keluarga

(19)

relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Kesejahteraan ekonomi dari suatu keluarga biasanya didefinisikan sebagai tingkat kepuasan atau tingkat pemenuhan kebutuhan yang telah diperoleh oleh keluarga (Park & Kim 2002).

Secara umum, pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dibedakan melalui dua pendekatan yaitu kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif. Pengukuran menggunakan pendekatan objektif didasarkan pada standar yang telah disepakati negara atau provinsi, namun pada pengukuran kesejahteraan subjektif didasarkan pada pertimbangan individual (Raharto dan Romdiati 2000). Puspitawati (2012) menjelaskan bahwa kesejahteraan keluarga objektif dapat diukur salah satunya berdasarkan pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan diartikan sebagai tingkat pendapatan yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum. Suatu keluarga yang berpendapatan di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan secara materia, sehingga digolongkan pada keluarga miskin.

Diener (2009) mendefinisikan kesejahteraan subjektif sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan seseorang atau keluarga sesuai dengan evaluasi subjektif terhadap kehidupan mereka. Kesejahteraan subjektif adalah kepuasan hidup berdasarkan atas standar personal (Chen 2010). Pengukuran kesejahteraan bersifat subjektif manakala berkaitan dengan aspek psikologis yaitu diukur dari kebahagiaan dan kepuasan (Sunarti 2008). Terdapat perbedaan pandangan kesejahteraan secara subjektif berdasarkan wilayah regional maupun geografi serta nilai sosial-budaya yang ada di masyarakat (Raharto & Romdiati 2000).

(20)

seimbang antar anggota keluarga dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992).

Pembangunan keluarga sejahtera pada hakekatnya adalah meningkatkan keberdayaan dan kemampuan serta peran seluruh anggota keluarga dalam membangun keluarga yang berkualitas sesuai dengan tahapan-tahapannya. Sasaran dari pembangunan keluarga sejahtera adalah keluarga secara utuh dengan sasaran difokuskan kepada ibu atau perempuan. Hal ini dipertimbangkan karena ibu atau perempuan merupakan anggota keluarga yang paling rentan dan memiliki pengaruh yang besar serta resiko yang tidak dimiliki oleh anggota keluarga lain. Ibu juga merupakan anggota keluarga yang memiliki peranan yang besar dalam mengembangkan dan melaksanakan fungsi keluarga yang selama ini belum banyak diberikan dukungan. Dengan demikian seluruh dukungan yang diberikan kepada ibu akan memberikan nilai lebih pada keluarga dibandingkan dengan bila diberikan kepada anggota keluarga yang lain (BKKBN 1998).

Kualitas hidup manusia meliputi domain kehidupan manusia antara lain 1) Domain Being (domain yang berkaitan dengan keadaan badan atau makhluk) yang terdiri dari kesejahteraan fisik, kesejahteraan psikologi, sosial dan keadaan spiritual; 2) Domain belonging (domain berkaitan dengan harta milik dan barang-barang) yang meliputi harta fisik, harta sosial, dan harta masyarakat (Universitas Toronto 2003 dalam Puspitawati 2012).

Kesejahteraan keluarga pada hakikatnya mempunyai dua dimensi yaitu dimensi material dan spiritual (Sunarti 2008). Untuk menciptakan kesejahteraan suatu keluarga, maka diperlukan suatu keluarga kecil yang bahagia, namun dengan ekonomi yang kuat. Keluarga dengan ekonomi yang kuat dapat terwujud apabila fungsi ekonomi dalam keluarga tersebut dapat dipersiapkan dan dibangun dengan baik (BKKBN 1998).

(21)

Puspitawati (2009) ditemukan adanya pengaruh positif dari besar keluarga. lama pendidikan suami, umur istri, umur balita, pengeluaranlkapitalbulan dan nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga untuk kegiatan domestik pekerjaan pemeliharaan rumah terhadap kesejahteraan keluarga subjektif. Sementara itu, faktor yang berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah umursuami. Sedangkan Chen (2010) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Frekuensi peran yang tinggi akan meningkatkan rata-rata kesejahteraan perempuan.

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga telah banyak dilakukan. Penelitian Puspitawati dan Fahmi (2008) menyatakan bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan domestik khususnya dalam mengurus anak dan memelihara rumahtangga lebih banyak dilakukan oleh istri, dan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan publik/ekonomi (mencari nafkah) lebih banyak dilakukan oleh suami, tetapi pada kegiatan mencari nafkah terlihat pula keterlibatan istri, sedangkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha tani dilakukan secara bersama-sama antara suami istri.

Penelitian Puspitawati dan Fahmi (2008) menunjukkan juga bahwa keluarga petani mempunyai pola pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan yang diperoleh, permasalahan dalam usaha tani yang paling banyak dialami adalah rendahnya produksi pertanian. Berdasarkan penelitian terdahulu ini faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam keluarga adalah pendapatan/kapita/bulan, frekuensi perencanaan, dan permasalahan umum keluarga, adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam usaha tani adalah jumlah anggota keluarga, frekuensi perencanaan dan permasalahan umum keluarga.

(22)

Simanjuntak (2010) menjelaskan bahwa relasi gender yang semakin responsif dan tingkat stres ibu yang semakin rendah memberikan pengaruh langsung terhadap kesejahteraan keluarga subjektif, sedangkan ekonomi keluarga yang semakin baik dan strategi koping yang semakin sedikit akan memberikan pengaruh tidak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga subjektif. Hasil penelitian terdahulu tersebut dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian terdahulu terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Penelitian pendahulu terkait topik penelitian

No. Tahun Penulis Judul Hasil

3. 2010 Vivi Irzalinda Kontribusi Ekonomi,

(23)
(24)

KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural fungsional yang memiliki asumsi dasar bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar maka fungsi-fungsi harus dijalankan dan harus ada struktur tertentu demi berlangsungnya suatu keseimbangan atau homoeostatik (Klein dan White 1996; Megawangi 1999). Aplikasi teori yang digunakan adalah pembagian peran gender dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga baik secara objektif maupun subjektif.

Keluarga merupakan subsistem dalam sistem masyarakat yang luas dan saling berinteraksi (Deacon dan Firebaugh 1988). Keluarga sebagai sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi supaya sistem tersebut dapat berjalan. Berdasarkan pendekatan teori struktural fungsional, sebuah struktur keluarga membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif, bahwa sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan sebagai ibu rumahtangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga (Parson dan Bales 1995 dalam Hill 2006). Levi dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa tanpa adanya pembagian tugas yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu. Hal ini bisa terjadi jika ada satu posisi yang perannya tidak dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena tidak adanya kesepakatan dalam pembagian tugas. Dengan demikian penting adanya pembagian peran dalam keluarga antara suami dan istri dalam segala apapun yang menyangkut urusan keluarga.

(25)

sudah banyak istri yang bekerja di sektor publik yang menghasilkan uang untuk menambah penghasilan keluarga, namun, hal tersebut juga tidak lepas dari karakteristik istri. Menurut Zhang (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah usia dan pendidikan.

Menurut Lasswell dan Lasswell (1987) kontribusi ekonomi perempuan dalam keluarga akan menghasilkan peningkatan dalam keuangan keluarga, kepemilikan barang mewah, standar hidup yang lebih tinggi dengan pencapaian rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan status sosial keluarga. Wiryono (1994) menjelaskan bahwa keikutsertaan perempuan dalam mencari nafkah akan membawa dampak positif yaitu adanya peningkatan terhadap struktur sosial dalam keluarga. Pembagian kerja antara sesama anggota keluarga (laki-laki dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi gender yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi 1999). Semakin baiknya kerjasama antara suami dan istri akan semakin meningkatkan kesejahteraan keluarga yang diharapkan.

(26)

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Karakteristik Ibu

- Umur ‐ Pendidikan ‐ Pendapatan

Kontribusi Ekonomi Perempuan

terhadap Pendapatan Total Keluarga

Pembagian Peran Gender dalam Keluarga

Kesejahteraan Keluarga Objektif

dan Subyektif Karakteristik Keluarga:

(27)

METODE PENELITIAN

Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

purposive sampling dengan kriteria suami bekerja sebagai petani sayuran dan istri bekerja di sektor informal yaitu petani tanaman bunga potong. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni sampai Juli 2011.

Teknik Pengambilan Contoh

Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang suami dan istrinya bekerja sebagai petani sayuran dan tanaman bunga potong. Responden penelitian merupakan istri yang memiliki pekerjaan sebagai petani tanaman bunga potong. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria suami bekerja sebagai petani sayuran dan istri sebagai petani tanaman bunga potong, berasal dari keluarga lengkap (mempunyai suami) dan bersedia untuk dijadikan responden. Jumlah contoh adalah 30 orang yang tinggal dan menetap di wilayah yang sama. Teknik pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

(28)

Jenis dan Pengambilan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan alat bantu kuesioner yang relevan dengan variabel yang diteliti. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi :

1. Karakteristik contoh (umur contoh, pendidikan contoh, pendapatan contoh).

2. Karakteristik keluarga contoh (umur suami, pendidikan suami, besar keluarga, pendapatan keluarga dan kepemilikan aset).

3. Pembagian peran gender contoh.

4. Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan total keluarga. 5. Kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh.

Data sekunder diperoleh dari buku-buku, artikel, internet, dan literatur-literatur yang dikeluarkan lembaga-lembaga terkait serta bahan pustaka yang diambil dari hasil penelitian sebelumnya.

Tabel 2 Jenis data, peubah, contoh, alat dan cara pengukuran, skala data

Jenis Data Peubah Contoh Alat & Cara

Primer Karakteristik keluarga contoh

Umur suami

Primer Peran gender contoh Istri Kuesioner dan

wawancara

Ordinal

Primer Kesejahteraan subjektif contoh Istri Kuesioner dan

wawancara

Ordinal

Sekunder Potensi dan profil daerah yang

(29)

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara sesuai dengan kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum lokasi penelitian. Secara rinci peubah, skala, contoh, alat dan cara pengukuran penelitian disajikan pada Tabel 2 dan skala pengkategorian serta pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Data merupakan bagian dari penelitian Gender in Integrated Pest Management

Collaborative Research Support Program (IPM-CRSP): Comparative Studies 2010-2012,

kerjasama konsorsium universitas antara IPB, Virginia Tech USA, Clemson University USA, UPLB dan Combodia (dengan koordinator pihak IPB adalah Dr.Ir.Herien Puspitawati M.Sc., M.Sc.).

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data mencakup tahapan editing, entry, transfer, coding, cleaning, dan analyzing. Analisis data dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 17.0 for Window. Analisis statistik yang digunakan untuk mengolah data adalah :

1. Analisis deskriptif untuk menyajikan berbagai gambaran variabel yang diteliti

2. Uji korelasi Pearson untuk menguji hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi, dan kesejahteraan keluarga contoh

Data primer yang dianalisis secara deskriptif terdiri dari karakteristik contoh, karakteristik keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi, dan kesejahteraan keluarga. Data sekunder yaitu data mengenai keadaan umum dan potensi wilayah penelitian disajikan pula dalam bentuk deskriptif.

(30)

kegiatan usaha tani, setiap butir pertanyaan disediakan hanya 5 butir jawaban, tanpa ada lainnya.

Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga contoh diolah dengan menggunakan rumus :

Kontribusi ekonomi (%) = Pendapatan contoh (Rp/bulan) x100% Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan tingkat kepuasan subjektif keluarga (Subjective Quality of Life). Semakin puas ibu terhadap kehidupan dan sumber daya keluarga maka keluarga tersebut semakin sejahtera.

Pada saat melakukan pengolahan, data variabel peran gender dan kesejahteraan subjektif diubah ke dalam bentuk rasio dengan cara indeks, dengan rumus sebagai berikut :

Setelah mendapatkan skor setiap variabel, selanjutnya skor dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menentukan cut off

peran gender dan kesejahteraan subjektif, maka perlu dicari interval kelasnya (Slamet 1993 ; Babbie 1989) dengan menggunakan rumus :

Dengan menggunakan rumus di atas, maka interval kelas untuk variabel-variabel tersebut yaitu :

Interval Kelas (IK) = (100%-0%) = 33,3% 3

Dengan demikian cut off bagi peran gender dan kesejahteraan subjektif, yaitu:

a. Rendah : 0% - 33,3% b. Sedang : 33,4% - 66,6% c. Tinggi : 66,7% - 100%

Interval Kelas = (Skor Maksimum – Skor minimum) Jumlah Kategori

(31)

Analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson karena data memiliki skala rasio. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis karakteristik contoh dan keluarga contoh, peran gender, kontribusi ekonomi contoh dan kesejahteraan subjektif keluarga contoh.

Definisi Operasional

Keluarga petani hortikultura adalah keluarga yang suaminya bekerja sebagai petani sayuran dan istrinya bekerja sebagai petani tanaman bunga potong.

Contoh adalah istri petani yang bekerja sebagai petani tanaman bunga potong. Perempuan adalah perempuan usia produktif (15-55 tahun) yang telah menikah

dan tinggal bersama suami dalam satu rumah.

Keluarga adalah unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak angkat).

Pendapatan perempuan adalah hasil yang diperoleh responden dari kerja produktif yang dilakukan oleh perempuan.

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang didapatkan oleh seluruh anggota keluarga, baik dari hasil usaha tani, maupun dari pendapatan lainnya.

Pengeluaran rumahtangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga dalam kurun waktu selama enam bulan terakhir untuk pengeluaran pangan maupun nonpangan.

Gender adalah perbedaan peranan sosial antara laki-laki dan perempuan, pembagian kegiatan domestik, publik yang didalamnya termasuk manajemen keuangan usaha tani.

Pembagian peran gender dalam keluarga adalah kebijakan didalam masing-masing keluarga contoh terhadap tindakan pembagian tugas dalam rumahtangga.

(32)

Kontribusi ekonomi perempuan adalah proporsi pendapatan perempuan terhadap pendapatan total keluarga.

Kontribusi suami adalah proporsi pendapatan suami terhadap pendapatan total keluarga.

Kesejahteraan keluarga objektif berdasarkan BPS adalah keluarga dikatakan sejahtera apabila pendapatan atau pengeluaran per kapita per bulan di atas garis kemiskinan Kabupaten Cianjur Rp 202 438,00 per kapita per bulan (BPS 2010).

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sindangjaya yang merupakan salah satu desa inti Agropolitan yang terletak di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah sentra sayuran yang cukup potensial dan cukup pesat perkembangannya. Desa Sindangjaya secara geografis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Desa Cimacan b. Sebelah selatan : Desa Sukatani

c. Sebelah timur : Kabupaten Sukabumi d. Sebelah barat : Desa Sindanglaya

Desa Sindangjaya memiliki luas wilayah sebesar 512 ha, dengan wilayah terbesar digunakan untuk pertanian sayur-sayuran yaitu 321 ha yang dapat menghasilkan 4.815.000 ton per tahun. Kondisi topografi daerah ini berupa dataran tinggi yang memiliki ketinggian ± 1.100 m dari permukaan laut. Banyaknya curah hujan sebesar 3.000 mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 25º - 30º C.

Desa Sindangjaya terdiri dari lima dusun. Total Rukun Warga berjumlah sembilan RW dan total Rukun Tetangga berjumlah 45 RT. Lokasi penelitian yaitu di RW 4 yang terdiri dari RT 1, 3, dan 4, sedangkan di RW 5 terdiri dari RT 1,2,3 dan 4. Desa Sindangjaya dihuni oleh 3.022 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk keseluruhan adalah 11.448 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 5.975 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 5.509 jiwa, dan hanya 30 Kepala Keluarga yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu anggota kelompok tani Padajaya.

(34)

kerja yaitu usia 20-26 tahun sebanyak 1.655 orang dan usia 27-40 tahun sebanyak 2.727 orang.

Desa Sindangjaya merupakan daerah sentra sayuran yang cukup potensial dan cukup pesat perkembangannya, disamping sebagai daerah tujuan wisata, Desa ini juga cukup strategis dalam pemasaran produk sayuran ke daerah Ibu Kota dan sekitarnya. Adanya potensi yang besar dari daerah ini dalam bidang pertanian khususnya produk sayuran dan hortikultura, maka terbentuklah kelompok tani Padajaya, kelompok tani ini bermula dari kerjasama antara pemerintah desa, petani, dan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Kelompok tani Padajaya berdiri pada tanggal 15 Juli 2002, didirikan oleh sembilan orang perwakilan para petani di daerah Padajaya.

Karakteristik Contoh dan Keluarga Usia Contoh dan Suami

Usia contoh dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok usia dewasa awal (18-40 tahun), dewasa menengah (41-60 tahun) dan dewasa lanjut (>60 tahun) (Hurlock 1980). Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (63,3 %) usia contoh berada pada rentang usia 18-40 dengan rata-rata usia contoh yaitu 37,7 tahun dan lebih dari separuh usia suami (53,3 %) berada pada rentang 41-60 dengan rata-rata usia suami yaitu 43,3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia contoh didominasi pada tahap dewasa awal, sedangkan usia suami didominasi tahap dewasa menengah menurut kategori Hurlock (1980).

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia contoh dan suami

No. Kategori Usia* Contoh Suami

(35)

Tingkat Pendidikan Contoh dan Suami

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (90,0%) mengenyam pendidikan tamat SD dan hanya sebagian kecil contoh (10,0%) yang tidak tamat SD. Persentase terbesar (83,3%) tingkat pendidikan suami adalah tamat SD, sedangkan suami yang tingkat pendidikan SMP dan SMA masing-masing yaitu 3,3 persen. Sesuai dengan pernyataan Guhardja et al. (1992) bahwa situasi keluarga di pedesaan dicirikan oleh sumber daya manusia yang tingkat pendidikannya rendah.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan contoh dan suami No. Kategori Pendidikan Contoh Suami

Besar keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu 1) Keluarga kecil yang jumlah anggotanya kurang dari atau sama dengan empat orang; 2) Keluarga sedang yang jumlah anggotanya antara lima sampai dengan tujuh orang; 3) Keluarga besar apabila jumlah anggota keluarganya lebih dari atau sama dengan delapan orang (BKKBN 2005). Berdasarkan Tabel 5 lebih dari separuh keluarga contoh (60,0%) merupakan tipe keluarga kecil yaitu ≤ 4 orang. Rata-rata besar keluarga contoh adalah empat orang.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

No. Besar Keluarga* Jumlah (n=30) Persentase(%)

* Klasifikasi berdasarkan BKKBN (2005)

(36)

maka akan merangsang keluarga tersebut untuk lebih giat lagi dalam bekerja agar kebutuhan ekonomi dapat terpenuhi dengan cara lebih banyak menggali pendapatan lainnya. Hasil penelitian Prabawa (1998) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pendapatan per kapita yang diperoleh akan lebih sedikit dan konsumsi keluarga akan semakin tinggi sehingga beban untuk kepala keluarga akan semakin berat.

Kondisi Tempat Tinggal

Kualitas tempat tinggal mempunyai arti penting dalam tolak ukur tingkat kesejahteraan suatu keluarga. Derajat kelayakan rumah diukur dari dua aspek yaitu kualitas fisik dan kualitas fasilitas. Kualitas fisik rumah diukur melalui jenis jenis atap terluas, jenis dinding terluas, jenis lantai terluas, dan luas lantai perkapita, sedangkan kualitas fasilitas rumah diukur melalui sumber air minum, sumber penerangan, dan ketersediaan fasilitas tempat BAB (BPS 2010).

(37)

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal

Keadaan Tempat Tinggal Jumlah (n) Persentase (%)

(38)

Kepemilikan Aset

Material aset merupakan sumber aset keluarga yang memiliki nilai ekonomi dan dapat digunakan untuk melindungi, merubah, mengkonsumsi, atau memproduksi/investasi (Deacon dan Firebaugh 1988). Aset ini terdiri dari lahan pertanian berupa kebun dan pekarangan, rumah, sawah, kolam, kendaraan, televise, kulkas, handphone, emas, dan hewan ternak seperti kambing, ayam, bebek/itik, kerbau/sapi dan ikan. Pada penelitian ini kepemilikan aset dalam keluarga dibagi atas: (1) Tidak punya, (2) Bawaan istri, (3) Bawaan Suami, (4) Dibeli bersama.

Berdasarkan kepemilikan aset pada Tabel 7, lebih dari separuh contoh (60,0%) memiliki kebun dengan status bawaan istri dan kurang dari separuh contoh (33,3%) merupakan bawaan suami, kebun yang merupakan bawaan istri biasanya merupakan warisan yang diberikan orangtua. Aset lain seperti pekarangan (33,3%), rumah (50,0%), televisi (56,7%) dan handphone (50,0%) merupakan barang yang dibeli bersama. Sebagian besar contoh tidak memiliki sawah (90,0%), kolam (90,0%), kulkas (90,0%), ayam (86,7%) dan ikan (83,3%).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset

Jenis Aset

Status Kepemilikan (%) Tidak Punya Bawaan Istri Bawaan

Suami

(39)

penting karena aset akan dapat membantu seseorang untuk lebih maju dan sebaliknya keterbatasan aset yang dimiliki akan berdampak pada kesulitan ekonomi dan stress pada keluarga.

Pendapatan Keluarga per Bulan

Deacon dan Firebaugh (1988), sumberdaya keuangan keluarga yang utama didapatkan dari pendapatan keluarga. Menurut Sumarwan (2002) pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya dalam mencari nafkah. Pendapatan keluarga merupakan jumlah dari seluruh pendapatan yang diperoleh keluarga. Pendapatan ini dapat berasal dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lain baik dari pekerjaan utama maupun sampingan. Besarnya pendapatan akan mempengaruhi daya beli keluarga tersebut.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan

No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%)

Rata-rata (Rupiah) 1 485 933,33

Minimum 340 000,00

Maksimum 4 500 000,00

Standar deviasi 1 175 855,05

Kategori pendapatan keluarga perbulan berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur 2011 (Rp 810 371,00)

(40)

Pendapatan per kapita merupakan gambaran kemampuan konsumsi untuk setiap anggota keluarga. Pendapatan per kapita merupakan indikator penting dalam pembangunan suatu negara karena pendapatan per kapita ini dapat menentukan pendapatan yang layak untuk mencukupi kebutuhan minimal. Pendapatan per kapita per bulan diperoleh melalui hasil pembagian antara pendapatan keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh contoh (40,0%) memiliki pendapatan per kapita per bulan sebesar ≤ Rp202.438,00 dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp381.111,90. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita

No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%) 1. ≤ 202 438,00 12 40,0 2. 202 439,00-404 876,00 9 30,0

3. 4.

404 877,00-607 314,00 > 607 315,00

4 5

13,3 16,7

Rata-rata (Rupiah) 381 111,90

Minimum 68 000,00

Maksimum 1 700 000,00

Standar deviasi 378 056,46

Kategori pendapatan per kapita berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun 2010 (Rp 202 438)

(41)

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan dan besar keluarga

No. Rata-rata pendapatan/kapita/bulan

Pengeluaran dapat digunakan sebagai indikator pendapatan keluarga yang dapat menggambarkan kondisi keuangan keluarga (Sumarwan 2002). Kondisi pengeluaran lebih besar daripada pendapatan adalah hal yang wajar karena pendapatan bukan bukan satu-satumya sumberdaya keluarga yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya dengan cara meminjam atau berhutang. Lebih dari separuh contoh (63,3%) memiliki pengeluaran dengan selang Rp810.372,00 - Rp1.620.742,00 dan rata-rata pengeluaran keluarga per bulan sebesar Rp1.513.366,67. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan

No. Pengeluaran (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%)

Rata-rata (Rupiah) 1 513 366,67

Minimum 758 000,00

Maksimum 4 358 000,00

Standar deviasi 845 911,07

Kategori pengeluaran keluarga perbulan berdasarkan UMR Kabupaten Cianjur 2011 (Rp 810 371,00)

(42)

keluarga tersebut dapat dikatakan sejahtera. Garis kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun 2010 yaitu sebesar Rp202.438,00. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (60%) memiliki pengeluaran per kapita sebesar Rp202.439,00 hingga Rp404.876,00 dan rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp364.807,38. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh memiliki pengeluaran per kapita diatas garis kemiskinan. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita

No. Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (n=30) Persentase (%)

Kategori pengeluaran per kapita berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur tahun 2010 (Rp 202 438)

Perbandingan Pendapatan dan Pengeluaran Per kapita

Berdasarkan hasil penelitian, hampir tiga perempat contoh (70,0%) memiliki pendapatan per kapita yang lebih kecil daripada pengeluaran per kapita (Tabel 13), dan kondisi ini menyebabkan mereka berusaha memenuhi kebutuhan dengan cara berhutang. Sepertiga contoh (30,0%) memiliki pendapatan per kapita yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran per kapita. Pendapatan dan pengeluaran per kapita ini cenderung dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota keluarga, anggota keluarga yang semakin banyak, maka akan memiliki pendapatan dan pengeluaran per kapita yang lebih sedikit.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan perbandingan pendapatan dan pengeluaran per kapita

(43)

Pengeluaran Pangan dan Nonpangan

Pengeluaran keluarga terdiri dari dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan dan nonpangan. Pengeluaran pangan yaitu pengeluaran yang dialokasikan untuk kebutuhan makanan sehari-hari seperti makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman, dan jajanan lainnya, sedangkan pengeluaran nonpangan dialokasikan untuk kebutuhan di luar kebutuhan pangan seperti pendidikan, bahan bakar, pakaian, kesehatan, dan keperluan pertanian. Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran untuk pangan contoh sebesar Rp1.129.650,00 sedangkan untuk nonpangan sebesar Rp383.716,67. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan pangan jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan untuk non pangan. Rahardjo (2000) menyatakan bahwa keluarga yang berpendapatan rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk pangan dan membeli pangan dengan harga yang lebih murah. Pada keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan membeli pangan dengan harga yang lebih mahal dan mengalokasikan pengeluaran non pangan lebih besar. Oleh karena itu besarnya proporsi pengeluaran untuk pangan dapat dijadikan sebagai indikator kesejahteraan keluarga.

(44)

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan nonpangan Pengeluaran Keluarga Rata-rata ± std

(Rp) perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi gender yang merupakan prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi 1999). Pada penelitian ini, pembagian peran gender yang diteliti adalah pembagian peran gender dalam aktivitas domestik dan publik yang termasuk didalamnya manajemen keuangan usaha tani.

(45)

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas domestik

No Pernyataan Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 Modus

Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri saja 6. Lainnya

Pembagian peran gender dalam aktivitas domestik, publik dan manajemen usaha tani yang dikategorikan rendah, sedang, dan tinggi menjelaskan bahwa : 1) Kerjasama rendah artinya baik suami atau istri kurang melakukan kerjasama dalam aktivitas domestik, publik maupun manajemen, contoh: pada pekerjaan domestik memasak dilakukan oleh istri saja dan pada pekerjaan publik menanam tanaman di kebun dilakukan oleh suami saja; 2) Kerjasama sedang artinya suami dan istri mulai melakukan kerjasama namun masih didominasi oleh salah satunya, misalnya suami dan istri sama-sama ikut mengontrol keuangan usaha tani, namun suami lebih dominan; 3) Kerjasama tinggi artinya suami dan istri melakukan kerjasama secara bersama atau melakukan secara bersama-sama, contohnya suami dan istri bersama-sama memutuskan membelanjakan uang usaha tani.

(46)

Artinya, masih terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri dalam semua kegiatan tugas dalam rumahtangga atau kegiatan domestik, meskipun masih ada salah satu yang dominan. Pembagian peran keluarga contoh cukup seimbang meskipun cenderung dilakukan oleh istri. Keterlibatan suami dalam urusan rumahtangga sangat diharapkan untuk meringankan tugas istri. Salah satu faktor yang mempengaruhi seorang suami ikut berpartisipasi dalam pekerjaan rumahtangga adalah pandangan gender yang dianut oleh suami. Menurut William dan Best (1990) pandangan peran gender merupakan kepercayaan normatif tentang bagaimana seharusnya penampilan seorang laki-laki atau perempuan, apa yang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki atau perempuan, dan bagaimana keduanya berinteraksi.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas domestik*

Peran gender Jumlah (n=30) Skor Rendah (< 33,3) 8 26,7

Sedang ( 33,4-66,7) 20 66,6

Tinggi (>66,7) 2 6,7

Rata-rata (skor) 48,1

Minimum 28,9

Maksimum 71,1

Standar deviasi 12,9

*Skala di tabel 15 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1; 6=0

Peran Gender dalam Aktivitas Publik

(47)

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam aktivitas publik

Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri saja 6. Lainnya

Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan-kegiatan di pekarangan seperti menanam tanaman (43,3%), memberi pupuk (36,7%), dan pemanenan (36,7%) lebih dominan dikerjakan oleh istri, sedangkan menyiangi tanaman (50,0) dan memasarkan hasil (36,7%) lebih banyak dilakukan oleh istri saja (Tabel 17). Kegiatan yang lebih banyak dilakukan oleh suami yaitu mempersiapkan lahan, sedangkan membeli bibit dilakukan oleh suami dan istri (23,3%) dan suami saja (23,3%). Kegiatan membersihkan bunga (43,3%) dan mengikat atau mengemas bunga (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh lainnya yaitu seperti tengkulak.

(48)

(53,3%), memberi pupuk (53,3%), penggunaan alat pertanian di kebun (73,4%) lebih banyak dilakukan oleh suami saja.

Kegiatan lain seperti menanam tanaman (36,7%) dilakukan oleh suami dan istri secara bersama-sama, menyiangi tanaman (46,7%) dilakukan oleh suami secara dominan, sedangkan pemanenan (36,7), membersihkan sayuran (43,3%), mengikat atau mengemas sayuran (40,0%) lebih banyak dilakukan oleh lainnya seperti tengkulak. Kegiatan memasarkan hasil kebun masing-masing 36,7 persen banyak dilakukan oleh suami saja dan oleh tengkulak. Hal ini senada dengan hasil penelitian Gustina (2011) yang menyatakan bahwa peran publik lebih dominan dilakukan oleh suami. Berdasarkan Levy dalam Megawangi (1999) salah satu syarat strukutural agar keluarga sebagai sebuah sistem dapat berfungsi maka harus ada diferensiasi peran dari serangkaian tugas dan aktivitas yang dilakukan dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, sudah terdapat alokasi diferensiasi peran antara suami dan istri dalam melakukan aktivitas publik dan domestik, sehingga kerjasama dalam struktur keluarga sudah dapat dikatakan setara dan seimbang.

Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh istri di pekarangan biasanya adalah aktivitas yang tidak terlalu sulit, sedangkan aktivitas yang dilakukan oleh suami di kebun, biasanya merupakan aktivitas yang memerlukan tenaga yang lebih besar. Aktivitas yang biasa dilakukan di pekarangan dan kebun dapat dilihat pada Lampiran 4. Selain itu alat yang biasa digunakan di pekarangan adalah perkakas ringan untuk merawat bunga, sedangkan di kebun biasanya perkakas yang lebih berat yang biasa digunakan untuk mengolah tanah dalam luas lahan yang lebih besar (Lampiran 5).

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran gender dalam aktivitas publik*

Peran gender Jumlah (n=30) Skor

Rendah (< 33,3) 3 10,0

Sedang ( 33,4-66,7) 27 90,0

Tinggi (>66,7) 0 0,0

Rata-rata (skor) 46,2

Minimum 28,3

Maksimum 73,0

Standar deviasi 8,4

*Skala di tabel 17 di recode: 1=1 ; 2=2; 3=3; 4=2; 5=1; 6=0

(49)

kategori sedang (Tabel 18). Artinya, pembagian peran gender dalam aktivitas publik sudah terdapat kerjasama antara suami dan istri meskipun masih ada salah satu yang dominan. Dalam aktivitas publik di pekarangan lebih banyak dilakukan oleh istri, sedangkan kegiatan tani di kebun, lebih banyak dilakukan oleh suami. Menurut Megawangi (1999) pembagian kerja antara anggota keluarga (laki-laki

dan perempuan) dalam keluarga inti menunjukkan adanya “diferensiasi peran gender” yang merupakan suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga

inti. Becker (1965) diacu dalam Rohaeni dan Lokollo (2005) menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota rumahtangga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Perempuan akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumahtangga, sedangkan laki-laki banyak mengalokasikan waktu untuk pekerjaan mencari nafkah.

Pembagian peran sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam menjalankan fungsi keluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga. Berkaitan dengan gender dan pemenuhan hidup, diketahui adanya kerjasama antara perempuan dan laki-laki di tingkat keluarga dan masyarakat (Bappenas 2008). Dalam aktivitas publik terdapat juga pembagian tugas dalam manajemen keuangan usaha tani. Hasil penelitian pada Tabel 19 menunjukkan bahwa kegiatan mengelola uang usaha tani (33,3%) lebih banyak dilakukan oleh suami saja.

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam manajemen keuangan usaha tani Keterangan : 1. Suami saja 2.Suami dominan 3.Suami dan Istri 4. Istri dominan 5. Istri

saja

Gambar

Tabel 1 Penelitian pendahulu terkait topik penelitian
Gambar. 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh
Tabel 2 Jenis data, peubah, contoh, alat dan cara pengukuran, skala data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perguruan tinggi melaporkan kegiatan dalam bentuk kompilasi hasil penelitian dosen setiap tahun sesuai dengan RIP kepada Dit.Litabmas.. Perguruan tinggi melaporkan

Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka pelaksanaan pembukaan file dokumen penawaran ini dapat di deskripsi dengan baik serta dinyatakan memenuhi syarat dan sah, dan

Dan juga dalam REBT teknik ABCDE ini konselor menggunakan dua teknik yaitu: teknik self-talk dan Rational-emotive imagery (REI). Adapun yang dimaksud dengan

Jika tidak seperti itu, maka perintahnya dan larangan itu tidak akan bisa difahami, dan sihir termasuk apa yang dilarang dari hambanya dari keturnan adam, maka

Adalah hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita kenal dengan yang kita kenal dengan istilah fertili.. istilah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam pupuk dan frekuensi penyiraman POC yang efisien pada budidaya tanaman tomat cherry dalam polybag,

Jumlah bakteri pada standard pool (Gambar 2.), berdasarkan pewarnaan gram adalah sebanyak 19 dengan jumlah paling banyak yaitu gram negatif sebanyak 11 (57,89 %) dan

Pendekatan maqasid syariah dilihat relevan kerana memfokuskan tindakan yang perlu dipraktikkan dalam penjagaan akal dalam pelbagai situasi dan keadaan (Azman Ab