• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Kinerja Alat Elektroni Logbook (E-Logbook) perikanan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Kinerja Alat Elektroni Logbook (E-Logbook) perikanan."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan laut Indonesia memiliki potensi sumber daya ikan dan

keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi tersebut merupakan suatu modal yang seharusnya dapat membangun kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan Indonesia. Pemerintah yang mengatur segala perundang-undangan perairan harus mendukung dan memfasilitasi nelayan dalam mengembangkan potensi kegiatan usaha penangkapan ikan yang efektif dan efisien.

Salah satu hal yang dapat membantu nelayan dalam usaha kegiatan penangkapan ikan adalah dengan menyediakan data statistik pendugaan stok ikan yang akurat dan relevan. Hal tersebut akan membantu para nelayan dari segi efektifitas kegiatan dan efisiensi waktu penangkapan ikan serta menekan biaya operasional, sehingga keuntungan yang diperoleh nelayan akan lebih tinggi. Pemerintah Indonesia saat ini menerapkan program logbook perikanan dalam pengumpulan data pendugaan stok ikan, yakni pencatatan jenis tangkapan ikan, jumlah tangkapan ikan, posisi/lokasi tangkapan ikan dan waktu tangkapan. Namun, program logbook perikanan tersebut memiliki kekurangan dari segi kontinuitas pencatatan data karena sangat tergantung pada kondisi observer di lapangan.

(2)

berbasis komputer, sehingga menghasilkan data output diantaranya jenis tangkapan ikan, jumlah tangkapan ikan, posisi/lokasi tangkapan ikan, waktu tangkapan, kedalaman perairan dan juga dapat mengukur langsung suhu perairan.

E-logbook terus dikembangkan untuk memudahkan proses pencatatan data pendugaan stok ikan di Indonesia yang masih menggunakan program logbook

secara manual.

Pengujian kinerja e-logbook perlu dilakukan untuk mengukur ketepatan dan ketelitian dari setiap elemen alat dan sensor yang digunakan dalam sistem alat tersebut. Alat e-logbook tersebut secara keseluruhan perlu diuji sejauh mana penggunaannya dalam memudahkan proses pencatatan data pendugaan stok ikan, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan potensi usaha penangkapan dan pengelolaan sumber daya ikan di Indonesia.

Pengujian alat elektronik logbook (e-logbook) di lapangan diharapkan menjadi tolak ukur keberhasilan sistem kerja alat tersebut. Hal tersebut dapat menjadi rekomendasi penggunaan e-logbook dalam program pencataan data stok ikan di Indonesia menggantikan sistem logbook manual yang sekarang masih digunakan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengujian kinerja alat elektronik

(3)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Sumber Daya Perikanan laut di Indonesia

Indonesia memiliki potensi perikanan yang tinggi sebagai negara

kepulauan, hampir dua pertiga wilayahnya adalah lautan. Luas lautnya sekitar 3,1 juta km2, terdiri dari perairan laut nusantara 2,8 juta km2, perairan laut teritorial 0,3 km2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), maka secara keseluruhan luas perairan laut Indonesia adalah 5,8 juta km2

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sangat besar.

. Garis pantai yang dimiliki Indonesia mencapai 81.800 km (Nurjaya, 2001). Menurut Sistem Informasi Diseminasi Data Statistik Kelautan dan Perikanan (SIDATIK), Kementrian Kelautan dan Perikanan (www.statisik.kkp.go.id) volume produksi perikanan tangkap di laut Indonesia tahun 2011 mencapai 5.034.679 ton.

(4)

Menurut data Direktur Jendral Perikanan (1995), potensi lestari sumber daya perikanan tangkap di laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,7 juta ton dengan rincian 4,4 juta ton di perairan laut teritorial dan perairan Laut Nusantara, serta 2,3 juta ton di perairan laut ZEEI. Penyebaran potensi sumber daya ikan di laut

teritorial dan Nusantara, yaitu 53,6 % berada di wilayah perairan Kawasan Timur Indonesia, yaitu 30,9 % di perairan Irian Jaya dan Maluku, 22,7 % di perairan sekitar pulau Sulawesi. Potensi sumber daya perikanan di perairan ZEEI, sebagian besar ada di ZEE Laut Hindia (Selatan Jawa dan Barat Sumatera), yakni sebesar 38,3 %, di Laut Cina Selatan sebesar 23,4 %, serta Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik (Utara Irian Jaya) sebesar 21,2 %.

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumber daya yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih. Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia, contohnya ekosistem pesisir hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, yang sangat luas dan beragam.

2.2. Kondisi Perikanan di Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu merupakan ekosistem laut di Perairan utara Jakarta, Wilayah Perairan Kepulauan Seribu didominasi oleh ekosistem terumbu karang, padang lamun dan daratan pulau-pulau karang yang menjadi habitat penting berbagai jenis biota perairan laut (Sachoemar, 2008).

(5)

21-40% merupakan nelayan tangkap konsumsi yang melakukan penangkapan di sekitar ekosistem terumbu karang. Antara 69-92% nelayan dari 5 kelurahan (Pulau Panggang, Pulau Kelapa, Pulau Pari, Pulau Harapan dan Pulau Untung Jawa) mengatakan hasil tangkapan telah menurun. (Yayasan Terumbu Karang Jakarta, 2009).

Pada tahun 2000, produksi perikanan laut dan hasil tangkapan lokal di wilayah Jakarta Utara sebesar 57.260.269 kg dengan nominal Rp. 97.267.048.675. Hal ini mengalami penurunan produksi jika dibandingkan dengan tahun 1999 sebesar 63.091.645 kg atau turun sebesar 9,2%. Penurunan produksi tersebut disebabkan karena terjadinya overfishing di perairan Teluk Jakarta akibat padatnya armada perikanan yang beroperasi (Widodo dan Suadi, 2008).

Pada tahun 2004, produksi perikanan laut di Kepulauan Seribu dapat mencapai 2.838,80 ton per tahun dengan jumlah nelayan telah mencapai 10.442 orang. Pada tahun 2007, jumlah armada penangkapan ikan yang ada adalah 1.289 dengan jumlah kapal motor sebanyak 899 unit dan yang lainnya terdiri dari motor tempel, perahu layar, dan sampan/jukung sebanyak 370 unit

(www.statistik.kkp.go.id).

2.3. Pendugaan Stok Ikan

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan nilai dasar status pemanfaatan sumberdaya ikan. Hasil kajian yang telah dilakukan

(6)

Stok ikan merupakan angka yang menggambarkan suatu nilai dugaan besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu tertentu (Carvalho and Hauser, 1995). Mengingat ikan merupakan hewan yang bersifat dinamis yang senantiasa melakukan perpindahan (migration) baik untuk mencari makan atau memijah, maka sangat sulit tentunya untuk menentukan jumlah biomassnya. Namun demikian peneliti biologi perikanan telah menghasilkan terobosan pendekatan untuk menghitung jumlah stok ikan.

2.3.1. Metode Pendugaan Stok Ikan

Kegiatan pendugaan stok ikan disebut sebagai fish stock assessment dan metode yang digunakan disebut stock assessment methods. Leonart (2002) menyatakan bahwa stock assessment merupakan suatu kegiatan pengaplikasian ilmu statistika dan matematika pada sekelompok data untuk mengetahui status stok ikan secara kuantitatif untuk kepentingan pendugaan stok ikan dan alternatif kebijakan ke depan.

Secara umum kegiatan pendugaan stok ikan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok utama yaitu :

1. Metode Tidak Langsung (Indirect), yang terdiri dari pendekatan analitik dan pendekatan Production Model. Metode tersebut digunakan untuk menduga ikan dengan memanfaatkan data time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan.

(7)

trawl, akustik (Echosounder), metode produksi telur harian (Daily Egg Production Method) dan pencacahan langsung dengan penyelaman.

3. Metode penandaan (Marking), yaitu pengkajian stok yang dilakukan dengan cara memberikan tanda (tag) pada ikan kajian.

4. Pendekatan ekologi (Ecological Approach), metode ini merupakan

pengembangan metode tidak langsung yang mengkaitkan pengaruh interaksi biologi antar jenis (ekologi dan teknologi) pada perikanan multijenis.

2.3.2.

Kecermatan dan ketepatan dalam menduga besarnya stok sumberdaya di laut merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan sumberdaya ikan. Kesalahan dalam menduga akan berakibat fatal terhadap sumberdaya yang ada. Kesalahan pendugaan yang melebihi stok yang ada akan mempercepat terkurasnya sumberdaya ikan (over estimate). Hal tersebut terjadi karena sistem pendataan penangkapan ikan lebih tinggi dibandingkan sumberdaya yang ada, sehingga terjadi eksplorasi sumberdaya ikan yang berlebihan.

Dampak kesalahan pendugaan stok

Dampak yang mungkin ditimbulkan akibat kesalahan dalam pendugaan stok ikan ternyata sangat besar, agar hal tersebut tidak terjadi dalam pengelolaan perikanan Indonesia, maka Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) harus segera mengambil langkah perbaikan. Hal ini penting mengingat pendugaan stok sumberdaya ikan yang tepat dan akurat akan menjadi kunci keberhasilan

pembangunan perikanan ke depan. Hal tersebut tidak akan terwujud jika

(8)

pembangunan perikanan akurat, beberapa langkah strategis sebaiknya dilakukan pemerintah.

Mengingat kegiatan pengkajian stok sumberdaya ikan sangat mahal dan 1). Perbaikan jumlah dan sistem anggaran

memerlukan kesinambungan, maka pemerintah sejak sekarang perlu membuat anggaran dana yang cukup untuk kegiatan pengkajian stok ikan. Kegiatan tersebut harus terprogram, jelas dan berkesinambungan. Kegiatan survei (seperti

pengkajian stok ikan) memerlukan data berkesinambungan dan tidak dibatasi dengan tahun anggaran. Pengalaman mengatakan bahwa keterbatasan waktu karena keterlambatan turunnya dana dan berakhirnya suatu kegiatan

mengharuskan pengelola kegiatan mengejar (hanya) laporan administrasi kegiatan saja.

Hal lain yang perlu dibenahi selain pendanaan dan sistem penganggaran (melibatkan instansi lain) yang berhubungan dengan pengkajian stok ikan ini adalah perbaikan kualitas data perikanan. Hal ini dikarenakan banyaknya

pengkajian stok yang didasarkan pada data sekunder tersebut. Nilai data akan baik dan akurat apabila dikelola secara profesional. Petugas yang mengelola data perikanan harus diberikan pendidikan khusus dan jabatan fungsional yang layak. 2). Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang perikanan

(9)

Setelah SDM nya ditata, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan wadah SDM itu sendiri, yaitu sistemnya. Sistem pendataan yang ada sekarang, sebagian besar masih dilakukan secara manual, di sisi lain pendataan dilakukan dengan menggunakan formulir yang kadangkala tidak seragam antar daerah. Formulir isian dibuat menurut selera daerah masing-masing, sehingga penggabungan data antar daerah sering menemui kesulitan. Koordinasi antar lembaga dan daerah tentang pendataan ini juga masih sangat lemah. Berpijak pada kondisi ini KKP harus mulai memikirkan membentuk lembaga independent seperti instansi seperti Japan Fisheries Information Center (JAFIC) yang secara khusus menangani data perikanan. Lembaga ini berfungsi untuk membuat metode, mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan produk data perikanan kepada pengguna. Keterangan di atas berdasarkan informasi dari (Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut, 1998)

2.4. Logbook Perikanan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dijelaskan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua proses upaya yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan alokasi sumberdaya ikan dan implementasinya serta penegakan hukum dari peraturan perundangan di bidang perikanan

(10)

2.4.1. Logbook Manual

Salah satu strategi pengumpulan data yang benar dan relevan tersebut adalah dengan menerapkan program logbook dan menempatkan observer yang mengamati langsung, mencatat, dan melaporkan kegiatan penangkapan ikan. Strategi sifatnya rutin dan dalam jangka waktu panjang (long-term observation

Tujuan pelaksanaan program logbook :

)

- logbook sebagai landing declaration dari nakhoda, atau surat pernyataan mengenai ikan yang dibawa ke pelabuhan perikanan.

logbook perikanan mendukung pendataan statistik perikanan (wilayah

penangkapan, jenis ikan, volume).

logbook perikanan mencatat data ijin penangkapan (alat tangkap), data

registrasi kapal (lxbxd; Power), pelabuhan pangkalan.

• Mendukung evaluasi dan analisa pengelolaan SDI (fishing capacity, efficiency

fishing, musim penangkapan kaitannya dengan open and close session dan konervasi), (www.wwf.or.id).

Data statistik yang dilaksanakan berbasis pendaratan adalah jenis data paling populer karena telah dilaksanakan selama puluhan tahun dan hasilnya menjadi acuan dan dasar pertimbangan dalam berbagai kebijakan perikanan. Data yang berbasis pendaratan tersebut memiliki banyak kelemahan. Mencatat contoh populasi (sampling) dan bukan sensus akan menyebabkan kita harus

(11)

memiliki kelemahan tidak bisa menampilkan informasi daerah penangkapan ikan secara spesifik dan akurat (Dirjen Perikanan, 1995).

Tabel 1 adalah contoh logbook manual dengan data posisi lintang dan posisi bujur di atas ini didapat dari kapal purse seine berpangkalan di PPI Bajomulyo, hasil kegiatan Magang Layar Mahasiswa Perikanan Universitas Diponegoro Program Studi PSP Angkatan 1997 dan 1998 Tahun 2001–2002. Tabel 1. Contoh Kertas Logbook KKP Sumber : Kapal Purse Seine PPI Bajomulyo Tahun 2001-2002

2.4.2. Elektronik Logbook (E-logbook)

Elektronic logbook merupakan sebuah sistem yang beperan untuk merekam data berbasis komputer untuk data-data yang bersifat kompleks. Elektronik logbook merupakan teknologi yang dibuat untuk menggantikan

(12)

perikanan ini mempunyai tujuan untuk pemantauan aktifitas perikanan di

Indonesia dan mencegah adanya unreported fishing yang membuat pertumbuhan ekonomi dalam dunia perikanan menurun.

Elektronic logbook adalah sistem penjejakan (tracking system) yang hanya memberikan informasi mengenai kapal yang membawa peralatan

transmitter. Kapal yang tidak berijin dan kapal lain yang tidak dilengkapi dengan

transmitter yang sesuai tidak dapat terpantau oleh e-logbook. Teknologi e-logbook

yang berbasis satelit, meliputi tiga komponen penting yang merupakan subsistem yaitu:

1. sebuah transmitter atau transceiver yang dipasang di kapal perikanan untuk menunjukkan posisi kapal,

2. Medium transmisi/sistem komunikasi yaitu sistem satelit sebagai wahana untuk mentrasmisikan informasi posisi kapal dari kapal perikanan ke Fisheries Monitoring Center,

3. Fisheries Monitoring Center (FMC) untuk menerima, menyimpan,

(13)

2.5. Penentuan Posisi menggunakan Global Positioning System (GPS)

GPS dapat dikatakan sebagai sistem radio navigasi dan penentuan posisinya menggunakan satelit. Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah dengan melakukan pengamatan terhadap beberapa satelit secara simultan, dan tidak hanya satu satelit saja, seperti halnya menentukan posisi pada bidang datar yaitu membaring beberapa benda acuan/objek baringan (Abidin, 2001).

Sistem GPS mulai direncanakan sejak tahun 1973 oleh angkatan udara Amerika Serikat (Easton, 1980), dan pengembangannya sampai sekarang ini ditangani oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dibawah lembaga yang dinamakan Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System

(NAVSTAR), dan sistem yang dimiliki oleh Rusia dengan nama GLONASS singkatan dari Global Navigation Satellite System. Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan dalam tiga dimensi dan juga informasi mengenai waktu secara kontinu di seluruh dunia.

Sinyal GPS mengandung tiga informasi yaitu kode pseudorandom, data

(14)

code dari GPA penerima. Lebar frekuensi (Bandwidth) yang dibutuhkan untuk mentransmisikan pseudo random code sekitar 1 MHz, sehingga transmisi sinyal GPS ditransmisikan pada gelombang 20 cm atau sekitar 1,2 – 1,5 GHz

2.6. Standar Interface GPS (NMEA-0813)

Kompabilitas berbagai chipset dengan produsen berbeda membuat sebuah standar kalimat yang dikeluarkan oleh sebuah chipset GPS. Sampai saat ini standar kalimat tersebut biasa disebut standar NMEA-0813. Standar NMEA memiliki banyak jenis bentuk kalimat laporan, yang diantaranya berisi data koordinat lintang (latitude), bujur (longitude), ketinggian (altitude) waktu sekarang standar UTC (UTC time), dan kecepatan (speed over ground) (Iqbal, 2011). Umumnya NMEA-0813 menggunakan komunikasi RS232 sebagai jalur komunikasi dengan perangkat luar seperti computer atau mikrokontroler dengan beberapa kecepatan (baud rate) yang biasanya dapat diatur. Jenis kalimat NMEA-0183 yang umum digunakan dapat dilihat pada Table 2.

Tabel 2. Jenis Kalimat NMEA yang umum digunakan

Kalimat Deskripsi

$GPGGA Meminta fixed data dari GPS

$GPGLL Meminta posisi latitude dan longitude

$GPGSA GNSS DOP and active satellites

$GPGSV GNSS satellites yang tertangkap

$GPRMC Recommended minimum specific GNSS data

(15)

tersebut, pada beberapa perancangan tidak digunakan karena NMEA dirancang dengan kebutuhan umum pengguna sehingga dengan satu atau lebih kalimat NMEA sudah dapat menyelessaikan masalah yang ingin diselesaikan. (http://www.mikron123.com)

2.7. Mikrokontroler sebagai Pusat kendali dalam Rancang Bangun Alat

E-Logbook

Mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data. Mikrokontroler merupakan komputer di dalam chip yang digunakan untuk mengontrol peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya. Secara harfiahnya bisa disebut “pengendali kecil” dimana sebuah sistem

elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen

pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat dikurangi dan akhirnya terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler ini (http://www.kelas-mikrokontrol.com/)

Mikrokontroler adalah versi mini atau mikro dari sebuah komputer karena mengandung beberapa peripheral yang langsung bias dimanfaatkan. Mikrokontroler memiliki port parallel, port serial, komparator, konversi digital ke analog (DAC), konversi analog ke digital (ADC) dan sebagainya hanya

(16)

Mikrokontroler AVR merupakan mikrokontroler keluaran perusahaan ATMEL

coorporation yang memiliki arsitektur RISC 8 bit, semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam satu siklus instruksi

clock. AVR dikelompokkan ke dalam 4 kelas, yaitu ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega, dan keluarga AT86RFxx. Kelas yang membedakan satu sama lain adalah ukuran onboard memori, onboard peripheral dan fungsinya. Segi arsitektur dan instruksi yang digunakan semua kelas ini bisa dikatakan hampir sama.

Mikrokontroller merupakan sebuah mikroprosessor (Central Procesing Unit,CPU) yang dikombinasikan dengan I/O dan memori (Read Only Memory, ROM) dan (Random Acces Memory, RAM. Berbeda dengan mikrokomputer yang memiliki bagian-bagian tersebut secara terpisah, mikrokontroller dapat

mengkombinasikan bagian-bagian tersebut dalam tingkat chip.

AVR ATmega8535 merupakan seri mikrokontroler 8 bit yang berarsitektur RISC (Reduce instruction Set Computing). Inti AVR adalah

kombinasi berbagai macam instruksi dengan 32 register serba guna. siklus detak. Keuntungan dari arsitektur ini adalah kode program yang lebih efisien sementara keberhasilan keseluruhan sepuluh kali lebih cepat dibandingkan dengan CISC (Complex Instruction Set Computing) yang konvensional. Kelengkapan seri AVR antara lain disebutkan sebagai berikut :

a. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D.

(17)

d. CPU yang terdiri atas 32 buah register. e. Watchdog Timer dengan osilator internal. f. SRAM sebesar 512 byte.

g. Memori Flash sebesar 8 KB.

h. Unit interupsi internal dan eksternal. i. Port antarmuka SPI.

j. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.

k. interface komparator analog.

l. Port USART untuk komunikasi serial.

Kecepatan eksekusi ditentukan dari hasil pembangkitan detak pada blok osilator internal. Detak juga dipergunakan sebagai dasar pembangkitan timer, termasuk dalam fungsi timer tersebut adalah Pulse Width Modulation (PWM ) dan baudrate untuk komunikasi serial. Penggunaan fungsi timer dapat pula dimodekan sebagai sumber interupsi.

ATmega8535 dilengkapi dengan Analog to Digital Convertion (ADC) 10 bit dengan multiplek untuk 8 jalur masukan, dimana ADC dapat juga dipergunakan sebagai sumber interupsi. Pemilihan saluran dan proses konversi dilakukan dengan memberikan data pada register yang berkaiatan.

Kelengkapan lain adalah untuk fungsi komunikasi serial, dimana terdapat tiga format komunikasi yang dapat digunakan yaitu Universal

(18)

bergantung pada besarnya penggunaan sumber detak dan pengisian register yang berkaitan. Adapun susunan kaki mikrokontroler ATmega8535 ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Susunan Kaki ATmega8535

2.8. Modem GSM sebagai Pengirim dan Penerima Data

(19)

Sebuah modem GSM mendefinisikan sebuah antarmuka yang memungkinkan aplikasi komputer atau peralatan lain untuk mengirim dan mengirim pesan melalui interface modem. Agar dapat melaksanakan tugas ini, modem GSM harus mendukung sebuah extended perintah AT set seperti yang didefinisikan dalam spesifikasi GSM 07.05 dan ETSI dan 3GPP TS 27,005.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengujian alat elektronik logbook (e-logbook) ini dilakukan pada tanggal 15 Desember 2011 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Pengujian

(20)

Sebuah modem GSM mendefinisikan sebuah antarmuka yang memungkinkan aplikasi komputer atau peralatan lain untuk mengirim dan mengirim pesan melalui interface modem. Agar dapat melaksanakan tugas ini, modem GSM harus mendukung sebuah extended perintah AT set seperti yang didefinisikan dalam spesifikasi GSM 07.05 dan ETSI dan 3GPP TS 27,005.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengujian alat elektronik logbook (e-logbook) ini dilakukan pada tanggal 15 Desember 2011 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Pengujian

(21)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3.2. Alat dan Bahan

Rancang bangun e-logbook merupakan gabungan alat elektronik INOS- Data Loger dan GPS-Sounder. Alat elektronik tersebut disatukan secara sistem untuk menghasilkan data yang diperoleh dari GPS-Sounder kemudian data disimpan di INOS-Data Loger. INOS-Data Loger tersebut, selain berfungsi

sebagai penyimpanan data juga berfungsi sebagai pengirim data ke server melalui sistem satelit.

Komponen INOS-Data Loger yang dirilis oleh Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan terdiri dari mikrokontroler ATMEGA8535, modem GPRS, antena GSM, LCD dan keypad. GPS Sounder yang digunakan dalam rancang bangun e-logbook adalah GPS Sounder Map Garmin 585 Fishfinder. GPS Sounder tersebut dilengkapi dengan antena GPS dan transduser (Gambar 3).

(22)

3.3. Deskripsi Sistem Kerja Alat E-Logbook

Kerangka sistem rancang bangun alat e-logbook dipadukan antara INOS- Data Loger dan GPS Sounder Map Garmin 585 Fishfinder. Alur kerja sistem e-logbook ini diawali dengan input data pada GPS Sounder Map Garmin 585 Fishfinder berupa data lintasan kapal diperoleh dari titik koordinat (latitude dan

longitude) pada antena GPS melalui sistem satelit. Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya, GPS receiver akan menerima sinyal tersebut lalu diolah dan dikirimkan ke output port serial sebagai data keluaran. Status data keluaran tersebut akan valid apabila telah mendapat sinyal tetap dari minimal empat buah satelit (Nugroho, 2008). Data suhu dan kedalaman diperoleh dari sensor suhu dan kedalaman pada transduser dual frekuensi yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver gelombang akustik.

Mikrokontroler ATMEGA8535 yang terdapat di dalam sistem rancang bangun INOS-Data Loger menerima data dari GPS sounder. ATMEGA8535 menerima data dari GPS sounder dengan sistem komunikasi serial, yaitu

komunikasi data mikrokontroler dengan pengiriman data satu per satu sehingga menjadi satu baris data sebelum akhirnya diparsing oleh mikrokontroler. Sistem komunikasi serial menggunakan satu jalur kabel data, yaitu kabel data untuk pengiriman transmit pada GPS dan kabel data untuk penerimaan pada

mikrokontroler. ATMEGA8535 dilengkapi dengan fungsi komunikasi serial, dimana terdapat tiga format komunikasi yang dapat digunakan yaitu USART (Universal Synchronous and Asynchronous serial Receiver andTransmitter), SPI

(The Serial Peripheral Interface) dilihat pada Gambar 4.

(23)

Gambar 4. Alur Kerja Sistem Alat e-logbook

Data yang diterima mikrokontroler dalam bentuk kalimat NMEA-0183 yang dikeluarkan oleh GPS receiver yaitu data waktu (UTC time), posisi

koordinat (longitude/longitude), kecepatan kapal (knots) dan tanggal (ddmmyy) dengan format data $GPRMC. Data suhu diteruskan dengan format $SDMTW dan data kedalaman diteruskan dengan format $SDDBT. Data tersebut merupakan rekomendasi format data GPS National Marine Electronic Association (NMEA-0813) yang dikirimkan oleh GPS Sounder ke mikrokontroler. Mikrokontroler dikondisikan untuk melakukan parsing terhadap data mentah dari GPS, data yang dilewati hanya format $GPRMC, $SDMTW dan $SDDBT . GPS yang digunakan yaitu PMB-648 memiliki fasilitas komunikasi RS232 dan menggunakan standar komunikasi NMEA-0813 seperti halnya di atas.

Perintah NMEA yang digunakan untuk pembacaan posisi dan kecepatan serta tanggal dan jam UTC yaitu $GPRMC menghasilkan keluaran seperti berikut:

Keterangan keluaran tersebut di atas dapat dijelaskan pada Tabel 3.

$GPRMC merupakan header dari kalimat NMEA, artinya setelah $GPRMC hingga tanda akhir kalimat <CR><LF> merupakan satu bentuk kalimat NMEA dengan format dan urutan tertentu sesuai yang ditetapkan oleh standar. Pembatas antara data satu dan data yang lain dalam satu kalimat yaitu menggunakan tanda koma (“,”). Pembacaan kalimat NMEA tersebut oleh mikrokontroler dimulai

(24)

dengan mendeteksi header data yaitu $GPRMC kemudian urutan berikutnya adalah UTC Time, disambung oleh satu karakter status kemudian pembacaan

latitude disambung oleh satu karakter kemudian longitude disambung oleh satu karakter lagi baru kemudian pembacaan speed dan seterusnya berdasarkan urutan kalimat NMEA tersebut (Iqbal, 2011).

Tabel 3. Penjelasan NMEA $GPRMC

Nama Contoh Unit Penjelasan

Message ID $GPRMC RMC protocol header

UTC Time 161229.487 Hhmmss.ss

Status A A=data valid or V data tidak

valid

Latitude A3723.2475 ddmm.mmmm

N/S indicator N N=North atau S=South

Longitude 12158.3416 dddmm.mmmm

E/W indicator W E=East atau W=West

Speed Over Ground 0.13 Knots

Course Over Ground 309.62 Derajat True

Date 120598 Ddmmyy

Magnetic Variation Derajat E=east atau W=west

Mode A A=Autonomous, D=DGPS,

E=DR

Checksum *10

<CR><LF> Tanda Akhir

(25)

mikrokontroler mambaca kalimat keypad yang terdiri dari dua alur kalimat yaitu menu input dan menu GPS yang telah diparsing sebelumnya.

Pembacaan menu GPS yaitu kalimat NMEA-0813 yang diterima dari

receiver GPS tersebut akan langsung dikirimkan ke website, sedangkan pada menu input yang ditampilkan pada display LCD (Liquid Crystal Display) dilakukan scanning keypad yaitu input data manual oleh keypad berupa data jumlah ikan, berat ikan dan jenis ikan lalu dikirimkan ke website. Pengiriman kalimat data tersebut akan dikirimkan jika status “OK”, jika tidak sistem

pembacaan kalimat akan dikembalikan (looping) ke proses baca keyped. Diagram alir mikrokontroler dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram Alir Mikrokontroler GPS Sounder dan Data Loger

dinyalakan GPS dan Transduser pada GPS

(26)

Pengirimana data ke website melalui sistem GPRS yaitu meneruskan data baris kalimat dari sistem mikrokontroler ke tempat web server dengan menggunakan media transmisi GPRS. Data yang diterima web server tersebut akan disimpan di dalam database MYSQL dengan pemprograman PHP. Web client akan melakukan koneksi ke web server (Database MYSQL) untuk mengambil data terbaru yang disimpan di web server, lalu data tersebut ditampilkan di web client.

3.4 Uji Coba Alat E-logbook

Alat elektronik logbook (e-logbook) diujicobakan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI-Jakarta pada tanggal 15 Desember 2011. Uji coba lapangan tersebut dilakukan untuk mengukur sejauh mana fungsi keseluruhan sistem e-logbook dari segi ketelitian alat dan kemudahan penggunaan oleh nelayan sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam kegiatan penangkapan ikan. Pengujian alat e-logbook dilakukan pengambilan data lintasan kapal sekitar Pulau Pramuka dan Pulau Panggang sampai ke Pulau Karang Beras. Kapal yang digunakan adalah kapal motor dengan tipe kapal kurang dari 10 GT yang dominan di Kepulauan Seribu.

(27)

(2005) pemasangan transduser secara tradisional diletakkan pada bagian bawah badan kapal. Transduser diletakkan di atas lunas kapal agar alat tersebut

(28)

Gambar 6. Ilustrasi Instalasi Pemasangan Transduser di Kapal

Instalasi pemasangan transduser ditampilkan pada Gambar 6. Port pada GPS Map Garmin 585 disambungkan dengan antena GPS dan port lainnya disambungkan dengan port pada INOS-Data Loger, kemudian port lainnya pada INOS-Data Loger disambungkan dengan accu 17 AH dengan tegangan 12 Volt sebagai sumber energi utama bagi sistem e-logbook. Setelah tersambung, maka INOS-Data Loger akan menyala dan memberikan perintah “MOHON GPS SOUNDER DINYALAKAN”. E-logbook tersebut secara sistem sudah siap mengambil data input yang akan diterima langsug oleh server. Sinyal antena GPS sangat mempengaruhi pengiriman data input ke server.

3.5. Analisis Data

Analisis data lapangan yang diperoleh selama pengambilan data di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dapat diakses melalui website

Website tersebut dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan tim Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan FPIK-IPB.

Akurasi GPSMap pada alat e-logbook diujicoba dengan melakukan pengukuran di satu titik pada lokasi berbeda yang dipengaruhi gangguan sinyal satelit GPS yang diterima, dilihat dari jarak setiap plot selama 10 menit pada satu titik pengukuran. Analisis ketepatan dan efektifitas pengiriman data yang diterima website

(29)

diperoleh dari memori penyimpanan GPS Sounder dengan data yang diterima

website. Data posisi pada memori GPS receiver dan data posisi pada website

diolah menggunakan softwareArcGIS 10, sehingga dapat ditampilkan peta

(30)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pemasangan Alat E-Logbook di Lapangan

(31)

Gambar 7a. Pemasangan Komponen Alat e-logbook

Gambar 7b. Pemasangan alat e-logbook di kapal

4.2. Hasil Uji Coba Akurasi Posisi GPS

Pengujian akurasi ketelitian posisi yang dikeluarkan oleh GPS dilakukan dengan uji coba pengukuran pada titik tetap, dimana e-logbook diletakan pada titik tetap selama 10 menit dan melakukan pengukuran posisi secara terus-menerus. Percobaan ini dilakukan pada tiga titik yang berbeda yaitu di samping gedung, daerah terbuka dan di bawah pohon. Hal ini dilakukan untuk melihat nilai kesalahan posisi pembacaan yang dihasilkan akibat gangguan dari penerimaan sinyal GPS. Tabel 4 merupakan hasil uji coba pencatatan posisi GPS.

Tabel 4. Hasil Uji Coba Penentuan Posisi pada Titik Tetap

Titik Lintang Bujur

1 Maksimum -6033’29,59” 106043’27,6” (Samping Minimum -6033’30,53” 106043’24,9”

Gedung) Range (Meter) 28.86 m 82.14 m 2 Maksimum -6033’22,14” 106043’28,8” (Di Bawah Minimum -6033’22,61” 106043’27,9”

(32)

(Terbuka) Minimum -6033’27,29” 106043’54,7”

Range (Meter) 2.22 m 5.55 m

Lokasi pengukuran GPS yang berbeda bertujuan untuk melihat akurasi GPS yang digunakan pada komponen alat e-logbook. Pengukuran tersebut dilakukan di tiga tempat berbeda di sekitar Kampus IPB Dramaga, berhubungan dengan penerimaan satelit GPS dengan gangguan sinyal. Wilayah 1 merupakan lokasi titik pengukuran di dekat gedung, wilayah 2 titik pengukuran di bawah pohon, dan lokasi 3 titik pengukuran di lapangan terbuka (Tabel 4).

Pengukuran GPS dilakukan selama 10 menit di satu titik pada wilayah yang berbeda. Hasil ketiga titik tersebut memperlihatkan bahwa posisi yang dikeluarkan GPS memiliki nilai jarak maksimum 82,14 m terjadi pada wilayah terhalang gedung yang merupakan gangguan paling besar dari ketiga titik yang diuji, namun pada daerah terbuka (wilayah 1) kesalahan posisi minimum yaitu 2,2 m yang merupakan titik yang dianggap tidak memiliki gangguan sinyal. Wilayah 3 yang merupakan titik pengukuran di lapangan terbuka, penerimaan satelit lebih banyak yaitu 12 satelit dibandingkan dengan wilayah 1 dan wilayah yang

terhalang oleh gedung dan pohon, sehingga sinyal satelit yang diterima GPS pada wilayah 3 lebih konsisten dibandingkan pada wilayah 1 dan 2 (Gambar 8).

2

1

(33)

Gambar 8. Titik Pengukuran Hasil Uji Coba di Sekitar Kampus IPB

4.3. Deskripsi Data Hasil Alat E-Logbook

Data hasil pengukuran e-logbook merupakan data langsung yang

diterima server melalui sistem satelit (Modem GPRS). Data tersebut dapat diakses

melalui websitpage menu

yang ditampilkan yaitu profil kapal, data track kapal, dan data input ikan.

(34)

Gambar 9. Tampilan Peta Lintasan Kapal pada Website

Peta lintasan kapal pada Gambar 9 merupakan contoh samplingarea

pengambilan data menggunakan e-logbook di sekitar barat Gosong Pramuka melewati utara Pulau Panggang atau selatan Pulau Karya sampai sebelah utara Pulau Karang Beras. Simbol yang berbentuk seperti balon yang ada di peta adalah titik pengambilan data yang diterima oleh server di website. Titik-titik

(35)

lintasan sekitar barat Gosong Pramuka sampai utara Pulau Panggang atau selatan Pulau Karya. Perbedaan kerapatan data pada peta lintasan kapal tersebut karena alat e-logbook yang mengirim data ke server tergantung oleh sinyal yang diterima modem yang terdapat pada INOS-Data Loger dengan asumsi kecepatan kapal tetap. Sinyal pada Perairan sekitar barat Gosong Pramuka sampai utara Pulau Panggang lebih baik karena area tersebut lebih dekat dengan daratan yang disinyalir terdapat pemancar di beberapa pulau tersebut dibandingkan dengan sinyal pada perairan utara Pulau Karang Beras yang merupakan perairan terbuka.

Pege menu pada website

kapal dengan tiga pilihan menu yaitu profil kapal (Gambar 10a), data alat Tangkap (Gambar 10b), data track kapal (Gambar 10c), dan data input ikan (Gambar 10d). Page menu tersebut menampilkan data dari setiap titik- titik pada lintasan kapal yang terdapat di peta lintasan kapal. page menu pada website

tersebut dapat dilihat pada Gambar 10a, 10b, 10c, dan 10d.

(36)

Gambar 10b. Menu Daftar Alat Tangkap

Gambar 10c. Data Track Kapal

Gambar 10d. Page Menu Data pada Website Tampilan Page menu pada (Gambar 10a) yang pertama adalah menu Profil Kapal, menu tersebut terdiri dari data umum dan data alat tangkap yang diisi sesuai dengan profil masing-masing kapal sesuai dengan identitas alat e-logbook (id alat) yang digunakan. Menu Profil Kapal tersebut diisi oleh pengelola

website setelah mendata kapal yang menggunakan alat e-logbook.

(37)

alat, tanggal (dd/mm/yy), Jam(GMT+7), Latitude (desimal degree), Longitude (decimal degree), suhu, kedalaman dan kecepatan kapal (knot). Nomor (No) merupakan nomor data yang diterima oleh server pada website, penomoran tersebut sesuai dengan id alat e-logbook yang digunakan pada kapal yang telah diprogram, id alat e-logbook yang digunakan dalam pengujian ini adalah id alat 17. Tanggal pengambilan data ditampilkan pada data tanggal. Kalimat data tanggal yang benar adalah sesuai dengan format kalimat yang diprogram pada website yaitu (dd/mm/yy), contoh data tanggal yang sesuai pada nomor “4369” yaitu

Data kedalaman dan kecepatan pada website (Gambar 10d) di atas kosong disebabkan oleh pengiriman kalimat data dari mikrokontroler mengalami gangguan. Gangguan tersebut menyebabkan kalimat data yang dikirimkan ke

website menjadi terpotong atau tertimpa karena pengaruh sinyal yang buruk atau (21/02/12). Data tanggal yang lain tidak sesuai dengan format kalimat disebabkan oleh kesalahan pengiriman format data dari mikrokontroler ATMEGA8535.

pemasangan kabel/komponen yang tidak sesuai pada bagian pengantarmukaan GPSMap dengan mikrokontroler. Hal ini juga disebabkan karena pemorgraman sistem pengiriman data pada mikrokontroler yang belum sesuai dengan sistem kerja setiap komponen pada alat e-logbook.

(38)

melakukan kegiatan penangkapan ikan. Proses pengiriman data input ikan tersebut sama seperti data yang dikirimkan oleh GPSMap.

Sistem alat e-logbook dilengkapi dengan memori penyimpanan data pada GPSMap Sounder sebesar 4 GB. Memori tersebut dapat menyimpan data

GPSMap Sounder yang diterima setiap 3-5 menit sekitar 30 hari. GPSMap Sounder akan selalu menyimpan data awal walaupun kalimat data tersebut gagal dikirimkan ke website karena tidak mendapatkan sinyal.

4.3. Perbandingan Data Lintasan Kapal pada Memori GPS dan Data

Lintasan Kapal pada Website

Peta posisi lintasan kapal pada (Gambar 11) menunjukan perbandingan hasil perolehan data posisi (latitude dan longitude)yang disimpan pada GPSMap Sounder Garmin 585 dengan data yang diterima website. Data posisi lintasan kapal hasil pengukuran GPS Sounder disimpan dalam memori data penyimpanan pada GPS receiver. Data tersebut adalah data input awal yang akan dikirimkan ke

website melalui sistem GPRS, sehingga jika dibandingkan dengan data yang diterima oleh website, dapat mengukur akurasi pengiriman data ke website.

Perbedaan kesesuaian pola dan kerapatan data posisi lintasan kapal dari data yang diterima website dengan pola lintasan kapal dari data memori GPS Sounder karena alat e-logbook yang mengirim data ke server tergantung oleh sinyal yang diterima modem GPRS yang terdapat pada INOS-Data Loger. Pengaruh buruknya sinyal yang diterima oleh modem GPRS sebagai media pengiriman data melaui sistem GPRS ke website karena ketersediaan tower

(39)

mempengaruhi sistem kerja alat e-logbook dalam pengiriman data awal dari GPS Sounder ke database pada website.

Proses pengiriman data ke website merupakan baris kalimat data

keluaran GPSMap Sounder yang sesuai dengan pengantarmukaan (interface) pada mikrokontroler yaitu kalimat NMEA-0183. Kalimat data tersebut yaitu data waktu (UTC time), posisi koordinat (longitude/longitude), kecepatan kapal (knots) dan tanggal (ddmmyy) dengan format data $GPRMC. Data suhu diteruskan dengan format $SDMTW dan data kedalaman diteruskan dengan format $SDDBT. Data tersebut merupakan rekomendasi format data GPS National Marine Electronic Association (NMEA-0813) yang dikirimkan oleh GPS Sounder ke

(40)

37 Gambar 11. Overlay Peta Lintasan Kapal

Timur

(41)

Mikrokontroler ATMega8535 yang digunakan merupakan sebuah modul

single chip dengan basis mikrokontroler AVR dan memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi data serial RS-232. Rangkaian komunikasi serial merupakan pengantarmukaan antara perangkat satu dan perangkat lain untuk dapat melakukan komunikasi serial. Sistem pengantarmukaan pada alat e-logbook

memiliki dua buah rangkaian komunikasi serial, yaitu sebagai antarmuka antara GPS receiver dengan mikrokontroler dan antara mikrokontroler dengan modem GPRS. Rangkaian serial memiliki IC MAX232 yang berfungsi untuk mengubah level tegangan Transmitor-Transistor Logic (TTL) ke RS-232 atau sebaliknya.

Proses pengiriman kalimat data dari mikrokontroler diteruskan ke modem GPRS untuk dikirimkan ke website. Modem GPRS yang digunakan merupakan modem telepon seluler menggunakan sistem komunikasi packet switch

(42)

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Peralatan e-logbook menunjukkan kinerja yang bagus dalam ketepatan dan efektifitas pengiriman data yang pada saat dioperasikan di lapangan. Namun demikian masih memiliki kelemahan karena masih sangat tergantung dengan jaringan sinyal GPRS dari tower pemancar sinyal yang tersedia di wilayah pesisir. Alat e-logbook pun sangat bergantung pada daya tahan accu yang digunakan, alat ini menggunakan accu 12 Volt 17Ampere Hour sebagai sumber energi listrik sistem e-logbook selama 1 hari.

5.2. Saran

(43)

ACHMAD RIFAI

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(44)

kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan Indonesia. Menurut sistem informasi data statistik kelautan dan perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan (www.statistik.kkp.go.id), volume produksi perikanan tangkap di laut Indonesia tahun 2011 mencapai 5.034.679 ton.

Logbook perikanan sangat diperlukan dalam pengumpulan data hasil tangkapan ikan, yakni pencatatan jenis tangkapan ikan, jumlah tangkapan ikan, posisi/lokasi tangkapan ikan dan waktu tangkapan. Namun, program logbook perikanan tersebut memiliki kekurangan dari segi kontinuitas pencatatan data karena sangat tergantung pada kondisi observer di lapangan.

Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor telah membuat alat elektronik logbook perikanan (e-logbook). Pengujian kinerja e-logbook perlu dilakukan untuk mengukur ketepatan dan ketelitian dalam sistem peralatan tersebut. Pengujian alat elektronik logbook (e-logbook) di lapangan diharapkan menjadi tolak ukur keberhasilan sistem kerja alat tersebut. Hal tersebut dapat menjadi rekomendasi penggunaan e-logbook dalam program

pencataan data tangkapan ikan di Indonesia menggantikan sistem logbook manual yang sekarang masih digunakan.

(45)

logbook program has lacked continuity in terms of recording data because it depends on the conditions on the ground observer.

(46)

Dibimbing oleh Sri Pujiyati.

Perairan laut Indonesia memiliki potensi sumber daya ikan dan

keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi tersebut merupakan suatu modal yang seharusnya dapat membangun kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan Indonesia. Menurut sistem informasi data statistik kelautan dan perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan (www.statistik.kkp.go.id), volume produksi perikanan tangkap di laut Indonesia tahun 2011 mencapai 5.034.679 ton.

Logbook perikanan sangat diperlukan dalam pengumpulan data hasil tangkapan ikan, yakni pencatatan jenis tangkapan ikan, jumlah tangkapan ikan, posisi/lokasi tangkapan ikan dan waktu tangkapan. Namun, program logbook perikanan tersebut memiliki kekurangan dari segi kontinuitas pencatatan data karena sangat tergantung pada kondisi observer di lapangan.

Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor telah membuat alat elektronik logbook perikanan (e-logbook). Pengujian kinerja e-logbook perlu dilakukan untuk mengukur ketepatan dan ketelitian dalam sistem peralatan tersebut. Pengujian alat elektronik logbook (e-logbook) di

(47)

UJI KINERJA ALAT ELEKTRONIK LOGBOOK (E-LOGBOOK) PERIKANAN

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi.

Bogor, Agustus 2012

(48)

©

Hakciptamilik IPB, tahun 2012

HakCiptaDilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(49)

SKRIPSI

Sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ACHMAD RIFAI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(50)

Nomor Pokok : C54062323

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Utama

NIP. 19671021 199203 2 002 Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

Tanggal Lulus : 11 September 2012

(51)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Uji Kinerja Alat Elektronik Logbook (E-logbook) Perikanan” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang selalu memberikan

dukungan, doa dan nasihat yang tiada hentinya kepada penulis

2. Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si. Selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

3. Bapak/Ibu dosen dan staf penunjang Departemen ITK atas ilmu dan bantuannya selama penulis menyelesaikan studi di IPB.

4. Teman-teman seperjuangan ITK 43 dan seluruh mahasiswa ITK.

5. SeluruhAnggota MIT (Marine Instrumentation and Telemetry) yang selalu memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

Bogor, Agustus 2012

(52)

DAFTAR ISI 2.1.Potensi Sumber Daya Perikanan Laut di Indonesia . ... 3 2.2.Kondisi Perikanan di Kepulauan Seribu ... 4 2.3.Pendugaan Stok Ikan ... 5 2.5.Penentuan Posisi Menggunakan Global Positioning System (GPS) .... 12 2.6.Standar Interface GPS (NMEA-1803) ... 13 2.7.Mikrokontroler sebagai Pusat Kendali dalam Rancang Bangun Alat

E-logbook ... 14 2.8.Modem GSM sebagai Pengirim dan Penerima Data ... 17

3. METODE PENELITIAN ... 19 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian ... 19 3.2.Alat dan Bahan ... 20 3.3.Deskripsi Sistem Kerja Alat E-logbook ... 20 3.4.Uji Coba Alat E-logbook ... 25 3.5.Analisis Data ... 27

(53)

4.3. Perbandingan Data Lintasan Kapal pada Memori GPS dan

Data Lintasan Kapal pada Website... 35

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40 5.1.Kesimpulan ... 40 5.2.Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(54)

DAFTAR TABEL

Halaman

(55)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(56)

39

Penulis dilahirkan di Jakarta, 25 Desember 1987 dari Ayah Mohammad Yusuf dan Ibu Aisyah. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2003-2006 Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Pandeglang.

Pada tahun 2006 Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan tahun 2007 diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Profesi Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) periode 2007-2008 dan Marine Instrument and Telemetry (MIT) periode 2007-2009.

Untuk menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor, penulis membuat skripsi yang berjudul “Uji Kinerja Alat Elektronik Logbook (E-Logbook)

(57)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan laut Indonesia memiliki potensi sumber daya ikan dan

keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi tersebut merupakan suatu modal yang seharusnya dapat membangun kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan Indonesia. Pemerintah yang mengatur segala perundang-undangan perairan harus mendukung dan memfasilitasi nelayan dalam mengembangkan potensi kegiatan usaha penangkapan ikan yang efektif dan efisien.

Salah satu hal yang dapat membantu nelayan dalam usaha kegiatan penangkapan ikan adalah dengan menyediakan data statistik pendugaan stok ikan yang akurat dan relevan. Hal tersebut akan membantu para nelayan dari segi efektifitas kegiatan dan efisiensi waktu penangkapan ikan serta menekan biaya operasional, sehingga keuntungan yang diperoleh nelayan akan lebih tinggi. Pemerintah Indonesia saat ini menerapkan program logbook perikanan dalam pengumpulan data pendugaan stok ikan, yakni pencatatan jenis tangkapan ikan, jumlah tangkapan ikan, posisi/lokasi tangkapan ikan dan waktu tangkapan. Namun, program logbook perikanan tersebut memiliki kekurangan dari segi kontinuitas pencatatan data karena sangat tergantung pada kondisi observer di lapangan.

(58)

berbasis komputer, sehingga menghasilkan data output diantaranya jenis tangkapan ikan, jumlah tangkapan ikan, posisi/lokasi tangkapan ikan, waktu tangkapan, kedalaman perairan dan juga dapat mengukur langsung suhu perairan.

E-logbook terus dikembangkan untuk memudahkan proses pencatatan data pendugaan stok ikan di Indonesia yang masih menggunakan program logbook

secara manual.

Pengujian kinerja e-logbook perlu dilakukan untuk mengukur ketepatan dan ketelitian dari setiap elemen alat dan sensor yang digunakan dalam sistem alat tersebut. Alat e-logbook tersebut secara keseluruhan perlu diuji sejauh mana penggunaannya dalam memudahkan proses pencatatan data pendugaan stok ikan, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan potensi usaha penangkapan dan pengelolaan sumber daya ikan di Indonesia.

Pengujian alat elektronik logbook (e-logbook) di lapangan diharapkan menjadi tolak ukur keberhasilan sistem kerja alat tersebut. Hal tersebut dapat menjadi rekomendasi penggunaan e-logbook dalam program pencataan data stok ikan di Indonesia menggantikan sistem logbook manual yang sekarang masih digunakan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengujian kinerja alat elektronik

(59)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Sumber Daya Perikanan laut di Indonesia

Indonesia memiliki potensi perikanan yang tinggi sebagai negara

kepulauan, hampir dua pertiga wilayahnya adalah lautan. Luas lautnya sekitar 3,1 juta km2, terdiri dari perairan laut nusantara 2,8 juta km2, perairan laut teritorial 0,3 km2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), maka secara keseluruhan luas perairan laut Indonesia adalah 5,8 juta km2

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sangat besar.

. Garis pantai yang dimiliki Indonesia mencapai 81.800 km (Nurjaya, 2001). Menurut Sistem Informasi Diseminasi Data Statistik Kelautan dan Perikanan (SIDATIK), Kementrian Kelautan dan Perikanan (www.statisik.kkp.go.id) volume produksi perikanan tangkap di laut Indonesia tahun 2011 mencapai 5.034.679 ton.

(60)

Menurut data Direktur Jendral Perikanan (1995), potensi lestari sumber daya perikanan tangkap di laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,7 juta ton dengan rincian 4,4 juta ton di perairan laut teritorial dan perairan Laut Nusantara, serta 2,3 juta ton di perairan laut ZEEI. Penyebaran potensi sumber daya ikan di laut

teritorial dan Nusantara, yaitu 53,6 % berada di wilayah perairan Kawasan Timur Indonesia, yaitu 30,9 % di perairan Irian Jaya dan Maluku, 22,7 % di perairan sekitar pulau Sulawesi. Potensi sumber daya perikanan di perairan ZEEI, sebagian besar ada di ZEE Laut Hindia (Selatan Jawa dan Barat Sumatera), yakni sebesar 38,3 %, di Laut Cina Selatan sebesar 23,4 %, serta Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik (Utara Irian Jaya) sebesar 21,2 %.

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumber daya yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih. Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia, contohnya ekosistem pesisir hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, yang sangat luas dan beragam.

2.2. Kondisi Perikanan di Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu merupakan ekosistem laut di Perairan utara Jakarta, Wilayah Perairan Kepulauan Seribu didominasi oleh ekosistem terumbu karang, padang lamun dan daratan pulau-pulau karang yang menjadi habitat penting berbagai jenis biota perairan laut (Sachoemar, 2008).

(61)

21-40% merupakan nelayan tangkap konsumsi yang melakukan penangkapan di sekitar ekosistem terumbu karang. Antara 69-92% nelayan dari 5 kelurahan (Pulau Panggang, Pulau Kelapa, Pulau Pari, Pulau Harapan dan Pulau Untung Jawa) mengatakan hasil tangkapan telah menurun. (Yayasan Terumbu Karang Jakarta, 2009).

Pada tahun 2000, produksi perikanan laut dan hasil tangkapan lokal di wilayah Jakarta Utara sebesar 57.260.269 kg dengan nominal Rp. 97.267.048.675. Hal ini mengalami penurunan produksi jika dibandingkan dengan tahun 1999 sebesar 63.091.645 kg atau turun sebesar 9,2%. Penurunan produksi tersebut disebabkan karena terjadinya overfishing di perairan Teluk Jakarta akibat padatnya armada perikanan yang beroperasi (Widodo dan Suadi, 2008).

Pada tahun 2004, produksi perikanan laut di Kepulauan Seribu dapat mencapai 2.838,80 ton per tahun dengan jumlah nelayan telah mencapai 10.442 orang. Pada tahun 2007, jumlah armada penangkapan ikan yang ada adalah 1.289 dengan jumlah kapal motor sebanyak 899 unit dan yang lainnya terdiri dari motor tempel, perahu layar, dan sampan/jukung sebanyak 370 unit

(www.statistik.kkp.go.id).

2.3. Pendugaan Stok Ikan

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan nilai dasar status pemanfaatan sumberdaya ikan. Hasil kajian yang telah dilakukan

(62)

Stok ikan merupakan angka yang menggambarkan suatu nilai dugaan besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu tertentu (Carvalho and Hauser, 1995). Mengingat ikan merupakan hewan yang bersifat dinamis yang senantiasa melakukan perpindahan (migration) baik untuk mencari makan atau memijah, maka sangat sulit tentunya untuk menentukan jumlah biomassnya. Namun demikian peneliti biologi perikanan telah menghasilkan terobosan pendekatan untuk menghitung jumlah stok ikan.

2.3.1. Metode Pendugaan Stok Ikan

Kegiatan pendugaan stok ikan disebut sebagai fish stock assessment dan metode yang digunakan disebut stock assessment methods. Leonart (2002) menyatakan bahwa stock assessment merupakan suatu kegiatan pengaplikasian ilmu statistika dan matematika pada sekelompok data untuk mengetahui status stok ikan secara kuantitatif untuk kepentingan pendugaan stok ikan dan alternatif kebijakan ke depan.

Secara umum kegiatan pendugaan stok ikan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok utama yaitu :

1. Metode Tidak Langsung (Indirect), yang terdiri dari pendekatan analitik dan pendekatan Production Model. Metode tersebut digunakan untuk menduga ikan dengan memanfaatkan data time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan.

(63)

trawl, akustik (Echosounder), metode produksi telur harian (Daily Egg Production Method) dan pencacahan langsung dengan penyelaman.

3. Metode penandaan (Marking), yaitu pengkajian stok yang dilakukan dengan cara memberikan tanda (tag) pada ikan kajian.

4. Pendekatan ekologi (Ecological Approach), metode ini merupakan

pengembangan metode tidak langsung yang mengkaitkan pengaruh interaksi biologi antar jenis (ekologi dan teknologi) pada perikanan multijenis.

2.3.2.

Kecermatan dan ketepatan dalam menduga besarnya stok sumberdaya di laut merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan sumberdaya ikan. Kesalahan dalam menduga akan berakibat fatal terhadap sumberdaya yang ada. Kesalahan pendugaan yang melebihi stok yang ada akan mempercepat terkurasnya sumberdaya ikan (over estimate). Hal tersebut terjadi karena sistem pendataan penangkapan ikan lebih tinggi dibandingkan sumberdaya yang ada, sehingga terjadi eksplorasi sumberdaya ikan yang berlebihan.

Dampak kesalahan pendugaan stok

Dampak yang mungkin ditimbulkan akibat kesalahan dalam pendugaan stok ikan ternyata sangat besar, agar hal tersebut tidak terjadi dalam pengelolaan perikanan Indonesia, maka Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) harus segera mengambil langkah perbaikan. Hal ini penting mengingat pendugaan stok sumberdaya ikan yang tepat dan akurat akan menjadi kunci keberhasilan

pembangunan perikanan ke depan. Hal tersebut tidak akan terwujud jika

(64)

pembangunan perikanan akurat, beberapa langkah strategis sebaiknya dilakukan pemerintah.

Mengingat kegiatan pengkajian stok sumberdaya ikan sangat mahal dan 1). Perbaikan jumlah dan sistem anggaran

memerlukan kesinambungan, maka pemerintah sejak sekarang perlu membuat anggaran dana yang cukup untuk kegiatan pengkajian stok ikan. Kegiatan tersebut harus terprogram, jelas dan berkesinambungan. Kegiatan survei (seperti

pengkajian stok ikan) memerlukan data berkesinambungan dan tidak dibatasi dengan tahun anggaran. Pengalaman mengatakan bahwa keterbatasan waktu karena keterlambatan turunnya dana dan berakhirnya suatu kegiatan

mengharuskan pengelola kegiatan mengejar (hanya) laporan administrasi kegiatan saja.

Hal lain yang perlu dibenahi selain pendanaan dan sistem penganggaran (melibatkan instansi lain) yang berhubungan dengan pengkajian stok ikan ini adalah perbaikan kualitas data perikanan. Hal ini dikarenakan banyaknya

pengkajian stok yang didasarkan pada data sekunder tersebut. Nilai data akan baik dan akurat apabila dikelola secara profesional. Petugas yang mengelola data perikanan harus diberikan pendidikan khusus dan jabatan fungsional yang layak. 2). Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang perikanan

(65)

Setelah SDM nya ditata, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan wadah SDM itu sendiri, yaitu sistemnya. Sistem pendataan yang ada sekarang, sebagian besar masih dilakukan secara manual, di sisi lain pendataan dilakukan dengan menggunakan formulir yang kadangkala tidak seragam antar daerah. Formulir isian dibuat menurut selera daerah masing-masing, sehingga penggabungan data antar daerah sering menemui kesulitan. Koordinasi antar lembaga dan daerah tentang pendataan ini juga masih sangat lemah. Berpijak pada kondisi ini KKP harus mulai memikirkan membentuk lembaga independent seperti instansi seperti Japan Fisheries Information Center (JAFIC) yang secara khusus menangani data perikanan. Lembaga ini berfungsi untuk membuat metode, mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan produk data perikanan kepada pengguna. Keterangan di atas berdasarkan informasi dari (Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut, 1998)

2.4. Logbook Perikanan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dijelaskan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua proses upaya yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan alokasi sumberdaya ikan dan implementasinya serta penegakan hukum dari peraturan perundangan di bidang perikanan

(66)

2.4.1. Logbook Manual

Salah satu strategi pengumpulan data yang benar dan relevan tersebut adalah dengan menerapkan program logbook dan menempatkan observer yang mengamati langsung, mencatat, dan melaporkan kegiatan penangkapan ikan. Strategi sifatnya rutin dan dalam jangka waktu panjang (long-term observation

Tujuan pelaksanaan program logbook :

)

- logbook sebagai landing declaration dari nakhoda, atau surat pernyataan mengenai ikan yang dibawa ke pelabuhan perikanan.

logbook perikanan mendukung pendataan statistik perikanan (wilayah

penangkapan, jenis ikan, volume).

logbook perikanan mencatat data ijin penangkapan (alat tangkap), data

registrasi kapal (lxbxd; Power), pelabuhan pangkalan.

• Mendukung evaluasi dan analisa pengelolaan SDI (fishing capacity, efficiency

fishing, musim penangkapan kaitannya dengan open and close session dan konervasi), (www.wwf.or.id).

Data statistik yang dilaksanakan berbasis pendaratan adalah jenis data paling populer karena telah dilaksanakan selama puluhan tahun dan hasilnya menjadi acuan dan dasar pertimbangan dalam berbagai kebijakan perikanan. Data yang berbasis pendaratan tersebut memiliki banyak kelemahan. Mencatat contoh populasi (sampling) dan bukan sensus akan menyebabkan kita harus

(67)

memiliki kelemahan tidak bisa menampilkan informasi daerah penangkapan ikan secara spesifik dan akurat (Dirjen Perikanan, 1995).

Tabel 1 adalah contoh logbook manual dengan data posisi lintang dan posisi bujur di atas ini didapat dari kapal purse seine berpangkalan di PPI Bajomulyo, hasil kegiatan Magang Layar Mahasiswa Perikanan Universitas Diponegoro Program Studi PSP Angkatan 1997 dan 1998 Tahun 2001–2002. Tabel 1. Contoh Kertas Logbook KKP Sumber : Kapal Purse Seine PPI Bajomulyo Tahun 2001-2002

2.4.2. Elektronik Logbook (E-logbook)

Elektronic logbook merupakan sebuah sistem yang beperan untuk merekam data berbasis komputer untuk data-data yang bersifat kompleks. Elektronik logbook merupakan teknologi yang dibuat untuk menggantikan

(68)

perikanan ini mempunyai tujuan untuk pemantauan aktifitas perikanan di

Indonesia dan mencegah adanya unreported fishing yang membuat pertumbuhan ekonomi dalam dunia perikanan menurun.

Elektronic logbook adalah sistem penjejakan (tracking system) yang hanya memberikan informasi mengenai kapal yang membawa peralatan

transmitter. Kapal yang tidak berijin dan kapal lain yang tidak dilengkapi dengan

transmitter yang sesuai tidak dapat terpantau oleh e-logbook. Teknologi e-logbook

yang berbasis satelit, meliputi tiga komponen penting yang merupakan subsistem yaitu:

1. sebuah transmitter atau transceiver yang dipasang di kapal perikanan untuk menunjukkan posisi kapal,

2. Medium transmisi/sistem komunikasi yaitu sistem satelit sebagai wahana untuk mentrasmisikan informasi posisi kapal dari kapal perikanan ke Fisheries Monitoring Center,

3. Fisheries Monitoring Center (FMC) untuk menerima, menyimpan,

(69)

2.5. Penentuan Posisi menggunakan Global Positioning System (GPS)

GPS dapat dikatakan sebagai sistem radio navigasi dan penentuan posisinya menggunakan satelit. Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah dengan melakukan pengamatan terhadap beberapa satelit secara simultan, dan tidak hanya satu satelit saja, seperti halnya menentukan posisi pada bidang datar yaitu membaring beberapa benda acuan/objek baringan (Abidin, 2001).

Sistem GPS mulai direncanakan sejak tahun 1973 oleh angkatan udara Amerika Serikat (Easton, 1980), dan pengembangannya sampai sekarang ini ditangani oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dibawah lembaga yang dinamakan Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System

(NAVSTAR), dan sistem yang dimiliki oleh Rusia dengan nama GLONASS singkatan dari Global Navigation Satellite System. Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan dalam tiga dimensi dan juga informasi mengenai waktu secara kontinu di seluruh dunia.

Sinyal GPS mengandung tiga informasi yaitu kode pseudorandom, data

(70)

code dari GPA penerima. Lebar frekuensi (Bandwidth) yang dibutuhkan untuk mentransmisikan pseudo random code sekitar 1 MHz, sehingga transmisi sinyal GPS ditransmisikan pada gelombang 20 cm atau sekitar 1,2 – 1,5 GHz

2.6. Standar Interface GPS (NMEA-0813)

Kompabilitas berbagai chipset dengan produsen berbeda membuat sebuah standar kalimat yang dikeluarkan oleh sebuah chipset GPS. Sampai saat ini standar kalimat tersebut biasa disebut standar NMEA-0813. Standar NMEA memiliki banyak jenis bentuk kalimat laporan, yang diantaranya berisi data koordinat lintang (latitude), bujur (longitude), ketinggian (altitude) waktu sekarang standar UTC (UTC time), dan kecepatan (speed over ground) (Iqbal, 2011). Umumnya NMEA-0813 menggunakan komunikasi RS232 sebagai jalur komunikasi dengan perangkat luar seperti computer atau mikrokontroler dengan beberapa kecepatan (baud rate) yang biasanya dapat diatur. Jenis kalimat NMEA-0183 yang umum digunakan dapat dilihat pada Table 2.

Tabel 2. Jenis Kalimat NMEA yang umum digunakan

Kalimat Deskripsi

$GPGGA Meminta fixed data dari GPS

$GPGLL Meminta posisi latitude dan longitude

$GPGSA GNSS DOP and active satellites

$GPGSV GNSS satellites yang tertangkap

$GPRMC Recommended minimum specific GNSS data

(71)

tersebut, pada beberapa perancangan tidak digunakan karena NMEA dirancang dengan kebutuhan umum pengguna sehingga dengan satu atau lebih kalimat NMEA sudah dapat menyelessaikan masalah yang ingin diselesaikan. (http://www.mikron123.com)

2.7. Mikrokontroler sebagai Pusat kendali dalam Rancang Bangun Alat

E-Logbook

Mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data. Mikrokontroler merupakan komputer di dalam chip yang digunakan untuk mengontrol peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya. Secara harfiahnya bisa disebut “pengendali kecil” dimana sebuah sistem

elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen

pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat dikurangi dan akhirnya terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler ini (http://www.kelas-mikrokontrol.com/)

Mikrokontroler adalah versi mini atau mikro dari sebuah komputer karena mengandung beberapa peripheral yang langsung bias dimanfaatkan. Mikrokontroler memiliki port parallel, port serial, komparator, konversi digital ke analog (DAC), konversi analog ke digital (ADC) dan sebagainya hanya

Gambar

Gambar 2.
Gambar 2.
Gambar 5. Diagram Alir Mikrokontroler
Gambar 7a. Pemasangan Komponen Alat e-logbook
+7

Referensi

Dokumen terkait