• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI LIMBAH PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

SEBAGAI PUPUK ORGANIK DI KEBUN SEI BATANG ULAK

KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

MUNISATUL LATIFAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUNISATUL LATIFAH. Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA.

Limbah hasil pengolahan kelapa sawit berupa TKS dan limbah cair di Kebun Sei Batang Ulak PT Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd. Riau dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Tujuan magang secara umum yaitu meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit dan secara khusus mempelajari proses pengelolaan limbah industri kelapa sawit sehingga bermanfaat dan memberi dampak yang baik terhadap lingkungan. Magang dilakukan selama 4 bulan. Data yang diambil berupa data primer dan sekunder. Aplikasi limbah mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan kelapa sawit sehingga mengurangi pemakaian pupuk anorganik dan meningkatkan produktivitas. Produktivitas meningkat dengan meningkatnya luas blok aplikasi limbah tandan kosong sawit. Aplikasi limbah cair mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan di sekitar aplikasi sehingga air tersebut tidak dapat dikonsumsi. Kerak limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai media tanam kangkung. Media tanam dengan 100% kerak limbah cair memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot brangkasan tanaman.

Kata kunci: kerak limbah cair, limbah kelapa sawit, limbah cair, Sei Batang Ulak, tandan kosong sawit

ABSTRACT

MUNISATUL LATIFAH. Waste Application of Palm Oil Processing as Organic Fertilizer in Sei Batang Ulak Plantation Kampar, Riau. Supervised by HERDHATA AGUSTA.

Waste of palm oil processing such as empty bunch and palm oil mill effluent in Sei Batang Ulak Plantation, PT Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd. Riau used as organic fertilizer. The purpose of an internship in general was to increase knowledge about the cultivation of oil palm and to learned about oil palm waste management industry process to be more beneficial and give a good impact on the environment in specifically. Internship was conducted for 4 months. The retrieved data were the primary and secondary data. Waste application could provide the nutrient required palm oil so reducing inorganic fertilizer and increase productivity. Productivity increase with increasing of application empty bunch area. Application of waste affects the quality of ground water and surface water around the application so that the water is not suitable for consumption. Sludge liquid waste can be used as growing media of kangkong. Growing media with 100% sludge liquid waste gives the best effect on plant height, number of leaves and biomass weight of plant kangkong.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

APLIKASI LIMBAH PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

SEBAGAI PUPUK ORGANIK DI KEBUN SEI BATANG ULAK

KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

MUNISATUL LATIFAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Nama : Munisatul Latifah

NIM : A24090041

Disetujui oleh

Dr Ir Herdhata Agusta Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah limbah pengolahan kelapa sawit, dengan judul Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Ahmad Sujati, Ibu Nur Umi Rofiah dan keluarga atas doa dan kasih sayangnya;

2. Dr Ir Herdhata Agusta selaku pembimbing skripsi atas bimbingan dan pengarahannya selama melakukan magang dan penulisan skripsi;

3. Dr Ir Eny Widajati, MS dan Dr Ir Agus Purwito, MScAgr selaku Ketua Program Studi dan Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura;

4. Bapak Tintang Raya Tarigan selaku Group Manager PT Ciliandra Perkasa yang telah memberikan izin lokasi magang;

5. Bapak Hendri Agustin, Bapak Sabar H. Purba dan Bapak Syahmeinan Lubis selaku Asisten Kepala PT Ciliandra Perkasa yang telah memberikan bimbingan selama kegiatan magang;

6. Bapak Jawoto, Bapak Tidar Arimbi dan Bapak Heri Muhriadi selaku asisten di PT Ciliandra Perkasa serta seluruh staf PT Ciliandra Perkasa yang telah membantu selama kegiatan magang dan pengumpulan data;

7. Luki Dwi Prasetyanto, Socrates dan teman-teman yang telah memberikan doa serta dukungan selama kegiatan magang sampai penulisan skripsi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Magang 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODOLOGI 3

Tempat dan Waktu 3

Metode Pelaksanaan 3

Pengamatan dan Pengumpulan Data 4

Analisis Data dan Informasi 4

KONDISI UMUM PERUSAHAAN 4

PELAKSANAAN MAGANG 5

Aspek Teknis 6

Aspek Manajerial 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Hasil Pengolahan Kelapa Sawit 13

Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit 14

Limbah Cair Kelapa Sawit 15

Pemanfaatan Kerak Limbah Cair 17

Pengaruh Aplikasi Limbah Cair terhadap Kualitas Air 19 Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap Produktivitas Kelapa Sawit 21

KESIMPULAN DAN SARAN 22

Kesimpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(10)

DAFTAR TABEL

1 Dosis pemakaian jenis pupuk anorganik 6

2 Jumlah pelepah kelapa sawit yang dipertahankan berdasarkan umur

tanaman 7

3 Kriteria kematangan buah kelapa sawit 8

4 Dosis pengendalian gulma secara kimia 10

5 Hasil pengolahan TBS di PKS Kebun SBU tahun 2012 13 6 Kriteria kualitas air limbah bulan Februari 2013 17 7 Tinggi dan jumlah daun tanaman kangkung pada beberapa kombinasi

media tanam kerak limbah cair 18

8 Panjang akar dan bobot tanaman kangkung pada beberapa komposisi

media tanam kerak limbah cair 18

9 Kualitas air tanah pada sumur pantau dan sumur penduduk Kebun SBU 19

10 Kualitas air sungai Sei Batang Ulak 20

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur organisasi Kebun SBU 5

2 Pengambilan sample daun 7

3 Kegiatan panen 9

4 Pengendalian gulma 10

5 Grading (kiri) dan stasiun rebusan (kanan) 11

6 Kegiatan aplikasi TKS 14

7 Hubungan luas blok aplikasi TKS dan produktivitas kelapa sawit 15 8 Kolam penampungan (kiri) dan flat bed limbah cair (kanan) 16 9 Pertumbuhan vegetatif tanaman kangkung pada 15 HST 19 10 Produktivitas kelapa sawit pada blok aplikasi limbah kelapa sawit 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di Kebun

SBU 24

2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun

SBU 25

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun

SBU 25

4 Data curah hujan Kebun Sei Batang Ulak 27

5 Peta wilayah Kebun Sei Batang Ulak PT Ciliandra Perkasa 28

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena memiliki peran dalam perekonomian nasional sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan pajak, penyerapan tenaga kerja dan pengembangan wilayah (Darmosarkoro 2008). Perkembangan perkebunan kelapa sawit ini dapat dilihat dari peningkatan luas areal dan produksi. Pada tahun 2008, luas areal yang ditanami kelapa sawit 7 363 847 ha dengan produksi 17 539 788 ton, sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 7 508 023 ha dengan produksi 18 640 881 ton (Ditjenbun 2010).

Peningkatan luas areal dan produksi kelapa sawit akan menyebabkan jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit meningkat. Pada tahun 2006, jumlah pabrik kelapa sawit (PKS) yang ada di Indonesia sebanyak 470 PKS dengan total kapasitas 19 852 ton jam-1 (Herawan 2008). Peningkatan ini tentunya akan berdampak pada peningkatan jumlah crude palm oil (CPO) dan kernel palm oil (KPO) yang dihasilkan, sekaligus jumlah limbah dari proses pengolahan tersebut.

Adapun limbah yang dihasilkan dalam pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) meliputi limbah padat dan cair. Limbah padat dihasilkan pada proses pembantingan, pengepresan dan pemecahan biji, yaitu berupa tandan kosong sawit (TKS) sebesar 21%, serat 53.4% dan cangkang 6.4%. Limbah cair (palm oil mill effluent atau POME) dihasilkan pada proses penjernihan sebanyak 58.3% (Hambali et al. 2010). Tandan kosong sawit dan limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman kelapa sawit, sedangkan serat dan cangkang digunakan untuk bahan bakar boiler.

Pengembangan perkebunan kelapa sawit harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip 3P (Planet, People, Profit) sehingga perkebunan harus memperhatikan secara berkesinambungan dampak lingkungan yang ditimbulkan, memperhatikan masyarakat sekitar dan menerapkan prinsip zero waste dan dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan (Darmosarkoro 2008). Keberadaan limbah pada perkebunan kelapa sawit akan menimbulkan dampak negatif jika tidak ada pengelolaan limbah kelapa sawit yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya program penataan yang tepat terhadap pengelolaan limbah industri kelapa sawit agar menguntungkan dalam produksi dan tidak berdampak negatif pada lingkungan (Hamid dan Pramudyanto 2007).

Tujuan Magang

(12)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa sawit memiliki nama latin Elaeis guineensis Jacq. yang berasal dari famili Palmae (Lubis 1992). Tanaman ini terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan bunga betina terletak dalam pohon yang sama, namun umumnya terpisah pada tandan yang berbeda. Satu tandan buah kelapa sawit dewasa dapat menghasilkan 600-2 000 brondolan. Brondolan kelapa sawit terdiri dari eksokarp (kulit), pericarp, mesocarp, endocarp (cangkang) dan kernel (Pahan 2008).

Kelapa sawit dapat berproduksi maksimal pada daerah curah hujan 2 000 mm tahun-1. Lama penyinaran matahari yang diperlukan kelapa sawit selama 5 jam hari-1 setiap bulannya, namun pada bulan-bulan tertentu penyinaran mencapai 7 jam hari-1. Jenis tanah yang sesuai adalah latosol dan alluvial (Hartley 1997) dengan pH 5.0-6.0 (Pahan 2008). Menurut Sugiyono et al. (2003), ketinggian tempat yang sesuai untuk kelapa sawit adalah 400 mdpl.

Limbah hasil pengolahan TBS di pabrik meliputi TKS, serat, cangkang dan limbah cair. TKS dan limbah cair kelapa sawit dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Satu ton TKS setara dengan 3 kg urea, 0.6 kg rock phosphat, 12 kg MOP dan 2 kg kliserit. Aplikasi TKS sebanyak 40 ton ha-1 dikombinasikan dengan 60% dosis pupuk urea dan rock phosphat dari standar mampu meningkatkan produksi TBS hingga 34% dibandingkan perlakuan standar (Rahutomo et al. 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi TKS berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah (pH tanah, kandungan C-organik, Ca tertukarkan, Mg tertukarkan, dan KTK tanah), kadar N dan P dalam daun, serta total dan rerata kumulatif produksi TBS. Aplikasi tandan kosong kelapa sawit setara 25% dosis pupuk MOP standar kebun dapat mensubstitusi penggunaan pupuk MOP hingga 25% dengan peningkatan produksi mencapai 11.7% (Ginting 2011).

Aplikasi kompos TKS pada pembibitan kelapa sawit dapat meningkatkan efektivitas pemupukan. Sutarta et al. (2005) menyatakan bahwa aplikasi kompos TKS sebesar 5% dikombinasikan dengan 50% dosis pupuk standar menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pemupukan 100% dosis pupuk standar. Penggunaan kompos 3% pada media pasir di pembibitan memberikan pengaruh nyata yang lebih baik terhadap pertumbuhan vegetatif bibit.

Limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dihasilkan dari proses sterilisasi, ekstrasi dan klarifikasi. Proses sterilisasi (pengukusan) dilakukan untuk mempermudah perontokan buah dari tandan, mengurangi air dan menginaktifasi enzim lipase dan oksidase. Proses ekstrasi minyak bertujuan untuk memisahkan minyak daging buah dari bagian lainnya, sedangkan proses klarifikasi bertujuan untuk membersihkan minyak dari kotoran lain (Hanum 2009).

(13)

3 Penggunaan elektrokoagulasi merupakan pengolahan alternatif dengan menggunakan aluminium sebagai elektroda dan limbah cair sebagai larutan elektrolit. Keuntungan pengolahan ini adalah waktu pengolahan yang singkat, kebutuhan areal sedikit dan dapat menghasilkan gas hidrogen. Penggunaan elektrokoagulasi menurunkan COD 50%, kekeruhan menurun 66% dan menghasilkan gas hidrogen 19% (Nasution 2010). Penurunan kadar COD dan BOD juga dapat dilakukan dengan menjadikan limbah cair sebagai media tumbuh mikroalga. Penurunan terbaik terjadi pada variasi perbandingan volume limbah cair dan mikroalga 1:4 dengan nilai BOD dan COD mencapai 61.66 ppm dan 173.33 ppm (Yonas 2012).

Limbah cair dapat diaplikasikan di perkebunan kelapa sawit dengan sistem sprinkler, flatbed, parit/alur dan traktor/tangki. Pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk organik secara aplikasi lahan di PTPN IV tahun 2004 mampu meningkatkan produktivitas kelapa sawit sebesar 6–20% daripada lahan kontrol. Aplikasi ini dilakukan dengan truk tangki dengan dosis 7.5 cm-rey dan rotasi 3–4 kali setahun (Lubis 2005). Aplikasi limbah cair kelapa sawit dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 16–60%, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta tidak memberikan pengaruh buruk terhadap kualitas air tanah. Dosis anjuran 12.66 mm ECH (ekuivalen curah hujan) perbulan yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik sebanyak 50% dosis standar kebun (Rahutomo et al. 2008).

Limbah cair PKS dalam kolam pengumpul PT Astra Agro Lestari Tbk mengandung 500–900 mg l-1 N, 90–140 mg l-1 P, 1 000–1 975 mg l-1 K dan 250– 340 mg l-1 Mg dengan BOD 25,000 mg l-1. Pengolahan satu ton TBS akan menghasilkan limbah cair 0.6–0.7 ton. Dosis rekomendasi pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk adalah 750 m³ ha-1 tahun-1 yang diaplikasikan 3–4 kali setahun dengan nilai BOD sebesar 2 500–3 000 mg l-1. Aplikasi limbah cair dapat meningkatkan produksi jumlah janjang sebesar 17–20% dibandingkan dengan areal yang hanya dipupuk organik. Pemberian limbah cair tidak memberikan dampak negatif terhadap kualitas air tanah di sekitar lahan (Satyoso 2005).

Aplikasi limbah cair di lahan juga berfungsi sebagai irigasi pada musim kemarau sehingga mampu mengurangi dampak kekeringan. Kekeringan pada tanaman kelapa sawit dapat mempengaruhi pembentukan bunga-buah, meningkatkan populasi bunga jantan dan menurunkan jumlah tandan karena terjasi aborsi (Lubis 2005).

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari sampai dengan pertengahan bulan Juni 2013 di Kebun Sei Batang Ulak (SBU), PT Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd., Kampar, Riau.

Metode Pelaksanaan

(14)

4

Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL adalah pemupukan, penyemprotan dan pengutipan brondolan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor adalah mengawasi kegiatan pemupukan, penyemprotan, panen, pengangkutan TBS dan membuat efisiensi panen. Kegiatan pendamping asisten kebun meliputi apel pagi, mengawasi kegiatan pemupukan, penyemprotan, pemeliharaan jalan, pengangkutan, pemanenan dan membuat laporan harian. Aspek khusus yang diperdalam pada kegiatan magang yaitu pemanfaatan limbah hasil pengolahan TBS. Kegiatan yang diikuti adalah pengolahan TBS kelapa sawit, aplikasi TKS, penanganan limbah cair sebelum diaplikasikan ke lahan dan aplikasi limbah cair.

Pengamatan dan Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dari kegiatan magang meliputi data primer dan sekunder. Data sekunder terdiri dari pengambilan data kualitas limbah cair, air tanah dan air sungai, laporan aplikasi TKS dan limbah cair dan produksi blok yang mendapatkan aplikasi TKS dan limbah cair serta blok kontrol setiap tahun.

Pengamatan dilakukan terutama pada aspek-aspek yang berhubungan dengan pengelolaan limbah. Pengamatan terhadap pengelolaan limbah padat meliputi jumlah TKS yang diaplikasikan ke lahan dan distribusinya setiap hari, dosis dan cara aplikasi TKS serta kebutuhan tenaga kerja aplikasi TKS. Pengamatan terhadap pengelolaan limbah cair meliputi jumlah limbah cair yang diaplikasikan setiap hari, dosis dan cara aplikasi, serta pengamatan pemanfaatan kerak limbah cair sebagai media tanam budi daya kangkung.

Pengamatan pemanfaatan kerak limbah cair dilakukan terhadap tanaman kangkung yang ditanam pada kombinasi media tanam yang berbeda. Media tanam yang digunakan adalah kerak limbah cair dan tanah. Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT). Perlakuan kombinasi media tanam terdiri dari tanah 100% (L0), 75% tanah + 25% kerak limbah cair (L1), 50% tanah + 50% kerak limbah cair (L2), 25% tanah + 75% kerak limbah cair (L3) dan 100% kerak limbah cair (L4) dengan 5 ulangan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 6 tanaman yang ditanam pada polybag ukuran 15 x 30 cm. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah daun. Panjang akar, bobot basah dan kering tanaman diamati pada akhir pengamatan (pengamatan ke-7).

Analisis Data dan Informasi

Semua data yang telah diperoleh dilakukan klarifikasi data. Data kemudian dikelompokkan, ditabulasi, dan diolah menggunakan rataan dan analisis deskriptif. Data primer yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif dengan membandingkan studi pustaka yang berlaku pada budidaya kelapa sawit dan diuji dengan menggunakan Uji-Duncan.

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

(15)

5 dari konversi lahan PT Pertisa Trading Co. Ltd. Pada tahun 1994 PT Petisa bergabung usaha dengan PT Ciliandara Perkasa.

Kebun SBU PT CLP terletak di Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kebun Sei Batang Ulak secara geografis berada pada titik koordinat 101000’29”–101044’52” BT dan 0013’27”–0008’47” LU. Berdasarkan

Kebun SBU memiliki luas areal total seluas 6 481.54 ha dengan luas areal yang ditanami seluas 6 315.37 ha dan yang tidak ditanami seluas 166.17 ha. Areal yang tidak ditanami meliputi jalan seluas 23.92 ha, parit dan sungai seluas 22.84 ha, bangunan dan pabrik seluas 41.51 ha, okupasi seluas 43.81 ha dan inclave seluas 32.15 ha. Kebun SBU terbagi menjadi 9 afdeling (Lampiran 5). Luas rata-rata setiap afdeling adalah 720 ha dengan jumlah pohon rata-rata-rata-rata 95 693 pohon.

Kelapa sawit yang dibudidayakan di Kebun SBU merupakan varietas PNG dan Marihat dengan tahun tanam yang berbeda-beda. Semua tanaman kelapa sawit di kebun ini telah menghasilkan. Pada tahun 2012 realisasi produksi TBS mencapai 153 621.98 ton dengan produktifitas 24.5 ton ha-1.

Kebun SBU PT CLP dipimpin oleh seorang Group Manager yang dibantu oleh 3 orang asisten kepala, 9 orang asisten afdeling, seorang kepala tata usaha, seorang asisten teknik dan seorang asisten sipil. Pada bagian PKS Group Manager dibantu oleh seorang mill manager dan seorang asisten kepala, sedangkan bagian administrasi dibantu oleh seorang kepala seksi administrasi (Gambar 1). Jumlah seluruh tenaga kerja di Kebun SBU adalah 791 orang dimana 708 orang tenaga

Gambar 1 Struktur organisasi Kebun SBU

PELAKSANAAN MAGANG

(16)

6

dimulai pukul 06.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB dengan jam istirahat selama 2 jam yaitu pukul 12.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan meliputi aspek teknis dan manajerial.

Aspek Teknis

Pemupukan

Pemupukan di Kebun SBU meliputi pemupukan organik dan onorganik. Pupuk organik yang diaplikasikan berupa limbah cair dan TKS yang dihasilkan

Tabel 1 Dosis pemakaian jenis pupuk anorganik z

Jenis pupuk Rotasi Dosis (kg pohon-1) Cara Lokasi

Kantor Afedling 7 PT CLP (2013)

Pelaksanaan pemupukan anorganik terdiri dari kegiatan persiapan, penguntilan, pelangsiran pupuk dari gudang ke lapang, pengeceran dan penaburan pupuk. Persiapan pemupukan dilakukan oleh mandor pupuk yaitu menentukan lokasi, jenis, jumlah pupuk dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Penguntilan pupuk dilakukan di gudang pupuk dengan ketentuan satu until berisi 10 kg. Pelangsiran pupuk dari gudang ke blok yang akan diaplikasi menggunakan dump truck.

Sistem pengeceran pupuk (supply point) dilakukan dengan sistem untilan dimana pada satu pasar dijatuhkan pupuk dengan jumlah pupuk yang diperlukan untuk tiga pasar. Pelaksanaan aplikasi pupuk dilakukan dengan sistem langsir dimana dalam satu pasar terdapat 2 orang yang bertugas menabur pupuk dan 1 orang bertugas melangsir pupuk ke tengah blok. Penaburan pupuk dilakukan bersamaan pada setiap pasar sehingga pelaksanaan pemupukan terlihat rapi dan pengontrolan mandor menjadi lebih mudah. Karung pupuk dikumpulkan kembali dan disimpan di gudang.

Leaf Sampling Unit (LSU)

(17)

7 berikutnya. Selang waktu antara pengambilan contoh daun dan pelaksanaan pemupukan adalah 2–3 bulan.

Pengambilan contoh daun dilakukan ketika kondisi tidak hujan pada pagi hari antara pukul 07.00–12.00 waktu setempat. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah egrek, parang, galah, cat warna biru, blanko penilaian karakteristik vegetatif, plastik, gunting, kuas, alat tulis dan foto defisiensi hara pada kelapa sawit serta alat pelindung diri (APD). Contoh daun yang diambil adalah daun ke-17 dari pohon sample dan diambil 15 cm daun dari 2 anak daun yang terletak di tengah pelepah dimana terdapat pertemuan antara sisi tebal dan

runcing pelepah ‘ekor kadal’ (Gambar 2). Contoh daun tersebut dimasukkan ke

dalam kantong plastik tanpa ditutup, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dioven dan dianalisis. Pengovenan dilakukan pada suhu 80°C selama 12 jam.

Gambar 2 Pengambilan sample daun Penunasan

Penunasan bertujuan untuk memudahkan kegiatan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah, menjaga kelembaban pohon dan sanitasi. Penunasan yang terlambat dilakukan akan menyebabkan jumlah pelepah yang sudah tidak produktif terlalu banyak (under pruning), sedangkan penunasan yang sering dilakukan akan menyebabkan jumlah pelepah di pohon kelapa sawit sedikit. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan di pohon kelapa sawit tergantung pada umur tanaman (Tabel 2).

Tabel 2 Jumlah pelepah kelapa sawit yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman z

Umur tanaman Jumlah pelepah dipertahankan

Jumlah pelepah

per spiral Songgo

4–7 tahun 48–56 6–7 3

8–14 tahun 40–48 5–6 2

>15 tahun 32–40 4 1

z

Operational Best Practice Agronomi Oil Palm, First Resources (2013)

(18)

8

kegiatan penunasan yang dilakukan dengan sistem ini tidak memberikan hasil yang baik.

Pemanenan

Pemanenan adalah kegiatan memotong TBS kelapa sawit yang telah memenuhi kriteria kematangan buah dan mengutip brondolan yang telah jatuh sebelum maupun pada saat TBS dijatuhkan. Kriteria kematangan buah yang digunakan di Kebun SBU adalah fraksi 2 yaitu persentase kematangan buah telah mencapai 25–50% dengan jumlah brondolan di piringan 2 brondolan kg-1 tandan (Tabel 3). Buah hard bunch dipanen ketika ujung brondolan telah pecah dan berwarna merah.

Tabel 3 Kriteria kematangan buah kelapa sawit z Fraksi panen Kriteria kematangan % matang

0 Sangat mentah 0 – 12.5

Operational Best Practice Agronomi Oil Palm, First Resources (2013)

Kegiatan pemanenan perlu diperhatikan rotasi panen, angka kerapatan panen, kriteria kematangan, ancak panen, sarana dan prasarana panen. Rotasi panen yang digunakan di Kebun SBU adalah 6 hari, namun rotasi ini dapat berubah sesuai kondisi buah. Rotasi panen cepat dilakukan pada saat buah dalam kondisi turun, sedangkan pada saat produksi buah tinggi maka rotasi panen akan lambat. Nilai AKP berfungsi untuk mengetahui taksasi panen, kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan mobil. Pemanenan di Kebun SBU dilakukan dengan sistem ancak tetap. Setiap pemanen mempunyai ancak sebanyak 3 ha yang terdiri dari 2 pasar pikul di setiap blok. Keuntungan dari sistem ini adalah pengontrolan lebih mudah dilakukan dan ancak panen menjadi lebih bersih karena setiap ancak telah menjadi tanggungjawab masing-masing pemanen.

Persiapan panen yang harus dilakukan adalah melihat kondisi areal, penetapan kaveld panen, penetapan luas hanca panen dan penyediaan peralatan panen. Kondisi areal yang perlu diperhatikan adalah kondisi pasar rintis, titi panen, TPH dan kebersihan piringan. Penetapan luas hanca panen disesuaikan dengan kondisi tenaga kerja yang tersedia dan kondisi buah. Kemampuan pemanen rata-rata dalam satu hari adalah 3 ha.

(19)

9

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 3 Kegiatan panen : pelaksanaan apel pagi (A), proses pemotongan buah (B), pelangsiran buah ke TPH (C) dan pelaksanaan grading (D).

Kualitas dan kuantitas panen yang baik akan tercapai jika sumber lossis dapat diminimalkan. Lossis muncul karena adanya buah mentah yang dipanen, buah tinggal di pohon, di piringan maupun di TPH, pengutipan brondolan yang tidak bersih. Buah yang sudah dipanen harus segera diangkut ke pabrik maksimal 24 jam setelah tandan dipotong sehingga tidak dihasilkan buah restan yang dapat menurunkan nilai asam lemak bebas (ALB) CPO.

Pengangkutan harus dilakukan secepat mungkin agar tidak dihasilkan buah restan. Unit pengangkutan, setiap afdeling disediakan 2 unit dump truck dengan kapasitas rata-rata 5 ton. Pada setiap unit dump truck terdapat satu orang driver, seorang kerani buah dan 2 orang pemuat. Driver mengarahkan dump truck ke blok-blok panen dan melakukan pengiriman TBS ke PKS, sedangkan pemuat bertugas memasukkan TBS ke dump truck.

Pengangkutan TBS ke PKS akan berjalan dengan lancar jika didukung oleh kondisi unit dump truck dan jalan yang baik. Dump truck yang rusak harus segera diperbaiki di workshop. Agar kondisi jalan selalu dalan kondisi baik maka perlu dilakukan pemeliharaan jalan terutama pasca hujan. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan jalan diantaranya sirtu, langsir batu manual, rempes pelepah, dan penggunaan alat berat. Kondisi jalan yang rusak ringan diperbaiki secara manual yaitu menimbun jalan dengan batu yang diperoleh dari langsir manual, sedangkan jalan yang rusak berat diperbaiki dengan bantuan alat berat seperti escavator, bomag dan glader.

Pengendalian Gulma dan Hama

(20)

10

dongkel anak kayu dilakukan dengan menggunakan parang, cados, egrek dan APD. Jenis gulma yang dikendalikan secara manual diantaranya Musa sp., keladi liar, paku-pakuan, anakan sawit dan bambu. Keuntungan melakukan pengendalian gulma secara manual adalah hasil pekerjaan lebih rapi, sedangkan kelemahannya waktu pengerjaan lebih lama.

Gambar 4 Pengendalian gulma manual (kiri) dan kimia (kanan)

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan kegiatan penyemprotan. Dosis bahan aktif yang digunakan dalam setiap kegiatan penyemprotan berbeda-beda (Tabel 4). Dosis ini disesuaikan dengan jenis gulma, kerapatan gulma, lokasi pengendalian gulma dan jenis herbisida. Jenis gulma yang terdapat di Kebun SBU diantaranya Imperata cylindrica, Cyperus killyngia, Axonopus compressus, Asystasia intrusa, Cynodon dactylon, Paspalum conjugatum, Paspalum commersonii, Caladium sp., Mikania micrantha, Nephrolepis biserrata, Cyclosorus aridus, Glicenia linearis, Pteredium esculentum, Borreria alata, Chromolaena odorata dan Ageratum conyzoides.

Tabel 4 Dosis pengendalian gulma secara kimia z No. Lokasi Methyl metsulfuron 0.99 g ha-1

3 Pasar pikul Paraquat 0.10 l ha

Kantor Afdeling 7, Kebun SBU PT CLP(2013)

(21)

11 Hama yang ditemukan di Kebun SBU adalah ulat api, tikus, tupai dan rayap. Ulat api menyerang daun kelapa sawit dan dikendalikan dengan membiarkan jenis pakis-pakisan tumbuh di pohon kelapa sawit. Tikus dan tupai menyerang buah kelapa sawit yang serangannya ditandai dengan bekas gigitan pada daging buah. Tikus dan tupai dikendalikan dengan burung hantu dan ular. Rayap menyerang batang kelapa sawit yang dapat mengakibatkan pohon kelapa sawit tumbang, dikendalikan dengan merawat ancak agar pelepah dan pohon tumbang tersusun rapi digawangan mati.

Pengolahan TBS

Pabrik kelapa sawit (PKS) Kebun SBU memiliki kapasitas olah 60 ton jam-1 dan terdiri dari stasiun penerimaan buah, perebusan, pemipilan, pencacahan, pengempaan, pemurnian dan kernel. TBS di stasiun penerimaan buah akan digrading meliputi warna mesocarp (kuning, kuning orange, orange), kriteria kematangan dan faktor pengurang (hardbunch, parthenocarpic, panjang tangkai). Grading dilakukan agar buah yang diolah memiliki kualitas yang baik sehingga mutu CPO yang dihasilkan baik.

Perebusan TBS di stasiun perebusan dilakukan untuk menghentikan proses hidrolisis minyak sawit agar asam lemak bebasnya tidak tinggi, melunakkan TBS sehingga memudahkan proses pemipilan, mengurangi kadar air dalam TBS sehingga proses pengambilan minyak lebih mudah dan memudahkan proses pemisahan inti sawit dan cangkang. Perebusan TBS dilakukan dengan tekanan uap yang dipertahankan 2.8 kg cm-2 selama 80–90 menit (Gambar 5).

Gambar 5 Grading (kiri) dan stasiun rebusan (kanan)

Proses pemipilan dilakukan dengan alat pemipil (thresher) yang dapat memutar dan membanting TBS sehingga brondolan lepas dari tandannya. Brondolan kelapa sawit akan menuju stasiun pencacahan dan pengempaan, sedangkan TKS akan dipisahkan untuk menjadi pupuk organik ataupun dibakar. Brondolan yang telah terlepas dari tandannya dicacah hingga daging buahnya menjadi bubur. Pada proses pengempaan perlu ditambahkan air agar minyak yang dihasilkan tidak memiliki tingkat viskositas yang tinggi sehingga minyak yang hasilkan lebih banyak karena dengan viskositas yang rendah minyak akan mudah dipisahkan dari daging buahnya. Pada stasiun presser dihasilkan minyak yang dikirim ke stasiun pemurnian, fiber dikirim ke stasiun boiler dan kernel masuk ke stasiun kernel.

(22)

12

sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Minyak dari COT masuk ke clarifier tank untuk memisahkan minyak dan sludge. Minyak dari clarifier tank dikirim ke oil tank, sedangkan sludge di kembalikan lagi ke Crude oil tank untuk diproses kembali agar minyak yang masih terkandung di dalamnya dapat pisahkan.

Biji sawit yang terpisah dari daging buah pada stasiun pengempaan masih bercampur dengan serabut. Pada stasiun ini akan dipisahkan antara biji sawit dan serabut. Pemisahan ini dilakukan dengan cara pneumatic, yaitu pemisahan dengan menggunakan hisapan udara pada sebuah kolom pemisah. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan berat antara biji dan serabut. Biji sawit akan berada di bagian bawah dan memasuki nut polishing drum untuk dibersihkan kembali dari serabut kecil yang masih menempel. Biji sawit yang sudah bersih dikirim ke nut silo untuk dikeringkan dengan temperatur 60–80°C selama 6–18 jam. Pengeringan ini dilakukan agar inti dan cangkang dapat dipisahkan dengan cara pemecahan.

Mandor Pupuk bertugas membuat bon permintaan pupuk, menentukan blok aplikasi hari ini, jumlah tenaga kerja, kebutuhan mobil untuk pengangkutan pupuk dari gudang ke lapang, wajib mengadakan apel pagi sebelum pemupukan dilakukan, membagi hanca karyawan, memberikan pengarahan teknis pemupukan, mengawasi pengeceran pupuk, mengawasi pelaksanaan pemupukan, mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan, mengisi buku mandor dan membuat laporan kegiatan harian pemupukan.

Mandor Perawatan

Mandor perawatan bertugas membuat bon permintaan bahan, mengisi absensi di buku mandor, menentukan blok perawatan, mempersiapkan alat dan bahan, melaksanakan apel pagi, mengawasi kegiatan perawatan, melihat hasil penyemprotan dan membuat laporan harian. Pekerjaan yang dilakukan oleh mandor perawatan antara lain: penyemprotan, babat manual, dongkel anak kayu dan LSU.

Mandor Panen

Mandor Panen bertugas menentukan blok panen menentukan AKP, membuat taksasi panen, melakukan apel pagi dan bertanggung jawab membagi hanca, mengontrol hanca pemanen, mengisi buku mandor, koordinasi dengan kerani produksi untuk pengecekan tandan, mengorganisasikan karyawan, melakukan efisiensi panen, mengontrol kegiatan penunasan dan rempes, mengisi buku mandor panen dan mengisi laporan potong buah.

Krani Produksi

(23)

13 pengangkutan, menghitung jumlah tandan setiap pengangkutan, memeriksa mutu buah di TPH, mengisi buku kerani, menghitung premi pemanen dan pemuat. Kerani Afdeling

Tugas dan tanggung jawab krani afdeling adalah membuat laporan afdeling (harian, mingguan dan bulanan), membuat permintaan bahan/material yang dibutuhkan, membuat daftar hadir karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian perawatan dan produksi, membuat dan merekap data produksi serta mengisi monitoring produksi dan biaya (daily cost).

Pendamping Asisten

Asisten bertugas memimpin apel pagi, menjelaskan rencana kerja harian dan evaluasi pekerjaan sebelumnya, mengawasi seluruh kegiatan di kebun baik teknis maupun administrasi, memastikan buah terkirim ke PKS, melakukan grading untuk mengurangi buah kurang matang, berwenang memberi izin (sakit, cuti, dan izin) dan bertanggung jawab secara penuh selama 24 jam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan TBS kelapa sawit di Kebun SBU menghasilkan CPO 24%, KPO 5%, cangkang 6%, fiber 12%, TKS 22% dan limbah cair 67% (Tabel 5). Hambali et al. (2010) mengatakan bahwa limbah hasil pengolahan kelapa sawit meliputi tandan kosong sebesar 21%, serat 53.4%, cangkang 6.4% dan limbah cair (POME) sebanyak 58.3%.

(24)

14

Cangkang dihasilkan pada proses pemecahan biji sawit setelah dikeringkan di stasiun kernel. Fiber merupakan serat daging buah kelapa sawit yang dihasilkan pada proses pengempaan di stasiun presser. TKS merupakan limbah padat yang dihasilkan pada proses pemipilan (stasiun thresher). Limbah cair yang dihasilkan pabrik berasal dari proses perebusan, pemurnian dan kernel. Cangkang dan fiber di PKS Kebun SBU dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan TKS dan limbah cair dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit

Limbah TKS yang dihasilkan di PKS Kebun SBU dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang diaplikasikan langsung ke lahan. Kegiatan aplikasi TKS dijelaskan pada Gambar 6. TKS didistribusikan ke lahan menggunakan dump truck dengan kapasitas 3.5 ton. Rata-rata TKS yang dihasilkan adalah 58 ton hari-1 sehingga diperlukan 17 trip pengangkutan setiap hari. TKS dikumpulkan di collection road dan diaplikasikan menggunakan angkong. TKS harus segera diaplikasikan agar tidak mengganggu proses pengangkutan panen, tidak merusak jalan dan menghindari kehilangan unsur hara yang terkandung dalam TKS. Aplikasi TKS dilakukan oleh tenaga SPKL (Surat Perintah Kerja Lokal) dengan sistem borongan. Kemampuan aplikasi TKS secara individu adalah 6–7 ton hari-1 (20–25 petak hari-1), sedangkan jika dilakukan secara bersamaan ‘bomber’ (6 orang) dapat menyelesaikan 25 ton hari-1 (91 petak hari-1).

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 6 Kegiatan aplikasi TKS : distribusi TKS dengan dump truck (A), aplikasi TKS secara ‘bomber’ (B), aplikasi TKS secara individu (C) dan hasil aplikasi TKS (D)

(25)

15 menyediakan unsur N, P, K dan Mg yang masing-masing sebanyak 324 kg ha-1 tahun-1, 84.63 kg ha-1 tahun-1, 496.80 kg ha-1 tahun-1 dan 9.72 kg ha-1 tahun-1. Berdasarkan rekomendasi pemupukan di Kebun SBU, blok yang mendapat aplikasi TKS hanya mendapatkan aplikasi pupuk anorganik pada semester 1 saja karena aplikasi TKS mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan kelapa sawit.

Kandungan hara tertinggi pada TKS adalah kalium. Departemen Riset First Resources menyatakan satu ton TKS setara dengan 24.0 kg urea, 9.1 kg RPH, 27.6 kg MOP dan 1.2 kg kieserit. Kandungan ini lebih besar dari yang disampaikan oleh Rahutomo et al. (2008) yaitu dalam satu ton TKS setara dengan 3 kg urea, 0.6 kg RPH, 12 kg MOP dan 2 kg kieserit. Unsur kalium pada tanaman berperan dalam proses fotosintesis, respirasi, memperkuat jaringan dan organ tanaman serta memperbaiki ukuran dan kuantitas buah pada masa generatif. Kekurangan kalium pada tanaman dapat menghambat kematangan buah, ukuran buah menjadi lebih kecil dan mudah rontok. Pemberian TKS pada kelapa sawit diharapkan dapat mengurangi dampak kekurangan kalium sehingga produksi kelapa sawit dapat ditingkatkan. Ginting (2011) menyatakan aplikasi TKS setara 25% dosis pupuk MOP standar kebun dapat meningkatan produksi mencapai 11.7%.

Produksi tandan kelapa sawit di Kebun SBU pada tahun 2012 mencapai 153 621 ton TBS sehingga dihasilkan 30 724 ton TKS. Aplikasi TKS dilakukan dengan dosis 30 ton ha-1 tahun-1 sehingga lahan yang mendapatkan aplikasi hanya 1 024 ha, yaitu hanya 15.80 % dari total luas kebun. Blok yang mendapat aplikasi TKS adalah blok-blok yang dekat dengan pabrik dan memiliki kondisi yang baik. Kendala dalam aplikasi TKS adalah kondisi blok yang bergelombang dan jalan yang rusak. Kondisi ini memungkinkan suatu blok tidak mendapatkan aplikasi TKS pada seluruh luas blok sehingga dosis aplikasi tidak sesuai dengan rekomendasi. Gambar 7 menunjukkan pengaruh luas blok yang mendapatkan aplikasi TKS terhadap peningkatan produktivitas kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit meningkat seiring dengan peningkatan luas blok yang mendapatkan aplikasi TKS.

Gambar 7 Hubungan luas blok aplikasi TKS dan produktivitas kelapa sawit Manfaat aplikasi TKS ke lahan adalah memberikan tambahan unsur hara yang diperlukan tanaman, mengurangi pemakaian pupuk anorganik, menekan perkembangan gulma di antara pohon kelapa sawit dan mengurangi pencemaran

(26)

16

lingkungan. Hasil penelitian Ginting (2011) menunjukkan bahwa aplikasi TKS berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah (pH tanah, kandungan C-organik, Ca tertukarkan, Mg tertukarkan, dan KTK tanah), kadar N dan P dalam daun, serta total dan rerata kumulatif produksi TBS.

Limbah Cair Kelapa Sawit

Limbah cair merupakan limbah yang dihasilkan PKS dengan jumlah paling tinggi. Pengolahan limbah cair di Kebun SBU dilakukan dengan sistem kolam penampungan, instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Sistem IPAL ini mampu menaikkan pH dan menurunkan nilai BOD dan COD sehingga dapat diaplikasikan ke lahan. Metode pengolahan lain yang dapat digunakan yaitu pengolahan dengan anaerobic fixed bed reactor (Nasution 2009), membran elektrokoagulasi (Nasution 2010), mikrofili (Herawan 2010) dan menjadikan limbah cair sebagai media tumbuh mikroalga (Yonas 2012).

Limbah cair diaplikasikan ke lahan dengan sistem flat bed (Gambar 8). Flat bed yaitu sistem aplikasi limbah secara irigasi yang ditampung di dalam kolam-kolam dangkal dan datar dihubungkan dengan saluran parit untuk mengalirkan limbah dengan ketinggian yang relatif tidak sama dan mengikuti kemiringan tanah. Flat bed ini dibuat di sepanjang gawangan mati pada blok-blok yang datar dan berjarak tidak terlalu jauh dengan pabrik. Blok yang mendapatkan aplikasi limbah cair di Kebun SBU adalah blok E26, E27, E28, F27, F28 dan F29 (Lampiran 6).

A B

Gambar 8 Kolam penampungan (kiri) dan flat bed limbah cair (kanan)

(27)

17 Pengujian kualitas limbah cair di Kebun SBU dilakukan setiap bulan dengan mengambil sample dari kolam penampungan terakhir. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 6, aplikasi limbah cair telah sesuai dengan baku mutu yang berlaku. Evaluasi kepatuhan ini ditunjukkan dengan nilai BOD5 dan COD air limbah jauh di bawah nilai baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa limbah cair telah dapat diaplikasikan ke lahan namun kandungan haranya sangat rendah sehingga pengaruh pada pertumbuhan dan produksi kelapa sawit akan kecil. Departemen Riset First Resources menyatakan satu ton limbah cair setara dengan 2.2 kg urea, 3.3 kg RPH, 2.2 kg MOP dan 0.5 kg kieserit. Satyoso (2005) menyatakan bahwa limbah cair dari kolam pengumpul PT Astra Agro Lestari Tbk mengandung 1.1–2.0 kg urea, 1.1–1.8 kg SP36, 4.0–7.6 kg MOP dan 1.5–2.1 kg kieserit.

Tabel 6 Kriteria kualitas air limbah bulan Februari 2013 z

No. Parameter Provinsi Riau bulan Februari 2013. y ** = tidak termasuk dalam persyaratan.

Pemanfaatan Kerak Limbah Cair

Limbah cair di kolam penampungan masih membawa lumpur hasil pengolahan PKS. Lumpur ini akan mengalami pengendapan menjadi kerak di kolam penampungan. Kerak ini akan mengurangi kapasitas kolam penampungan jika tidak dilakukan pendalaman kolam secara berkala. Kerak limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai media tanam tanaman. Manulu (2008) menyatakan bahwa tanaman sawi yang ditanam dengan media tanam 20%, 30% dan 40% limbah lumpur kering kelapa sawit ditambah 50% NPK mampu menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif dan produktivitas tanaman sawi serta mampu meningkatkan populasi total mikroorganisme tanah jika dibandingkan dengan yang ditanam dengan 100% NPK.

(28)

18

pertumbuhannya. Media L4 memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman.

Jumlah daun terbanyak pada seluruh pengamatan dimiliki oleh tanaman kangkung yang ditanam pada media L2, sedangkan jumlah daun paling sedikit dimiliki oleh tanaman pada media kontrol. Berdasarkan hasil uji, jumlah daun L2 tidak berbeda nyata dengan jumlah daun pada L1, L3 dan L4 pada pengamatan ke-1, ke-3, ke-4 dan ke-7.

Tabel 7 Tinggi dan jumlah daun tanaman kangkung pada media kerak limbah cairz

Perlakuan Pengamatan ke- (HST) menunjukkan tidak berbeda nyata pada hasil uji lanjut DMRT dengan taraf 5%.

Tanaman kangkung yang ditanam pada media L1 memiliki panjang akar terpanjang dan berbeda nyata terhadap panjang akar pada perlakuan lain kecuali L2 (Tabel 8). Kondisi ini terjadi karena bahan organik yang terdapat pada media L1 lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan lain sehingga memicu akar tanaman tumbuh lebih panjang untuk mencari bahan organik. Akar tanaman pada media L1 merupakan akar sekunder sehingga bobot basah akarnya rendah. Bobot basah brangkasan tertinggi dimiliki oleh tanaman yang ditanam pada media L4. Tabel 8 Panjang akar dan bobot tanaman kangkung pada media kerak limbah cair

(21 HST) z menunjukkan tidak berbeda nyata pada hasil uji lanjut DMRT dengan taraf 5%.

(29)

19 media L4 (Gambar 9). Menurut Rinaldi (2012), pemberian limbah cair sebagai pupuk organik mempengaruhi pertumbuhan bibit kakao yaitu pada dosis penyiraman 1.6 liter polibag-1 mampu memberikan pengaruh terbaik terhadap luas daun total, bobot kering pucuk, bobot kering akar dan diameter bibit kakao.

Gambar 9 Pertumbuhan vegetatif tanaman kangkung pada 15 HST

Pengaruh Aplikasi Limbah Cair terhadap Kualitas Air

Pemantauan terhadap proses aplikasi limbah cair tersebut perlu dilakukan secara intensif. Pemantauan dilakukan terhadap kualitas air tanah dan air permukaan. Hasil pengujian kualitas air tersebut disajikan pada Tabel 9 dan Tabel 10.

(30)

20

Pemantauan dilakukan dengan melakukan pengujian laboratorium terhadap kualitas air tanah di sekitar aplikasi limbah cair. Pengujian dilakukan setiap 6 bulan sekali terhadap sample air yang berasal dari sumur pantau, sumur pemukiman dan air sungai. Kebun SBU memiliki 4 sumur pantau yaitu sumur pantau I di blok E26, sumur pantau II di blok F27, sumur pantau III di blok F26 dan sumur pantau IV di blok E27.

Hasil pengujian kualitas air tanah menunjukkan parameter pH pada sample sumur pantau I, II, III dan sumur pemukiman lebih rendah daripada baku mutu yang ditentukan, sedangkan nilai nitrat pada seluruh sumur lebih tinggi dari baku mutu. Hal ini mengindikasi bahwa limbah cair mempengaruhi kualitas air tanah sehingga evaluasi kepatuhan belum tercapai. Pengaruh ini kemungkinan terjadi karena adanya rembesan limbah cair. Berdasarkan evaluasi titik kritis, air tanah di perumahan tidak dapat digunakan untuk konsumsi sehari-hari.

Tabel 10 Kualitas air sungai Sei Batang Ulak z Parameter Satuan Hasil analisis

Mutu air Teknis Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, Mei 2012; y PP 82 th 2001

(31)

21 sehingga termasuk dalam kelas mutu air kedua. Parameter yang belum sesuai dengan baku mutu adalah zat padat tersuspensi, COD, dan nitrat. Nilai parameter ini pada sungai hilir lebih besar dibandingkan sungai bagian hulu karena kondisi sungai yang lebar sehingga volume air yang banyak mampu mengencerkan kandungan zat padat tersuspensi, COD dan nitrat pada bagian hulu sungai.

Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

Pemberian pupuk anorganik di Kebun SBU dilakukan setiap semester. Blok-blok yang mendapatkan aplikasi limbah pada umumnya hanya mendapatkan aplikasi pupuk anorganik pada semester 1 saja, sedangkan semester ke-2 aplikasi pupuk anorganik digantikan dengan pemberian aplikasi limbah. Pemanfaatan limbah padat berupa TKS dan limbah cair sebagai pupuk organik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman kelapa sawit, menekan kebutuhan pupuk anorganik, mengurangi biaya perawatan dan meningkatkan produksi kelapa sawit.

Gambar 10 menunjukkan bahwa blok aplikasi limbah memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan kontrol kecuali pada tahun 2011. Hasil ini menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit berupa TKS dan limbah cair mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan kelapa sawit sehingga mampu berproduksi dengan baik. Prayitno (2008) menyatakan bahwa aplikasi limbah pabrik kelapa sawit dapat meningkatkan kualitas sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta pertumbuhan sehingga produktivitas tanaman juga meningkat.

Gambar 10 Produktivitas kelapa sawit pada blok aplikasi limbah kelapa sawit. Garis vertikal di atas tiap balok data menunjukkan nilai standar deviasi.

(32)

22

(Rahutomo et al. 2008). Limbah yang diaplikasikan ke lahan berfungsi sebagai pengganti pupuk anorganik sehingga dapat mengurangi biaya perawatan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tandan kosong dan limbah cair kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Aplikasi limbah mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan kelapa sawit sehingga mengurangi pemakaian pupuk anorganik dan meningkatkan produktivitas. Produktivitas meningkat seiring dengan peningkatan luas blok aplikasi limbah tandan kosong sawit. Aplikasi limbah cair mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan di sekitar aplikasi sehingga air tersebut tidak dapat dikonsumsi. Kerak limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai media tanam kangkung. Media tanam dengan 100% kerak limbah cair memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot brangkasan tanaman.

Saran

Aplikasi TKS dan limbah cair perlu dilakukan dengan pengawasan yang baik sehingga tidak terjadi kekurangan atau kelebihan dosis aplikasi. Aplikasi TKS dilakukan secepat mungkin dan merata sampai ke tengah blok. Pemantauan terhadap aplikasi limbah cair perlu dilakukan secara intensif sehingga tidak terjadi kebocoran pipa. Penelitian pemanfaatan kerak limbah cair sebagai media tanam perlu dilakukan pada pembibitan kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Darmosarkoro W. 2008. Prospek Industri Kelapa Sawit Indonesia. Latif S, Purba H, editor. Jakarta (ID): PPKS. hlm 95–108.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Luas Areal dan Produksi Perkebunan seluruh Indonesia menurut Pengusahaan. [internet]. [diunduh

2012 Oktober 19]; Tersedia pada:

http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/komoditiutama/8-kelapasawit.

Ginting EN, Hidayat F, Santoso H. 2011. Substitusi pupuk MOP dengan tandan kosong kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit di ultisol. J. Pen. Kelapa Sawit 19(1):11–21.

Hambali E, Thahar A, Komarudin A. 2010. The Potential of Palm Oil and Rice Biomass as Bioenergy Feedstock. 7th Biomass Asia Workshop [internet]. 2010 November 29–Desember 01; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Researcher at Surfactant and Bioenergy Research Center, LPPM IPB. Hlm 1–11; [diunduh 2012 Oktober 20]. Tersedia pada: http://www.biomass-asiaworkshop.jp/biomassws/07workshop/poster/26.Erliza_Hambali_Full Paper.pdf.

(33)

23 Hartley CWS. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). 2nd ed. New York

(US): Longman. p 806.

Herawan T, Darnoko, Nurkhoiry R, Agustira A. 2008. Industri Hilir Berbasis Kelapa Sawit. Latif S, Purba H, editor. Jakarta (ID): PPKS. hlm 178–184. Herawan T, Hanum F, Lelyana VD. 2010. Penggunaan membrane mikrofiltrasi

untuk pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit. J. Pen. Kelapa Sawit 18(1):40–48.

Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Bandar Kuala : Pusat Penelitian Perkebunan Marihat.

Lubis E, Erningpraja L, Fauzan R. 2005. Dampak pemanfaatan limbah cair PKS secara aplikasi lahan terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Di dalam: Sutarta ES, Siregar HH, Erningpraja L, Darnoko, Winarna, Yudanto BG, Listia E, editor. Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit melalui Pemupukan dan Pemanfaatan Limbah PKS. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005; 2005 April 19-20; Medan, Jakarta. Medan (ID): PPKS. hlm 101–118.

Manulu DF. 2008. Pemanfaatan limbah lumpur kering kelapa sawit sebagai sumber bahan organik untuk campuran media tanam sawi (Brassica juncea) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nasution MA, Herawan T, Lelyana VD. 2009. Pengolahan limbah cair kelapa sawit menggunakan anaerobic fixed bed reactor. J. Pen. Kelapa Sawit 17(3):114–119.

Nasution MA, Yaakob Z, Herawan T. 2010. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dan penghasilan hidrogen menggunakan elektrokoagulasi. J. Pen. Kelapa Sawit 18(2):86–94.

Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. hlm 412.

Prayitno S, Indradewa D, Sunarminto BH. 2008. Produktivitas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang dipupuk dengan tandan kosong dan limbah cair pabrik kelapa sawit. Ilmu Pertanian 15(1):37–48.

Rahutomo S, Sutarta ES, Siregar HH, Darlan NH, Winarna. 2008. Kemajuan Budidaya Kelapa Sawit Di Indonesia. Latif S, Purba H, editor. Jakarta (ID): PPKS. hlm 145–155.

Rinaldi, Hanibal, Syahputra W. 2012. Pengaruh limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao, L.). Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 1(2):98–107.

Satyoso H, Hutabarat SM, Harimurti, Slamet, Berlian. 2005. Pemanfaatan limbah

cair PKS di PT Astra Agro Lestari Tbk. “konsep, implementasi operasional

dan manfaat”. Di dalam: Sutarta ES, Siregar HH, Erningpraja L, Darnoko,

Winarna, Yudanto BG, Listia E, editor. Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit melalui Pemupukan dan Pemanfaatan Limbah PKS. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005; 2005 April 19-20; Medan, Jakarta. Medan (ID): PPKS. hlm 69–84.

Sugiyono, Harahap IY, Winarna, Koedadiri AD, Purba A, Purba P. 2003. Penilaian Kesesuaian Lahan. Buana L, Siahaan D, Adiputra S, editor. Medan (ID): PPKS. hal 2.

(34)

24

Sutarta ES, Siregar HH, Erningpraja L, Darnoko, Winarna, Yudanto BG, Listia E, editor. Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit melalui Pemupukan dan Pemanfaatan Limbah PKS. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005; 2005 April 19-20; Medan, Jakarta. Medan (ID): PPKS. hlm 119–131.

Yonas R, Irzandi U, Satriadi H. 2012. Pengolahan limbah POME (palm oil mill effluent) dengan menggunakan mikroalga. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 1(1):7–13.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal harian kegiatana magang sebagai karyawan harian lepas di Kebun SBU

Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja Lokasi

Penulis Karyawan Standar

23-02-13 Sortasi TBS, proses pengolahan

TBS - - - PKS

20-03-13 Penyemprotan pasar pikul dan

(35)

25 Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun

SBU

26-03-13 Administrasi pabrik PKS

27-03-13 Pendamping mandor panen 2 1 4 F27

Lampiran 3 Jurnal harian magang sebagai pendamping asisten di Kebun SBU

Tanggal Uraian kegiatan

17-04-13 Pengenalan afdeling, pemupukan 1 29.64 2 G22 18-04-13 Apel, penyemprotan, pengangkutan 5 205.11 6 H20 - H22

19-04-13 Administrasi, pemupukan, cek panen 5 169 8 Kantor, H32, H22-27 20-04-13 Administrasi, rempesan, cek panen 3 179.51 8 Kantor, H28-32 22-04-13 Cek panen dan pengangkutan 2 165.42 7 G26-32 23-04-13 Pemupukan, internal training 1 32.7 8 H23, kantor

24-04-13 Sosialisasi LSU, panen - - 8

26-04-13 Administrasi, pemupukan, cek panen 3 173.75 8 Kantor. H20, H27-30 27-04-13 Administrasi, LSU, panen 3 171.94 6 G22, H31-32 29-04-13 Administrasi, panen, pembagian beras 3 143.69 8 G26-29, kantor

30-04-13 Administrasi, cek panen,

pengangkutan 4 145.36 6 G22-25, kantor

01-05-13 Cek rempesan, panen, pengangkutan 5 169.71 8 G26, H28-32

02-05-13 Cek rempesan, panen, langsir manual 5 173.69 8 G30-32, H22-23, H32 03-05-13 Pengambilan data sekunder - - 3 PKS, KTU 04-05-13 Pengawasan pemupukan, panen 5 174,53 7 H26, G22-25 06-05-13 Pemel jalan, langsir manual, panen 5 161.95 7 H20-24 07-05-13 Pemel jalan, langsir manual, panen 3 199.76 6 H24-29 08-05-13 Administrasi, pemel jalan 3 27.42 3 Kantor, H32 09-05-13 Libur

(36)

26

13-05-13 Adm, pemupukan, panen, internal

training 6 21.4 6

Kantor, H22, H20-24 14-05-13 Adm, grading, pengangkutan 2 247.83 6 Kantor, H25-32

15-05-13 Adm, pemupukan, grading 3 202.91 6 Kantor, H30, G26-32 16-05-13 Adm, grading, pengangkutan 2 199.94 4 Kantor, G22-27

(37)

Lampiran 4 Data curah hujan Kebun Sei Batang Ulak

Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

hh mm hh mm hh mm hh mm hh mm hh mm hh mm hh mm hh mm

Januari 10 83 12 241 19 441 23 366 22 402 24 294 20 314 22 438 13 50 Pebruari 13 113 4 51 12 209 17 266 14 165 16 335 16 372 12 185 13 98 Maret 9 154 17 294 13 91 11 147 27 593 21 291 16 281 10 119 16 327 April 12 217 12 176 11 217 16 287 23 397 14 254 17 166 18 242 16 348 Mei 7 53 9 159 15 276 17 276 10 107 15 218 9 129 16 201 16 294

Juni 5 56 6 40 10 101 8 134 13 361 8 66 11 172 5 50 3 27

Juli 15 167 6 77 2 39 17 274 13 176 9 102 15 249 3 79 8 139 Agustus 3 101 7 90 6 101 14 248 10 166 14 208 11 154 5 101 7 109 September 6 86 13 208 13 263 16 328 13 225 5 68 15 330 10 112 13 227 Oktober 16 369 13 143 6 133 11 165 17 253 16 312 10 206 15 167 17 340 Nopember 15 308 22 256 15 237 19 330 20 363 16 395 13 321 18 263 20 454 Desember 19 323 14 164 21 341 20 301 23 413 22 499 15 272 20 274 13 306 Total 130 2 030 135 1 899 143 2 449 189 3 122 205 3 621 180 3 042 168 2,966 154 2,231 155 2,719

BK (<60 MM) 2 2 1 - - - - 1 2

BB (>60MM) 10 10 11 12 12 12 12 11 10

Keterangan : hh: hari hujan mm : mili meter

Klasifikasi iklim Scmidth Ferguson Perhitungan tipe iklim di Kebun SBU:

0 > Q ≤ 14.3 = Tipe A (sangat basah) 60 > Q ≤ 100 = Tipe D (sedang) Q = ( rata-rata BK/rata-rata BB) x 100 % = 8.00 %

14.3 > Q ≤ 33.3 = Tipe B (basah) 100 > Q ≤ 167 = Tipe E (agak kering)

33.3 > Q ≤ 60 = Tipe C (agak basah) 167 > Q ≤ 300 = Tipe F (kering)

(38)
(39)
(40)

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Munisatul Latifah. Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 10 Februari 1990 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ahmad Sujati dan Nur Umi Rofiah. Penulis telah menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN Lambangan Wetan dan SMP N 1 Sulang pada tingkat sekolah menengah pertama. Lulus dari SMA 2 Rembang, Jawa Tengah pada tahun 2009, penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK.

Gambar

Gambar 3  Kegiatan panen : pelaksanaan apel pagi (A), proses pemotongan
Tabel 4  Dosis pengendalian gulma secara kimia z
Tabel 5  Hasil pengolahan TBS di PKS Kebun SBU tahun 2012 z
Gambar 6  Kegiatan aplikasi TKS : distribusi TKS dengan dump truck (A),
+6

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL : DOKTOR HONORIS CAUSA UGM UNTUK DUA PERAIH NOBEL MEDIA : BERNAS. TANGGAL : 11

Proporsi tepung beras merah yang lebih tinggi menyebabkan kadar amilosa dalam adonan kerupuk menjadi lebih tinggi seperti yang dapat dilihat pada Tabel

Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai dari free cash flow , misalnya apabila perusahaan memiliki free cash flow tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka

User dapat mengetahui nama anggota beserta alamat anggota yang belum mengembalikan buku beserta tanggal buku tersebut harus di kembalikan Sistem harus dapat melakukan

One can glean from the two examples above that the sample information is made available to the analyst and, with the aid of statistical methods and elements of probability,

Suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

Pada selisih tarif upah mengalami selisih rugi karena terjadinya perubahan tarif yang belum disesuaikan dengan standar, selisih efisiensi mengalami selisih laba, selisih