• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Individu dan Kepemilikan Jamban Keluarga Dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Desa Sosor Tolong Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Individu dan Kepemilikan Jamban Keluarga Dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Desa Sosor Tolong Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Karakteristik Individu dan Kepemilikan Jamban Keluarga dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan

(BABS) di Desa Sosor Tolong Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

I. Keterangan Wawancara

a. No. Urut Kuesioner : b. Tanggal Wawancara :

II. Identitas responden

a. Nama : b. Jenis Kelamin : c. Umur :

III. Pendidikan

1. Tidak sekolah, tamat SD dan SMP/sederajat 2. Tamat SMA dan Perguruan Tinggi

IV. Pekerjaan

1. Informal (Petani,Pedagang/Wiraswasta,Buruh Tani,Tukang Becak) 2. Formal (PNS, BUMN, BUMD, Pegawai Swasta, Polisi, TNI)

V. Penghasilan

(2)

VI. Pengetahuan

1. Apa yang dimaksud dengan Buang Air Besar Sembarangan? a. Buang air besar pada tempatnya seperti jamban

b. Buang air besar dimana saja

c. Buang air besar tidak pada tempat yang tepat seperti jamban atau WC 2. Menurut Bapak/Ibu dimana tempat Buang Air Besar yang tepat?

a. Jamban/WC b. Lubang galian

c. Kebun/sungai/tempat terbuka

3. Menurut Bapak/Ibu, apakah BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan?

a. Dapat, karena menyebar di tanah b. Dapat, karena menularkan penyakit

c. Tidak dapat karena tinja segera ditutup dengan tanah dan menyuburkan tanah

4. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan jamban keluarga? a. Tempat untuk buang air besar

b. Tempat pembuangan tinja

c. Suatu bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang diperuntukkan untuk keluarga

5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jamban keluarga yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan?

a. Jamban cubluk b. Jamban cemplung c. Jamban leher angsa

6. Mengapa jamban harus memilki septic tank? a. Sebagai tempat penampungan tinja

(3)

7. Berapa jarak penampungan tinja dari sumber air bersih yang dianjurkan memenuhi syarat kesehatan?

a. ≥ 10 meter b. 1-5 meter c. < 10 meter

8. Manfaat buang air besar di jamban/WC: a. Supaya tidak terlihat oleh orang lain

b. Untuk melindungi masyarakat dari penularan penyakit c. Supaya tidak mengganggu estetika/pandangan masyarakat

9. Apakah Bapak/Ibu tahu syarat atau standar bangunan atas jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan?

a. Tidak memiliki atap b. Memilki atap dan ventilasi

c. Memilki atap yang kuat, ventilasi dan penerangan yang cukup

10. Bagaimana standar bangunan tengah jamban yang memenuhi syarat kesehatan?

a. Memiliki lantai

b. Memilki dinding dan lantai jamban kedap air dan tidak licin

c. Memilki dinding yang kuat, lantai jamban kedap air dan tidak llicin dan memilki SPAL (saluran Pembuangan Air Limbah)

11. Bagaimana standar/syarat bangunan bawah jamban yang memenuhi syarat kesehatan?

a. Memilki penutup

b. Memilki tempat penampungan

c. Memilki tempat penampungan untuk menguraikan kotoran/tinja seperti septic tank ataupun cubluk.

(4)

13. Tahukah Bapak/ibu apa saja yang kita perlukan saat buang air besar? a. Tempat untuk buang air besar

b. Air dan sabun

c. Air, sabun dan alat pembersih

14. Dapatkah BAB sembarangan menularkan penyakit? a. Tidak tahu

b. Tidak dapat c. Dapat

15. Tahukah Bapak/ibu penyakit apa yang dapat ditularkan melalui tinja? a. Polio

b. Kecacingan dan diare

c. Kecacingan, diare, tifus, disentri dan kolera

16. Tahukah Bapak/ibu melalui media apa sajakah tinja dapat ditularkan? a. Tanah

b. Makanan, air dan tangan

c. Makanan, air, tangan dan binatang/hewan 17. Apakah yang menyebabkan penyakit melalui tinja?

a. Bakteri dan virus

b. Bakteri, virus dan parasit c. Jamur

18. Cara memutus rantai penularan penyakit dari tinja :

a. Tidak bisa dilakukan pemutusan mata rantai penularan penyakit b. Memiliki jamban/WC

c. Pemutusan rantai penularan penyakit dapat dilakukan dengan penghentian BAB sembarangan dan mendirikan jamban keluarga/WC dan cuci tangan pakai sabun setelah BAB.

(5)

c. Dapat tercemar, jika jarak sumur dari tinja orang yang BAB sembarangan < 10 meter.

20. Menurut Bapak/Ibu Tempat penampungan tinja/kotoran disalurkan kemana?

a. Septic tank b. Lubang galian c. Sungai/parit

VII. Sikap

No Pertanyaan

Jawaban Setuju kurang

setuju

Tidak setuju 1 Setujukah anda BAB di tempat terbuka

memberikan kenyaman sama dengan BAB di jamban

2 Setujukah anda BAB sembarang tempat dapat menyebabkan pencemaran lingkungan

3 Setujukah anda BAB sembarang tempat dapat menimbulkan penyakit

4 Setujukah anda sumber air dapat tercemar oleh tinja

(6)

BAB di tempat terbuka

7 Setujukah anda jika tetangga anda BAB dikebun atau dekat rumah anda

8 Setujukah anda mendirikan jamban merupakan cara untuk memutus rantai penularan dari tinja

9 Setujukah anda dengan anjuran memiliki jamban

10 Setujukah anda dengan air atau makanan yang tercemar tinja dapat menimbulkan penyakit dan merugikan kesehatan

VIII. Kepemilikan Jamban

a. Apakah anda memiliki jamban? 1. Ya 2. Tidak

b. Bila tidak, dimana anda membuang kotoran/tinja? 1. Jamban umum

2. Sungai/parit

3. Dikebun/pekarangan rumah belakang 4. Disembarang tempat

(7)

3. Plengsengan

d. Tempat penampungan kotoran/tinja dibuang kemana? 1. Septic tank

2. Parit 3. Sungai

IX. Tindakan Buang Air Besar Sembarangan

No Pertanyaan

Jawaban Selalu

Kadang-kadang

Tidak pernah 1 Apakah anda buang air besar di

kebun/ladang, sungai, parit dan tanah terbuka?

2 Apakah anggota keluarga anda BAB di sembarang tempat?

3 Apakah anda merasa nyaman dan tenang BAB di sembarang tempat atau tempat terbuka?

4 Apakah anda menganggu

(8)

6 Apakah anda menyarankan kepada anggota keluarga anda yang lain untuk tidak BAB sembarangan?

7 Apakah anda melarang tetangga anda untuk BAB di sembarang tempat atau dekat dengan rumah anda?

8 Apakah anda sudah lama BAB di tempat terbuka?

9 Saat anda BAB apakah anda menggunakan air yang cukup?

(9)
(10)

Keterangan :

(11)

Jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 18 32.7 32.7 32.7

perempuan 37 67.3 67.3 100.0

Total 55 100.0 100.0

Umur responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 25-42 38 69.1 69.1 69.1 Valid tidak sekolah, tamat SD, SMP

28 50.9 50.9 50.9

tamat SMA, perguruan tinggi

27 49.1 49.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid buruk 30 54.5 54.5 54.5

baik 25 45.5 45.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid buruk 33 60.0 60.0 60.0

(12)

Kepemilikanjamban

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 20 36.4 36.4 36.4

ya 35 63.6 63.6 100.0

Total 55 100.0 100.0

Tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid buang air besar dimana saja

23 41.8 41.8 41.8

buang air besar tidak pada tempat yang tepat seperti

jamban/WC 32 58.2 58.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

Pengetahuan2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid kebun/sungai/tempat

terbuka 1 1.8 1.8 1.8

jamban/WC 54 98.2 98.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

pengetahuan3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak dapat karena tnja

(13)

pengetahuan4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tempat untuk buang air

besar 19 34.5 34.5 34.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jamban

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid karena jika jamban/WC

ada maka septiv tank

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(14)

Pengetahuan8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid supaya tidak terlihat oleh

orang lain 17 30.9 30.9 30.9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid memilki atap dan

ventilasi 42 76.4 76.4 76.4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid memilki lantai 3 5.5 5.5 5.5

memiliki dinding dan lantai jamban yang kedap air dan tidak licin

45 81.8 81.8 87.3

memilki dinding yang kuat, lantai jamban kedap air dan tidak licin

dan memilki SPAL

7 12.7 12.7 100.0

Total 55 100.0 100.0

Pengetahuan11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid memilki penutup 3 5.5 5.5 5.5

memiliki tempat

penampungan 41 74.5 74.5 80.0

memiliki tempat penampungan untuk

(15)

pengetahuan12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid bersih 35 63.6 63.6 63.6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tempat untuk buang air

besar 20 36.4 36.4 36.4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak dapat 5 9.1 9.1 9.1

tidak tahu 1 1.8 1.8 10.9

dapat 49 89.1 89.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

pengetahuan15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid kecacingan dan diare 42 76.4 76.4 76.4

kecacingan, diare, tifus.

disentri dan kolera 13 23.6 23.6 100.0

Total 55 100.0 100.0

pengetahuan16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tanah 8 14.5 14.5 14.5

makanan, air dan tangan 31 56.4 56.4 70.9 makanan, air, tangan dan

binatang/hewan 16 29.1 29.1 100.0

(16)

pengetahuan17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

dan cuci tangan pakai sabun setelah BAB

4 7.3 7.3 100.0

Total 55 100.0 100.0

pengetahuan19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak dapat karena jauh dari tinja

orang yang BAB sembarangan 14 25.5 25.5 25.5

dapat, karena sumurnya dalam

keadaan terbuka 41 74.5 74.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

pengetahuan20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sungai/parit 16 29.1 29.1 29.1

lubang galian 10 18.2 18.2 47.3

(17)

sikap1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 22 40.0 40.0 40.0

kurang setuju 18 32.7 32.7 72.7

setuju 15 27.3 27.3 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 4 7.3 7.3 7.3

kurang setuju 20 36.4 36.4 43.6

setuju 31 56.4 56.4 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 4 7.3 7.3 7.3

kurang setuju 16 29.1 29.1 36.4

setuju 35 63.6 63.6 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 5 9.1 9.1 9.1

kurang setuju 14 25.5 25.5 34.5

setuju 36 65.5 65.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 2 3.6 3.6 3.6

(18)

sikap6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 38 69.1 69.1 69.1

kurang setuju 14 25.5 25.5 94.5

setuju 3 5.5 5.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 50 90.9 90.9 90.9

kurang setuju 5 9.1 9.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 2 3.6 3.6 3.6

kurang setuju 19 34.5 34.5 38.2

setuju 34 61.8 61.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 3 5.5 5.5 5.5

(19)

Kepemilikan jamban

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 20 36.4 36.4 36.4

ya 35 63.6 63.6 100.0

Total 55 100.0 100.0

Jika tidak dimana membuang tinja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 35 65.5 65.5 65.5

Bila ya, jamban apa yang digunakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 20 36.4 36.4 36.4

leher angsa 15 27.3 27.3 63.6

Cemplung 20 36.4 36.4 100.0

Total 55 100.0 100.0

Tempat penampungan tinja dibuang kemana

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 20 36.4 36.4 36.4

septic tank 8 14.5 14.5 50.9

Parit 27 49.1 49.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

TBABS1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kadang-kadang 36 65.5 65.5 65.5

ya, selalu 19 34.5 34.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

TBABS2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(20)

TBABS3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 14 25.5 25.5 25.5

kadang-kadang 39 70.9 70.9 96.4

ya, selalu 2 3.6 3.6 100.0

Total 55 100.0 100.0

TBABS4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 4 7.3 7.3 7.3

kadang-kadang 13 23.6 23.6 30.9

ya, selalu 38 69.1 69.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

TBABS5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 36 65.5 65.5 65.5

kadang-kadang 13 23.6 23.6 89.1

ya, selalu 6 10.9 10.9 100.0

Total 55 100.0 100.0

TBABS6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 1 1.8 1.8 1.8

kadang-kadang 28 50.9 50.9 52.7

ya, selalu 26 47.3 47.3 100.0

Total 55 100.0 100.0

TBABS7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 2 3.6 3.6 3.6

(21)

TBABS8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 28 50.9 50.9 50.9

kadang-kadang 2 3.6 3.6 54.5

ya, selalu 25 45.5 45.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

TBABS9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 2 3.6 3.6 3.6

ya, selalu 53 96.4 96.4 100.0

Total 55 100.0 100.0

TBABS10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 17 30.9 30.9 30.9

kadang-kadang 24 43.6 43.6 74.5

ya, selalu 14 25.5 25.5 100.0

(22)

ANALISIS BIVARIAT

Continuity Correctionb 5.414 1 .020

Likelihood Ratio 6.952 1 .008

Fisher's Exact Test .013 .010

Linear-by-Linear Association 6.659 1 .010

N of Valid Casesb 55

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,31.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pendidikan (tidak sekolah, tamat SD, SMP / tamat SMA, perguruan tinggi)

(23)

pekerjaan * tindakan BABS

Continuity Correctionb 5.544 1 .019

Likelihood Ratio 7.778 1 .005

Fisher's Exact Test .010 .010

Linear-by-Linear

Association 7.538 1 .006

N of Valid Casesb 55

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pekerjaan (informal /

formal) 13.200 1.458 119.515

For cohort tindakan = buruk 4.812 .776 29.838

(24)

penghasilan * tindakan BABS

Continuity Correctionb 5.544 1 .019

Likelihood Ratio 7.778 1 .005

Fisher's Exact Test .010 .010

Linear-by-Linear

Association 7.538 1 .006

N of Valid Casesb 55

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for penghasilan (tidak sesuai

UMK / sesuia UMk) 13.200 1.458 119.515

For cohort tindakan = buruk 4.812 .776 29.838

(25)

pengetahuan * tindakan BABS

Continuity Correctionb 11.016 1 .001

Likelihood Ratio 13.440 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 12.708 1 .000

N of Valid Casesb 55

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,55.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pengetahuan (buruk / baik) 8.889 2.520 31.353

For cohort tindakan = buruk 2.315 1.340 3.999

For cohort tindakan = baik .260 .111 .611

(26)

sikap * tindakan BABS

Continuity Correctionb 11.943 1 .001

Likelihood Ratio 14.329 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 13.727 1 .000

N of Valid Casesb 55

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,40.

b. Computed only for a 2x2 table

(27)

kepemilikanjamban * tindakan BABS

% within kepemilikanjamban 80.0% 20.0% 100.0%

ya Count 18 17 35

% within kepemilikanjamban 51.4% 48.6% 100.0%

Total Count 34 21 55

% within kepemilikanjamban 61.8% 38.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.402a 1 .036

Continuity Correctionb 3.274 1 .070

Likelihood Ratio 4.636 1 .031

Fisher's Exact Test .046 .033

Linear-by-Linear

Association 4.322 1 .038

N of Valid Casesb 55

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,64.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kepemilikanjamban (tidak /

ya) 3.778 1.050 13.595

For cohort tindakan = buruk 1.556 1.054 2.296

(28)

Gambar Lampiran 1 Kondisi Jamban Cubluk Responden

(29)
(30)

Gambar Lampiran 5 Kondisi Jamban Responden

(31)

Gambar Lampiran 7 saluran Pembuangan Tinja Responden

(32)

Gambar Lampiran 9 Kondisi Belakang Rumah Responden

(33)

Gambar Lampiran 11 Lubang Galian untuk BAB

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

DAFTAR PUSTAKA

Atmarita, T.S.F. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Bappenas. 2011. “Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat”. Jakarta : Bappenas

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran. Dinas Kesehatan Humbang Hasundutan. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan. Humbang Hasundutan.

Dinas Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Bidang Biomedis. Jakarta: Badan Litbangkkes.

Dinas Kesehatan Sumatera Utara. 2015. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014. Medan.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Green, LW. 2000. Health promotion planning; an educational and environmental approach. Institute of health promotion research university of British Colombia. Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. 5 ed. Jakarta : Erlangga. p. 6 - 27.

Idan, A, 2010. Sanitasi: Hak Dasar Warga. Diakses 14 Maret 2016.

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Depkes.

Kementrian PPN. Laporan Pencapatan Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia 2010. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS);2010. P.107-13.

Kusnoputranto, H. 1983. Kesehatan Lingkungan Fakultas kesehatan Masyarakat UI. Dirjen DIKTI DepDikBud. Jakarta : Dirjen DIKTI DepDikBud

Lemeshow, S. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian. Yogyakarta : Gadjah Mada University.

(39)

Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aescu Laptus FK UI.

Maryunani. A . 2013. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Untuk Mahasiswa Kesehatan dan Petugas Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Mubarak, W, 2009. Ilmu Kesehatan masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Netty Paska Riang. 2014 Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hilirserangkai Kabupaten Nias Sumatera Utara. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan/. Diakses 10 Maret 2016.

Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

Nur Nilansari Widowati. 2015. Hubungan Karakteristik pemilik Rumah dengan Perilaku BABS di Wilayah Kerja Puskesmas sambungan II Kabupaten Sragen. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Pane. E .2009. Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan Jamban. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No 5, April 2009.

Pelneti, D. 2011. Faktor faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan dan Keadaan Jamban di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Proverawati. A; Rahmawati. E. 2012. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Yogyakarta : Nuha Medika.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Press.

Sekretariat Nasional STBM. 2014. Panduan Penggunaan Sistem Monitoring STBM. Jakarta

(40)

Soemardji Y, 1999. Pembuangan Kotoran Manusia dan Air Limbah, Majalah Sanitasi Lingkungan. Jakarta.

Soeparman dan Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sunaryo, Y.S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tarigan, E. 2007. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Keluarga dalam Penggunaan Jamban di Kabanjahe. Tesis, Program Stusi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Program Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Wawan. A dan M. Dewi, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia Dilengkapi contoh Kuesioner. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika.

WHO/UNICEF. 2010 Progresss on Sanitation and Drinking Water, 2010 Update. Geneva.

(41)

BAB III

METODE PENEITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain crosssectional study yaitu variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dan dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara karakteristik individu dan kepemilikan jamban keluarga dengan tindakan buang air besar sembarangan (BABS) di Desa Sosor Tolong Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan di tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sosor Tolong Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan dari bulan April 2016 sampai dengan Mei 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(42)

3.3.2 Sampel

Dalam pengambilan sampel penelitian ini digunakan teknik atau cara-cara tertentu sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah subjek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan metode simple random sampling. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Lemeshow, 1997):

Rumus :

Keterangan :

n : Besar sampel minimum

Z1-α/2 : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

Z1-β : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu

P0 : Proporsi di populasi

Pa : Perkiraan proporsi di populasi

Pa-P0 : Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi

(43)

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus diatas, maka didapat sampel sebanyak 55 KK dengan metode simple random sampling.

3.4Teknik Pengambilan sampel

Metode sampling yang digunakan adalah sampel secara acak (random) dengan metode ini sebuah sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat gulungan kertas yang sudah dituliskan nomor sebanyak jumlah populasi (101 KK) dimasukkan ke dalam wadah, diaduk dan diambil satu gulungan, dicatat dan dimasukkan kembali ke dalam wadah. Hal ini dilakukan berulang ulang sampai terpenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. Untuk nomor yang terpilih kemudian dicocokkan dengan KK yang sebelumna dibuat dalam daftar KK.

3.5Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

(44)

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan melihat catatan/dokumen (file) yang berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari instansi terkait, meliputi kantor kepala desa dan puskesmas.

3.6Variabel dan Defenisi Operasional 3.6.1 Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik individu dan kepemilikan jamban. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

3.6.2 Defenisi Operasional

1. Tindakan BABS kegiatan seseorang yang berkaitan dengan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.

2. Karakteristik individu adalah keadan responden yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan sikap.

3. Pendidikan adalah tingkat/jenjang pendidikan formal yang terakhir ditamatkan oleh responden mulai dari SD sampai Perguruan tinggi.

(45)

berdasarkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Humbang Hasundutan yaitu sebesar Rp. 1.641.000,00/bulan.

6. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pengertian jamban, syarat jamban sehat, jarak penampungan tinja terhadap air bersih, manfaat jamban dan penyakit yang ditularkan dari tinja, baik yang diperoleh dari penyuluhan oleh petugas kesehatan maupun media cetak/elektronik.

7. Sikap adalah kecenderunagan responden untuk memberikan respon (baik secara positif maupun negatif) terhadap penggunaan jamban keluarga.

8. Kepemilikan jamban keluarga adalah keluarga atau rumah tangga yang memiliki atau tidak memiliki jamban keluarga.

3.7Aspek Pengukuran A. Karakteristik Individu

1. Pendidikan

Alat ukur : kuesioner Cara ukur : wawancara Hasil ukur :

1. Rendah (Tidak sekolah, Tamat SD, dan SMP/sederajat) 2. Tinggi (Tamat SMA dan perguruan tinggi)

(46)

Hasil ukur :

1. Informal (Petani, pedagang, Tukang Becak) 2. Formal (PNS, BUMN,BUMD, Polisi, Koperasi) 3. Penghasilan

Alat ukur : kuesioner Cara ukur : wawancara Hasil ukur :

1. Tidak Sesuai UMK Rp <1.641.000/bulan 2. Sesuai UMK RP >1.641.000/bulan 4. Pengetahuan

Pengukuran variabel pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut : jika responden menjawab benar maka diberi skor = 2, jika responden menjawab setengah benar diberi skor = 1 dan jika responden menjawab salah maka diberi skor = 0. Sehingga didapat skor tertinggi adalah 40. Berdasarkan kriteria pemberian skor, pengetahuan dikategorikan dengan skala berikut :

a. Pengetahuan baik jika skor yang diperoleh responden ≥75% atau ≥30.

b. Pengetahuan tidak baik jika skor yang diperoleh responden <75%atau<30. 5. Sikap

(47)

jawaban Tidak Setuju dengan skor = 1. Sehingga didapat skor tertinggi adalah 30. Berdasarkan kriteria pemberian skor, sikap dikategorikan dengan skala berikut :

a. Sikap baik jika skor yang diperoleh responden <75% atau <23. b. Sikap tidak baik jika skor yang diperoleh responden ≥75% atau ≥23.

B. Kepemilikan Jamban Keluarga

Jika responden memberi jawaban Ya maka responden memilki jamban keluarga dan jika responden memberi jawaban Tidak maka responden tidak memiliki jamban keluarga.

C.Tindakan Buang Air Besar Sembarangan

Pengukuran variabel tindakan diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan. Untuk pertanyaan tentang tindakan memiliki tiga pilihan jawaban yaitu jika responden menjawab Ya, Selalu akan diberi skor = 3, jika responden menjawab Kadang-Kadang akan diberi skor = 2 dan jika responden menjawab Tidak Pernah akan diberi skor = 1. Sehinnga diperoleh nilai tertinggi adalah 30. Berdasarkan kriteria pemberian skor, tindakan dikategorikan dengan skala berikut :

a. Tindakan BAB tidak sembarangan jika skor yang diperoleh responden <75% atau <23.

b. Tindakan BAB sembarangan jika skor yang diperoleh responden ≥75%

(48)

3.8Analisis Data

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Desa Sosor Tolong merupakan desa yang terletak di Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, desa ini memiliki luas wilayah 500 hektar (ha). Desa Sosor Tolong memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Purba Dolok b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Batu Najagar c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Siboronboron d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Aek Lung

4.1.2 Data Demografi

Secara administratif jumlah penduduk Desa Sosor Tolong Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2016 mencapai 404 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 101 KK. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 209 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 195 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Sosor Tolong Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016

(50)

4.2Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Individu

Distribusi karakteristik inidividu dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Desa Sosor Tolong Tahun 2016

Karakteristik Individu n %

Jenis Kelamin

Tidak sekolah, Tamat SD dan SMP/Sederajat Tamat SMA dan Perguruan Tinggi

28

(51)

4.2.1.1Gambaran Pengetahuan Responden di Desa Sosor Tolong

Adapun distribusi jawaban responden terhadap 20 pertanyaan yang diajukan dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Desa Sosor Tolong Tahun 2016

5 Jenis jamban keluarga yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan

13 23,6 42 76,4 55 100

10 Syarat atau standar bangunan tengah

jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan

7 12,7 48 87,3 55 100

11 Syarat atau standar bangunan bawah

jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan

11 20,0 44 80,0 55 100

12 Syarat jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan

- - 55 100 55 100

13 Apa yang kita perlukan saat buang air

besar

11 20,0 44 80,0 55 100

14 Dapatkah BAB sembarangan

menularkan penyakit

(52)

18 Cara memutus rantai penularan

20 Tempat penampungan tinja disalurkan

kemana

16 29,1 39 70,9 55 100 Berdasarkan tabel 4.3 tentang gambaran pengetahuan responden dengan tindakan BAB sembarangan menunjukkan bahwa pada umumnya responden “benar” pada

pengetahuan tentang “tempat yang tepat untuk BAB” yaitu 98,2%, “jarak

penampungan tinja dengan air bersih” yaitu 81,8% dan “BAB sembarangan dapat

menularkan penyakit” yaitu 89,1%. Seluruh responden “salah” pada pengetahuan

tentang “Syarat jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan” yaitu 100%,

“cara memutus rantai penularan penyakit” yaitu 100% dan dapatkah air sumur

yang tercemar oleh tinja dari orang yang BAB sembarangan” yaitu 100%.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Responden Tentang Tindakan BAB Sembarangan

Kategori Pengetahuan n %

Berdasarkan tabel 4.7 distribusi kategori pengetahuan responden diatas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa pengetahuan responden tentang tindakan BABS menunjukkan bahwa lebih banyak responden berada pada kategori pengetahuan tidak baik yaitu 54,5%.

4.2.1.2Gambaran Sikap Responden di Desa Sosor Tolong

(53)

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Desa Sosor Tolong keluarga BAB di tempat terbuka

52 94,5 3 5,5 55 100

7 Setujukah anda jika tetangga anda BAB di dekat kebun atau rumah anda

50 90,9 5 9,1 55 100

8 Setujukah anda mendirikan jamban cara untuk memutus makanan yang tercemar tinja dapat menimbulkan penyakit dan merugikan kesehatan

49 89,1 6 10,9 55 100

Berdasarkan tabel 4.5 tentang gambaran sikap respoden dengan tindakan BAB sembarangan menunjukkan bahwa pada umumnya responden menunjukkan sikap

“baik” tentang “jika tetangga anda BAB di dekat kebun atau rumah anda” yaitu

(54)

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Responden

Berdasarkan tabel 4.9 distribusi kategori sikap responden diatas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa sikap responden tentang tindakan BABS menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kategori sikap tidak baik yaitu 60,0%.

4.2.2 Kepemilikan Jamban Keluarga

Distribusi kepemilikan jamban dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jamban Keluarga di Desa Sosor Tolong

2 Bila tidak, dimana membuang kotoran 1. sungai/parit

3 Bila ya, jenis jamban apa yang digunakan 1.leher angsa

4 Tempat penampungan tinja disalurkan kemana 1. septic tank

(55)

belakang yaitu 13 orang (65%), responden membuang tinja di sungai yaitu 5 orang (25%) dan responden membuang tinja di sembarangan tempat yaitu 2 orang (10%). Pada pernyataan bila responden memiliki jamban, jamban apa yang digunakan nenunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan jenis jamban cemplung yaitu 20 orang (57,1%) dan jenis jamban leher angsa yaitu 15 orang (27,3%). Tempat penampungan tinja pada responden yang memiliki jamban menunjukkan bahwa sebagian besar menyalurkan ke parit yaitu 27 orang (77,1%) dan menyalurkan ke septic tank yaitu 8 orang (22,9%).

4.3.3 Tindakan Buang Air Besar Sembarangan

Adapun distribusi jawaban responden mengenai tindakan buang air besar sembarangan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan di Desa Sosor Tolong Tahun 2016

No Tindakan

Ya Kadang-kadang Jumlah

n % n % n %

1 Buang air besar di ladang/kebun, sungai, parit dan tanah terbuka

19 34,5 36 65,5 55 100

2 Anggota keluarga BAB di sembarang tempat

1 1,8 54 98,2 55 100

3 Merasa nyaman saat BAB di sembarang tempat atau tanah terbuka

2 3,6 53 96,4 55 100

4 Menganggu pemandangan orang lain saat BAB di tempat terbuka

37 67,2 16 32,8 55 100

5 Jika malam hari saat keadaan sakit perut apakah BAB sembarangan

6 10,9 49 89,1 55 100

6 Menyarankan kepada anggota keluarga untuk tidak BAB sembarangan

(56)

9 Saat BAB menggunakan air yang Tabel 4.8 tentang gambaran tindakan BAB menunjukkan bahwa pada umumnya

responden dengan tindakan “ya” terdapat pada “saat BAB menggunakan air yang

cukup” yaitu 96,4% dan pada umumnya responden menunjukkan tindakan

“kadang-kadang” tentang “Anggota keluarga BAB di sembarang tempat” yaitu

98,2%, “Merasa nyaman saat BAB di sembarang tempat atau tanah terbuka” yaitu

96,4% dan “Jika malam hari saat keadaan sakit perut apakah BAB sembarangan”

yaitu 89,1%.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan BAB

Tindakan BAB n %

Berdasarkan tabel 4.9 distribusi kategori tindakan BABS responden diatas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa tindakan responden tentang tindakan BABS menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kategori tindakan BAB sembarangan yaitu 61,8%.

4.3Analisis Bivariat

Analsis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti dengan tindakan BAB sembarangan. Uji statistik yang digunakan pada analisis ini adalah Chi Square dan fisher’s exact test dengan derajat kepercayaan 95%

(57)

4.3.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Tindakan BAB sembarangan di Desa Sosor Tolong tahun 2016

Adapun hasil analisis bivariat karakteristik individu dengan tindakan BAB sembarangan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Hubungan Karekteristik Individu dengan Tindakan BAB Sembarangan di Desa Sosor Tolong Tahun 2016

No Karakteristik

(58)

BAB sembarangan dengan nilai p-value < 0,05. Dengan nilai RP sebesar 4,583 yang menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan rendah mempunyai kecenderungan untuk BAB sembarangan sebesar 4,583 kali lebih besar dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi.

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pekerjaan responden sebagian besar di sektor informal dengan tindakan BAB sembarangan yaitu 68,8% dan lebih sedikit dibandingkan responden bekerja di sektor formal dengan tindakan BAB sembarangan yaitu 14,3%. Hasil analisis dengan menggunakan uji fisher’s exact test menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan

dengan tindakan BAB sembarangan dengan nilai p-value < 0,05. Dengan nilai RP sebesar 13,200 yang menunjukkan bahwa responden dengan pekerjaan informal mempunyai kecenderungan untuk BAB sembarangan sebesar 13,200 kali lebih besar dibandingkan responden dengan pekerjaan di sektor formal.

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden sebagian besar berpenghasilan di bawah UMK dengan tindakan BAB sembarangan yaitu 68,8% dan lebih sedikit dibandingkan responden yang berpenghasilan sesuai UMK dengan tindakan BAB sembarangan yaitu 14,3%. Hasil analisis dengan menggunakan uji fisher’s exact test menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan

(59)

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa lebih banyak responden berpengetahuan tidak baik dengan tindakan BAB sembarangan yaitu 83,3% dan lebih sedikit dibanndingkan responden yang berpengetahuan baik dengan tindakan BAB sembarangan yaitu 36,0%. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tindakan BAB sembarangan dengan nilai p-value <0,05. Dengan nilai RP sebesar 8,889 yang menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tidak baik mempunyai kecenderungan untuk BAB sembarangan sebesar 8,889 kali lebih besar dibandingkan responden dengan pengetahuan baik.

(60)

4.3.2 Hubungan Kepemilikan Jamban Kelurga dengan Tindakan BAB sembarangan di Desa Sosor Tolong tahun 2016

Adapun hasil analisis bivariat kepemilikan jamban keluarga dengan tindakan BAB sembarangan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 Distribusi Hubungan Kepemilikan Jamban Keluarga dengan Tindakan BAB Sembarangan di Desa Sosor Tolong Tahun 2016

No Kepemilikan

(61)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Individu

5.1.1 Hubungan antara Pendidikan dengan Tindakan Buang Air Besar

Sembarangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase yang berpendidikan tinggi dengan tindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) lebih sedikit dibanding persentase yang berpendidikan rendah dan secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

(62)

dengan responden yang berpendidikan tinggi yaitu tamat SMA memiliki pengetahuan yang lebih baik sehingga merasa perlu untuk memilki jamban keluarga karna masyarakat sudah lebih mengetahui tentang dampak yang disebabkan oleh tinja. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi mempunyai tindakan BAB yang lebih baik dibandingkan masyarakat dengan pendidikan rendah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanni Siregar (2011) mengenai pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong terhadap perilaku BAB di desa Sibuntuon dengan hasil penelitian dengan uji chi square ditemukan bahwa pendidikan memiliki hubungan yang signifikan terhadap tindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dengan nilai p=0,001 (<0,05).

5.1.2 Hubungan antara Pekerjaan dengan Tindakan Buang Air Besar

Sembarangan

(63)

dan secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Menurut Soemardji (1999) menyatakan perbedaan tingkat partisipasi responden yang tidak bekerja juga terkait dengan aspek psikologis, artinya masyarakat yang tidak bekerja mengkondisikan dirinya seperti merasa tidak perlu berpartisipasi. Masyarakat yang pada umumnya berada pada tingkat ekonomi rendah sehingga sulit untuk membangun fasilitas jamban.

Hal ini sesuai dengan penelitian Nur Widowati (2015) mengenai hubungan karakteristik keluarga dengan perilaku buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Sambungan II dengan hasil penelitian dengan uji chi square ditemukan bahwa pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap tiindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dengan nilai p = 0,002 (<0,05).

5.1.3 Hubungan antara Penghasilan dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan

(64)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Palneti (2001), penghasilan yang rendah memiliki pengaruh terhadap kepemilikan dan kedaan jamban keluarga di Desa Percut Deli Serdang. Penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh yang lebih baik seperti kesehatan, pendidikan dan sebagianya. Demikian sebaiknya jika penghasilan rendah maka akan ada hambatan dalam kebutuhan sehari-hari.

5.1.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Tindakan Buang Air Besar

Sembarangan

(65)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang berpengetahuan baik dengan tindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) lebih sedikit dibanding dengan persentase yang berpengetahuan tidak baik dan secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tindakan Buabg Air Besar Sembarangan (BABS).

Dalam memperoleh pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 1) Pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi, 2) Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan dimana seseorang terpapar informasi yang awalnya tidak tahu menjadi tahu baik secara langsung maupun tidak langsung, 3) Usia, dengan bertambahnya usia seseorang maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis, 4) Minat, yaitu sesorang mencoba dan menekuni suuatu hal yang pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam, 5) Pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami sesorang dan berinteraksi dengan lingkungannya, 6) Kebudayaan, lingkungan sekitar dimana hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besara terhadap pembentukan sikap, 7) Informasi, kemudahan memperoleh suatu informasi dapat membuat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

(66)

dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, A dan Dewi M, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi keluarga dalam penggunaan jamban di Kota Kabanjahe tahun 2007 yang menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan partisipasi keluarga dalam penggunaan jamban yaitu pengetahuan dengan nilai p=0,001 (<0.05).

5.1.5 Hubungan antara Sikap dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap masyarakat pada umumnya mempunyai sikap yang tidak baik tentang buang air besar di ladang/kebun saat bekerja (96,4%) dikarenakan kebiasaan masyarakat BAB saat bekerja di ladang tanpa membuat lubang galian untuk menutupi tinja dan sembarangan membuang tinja ke sungai jika saat mereka bekerja di ladang. Sikap merupakan predisposisi untuk berperilaku yang akan tampak aktual dalam bentuk perilaku atau tindakan, sikap yang tidak baik akan membentuk perilaku/tindakan yang tidak baik dan hal ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat yang tidak baik.

(67)

masalah psikologis bagi individu yang bersangkutan sehingga individu akan berusaha mengubah sikapnya atau perilakunya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pane (2009) tentang Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan Jamban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap mempunyai hubungan yang signifikan terhadap penggunaan jamban. Oleh sebab itu apabila peningkatan sikap tidak diimbangi dengan tindakan nyata, maka akan memberikan peluang besar untuk meruugikan kesehatan pribadi maupun lingkungan yang mengakibatkan masyarakat masih BAB sembarangan.

5.2 Hubungan antara Kepemilikan Jamban Keluarga dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan

(68)

faktor penentu seseorang akan BAB pada tempatnya/melakukan tindakan yang saniter. Masyarakat yang tidak memiliki jamban keluarga belum tentu melakukan tindakan BAB sembarangan dan bisa saja memiliki tindakan saniter dengan memanfaatkan jamban tetangga. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah memiliki jamban keluarga tetapi dengan tindakan yang tidak baik/BAB sembarangan. Ketersediaan air bukan menjadi penyebab dalam tindakan BAB sembarangan karena tersedia air untuk kebutuhan sehari-hari. Kesulitan mendapatkan air pada masyarakat menjadi salah satu alasan untuk BAB di sungai saat bekerja di ladang sehingga memungkinkan bahwa semua masyarakat pernah melakukan tindakan BAB sembarangan karena tidak tersedia jamban/WC di ladang/kebun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang tidak memiliki jamban keluarga lebih sedikit daripada yang memiliki jamban keluarga dan secara statistik ada hubungan yang bermakna antara kepemilikan jamban keluarga dengan tindakan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

(69)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai hubungan karakteristik individu dan kepemilikan jamban keluarga dengan tindakan buang air besar sembarangan di Desa Sosor Tolong Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2016, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan karakteristik individu, bahwa sebagian besar responden dengan

pendidikan rendah yaitu 69,1%, pada umumnya pekerjaan informal yaitu 87,3%, pada umumnya penghasilan tidak sesuai UMK yaitu 87,3%, lebih banyak dengan pengetahuan tidak baik yaitu 54,5% dan sebagian besar dengan sikap tidak baik yaitu 60,0%.

2. Berdasarkan kepemilikan jamban keluarga, bahwa reponden dalam penelitian sebagian besar dengan responden yang memiliki jamban keluarga yaitu 63,6%. 3. Berdasarkan tindakan BAB sembarangan, bahwa responden dalam penelitian

sebagian besar dengan tindakan buang air besar sembarangan yaitu 61,8%. 4. Ada hubungan yang bermakana antara pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

(70)

6.2Saran

1. Kepada Petugas kesehatan Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai tempat pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan agar menyusun rencana kerja tentang kesehatan lingkungan dalam melaksanakan pembinaan peran serta masyarakat yang belum memiliki jamban dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan khususnya tentang jamban melalui suatu pelatihan yang berkesinambungan agar program kesehatan khususnya kesehatan lingkungan sehingga dapat berjalan sesuai apa yang menjadi harapan. Melakukan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya perilaku membuang air besar dan dampaknya terhadap kesehatan yang berpotensi sebagai penyebab dari penyakit dan tentang pentingnya memiliki jamban keluarga.

2. Kepada masyarakat diharapkan untuk mengubah tindakan Buang Air Besar Sembarangan, masyarakat dapat membuat jamban darurat di belakang rumah. Saat bekerja di ladang, dapat membuat lubang galian tempat membuang tinja sehingga tinja tidak mencemari, tidak perlu BAB di sungai atau tempat terbuka lainnya. Kepada keluarga yang tidak memiliki jamban dapat juga menumpang kepada tetangga (sharing) sehingga dapat mencegah penularan penyakit dari tinja.

(71)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 2.1.1 Pengertian

STBM adalah pendekatan dengan proses fasilitas yang sederhana yang dapat merubah sikap lama, kewajiban sanitasi menjadi tanggung jawab masyarakat. Dengan satu kepercayaan bahwa kondisi bersih, nyaman dan sehat adalah kebutuhan alami manusia. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM menimbulkan rasa malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya yang tidak bersih dan tidak nyaman yang ditimbulkan karena kebiasaan BAB di sembarang tempat. STMB adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan (Kemenkes RI, 2014)

2.1.2 Ruang lingkup STBM

(72)

terdiri dari 5 pilar yaitu Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, serta Pengelolaan limbah cair rumah tangga, yang mana cakupan area pendekataan utamanya adalah tingkat rumah tangga secara kolektif, untuk menjalankan itu semua harus digerakkan dan disinergikan melalui 3 komponen pendekatan yakni Menciptakan Kebutuhan (Demand creation), Ketersediaan pasokan (supply improvement), dan Lingkungan yang mendukung (Enabling Environment). Informasi detail tentang pendekatan STBM tersebut

dapat dilihat pada buku petunjuk Pelaksanaan dan Teknis STBM (Manlaknis STBM) (Sekretariat Nasional STBM, 2014)

2.1.3 Lima Pilar STBM

Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Pilar STBM terdiri atas perilaku:

a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS); b. Cuci TanganPakai Sabun (CTPS);

(73)

( Kemenkes RI, 2014)

2.1.3.1 Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu:

a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan

b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.

Sumber : Kemenkes RI, 2014

Gambar 2.1 Contoh Perubahan Perilaku SBS

(74)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

Sumber : Kemenkes RI, 2014

Gambar 2.2 Bangunan Atas Jamban (Dinding dan/atau Atap)

b) Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

1. Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine)yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.

2. Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Sumber : Kemenkes RI, 2014

(75)

c) Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:

1. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan.Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.

(76)

Sumber : Kemenkes RI, 2014

Gambar 2.4 Contoh Bangunan Bawah Jamban

2.1.3.2 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

a. Langkah-langkah CTPS yang benar :

1. Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.

2. Gosokkan sabun pada kedua telapak tangansampai berbusa lalu gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.

3. Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

4. Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang. Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.

(77)

1. sebelum makan

2. sebelum mengolah dan menghidangkan makanan 3. sebelum menyusui

4. sebelum memberi makan bayi/balita 5. sesudah buang air besar/kecil 6. sesudah memegang hewan/unggas c. Kriteria Utama Sarana CTPS

1. Air bersih yang dapat dialirkan 2. Sabun

3. Penampungan atau saluran air limbah yang aman.

2.2 Perilaku Kesehatan 2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus/ rangsangan dari luar. Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011).

2.2.2 Perilaku Kesehatan

(78)

Menurut Becker, 1979 yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012), perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga :

a. Perilaku hidup sehat (healthy life style)

Merupakan perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan dengan gaya hidup sehat yang meliputi makan menu seimbang, olahraga yang teratur, tidak merokok, istirahat cukup, menjaga perilaku yang positif bagi kesehatan.

b. Perilaku sakit (illness behavior)

Merupakan perilaku yang terbentuk karena adanya respon terhadap suatu penyakit. Perilaku dapat meliputi pengetahuan tentang penyakit serta upaya pengobatannya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Merupakan perilaku seseorang ketika sakit. Perilaku ini mencakup upaya untuk menyembuhkan penyakitnya.

2.2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(79)

cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakam salah satu program prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, seperti yang disebutkan pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 (Kemenkes, 2011).

Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhubungan dengan PHBS. Kaitan perilaku tentang kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran, yang membuat individu, keluarga dan masyarakat mampu menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat (Maryunani, 2013).

2.2.4 Perilaku Buang Air Besar

(80)

sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

2.2.4.1 Mekanisme Buang Air Besar

Semua makanan yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna oleh organ pencernaan. Selama proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh sel dan jaringan tubuh kemudian sisa-sisa pembuangan akan dikeluarkan oleh tubuh berupa tinja. Seseorang hendaknya berlatih untuk buang air besar tiap pagi sebelum beraktivitas dan jika tertunda akan menyebabkan konstipasi (sembelit). Frekuensi buang air besar berbeda-beda tiap orang, seseorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata 330 gram sehari. Tinja ini berisi bakteri, lepasan epithelium usus, nitrogen, zat besi, selulosa dan sisa zat makanan lainnya yang tidak larut dalam air.

2.2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktek/Tindakan BAB

a. Pengetahuan

(81)

b. Pendidikan

Hasil atau prestasi yang dicapai oleh manusia dan usaha lembaga-lembaga dalam mencapai tujuan untuk tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan juga sebagai pengembangan diri dari individu yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab. Banyak masyarakat yang belum mengerti tentang perilaku BAB yang benar sehingga memberi dampak dalam mengakses penerapannya di bidang kesehatan karena dominan masyarakat masih memilki pendidikan yang rendah sehingga pengetahuan kurang yang berakibat masyarakat berperilaku BAB di sembarang tempat.

c. Sarana

Sarana adalah jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat dalam pelaksanaan pekerjaaan dan kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Jamban keluarga termasuk sebagai sarana untuk masyarakat untuk membuang tinja atau kotoran untuk mencegah penularan penyakit melalui tinja (Mubarak, 2009).

d. Dukungan keluarga

(82)

2.3 Karakteristik Individu 2.3.1 Umur

Menurut Nursalam (2008), semakin cukup umur tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa. Berdasarkan pendapat Hurlock (1980), mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memanfaatkan/menggunakan jamban demikian sebaliknya semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya BAB dijamban sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh BAB sembarang tempat.

2.3.2 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Dalam Women’s Studies Encylopedia dijelaskan

bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, metalitas, dan karakteristik emosional

(83)

2.3.3 Pendidikan

Pendidikan secara umum merupakan salah satu upaya yang direncanakan untuk menciptakan perilaku seseorang menjadi kondusif dalam menyingkapi suatu masalah. Tingkat pendidikan berpengaruh pada perubahan sikap dan perilaku hidup sehat sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin sadar dan peduli terhadap kebersihan diri dan lingkungannya terutama dalam hal pemanfaatan jamban saat BAB (Atmarita, 2004).

2.3.4 Pekerjaan

(84)

2.3.5 Penghasilan

Penghasilan adalah pendapatan; perolehan (uang yang diterima). Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik. Dimana semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin baik (Berg, 1986). Tingkatan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimana status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan. Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka, khususnya didalam rumahnya akan terjamin misalnya dalam penyediaan air bersih, penyediaan jamban sendiri, atau jika mempunyai ternak akan dibuatkan kandang yang baik dan terjaga kebersihannya.

2.3.6 Pengetahuan

(85)

2.3.7 Sikap

Apabila peningkatan sikap tidak diimbangi dengan tindakan nyata, maka akan memberikan peluang besar untuk merugikan kesehatan pribadi maupun lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku masyarakat yang masih sering buang air besar sembarangan. Menurut Sunaryo (2004) faktor penentu sikap seseorang salah satunya adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Positif atau negatif informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar hubungan sosial dengan sekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya. Selain itu juga didukung dengan pendapat Green (2000) ketidakcocokan perilaku seseorang dengan sikapnya akan menimbulkan berbagai masalah psikologis bagi individu yang bersangkutan sehingga individu akan berusaha mengubah sikapnya atau perilakunya. Sikap merupakan predisposisi untuk berperilaku yang akan tampak aktual dalam bentuk perilaku atau tindakan.

2.4 Kepemilikan Jamban Keluarga

Gambar

Gambar Lampiran 1 Kondisi Jamban Cubluk Responden
Gambar Lampiran 3 Wawancara dengan Responden
Gambar Lampiran 5 Kondisi Jamban Responden
Gambar Lampiran 7 saluran Pembuangan Tinja Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu membangun media pembelajaran sistem tata surya menggunakan Adobe Flash untuk menunjang proses belajar siswa di SDN 1 HADILUWIH,

Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

[r]

Secara Yuridis pelaksanaan akad nikah yang tidak dilangsungkan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dan juga proses pencatatan nikah yang dilakukan pada kasus tersebut yang

Tujuan kreatif dari perancangan ini adalah untuk meningkatkan awareness target audience dengan menggunakan media promosi yang sesuai dengan target audience sehingga Madiun

Indikasi yang memerlukan bantuan medis dan tindakan khusus, jika diperlukan Tidak diketahui efek signifikan atau bahaya kritis.. Berbahaya

Karena kompleksitas dari bumi maka dibuat asumsi benda terdapat pada area homogen dimana nilai gravitasi hanya dipengaruhi oleh benda tersebut, diasumsikan juga