• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Perlambatan (Retardation Test) Dalam Menentukan Rugi-Rugi Dan Efisiensi Motor Arus Searah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode Perlambatan (Retardation Test) Dalam Menentukan Rugi-Rugi Dan Efisiensi Motor Arus Searah"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Theraja. B.L. & A.K. Theraja.2005. “Electrical Technology”. S. Chand &

Company Ltd, New Delhi.

2. Wijaya, Mochtar. 2001. “Dasar-Dasar Mesin Listrik”, Penerbit Djambatan,

Jakarta.

3. Metha, V.K & Metha Rohit. 2002. “Principal of Electrical Machines”. S.

Chand & Company Ltd, New Delhi.

4. Ardiansyah. 2013. “Analisis Perbandingan Uji Regeneratif (Hopkinson)

Dengan Uji Retardasi Dalam Menentukan Rugi-rugi dan Efesiensi Motor

DC Penguatan Shunt”, Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Teknik USU, Medan.

5. Sitorus, Raymond.A. 2014. “Studi Penentuan Efisiensi Motor Arus Searah

Berpenguatan Seri dengan Menggunakan Uji Medan (Field Test)”, Tugas

Akhir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU, Medan.

6. Sembiring,Ija.2007. “Studi Perbandingan Penggunaan Rheostat dan

Auto-Transformator Untuk Pengaturan Kecepatan Motor DC Seri”, Tugas Akhir

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU, Medan.

7. U.S Department of Energy. 1992. DOE Fundamentals Handbook Electrical

Scince, Washington, D.C, 1992.

8. Wildi, Theodore, “Electrical Mechines,Drives and Power System”, Prentice

(2)

9. Jaya,Kaban.2013. “Studi Penentuan Rugi-Rugi Daya Motor Arus Searah

Kompon Pendek Dengan Metode Reterdasi”,.Medan:Departemen Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, USU.

10.Fitzgerald Kingslay JR, “Mesin-Mesin Listrik”, Edisi Keenam, Penerbit

Erlangga, Jakarta, 1993.

11.Deshpande,M.V,“Electric Motors Aplications And Control”,London,1984.

12.Chapman, Stephen J, “Electrical Machinery Fundamental”, Edisi 4,Mc

Graw-Hill Company, Singapure, 2005.

13.Supriyadi, Eko. “Motor Listrik DC”, 22 Agustus 2014.

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Umum

Metode penelitian merupakan cara yang harus ditempuh dalam kegiatan

penelitian agar hasil yang akan dicapai dari suatu penelitian dapat memenuhi secara

ilmiah. Dengan demikian, maksud dari penyusunan metode ini agar peneliti dapat

menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Metode penelitian ini mencakup beberapa hal diantaranya adalah penetapan tempat

dan waktu penelitian, penetapan objek penelitian, penetapan variabel penelitian,

metode pengumpulan data, dan teknik analisa data.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 di Laboratorium Konversi

Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

3.3 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini yaitu menganalisa motor arus searah kompon

panjang dengan pengukuran rugi-rugi daya dan efisiensi menggunakan metode

perlambatan (retardation test).

3.4 Variasi Pengukuran

Dalam percobaan ini, variasi pengukuran dilakukan untuk menentukan

(4)

1. Motor DC penguatan kompon panjang pada keadaan ¼ beban penuh

2. Motor DC penguatan kompon panjang pada keadaan ½ beban penuh

3. Motor DC penguatan kompon panjang pada keadaan ¾ beban penuh

4. Motor DC penguatan kompon panjang pada keadaan beban penuh

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah analisis

matematis yang kemudian dipakai untuk mendapatkan hasil penelitian. Analisis ini

adalah melakukan perhitungan-perhitungan berdasarkan rumus yang berlaku di

dalam perhitungan untuk rugi-rugi dan juga efisiensi motor dc penguatan kompon

panjang dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari hasil percobaan

dengan metode perlambatan (retardation test).

Adapun perhitungan yang dilakukan adalah menggunakan formulasi

sebagai berikut:

1. Perhitungan Momen Inersia Motor DC Kompon Panjang

Sebagaimana telah diterangkan dalam sub bab sebelumnya bahwa momen

inersia jangkar motor dapat dihitung dengan persamaan:

� = � �

Dimana:

J =Momen Inersia jangkar motor (Kgm²)

(5)

J1 = �² (Kgm²)

t1 = selang waktu yang dibutuhkan untuk penurunan kecepatan jangkar

motor dengan rotor sendiri dalam kondisi tanpa eksitasi (detik)

t2 = selang waktu yang dibutuhkan untuk penururan kecepatan jangkar

motor dengan roda pejal dalam kondisi tanpa eksitasi (detik)

Harga J1 diketahui begitu juga dengan t1 dan t2 didapat dari percobaan,

dengan demikan momen inersia jangkar (J) dapat ditentukan. Sesudah mengetahui

nilai momen inersia jangkar (J) dari perhitungan seperti persamaan 2.30 dan nilai

perubahan (dW/dt) atau dn/dt dari percobaan, maka rugi-rugi rotasi pada motor dc

kompon panjang dapat ditentukan.

2. Perhitungan Rugi-rugi Rotasi Motor DC Kompon Panjang

Dengan diketahuinya momen inersia jangkar motor (J), maka rugi-rugi

rotasi motor dapat dihitung sebagai berikut:

Untuk rugi-rugi mekanis (gesek dan angin)

Wg+a = 0,011x J x n x atau Wg+a = 0,011x (J+J1) x n x

Untuk rugi-rugi rotasi (gesek, angin dan besi)

Wrot = 0,011x J x n x atau Wrot = 0,011x (J+J1) x n x

Untuk rugi-rugi inti

(6)

3. Perhitungan Rugi-rugi Konstan (Wc)

Wc = Wrot + Wsh dimana; Wsh = (Ish)² x Rsh

4. Rugi-rugi Total (∑w) Motor DC Kompon Panjang

∑w = Wc + Wa + Wsr + Wbd

Dimana:

Wa = Ia² x Ra (Rugi daya armature)

Wse = Ia² x Rs (Rugi daya kumparan seri)

Wbd= 2 x Ia (Rugi jatuh tegangan sikat)

5. Perhitungan Efesiensi Motor DC Kompon Panjang

Efesiensi = � −∑� ��− ��

Efesiensi =

+∑� ��− ��

m = [ −∑

� ]� %

3.6 Alat dan Bahan Pengujian

Pengukuran ini memerlukan alat dan bahan sebagai berikut:

1. Satu unit Motor DC TYP Gd 110/110 G-Mot Nr.7983733, dengan rating:

Tegangan Nominal =220 V

P=1,2 KW

IL = 7,1 A

Ish = 0,177 A

n= 1400 Rpm

Tahanan jangkar (GA-HB)= 3,8 ohm

(7)

Tahanan medan shunt (J-K) = 1243 ohm

2. Satu unit Generator DC TYP Gf 110/140 Penguatan Bebas

P =2 KW

Ish = 0,64 A

IL = 9,1A

N = 1500 Rpm

Tahanan medan shunt (J-K) = 333,33 ohm

Tahanan Jangkar (GA-HB) = 1,5 ohm

Tahanan medan seri (E-F) = 0,48 ohm

3. Rangkaian kontrol yang terdiri dari Magnetic Contactor, Push Button

ON/OFF dan kabel

4. Roda Pejal dengan massa 6,5 Kg, diameter 26 cm

Gambar 3.1 Roda Pejal

5. Instrumen pengukuran terdiri dari Ampermeter, Voltmeter, Tachometer,

dan Stopwatch

6. Power Suplai terdiri dari PT AC Tiga Phasa, PT DC,

(8)

3.7 Rangkaian dan Prosedur Pengujian

Pada metode Perlambatan (Retardation Test) ini, terdiri dari beberapa

urutan percobaan yaitu :

1. Percobaan Uji Retardasi dengan rotor sendiri tanpa eksitasi

2. Percobaan Uji Retardasi dengan roda pejal tanpa eksitasi

3. Percobaan Uji Retardasi dengan rotor sendiri eksitasi penuh

4. Percobaan Uji Retardasi dengan roda pejal eksitasi penuh

5. Percobaan pembebanan motor dc kompon panjang pada metode Retardasi

6. Percobaan pengukuran Parameter, yaitu : pengukuran tahanan jangkar

motor, pengukuran tahanan medan shunt, dan pengukuran tahanan medan

seri

Rangkaian kontrol dalam uji retardasi ditunjukkan pada gambar dibawah ini

:

Gambar 3.2 Rangkaian Kontrol

(9)

3.7.1 Percobaan Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri tanpa Eksitasi

1) Rangkaian percobaan disusun seperti gambar berikut.

AC

P

T

D

C

V1 A1 S1 A2 J K N A3 E F M GA HB

Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri tanpa

Eksitasi

2) Posisi power suplai dan tahanan variabel RSf pada keadaan minimum dan

saklar S ditutup lalu tekan tombol ON.

3) Tegangan terminal motor dinaikkan dengan mengatur PTDC hingga

pembacaan tachometer pada kecepatan nominal motor yaitu 1400 rpm dan

pembacaan ampermeter A2 dijaga konstan.

4) Atur tahanan variabel RSf hingga putaran motor mencapai putaran 1450 rpm.

5) Motor dibiarkan berputar beberapa saat pada kecepatan 1450 rpm, lalu

bersiap-siap menekan tombol OFF dan pada saat bersamaan stopwatch juga

dijalankan. Maka motor akan mengalami perlambatan, amati penurunan

(10)

1350 pada stopwatch dicatat. Percobaan poin 2 sampai 5 diulang kembali

sebanyak 10 kali percobaan.

3.7.2 Percobaan Uji Retardasi dengan Roda Pejal tanpa Eksitasi

1) Rangkaian percobaan disusun seperti gambar rangkaian percobaan dibawah

ini. Roda pejal dikopel ke ujung poros rotor lalu dikunci.

AC

P

T

D

C

V1 A1 S1 A2 J K N N A3 E F Rsf M GA HB

Gambar 3.4 Rangkaian Percobaan Uji Retardasi dengan Roda Pejal tanpa

Eksitasi

2) Posisi power suplai dan tahanan varibel RSf pada keadaan minimum dan

saklar S ditutup lalu tekan tombol ON

3) Tegangan terminal motor dinaikkan dengan mengatur PTDC hingga

pembacaan tachometer mencapai kecepatan nominal motor yaitu 1400 rpm

dan ampermeter A2 dijaga konstan.

(11)

5) Motor dibiarkan berputar beberapa saat pada kecepatan 1450 rpm, lalu

bersiap-siap menekan tombol OFF dan pada saat bersamaan stopwatch juga

dijalankan. Maka motor akan mengalami perlambatan, amati penurunan

kecepatan motor. Waktu penurunan kecepatan motor dari 1450 rpm sampai

1350 pada stopwatch dicatat. Percobaan poin 2 sampai 5 diulang kembali

sebanyak 10 kali percobaan.

3.7.3 Percobaan Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri Eksitasi Penuh

1) Rangkaian percobaan disusun seperti gambar berikut.

AC

P

T

D

C

V1 A1 S1 A2 J K A3 N E F N Rsf M GA HB

Gambar 3.5 Rangkaian Percobaan Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri Eksitasi

Penuh

2) Posisi power suplai dan tahanan variabel RSf pada keadaan minimum dan

saklar S ditutup lalu tekan tombol ON.

3) Tegangan terminal motor dinaikkan dengan mengatur PTDC hingga

pembacaan tachometer mencapai kecepatan nominal motor yaitu sebesar

(12)

4) Atur tahanan variabel RSf hingga putaran motor mencapai putaran 1450 rpm.

5) Motor dibiarkan berputar beberapa saat pada kecepatan 1450 rpm, lalu

bersiap-siap menekan tombol OFF dan pada saat bersamaan stopwatch juga

dijalankan. Maka motor akan mengalami perlambatan, amati penurunan

kecepatan motor. Waktu penurunan kecepatan motor dari 1450 rpm sampai

1350 pada stopwatch dicatat. Percobaan poin 2 sampai 5 diulang kembali

sebanyak 10 kali percobaan.

3.7.4 Percobaan Uji Retardasi dengan Roda Pejal Eksitasi Penuh

1) Rangkaian percobaan disusun seperti gambar rangkaian percobaan dibawah

ini. Roda pejal dikopel ke ujung poros rotor lalu dikunci.

AC

P

T

D

C

V1 A1 S1 A2 J K A3 N E F N Rsf M GA HB

Gambar 3.6 Rangkaian Percobaan Uji Retardasi dengan Roda Pejal

Eksitasi Penuh

2) Posisi power suplai dan tahanan varibel RSf pada keadaan minimum dan

(13)

3) Tegangan terminal motor dinaikkan dengan mengatur PTDC hingga

pembacaan tachometer mencapai kecepatan nominal yaitu 1400 rpm dan

ampermeter A2 dijaga konstan.

4) Atur tahanan variabel RSf hingga putaran motor mencapai putaran 1450 rpm.

5) Motor dibiarkan berputar beberapa saat pada kecepatan 1450 rpm, lalu

bersiap-siap menekan tombol OFF dan pada saat bersamaan stopwatch juga

dijalankan. Maka motor akan mengalami perlambatan, amati penurunan

kecepatan motor. Waktu penurunan kecepatan motor dari 1450 rpm sampai

1350 pada stopwatch dicatat. Percobaan poin 2 sampai 5 diulang kembali

sebanyak 10 kali percobaan.

3.7.5 Pengukuran Tahanan Jangkar Motor

1) Rangkaian percobaan disusun seperti gambar berikut.

AC

P

T

D

C

V

A S1

M GA

HB

Gambar 3.7 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Jangkar

(14)

3) Saklar S ditutup, lalu tegangan PTDC dinaikkan sampai pembacaan

ampermeter menunjukkan arus nominal jangkar 7,1 Ampere.

4) Pembacaan Voltmeter dan Ampermeter dicatat. Lalu nilai tahanan jangkar

dihitung dengan membagi nilai tegangan dengan arus dari hasil percobaan.

3.7.6 Pengukuran Tahanan Medan Shunt Motor

1) Rangkaian percobaan disusun seperti gambar di bawah ini.

AC

P

T

D

C

V

A

S1

J

K

Gambar 3.8 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Medan Shunt

2) Power suplai pada kondisi minimum.

3) Saklar S ditutup, lalu tegangan PTDC dinaikkan sampai pembacaan

ampermeter menunjukkan arus nominal 0,177 ampere.

4) Kemudian pembacaan voltmeter dan ampermeter dicatat. Lalu nilai tahanan

jangkar dihitung dengan membagi nilai tegangan dengan arus dari hasil

(15)

3.7.7 Pengukuran Tahanan Medan Seri Motor

1) Rangkaian percobaan disusun seperti gambar di bawah ini.

AC

P

T

D

C

V

A

S1

E

F

Gambar 3.9 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Medan Seri

2) Power suplai pada kondisi minimum.

3) Saklar S ditutup, lalu tegangan PTDC dinaikkan sampai pembacaan

ampermeter menunjukkan arus nominal 5 ampere.

4) Kemudian pembacaan voltmeter dan ampermeter dicatat. Lalu nilai tahanan

jangkar dihitung dengan membagi nilai tegangan dengan arus dari hasil

percobaan.

3.7.8 Percobaan Pembebanan Motor DC Kompon Panjang dengan Metode

Retardasi

1) Rangkaian percobaan disusun seperti gambar dibawah ini. Semua power

(16)

AC P T D C 1 V1 A1 S1 A2 J K A3 E F M GA HB G GA HB A4 V1 PTDC 2 AC S2 S3 J K RL A5

Gambar 3.10 Rangkaian Percobaan Pembebanan Motor DC Kompon Panjang

dengan Metode Retardasi

2) Saklar S1 ditutup lalu tegangan PTDC dinaikkan perlahan-lahan hingga

tegangan motor V1 mencapai 200 volt lalu.

3) Saklar S2 ditutup lalu arus medan generator dinaikkan dengan PTDC

sampai nominal 0,64 Ampere.

4) Saklar S3 ditutup kemudian beban generator diatur dengan menggeser

tahanan variabel RL dari ¼ beban penuh, ½ beban penuh, ¾ beban penuh

(17)

5) Pembacaan voltmeter V1, ampermeter A1, A2 dan A3 serta putaran motor

dicatat pada kondisi-kondisi pembebanan tersebut, sehingga diperoleh data

(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Data Pengujian

Dari hasil pengujian di atas diperoleh data hasil percobaan sebagai berikut :

1. Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri Tanpa Eksitasi (dn = 1450-1350)

No. Percobaan dt1 (s) No.Percobaan dt1 (s)

1 0,81 6 0,83

2 0,87 7 0,79

3 0,95 8 1,01

4 0,98 9 0,82

5 0,85 10 0,91

dt1 rata-rata = 0,88

Tabel 4.1 Data Percobaan Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri Tanpa Eksitasi

2. Uji Retardasi dengan Roda Pejal tanpa Eksitasi (dn = 1450-1350)

No. Percobaan dt1 (s) No.Percobaan dt1 (s)

1 2,86 6 2,55

2 2,06 7 2,49

3 2,80 8 2.03

4 2,69 9 2,54

5 2,87 10 1,98

dt1 rata-rata = 2,43

(19)

3. Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri Eksitasi Penuh (dn = 1450-1350)

No. Percobaan dt1 (s) No.Percobaan dt1 (s)

1 0,37 6 0,34

2 0,38 7 0,30

3 0,28 8 0,36

4 0,39 9 0,35

5 0,40 10 0,33

dt1 rata-rata = 0,35

Tabel 4.3 Data Percobaan Uji Retardasi dengan Rotor Sendiri Eksitasi Penuh

4. Uji Retardasi dengan Roda Pejal Eksitasi Penuh (dn = 1450-1350)

No. Percobaan dt1 (s) No.Percobaan dt1 (s)

1 0,80 6 1,04

2 0,86 7 0,90

3 0,94 8 1,01

4 0,99 9 0,98

5 1,03 10 0,86

dt1 rata-rata = 0,94

Tabel 4.4 Data Percobaan Uji Retardasi dengan Roda Pejal Eksitasi Penuh

5. Pengukuran Tahanan Jangkar Motor

V (volt) I (Ampere) R= (ohm)

27 7,1 3,8

(20)

6. Pengukuran Tahanan Medan Shunt

V (volt) I (Ampere) R= (ohm)

220 0,177 1243

Tabel 4.6 Data Percobaan Pengukuran Tahanan Medan Shunt

7. Pengukuran Tahanan Medan Seri

V (volt) I (Ampere) R= (ohm)

3 5 0,6

Tabel 4.7 Data Percobaan Pengukuran Tahanan Medan Seri

8. Pengujian Pembebanan Motor DC Kompon Panjang pada Metode

Perlambatan

Beban Vt IL Ia Ish N

¼ beban penuh 200 2,18 2.02 0,16 1380

½ beban penuh 200 4,20 4,2 0,16 1350

¾ beban pehuh 200 5,76 5,6 0,16 1310

Beban penuh 200 7,06 6,9 0,16 1290

Tabel 4.8 Data Hasil Pengujian Pembebanan Motor DC Kompon Panjang pada

(21)

9. Data Pembebanan Generator DC saat dikopel pada Pengujian Pembebanan

Motor DC Kompon Panjang pada Metode Perlambatan

Beban Vt Ia Ish N

¼ beban penuh 185 2.40 0,46 1380

½ beban penuh 170 4,64 0,46 1350

¾ beban pehuh 156 5,66 0,46 1310

Beban penuh 138 8,59 0,46 1290

Tabel 4.9 Data Hasil Pembebanan Generator DC saat dikopel dengan Motor DC

Kompon Panjang pada Metode Perlambatan

4.2 Analisa Data

4.2.1 Umum

Dari data hasil pengukuran parameter motor dc kompon panjang pada tabel

data hasil percobaan 4.5, 4.6 dan 4.7 diketahui besarnya tahanan jangkar motor

sebesar 3.8 ohm, tahanan kumparan medan seri sebesar 0,6 ohm dan tahanan medan

shunt sebesar 1243 ohm. Untuk menaikkan putaran motor dc kompon panjang,

maka tahanan Rfs ditempatkan seri terhadap kumparan jangkar yang besar

tahanannya sebesar 100 Ohm. Sedangkan tahanan RL yang digunakan beban lampu

pijar 20x45 Watt dan dikelompokkan seri menjadi 4 bagian menjadi 5x45 Watt,

dimana untuk mencapai beban penuh motor nilai RL akan terus berubah. Dalam

pengujian pembeban motor dc kompon panjang, penulis menentukan pembagian

dari ¼ beban penuh sampai beban penuh.

4.2.2 Perhitungan Momen Inersia Motor DC Kompon Panjang

Pada data hasil pengujian tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat ditentukan besarnya

(22)

sebelumnya, dimana momen inersia jangkar motor dapat dihitung dengan

persamaan :

� = � �

Dimana:

J =Momen Inersia jangkar motor (Kgm²)

J1 =Momen Inersia roda pejal yang dihitung dengan persamaan

J1 = �² (Kgm²)

t1 = selang waktu yang dibutuhkan untuk penurunan kecepatan jangkar

motor dengan rotor sendiri dalam kondisi tanpa eksitasi (detik)

t2 = selang waktu yang dibutuhkan untuk penururan kecepatan jangkar

motor dengan roda pejal dalam kondisi tanpa eksitasi (detik)

Untuk J1 :

J1 = �²

J1 = 6,5(0,13)²

J1 = 3,25(0,13)²

J1 = 0,0549

J1 = 0,055 Kgm²

(23)

� = � �

J = 0,055x ,

, − ,

J = 0,055x ,

,

J = 0,055x0,567

J = 0,0312 Kgm²

4.2.3 Perhitungan Rugi-Rugi Rotasi Motor DC Kompon Panjang

Setelah diketahui momen inersia jangkar motor maka dapat dihitung

rugi-rugi rotasi motor sebagai berikut :

Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 4.1 atau 4.2 dapat dicari rugi-rugi

gesek dan angin motor, yaitu :

Wg+a = 0.011x J x n x atau Wg+a = 0,011x (J+J1) x n x

 Wg+a = 0.011x J x n x

= 0,011x0,0312x1400x −

,

= 0,011x0,0312x1400x113,64

= 54,60 Watt

Atau :

 W’g+a = 0,011x (J+J1) x n x

= 0,011x(0,0312+0,055)x1400x −

(24)

= 0,011x0,0862x1400x41,15 = 54,63 Watt

Jadi :

Wg+a rata-rata = W+W′

= , + ,

= ,

= 54,61 Watt

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai rugi-rugi gesek dan angin

motor rata-rata 54,61 Watt. Dan dari data hasil percobaan pada tabel 4.3 atau 4.4

dapat dicari rugi-rugi rotasi motor sebagai berikut :

Wrot = 0,011x J x n x atau Wrot = 0,011x (J+J1) x n x

 Wrot = 0,011x J x n x

= 0,011x0,0312x1400x −

,

= 0,011x0,0312x1400x285,72

=137,28 Watt

Atau :

 W’rot = 0,011x (J+J1) x n x

= 0,011x(0.0312+0,055)x1400x −

,

(25)

= 141,21 Watt

Jadi :

Wrot rata-rata = + ′

= , + ,

= ,

= 139,25 Watt

Berdasarkan perhitungan diatas didapat rugi-rugi rotasi motor rata-rata 139,25

Watt. Jadi dapat dihitung rugi-rugi inti di dalam motor, yaitu :

Winti = Wrot-Wg+a

= 139,25-54,61

= 84,64 Watt

4.2.4 Perhitungan Rugi-Rugi Konstan (Wc)

Wc = Wrot + Wsh, dimana : Wsh = (Ish)²x(Rsh)

= (0,177)²(1243)

= 38,94 Watt

Maka :

Wc = 139,25+38.94

(26)

4.2.5 Perhitungan Rugi-Rugi dan Efisiensi Motor DC Kompon Panjang

1) Pada Saat Beban ¼ Beban Penuh (IL = ± 2,18 Ampere)

Data-data motor DC kompon panjang pada kondisi ¼ beban penuh adalah sebagai

berikut :

Vt = 200 Volt

IL = 2,18 Ampere

Ia = 2,02 Ampere

Ish = 0,16 Ampere

n = 1380 Rpm

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dihitung rugi-rugi motor DC kompon

panjang pada situasi ¼ beban penuh yaitu :

 Pin = Vt.IL = 200 x 2,18 = 436 Watt

 Wc = Wrot + Wsh = 178,20 Watt

 Wa = Ia².Ra = (2,02)² x 3,8 = 15,50 Watt

 Wsr = Ia².Rs = (2,02)² x 0,6 = 2,45 Watt

 Wbd = 2.Ia = 2 x 2,02 = 4,04 Watt

Maka rugi-rugi total motor DC kompon panjang adalah :

∑W = Wc + Wa + Wsr + Wbd

= 178,20+15,50+2,45+4,04

(27)

Jadi efisiensi Motor DC Kompon Panjang pada kondisi ¼ beban penuh adalah :

m = [1-∑�

� ] x 100%

= [1- , ]x100%

= [1-0,4591]x100%

= 0,5408x100%

= 54,08%

2) Pada Saat Beban ½ Beban Penuh ( IL = 4,36 Ampere )

Data-data motor DC kompon panjang pada kondisi ½ beban penuh adalah sebagai

berikut :

Vt = 200 Volt

IL = 4,36 Ampere

Ia = 4,20 Ampere

Ish = 0,16 Ampere

n = 1350 Rpm

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dihitung rugi-rugi motor DC kompon

panjang pada situasi ½ beban penuh yaitu :

 Pin = Vt.IL = 200 x 4,36 = 872 Watt

(28)

 Wa = Ia².Ra = (4,20)² x 3,8 = 67,03 Watt

 Wsr = Ia².Rs = (4,20)² x 0,6 = 10,58 Watt

 Wbd = 2.Ia = 2 x 4,20 = 8,40 Watt

Maka rugi-rugi total motor DC kompon panjang adalah :

∑W = Wc + Wa + Wsr + Wbd

= 178,20+67,03+10,58+8,40

= 264,21 Watt

Jadi efisiensi Motor DC Kompon Panjang pada kondisi ¼ beban penuh adalah :

m = [1-∑�

� ] x 100%

= [1- , ]x100%

= [1-0,3030]x100%

= 0,6970x100%

=69,70%

3) Pada Saat Beban ¾ Beban Penuh ( IL = 5,76 Ampere )

Data-data motor DC kompon panjang pada kondisi ¾ beban penuh adalah sebagai

berikut :

Vt = 200 Volt

(29)

Ia = 5,60 Ampere

Ish = 0,16 Ampere

n = 1310 Rpm

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dihitung rugi-rugi motor DC kompon

panjang pada situasi ½ beban penuh yaitu :

 Pin = Vt.IL = 200 x 5,76 = 1152 Watt

 Wc = Wrot + Wsh = 178,20 Watt

 Wa = Ia².Ra = (5,60)² x 3,8 = 119,17 Watt

 Wsr = Ia².Rs = (5,60)² x 0,6 = 18,81 Watt

 Wbd = 2.Ia = 2 x 5,60 = 11,20 Watt

Maka rugi-rugi total motor DC kompon panjang adalah :

∑W = Wc + Wa + Wsr + Wbd

= 178,20+119,17+18,81+11,20

= 327,38 Watt

Jadi efisiensi Motor DC Kompon Panjang pada kondisi ¼ beban penuh adalah :

m = [1-∑�

� ] x 100%

= [1- , ]x100%

= [1-0,2841]x100%

(30)

4) Pada Saat Beban Penuh ( IL = 7,06 Ampere )

Data-data motor DC kompon panjang pada kondisi ½ beban penuh adalah sebagai

berikut :

Vt = 200 Volt

IL = 7,06 Ampere

Ia = 6,90 Ampere

Ish = 0,16 Ampere

n = 1290 Rpm

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dihitung rugi-rugi motor DC kompon

panjang pada situasi ½ beban penuh yaitu :

 Pin = Vt.IL = 200 x 7,06 = 1412 Watt

 Wc = Wrot + Wsh = 178,20 Watt

 Wa = Ia².Ra = (6,90)² x 3,8 = 180,92 Watt

 Wsr = Ia².Rs = (6,90)² x 0,6 = 28,57 Watt

 Wbd = 2.Ia = 2 x 6,90 = 13,80 Watt

Maka rugi-rugi total motor DC kompon panjang adalah :

∑W = Wc + Wa + Wsr + Wbd

= 178,20+180,92+28,57+13,80

= 401,50 Watt

(31)

m = [1-∑�

� ] x 100% = [1-,

]x100%

= [1-0,2844]x100%

= 0,7156x100%

=71,56%

Dilihat dari hasil analisa data rugi-rugi dan efisiensi motor DC Kompon Panjang

dengan metode Perlambatan (Retardation Test) dapat disusun pada tabel berikut :

No. Vt(Volt) IL(A) Ia(A) Ish(A) n(rpm) Pin(Watt) ∑W(Watt) m(%)

1 200 2,18 2,02 0,16 1380 436 200,19 54,08

2 200 4,36 4,20 0,16 1350 872 264,21 69,70

3 200 5,76 5,60 0,16 1310 1152 327,38 71,58

[image:31.595.156.468.556.716.2]

4 200 7,06 6,90 0,16 1290 1412 401,50 71,56

Tabel 4.10 Data Rugi-rugi dan Efisiensi Motor DC Kompon Panjang dengan

Beban Bervariasi pada Metode Retardasi

Berikut ini adalah grafik antara efisiensi terhadap perubahan beban

Gambar 3.11 Grafik antara Efisiensi terhadap Beban

54,08

69,7 71,58 71,56

0 10 20 30 40 50 60 70 80 1/4 beban penuh 1/2 beban penuh 3/4 beban penuh beban penuh ηm(%) EFISIENNSI VS BEBAN

Beban

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dibuat, maka diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dari hasil pengujian berbeban Motor DC Kompon Panjang dengan metode

Perlambatan (Retardation Test) dapat disimpulkan efisiensi terbaik didapat

pada pada kondisi ¾ beban penuh yaitu 71,58% dan efisiensi terendah

terjadi pada saat kondisi ¼ beban penuh yaitu 54,08%.

2. Metode Perlambatan terbukti dapat digunakan untuk mendapatkan besar

efisiensi dari suatu motor dc kompon panjang, sehingga diketahui

kemampuan motor tersebut.

3. Dari hasil pengujian Motor DC Kompon Panjang dengan metode

Perlambatan (Retardation Test) didapat rugi-rugi inti sebesar 84,64 Watt

dan rugi-rugi terbesar terjadi pada kondisi beban penuh sebesar 401,50

Watt.

5.2 Saran

Berikut merupakan beberapa saran yang bisa diberikan dari hasil tugas akhir

ini, yakni :

1. Pada pengujian selanjutnya disarankan agar tahanan variabel yang

(33)

2. Disarankan untuk menguji motor DC lainnya

3. Disarankan untuk penelitian berikutnya menggunakan sistem yang otomatis

pada saat memadukan penurunan putaran dengan penghitungan waktu,

sehingga data yang didapat lebih akurat.

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor Arus Searah

Motor arus searah (DC) merupakan perangkat elektromagnetis yang

mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang biasanya

digunakan, misalnya; memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakkan

kompresor, mengangkat bahan, dan lain-lain. Mesin yang bekerja baik sebagai

generator DC dalam kenyataannya akan bekerja baik juga sebagai motor DC,

karena hampir pada semua prinsip pengoperasiannya motor arus searah identik

dengan generator arus searah. Motor juga dimanfaatkan pada peralatan rumahan

(mixer, bor listrik, fan angin) dan juga dibidang industri.

Motor arus searah disuplai tegangan yang searah pada kumparan medan

untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor arus searah

dinamakan stator yaitu bagian yang diam (tidak berputar) dan kumparan jangkar

dinamakan rotor yaitu bagian yang berputar. Terjadinya putaran pada kumparan

jangkar dan pada medan magnet yang menimbulkan tegangan (GGL) yang arahnya

berubah-ubah pada setiap setengah putaran yang menimbulkan tegangan bolak

balik apabila bekerja sebagai generator. Jadi pada prinsip kerja generator arus

searah adalah dengan membalik phasa tegangan dari gelombang yang mempunyai

nilai positif dengan menggunakan komutator.

Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi mekanik berlangsung di

(35)

antara dua fluksi magnetik. Dimana kumparan medan akan menghasilkan fluksi

magnet yang arahnya dari kutub utara menuju kutub selatan dan kumparan jangkar

akan menghasilkan fluksi magnet yang melingkar. Interaksi antara kedua fluksi

magnet tersebut akan menimbulkan suatu gaya sehingga menimbulkan torsi.

Motor arus searah biasanya digunakan terutama untuk melayani beban

dengan torsi start yang besar dan memiliki efisiensi yang tinggi sehingga lebih

unggul bila dibandingkan dengan motor induksi ataupun motor sinkron. Pada

penggunaannya motor arus searah harus disesuaikan dengan kebutuhan agar

ekonomis dan efisiensi. Untuk memenuhi semuannya ini, maka diperlukan motor

arus searah yang memiliki efisiensi dan torsi tinggi. Ketika motor arus searah

dibebani, maka fluksi akan berkurang dan amper-turn medan akan berkurang juga.

Hal tersebut diakibatkan oleh karena adanya reaksi jangkar. Bentuk motor arus

paling sederhana memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas diantara

[image:35.595.177.363.483.647.2]

kutub-kutub magnet permanen.

Gambar 2.1 Motor DC Sederhana

Catu tegangan DC dari baterai menuju lilitan melalui sikat yang menyentuh

(36)

lilitan pada gambar di atas disebut angker dinamo yaitu sebutan untuk komponen

yang berputar diantara medan magnet.

2.2 Kontruksi Motor Arus Searah

Motor arus searah secara umum dibagi atas dua bagian, yakni bagian yang

diam (stator) dan bagian yang berputar (rotor). Berikut gambar kontruksi motor arus

searah secara utuh tampak luar.

Gambar 2.2(a) Kontruksi Motor Arus Searah

Motor arus searah bagian stator dan rotor tampak dalam akan ditunjukkan pada

[image:36.595.182.473.286.481.2]
(37)

Gambar 2.2 (b) Kontruksi Stator dan Rotor Motor Arus Searah

Gambar 2.2 (c) Kontruksi Rotor Motor Arus Searah

Bagian-bagian dari motor arus searah seperti yang ada pada gambar diatas antara

lain:

1. Rangka atau Gandar

Rangka motor arus searah merupakan tempat menempelnya sebagian besar

[image:37.595.142.493.95.317.2] [image:37.595.169.440.396.530.2]
(38)

pendukung mekanik secara ke keseluruhan dan membawa fluks magnetik

yang dihasilkan oleh kutub-kutub magnet. Umumnya terbuat dari baja tuang

(cast steel) untuk mesin-mesin besar dan besi tuang (cast iron) untuk mesin

kecil.

2. Kutub Medan

Kutub Medan terdiri dari inti kutub dan sepatu kutub, dimana sepatu kutub

yang berdekatan dengan celah udara dibuat lebih besar dari badan inti.

Adapun fungsi dari sepatu kutub adalah menyebarkan fluks pada celah

udara dan juga mengurangi reluktansi jalur magnet itu karena sepatu kutub

merupakan bidang lebar.

Gambar 2.2 (d) Kontruksi Inti Kutub dan Penempatannya

3. Sikat

Sikat merupakan penghubung atau jembatan arus untuk mengalir ke lilitan

jangkar. Dimana permukaan sikat ditempelkan ke permukaan segmen

komutator untuk menyalurkan arus listrik. Sikat harus lebih lunak dari

komutator supaya gesekan antara komutator-komutator dan sikat tidak

[image:38.595.158.541.382.525.2]
(39)

4. Kumparan Medan

Kumparan Medan adalah susunan konduktor yang dibelitkan pada inti

kutub. Rangkain medan berfungsi untuk menghasilkan fluksi utama

dibentuk dari kumparan pada setiap kutub.

5. Inti Jangkar

Inti Jankar yang biasa digunakan pada motor arus searah berbentuk silinder

yang diberi alur-alur pada permukaannya sebagai tempat melilitkan

kumparan-kumparan penghasil GGL induksi. Inti jangkar terbuat dari bahan

ferromagnetik, dengan maksud agar komponen-komponen (lilitan jangkar)

terletak dalam daerah yang induksi magnetnya besar, supaya GGL induksi

dapat bertambah besar. Bahan yang digunakan untuk jangkar sejenis

campuran baja silikon.

Gambar 2.2 (e) Inti Jangkar yang Berlapis-lapis

6. Kumparan Jangkar

Kumparan Jangkar pada motor arus searah berfungsi untuk tempat

timbulnya torsi. Dimana fluks yang dibangkitkan oleh kumparan jangkar

akan dipotong konduktor jangkar. Pada motor DC penguatan kompon

[image:39.595.155.549.418.585.2]
(40)

sedangkan pada motor DC pengutan kompon pendek kumparan medan

serinya diparelelkan terhadap kumparan jangkar.

7. Komutator

Komutator berfungsi sebagai fasilitas penghubung arus dari konduktor

jangkar, sebagai penyearah mekanik, yang bersama-sama sikat membuat

suatu kerjasama yang disebut komutasi. Komutator digunakan dalam

jumlah yang besar sehingga dapat menyearahkan dengan baik dan

berbentuk lempengan-lempengan (segmen komutator) dan terdapat bahan

isolasi.

Gambar 2.2 (f) Komutator

[image:40.595.153.550.350.472.2]

2.3 Prinsip Kerja Motor Arus Searah

[image:40.595.189.439.556.715.2]
(41)

Motor DC bekerja berdasarkan prinsip interaksi antara dua fluksi magnetic.

Ketika kumparan medan dan kumparan jangkar dihubungkan dengan sumber

tegangan DC seperti gambar 2.3, maka pada kumparan medan mengalir arus medan

(If), sehingga menghasilkan fluksi magnet yang arahnya dari kutub utara menuju

kutub selatan. Sedangkan pada kumparan jangkar mengalir arus jangkar (Ia),

sehingga pada konduktor kumparan jangkar timbul fluksi magnet yang melingkar.

Fluksi jangkar ini akan memotong fluksi dari kumparan medan sehingga

menyebabkan perubahan kerapatan fluksi dari medan utama. Sesuai hukum

Lorentz, interaksi antara kedua fluksi magnet ini akan menimbulkan suatu gaya

mekanik pada konduktor jangkar yang disebut gaya Lorentz. Besar gaya ini sesuai

dengan persamaan 1 berikut ini [5] :

F = B .i .l (2.1)

Dimana :

F= gaya yang bekerja pada konduktor (N)

B = kerapatan fluks magnetik (Wb/m2)

i = arus yang mengalir pada konduktor (A)

l = panjang konduktor (m)

Arah gaya ini dapat ditentukan dengan kaidah tangan kiri Flemming. Kaidah

tangan kiri menyatakan, jika jari telunjuk menyatakan arah dari vektor kerapatan

fluks B dan jari tengah menyatakan arah dari vektor arus I, maka ibu jari akan

menyatakan arah gaya F yang bekerja pada konduktor tersebut.

Gaya yang timbul pada konduktor jangkar tersebut akan menghasilkan

momen putar atau torsi. Torsi yang dihasilkan motor dapat ditentukan dengan

(42)

Ta = F .r (2.2)

Dimana : Ta = torsi jangkar (N-m)

r = jari-jari motor (m)

Bila torsi yang dihasilkan motor lebih besar dari pada torsi beban maka motor akan

berputar.

2.4 Reaksi Jangkar

Reaksi jangkar merupakan medan magnet yang disebabkan oleh mengalirnya

arus pada jangkar, dimana jangkar tersebut berada di dalam mangnet. Reaksi

jangkar mengakibatkan terjadinya 2 hal yaitu :

2. Demagnetisasi atau penurunan kerapatan fluksi medan utama.

3. Magnetisasi silang.

Apabila kumparan medan dialiri oleh arus tetapi kumparan jangkar tidak

dialiri oleh arus, maka dengan mengabaikan pengaruh celah udara, jalur fluksi ideal

untuk kutub utama dari motor arus searah dua kutub berasal dari kutub utara menuju

kutub selatan seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini :

[image:42.595.228.437.528.715.2]
(43)

Dari Gambar 2.4 (a) dapat dijelaskan bahwa :

 Fluksi didistribusikan simetris terhadap bidang netral magnetis

 Sikat ditempatkan bertepatan dengan bidang netral magnetis.

Bidang netral magnetis didefenisikan sebagai bidang di dalam motor

dimana konduktor bergerak sejajar dengan garis gaya magnet, sehingga gaya gerak

listrik industry pada bidang tersebut adalah nol. Seperti yang terlihat dari Gambar

2.4 (a) sikat selalu ditempatkan disepanjang bidang netral magnetis. Oleh karena

itu, bidang netral magnetis disebut juga sebagai sumbu komutasi karena pembalikan

arah arus jangkar berada pada bidang tersebut. Vektor OFM mewakili besar dan arah

dari fluksi medan utama, dimana vektor ini tegak lurus terhadap bidang netral

matgnetis.

Sewaktu hanya konduktor jangkar saja yang dialiri arus listrik sementara

kumparan medan tidak dieksitasi, maka disekeliling konduktor jangkar timbul ggm

atau fluksi. Gambaran arah garis gaya magnet ditunjukkan pada Gambar 2.4 (b)

berikut ini :

Gambar 2.4 (b) Fluksi yang Dihasilkan oleh Kumparan Jangkar

Penentuan arah dari garis gaya magnet yang diakibatkan oleh arus jangkar

[image:43.595.220.446.507.641.2]
(44)

diwakili oleh vektor OFA yang sejajar dengan bidang netral magnetis. Pada

prakteknya, sewaktu mesin beroperasi maka konduktor jangkar dan konduktor

medan sama-sama dialiri oleh arus listrik, distribusi fluksi resultan diperoleh dari

menggabungkan kedua fluksi tersebut. Oleh karenanya distribusi fluksi medan

utama yang melalui jangkar tidak lagi simetris tetapi sudah mengalami pembelokan

saat mendekati konduktor yang dialiri arus tersebut. Hal tersebut dikarenakan

pengaruh fluksi jangkar yang dapat dilihat pada Gambar 2.4 (c) berikut ini :

Gambar 2.4 (c) Hasil Kombinasi antara Fluksi Medan dan Fluksi Jangkar

Fluksi yang dihasilkan oleh gaya gerak magnet (ggm) jangkar menentang

fluksi medan utama pada setengah bagian dari salah satu kutubnya dan memperkuat

fluksi medan utama pada setengah bagian yang lain. Hal ini jelas akan

menyebabkan penurunan kerapatan fluksi pada setengah bagian dari salah satu

kutubnya dan terjadi kenaikan pada setengah bagian yang lain di kutub yang sama.

Efek dari intensitas medan magnet atau lintasan fluksi pada jangar yang memotong

lintasan fluksi medan utama ini disebut sebagai reaksi jangkar magnetisasi silang

[image:44.595.220.454.280.460.2]
(45)

Magnetisasi silang ini juga menyebabkan pergeseran bidang netral. Pada

Gambar 2.4 (c) terlihat bahwa vektor OF merupakan resultan vektor OFA dan OFM,

serta posisi bidang netral magnetis yang baru, dimana selalu tegak lurus terhadap

vektor OF. Bidang netral magnetis motor yang baru bergeser sejauh β karena posisi

bidang netral magnetis ini selalu tagak lurus terhadap vektor OF. Dengan

pergeseran bidang netral ini maka sikat juga akan bergeser sejauh pergeseran

bidang netral magnetis. Hal ini dapat menimbulkan bunga api di segmen komutator

dekat sikat.

Kebanyakan mesin listrik bekerja pada kerapatan fluksi yang dekat dengan

titik jenuhnya sehingga dapat menimbulkan kejenuhan magnetik. Apabila

kejenuhan magnetik terjadi, maka efek penguatan fluksi resultan lebih kecil bila

dibandingkan dengan efek pelemahan fluksi resultan atau dengan kata lain

pertambahan kerapatan fluksi resultan pada salah satu bagian kutub lebih sedikit

bila dibandingkan dengan pengurangan kerapatan fluksi pada bagian yang lainnya.

Sehingga fluksi resultan akan berkurang dari harga tanpa bebannya. Hal inilah yang

disebut sebagai efek demagnetisasi reaksi jangkar dan perlu dicatat bahwa

demagnetisasi timbul hanya karena adanya saturasi magnetik.

Akibat pelemahan fluks ini, efek yang ditimbulkan pada motor arus searah

menjadi lebih serius, dimana pelemahan fluks akan menyebabkan motor arus searah

khususnya motor arus searah paralel akan demikian cepatnya hingga tak terkendali.

Oleh sebab itu, perlu dilakukannya hal-hal yang dapat mencegah atau

mengurangi terjadinya hal diatas. Ada tiga cara yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pergeseran sikat (Brush Shifting)

(46)

3. Belitan kompensasi (Compensating Windings)

2.5 Jenis-jenis Motor Arus Searah

Jenis-jenis motor arus searah dapat dibedakan berdasarkan jenis

penguatannya yaitu hubungan rangkaian kumparan medan magnet dengan

kumparan jangkar. Sehingga motor arus searah dibedakan menjadi :

1. Motor arus searah penguatan bebas

2. Motor arus searah penguatan sendiri

2.5.1 Motor Arus Searah Penguatan Bebas

Motor arus searah penguatan bebas adalah motor arus searah yang sumber

tegangan penguatannya berasal dari luar motor. Dimana kumparan medan disuplai

dari sumber tegangan DC tersendiri.

a. Rangkaian Ekivalen

Rangkaian ekivalen motor arus searah penguatan bebas dapat dilihat pada

Gambar 2.5 (a) berikut ini :

Ra

Ia

Ea Rf Vf

If

Vt

+

-Gambar 2.5 (a) Rangkaian Ekivalen Motor DC Penguatan Bebas

[image:46.595.184.481.536.687.2]
(47)

V = Ea+ IaRa (2.3)

V = I + R (2.4)

Dimana: V = tegangan terminal jangkar motor arus searah Volt

Ia = arus jangkar Ampere

Ra= tahanan jangkar Ohm

I = arus medan penguatan bebas Ampere

R = tahanan medan penguatan bebas Ohm

V = tegangan terminal medan penguatan bebas Volt

Ea = gaya gerak listrik motor arus searah Volt

b. Karakteristik

Karakteristik motor arus searah dapat ditunjukkan dengan penambahan

beban sehingga Tb > Tindakan menyebabkan perlambatan putaran motor (ω) dari

hubungan persamaan EB = k.Φ.ω.

Menurunnya nilai ω akan berakibat jatuhnya tegangan EB, begitu juga dari

hubungan persamaan U = EB + IA.RA, maka IA bertambah. Dengan naiknya IA, maka

kopel induksinya pun akan meningkat (persamaan Tind = k. Φ.IA) untuk

mengimbangi kopel beban dan akhirnya besar kopel induksinya sama dengan kopel

(48)

2.5.2 Motor Arus Searah Penguatan Sendiri

Motor arus searah penguatan sendiri terbagi atas tiga, yaitu: motor arus

searah penguatan shunt, motor arus searah penguatan seri dan motor arus searah

penguatan kompon.

1. Motor Arus Searah Penguatan Shunt

a. Rangkaian Ekivalen

R

a

E

a

+

-I

L

V

t

R

sh

I

sh

I

a

Gambar 2.5(b) Rangkaian Ekivalen Motor DC Penguatan Shunt

Persamaan umum motor arus searah penguatan shunt

Vt=Ea+IaRa

Vsh=Vt=Ish . Rsh (2.5)

IL=Ia+Ish (2.6)

Dimana : Ish=arus kumparan medan shunt (Ampere)

Vsh=tegangan terminal medan shunt motor arus searah Volt

Rsh=tahanan medan shunt (Ohm)

[image:48.595.122.531.288.471.2]
(49)

b. Karakteristik

Pada dasarnya karakteristik motor arus searah jenis ini memiliki

karakteristik yang sama dengan karakteristik motor arus searah berpenguatan

terpisah apabila diberikan pasokan tegangan yang cukup stabil.

2. Motor Arus Searah Penguatan Seri

a. Rangkaian Ekivalen

R

a

E

a

+

-I

L

V

t

I

a

R

s

Gambar 2.5(c) Rangkaian Ekivalen Motor DC Penguatan Seri

Persamaan umum motor arus searah penguatan seri

Vt= Ea+ Ia Ra+ Rs (2.7)

Ia= [VRt- Ea

a- Rs] (2.8)

Ia= IL= If

Dimana : Ia=arus kumparan medan seri (Ampere)

[image:49.595.121.519.311.534.2]
(50)

Ra=tahanan jangkar (Ohm)

Ea=gaya gerak listrik motor arus searah Volt

Vt=tegangan terminal jangkar motor arus searah Volt

b. Karakteristik

Ketika beban meningkat, IA bertambah dan fluks meningkat. Maka Tind pun

akan meningkat secara kuadratis terhadap arus jangkar IA. Jadi, pada saat

kondisi kejenuhan tercapai, fluks tidak lagi akan tergantung pada IA, maka Tind

sebanding dengan IA dan kurvanya akan berbentuk garis lurus.

Adapun hubungan antara kopel dan kecepatannya:

IA = √Tind

k

Ketika kopel induksi menuju nol, maka kecepatan putar motor akan menuju

ke harga tak berhingga, hal ini merupakan salah satu kerugian motor arus searah

berpenguatan seri.

Namun dalam praktiknya, kopel induksi tersebut tidak dapat menjadi nol

karena adanya rugi-rugi mekanis, inti, dan rugi besi yang harus diatasi.

Bagaimanapun, jika tidak ada beban yang dihubungkan ke motor arus searah

jenis ini, maka putaran motor menjadi sangat cepat dan cukup membahayakan.

(51)

juga dalam menghubungkan dengan beban jangan menggunakan mekanisme

penggerak yang mudah putus seperti ban-kopel (V-belt).

3. Motor Arus Searah Penguatan Kompon

Motor arus searah penguatan kompon terbagi atas dua, yaitu :

3.1Motor Arus Searah Penguatan Kompon Pendek

Ra Ea

+

-IL

Vt

Ia

Rs

Rsh

Ish

Gambar 2.5 (d) Rangkaian Ekivalen Motor DC Penguatan Kompon Pendek

Persamaan umum motor arus searah penguatan kompon pendek

IL=Ia+Ish

Vt=Ea+IaRa+ILRs (2.9)

Pin=VtIL (2.10)

Dimana : ILRs=tegangan jatuh pada kumparan seri

IaRa=tegangan jatuh pada kumparan jangkar

Ea=gaya gerak listrik motor arus searah Volt

[image:51.595.123.524.247.437.2]
(52)

3.2Motor Arus Searah Penguatan Kompon Panjang

a. Rangkaian Ekivalen

Ra Ea

+

-IL

Vt

Rs

Rsh

Ish Ia

Gambar 2.5 (e) Rangkaian Ekivalen Motor DC Penguatan Kompon Panjang

Persamaan umum motor arus searah penguatan kompon panjang

IL=Ia+Ish

Vt=Ea+Ia(Ra+Rs) (2.11)

Pin=VtIL

Vt=Vsh

Dimana : IaRs=tegangan jatuh pada kumparan seri

IaRa=tegangan jatuh pada kumparan jangkar

b. Karakteristik

Motor DC penguatan kompon memiliki dua kumparan medan yakni

kumparan medan shunt dan kumparan medan seri. Berikut ini tiga

karakteristik dari sebuah motor DC penguatan kompon panjang:

[image:52.595.121.523.152.338.2]
(53)

Dengan penambahan arus jangkar (Ia) sehingga ( ) bertambah dan torsi

(T) juga besar.

T=K.∅m.Ia dimana ∅m=∅sh+∅s

T=K(∅sh+∅s)Ia (2.12)

Jika fluksi medan shunt lebih besar dibandingkan medan seri maka

bentuk karakteristik torsi dan arus seperti kurva 1. Sedangkan jika fluksi

medan seri lebih besar dibandingkan dengan medan shunt maka bentuk

karakteristik torsi dan arus seperti kurva 2. Gambar karakteristik untuk torsi

dan arus dapat dilihat seperti gambar berikut ini:

Gambar 2.5 (f) Karakteristik Torsi dan Arus Jangkar

2. Karakteristik Putaran (n=n(Ia))V

Untuk motor kompon panjang:

Vt=Ea+Ia(Ra+Rs) (2.13)

[image:53.595.232.413.381.544.2]
(54)

Ea=C(∅sh+∅s)n (2.15)

Jadi :

n

=

∅ ℎ+∅ [Vt − Ia Ra + Rs ] (2.16)

Dengan pertambahan arus jangkar (Ia), fluks (∅) juga akan bertambah

dan [Vt-Ia(Ra+Rs)] berkurang. Dengan pertambahan arus jangkar maka

kecepatan jatuh pada motor kompon lebih cepat dibandingkan dengan motor

arus shunt. Karakteristik dari kecepatan dengan arus jangkar dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.5(g) Karakteristik Kecepatan dan Arus Jangkar

3. Karakteristik Mekanis (T=T(n))V

Ini merupkan kurva antara kecepatan (n) dan torsi (T) dari motor DC.

Jika torsi T=k.∅.Ia bertambah, maka nilai (Ia) bertambah, sedangkan fluks

(∅) tetap. Dengan bertambahnya torsi (T) maka kecepatan (n) akan

menurun, maka kurva motor kompon ini sama dengan motor shunt. Untuk

[image:54.595.216.449.324.522.2]
(55)

seperti kurva 1. Sedangkan untuk medan seri karakteristik kecepatan dan

torsi mendekati ke motor seri seperti kurva 2. Seperti gambar berikut:

Gambar 2.5(h) Karakteristik Kecepatan dan Torsi

2.6 Rugi-Rugi Motor Arus Searah

Motor DC menerima daya masukan berupa energi listrik dan menghasilkan

daya keluaran berupa energi mekanis. Akan tetapi, tidak seluruh daya masukan ke

motor diubah menjadi daya keluaran yang berguna, selalu ada energi yang hilang

selama proses pengkonversian energi tersebut. Energi yang hilang tersebut ada yang

dikonversikan menjadi panas dan ada yang diserap oleh mesin untuk mengatasi

gesekan karena adanya bagian yang berputar di dalam mesin. Rugi-rugi daya dalam

bentuk panas ini jika nilainya terlalu besar akan dapat menyebabkan kenaikan

temperatur motor yang dapat merusak isolasi dan mempercepat berkurangnya umur

ekonomis motor sehingga membatasi daya keluaran motor. Berikut proses

[image:55.595.211.455.152.365.2]
(56)

Daya input

V IL Watt

Daya mekanis yang dibangkitkan di

dalam jangkar Ea Ia Watt

Daya output motor Tshω Watt

Rugi-rugi tembaga

Rugi-rugi besi dan mekanis

Energi Listrik Energi

mekanis

Gambar 2.6 (a) Diagram Aliran Daya pada Motor Arus Searah

Dengan demikian selalu ada selisih antara daya masukan dan daya keluaran

motor. Ini merupakan rugi-rugi daya yang terjadi di dalam motor. Dalam persamaan

sinyatakan dengan :

∑ Rugi-Rugi = Daya Masukan – Daya Keluaran

Akhirnya, rugi-rugi di dalam motor DC didefenisikan sebagai selisih daya

antara daya masukan yang diterima motor dengan daya keluaran yang dapat

dihasilkannya dimana selisih daya tersebut berubah menjadi bentuk energi yang

lain yang tidak dapat digunakan bahkan dapat merugikan bagi motor itu sendiri.

2.6.1 Rugi-Rugi Tembaga (Copper Loss)

Rugi-rugi tembaga adalah rugi-rugi daya yang terjadi di dalam kumparan medan

dan kumpran jangkar motor. Karena kawat tembaga kedua kumparan tersebut

memiliki nilai resistansi Rf dan Ra, maka jika mengalir arus searah sebesar If dan Ia

akan menyebabkan kerugian daya yang dihitung dengan persamaan :

Pa=Ia2Ra (2.17)

[image:56.595.149.547.88.238.2]
(57)

Dimana : Pa=rugi tembaga kumparan jangkar

Pf=rugi tembaga kumparan medan

Ia=arus jangkar

If=arus medan

Ra=resistansi jangkar

Rf=resistansi medan

2.6.2 Rugi-Rugi Inti (Core or Iron Losses)

Rugi-rugi ini terjadi di dalam jangkar motor DC yang disebabkan oleh

perputaran jangkar di dalam medan magnet kutub-kutubnya. Ada dua jenis

rugi-rugi inti yaitu :

1. Rugi Hysteresis

Rugi hysteresis terjadi di dalam jangkar mesin DC karena setiap bagian jangkar

dipengaruhi oleh pembalikan medan magnetic sebagaimana bagian tersebut lewat

di bawah kutub-kutub yang berurut.

Gambar 2.6(b) Perputaran Jangkar di dalam Motor Dua Kutub

Gambar 2.6(b) menunjukkan jangkar yang berputar di dalam motor dua kutub.

Dengan menganggap ab sebagai potongan kecil dari jangkar. Ketika potongan ab

[image:57.595.223.425.496.572.2]
(58)

perputaran selanjutnya, dari potongan besi yang sama berada di bawah kutub S dan

garis-garis magnetik lewat dari b ke a sehingga sifat magnet di dalam besi dibalik.

Untuk dapat membalik molekul-molekul magnet secara terus menerus di dalam inti

jangkar, sejumlah daya diserap sehingga menyebabkan pemanasan pada inti

jangkar. Daya yang diserap dan berubah menjadi panas sebagai rugi-rugi di dalam

inti jangkar dan disebut sebagai rugi hysteresis. Untuk menentukan besarnya rugi

hysteresis di dalam inti jangkardigunakan persamaan Steinmentzyaitu :

Ph= Bmax1,6 f υ Watt (2.19)

Dimana : Ph=rugi hysteresis

Bmax=rapat fluks maksimum di dalam jangkar

f =frekuensi pembalikan magnetik

= 120n P dimana n dalam rpm dan P=jumlah kutub

υ=volume jangkar m3

=koefisien hysteresis Steinmentz

2. Rugi Arus Pusar

Sebagai tambahan terhadap tegangan yang diinduksikan di dalam konduktor

jangkar, ada juga tegangan yang diinduksikan di dalam init jangkar. Tegangan ini

menghasilkan arus yang bersikulasi di dalam inti jangkar seperti yang ditunjukkan

dalam Gambar 2.15. Ini disebut sebagai arus pusar (eddy current) dan daya yang

hilang karena alirannya disebut dengan rugi arus pusar.

Rugi arus pusar berlaku sebagai panas yang dapat menaikkan temperatur motor

dan menurunkan efisiensinya. Jika suatu inti besi padat digunakan sebagai inti

jangkar, resistansi terhadap arus pusar ini akan menjadi kecil karena lebarnya luas

(59)

menjadi besar. Besarnya nilai arus pusar dapat dikurangi dengan membuat

resistansi inti sebesar mungkin secara praktisnya.

(1) (2)

Gambar 2.6 (c1) Arus pusar di dalam jangkar yang padat (c2) Arus pusar

di dalam inti jangkar yang dilaminasi

2.6.3 Rugi-Rugi Mekanis (Mechanical Losses)

Rugi-rugi mekanis di dalam mekanis motor DC merupakan rugi-rugi yang

berhubungan dengan efek-efek mekanis di dalam motor DC yaitu gesekan dan

angin. Rugi-rugi gesekan adalah rugi-rugi yang disebabkan oleh pergesekan antara

permukaan bagian-bagian yang berputar dengan bagian-bagian yang diam dari

motor, diantaranya gesekan bearing atau bantalan peluru dengan rumah bearing

atau dengan as rotor. Juga gesekan antara permukaan sikat dengan komutator.

Karena adanya suatu nilai koefisien gesek antara permukaan bagian-bagian tersebut

walaupun kecil, diperlukan gaya untuk mengimbangi gaya lawan akibat koefisien

gesek tersebut jika ingin menggerakkan rotor motor DC tersebut.

Sedangkan rugi-rugi angin adalah rugi-rugi yang disebabkan oleh

pergesekan antara bagian-bagian motor yang berputar dengan udara di dalam rumah

(casing) motor. Baik itu pergesekan antara permukaan rotor dengan udara pada

[image:59.595.135.502.143.270.2]
(60)

dipasangkan pada rotor di dalam motor. Rugi-rugi angin ini bervariasi tergantung

pada kecepatan rotasi motor tersebut.

2.6.4 Rugi-Rugi Sikat (Brush Losses)

Jika kumparan jangkar motor DC dialiri arus listrik DC maka sikat-sikatnya

juga akan dialiri arus yang sama. Karena sikat memiliki nilai resistansi sikat dan

juga tahanan kontak antara permukaan sikat dengan komutator maka terdapat rugi

jatuh tegangan pada sikat yang dinyatakan dengan Vbd. Jatuh tegangan sikat ini

menyebabkan timbulnya rugi-rugi daya sebesar :

Pbd=Vbd.Ia (2.20)

Dimana : Pbd=rugi daya akibat tegangan sikat

Ia=arus jangkar

Vbd=jatuh tegangan sikat

Besarnya nilai jatuh tegangan sikat-sikat pada motor DC hampir konstan

dalam rentang arus jangkar yang besar. Maka rugi-rugi sikat dapat dihitung dengan

persamaan:

Pbd=2 x Ia (2.21)

2.6.5 Rugi-Rugi Beban Stray (Stray Load Losses)

Rugi-rugi beban stray merupakan rugi-rugi yang disebabkan oleh arus pusar

di dalam tembaga dan rugi-rugi inti tambahan di dalam besi, yang timbul karena

pendistorsian fluks magnetik oleh arus beban (tidak termasuk yang disebabkan oleh

(61)

Rugi-rugi beban stray ini tidak dapat dikategorikan ke dalam tipe rugi-rugi

yang disebutkan di atas. Di dalam perhitungan rugi motor DC, besarnya

rugi-rugi beban stray dinyatakan sebesar ± 1% dari beban penuh.

Rugi-rugi di dalam motor DC di atas juga dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu :

1. Rugi-rugi konstan yaitu rugi-rugi di dalam motor DC yang nilainya selalu tetap,

tidak tergantung pada arus pembebanan. Rugi-rugi inti + mekanis disebut

dengan rugi-rugi rotasi. Yang termasuk ke dalam kelompok rugi-rugi konstan

adalah :

a. Rugi-rugi inti yaitu rugi-rugi hysteresis dan arus pusar

b. Rugi-rugi mekanis yaitu rugi-rugi gesek dan angin.

c. Rugi-rugi tembaga medan shunt.

2. Rugi-rugi variabel yaitu rugi-rugi di dalam motor DC yang nilainya bervarisasi

terhadap arus pembebanan. Yang termasuk ke dalam kelompok rugi-rugi ini

adalah:

a. Rugi-rugi tembaga kumparan jangkar (Ia2Ra).

b. Rugi-rugi tembaga kumparan medan seri (Ia2Rs)

c. Rugi jatuh tegangan sikat (VbdIa)

Sehingga rugi-rugi total di dalam motor DC adalah :

∑ Rugi-Rugi = Rugi Konstan + Rugi Variabel

2.7 Efisiensi Mesin Arus Searah

2.7.1 Efisiensi Generator

(62)

Gambar 2.7(a) Aliran Daya Generator DC [1]

Efisiensi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Efisiensi Mekanik

�� = = � � � � � � � � � � � � � � �

= ��

��

2. Efesisnsi Elektrik

�� = = � � � �

� � � � � � � � =��

3. Efisiensi Keseluruhan atau Komersial

�� = = � � � � � � � � � � �

2.7.2 Efisiensi Motor

Daya masukan yang diterima oleh motor DC berupa daya listrik sedangkan

daya keluaran berupa daya mekanik yaitu gerak rotor dan selisih antara daya

masukan dengan daya keluaran motor disebut rugi-rugi. Dengan demikian,

[image:62.595.158.546.90.238.2]
(63)

Efisiensi =

� � %

Dimana: Pin = Daya masukan

Pout = Daya keluaran

Karena, Pout = Pin-∑ Rugi-rugi

Dan, Pin = Pout+ ∑ Rugi-rugi

Maka,efisiensi motor DC dapat ditunjukkan dalam bentuk sebagai berikut:

Efisiensi =Pi −∑r i−r i Pi

Efisiensi= P

P +∑r i−r i

Metode yang paling nyata dalam menentukan efisiensi motor DC adalah

membebaninya langsung dan mengukur daya masuk dan keluarnya. Namun,

metode ini harus memperhatikan tiga hal utama yaitu metode ini

membutuhkan pembebanan pada motor. Kedua, untuk motor-motor dengan

rating daya yang besar, beban-beban yang diperlukan tidak mungkin

diperoleh. Ketiga, bahan lebih mustahil untuk memberikan beban

sedemikian rupa, karena daya yang besar akan terbuang menjadikan metode

ini sangat mahal.

Metode yang paling umum untuk mendapatkan efisiensi motor DC adalah

menentukan rugi-ruginya dari pengukuran daya masukan dan daya

keluarannya pada saat berbeban. Metode ini memiliki keuntungan yang

(64)

Berikut ini adalah gambar aliran daya pada motor DC

Gambar 2.7(b) Aliran Daya Motor [1]

Efisiensi motor dapat dibagi tiga, yaitu:

1. Efisiensi Mekanik

�� = = � �� �

� � = ��

2. Efesiensi Elektrik

�� = = �

� �� �

3. Efesiensi Keseluruhan atau Komersial

�� = = �

� �

Terlihat pada gambar 2.7(b) bahwa A-B = rugi tembaga dan B-C = rugi besi

dan gesekan

2.8 Pengujian Motor Arus Searah

Suatu mesin arus searah perlu dilakukan pengujian guna menentukan

[image:64.595.152.550.115.242.2]
(65)

diuji, sehingga kita bisa mengetahui kenerja dari mesin tersebut. Ada beberapa

metode pengujian yang dapat dilakukan pada mesin arus searah.

2.8.1 Uji Swinburne atau Uji Tanpa Beban

Uji ini hanya dapat dilakukan pada mesin arus searah yang memiliki fluks

konstan, yaitu motor arus searah paralel dan motor arus searah kompon.

Percobaan ini menggunakan rangkaian uji seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.8(a) Rangkaian Uji Swinburne[2]

2.8.2 Uji Regeneratif atau Uji Hopkinson

Uji regeneratif dilakukan untuk mendapatkan efesiensi dari mesin arus

searah pararel (baik itu motor maupun generator) yang diuji. Pada metode

ini motor arus searah dan generator arus searah (diusahakan keduanya

memiliki parameter yang identik) dikopel secara mekanis. Keluaran

generator peda pengujian ini tidak dibuang percuma, melainkan

[image:65.595.173.480.268.473.2]
(66)

2.8.3 Uji Medan

Metode uji medan dilakukan untuk menguji motor arus searah seri. Prinsip

pengujiannya adalah dengan mengkopel dua mesin arus searah, dimana

mesin yang satu bekerja sebagai motor dan mesin yang lain bekerja sebagai

generator. Keluaran dari generator dibuang ke tahanan R yang dipasang

pada rangkaian uji. Rugi-rugi inti dan gesekan kedua mesin dibuat sama

dengan cara menghubung seri kumparan medan generator dengan rangkaian

jangkar motor sehingga penguatannya sama maka rugi-rugi inti sama dan

memutar kedua mesin dengan kecepatan yang sama yang bertujuan untuk

[image:66.595.199.460.389.572.2]

mendapatkan rugi-rugi gesekan yang sama pada kedua mesin. Berikut

gambar rangkaian uji medan:

Gambar 2.8(b) Rangkaian Uji Medan [1]

2.8.4 Uji Rem (Brake Test)

Motor arus searah diberi catu daya arus searah dengan tegangan nominal, kemudian

poros motor dibebani (dengan mengunakan puli) sampai amperemeter

(67)

2.8.5 Uji Perlambatan atau Retardation Test

Uji perlambatan (retardation test) ini diterapkan untuk motor arus searah, untuk

mencari rugi butanya. Pada metode perlambatan kita akan mendapatkan

rugi-rugi rotasi meliputi rugi-rugi-rugi-rugi besi dan mekanis (gesek dan angin) dari mesin yang

diuji. Selanjutnya dengan mengetahui rugi-rugi tembaga kumparan pada saat

berbeban, efisiensi dapat dihitung pada saat pembebanan tersebut. Anggap motor

dc kompon panjang bekerja pada saat tanpa beban, maka prinsipnya sebagai

berikut:

1. Jika suplai ke jangkar dilepas tetapi medan tetap dieksitasi normal, motor

tersebut akan melambat secara bertahap dan akhirnya berhenti. Energi

kinetik jangkar digunakan untuk mengatasi rugi-rugi mekanis (gesek dan

angin) dan rugi-rugi besi.

2. Jika suplai ke jangkar dan medan dilepas bersamaan, motor juga akan

melambat dan akhirnya berhenti. Pada kasus ini energi kinetik jangkar

digunakan hanya untuk mengatasi rugi-rugi mekanis (gesek dan angin) saja.

Ini diperkirakan karena tidak adanya fluks sehingga tidak ada rugi-rugi besi.

Dengan menjalankan pengujian pertama, kita akan mendapatkan nilai

rugi-rugi gesek, angin dan besi. Namun demikian, jika kita menjankan pengujian kedua,

maka dapat dipisahkan antara rugi-rugi mekanis dengan rugi-rugi besi. Besarnya

energi kinetik dari putaran jangkar atau rotor (rugi-rugi putaran) sebesar:

Ek= Jω² (2.22)

(68)

ω = kecepatan sudut, (rad/s) = �

n = putaran normal (rpm)

Maka pada metode retardasi, laju perubahan energi kinetik dianggap untuk

mengatasi rugi-rugi rotasi motor. Jika perubahan energi kinetik ini

disimbolkan dengan ∆�, maka:

∆ = � (2.23)

∆ = �� (2.24)

= J� � (2.25)

1. Menentukan dw/dt

Pada pengujian metode perlambatan digunakan rangkaian seperti gambar

berikut:

Gambar 2.8(c) Rangkaian Uji Perlambatan Arus Searah [1]

Seperti pada gambar 2.8(c) diatas sebuah Voltmeter V dihubungkan dengan

kumparan jangkar. Voltmeter digunakan sebagai indikator kecepatan

dengan peningkatan yang sesuai, karena E � N, dan N ��. Ketika catu daya

diputus, kecepatan putar jangkar menurun dan juga tegangan yang

[image:68.595.217.448.424.564.2]
(69)

tegangan yang jatuh (menurun) pada lamanya waktu yang berbeda, sebuah

kurva digambarkan antara waktu dan kecepatan (didapat dari nilai

tegangannya).

Gambar 2.8(d) Kurva Hasil Uji Perlambatan Arus Searah

Dari gambar P yang dihubungkan ke kecepatan normal, sudut tegangan AB

digambar, kemudian:

=

Dari persamaan (2.25), dimana � =2�N/60 (N dalam rpm), sehingga:

W = � [ � ] [ � ] (2.26)

W = [ �]²�. (2.27)

W = , �. (2.28)

W = Ek = , �. (2.29)

2. Menentukan Momen Inersia

Ada dua metode dalam menentukan momen inersia, yaitu: yang pertama

metode dengan menghitung momen inersia dan yang kedua metode dengan

mengeliminasi momen inersia.

[image:69.595.239.416.169.297.2]
(70)

Pertama-tama kurva penurunan (retardasi) digambar dengan jangkar saja.

Kemudian roda gila dari momen inersia J1 dikunci pada poros dan kurva

penurunan digambar kembali. Waktu perlambatan akan lebih lama karena

adanya kombinasi peningkatan momen inersia. Untuk tiap kecepatan yang

diberikan, dN/dt1 dan dN/dt2 ditentukan seperti sebelumnya. Perlu diingat

bahwa rugi-rugi pada kedua kasus hampir sama, karena penambahan roda

gila tidak terlalu berpengaruh (diabaikan) terhadap rugi-rugi.

Dari persamaan (2.29) diatas, maka:

Pada kasus pertama, �� = [ �]²�.

Pada kasus kedua, �� = [ �]². � + � .

� + � . [ ] = �. [ ]

Atau

[ + ] = [ ]/[ ]

� = � � / / /

� = � �

� = � � (2.30)

Karena nilai J1, t1 dan t2 (dari pengamatan pada percobaan), maka momen

inersia jangkar (J) dan rugi-rugi rotasinya (W=Ek) dapat ditentukan.

b. Metode Dengan Mengeliminasi Momen Inersia

Dalam metode ini, pertama-tama waktu diambil atau dicatat pada saat

terjadi perlambatan, katakanlah 5% dicatat pada kondisi hanya jangkar saja.

(71)

waktu dicatat lagi. Metode menggunakan kopel elektris diperlihatkan pada

gambar 2.8(c), saklar ganda S ketika memutus jangkar dari tegangan catu

dayanya, secara otomatis menghubungkannya dengan resistansi. Daya yang

ditarik oleh resistansi ini berlaku sebagai kopel perlambatan pada jangkar,

dengan begitu membuatnya menjadi lambat dengan cepat.

Rugi-rugi tambahan = Ia².(Ra+R) atau V.Ia

Dimana: Ia arus rata-rata melalui R, V tegangan rata-rata di R. Ambil Ek

sebagai daya, maka:

�� = [ �] �.

�′� + �� = [] �. Sehingga:

� +�′

� =

�� = �′��

�� = �′��

Dimana: dN/dt1= kisar perubahan kecepatan tanpa beban tambahan

[image:71.595.217.421.305.488.2]
(72)

BAB I

PENDAH

Gambar

Tabel 4.10 Data Rugi-rugi dan Efisiensi Motor DC Kompon Panjang dengan
Gambar 2.1 Motor DC Sederhana
Gambar 2.2(a) Kontruksi Motor Arus Searah
Gambar 2.2 (c) Kontruksi Rotor Motor Arus Searah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengujian, maka dilakukan perhitungan untuk mendapatkan efisiensi generator arus searah penguatan kompon kumulatif dan

Skripsi berjudul ” Desain Dan Analisis Motor Arus Searah Shunt Penguatan Sendiri 750W ” Telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Teknik Universitas Jember

Sedangkan dengan pengaturan tahanan seri, putaran motor arus searah kompon panjang rata-rata hanya lebih cepat 0,847% dibanding motor arus searah kompon pendek

Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah berupa informasi pengaruh pengaturan tahanan shunt dan seri terhadap putaran dan efisiensi motor arus searah kompon,

komutasi yang berpengaruh terhadap efisiensi dan torsi pada motor

Oleh karena itu pada skripsi ini akan dibahas pengaruh pergeseran sikat dan penambahan kutub bantu terhadap efisiensi dan torsi motor arus searah kompon pendek... 1.2

Sedangkan yang termasuk rotor adalah jangkar, kumparan jangkar dan komutator.. Secara umum konstruksi generator arus searah adalah seperti

44 Tabel 4.6 Data hasil analisa pengujian generator arus searah penguatan kompon pendek kumulatif... 48 Tabel 4.7 Data hasil analisa pengujian generator arus searah penguatan