Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Penelitian
NO KEGIATAN MINGGU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Persiapan Lahan x
2 Persiapan Benih x
3 Penanaman x
4 Pemupukan x x
5 Penyiraman x x x x x x x x x x x x x x x
6 Penyiangan x x x x x x x x x x x x x x x x x x
7 Pengendalian Hama dan
Penyakit
Sesuai kondisi di lapangan
8 Peubah amatan
Tinggi tanaman (cm) x
Jumlah Cabang (Cabang) x
Umur berbunga (Hari) x x
Umur panen (HST) x x
Jumlah biji per tanaman (biji) x
Jumlah polong berisi per tanaman (polong)
x x x
Bobot biji per tanaman x
Bobot 100 biji (g) x
Lampiran 4. BAGAN ALIR PENELITIAN BBkk
Biji kedelai Anjasmoro (M0)
Induksi Mutasi Sinar Gamma
Dengan Dosis Radiasi (0, 100, 200, 300 Gray)
Populasi M1
Populasi M2
(Dilakukan pengamatan keragaman Genotipe dan fenotipe)
Populasi M3
Panen dan dilakukan seleksi individu berdasarkan umur genjah dan produksi tinggi
Panen
Penelitian pada populasi
M2
Populasi M4
Lampiran 13. Uji t Tetua Dengan M100-25
Karakter Tetua Rataan M X1-X2 S12 S22 Sx1-x2 thit
100-25
Umur Berbunga 38,59 49,3 -10,71 11,33 126,68 1,18 9,09
Tinggi Tanaman 49,7 34,33 15,37 172,78 37,29 4,87 3,16
Jumlah Cabang Produktif 5,25 4,56 0,69 4,21 1,91 0,80 0,87
Jumlah Polong Berisi per Tanaman 73,6 68,0 5,6 916,27 531,29 12,00 0,47
Umur Panen 97,25 98,06 -0,81 1,36 2,41 0,55 1,46
Jumlah Biji per Tanaman 119,5 91,8 27,7 1904,86 913,59 17,00 1,63
Bobot Biji per Tanaman 18,17 14,46 3,71 49,00 26,87 2,76 1,34
Bobot 100 Biji 7,49 5,73 1,76 66,57 57,58 3,39 0,52
Lampiran 14. Uji t Tetua Dengan M100-6
Karakter Rataan X1-X2 S12 S22 Sx1-x2 thit
Tetua M100-6
Umur Berbunga 38,59 59,96 -21,37 11,33 71,04 1,75 12,24
Tinggi Tanaman 49,7 41,28 8,42 172,78 77,82 5,50 1,53
Jumlah Cabang Produktif 5,25 5,89 -0,64 4,21 2,86 0,92 0,70
Jumlah Polong Berisi per Tanaman 73,6 54,33 19,27 916,27 534,50 13,19 1,46
Umur Panen 97,25 101,33 -4,08 1,36 27,25 1,79 2,28
Jumlah Biji per Tanaman 119,5 74,8 44,7 1904,86 1791,19 20,91 2,14
Bobot Biji per Tanaman 18,17 9,68 8,49 49,00 26,64 3,01 2,81
Lampiran 15. Uji t Tetua Dengan M200-12
Karakter Tetua Rataan M X1-X2 S12 S22 Sx1-x2 thit
200-12
Umur Berbunga 38,59 45,57 -6,98 11,33 89,71 2,08 3,35
Tinggi Tanaman 49,7 42,8 6,9 172,78 246,21 7,24 0,96
Jumlah Cabang Produktif 5,25 6,00 -0,75 4,21 3,43 0,98 0,77
Jumlah Polong Berisi per Tanaman 73,6 97,00 -23,4 916,27 1630,29 17,84 1,31
Umur Panen 97,25 95,50 1,75 1,36 0,86 0,53 3,33
Jumlah Biji per Tanaman 119,5 128,6 -9,1 1904,86 4689,13 28,71 0,32
Bobot Biji per Tanaman 18,17 23,7 -5,53 49,00 175,17 5,29 1,04
Bobot 100 Biji 7,49 12,8 -5,31 66,57 137,86 5,06 1,05
Lampiran 16. Uji t Tetua Dengan M200-17
Karakter Rataan X1-X2 S12 S22 Sx1-x2 thit
Tetua M200-17
Umur Berbunga 38,59 43,87 -5,28 11,33 30,42 0,99 5,32
Tinggi Tanaman 49,7 32,77 16,93 172,78 30,92 4,94 3,42
Jumlah Cabang Produktif 5,25 6,27 -1,02 4,21 1,82 0,83 1,23
Jumlah Polong Berisi per Tanaman 73,6 53,5 20,1 916,27 185,27 11,46 1,75
Umur Panen 97,25 96,27 0,98 1,36 1,42 0,55 1,79
Jumlah Biji per Tanaman 119,5 70,00 49,5 1904,86 317,60 16,34 3,03
Bobot Biji per Tanaman 18,17 10,74 7,43 49,00 8,23 2,62 2,83
Lampiran 17. Uji t Tetua Dengan M200-11
Karakter Tetua Rataan M X1-X2 S12 S22 Sx1-x2 thit
200-11
Umur Berbunga 38,59 44,82 -6,23 11,33 90,33 1,43 4,37
Tinggi Tanaman 49,7 30,96 18,74 172,78 42,48 4,99 3,76
Jumlah Cabang Produktif 5,25 6,38 -1,13 4,21 3,92 0,91 1,25
Jumlah Polong Berisi per Tanaman 73,6 61,0 12,6 916,27 1227,50 14,46 0,87
Umur Panen 97,25 98,08 -0,83 1,36 1,74 0,55 1,50
Jumlah Biji per Tanaman 119,5 84,4 35,1 1904,86 2674,92 21,07 1,67
Bobot Biji per Tanaman 18,17 12,44 5,73 49,00 44,44 3,09 1,85
Bobot 100 Biji 7,49 4,13 3,36 66,57 43,61 3,42 0,98
Lampiran 18. Uji t Tetua Dengan M300-8
Karakter Rataan X1-X2 S12 S22 Sx1-x2 thit
Tetua M300-8
Umur Berbunga 38,59 49,8 -11,21 11,33 100,24 1,88 5,94
Tinggi Tanaman 49,7 33,38 16,32 172,78 77,41 5,59 2,92
Jumlah Cabang Produktif 5,25 5,38 -0,13 4,21 2,84 0,94 0,13
Jumlah Polong Berisi per Tanaman 73,6 41,8 31,8 916,27 151,36 11,55 2,76
Umur Panen 97,25 104,50 -7,25 1,36 48,29 2,49 2,91
Jumlah Biji per Tanaman 119,5 48,0 71,5 1904,86 133,14 15,96 4,48
Lampiran 19. Uji t Tetua Dengan M300-6
Karakter Tetua Rataan M X1-X2 S12 S22 Sx1-x2 thit
300-6
Umur Berbunga 38,59 49,3 -10,71 11,33 101,99 2,02 5,31
Tinggi Tanaman 49,7 30,06 19,64 172,78 20,4 4,86 4,02
Jumlah Cabang Produktif 5,25 4,78 0,47 4,21 1,19 0,80 10,58
Jumlah Polong Berisi per Tanaman 73,6 34,11 39,49 916,27 59,86 10,98 3,59
Umur Panen 97,25 101,11 -3,86 1,36 56,11 2,40 1,53
Jumlah Biji per Tanaman 119,5 34,3 85,2 1904,86 145,75 15,90 5,34
Lampiran 20. Rekapitulasi Tanaman Kedelai Anjasmoro Pada Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma
Lampiran 22. Lampiran Gambar Penelitian
Genotip M100-25 dan M100-6 Genotip M200-12 dan M200-17 Genotip M200-17 dan M200-11
Genotipe M200-11 dan M300-8 Genotipe M300-8 dan M300-6 Barisan Tetua
M100-25 berpolong M100-6 berpolong M200-12 berpolong M200-17 berpolong
Penimbangan pupuk KCl Penimbangan pupuk TSP Penimbangan pupuk Urea
Daun terserang hama Pengaplikasian insektisida Penyiraman tanaman
Pengaplikasian Pupuk Perendaman benih sebelum ditanam
Sampel Genotip M200-17
Sampel Genotip M200- 11
Sampel Genotip M200- 12
Sampel Genotip M300-8
Pengambilan parameter tinggi tanaman Penimbangan Bobot Biji/Tanaman
Benih Tetua/Kontrol Benih dosis 100 gray Benih dosis 200 gray
DAFTAR PUSTAKA
Ahlowalia, B.S. and M. Maluszynski. 2001.Induced Mutation A new paradigm in
Plant Breeding. Euphytica 118:167-173.
Alnopri. 2004. Variabilitas genetik dan Heritabilitas Sifat-Sifat Pertumbuhan Bibit Tujuh Genotipe Kopi Robusta-Arabika. FP Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Amien, S. dan N., Carsono. 2008. Teknologi Nuklir Guna Merakit Kultivar Dan Kemajuan Genetik (Glycine max Merril) Pada tanah ultisol. J. Pert
Indon 9 (2) : 183-190.
Arifin, Z. 2006. Deskripsi Sifat Agronomik Berdasarkan Seleksi Genotipe Tanaman Kedelai Dengan Metode Multivariat. FP Universitas Islam Madura.
Hadiati, S., Murdaningsih H. K., A. Baihaki, dan N. Rostini. 2003. Parameter Genetik Karakter Komponen Buah Pada Beberapa Aksesi Nanas. Zuriat 14(2) : 47 – 52.
Hanafiah, D.S., Trikoesoemaningtyas, S. Yahya, dan D.Wirnas. 2010. Induced
Mutations by gamma ray irradiation to Argomulyo soybean (Glycine max) variety. Nusantara Bioscience, Indonesia.
Harsanti, L dan Ishak. 1999. Evaluasi sifat agronomis galur mutan padi Arias (Oryza sativa L. ) pada generasi R3M4 dan R4M5. Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta:BATAN.
Hartatik, S. 2007. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jember: University Press. Jember.
Irwan, A. W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran, Jatinagor.
Jenabiyan, M. H. Pirdashti, Y. Yaghoubian. 2014. The Combined Effect of Cold
and Light Intensity Stress on Same Morphological and Physiological Prameters in Two soybean Cultivar. IJB Vol.5 No.3: 189-197.
Karuniawan, A., Waluyo, B. dan Jamilah, C. 2011. Parameter Genetik Aksesi Tanaman Kerabat Liar Ubi Jalar Koleksi Unpad untuk Peningkatan Genetik dan Sumber Perbaikan Karakter Ubi Jalar, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Jakarta.
Meynilivia, 2003. Evaluasi dan Seleksi 24 Genotipe Jagung Lokaldan Introduksi yang ditanam sebagai jagung semi. Junal Ilmu–Ilmu Per-tanian Indonesia. Volume 7, No. 1. Hal 35–43.
Mugiono, 2001. Pemuliaan Tanaman Dengan Teknik Mutasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta
Murniarti, E. 2010. Simungil Kedelai Seribu Manfaat. SIC. Surabaya.
Mursito, J. 2003. Heritabilitas dan Sidik Lintas Karakter Fenotipik Beberapa Galur Kedelai (Glycine Max. (L.) Merrill). Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. J. Agrosains 6(2): 58-63, 2003.
Mustaqim, I. 2015. Keragaman Morfologi Dan Genotip Tanaman Kedelai Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2. Skripsi FP USU. Medan.
Pinaria, A., A. Baihaki, R. Setiamihardja dan A.A. Daradjat (1995) Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter-Karakter Biomasa 53 genotipe Kedelai. Zuriat, 6 (2), 88-92.
Ramos, J.C., S.D.C. Imhoff., M.A. Pilatti, A.C. Vegetti. 2010. Morphological
Characteristics of Soybean Root Apexes as Indicator Of Soil Compaction. J. Sci. Agric. Vol. 67 No.6:707-712.
Rubatzky V. E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2. Prinsip Produksi dan Gizi. Jilid 2. Terjemahan Catur Herison,Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hal : 262-263.
Ruchjaningsih, A. Imaraman, M. Thamrin dan M.Z. Kanro, 2000. Penampilan Fenotipik dari beberapa parameter genetic delapan kulti-var kacang tanah pada lahan sawah. Zuriat Vol.11 No.1, Hal 110
Santoso dan N. , M.Adie., K. Hasiyono dan Sjamsijah. 2010. Pembentukan Varietas Unggul Kedelai (Potensi>2,5 T/Ha) Berumur Ultra Genjah (<70 Hari) Melalui Radikasi Sinar Gamma. Kerjasama Kemitraan Penelitian pertanian Derjan Perguruan Tinggi.
Sakin M.A. 2002. The use of induced micro mutation for quantitative characters
after EMS and gamma ray treatments in durum wheat breeding. Pakistan
Journal of Applied Sciences 2(12): 1102-1107.
Sibarani, I.B. 2014. Respon Morfologi Tanaman Kedelai Varietas Anjasmoro Terhadap Beberapa Iradiasi Sinar Gamma. Skripsi FP USU. Medan.
Unggul.http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0304/18/cakrawala/penelitian0 1.htm. [24 Januari 2014]
Sutjahjo, S., S. Sujiprihati, M. Syukur. 2005. Pengantar Pemuliaan Tanaman.Departemen Agronomi dan Horikultura. FP IPB. Bogor.
Syukur, S. 2000. Efek Iradiasi Gamma pada Pembentukan Variasi Klon dari Catharantus roseus [L.] Don. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. Biochemistry Biotechnology Lab. Andalas University Padang. Padang.
Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman. IPB Press. Bogor.
Wirnas, D., Trikoesoemaningtyas, S. H. Sutjahjo, D.Sopandie,W. R. Rohaeni, S.
Marwiyah, dan Sumiati. 2012. Keragaman Karakter Komponen Hasil dan Hasil pada Genotipe Kedelai Hitam. J. Agron. Indonesia 40 (3) : 184 - 189 (2012).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 14 Maret 2016 sampai dengan 15 Juli
2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih kedelai M4 dan tetua
yaitu Anjasmoro. kompos sebagai pupuk, pupuk Urea, TSP dan KCl untuk
pemupukan dasar, fungisida berbahan aktif mankozeb untuk mengendalikan
jamur, insektisida berbahan aktif deltametrin untuk mengendalikan hama, air
untuk menyiram tanaman, dan label untuk memberi tanda pada perlakuan.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah meteran, pacak, timbangan,
gembor dan spidol/pensil.
Metode Penelitian
Benih kedelai yang ditanam adalah benih M4 hasil dari seleksi pedigri.
Benih yang dimutasi terdiri dari tiga dosis yaitu 100 gy, 200 gy, 300gy. Benih
yang ditanam berasal dari benih yang terseleksi sebelumnya. Dimana seleksi
berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi. Pengambilan sampel yang
terpilih berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi terdiri dari tujuh
genotip. Dimana benih dengan dosis 100 gy terdiri dari dua genotip yaitu genotip
25 dan 6 (M100-25 dan M100-6), untuk 200 gy terdiri dari tiga genotip yaitu genotip
12, 17, 11 (M200-12, M200-17 dan M200-11) dan 300 gy terdiri dari 2 genotip yaitu
ditanam sebanyak 1400 benih. Benih tetua/kontrol yang ditanam adalah varietas
Anjasmoro sebanyak 40 benih. Benih M4 ditanam dalam plot baris dan diantara
barisan tersebut ditanam tetuanya. Jarak tanam yang digunakan yaitu 40 x 20
cm dengan jumlah plot sebanyak 5 plot dan jarak antar plot 50 cm. Dalam 1 pot
berukuran 320 cm x 800 cm terdiri dari tiga puluh tujuh baris tanaman dan
delapan kolom tanaman.
Model Analisis
Untuk membandingkan secara statistik karakter genotipe tanaman M4
dengan tetuanya, maka dilakukan uji t pada taraf 5% dan 1% dengan
menggunakan software Minitab 16.
T.hit =
Sx1-x2 =
Keterangan : T.hit = nilai t hitung
X1 = nilai rataan perlakuan A (kontrol/ tanpa iradiasi)
X2 =nilai rataan perlakuan B (masing-masing perlakuan
yang diberi iradiasi)
Sx1-x2= galat baku dari selisih nilai rataan
= nilai ragam
n = jumlah anggota populasi
Analisis Data
Koefisien Keragaman Genotipe (KKG)
KKG =
σ²G = akar kuadrat varians genotipe
= nilai contoh suatu sifat
Kriteria pembagian koefisiensi keragaman genotipe berdasarkan Begun dan
Sobhan, (1991) yang dikutip oleh Bambang, et al.,(1998) sebagai berikut :
1. KKG <7 : rendah
2. KKG 7-14 : sedang
3. KKG >14 : tinggi
Heritabilitas
H atau h² =
σ² G = varians Genotipe
σ² F = varians Fenotipe
Kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut :
h2 > 0,5 : tinggi
h2 0,2 – 0,5 : sedang
h2 < 0,2 : rendah ( Stansfield, 1991 ).
Intensitas Seleksi
i =
i = intensitas seleksi dimana seleksi yang dilakukan 50 % (i= 0,80)
x= nilai suatu contoh parameter
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan vegetasi gulma,
sampah/kotoran, bebatuan, dan bongkahan kayu. Tempat penelitian dekat dengan
sumber air, bebas mendapat cahaya matahari dan areal tanam tidak tergenang air.
Kemudian dibuat bedengan atau plot dengan ukuran 320 cm x 800 cm, kemudian
dibuat saluran drainase antar plot atau bedengan dengan lebar 50 cm, sehingga
luas lahan 19 m x 8 m. Bedengan diolah menggunakan cangkul dan digemburkan.
Pemilihan Benih
Pemilihan benih kedelai dilakukan dengan memilih benih yang masih
utuh, tidak cacat dan tidak rusak. kemudian merendam benih di dalam air selama
15 menit sebelum penanaman. Benih yang tenggelam di klasifikasikan sebagai
benih yang bernas.
Analisis pH Tanah
Dilakukan pengambilan sampel tanah di lima titik dengan sistem zigzag
dan setiap titik diambil masing-masing satu kg. Kemudian dicampur dan dikering
udarakan. Setelah itu di ayak dengan menggunakan saringan 20 mesh dan diambil
satu kg kemudian dikirim sampel tanah untuk dianalisis.
Penanaman
Lubang tanam dibuat dengan cara di tugal sedalam ± 3cm, dengan jarak
tanam 40cm x 20cm. Dimana setiap lubang tanam dimasukkan 1 biji per lubang
tanam kemudian ditutupi dengan kompos.
Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman dan dua minggu setelah
penanaman sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 100 kg
Urea/ha (31,2 g/larikan), 200 kg TSP/ha (62,4 g/larikan) dan 100 kg KCl/ha (31,2
g/larikan). Pemupukan dilakukan dengan sistem larikan.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari,
disesuaikan dengan keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan
selang.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tanaman
pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan setiap hari dan tergantung pada
keadaan gulma. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan sabit.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan jika terjadi serangan, dengan
menyemprotkan insektisida dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Sedangkan
pengendalian penyakit dengan menggunakan fungisida dengan dosis
2 cc/liter. Pengendalian disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Panen
Panen dilakukan dengan mencabut tanaman satu persatu sampai ke
akarnya dan kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat yang telah ditulis
perlakuannya. Kriteria panen kedelai ditandai dengan kulit polong sudah berwarna
kuning kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan di akhir pengamatan. Pengukuran
dilakukan dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan
penggaris.
Umur Berbunga (hari)
Pengamatan umur tanaman berbunga diamati tiap tanaman dilakukan apabila
bunga telah keluar dari ketiak daun, diamati tiap tanaman.
Umur Panen (hari)
Pengamatan umur panen dihitung ketika polong kedelai telah mencapai
warna polong matang 90 % yang ditandai dengan warna kecoklatan pada
polong.
Jumlah Cabang Produktif per Tanaman (cabang)
Cabang yang dihitung adalah cabang yang keluar dari batang utama dan
dilakukan pada saat panen.
Jumlah Polong Berisi per tanaman (polong)
Polong berisi diamati saat panen, dengan cara menghitung polong yang
berisi pada tiap tanaman.
Jumlah Biji per Tanaman (biji)
Jumlah biji dihitung dengan cara menghitung banyaknya biji yang terdapat
dalam seluruh polong, dan biji yang dihitung adalah biji yang berisi. Caranya
polong dibuka dan biji didalamnya dihitung pada semua polong per tanaman.
Pengamatan dilakukan setelah panen, bobot dari 100 butir biji kering
ditimbang dari setiap tanaman.
Bobot Biji per Tanaman (g)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji per tanaman dari
masing-masing genotipe pada tanaman sampel dengan menggunakan timbangan
analitik.
Pengambilan Sampel
Sampel yang diamati untuk parameter umur berbunga yaitu semua
tanaman yang tumbuh di lapangan dan untuk parameter yang lainnya sampel yang
diambil yaitu umur berbunga yang lebih cepat dan di hitung batas seleksinya.
Penyimpanan Biji
Biji yang telah ditimbang dan di hitung jumlah bijinya dimasukkan ke
dalam amplop putih dan ditulis perlakuannya.
Penomoran Sampel
Pemberian penomoran sampel misalmya M100-25-2-7 yaitu huruf pertama
menyatakan hasil mutasi sedangkan angka pertama yaitu menyatakan dosis
iradiasi, angka kedua menyatakan nomor genotip, angka ketiga menyatakan baris
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat rataan karakter agronomi untuk
masing-masing genotip memperlihatkan hasil yang berbeda untuk setiap karakter
agronomi. Berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi ada enam belas
sampel yang terpilih.
Hasil analisis pada genotip M100-25 untuk karakter umur berbunga
berbeda sangat nyata, tinggi tanaman berbeda nyata sedangkan karakter jumlah
cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, umur panen, jumlah biji per
tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji berbeda tidak nyata. Nilai
tengah rataan karakter agronomi pada genotipe M100-25 dengan tetua dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M4 Pada Genotipe
M100-25 dengan Tetuanya
Karakter Rataan t value
Tetua M100-25
Umur Berbunga (hari) 38,59 49,3 9,09 **
Tinggi Tanaman (cm) 49,7 34,33 3,16 *
Jumlah cabang Produktif (cabang) 5,25 4,56 0,87 tn
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 73,6 68,0 0,47 tn
Umur Panen (hari) 97,25 98,06 1,46 tn
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa karakter umur berbunga tercepat terdapat
pada tetua sebesar 38,59 dan umur berbunga terlama terdapat pada genotip
M100-25 sebesar 49,3. Pada karakter tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada
Hasil uji pada populasi M100-6 terhadap tetua menunjukkan perbedaan
sangat nyata terhadap karakter umur berbunga dan berbeda nyata terhadap
karakter bobot biji per tanaman. Akan tetapi tidak berbeda nyata terhadap karakter
tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, umur
panen, jumlah biji per tanaman dan bobot 100 biji. Nilai tengah rataan karakter
agronomi M100-6 dengan tetua dapat dilihat Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M4 Pada Genotipe M100-6 dengan Tetuanya
Karakter Rataan t value
Tetua M100-6
Umur Berbunga (hari) 38,59 59,96 12,24**
Tinggi Tanaman (cm) 49,7 41,28 1,53 tn
Jumlah cabang Produktif (cabang) 5,25 5,89 0,70 tn
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 73,6 54,33 1,46 tn
Umur Panen (hari) 97,25 101,33 2,28 tn
Dari Tabel 2 dapat dilihat untuk karakter umur berbunga tercepat terdapat
pada tetua sebesar 38,59 dan umur berbunga terlama terdapat pada genotip M100-6
sebesar 59,96. Pada karakter bobot biji per tanaman yang tertinggi terdapat pada
tetua sebesar 49,7 dan terendah pada M100-6 sebesar 41,28.
Hasil uji pada populasi M200-12 terhadap tetua menunjukkan perbedaan
sangat nyata terhadap karakter umur berbunga dan umur panen. Akan tetapi tidak
berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah
polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, dan
bobot 100 biji. Nilai tengah rataan karakter agronomi pada genotipe M200-12
Tabel 3. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M4 Pada Genotipe
M200-12 dengan Tetuanya
Karakter Rataan t value
Tetua M200-12
Umur Berbunga (hari) 38,59 45,57 3,35 **
Tinggi Tanaman (cm) 49,7 42,8 0,96 tn
Jumlah cabang Produktif (cabang) 5,25 6,00 0,77 tn
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 73,6 97,0 1,31 tn
Umur Panen (hari) 97,25 95,50 3,33 **
Jumlah Biji per Tanaman (biji) 119,5 128,6 0,32 tn
Bobot Biji per Tanaman (g) 18,17 23,7 1,04 tn
Bobot 100 Biji (g) 7,49 12,8 1,05 tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata terhadap populasi tetua (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua (**) pada taraf 1%.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa karakter umur berbunga tercepat terdapat
pada tetua sebesar 38,59 dan umur berbunga terlama terdapat M200-12 sebesar
45,57. Pada karakter umur panen umur panen tercepat pada M200-12 sebesar 95,50
dan umur panen terlama terdapat pada tetua sebesar 97,25.
Berdasarkan hasil penelitian pada populasi M200-17 terhadap tetua
menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap karakter umur berbunga dan tinggi
tanaman dan berbeda nyata terhadap karakter jumlah biji per tanaman dan bobot
biji per tanaman. Akan tetapi tidak berbeda nyata terhadap karakter tinggi
tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, umur panen
dan bobot 100 biji. Nilai rataan karakter agronomi genotip M200-17 terhadap tetua
Tabel 4. Uji Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M4 Pada Genotipe
Jumlah cabang Produktif (cabang) 5,25 6,27 1,23 tn
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 73,6 53,5 1,75 tn
Umur Panen (hari) 97,25 96,27 1,79 tn
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa umur berbunga tercepat terdapat pada
tetua sebesar 38,59 dan umur berbunga terlama terdapat pada genotipe M200-17
sebesar 43,87. Pada karakter tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada tetua
(49,7) dan terendah terdapat pada M200-17 yaitu 32,77. Untuk karakter jumlah
biji per tanaman yang tertinggi terdapat pada tetua sebesar 119,5 dan terendah
terdapat M200-17 sebesar 70,00. Pada karakter bobot biji per tanaman yang
tertinggi terdapat pada tetua sebesar 18,17 dan terendah terdapat pada M200-17
sebesar 10,17.
Hasil analisis pada populasi M200-11 terhadap tetua menunjukkan
perbedaan sangat nyata terhadap karakter umur berbunga dan tinggi tanaman.
Akan tetapi tidak berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif, jumlah polong berisi per tanaman, umur panen, jumlah biji per
tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji. Nilai tengah rataan karakter
Tabel 5. Uji Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M4 Pada Genotipe
Jumlah cabang Produktif (cabang) 5,25 6,38 1,25 tn
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 73,6 61,0 0,87 tn
Umur Panen (hari) 97,25 98,08 1,50 tn
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa umur berbunga tercepat terdapat pada
tetua sebesar 38,59 dan umur berbunga terlama terdapat pada M200-11 sebesar
44,82. Pada karakter tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada tetua sebesar
49,7 dan terendah terdapat pada M200-11 sebesar 30,96.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa hasil analsiis pada
populasi M300-8 terhadap tetua menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap
karakter umur berbunga, jumlah biji per tanaman dan bobot 100 biji per tanaman
dan berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah polong berisi per
tanaman dan umur panen. Akan tetapi tidak berbeda nyata terhadap karakter
jumlah cabang produktif.
Tabel 6. Uji Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M4 Pada Genotipe M300-8 dengan Tetuanya
Karakter Rataan t value
Tetua M300-8
Umur Berbunga (hari) 38,59 49,8 5,94 **
Tinggi Tanaman (cm) 49,7 33,38 2,92 *
Jumlah cabang Produktif (cabang) 5,25 5,38 0,13 tn
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 73,6 41,8 2,76 *
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa umur berbunga tercepat terdapat pada
tetua sebesar 38,59 dan umur berbunga terlama sebesar 49,8. Pada karakter tinggi
tanaman tertinggi terdapat pada tetua (49,7) dan terendah terdapat pada M300-8
(33,38). Jumlah polong berisi per tanaman tertinggi terdapat pada tetua (73,6) dan
terendah pada M300-8 (41,8). Pada karakter umur panen tercepat terdapat pada
tetua sebesar 97,25 dan umur panen terlama terdapat pada M300-8 sebesar 104,50.
Jumlah biji per tanaman tertinggi terdapat pada tetua sebesar 119,5 dan terendah
terdapat pada M300-8 sebesar 48,0. Pada karakter bobot biji per tanaman yang
tertinggi terdapat pada tetua (18,17) dan terendah terdapat pada M300-8 (7,02).
Hasil uji pada populasi M300-6 terhadap tetua menunjukkan perbedaan
sangat nyata terhadap karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah polong
berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman. Akan
tetapi tidak berbeda nyata terhadap karakter jumlah cabang produktif dan umur
panen. Nilai tengah rataan karakter agronomi pada genotipe M300-6 terhadap tetua
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi populasi M4 Pada Genotipe M300-6 dengan Tetuanya
Karakter Rataan t value
Tetua M300-6
Umur Berbunga (hari) 38,59 49,3 5,31**
Tinggi Tanaman (cm) 49,7 30,06 4,02 **
Jumlah cabang Produktif (cabang) 5,25 4,78 10,58 tn
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) 73,6 34,11 3,59 **
Umur Panen (hari) 97,25 101,11 1,53 tn
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa umur berbunga tercepat terdapat pada
tanaman yang tertinggi terdapat pada tetua (49,7) dan terendah terdapat pada
M300-6 (30,06). Jumlah polong berisi per tanaman tertinggi terdapat pada tetua
(73,6) dan terendah terdapat pada M300-6 (34,11). Pada karakter jumlah biji per
tanaman yang tertinggi terdapat pada tetua sebesar 119,5 dan yang terendah
terdapat pada M300-6 sebesar 34,3. bobot biji per tanaman yang tertinggi
terdapat pada tetua (18,17) dan terendah terdapat pada M300-6 (4,70).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada genotip M100-25
nilai heritabilitas untuk semua karakter bernilai tinggi. Nilai variabilitas genetik,
variabilitas fenotipe, koefisien keragaman genetik dan nilai heritabilitas pada
genotip M100-25 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman
genetik (KKG) dan heritabilitas pada Genotip M100-25
Karakter KKG h2
Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai duga heritabilitas Genotip M100-25 untuk
semua karakter bernilai tinggi yaitu umur berbunga sebesar 0,91, tinggi tanaman
sebesar 0,61, jumlah cabang produktif sebesar 0,83, jumlah polong berisi per
tanaman sebesar 0,94, umur panen (0,74), jumlah biji per tanaman sebesar 0,97,
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai duga heritabilitas pada
genotip M100-6 untuk semua karakter menunjukkan nilai heritabilitas tinggi. nilai
variabilitas genetik, variabilitas fenotipe, koefesien keragaman genetik dan
heritabilitas pada genotipe M100-6 daoat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas pada Genotip M100-6
Karakter KKG h2
Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai duga heritabilitas pada genotip M100-6
yang bernilai tinggi yaitu karakter umur berbunga (0,84), tinggi tanaman (0,81),
jumlah cabang produktif (0,88), jumlah polong berisi per tanaman (0,94), umur
panen (0,98), jumlah biji per tanaman (0,99), bobot biji per tanaman (0,92), bobot
100 biji (0,80).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai duga heritabilitas
pada Genotip M200-12menunjukkan untuk karakter tinggi tanaman, jumlah polong
berisi per tanaman, dan umur panen mempunyai nilai heritabilitas sedang dan
karakter umur berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah biji per tanaman, bobot
biji per tanaman, dan bobot 100 biji mempunyai nilai heritabilitas tinggi. nilai
variabilitas genetik, variabilitas fenotipe, koefisien keragaman genetik, dan
Tabel 10. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman
genetik (KKG) dan heritabilitas pada Genotip M200-12
Karakter KKG h2
Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas yang tinggi terdapat pada
karakter umur berbunga (0,87), jumlah cabang produktif (0,90), jumlah biji per
tanaman (0,59), bobot biji per tanaman (0,72), bobot 100 biji (0,52). Dan nilai
heritabilitas yang sedang terdapat pada karakter tinggi tanaman (0,30), jumlah
polong berisi per tanaman (0,44) umur panen (0,28).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai duga heritabilitas pada
genotip M200-17 menunjukkan satu karakter yang mempunyai nilai heritabilitas
rendah dan tujuh karakter yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi. Nilai
variabilitas genetik, fenotip, koefisien keragaman genetik, dan heritabilitas pada
genotip M200-17 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas pada Genotip M200-17
Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai heritabiltas yang tinggi terdapat pada
karakter umur berbunga (0,63), tinggi tanaman (0,53), jumlah cabang produktif
(0,82), jumlah polong berisi per tanaman (0,84), jumlah biji per tanaman (0,92),
bobot biji per tanaman (0,75), bobot 100 biji (0,71) dan nilai heritabilitas yang
rendah terdapat pada karakter umur panen (0,04).
Nilai duga heritabilitas pada genotipe M200-11 menunjukkan karakter
jumlah polong berisi per tanaman, umur panen dan jumlah biji per tanaman
mempunyai nilai heritabilitas sedang dan karakter umur berbunga, tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji mempunyai
nilai heritabilitas tinggi. pada genotip M200-11 nilai variabilitas genetik,
variabilitas fenotipe, koefisien keragaman genetik, dan heritabilitas pada Tabel 12.
Tabel 12. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman
genetik (KKG) dan heritabilitas pada Genotip M200-11
Karakter KKG h2
Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas yang tinggi terdapat pada
karakter umur berbunga (0,87), tinggi tanaman (0,66), jumlah cabang produktif
(0,92), bobot biji per tanaman (0,95), dan bobot 100 biji (0,87) dan nilai
heritabilitas sedang terdapat pada karakter jumlah polong berisi per tanaman
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai duga heritabilitas pada
genotip M300-8 menunujukan untuk semua karakter mempunyai nilai heritabilitas
tinggi. Nilai variabilitas genetik, variabilitas fenotipe, koefisien keragaman
genetik dan heritabilitas pada genotip M300-8 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas pada Genotip M300-8
Karakter KKG h2
Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai heritabitas yang tinggi yaitu karakter
umur berbunga (0,89), tinggi tanaman (0,81), jumlah cabang produktif (0,88),
jumlah polong berisi per tanaman (0,80), umur panen (0,97), jumlah biji per
tanaman (0,81), dan bobot 100 biji (0,56).
Nilai duga heritabilitas pada genotipe M300-6 menunjukkan karakter tinggi
tanaman mempunyai nilai heritabilitas rendah, karakter jumlah polong berisi per
tanaman, bobot biji per tanaman mempunyai nilai heritabilitas sedang dan
karakter umur berbunga, jumlah cabang produktif, umur panen, jumlah biji per
tanaman mempunyai nilai heritabilitas tinggi. Pada genotip M300-6 nilai
variabilitas genetik, variabilitas fenotipe, koefisien keragaman genetik dan
Tabel 14.Variabilitas genetik (σ²g), variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas pada Genotip M300-6
Karakter KKG h2
Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas yang tinggi terdapat pada
karakter umur berbunga (0,89), jumlah cabang produktif (0,72), umur panen
(0,98), jumlah biji per tanaman (0,83), nilai heritabilitas sedang terdapat pada
karakter jumlah polong berisi per tanaman (0,49), bobot biji per tanaman (0,41)
dan nilai heritabilitas yang rendah terdapat pada karakter tinggi tanaman (0,29).
Tabel 15.Sampel yang terpilih ditinjau dari karakter umur berbunga dan produksi tinggi
Sampel Umur Berbunga (hari) Bobot Biji per Tanaman (g)
M100-25-2-7 * 37 25,85
Keterangan : *M100-25-2-7 = huruf pertama menyatakan hasil mutasi, angka pertama
Pada tabel 15 dapat dilihat bahwa ada enam belas sampel yang terpilih
berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi. Pada genotip M100-25
terdapat empat sampel, genotip M100-6 ada dua sampel, genotip M200-12 ada satu
sampel, pada genotip M200-17 ada dua sampel, genotip M200-11 ada dua sampel,
M300-8 da dua sampel, M300-6 ada tiga sampel.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur berbunga M100-25,
M100-6, M200-12, M200-17, M200-11, M300-8, M300-6 berbeda sangat nyata terhadap
tetua. Hal ini dikarenakan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Hal ini
sesuai dengan literatur Singh et al., (2014) yang menyatakan bahwa karakter
umur genjah tanaman kedelai dikendalikan oleh gen dominan sempurna gen
resesif, dan pengaruh aditif. Hal ini memberi petunjuk bahwa aksi gen yang
terdapat dalam benih yang di iradiasi menunjukkan aksi gen yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman M200-17, M200-11,
M300-6 berbeda sangat nyata dan 25, M300-8 berbeda nyata sedangkan
M100-6, M200-12 tidak berbeda nyata terhadap tetua. Hal ini memperlihatkan
masing-masing genotipe M200-17, M200-11, M300-6, M100-25 dan M300-8 lebih baik
dibandingkan M100-6 dan M200-12, Abnormalitas tersebut disebabkan oleh mutasi
yang memiliki dampak baik dan tidak baik. Hal ini sesuai dengan literatur Litbang
(2011) menyatakan bahwa mutasi iradiasi pada tanaman dapat menimbulkan
abnormalitas.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter jumlah cabang
produktif genotipe M100-25, M100-6, M200-12, M200-17, M200-11, M300-8, M300-6
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti cuaca yang berubah-ubah.
Hal ini sesuai dengan literatur Mugiono (2001) yang menyatakan bahwa ada
faktor yang mempengaruhi hasil iradiasi yaitu faktor lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter jumlah polong
berisi per tanaman pada genotipe M300-6 berbeda sangat nyata dan M300-8 berbeda
nyata sedangkan M100-25, M100-6, M200-12, M200-17 dan M200-11 tidak berbeda
nyata terhadap tetua. Hal ini memperlihatkan M300-6 dan M300-8 lebih baik
dibandingkan genotip M100-25, M100-6, M200-12, M200-17 dan M200-11. Perbedaan
yang terjadi di dalam pertumbuhan kedelai diakibatkan oleh adanya faktor genetik
dan faktor lingkungan. Genotip yang berbeda akan menunjukkan penampilan
yang berbeda setelah berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Mursito (2003)
menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
sampai dengan pemasakan biji kedelai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen M200-12 berbeda sangat
nyata dan M300-8 berbeda nyata, sedangkan M100-25, M100-6, M200-17, M200-11,
M300-6 tidak berbeda nyata terhadap tetua. Hal ini dikarenakan benih yang
diiradiasi menyebabkan terjadinya mutasi dan mempercepat umur panennya
sehingga tidak jauh berbeda dengan benih yang tanpa penyinaran. Umur panen
dipengaruhi oleh sifat genetik dan juga faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
literatur Iqbal et al.,(2007) yang menyatakan karakter umur panen dikendalikan
oleh adanya pengaruh aditif dan keturunan yang diperoleh dari induknya.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter jumlah biji per
tanaman pada genotipe M300-8, M300-6 berbeda sangat nyata dan M200-17
terhadap tetua. Berdasarkan hal tersebut ada genotipe yang dapat meningkatkan
dan ada juga yang belum mampu meningkatkan jumlah biji per tanaman. hal ini
dapat disebabkan bahwa perbedaan yang terjadi di dalam pertumbuhan kedelai
yang dimutasi akan meningkatkan keragaman suatu tanaman. Menurut Santoso et
al., (2010) meyatakan bahwa mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada
materi genetik. Induksi mutasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
keragaman tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot biji per tanaman
pada genotipe M300-6, M300-8, berbeda sangat nyata dan M100-6, M200-17 berbeda
nyata sedangkan M100-25, M200-12 tidak berbeda nyata terhadap tetua. Hal ini
memperlihatkan bahwa M300-6, M300-8, M100-6, M200-17 lebih baik dibandingkan
genotip yang lain. Hal ini diduga adanya pengaruh genetik dan lingkungan
sehingga menyebabkan bobot biji per tanaman yang berbeda. Mugiono (2001)
yang menyatakan bahwa ada faktor yang mempengaruhi hasil iradiasi yaitu
faktor lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot 100 biji M100-25, M100-6,
M200-12, M200-17, M200-11, berbeda tidak nyata terhadap tetua. Hal ini dapat
disebabkan pengaruh mutasi belum dapat mempengaruhi karakter suatu tanaman.
dalam hal ini belum mampu meningkatkan bobot 100 biji. Menurut Syukur (2000)
menyatakan bahwa pemuliaan dengan mutasi juga memiliki beberapa kelemahan,
dimana sifat yang diperoleh tidak dapat diprediksi dan ketidakstabilan sifat-sifat
genetik yang muncul pada generasi berikutnya.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada genotipe M100-25 nilai
berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji
per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji. Terdapat satu karakter yang
memiliki nilai sedang yaitu tinggi tanaman dan satu karakter yang memiliki
kriteria rendah yaitu umur panen. Hal ini juga dapat mempengaruhi nilai
heritabilitas dimana nilai heritabilitas untuk semua karakter termasuk dalam
kriteria heritabilitas tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada genotipe M100-25
memiliki keragaman genetik yang tinggi. Menurut Meynilivia (2003), sejalan
dengan adanya nilai ragam genetik yang meningkat dan berkurangnya cekaman
lingkungan dan menurunnya nilai ragam fenotip, maka karakter yang diamati
akan memiliki nilai heritabilitas tinggi pula.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien
keragaman genetik pada genotipe M100-6 yang bernilai tinggi yaitu tinggi
tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji
per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan untuk karakter umur
berbunga, memiliki nilai sedang sedangkan umur panen memiliki nilai rendah.
Kemudian nilai heritabilitas untuk karakter umur berbunga, tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, umur panen, jumlah
biji per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji memiliki nilai
heritabilitas tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman genetik tinggi.
Menurut Sadiyah et al., (2013) nilai keragaman genetik yang tinggi yaitu dengan
diikuti dengan nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa karakter
penampilannya lebih ditentukan oleh faktor genetik.
Data hasil menunjukkan bahwa genotipe M200-12 pada karakter umur
tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 memiliki
nilai koefisien keragaman genetik yang tinggi sedangkan untuk karakter umur
panen memiliki nilai yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa nilai koefisien
keragaman genetik juga akan mempengaruhi nilai heritabilitas. Dimana nilai
heritabilitas tinggi untuk karakter umur berbunga, jumlah cabang produktif,
jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan karakter tinggi
tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, dan umur panen memilki nilai
heritabilitas sedang. Karakter yang memiliki nilai koefisien keragaman genetik
rendah sampai sedang menunjukkan bahwa perbedaan dari karakter tersebut
masih memiliki keragaman kecil. Ruchjaningsih et al., (2000) menyatakan bahwa
bila suatu keragaman genetik yang dimiliki tanaman heritabilitas sempit, maka
setiap individu dalam populasi tersebut hampir seragam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe M200-17 memiliki nilai
koefisien keragaman genetik yang tinggi umtuk karakter jumlah cabang produktif,
jumlah polong berisi per tanaman. jumlah biji per tanaman, bobot biji per
tanaman, bobot 100 biji dan karakter yang memiliki nilai sedang yaitu tinggi
tanaman sedangkan karakter yang memiliki nilai rendah yaitu umur berbunga, dan
umur panen. Nilai heritabilitas untuk genotipe M200-17 berkisar antara rendah
sampai tinggi. Nilai duga heritabilitas yang tinggi ditemukan pada karakter umur
berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per
tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji,
sedangkan untuk karakter umur panen memilki nilai yang rendah. Sakin (2002)
yang melakukan pengamatan pada gandum menemukan bahwa nilai heritabilitas
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada genotipe M200-11
untuk karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah
polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot
100 biji memilki nilai koefisien keragaman genetik yang tinggi sedangkan
karakter umur panen memilki nilai rendah. Pada genotipe M200-11 memilki nilai
heritabilitas sedang sampai tinggi. hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik
cenderung lebih menentukan terhadap penampilan tanaman sehingga akan mudah
diwariskan pada generasi berikutnya. Menurut Hadiati et al., (2003) menyatakan
bahwa nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan
dibandingkan dengan faktor lingkungan. Sifat yang digunakan untuk seleksi
sebaiknya mempunyai nilai heritabilitas tinggi, sebab sifat tersebut akan mudah
diwariskan.
Data hasil menunjukkan bahwa genotipe M300-8 yang memilki nilai
koefisien keragaman genetik yang tinggi yaitu karakter umur berbunga, tinggi
tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman,jumlah biji
per tanaman, bobot biji per tanaman sedangkan yang memiliki nilai yang rendah
yaitu umur panen. Nilai heritabilitas pada genotipe M300-8 untuk semua karakter
memiliki nilai yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe ini karakter
penampilannya dipengaruhi oleh faktor genetik. Menurut Sadiyah et al., (2013)
mengemukakan bahwa nilai keragaman genetik yang tinggi yang diikuti dengan
nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa karakter penampilannya lebih
ditentukan oleh faktor genetik.
Hasil data penelitian menunjukkan bahwa M300-6 untuk karakter umur
per tanaman dan bobot biji per tanaman memilki nilai koefisien keragaman
genetik yang tinggi sedangkan karakter tinggi tanaman dan umur panen memiliki
nilai yang sedang. Nilai heritabilitas pada genotipe ini memiliki nilai yang rendah
sampai tinggi. hal ini menunjukkan bahwa kegiatan seleksi sudah dapat dilakukan
pada karakter tanaman yang memilki nilai keragaman genetik yang tinggi. Hal ini
sesuai dengan Alnopri (2004) yang menyatakan bahwa apabila suatu sifat
mempunyai variabilitas genetik luas, maka seleksi akan dapat dilaksanakan pada
populasi tersebut. Apabila nilai variabilitas genetik sempit, maka kegiatan seleksi
tidak dapat dilaksanakan karena individu dalam populasi relatif seragam.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang terpilih
ditinjau dari karakter umur genjah dan produksi tinggi pada genotipe M100-25
terpilih empat sampel, genotipe M100-6 ada dua sampel, genotipe M200-12 ada
satu sampel, genotipe M200-17 ada dua sampel, genotipe M200-11 ada dua sampel,
genotipe M300-8 ada dua sampel dan genotipe M300-6 ada tiga sampel. Hal ini
menunjukkan bahwa masing-masing genotipe dengan dosis 100 gy, 200 gy, dan
300 gy memiliki karakter yang berumur genjah dan produksi tinggi, dengan
pemberian iradiasi sinar gamma dapat meningkatkan produktivitas dibandingkan
kontrol. Hal ini sejalan dengan Hanafiah et al., (2010) yang menyatakan bahwa
terjadi peningkatan jumlah polong akibat radiasi sinar gamma yang mencapai
15-23 % dari populasi kontrol. Namun semakin tinggi dosis iradiasi yang
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam belas sampel genotipe
yang memiliki karakter umur berbunga lebih cepat dan memiliki produksi
yang tinggi pada tanaman kedelai generasi M4 masing-masing barisan
terbaik hasil iradiasi sinar gamma dibandingkan tanaman kontrol.
2. Sampel yang terpilih berdasarkan karakter umur berbunga dan produksi
yang tinggi yaitu dosis 100 gy ada enam sampel yaitu M100-25-2-7, M100
-25-3-4, M100-25-3-7, M100-25-5-3, M100-6-30-2, M100-6-31-1, dosis 200 gy
ada lima sampel yaitu M200-12-6-5, M200-17-18-5, M200-17-13-6,
M200-11-39-7,M200-11-32-3 dan 300 gy ada lima sampel yaitu
M300-8-37-2, M300-8-35-7, M300-6-33-8, M300-6-33-3, M300-6-20-4.
Saran
Sebaiknya seleksi dapat dilanjutkan untuk pemilihan individu dari famili
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai
Menurut Steenis (2003) tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut
Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae;
Class : Dicotyledoneae; Ordo : Polypetales; Family : Leguminosae;
Subfamily :Papilionoideae; Genus : Glycine; Species : Glycine max (L.) Merrill.
Sistem perakaran pada kedelai yaitu akar tunggang dan akar sekunder
yang tumbuh dari akar tunggang. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai
panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal. Namun umumnya akar
tunggang hanya tumbuh pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu
dalam sekitar 30-50 cm ( Ramos, et al., 2010).
Tanaman kedelai berbatang pendek (30 cm), memiliki 3-6 percabangan.
Cabang akan muncul di batang tanaman dan jumlah cabang tergantung dari
varietas dan kondisi tanah. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua
tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan
batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan
batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada
saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate
dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman
sudah mulai berbunga (Jenabiyan, et al., 2014).
Daun kedelai termasuk daun majemuk dengan tiga buah anak daun.
Bentuknya oval dengan ujung lancip. Daun-daun ini akan menguning jika sudah
bawah tengah batang seragam. Sedangkan pada tipe indeterminate daun atas lebih
kecil ( Irwan, 2006).
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai
alat jantan dan betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih
tertutup sehingga kemungkinan perkawinan silang akan kecil. Tidak semua bunga
dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara
sempurna. Sekitar 60 % bunga rontok sebelum membentuk polong
(Murniati, 2010)
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya
bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk
pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap
kelompok. Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji
kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji),
sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi,
tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur.
Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur (Irwan, 2006).
Syarat Tumbuh Iklim
Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu
basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik
bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai.
Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0
tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5
bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau
proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (Murniati, 2010).
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama
penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”.
Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas
kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi
dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik
dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami
penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 –
60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun
menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek (Irwan, 2006).
Kedelai akan tumbuh subur pada wilayah yang curah hujan optimalnya
100-200 mm/bulan dengan hujan yang merata. temperatur antara 25-27 C dengan
penyinaran penuh atau minimal 10 jam per hari. Kelembaban suhu rata-rata yang
baik bagi tanaman kedelai adalah 50%. Tanaman kedelai bisa tumbuh pada daerah
yang berada antara 0-900 meter diatas permukaan laut. Pertumbuhan optimal
tanaman kedelai terjadi pada daerah dengan ketinggian 650 m diatas permukaan
laut (Murniati, 2010).
Tanah
Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai
agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan
liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung
bahan organik dan pH antara 5,5 – 7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu
kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar.
Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk
pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk
semakin kokoh dan dalam. Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan
kedalaman olah lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat tumbuh mencapai
kedalaman 5 m. Sementara pada jenis tanah dengan kadar liat yang tinggi,
pertumbuhan akar hanya mencapai kedalaman sekitar 3 m (Irwan, 2006).
Tanaman kedelai dapat ditanam pada berbagai jenis tanah dengan drainase
dan aerasi yang baik. Jenis tanah yang sangat cocok untuk menanam kedelai ialah
Aluvial, Regosol, Grumosol, Latosol, dan Andosol. Nilai pH ideal bagi
pertumbuhan kedelai dan bakteri Rhizobium adalah 6,0-6,8. Untuk menaikkan
pH, dilakukan pengapuran misalnya dengan Kalsit, Dolomit dan lain-lain
(Rubatzky dan Yamaguci, 1989).
Pemuliaan Mutasi dengan Radiasi Gamma
Induksi mutasi pada benih adalah perlakuan umum yang biasa digunakan
dalam penelitian pemuliaan tanaman. Mutasi merupakan perubahan yang terjadi
pada materi genetik. Induksi mutasi merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan keragaman tanaman. Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar
variasi suatu tanaman yang dimutasi sehingga dapat diperoleh sifat atau karakter
yang diinginkan (Santoso, et al., 2010).
Radiasi dengan sinar gamma umumnya digunakan dalam pemuliaan
mutasi untuk mendapatkan keragaman genetik dari suatu tanaman. Mutasi dapat
bagian yang sedang aktif mengadakan pembelahan sel, misalnya tunas dan biji
yang sedang berkembang. Teknologi nuklir dengan cara radiasi pada dosis yang
tepat sudah mampu menghasilkan tanaman yang memiliki sifat berbeda dengan
induknya pada generasi M1 (Harsanti dan Ishak, 1999).
Kita dapat menghasilkan tanaman yang unggul dari mutasi. Mutasi itu
dapat dilakukan dengan radiasi gamma. Namun penyinaran tersebut harus sesuai
dengan dosis. Dosis iradiasi diukur dalam satuan Gray (Gy), dimana 1 Gy = 0,10
krad, yakni 1 J energi per kilogram iradiasi yang dihasilkan. Dalam penyinaran
tersebut dosis radiasi dibagi menjadi tiga yaitu tinggi (>10 kGy), sedang (1-10
kGy), dan rendah (<1 kGy). Perlakuan dengan dosis tinggi akan mematikan bahan
yang dimutasi atau mengakibatkan sterilisasi. Penentuan dosis iradiasi yang
efektif merupakan persyarat untuk pembibitan dan pengembangan variasi genetik
hasil mutasi ( Mursito, 2003).
Pemilihan Individu Berdasarkan Karakter Seleksi
Seleksi merupakan bagian penting dari program pemuliaan tanaman untuk
memperbesar peluang mendapatkan genotipe yang unggul. Hal ini juga berlaku
untuk pemuliaan tanaman kedelai. Pengujian perlu dilakukan sebanyak mungkin
pada galur-galur kedelai terpilih, sehingga didapatkan galur - galur kedelai yang
berdaya hasil tinggi (Pinaria et al., 1995).
Pemuliaan kedelai ditujukan untuk mendapatkan varietas unggul yang
mempunyai sifat-sifat antara lain : (a) Potensi hasil tinggi, (b) umur pendek, (c)
tahan terhadap penyakit penting karat daun, bakteri busuk daun, virus dan
nematoda, (d) tahan terhadap hama penting seperti lalat bibit kacang, ulat
beradaptasi baik pada tanah tanpa pengolahan intensif, (g) toleran terhadap
naungan, (h) mutu biji baik dalam hal daya simpan benih dan gizi (Arifin, 2006).
Menurut Hartatik (2007), agar program seleksi memberikan hasil yang
diharapkan populasi tetua haruslah memiliki syarat sebagai berikut : 1) Dapat
dihasilkan keragaman keturunan yang cukup besar. Hasil dapat diperoleh jika
tetua persilangan cukup beragam, 2) Ukuran populasi cukup besar agar
memberikan keleluasaan dalam pemilihan. Keragaman bahan tanaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara, antara lain : introduksi varietas baru, pemisahan
hasil persilangan, mutasi buatan, poliploidi dan spesies liar.
Metode seleksi pada pemuliaan mutasi adalah metode seleksi pedigree.
Seleksi pedigree merupakan salah satu seleksi pada populasi bersegregasi.
Tahapan seleksi silsilah dimulai dengan melakukan mutasi pada varietas
Anjasmoro. Benih M1 ditanam dalam jumlah sesuai dengan kemampuan untuk
dapat menangani populasi generasi berikutnya. Kemudian benih M2 ditanam dan
diseleksi. Generasi M3 ditanam kemudian diseleksi secara individu. Setelah itu M4
ditanam dan seleksi tetap dilakukan secara individu namun tanaman yang dipilih
adalah tanaman yang terbaik pada barisan yang tanamannya lebih seragam
(Sutjahjo, et al., 2005).
Heritabilitas
Heritabilitas merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu genotipe populasi tanaman dalam mewariskan karakteristik
yang dimiliki. Pendugaan nilai heritabititas suatu karakter sangat terkait dengan
faktor lingkungannya. Faktor genetik tidak akan mengekspresikan karakter yang
apapun manipulasi yang dilakukan terhadap faktor lingkungan tidak akan mampu
mewariskan suatu karakter yang diinginkan apabila gen pengendali karakter
tersebut tidak ada (Karuniawan, et al., 2011).
Heritabilitas terbagi menjadi dua yaitu heritabilitas arti luas dan
heritabilitas arti sempit. Heritabilitas arti luas merupakan perbandingan antara
ragam genetik total terhadap ragam fenotipe. Ragam genetik terdiri atas ragam
aditif, dominan, dan epistasis. Heritabilitas arti sempit merupakan perbandingan
antara ragam aditif dengan ragam fenotipe (Rachmadi, 2000). Oleh karena itu
heritabilitas dalam arti sempit mempunyai nilai yang lebih kecil dari heritabilitas
dalam arti luas (Suprapto dan Khairudin, 2007).
Menurut Barmawi et al., (2013), nilai duga heritabilitas (daya waris)
tanaman kedelai tinggi terdapat pada karakter umur berbunga, umur panen, tinggi
tanaman, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Nilai duga
heritabilitas tanaman kedelai rendah terdapat pada karakter jumlah cabang
produktif, dan bobot 100 butir menunjukkan nilai duga heritabilitas yang sedang.
Nilai duga heritabilitas arti luas merupakan perbandingan antara ragam genetik
dan ragam fenotipe yang menunjukkan besarnya proporsi faktor genetik dalam
fenotipe suatu karakter. Heritabilitas arti sempit memberikan indikasi derajat
kemiripan antar tetua dengan keturunannya atau mengukur proporsi ragam
genetik yang diwariskan pada keturunannya (Fehr, 1987). Menurut Rachmadi
(2000), nilai duga heritabilitas berkisar antara 0-1. Nilai duga heritabilitas 1
menunjukkan bahwa varians penampilan dari suatu tanaman disebabkan oleh
faktor genetik. Sedangkan nilai duga heritabilitas 0 menunjukkan bahwa tidak
Hal tersebut berarti bahwa tidak ada karakteristik suatu genotipe yang diwariskan
kepada generasi selanjutnya (Suprapto dan Khairudin, 2007).
Pada kondisi seperti itu, perbaikan karakter melalui kegiatan pemulia tidak
akan memberikan harapan kemajuan secara genetik. Berikut ini adalah kriteria
nilai heritabilitas menurut Mendez-Natera et al., (2012): Heritabilitas tinggi
apabila H ≥ 50% atau ≥ 0,5 ,Heritabilitas sedang apabila 20 % < H < 50 % atau
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kedelai adalah komoditas kacang-kacangan yang kaya akan protein dan
dan minyak, sekitar 20 % minyak dan 30 % protein terkandung pada bijinya.
Kedelai merupakan komoditas pangan utama setelah padi yang perlu mendapat
perhatian. Kedelai merupakan bahan pangan yang terpenting yang dapat diolah
menjadi makanan yang bergizi (Wirnas, et al., 2012).
Produksi kedelai tahun 2014 sebanyak 953,96 ribu ton biji kering,
meningkat sebanyak 173,96 ribu ton (22,30 %) dibandingkan tahun 2013.
Peningkatan produksi kedelai terjadi karena kenaikan luas panen seluas 64,23 ribu
hektar (11,66 %) dan kenaikan produktivitas sebesar 1,35 kuintal/hektar (9,53 %)
(Badan Pusat Statistik, 2014).
Peningkatan yang terjadi pada tanaman kedelai belum mampu memenuhi
kebutuhan pangan di Indonesia. disebabkan karena semakin tingginya
pertumbuhan penduduk di Indonesia sementara produksi tidak sebanding dengan
pembudidayaan kacang kedelai. Salah satu upaya yang perlu dilakukan yaitu
menemukan varietas unggul yang memiliki produksi yang tinggi sehingga
terpenuhi kebutuhan pangan.
Untuk merakit varietas unggul tersebut, ketersediaan sumber genetik yang
mempunyai keragaman tinggi sangat dibutuhkan.Keragaman genetik yang tinggi
merupakan salah satu faktor penting untuk merakit varietas unggul baru.
Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan dengan memanfaatkan plasma
untuk menyeleksi dan memperoleh varietas unggul baru yang mempunyai sifat
yang diinginkan (Mursito, 2003).
Peningkatan keragaman genetik dan perbaikan varietas untuk satu atau dua
sifat dapat dilakukan melalui bioteknologi tanaman dan induksi mutasi genetik
(Witjaksono, 2003). Peningkatan keragaman genetik melalui induksi mutasi
genetik dapat dilakukan dengan mutagen fisik dan kimia. Menurut Ahlowalia dan
Maluszynski (2001) penggunakan radiasi seperti sinar X, Gamma, dan neutrons
serta mutagen kimiawi untuk menginduksi variasi pada tanaman telah banyak
dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian Sibarani (2014) didapatkan bahwa pada
generasi M1 mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang
cenderung menurun pada dosis iradiasi 300 Gy yang diberikan pada tanaman
kedelai. Setelah penelitian Sibarani (2014) bahwa penelitian pada generasi M2
telah selesai dilakukan yaitu pengamatan keragaman fenotip dan genotip generasi
M2 oleh Mustaqim (2015) yang menyatakan iradiasi sinar gamma pada 100 Gy
dapat meningkatkan bobot biji per tanaman. Kemudian penelitian dilanjutkan
oleh Yoke (2015) pada generasi M3 dan dilakukan seleksi pada individu yang
terbaik dan terpilih berdasarkan karakter umur berbunga dan bobot biji per
tanaman dan berdasarkan hasil penelitiannya di peroleh bahwa pengaruh iradiasi
sinar gamma pada dosis 100 gy dapat meningkatkan bobot biji per tanaman dan
penulis akan melanjutkan dengan melakukan seleksi pedigree pada generasi M4.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian tersebut
dalam barisan terbaik pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) M4 iradiasi
sinar gamma berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan individu terpilih dalam
barisan terbaik pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) M4 iradiasi sinar
gamma berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi
Hipotesa Penelitian
Di duga terdapat individu dengan karakter umur genjah dan produksi
tinggi tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) pada generasi M4 dari
masing-masing barisan terbaik hasil iradiasi sinar gamma.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusun skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini juga di harapkan berguna untuk pihak
ABSTRACT
KAMELIANI BANGUN : Individual Selection row in the best lineup in
the Soybean (Glycine max L. Merrill) M4 by gamma ray irradiation based on the
character of time early ripening and high production. Supervised by DIANA
SOFIAH HANAFIAH AND REVANDY.I.M.DAMANIK.
The aim of the research was to get elected individual the best lineup in the
soybean plant (Glycine max L. Merrill) M4 by gamma ray irradiation based on the
character of time early ripening and high production. The research was conducted
at experimental field of college of Agriculture USU (± 25 m asl) in March 2016
-August 2016. The parameters observed were the days of flowering, plant height,
number of productive branches, number of pods containing, harvesting time,
number of seeds, , seed weight, 100-seed weight.
The result showed that there were sixteen sample of genotype that have the
character of time early ripening and high production Soybean plant M4 each row
of the best result of gamma ray irradiation.
ABSTRAK
KAMELIANI BANGUN : Seleksi Individu Terpilih Dalam Barisan
Terbaik Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) M4 Iradiasi Sinar
Gamma Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi, dibimbing oleh
Diana Sofia Hanafiah dan Revandy I.M. Damanik
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan individu terpilih dalam barisan
terbaik pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) M4 iradiasi sinar gamma
berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi. Penelitian dilaksanakan di
lahan Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara USU (± 25 m dpl). dimulai
dari Maret 2016 sampai Agustus 2016. Parameter yang diamati adalah umur
berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per
tanaman, umur panen, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot
100 biji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam belas sampel genotipe
yang memiliki karakter umur genjah dan produksi tinggi tanaman kedelai generasi
M4 masing-masing barisan terbaik hasil iradiasi sinar gamma.