PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP
BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI,
KOTA, DAN KABUPATEN DI INDONESIA
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
FRANSISCA ROOSIANA KURNIAWATI
NIM: S4307068
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP
BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI,
KOTA, DAN KABUPATEN DI INDONESIA
Disusun oleh :
FRANSISCA ROOSIANA KURNIAWATI NIM: S4307068
Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal: 21 Januari 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Hj. Rahmawati, M.Si., Ak. Dra. Setianingtyas Honggowati, M.M., Ak. NIP.19680401 199303 2 001 NIP. 19600427 198601 2 001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP
BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI,
KOTA, DAN KABUPATEN DI INDONESIA
Disusun oleh :
FRANSISCA ROOSIANA KURNIAWATI NIM: S4307068
Telah disetujui Tim Penguji
Pada tanggal: 2010
Ketua Tim Penguji : Dr. Bandi, M.Si., Ak. ...
Sekretaris : Dr. Payamta, M. Si., Ak., CPA ...
Anggota : Prof. Dr. Hj. Rahmawati, M.Si., Ak. ...
Anggota : Dra. Setianingtyas Honggowati, M.M., Ak. ...
Mengetahui:
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Akuntansi
PERNYATAAN
Nama : Fransisca Roosiana Kurniawati
NIM : S4307068
Program Studi : Magister Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja
Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten di Indonesia” adalah
betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh atas tesis tersebut.
Surakarta, 21 Januari 2010
Yang menyatakan,
MOTTO
- Fiat Voluntas Tua -
Jadilah padaku menurut perkataan-Mu
Janji-Mu sperti fajar pagi hari
Yang tiada pernah terlambat bersinar
Cinta-Mu sperti sungai yang mengalir
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
• Tuhan yang telah memelihara kehidupanku
• Almamaterku
• Suamiku tercinta, Paulus Widyawan Widhiasta
• Eyang, Bapak, Ibu, Piut, dan Mama tersayang
KATA PENGANTAR
Penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah
Provinsi, Kota, dan Kabupaten di Indonesia” telah memakan waktu hampir
satu tahun. Bukan karena kesulitan yang berarti yang membuat saya sebagai
penulis menyelesaikannya dalam waktu yang panjang, namun terlebih karena saya
sempat terlena oleh kesibukan dan melewati segala peristiwa hidup yang memang
harus dilewati. Ketika hendak menyusun kembali kepingan-kepingan data untuk
menyelesaikan tesis ini, saya mengalami kesulitan dan beberapa hambatan.
Untunglah banyak pihak telah membantu saya untuk kembali bangkit menata dan
mengatasi segala kesulitan dan hambatan tersebut. Oleh karena itu saya
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan
memberikan bantuan kepada peneliti berupa Beasiswa Unggulan Diknas
dalam menyelesaikan studi di Program Studi Magister Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. DR. dr. Syamsul Hadi, Sp.Kj., selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekoomi
5. Dr. Bandi, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi UNS dan Ketua Tim Penguji yang telah berkenan
memberikan saran perbaikan sehingga karya ilmiah ini dapat saya gunakan
untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister dan berguna bagi
para pembaca.
6. Dr. Payamta, M. Si., Ak., CPA, yang telah berkenan memberikan saran
perbaikan sehingga karya ilmiah ini dapat saya gunakan untuk memenuhi
persyaratan mencapai derajat magister dan berguna bagi para pembaca.
7. Prof. Dr. Hj. Rahmawati, M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan binmbingan dan membagikan ilmunya untuk
keberhasilan penulisan tesis ini.
8. Dra. Setianingtyas Honggowati, M.M., Ak., selaku dosen pembimbing II
memberikan binmbingan dan membagikan ilmunya untuk keberhasilan
penulisan tesis ini.
9. Bapak Ibu staf pengajar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS atas
ilmu yang dibagikan selama saya menjalani proses belajar.
10.Mas Dodik Hapsoro yang telah memberikan masukan mulai dari judul dan
dengan sigap membalas setiap email yang saya kirimkan serta
mengirimkan literatur-literatur yang berguna bagi saya. Terima kasih
sudah banyak membantu di tengah kesibukan yang luar biasa.
11.Paulus Widyawan Widhiasta yang telah menjadi teman seperjalanan
selama bertahun-tahun dan semakin melengkapinya dalam setengah tahun
beasiswa unggulan ini, menemani selama proses, dan tetap setia
mendukung dengan penuh pengertian dan kesabaran di saat-saat akhir.
Sekali lagi engkau telah menjadi berkat bagi orang lain dan kepanjangan
tangan Tuhan. Tuhan memberkati.
12.Bapakku Aloysius Ardjudi dan Ibuku Constantina Sri Rahayu yang telah
memberikan tempat pesemaian yang baik bagi saya untuk belajar
menuntut ilmu dan menjalani kehidupan..
13.Eyang Pujosumarto yang tidak pernah lupa berdoa dan menyalakan lilin
bagi saya di saat-saat penting. Terima kasih telah membuat saya merasa
aman di saat ujian karena mempunyai tambahan amunisi.
14.Piut Florentinus Djaelani dan Mama Bernadetta Maria Retno Martani yang
telah dengan telaten menanyakan kapan tesis ini selesai sehingga membuat
saya semakin terpacu.
15.Kakak-kakak saya yang terkasih Felix Satyawan Adi Wardana, Agnes
Dyah Permatasari, Ignatius Adriyanta Wibawa, Yohana Fransisca Irawati
Cahya, kedua adik Yohanes Aji Sulistyo dan Yohanes Baptista Bagus
Adityatama, serta ponakan yang gendut lucu Matius Damar Adi Pradana
atas bantuan, dukungan, penghiburan dan semangat yang selalu diberikan.
16.Keluarga besar M. Kartono dan S. Idi Mulyo yang telah menjadi tempat
mengembangkan persaudaraan dan membagikan ilmu.
17.Sahabat-sahabatku: Ibu Celviana Winidyaningrum, Ibu Laela, dan Nadiya
yang akhirnya menjadi pamungkas. Untuk Nadiya, terima kasih atas waktu
yang diluangkan untuk semakin menyempurnakan karya ini.
18.Teman-teman Beasiswa Unggulan Kelas B yang telah mendahului lulus
ataupun yang belum lulus. Terima kasih atas persahabatan yang boleh
terenda dan persaudaraan yang boleh dijalin.
19.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu terima kasih
atas bantuan yang diberikan.
Akhirnya, syukur kepada Tuhan atas penyertaan dan pertolongan yang tak
pernah terlambat. Berkat yang melimpah telah diberikan setiap hari, bukan
karena kebaikan saya tetapi terlebih karena Tuhan berbelas kasih. Syukur atas
itu semua. Terima kasih kepada Bunda Maria yang telah menghantarkan
semua doa dan keluh kesah saya selama ini sehingga Tuhan berkenan
mendengar dan mengabulkannya. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan, doa
saya lima tahun yang lalu untuk dapat melanjutkan studi lagi dan berhasil
telah terjawab.
Saya menyadari segala kekurangan dalam penulisan tesis ini dan oleh
karena itu saya menerima saran-saran yang bersifat membangun untuk
semakin menyempurnakannya. Semoga tesis ini berguna dan memberikan
manfaat yang baik bagi para pembacanya.
Surakarta, 21 Januari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN …….………ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……….iii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME ………..….. iv
HALAMAN MOTTO ………. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….... vi
KATA PENGANTAR ……….……… vii
DAFTAR ISI ………xi
DAFTAR TABEL ………...……….xv
DAFTAR GAMBAR ………..…….xvi
DAFTAR GRAFIK ………..……… xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………...……….xviii
HALAMAN ABSTRAK.. ..………..………..xix
ABSTRACT ...xx
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………1
B. Perumusan Masalah Penelitian ……….5
C. Tujuan Penelitian ………...5
D. Manfaat Penelitian ………6
A. Landasan Teori
1. Laporan Realisasi Anggaran Daerah ………...7
2. Dana Alokasi Umum (DAU) ………19
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ………19
4. Belanja Daerah ………...22
5. Website BPK RI ……….…..25
B. Review Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah ………..26
2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah ……….28
3. Pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap belanja daerah ……….30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...32
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...33
C. Data dan Sumber Data ...34
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ...35
E. Metode Analisis Data ...36
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Pengumpulan Data dan Penentuan
Sampel...44
2. Deskripsi
Statistik...46
B. Hasil Analisis Data
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
...47
b. Uji Multikolinieritas
...48
c. Uji Autokorelasi
...49
d. Uji Heteroskedastisitas
...50
2. Pengujian Hipotesis dengan menggunakan regresi
a. Analisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap
Belanja Daerah ………51
b. Analisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
Belanja Daerah ………...53
b. Analisis pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih
besar daripada pengaruh PAD terhadap belanja daerah
C. Pembahasan………...55
BAB V KESIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ………59
B. Keterbatasan ………..61
C. Saran ………..62
D. Implikasi dari Hasil Penelitian ………..63
DAFTAR PUSTAKA ……….65
LAMPIRAN DAFTAR TABEL TABEL Halaman Tabel 1 Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Indonesia dalam website BPK RI periode 2005-2008 …….…………..44
Tabel 2 Pendapat BPK RI terhadap laporan keuangan daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Indonesia periode 2005-2008……..45
Tabel 3 Hasil Deskripsi Statistik ………46
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data ……….48
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinieritas ………49
Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi ………...49
Tabel 7 Hasil Regresi Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah …...51
Tabel 8 Hasil Regresi Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah …...53
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 1 Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh
DAU terhadap Belanja Daerah ………36
Gambar 2 Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh
PAD terhadap Belanja Daerah ………...37
Gambar 3 Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh
DAU lebih besar daripada Pengaruh PAD
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1 Input data awal……….61
Lampiran 2 Input data setelah penghilangan data……….………..90
Lampiran 3 Output Deskripsi Statistik………..105
Lampiran 4 Output Uji Normalitas Data………...106
Lampiran 5 Output Uji Multikolinieritas………..108
Lampiran 6 Output Uji Autokorelasi……….108
Lampiran 7 Output Uji Heteroskedastisitas………..109
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola
kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan
otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Tata kelola pemerintahan yang baik ditandai dengan adanya transparansi dan akuntabilitas. Transparansi dibangun atas
dasar kebebasan memperoleh informasi (Mardiasmo, 2005: 18). Informasi yang
berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka
yang membutuhkan. Sesuai dengan teori agency, akuntabilitas publik
(Mardiasmo, 2005: 20) adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Sektor publik merupakan bagian yang mempunyai peranan vital dalam hal
pengelolaan keuangan negara. Berbeda dengan sektor swasta yang bertujuan
mencari laba, sektor publik lebih ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan publik.
Pendanaan dalam sektor publik bersumber pada dana masyarakat, baik dari pajak
atau retribusi, biaya yang dikenakan atas jasa publik, laba perusahaan milik
perundang-undangan yang berlaku. Berlatar belakang hal tersebut, sektor publik diharapkan
dapat mengelola keuangan negara dengan transparan dan mampu mewujudkan
pelayanan publik dengan standar pelayanan minimal.
Kontrol terhadap penggunaan dana publik wajib dilakukan. Seperti di sektor
swasta, cara untuk mengontrol tersebut dilakukan salah satunya dengan menyusun
anggaran. Dalam sektor publik, anggaran yang disusun bernama Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (disingkat APBN untuk pemerintah pusat) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (disingkat APBD untuk pemerintah
daerah). Anggaran tersebut agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya harus
disusun dengan sungguh-sungguh dan tidak semata-mata sebagai formalitas.
Dalam APBD dapat diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh daerah
digunakan untuk membiayai belanja daerah. Pendapatan sendiri dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu pendapatan yang diperoleh dari usaha mandiri
daerah (Pendapatan Asli Daerah-selanjutnya disingkat dengan PAD) dan transfer
dari pusat yang disebut Dana Perimbangan (terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus).
Beberapa penelitian telah dilakukan guna menguji pengaruh pendapatan
terhadap belanja daerah. Beberapa di antaranya juga menguji kecenderungan
pemerintah daerah yang lebih menggantungkan diri pada transfer dari pemerintah
pusat (Dana Alokasi Umum-selanjutnya disingkat dengan DAU) dibandingkan
berupaya untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerahnya sendiri. Abdullah
dan Halim (2003) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh DAU dan
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara terpisah DAU dan PAD
berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Secara bersamaan DAU dan PAD
juga berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.
Sulistyawan (2004) mereplikasi penelitian Abdullah dan Halim (2003) dengan
sampel penelitian 65 Kabupaten/Kota dari 80 Kabupaten/Kota yang ada di
Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera
Selatan, dan Lampung. Sulistyawan menguji pengaruh DAU dan PAD terhadap
belanja pemerintah daerah dengan menggunakan regresi sederhana dan regresi
berganda. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa DAU tahun yang bersangkutan
dan DAU tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap belanja daerah tahun
yang bersangkutan. Demikian juga PAD tahun yang bersangkutan dan PAD tahun
sebelumnya berpengaruh positif terhadap belanja daerah tahun yang bersangkutan.
Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Abdullah dan Halim (2003). Daya
prediksi DAU tahun sebelumnya terhadap belanja daerah tahun yang
bersangkutan kurang baik daripada daya prediksi DAU tahun yang bersangkutan
terhadap belanja daerah tahun yang bersangkutan. Begitu pula, daya prediksi PAD
tahun sebelumnya terhadap belanja daerah tahun yang bersangkutan kurang baik
daripada daya prediksi PAD tahun yang bersangkutan terhadap belanja daerah
tahun yang bersangkutan. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Abdullah
dan Halim. Sedangkan prediksi terjadinya flypaper effect menunjukkan bahwa pengaruh DAU tahun yang bersangkutan dan DAU tahun sebelumnya terhadap
belanja daerah tahun yang bersangkutan lebih besar daripada pengaruh PAD tahun
yang bersangkutan. Hal ini konsisten dengan penelitian Abdullah dan Halim
(2003), yaitu terjadi flypaper effect.
Penelitian Ndadari dan Adi (2008) menguji apakah ada kecenderungan
perilaku asimetris Pemerintah Kabupaten/ Pemerintah Kota terhadap transfer
pemerintah pusat yang diwujudkan dalam APBD. Penelitian ini menggunakan
sampel 41 Kabupaten/ Kota di Indonesia, yaitu daerah yang memiliki data-data
lengkap dan daerah yang tidak mengalami pemekaran. Hasil penelitian mereka
menunjukkan adanya perilaku asimetris daerah dalam merespon transfer
pemerintah pusat. Pemerintah Daerah memperlihatkan adanya perilaku asimetris
dengan cara memanipulasi pengeluaran pemerintah setinggi mungkin dengan
tidak mengupayakan maksimalisasi PAD agar nantinya dapat memperoleh
bantuan berupa transfer pemerintah pusat.
Dari penelitian-penelitian di atas dapat diketahui bahwa pendapatan
berpengaruh terhadap belanja daerah dan pemerintah daerah mempunyai
kecenderungan untuk bergantung pada DAU dibandingkan mengoptimalkan PAD
nya. Berlatar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap belanja pemerintah daerah provinsi, kota dan
kabupaten di Indonesia”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian
sebelumnya. Perbedaan dari penelitian sebelumnya terletak pada sumber data
yang berbeda, yaitu website Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(www.bpk.go.id) dan data yang berupa Laporan Realisasi Anggaran pemerintah
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (selanjutnya disingkat BPK RI) untuk
periode 2005-2008.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian berikut ini.
1. a. Apakah ada pengaruh DAU2008 terhadap Belanja Daerah2008?
b. Apakah ada pengaruh DAU2007 terhadap Belanja Daerah2008?
c. Apakah ada pengaruh DAU2006 terhadap Belanja Daerah2008?
d. Apakah ada pengaruh DAU2005 terhadap Belanja Daerah2008?
2. a. Apakah ada pengaruh PAD2008 terhadap Belanja Daerah2008?
b. Apakah ada pengaruh PAD2007 terhadap Belanja Daerah2008?
c. Apakah ada pengaruh PAD2006 terhadap Belanja Daerah2008?
d. Apakah ada pengaruh PAD2005 terhadap Belanja Daerah2008?
3. Apakah pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah lebih besar daripada
pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris
tentang hal-hal berikut ini.
1. Pengaruh DAU terhadap belanja pemerintah daerah provinsi, kota, dan
2. Pengaruh PAD terhadap belanja pemerintah daerah provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia.
3. Pengaruh DAU lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap belanja
pemerintah daerah provinsi, kota, dan kabupaten di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi praktisi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pemerintah pusat
dalam melakukan pengendalian atas transfer dana yang dilakukannya lewat
DAU. Penting bagi Pemerintah Pusat untuk lebih giat menggali informasi
mengenai potensi daerah dalam mengoptimalkan PAD-nya. Hal tersebut
akan mendorong kemandirian daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan mampu mendorong
peranan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan potensi daerah dan
meningkatkan PADnya.
2. Bagi akademisi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada literatur akuntasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Laporan Realisasi Anggaran Daerah
Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 22, struktur APBD terdiri dari
sebagai berikut.
1. PENDAPATAN DAERAH
Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 23, pendapatan daerah
meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang
menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun
anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah
dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari sebagai berikut ini.
1.1.1. Pajak daerah,
1.1.2. Retribusi daerah,
1.1.3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang
mencakup sebagai berikut.
1.1.3.1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
milik daerah/BUMD,
1.1.3.2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
1.1.3.3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan
milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
1.1.4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk
menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk
dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah dirinci menurut objek
pendapatan yang mencakup.
1.1.4.1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan,
1.1.4.2. Jasa giro,
1.1.4.3. Pendapatan bunga,
1.1.4.4. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,
1.1.4.5. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain
sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah,
1.1.4.6. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing,
1.1.4.7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan,
1.1.4.8. Pendapatan denda pajak,
1.1.4.9. Pendapatan denda retribusi,
1.1.4.11.Pendapatan dari pengembalian,
1.1.4.12.Fasilitas sosial dan fasilitas umum,
1.1.4.13.Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan, dan
1.1.4.14.Pendapatan dari angsuran atau cicilan penjualan.
1.2. Dana Perimbangan.
Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 27, dana
perimbangan dibagi menjadi.
1.2.1. Dana Bagi Hasil (DBH), terdiri dari sebagai berikut.
1.2.1.1. Bagi hasil pajak, dan
1.2.1.2. Bagi hasil bukan pajak.
1.2.2. Dana Alokasi Umum (DAU), dan
1.2.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
1.3. Lain-lain pendapatan daerah yang mencakup.
1.3.1. Hibah, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah
negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga
internasional, pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau
perorangan, balk dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang
dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak
perlu dibayar kembali,
1.3.2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan
korban/kerusakan akibat bencana alam,
1.3.4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan
oleh pemerintah, dan
1.3.5. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah
lainnya.
2. BELANJA DAERAH
Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 23, belanja daerah
meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten atau kota
yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar
pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan.
Belanja diklasifikasikan sebagai berikut.
§ Urusan pemerintahan terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja
urusan pilihan. Belanja menurut urusan wajib mencakup.
a. pendidikan,
b. kesehatan,
c. pekerjaan umum,
e. penataan ruang,
f. perencanaan pembangunan,
g. perhubungan,
h. lingkungan hidup,
i. pertanahan,
j. kependudukan dan catatan sipil,
k. pemberdayaan perempuan,
l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera,
m. sosial,
n. tenaga kerja,
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah,
p. penanaman modal,
q. kebudayaan,
r. pemuda dan olah raga,
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,
t. pemerintahan umum,
u. kepegawaian,
v. pemberdayaan masyarakat dan desa,
w. statistik,
x. arsip, dan
y. komunikasi dan informatika.
Belanja menurut urusan pilihan mencakup hal-hal sebagai berikut.
b. kehutanan,
c. energi dan sumber daya mineral,
d. pariwisata,
e. kelautan dan perikanan,
f. perdagangan,
g. perindustrian, dan
h. transmigrasi.
§ Fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan
pengelolaan keuangan negara terdiri dari hal-hal sebagai berikut.
a. pelayanan umum,
b. ketertiban dan ketentraman,
c. ekonomi,
d. lingkungan hidup,
e. perumahan dan fasilitas umum,
f. kesehatan,
g. pariwisata dan budaya,
h. pendidikan, dan
i. perlindungan sosial.
§ Urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan,
kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja mencakup
hal-hal sebagai berikut.
o Belanja pegawai.
Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam
bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang
diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
o Bunga.
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan
pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban
pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
o Subsidi.
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan
biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu
(perusahaan/lembaga yang menghasilkan produk atau jasa
pelayanan umum masyarakat) agar harga jual produksi/jasa
yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
o Hibah.
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian
hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada
pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok
ditetapkan peruntukannya. Hibah kepada pemerintah
bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan
fungsi pemerintahan di daerah. Hibah kepada perusahan
daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan
kepada masyarakat. Hibah kepada pemerintah daerah
Iainnya bertujuan untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan layanan dasar
umum. Hibah kepada badan/lembaga/organisasi swasta
dan/atau kelompok masyarakat/ perorangan bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah.
o Bantuan sosial.
Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada
masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
o Belanja bagi hasil.
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana
bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada
kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada
pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah
tertentu kepada pemerintah daerah Iainnya sesuai dengan
o Bantuan keuangan.
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan
bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari
provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan
kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah
daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau
peningkatan kemampuan keuangan. Bantuan keuangan
yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya
diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah
daerah/pemerintah desa penerima bantuan. Bantuan
keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan
pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah
daerah pemberi bantuan.
o Belanja tidak terduga.
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan
yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial
yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah
tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Kegiatan yang
bersifat tidak biasa yaitu untuk tanggap darurat dalam
penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan,
ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah.
b. Belanja langsung.
Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Kelompok belanja langsung terdiri dari hal-hal berikut ini.
o Belanja pegawai.
Belanja pegawai untuk pengeluaran honorarium/upah
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan
daerah.
o Belanja barang dan jasa.
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran
pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang
dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
o Belanja modal.
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang
dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai
manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi
3. PEMBIAYAAN DAERAH
Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 23, pembiayaan daerah
meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk
memanfaatkan surplus. Surplus APBD terjadi apabila anggaran
pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.
Defisit terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil
dari anggaran belanja daerah.
Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup:
a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA),
b. pencairan dana cadangan,
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
d. penerimaan pinjaman daerah,
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan
f. penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
a. pembentukan dana cadangan,
b. penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah,
c. pembayaran pokok utang, dan
d. pemberian pinjaman daerah.
Secara lebih sederhana, Struktur APBD dapat dirinci sebagai berikut ini.
1. PENDAPATAN
1.1.1. Pajak Daerah,
1.1.2. Retribusi Daerah,
1.1.3. Bagian Laba Usaha Daerah, dan
1.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah.
1.2. Dana Perimbangan
1.2.1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak,
1.2.2. Dana Alokasi Umum, dan
1.2.3. Dana Alokasi Khusus.
1.3. Lain-lain Pendapatan yang sah
1.3.1. Hibah,
1.3.2. Dana Darurat,
1.3.3. Dana Bagi Hasil dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya,
1.3.4. Dana penyesuaian dan dana OTSUS, dan
1.3.5. Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya.
2. BELANJA
2.1. Belanja Administrasi Umum,
2.2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan,
2.3. Belanja Modal,
2.4. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan
2.5. Belanja Tidak Tersangka.
3. PEMBIAYAAN
3.1. Penerimaan Pembiayaan, dan
2. Dana Alokasi Umum
Menurut UU No. 25 tahun 1999, DAU adalah dana yang berasal dari
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar-daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
DAU ditetapkan minimal 25% dari penerimaan Dalam Negeri. 10% untuk
DAU daerah provinsi, 90% untuk DAU daerah kabupaten/kota.
DAU Provinsi = jml DAU seluruh provinsi x bobot daerah provinsi yang bersangkutan bobot seluruh daerah provinsi
DAU Kab/Kota = jml DAU seluruh kab/kota x bobot daerah kab/kota yang bersangkutan bobot seluruh daerah kab/kota
Menurut UU No. 32 tahun 2004, DAU adalah dana yang bersumber dari
APBN yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan
antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan
dan potensi daerah.
3. Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 25 tahun 1999, PAD merupakan semua penerimaan
daerah yang berasal dari potensi sumber daya yang ada di daerah.
Sumber-sumber PAD meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pajak Daerah
merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Jenis
pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan
UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci
menjadi sebagai berikut.
a. Pajak Provinsi, yang terdiri atas hal-hal berikut ini.
• Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
• Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) dan kendaraan di atas
air.
• Pajak bahan bakar kendaran bermotor.
• Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan.
b. Pajak Kabupaten/ kota, yang terdiri atas sebagai berikut.
• Pajak Hotel.
• Pajak Restoran.
• Pajak Hiburan.
• Pajak Reklame.
• Pajak penerangan Jalan.
• Pajak pengambilan Bahan Galian Golongan C.
• Pajak Parkir.
c. Retribusi, yang terdiri atas sebagai berikut.
• Retribusi Jasa Umum.
• Retribusi Jasa Usaha.
Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik
daerah lainnya yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal
dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Pendapatan ini terdiri atas hal-hal berikut ini.
• Bagian laba perusahaan milik daerah.
• Bagian laba lembaga keuangan bank.
• Bagian laba lembaga keuangan non bank.
• Bagian laba atas pernyataan modal/investasi.
Sedangkan lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang
berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Pendapatan ini terdiri atas
sebagai berikut.
• Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.
• Penerimaan jasa giro.
• Penerimaan bunga deposito.
• Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
• Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah.
Menurut UU No. 32 tahun 2004, PAD adalah pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan
4. Belanja Daerah
Semua penerimaan dari rekening kas umum daerah, yang mengurangi
ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran.
Belanja daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya kepada masyarakat
dan pemerintahan di atasnya (pemerintah provinsi dan pemerintah pusat).
Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Di dalam APBD belanja
digolongkan menjadi lima kelompok berikut ini.
a. Belanja administrasi umum.
Belanja Administrasi umum adalah semua pengeluaran pemerintah daerah
yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan
publik. Kelompok belanja administrasi umum terdiri atas empat jenis.
i. Belanja pegawai.
Belanja pegawai merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
orang/personal yang tidak berhubungan secara langsung dengan
aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai.
ii. Belanja barang.
Belanja barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan langsung
dengan pelayanan publik.
iii. Belanja perjalanan dinas.
Belanja perjalanan dinas merupakan pengeluaran pemerintah untuk
biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara
langsung dengan pelayanan publik.
iv. Belanja pemeliharaan.
Belanja pemeliharaan merupukan pengeluaran pemerintah daerah
untuk pemeliharaan barang darah yang tidak berhubugan secara
langsung dengan pelayanan publik.
b. Belanja operasi, pemeliharaan sarana, dan prasarana publik.
Belanja operasi, pemeliharaan sarana, dan prasarana publik merupakan
semua pengeluaran pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas
atau pelayanan publik. Kelompok belanja terdiri atas sebagai berikut ini.
i. Belanja pegawai.
Belanja Pegawai merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
orang/personal yang berhubungan langsung dengan suatu aktivitas
atau dengan kata lain merupakan belanja pegawai yang bersifat
variabel.
ii. Belanja barang.
Belanja barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
penyediaan barang dan jasa yang berhubungan langsung dengan
iii. Belanja perjalanan.
Belanja perjalanan merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
biaya perjalanan pegawai yang berhubungan langsung dengan
pelayanan publik.
iv. Belanja pemeliharaan.
Belanja pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah daerah
untuk pemeliharaan barang darah yang mempunyai hubugan
langsung dengan pelayanan publik.
c. Belanja Modal
Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat
rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal terdiri atas
berikut ini.
i. Belanja publik.
Belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh
masyarakat umum.
ii. Belanja aparatur.
Belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh
masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh aparatur.
d. Belanja Transfer.
Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah
pengembalian imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut.
Belanja ini terdiri atas sebagai berikut.
i. Angsuran pinjaman.
ii. Dana bantuan.
iii. Dana cadangan.
e. Belanja Tak Tersangka
Belanja Tak Tersangka merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan
kejadian-kejadian luar biasa.
5. Website Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(www.bpk.go.id)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat proses
perpindahan informasi. Semua informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat
dewasa ini sangat mudah diperoleh dengan menggunakan media internet.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia menggunakan media ini
untuk dapat melaporkan hasil pemeriksaan keuangannya terhadap provinsi,
kota, dan kabupaten yang ada di seluruh penjuru Indonesia. BPK RI membuat
sebuah website yang bukan saja berisi aktivitas pemeriksaan BPK namun juga
aktivitas-aktivitas BPK yang lain, termasuk isu-isu yang sedang berkembang
tentang perekonomian Indonesia.
Pada salah satu menu halaman website www.bpk.go.id, dapat dibaca
tersebut terbagi menjadi dua semester. Masing-masing semester berisi laporan
keuangan daerah yang telah diaudit beserta pendapat atau opini yang
diberikan. Masyarakat yang membutuhkan, dapat mengunduh data tersebut
secara cuma-cuma dan mempergunakannya untuk tujuan tertentu seperti
penelitian dan sebagainya.
B. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten
di Indonesia.
Kesiapan setiap daerah dalam menghadapi otonomi berbeda-beda. Bagi
daerah yang kaya akan sumber daya, kesiapannya tentu lain dengan daerah
yang miskin sumber daya. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah, bagi
daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya yang dapat diandalkan,
baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, kebijakan ini disambut
baik, mengingat lepasnya campur tangan pemerintah akan memberikan
kesempatan yang lebih cepat untuk meningkatkan kesejahteraannya (Adi,
2005). Berbeda dengan daerah yang tidak memiliki potensi yang memadai,
kebijakan ini akan memberatkan karena daerah tersebut akan kesulitan
membiayai belanja mereka. Wirawan dan Adi (2007) telah melakukan
penelitian dan membuat peta kemampuan keuangan daerah sebelum maupun
setelah otonomi. Peta keuangan daerah sebelum otonomi dimaksudkan untuk
mengetahui persiapan keuangan daerah dalam rangka menghadapi otonomi
PAD melalui ukuran share. Share merupakan rasio PAD terhadap total belanja daerah. Penelitian tersebut menyebutkan hanya 11 daerah yang memiliki
kondisi ideal dan siap memasuki era otonomi dari 98 daerah yang diteliti.
Perbedaan kesiapan antar daerah tersebut yang akhirnya melahirkan
kesenjangan horizontal antar pemerintah daerah dan kesenjangan vertikal
antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Sebagai solusi,
pemerintah menetapkan alokasi transfer dana. Salah satu dari wujud alokasi
transfer dana adalah Dana Alokasi Umum (DAU). DAU adalah dana yang
berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar-daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Daerah yang mempunyai kapasitas fiskal
tinggi akan mendapat pasokan dana yang lebih kecil daripada daerah yang
kapasitas fiskalnya rendah begitu sebaliknya. Masalah muncul ketika transfer
dari pusat ini direspon berbeda oleh pemerintah daerah. Pemerintah Daerah
justru menjadi tergantung pada kucuran dana dari pusat tersebut. Untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh DAU terhadap belanja daerah, Abdullah
dan Halim (2003) melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan adanya
pengaruh positif DAU terhadap belanja daerah, baik tanpa lag maupun dengan
lag. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian Sulistyawan (2004) yang
hasilnya konsisten dengan hasil penelitian Abdullah dan Halim. Dari uraian di
atas, peneliti akan melakukan pengujian tentang pengaruh DAU terhadap
belanja daerah tanpa lag maupun dengan lag 1 tahun sampai 3 tahun.
H1a : DAU2008 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia.
H1b : DAU2007 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia.
H1c : DAU2006 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia.
H1d : DAU2005 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia.
2. Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten
di Indonesia
Pemberlakuan otonomi daerah pada tahun 2000 telah membawa dampak
yang besar terhadap perekonomian daerah. Dalam TAP MPR No.
IV/MPR/2000 ditegaskan sebagai berikut.
“Kebijakan desentralisasi Daerah diarahkan untuk mencapai peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreatifitas Pemda, keselarasan hubungan antara Pusat dan Daerah serta antar daerah itu sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk menjamin peningkatan rasa kebangsaan, demokrasi dan kesejahteraan serta penciptaan ruang yang lebih luas bagi kemandirian Daerah.”
Pemerintah daerah akhirnya mempunyai keleluasaan dalam meningkatkan
kreatifitas untuk menggali potensi yang tidak mungkin dilakukan sebelum
otonomi diberlakukan. Semua potensi daerah diupayakan dan dikembangkan
agar dapat menghasilkan PAD yang dapat membantu untuk menutup belanja
daerah. PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari potensi
daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah. Pajak dan retribusi daerah mempunyai proporsi terbesar
dalam komponen PAD, sehingga muncul anggapan bahwa PAD identik
dengan pajak dan retribusi daerah.
Salah satu hasil penelitian Haryanto (2004) dinyatakan bahwa masih
rendahnya kemampuan PAD yang dihasilkan daerah terkait dengan
kewajibannya untuk membiayai pengeluaran rutin. Hanya 5 provinsi dan 4
kabupaten dan kota di Indonesia yang memiliki PAD lebih besar daripada
kewajiban pembiayaan pengeluaran rutin di tahun 2000. Kurangnya
kemampuan daerah dalam memaksimalkan potensi PADnya menjadikan
daerah cenderung memiliki ketergantungan pada sumber pendanaan yang lain,
yaitu DAU. Beberapa penelitian lain telah dilakukan untuk menguji pengaruh
PAD terhadap belanja daerah. Penelitian Abdullah dan Halim (2003)
menunjukkan adanya pengaruh PAD terhadap belanja daerah. Penelitian
Sulistyawan (2004) juga mendukung hasil penelitian tersebut. Dari uraian di
atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut ini.
H2a : PAD2008 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia.
H2b : PAD2007 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia.
H2c : PAD2006 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan
H2d : PAD2005 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia.
3. Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten
di Indonesia
Daerah-daerah di Indonesia masih menunjukkan ketergantungan yang
sangat besar besar terhadap pemerintah pusat. Adi (2008) mengindikasikan
bahwa ada kecenderungan untuk tetap mempertahankan (bahkan
meningkatkan) transfer dari pemerintah pusat yang jumlahnya sangat besar,
yaitu DAU. BPS (2004) dalam Adi (2008) menyatakan ada beberapa faktor
yang menyebabkan semakin kecilnya kontribusi PAD terhadap total belanja
yaitu sebagai berikut.
1. masih adanya sumber pendapatan potensial yang dapat digali oleh Pemda
akan tetapi berada di luar wewenang Pemda.
2. rendahnya tingkat hidup dan ekonomi masyarakat yang tercermin dalam
pendapatan per kapita.
3. kurang mampunya Pemda dalam menggali sumber-sumber pendapatan
yang ada.
Penelitian tentang pengaruh DAU yang lebih kuat daripada PAD terhadap
belanja daerah telah beberapa kali dilakukan. Wirawan dan Adi (2007)
memberikan fakta empiris tidak adanya peningkatan share PAD terhadap belanja daerah. Penelitian Abdullah dan Halim (2003) menunjukkan bahwa
Sulistyawan (2004) juga menunjukkan hasil serupa. Dari uraian di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut ini.
H3 : Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja pemerintah daerah
provinsi, kota, dan kabupaten di Indonesia lebih besar daripada
pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja pemerintah daerah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu. Penelitian
terdahulu telah dilakukan oleh Abdullah dan Halim (2003), Sulistyawan (2004)
dan Ndadari dan Adi (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
terletak pada sumber data yang berbeda dan data yang berupa Laporan Realisasi
Anggaran pemerintah daerah provinsi, kota, dan kabupaten di Indonesia yang
telah diaudit BPK RI untuk periode 2005-2008.
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang
telah dikumpulkan oleh para peneliti, data yang diterbitkan dalam jurnal statistik
dan lainnya, dan informasi yang tersedia dari sumber publikasi atau nonpublikasi
entah di dalam atau luar organisasi, semua yang dapat berguna bagi peneliti
(Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, data diambil dari laporan realisasi anggaran
yang diterbitkan di www.bpk.go.id. Laporan realisasi anggaran tercantum di
dalam laporan keuangan auditan BPK RI. Laporan keuangan auditan BPK RI
yang digunakan hanyalah laporan keuangan yang memperoleh pendapat wajar dan
pendapat wajar dengan pengecualian. Laporan dengan kedua pendapat tersebut
diharapkan memuat data yang lebih dapat diandalkan karena telah diaudit oleh
BPK RI dan mendapat opini yang baik sehingga layak untuk dijadikan data
penelitian. Periode waktu dibatasi pada data laporan keuangan auditan tahun
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diunduh mulai tanggal 1 Mei
2009 dan selesai pada tanggal 30 Mei 2009. Menurut waktunya, penelitian ini
merupakan penelitian gabungan antara times series (penelitian dengan menggunakan dimensi satu waktu) dan cross section (penelitian dengan
menggunakan beberapa objek penelitian).
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh laporan realisasi anggaran provinsi, kota, dan
kabupaten di Indonesia yang telah diaudit BPK RI tahun 2005-2008.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono 2002, 73). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah provinsi, kota dan kabupaten yang mempunyai laporan keuangan
auditan BPK RI dengan pendapat wajar dan pendapat wajar dengan pengecualian
untuk periode pemeriksaan tahun 2005-2008. Jadi, kriteria sampel yang digunakan
oleh peneliti adalah berikut ini.
1. Laporan keuangan provinsi, kota, dan kabupaten yang terdapat di website
BPK RI periode pemeriksaan BPK RI tahun 2005-2008.
2. Memperoleh pendapat wajar dan pendapat wajar dengan pengecualian dari
3. Memiliki data yang lengkap, tidak rusak, dapat diunduh dengan sempurna,
dan dinyatakan sebagai hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK RI.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sampling. Teknik sampling bertujuan ini dilakukan melalui tiga tahap. Tahap
pertama menentukan provinsi, kota dan kabupaten di Indonesia yang laporan
realisasi anggarannya diterbitkan dalam website BPK RI. Tahap kedua,
menentukan provinsi, kota dan kabupaten di Indonesia yang laporan realisasi
anggarannya memperoleh pendapat wajar dan pendapat wajar dengan
pengecualian dari BPK RI. Tahap ketiga menyeleksi provinsi, kota dan kabupaten
di Indonesia yang mempunyai data DAU, PAD, dan belanja daerah yang lengkap,
serta menghilangkan daerah yang mempunyai nilai DAU, PAD, dan belanja
daerah yang sangat ekstrim. Nilai DAU, PAD, dan belanja daerah yang memiliki
perbedaan yang sangat ekstrim akan mengganggu normalitas data sehingga data
tersebut harus dihilangkan.
C. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
laporan realisasi anggaran yang tercantum di dalam laporan keuangan auditan
BPK RI periode 2005-2008. Laporan yang digunakan hanyalah laporan keuangan
yang memperoleh pendapat wajar dan pendapat wajar dengan pengecualian
Laporan keuangan auditan BPK RI tersebut diunduh dari website BPK RI yaitu
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel yang akan diuji pengaruhnya, yaitu
DAU, PAD, dan belanja pemerintah daerah. Ketiga variabel tersebut digolongkan
menjadi dua kelompok sebagai berikut.
1. Variabel terikat (dependent variable).
Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti
(Sekaran, 2006). Varibel terikat dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah
(BD). Total Belanja Daerah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
realisasi total belanja yang terdapat dala laporan realisasi anggaran daerah
periode 2005-2008. Total belanja daerah tersebut meliputi semua komponen
belanja, yaitu belanja aparatur dan belanja publik. Belanja aparatur terdiri
dari belanja administrasi umum, biaya operasi dan pemeliharaan, dan
belanja modal. Belanja publik meliputi belanja administrasi umum, biaya
operasi dan pemeliharaan, belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan
keuangan, dan belanja tidak tersangka.
2. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah
secara positif atau negatif. Ada dua varibel bebas dalam penelitian ini yaitu
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Nilai DAU
adalah realisasi DAU yang terdapat dala laporan realisasi anggaran daerah
periode 2005-2008. Total PAD adalah realisasi total PAD yang terdapat dala
laporan realisasi anggaran daerah periode 2005-2008. Total PAD meliputi
pengelolaan bagian laba perusahaan milik daerah, dan lain-lain PAD yang
sah.
E. Metode Analisis Data
Alat analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
sederhana dan berganda (multiple regression). Regresi sederhana dilakukan tanpa
lag maupun dengan lag 1 tahun sampai 3 tahun. Regresi berganda digunakan
untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen yang ada (DAU dan PAD)
terhadap belanja daerah secara bersama. Data diolah dengan bantuan software
SPSS (Statistical Product and Service Sollution) version 11.5 for Windows. Model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Untuk menjawab Hipotesis 1a sampai dengan 1d
Belanja Daerah = a + b Dana Alokasi Umum + ε
Untuk menjawab Hipotesis 2a sampai dengan 2d
Belanja Daerah = a + b Pendapatan Asli Daerah + ε
Untuk menjawab Hipotesis 3
Belanja Daerah = a + b Dana Alokasi Umum + c Pendapatan Asli Daerah + ε
Model penelitian untuk melihat pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap
belanja daerah dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1
Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah
Model penelitian untuk melihat pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap
belanja daerah dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2
Model Penelitian Pengujian Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah
Model penelitian untuk melihat pengaruh Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja daerah dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 3
Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh DAU lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah
Tahap analisis data adalah sebagai berikut ini.
1. Analisis Deskriptif Statistik
Penggambaran data untuk mengetahui N (banyaknya data yang diolah), nilai
minimum dan maksimum data, nilai tengah atau rerata, dan deviasi standar
masing-masing variable penelitian.
Belanja Daerah
Pendapatan asli Daerah Dana Alokasi Umum
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas (Ghozali, 2006: 110) bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak, yaitu dengan analisis sebagai berikut.
i. Analisis grafik.
Dilakukan dengan cara melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Cara lain untuk uji normalitas dengan analisis grafik adalah
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut.
• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
• Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti
pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
ii. Analisis statistik
Menurut Ghozali (2006: 112), uji normalitas dengan grafik dapat
menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal,
padahal secara statistik bisa sebaliknya. Maka perlu didukung dengan
adanya uji statistik sederhana dengan cara melihat nilai kurtosis dan
skewness dari residual ataupun dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila kurtosis dan
skewness mendekati nol. Dalam uji Kolmogorov-Smirnov, data
dikatakan berdistribusi normal apabila lebih besar daripada angka
signifikansi 0,05 begitu pula sebaliknya.
b. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas (Ghozali, 2006: 91) bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen
sama dengan nol. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
i. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
ii. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independent. Jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak
adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti
bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena
adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
iii. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari hal-hal berikut ini.
• Nilai tolerance dan lawannya.
• Variance inflation factor (VIF)
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10. atau sama dengan nilai
VIF > 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi (Ghozali, 2006: 95) bertujuan menguji apakah dalam
model regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Runs-Test.
Dalam uji Runs-Test data dikatakan bebas autokorelasi kalau
signifikansinya lebih dari 0.05.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 105) bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskesdatisitas. Terjadi
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.
• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
• Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
F. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier
1. Menentukan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut ini.
a. Ho1a : DAU2008 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,
kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho1a = a = 0.
HA1a : DAU2008 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,
dan kabupaten di Indonesia, atau HA1a = a¹ 0.
b. Ho1b : DAU2007 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,
kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho1b = a = 0.
HA1b : DAU2007 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,
dan kabupaten di Indonesia, atau HA1b = a¹ 0.
c. Ho1c : DAU2006 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,
kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho1c = a = 0.
HA1c : DAU2006 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,
dan kabupaten di Indonesia, atau HA1c = a¹ 0.
d. Ho1d : DAU2005 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,
kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho1d = a = 0.
HA1d : DAU2005 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,
dan kabupaten di Indonesia, atau HA1d = a¹ 0.
e. Ho2a : PAD2008 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,
kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho2a = a = 0.
HA2a : PAD2008 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,