• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI, KOTA, DAN KABUPATEN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI, KOTA, DAN KABUPATEN DI INDONESIA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP

BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI,

KOTA, DAN KABUPATEN DI INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

FRANSISCA ROOSIANA KURNIAWATI

NIM: S4307068

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP

BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI,

KOTA, DAN KABUPATEN DI INDONESIA

Disusun oleh :

FRANSISCA ROOSIANA KURNIAWATI NIM: S4307068

Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal: 21 Januari 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Hj. Rahmawati, M.Si., Ak. Dra. Setianingtyas Honggowati, M.M., Ak. NIP.19680401 199303 2 001 NIP. 19600427 198601 2 001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Magister Akuntansi

(3)

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP

BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI,

KOTA, DAN KABUPATEN DI INDONESIA

Disusun oleh :

FRANSISCA ROOSIANA KURNIAWATI NIM: S4307068

Telah disetujui Tim Penguji

Pada tanggal: 2010

Ketua Tim Penguji : Dr. Bandi, M.Si., Ak. ...

Sekretaris : Dr. Payamta, M. Si., Ak., CPA ...

Anggota : Prof. Dr. Hj. Rahmawati, M.Si., Ak. ...

Anggota : Dra. Setianingtyas Honggowati, M.M., Ak. ...

Mengetahui:

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Akuntansi

(4)

PERNYATAAN

Nama : Fransisca Roosiana Kurniawati

NIM : S4307068

Program Studi : Magister Akuntansi

Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja

Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten di Indonesia” adalah

betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini

diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh atas tesis tersebut.

Surakarta, 21 Januari 2010

Yang menyatakan,

(5)

MOTTO

- Fiat Voluntas Tua -

Jadilah padaku menurut perkataan-Mu

Janji-Mu sperti fajar pagi hari

Yang tiada pernah terlambat bersinar

Cinta-Mu sperti sungai yang mengalir

(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

• Tuhan yang telah memelihara kehidupanku

• Almamaterku

• Suamiku tercinta, Paulus Widyawan Widhiasta

• Eyang, Bapak, Ibu, Piut, dan Mama tersayang

(7)

KATA PENGANTAR

Penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah

Provinsi, Kota, dan Kabupaten di Indonesia” telah memakan waktu hampir

satu tahun. Bukan karena kesulitan yang berarti yang membuat saya sebagai

penulis menyelesaikannya dalam waktu yang panjang, namun terlebih karena saya

sempat terlena oleh kesibukan dan melewati segala peristiwa hidup yang memang

harus dilewati. Ketika hendak menyusun kembali kepingan-kepingan data untuk

menyelesaikan tesis ini, saya mengalami kesulitan dan beberapa hambatan.

Untunglah banyak pihak telah membantu saya untuk kembali bangkit menata dan

mengatasi segala kesulitan dan hambatan tersebut. Oleh karena itu saya

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan

memberikan bantuan kepada peneliti berupa Beasiswa Unggulan Diknas

dalam menyelesaikan studi di Program Studi Magister Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. DR. dr. Syamsul Hadi, Sp.Kj., selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekoomi

(8)

5. Dr. Bandi, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi UNS dan Ketua Tim Penguji yang telah berkenan

memberikan saran perbaikan sehingga karya ilmiah ini dapat saya gunakan

untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister dan berguna bagi

para pembaca.

6. Dr. Payamta, M. Si., Ak., CPA, yang telah berkenan memberikan saran

perbaikan sehingga karya ilmiah ini dapat saya gunakan untuk memenuhi

persyaratan mencapai derajat magister dan berguna bagi para pembaca.

7. Prof. Dr. Hj. Rahmawati, M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing I yang

telah memberikan binmbingan dan membagikan ilmunya untuk

keberhasilan penulisan tesis ini.

8. Dra. Setianingtyas Honggowati, M.M., Ak., selaku dosen pembimbing II

memberikan binmbingan dan membagikan ilmunya untuk keberhasilan

penulisan tesis ini.

9. Bapak Ibu staf pengajar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS atas

ilmu yang dibagikan selama saya menjalani proses belajar.

10.Mas Dodik Hapsoro yang telah memberikan masukan mulai dari judul dan

dengan sigap membalas setiap email yang saya kirimkan serta

mengirimkan literatur-literatur yang berguna bagi saya. Terima kasih

sudah banyak membantu di tengah kesibukan yang luar biasa.

11.Paulus Widyawan Widhiasta yang telah menjadi teman seperjalanan

selama bertahun-tahun dan semakin melengkapinya dalam setengah tahun

(9)

beasiswa unggulan ini, menemani selama proses, dan tetap setia

mendukung dengan penuh pengertian dan kesabaran di saat-saat akhir.

Sekali lagi engkau telah menjadi berkat bagi orang lain dan kepanjangan

tangan Tuhan. Tuhan memberkati.

12.Bapakku Aloysius Ardjudi dan Ibuku Constantina Sri Rahayu yang telah

memberikan tempat pesemaian yang baik bagi saya untuk belajar

menuntut ilmu dan menjalani kehidupan..

13.Eyang Pujosumarto yang tidak pernah lupa berdoa dan menyalakan lilin

bagi saya di saat-saat penting. Terima kasih telah membuat saya merasa

aman di saat ujian karena mempunyai tambahan amunisi.

14.Piut Florentinus Djaelani dan Mama Bernadetta Maria Retno Martani yang

telah dengan telaten menanyakan kapan tesis ini selesai sehingga membuat

saya semakin terpacu.

15.Kakak-kakak saya yang terkasih Felix Satyawan Adi Wardana, Agnes

Dyah Permatasari, Ignatius Adriyanta Wibawa, Yohana Fransisca Irawati

Cahya, kedua adik Yohanes Aji Sulistyo dan Yohanes Baptista Bagus

Adityatama, serta ponakan yang gendut lucu Matius Damar Adi Pradana

atas bantuan, dukungan, penghiburan dan semangat yang selalu diberikan.

16.Keluarga besar M. Kartono dan S. Idi Mulyo yang telah menjadi tempat

mengembangkan persaudaraan dan membagikan ilmu.

17.Sahabat-sahabatku: Ibu Celviana Winidyaningrum, Ibu Laela, dan Nadiya

(10)

yang akhirnya menjadi pamungkas. Untuk Nadiya, terima kasih atas waktu

yang diluangkan untuk semakin menyempurnakan karya ini.

18.Teman-teman Beasiswa Unggulan Kelas B yang telah mendahului lulus

ataupun yang belum lulus. Terima kasih atas persahabatan yang boleh

terenda dan persaudaraan yang boleh dijalin.

19.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu terima kasih

atas bantuan yang diberikan.

Akhirnya, syukur kepada Tuhan atas penyertaan dan pertolongan yang tak

pernah terlambat. Berkat yang melimpah telah diberikan setiap hari, bukan

karena kebaikan saya tetapi terlebih karena Tuhan berbelas kasih. Syukur atas

itu semua. Terima kasih kepada Bunda Maria yang telah menghantarkan

semua doa dan keluh kesah saya selama ini sehingga Tuhan berkenan

mendengar dan mengabulkannya. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan, doa

saya lima tahun yang lalu untuk dapat melanjutkan studi lagi dan berhasil

telah terjawab.

Saya menyadari segala kekurangan dalam penulisan tesis ini dan oleh

karena itu saya menerima saran-saran yang bersifat membangun untuk

semakin menyempurnakannya. Semoga tesis ini berguna dan memberikan

manfaat yang baik bagi para pembacanya.

Surakarta, 21 Januari 2010

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN …….………ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……….iii

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME ………..….. iv

HALAMAN MOTTO ………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….... vi

KATA PENGANTAR ……….……… vii

DAFTAR ISI ………xi

DAFTAR TABEL ………...……….xv

DAFTAR GAMBAR ………..…….xvi

DAFTAR GRAFIK ………..……… xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………...……….xviii

HALAMAN ABSTRAK.. ..………..………..xix

ABSTRACT ...xx

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………1

B. Perumusan Masalah Penelitian ……….5

C. Tujuan Penelitian ………...5

D. Manfaat Penelitian ………6

(12)

A. Landasan Teori

1. Laporan Realisasi Anggaran Daerah ………...7

2. Dana Alokasi Umum (DAU) ………19

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ………19

4. Belanja Daerah ………...22

5. Website BPK RI ……….…..25

B. Review Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah ………..26

2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah ……….28

3. Pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap belanja daerah ……….30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...32

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...33

C. Data dan Sumber Data ...34

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ...35

E. Metode Analisis Data ...36

(13)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Pengumpulan Data dan Penentuan

Sampel...44

2. Deskripsi

Statistik...46

B. Hasil Analisis Data

1. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

...47

b. Uji Multikolinieritas

...48

c. Uji Autokorelasi

...49

d. Uji Heteroskedastisitas

...50

2. Pengujian Hipotesis dengan menggunakan regresi

a. Analisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap

Belanja Daerah ………51

b. Analisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap

Belanja Daerah ………...53

b. Analisis pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih

besar daripada pengaruh PAD terhadap belanja daerah

(14)

C. Pembahasan………...55

BAB V KESIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ………59

B. Keterbatasan ………..61

C. Saran ………..62

D. Implikasi dari Hasil Penelitian ………..63

DAFTAR PUSTAKA ……….65

LAMPIRAN DAFTAR TABEL TABEL Halaman Tabel 1 Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Indonesia dalam website BPK RI periode 2005-2008 …….…………..44

Tabel 2 Pendapat BPK RI terhadap laporan keuangan daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Indonesia periode 2005-2008……..45

Tabel 3 Hasil Deskripsi Statistik ………46

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data ……….48

Tabel 5 Hasil Uji Multikolinieritas ………49

Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi ………...49

Tabel 7 Hasil Regresi Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah …...51

Tabel 8 Hasil Regresi Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah …...53

(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

Gambar 1 Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh

DAU terhadap Belanja Daerah ………36

Gambar 2 Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh

PAD terhadap Belanja Daerah ………...37

Gambar 3 Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh

DAU lebih besar daripada Pengaruh PAD

(16)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1 Input data awal……….61

Lampiran 2 Input data setelah penghilangan data……….………..90

Lampiran 3 Output Deskripsi Statistik………..105

Lampiran 4 Output Uji Normalitas Data………...106

Lampiran 5 Output Uji Multikolinieritas………..108

Lampiran 6 Output Uji Autokorelasi……….108

Lampiran 7 Output Uji Heteroskedastisitas………..109

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan

otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance). Tata kelola pemerintahan yang baik ditandai dengan adanya transparansi dan akuntabilitas. Transparansi dibangun atas

dasar kebebasan memperoleh informasi (Mardiasmo, 2005: 18). Informasi yang

berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka

yang membutuhkan. Sesuai dengan teori agency, akuntabilitas publik

(Mardiasmo, 2005: 20) adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pemberi

amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Sektor publik merupakan bagian yang mempunyai peranan vital dalam hal

pengelolaan keuangan negara. Berbeda dengan sektor swasta yang bertujuan

mencari laba, sektor publik lebih ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan publik.

Pendanaan dalam sektor publik bersumber pada dana masyarakat, baik dari pajak

atau retribusi, biaya yang dikenakan atas jasa publik, laba perusahaan milik

(19)

perundang-undangan yang berlaku. Berlatar belakang hal tersebut, sektor publik diharapkan

dapat mengelola keuangan negara dengan transparan dan mampu mewujudkan

pelayanan publik dengan standar pelayanan minimal.

Kontrol terhadap penggunaan dana publik wajib dilakukan. Seperti di sektor

swasta, cara untuk mengontrol tersebut dilakukan salah satunya dengan menyusun

anggaran. Dalam sektor publik, anggaran yang disusun bernama Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (disingkat APBN untuk pemerintah pusat) dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (disingkat APBD untuk pemerintah

daerah). Anggaran tersebut agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya harus

disusun dengan sungguh-sungguh dan tidak semata-mata sebagai formalitas.

Dalam APBD dapat diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh daerah

digunakan untuk membiayai belanja daerah. Pendapatan sendiri dapat dibagi

menjadi dua kelompok besar, yaitu pendapatan yang diperoleh dari usaha mandiri

daerah (Pendapatan Asli Daerah-selanjutnya disingkat dengan PAD) dan transfer

dari pusat yang disebut Dana Perimbangan (terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana

Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus).

Beberapa penelitian telah dilakukan guna menguji pengaruh pendapatan

terhadap belanja daerah. Beberapa di antaranya juga menguji kecenderungan

pemerintah daerah yang lebih menggantungkan diri pada transfer dari pemerintah

pusat (Dana Alokasi Umum-selanjutnya disingkat dengan DAU) dibandingkan

berupaya untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerahnya sendiri. Abdullah

dan Halim (2003) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh DAU dan

(20)

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara terpisah DAU dan PAD

berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Secara bersamaan DAU dan PAD

juga berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.

Sulistyawan (2004) mereplikasi penelitian Abdullah dan Halim (2003) dengan

sampel penelitian 65 Kabupaten/Kota dari 80 Kabupaten/Kota yang ada di

Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera

Selatan, dan Lampung. Sulistyawan menguji pengaruh DAU dan PAD terhadap

belanja pemerintah daerah dengan menggunakan regresi sederhana dan regresi

berganda. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa DAU tahun yang bersangkutan

dan DAU tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap belanja daerah tahun

yang bersangkutan. Demikian juga PAD tahun yang bersangkutan dan PAD tahun

sebelumnya berpengaruh positif terhadap belanja daerah tahun yang bersangkutan.

Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Abdullah dan Halim (2003). Daya

prediksi DAU tahun sebelumnya terhadap belanja daerah tahun yang

bersangkutan kurang baik daripada daya prediksi DAU tahun yang bersangkutan

terhadap belanja daerah tahun yang bersangkutan. Begitu pula, daya prediksi PAD

tahun sebelumnya terhadap belanja daerah tahun yang bersangkutan kurang baik

daripada daya prediksi PAD tahun yang bersangkutan terhadap belanja daerah

tahun yang bersangkutan. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Abdullah

dan Halim. Sedangkan prediksi terjadinya flypaper effect menunjukkan bahwa pengaruh DAU tahun yang bersangkutan dan DAU tahun sebelumnya terhadap

belanja daerah tahun yang bersangkutan lebih besar daripada pengaruh PAD tahun

(21)

yang bersangkutan. Hal ini konsisten dengan penelitian Abdullah dan Halim

(2003), yaitu terjadi flypaper effect.

Penelitian Ndadari dan Adi (2008) menguji apakah ada kecenderungan

perilaku asimetris Pemerintah Kabupaten/ Pemerintah Kota terhadap transfer

pemerintah pusat yang diwujudkan dalam APBD. Penelitian ini menggunakan

sampel 41 Kabupaten/ Kota di Indonesia, yaitu daerah yang memiliki data-data

lengkap dan daerah yang tidak mengalami pemekaran. Hasil penelitian mereka

menunjukkan adanya perilaku asimetris daerah dalam merespon transfer

pemerintah pusat. Pemerintah Daerah memperlihatkan adanya perilaku asimetris

dengan cara memanipulasi pengeluaran pemerintah setinggi mungkin dengan

tidak mengupayakan maksimalisasi PAD agar nantinya dapat memperoleh

bantuan berupa transfer pemerintah pusat.

Dari penelitian-penelitian di atas dapat diketahui bahwa pendapatan

berpengaruh terhadap belanja daerah dan pemerintah daerah mempunyai

kecenderungan untuk bergantung pada DAU dibandingkan mengoptimalkan PAD

nya. Berlatar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) terhadap belanja pemerintah daerah provinsi, kota dan

kabupaten di Indonesia”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian

sebelumnya. Perbedaan dari penelitian sebelumnya terletak pada sumber data

yang berbeda, yaitu website Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

(www.bpk.go.id) dan data yang berupa Laporan Realisasi Anggaran pemerintah

(22)

Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (selanjutnya disingkat BPK RI) untuk

periode 2005-2008.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini

dirumuskan dalam pertanyaan penelitian berikut ini.

1. a. Apakah ada pengaruh DAU2008 terhadap Belanja Daerah2008?

b. Apakah ada pengaruh DAU2007 terhadap Belanja Daerah2008?

c. Apakah ada pengaruh DAU2006 terhadap Belanja Daerah2008?

d. Apakah ada pengaruh DAU2005 terhadap Belanja Daerah2008?

2. a. Apakah ada pengaruh PAD2008 terhadap Belanja Daerah2008?

b. Apakah ada pengaruh PAD2007 terhadap Belanja Daerah2008?

c. Apakah ada pengaruh PAD2006 terhadap Belanja Daerah2008?

d. Apakah ada pengaruh PAD2005 terhadap Belanja Daerah2008?

3. Apakah pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah lebih besar daripada

pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris

tentang hal-hal berikut ini.

1. Pengaruh DAU terhadap belanja pemerintah daerah provinsi, kota, dan

(23)

2. Pengaruh PAD terhadap belanja pemerintah daerah provinsi, kota, dan

kabupaten di Indonesia.

3. Pengaruh DAU lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap belanja

pemerintah daerah provinsi, kota, dan kabupaten di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi praktisi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pemerintah pusat

dalam melakukan pengendalian atas transfer dana yang dilakukannya lewat

DAU. Penting bagi Pemerintah Pusat untuk lebih giat menggali informasi

mengenai potensi daerah dalam mengoptimalkan PAD-nya. Hal tersebut

akan mendorong kemandirian daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan mampu mendorong

peranan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan potensi daerah dan

meningkatkan PADnya.

2. Bagi akademisi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada literatur akuntasi

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Laporan Realisasi Anggaran Daerah

Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 22, struktur APBD terdiri dari

sebagai berikut.

1. PENDAPATAN DAERAH

Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 23, pendapatan daerah

meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang

menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun

anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah

dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari sebagai berikut ini.

1.1.1. Pajak daerah,

1.1.2. Retribusi daerah,

1.1.3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang

mencakup sebagai berikut.

1.1.3.1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan

milik daerah/BUMD,

1.1.3.2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan

(25)

1.1.3.3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan

milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

1.1.4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk

menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk

dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah dirinci menurut objek

pendapatan yang mencakup.

1.1.4.1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan,

1.1.4.2. Jasa giro,

1.1.4.3. Pendapatan bunga,

1.1.4.4. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,

1.1.4.5. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain

sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan

barang dan/atau jasa oleh daerah,

1.1.4.6. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar

rupiah terhadap mata uang asing,

1.1.4.7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan

pekerjaan,

1.1.4.8. Pendapatan denda pajak,

1.1.4.9. Pendapatan denda retribusi,

(26)

1.1.4.11.Pendapatan dari pengembalian,

1.1.4.12.Fasilitas sosial dan fasilitas umum,

1.1.4.13.Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan, dan

1.1.4.14.Pendapatan dari angsuran atau cicilan penjualan.

1.2. Dana Perimbangan.

Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 27, dana

perimbangan dibagi menjadi.

1.2.1. Dana Bagi Hasil (DBH), terdiri dari sebagai berikut.

1.2.1.1. Bagi hasil pajak, dan

1.2.1.2. Bagi hasil bukan pajak.

1.2.2. Dana Alokasi Umum (DAU), dan

1.2.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

1.3. Lain-lain pendapatan daerah yang mencakup.

1.3.1. Hibah, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah

negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga

internasional, pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau

perorangan, balk dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang

dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak

perlu dibayar kembali,

1.3.2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan

korban/kerusakan akibat bencana alam,

(27)

1.3.4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan

oleh pemerintah, dan

1.3.5. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah

lainnya.

2. BELANJA DAERAH

Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 23, belanja daerah

meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang

mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun

anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten atau kota

yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang

penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat

dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar

pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan

perundang-undangan.

Belanja diklasifikasikan sebagai berikut.

§ Urusan pemerintahan terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja

urusan pilihan. Belanja menurut urusan wajib mencakup.

a. pendidikan,

b. kesehatan,

c. pekerjaan umum,

(28)

e. penataan ruang,

f. perencanaan pembangunan,

g. perhubungan,

h. lingkungan hidup,

i. pertanahan,

j. kependudukan dan catatan sipil,

k. pemberdayaan perempuan,

l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera,

m. sosial,

n. tenaga kerja,

o. koperasi dan usaha kecil dan menengah,

p. penanaman modal,

q. kebudayaan,

r. pemuda dan olah raga,

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,

t. pemerintahan umum,

u. kepegawaian,

v. pemberdayaan masyarakat dan desa,

w. statistik,

x. arsip, dan

y. komunikasi dan informatika.

Belanja menurut urusan pilihan mencakup hal-hal sebagai berikut.

(29)

b. kehutanan,

c. energi dan sumber daya mineral,

d. pariwisata,

e. kelautan dan perikanan,

f. perdagangan,

g. perindustrian, dan

h. transmigrasi.

§ Fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan

pengelolaan keuangan negara terdiri dari hal-hal sebagai berikut.

a. pelayanan umum,

b. ketertiban dan ketentraman,

c. ekonomi,

d. lingkungan hidup,

e. perumahan dan fasilitas umum,

f. kesehatan,

g. pariwisata dan budaya,

h. pendidikan, dan

i. perlindungan sosial.

§ Urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan,

kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja mencakup

hal-hal sebagai berikut.

(30)

o Belanja pegawai.

Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam

bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang

diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

o Bunga.

Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan

pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban

pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

panjang.

o Subsidi.

Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan

biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu

(perusahaan/lembaga yang menghasilkan produk atau jasa

pelayanan umum masyarakat) agar harga jual produksi/jasa

yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

o Hibah.

Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian

hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada

pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok

(31)

ditetapkan peruntukannya. Hibah kepada pemerintah

bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan

fungsi pemerintahan di daerah. Hibah kepada perusahan

daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan

kepada masyarakat. Hibah kepada pemerintah daerah

Iainnya bertujuan untuk menunjang peningkatan

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan layanan dasar

umum. Hibah kepada badan/lembaga/organisasi swasta

dan/atau kelompok masyarakat/ perorangan bertujuan untuk

meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaraan

pembangunan daerah.

o Bantuan sosial.

Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian

bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada

masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

o Belanja bagi hasil.

Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana

bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada

kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada

pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah

tertentu kepada pemerintah daerah Iainnya sesuai dengan

(32)

o Bantuan keuangan.

Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan

bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari

provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan

kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah

kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah

daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau

peningkatan kemampuan keuangan. Bantuan keuangan

yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya

diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah

daerah/pemerintah desa penerima bantuan. Bantuan

keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan

pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah

daerah pemberi bantuan.

o Belanja tidak terduga.

Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan

yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang

seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial

yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk

pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah

tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Kegiatan yang

bersifat tidak biasa yaitu untuk tanggap darurat dalam

(33)

penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan,

ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah.

b. Belanja langsung.

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Kelompok belanja langsung terdiri dari hal-hal berikut ini.

o Belanja pegawai.

Belanja pegawai untuk pengeluaran honorarium/upah

dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan

daerah.

o Belanja barang dan jasa.

Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran

pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang

dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam

melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

o Belanja modal.

Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang

dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau

pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai

manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan

dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi

(34)

3. PEMBIAYAAN DAERAH

Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 23, pembiayaan daerah

meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk

memanfaatkan surplus. Surplus APBD terjadi apabila anggaran

pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.

Defisit terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil

dari anggaran belanja daerah.

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran

pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup:

a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA),

b. pencairan dana cadangan,

c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,

d. penerimaan pinjaman daerah,

e. penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan

f. penerimaan piutang daerah.

Pengeluaran pembiayaan mencakup:

a. pembentukan dana cadangan,

b. penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah,

c. pembayaran pokok utang, dan

d. pemberian pinjaman daerah.

Secara lebih sederhana, Struktur APBD dapat dirinci sebagai berikut ini.

1. PENDAPATAN

(35)

1.1.1. Pajak Daerah,

1.1.2. Retribusi Daerah,

1.1.3. Bagian Laba Usaha Daerah, dan

1.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah.

1.2. Dana Perimbangan

1.2.1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak,

1.2.2. Dana Alokasi Umum, dan

1.2.3. Dana Alokasi Khusus.

1.3. Lain-lain Pendapatan yang sah

1.3.1. Hibah,

1.3.2. Dana Darurat,

1.3.3. Dana Bagi Hasil dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya,

1.3.4. Dana penyesuaian dan dana OTSUS, dan

1.3.5. Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya.

2. BELANJA

2.1. Belanja Administrasi Umum,

2.2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan,

2.3. Belanja Modal,

2.4. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan

2.5. Belanja Tidak Tersangka.

3. PEMBIAYAAN

3.1. Penerimaan Pembiayaan, dan

(36)

2. Dana Alokasi Umum

Menurut UU No. 25 tahun 1999, DAU adalah dana yang berasal dari

APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan

antar-daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi.

DAU ditetapkan minimal 25% dari penerimaan Dalam Negeri. 10% untuk

DAU daerah provinsi, 90% untuk DAU daerah kabupaten/kota.

DAU Provinsi = jml DAU seluruh provinsi x bobot daerah provinsi yang bersangkutan bobot seluruh daerah provinsi

DAU Kab/Kota = jml DAU seluruh kab/kota x bobot daerah kab/kota yang bersangkutan bobot seluruh daerah kab/kota

Menurut UU No. 32 tahun 2004, DAU adalah dana yang bersumber dari

APBN yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan

antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan

dan potensi daerah.

3. Pendapatan Asli Daerah

Menurut UU No. 25 tahun 1999, PAD merupakan semua penerimaan

daerah yang berasal dari potensi sumber daya yang ada di daerah.

Sumber-sumber PAD meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang

dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pajak Daerah

(37)

merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Jenis

pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan

UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci

menjadi sebagai berikut.

a. Pajak Provinsi, yang terdiri atas hal-hal berikut ini.

• Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.

• Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) dan kendaraan di atas

air.

• Pajak bahan bakar kendaran bermotor.

• Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air

permukaan.

b. Pajak Kabupaten/ kota, yang terdiri atas sebagai berikut.

• Pajak Hotel.

• Pajak Restoran.

• Pajak Hiburan.

• Pajak Reklame.

• Pajak penerangan Jalan.

• Pajak pengambilan Bahan Galian Golongan C.

• Pajak Parkir.

c. Retribusi, yang terdiri atas sebagai berikut.

• Retribusi Jasa Umum.

• Retribusi Jasa Usaha.

(38)

Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik

daerah lainnya yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal

dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Pendapatan ini terdiri atas hal-hal berikut ini.

• Bagian laba perusahaan milik daerah.

• Bagian laba lembaga keuangan bank.

• Bagian laba lembaga keuangan non bank.

• Bagian laba atas pernyataan modal/investasi.

Sedangkan lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang

berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Pendapatan ini terdiri atas

sebagai berikut.

• Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.

• Penerimaan jasa giro.

• Penerimaan bunga deposito.

• Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

• Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah.

Menurut UU No. 32 tahun 2004, PAD adalah pendapatan daerah yang

bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang

sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam

menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan

(39)

4. Belanja Daerah

Semua penerimaan dari rekening kas umum daerah, yang mengurangi

ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran.

Belanja daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya kepada masyarakat

dan pemerintahan di atasnya (pemerintah provinsi dan pemerintah pusat).

Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun

anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Di dalam APBD belanja

digolongkan menjadi lima kelompok berikut ini.

a. Belanja administrasi umum.

Belanja Administrasi umum adalah semua pengeluaran pemerintah daerah

yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan

publik. Kelompok belanja administrasi umum terdiri atas empat jenis.

i. Belanja pegawai.

Belanja pegawai merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

orang/personal yang tidak berhubungan secara langsung dengan

aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai.

ii. Belanja barang.

Belanja barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan langsung

dengan pelayanan publik.

(40)

iii. Belanja perjalanan dinas.

Belanja perjalanan dinas merupakan pengeluaran pemerintah untuk

biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara

langsung dengan pelayanan publik.

iv. Belanja pemeliharaan.

Belanja pemeliharaan merupukan pengeluaran pemerintah daerah

untuk pemeliharaan barang darah yang tidak berhubugan secara

langsung dengan pelayanan publik.

b. Belanja operasi, pemeliharaan sarana, dan prasarana publik.

Belanja operasi, pemeliharaan sarana, dan prasarana publik merupakan

semua pengeluaran pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas

atau pelayanan publik. Kelompok belanja terdiri atas sebagai berikut ini.

i. Belanja pegawai.

Belanja Pegawai merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

orang/personal yang berhubungan langsung dengan suatu aktivitas

atau dengan kata lain merupakan belanja pegawai yang bersifat

variabel.

ii. Belanja barang.

Belanja barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

penyediaan barang dan jasa yang berhubungan langsung dengan

(41)

iii. Belanja perjalanan.

Belanja perjalanan merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

biaya perjalanan pegawai yang berhubungan langsung dengan

pelayanan publik.

iv. Belanja pemeliharaan.

Belanja pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah daerah

untuk pemeliharaan barang darah yang mempunyai hubugan

langsung dengan pelayanan publik.

c. Belanja Modal

Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau

kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat

rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal terdiri atas

berikut ini.

i. Belanja publik.

Belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh

masyarakat umum.

ii. Belanja aparatur.

Belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh

masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh aparatur.

d. Belanja Transfer.

Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah

(42)

pengembalian imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut.

Belanja ini terdiri atas sebagai berikut.

i. Angsuran pinjaman.

ii. Dana bantuan.

iii. Dana cadangan.

e. Belanja Tak Tersangka

Belanja Tak Tersangka merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh

pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan

kejadian-kejadian luar biasa.

5. Website Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

(www.bpk.go.id)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat proses

perpindahan informasi. Semua informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat

dewasa ini sangat mudah diperoleh dengan menggunakan media internet.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia menggunakan media ini

untuk dapat melaporkan hasil pemeriksaan keuangannya terhadap provinsi,

kota, dan kabupaten yang ada di seluruh penjuru Indonesia. BPK RI membuat

sebuah website yang bukan saja berisi aktivitas pemeriksaan BPK namun juga

aktivitas-aktivitas BPK yang lain, termasuk isu-isu yang sedang berkembang

tentang perekonomian Indonesia.

Pada salah satu menu halaman website www.bpk.go.id, dapat dibaca

(43)

tersebut terbagi menjadi dua semester. Masing-masing semester berisi laporan

keuangan daerah yang telah diaudit beserta pendapat atau opini yang

diberikan. Masyarakat yang membutuhkan, dapat mengunduh data tersebut

secara cuma-cuma dan mempergunakannya untuk tujuan tertentu seperti

penelitian dan sebagainya.

B. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten

di Indonesia.

Kesiapan setiap daerah dalam menghadapi otonomi berbeda-beda. Bagi

daerah yang kaya akan sumber daya, kesiapannya tentu lain dengan daerah

yang miskin sumber daya. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah, bagi

daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya yang dapat diandalkan,

baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, kebijakan ini disambut

baik, mengingat lepasnya campur tangan pemerintah akan memberikan

kesempatan yang lebih cepat untuk meningkatkan kesejahteraannya (Adi,

2005). Berbeda dengan daerah yang tidak memiliki potensi yang memadai,

kebijakan ini akan memberatkan karena daerah tersebut akan kesulitan

membiayai belanja mereka. Wirawan dan Adi (2007) telah melakukan

penelitian dan membuat peta kemampuan keuangan daerah sebelum maupun

setelah otonomi. Peta keuangan daerah sebelum otonomi dimaksudkan untuk

mengetahui persiapan keuangan daerah dalam rangka menghadapi otonomi

(44)

PAD melalui ukuran share. Share merupakan rasio PAD terhadap total belanja daerah. Penelitian tersebut menyebutkan hanya 11 daerah yang memiliki

kondisi ideal dan siap memasuki era otonomi dari 98 daerah yang diteliti.

Perbedaan kesiapan antar daerah tersebut yang akhirnya melahirkan

kesenjangan horizontal antar pemerintah daerah dan kesenjangan vertikal

antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Sebagai solusi,

pemerintah menetapkan alokasi transfer dana. Salah satu dari wujud alokasi

transfer dana adalah Dana Alokasi Umum (DAU). DAU adalah dana yang

berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar-daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi. Daerah yang mempunyai kapasitas fiskal

tinggi akan mendapat pasokan dana yang lebih kecil daripada daerah yang

kapasitas fiskalnya rendah begitu sebaliknya. Masalah muncul ketika transfer

dari pusat ini direspon berbeda oleh pemerintah daerah. Pemerintah Daerah

justru menjadi tergantung pada kucuran dana dari pusat tersebut. Untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh DAU terhadap belanja daerah, Abdullah

dan Halim (2003) melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan adanya

pengaruh positif DAU terhadap belanja daerah, baik tanpa lag maupun dengan

lag. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian Sulistyawan (2004) yang

hasilnya konsisten dengan hasil penelitian Abdullah dan Halim. Dari uraian di

atas, peneliti akan melakukan pengujian tentang pengaruh DAU terhadap

belanja daerah tanpa lag maupun dengan lag 1 tahun sampai 3 tahun.

(45)

H1a : DAU2008 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan

kabupaten di Indonesia.

H1b : DAU2007 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan

kabupaten di Indonesia.

H1c : DAU2006 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan

kabupaten di Indonesia.

H1d : DAU2005 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan

kabupaten di Indonesia.

2. Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten

di Indonesia

Pemberlakuan otonomi daerah pada tahun 2000 telah membawa dampak

yang besar terhadap perekonomian daerah. Dalam TAP MPR No.

IV/MPR/2000 ditegaskan sebagai berikut.

“Kebijakan desentralisasi Daerah diarahkan untuk mencapai peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreatifitas Pemda, keselarasan hubungan antara Pusat dan Daerah serta antar daerah itu sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk menjamin peningkatan rasa kebangsaan, demokrasi dan kesejahteraan serta penciptaan ruang yang lebih luas bagi kemandirian Daerah.”

Pemerintah daerah akhirnya mempunyai keleluasaan dalam meningkatkan

kreatifitas untuk menggali potensi yang tidak mungkin dilakukan sebelum

otonomi diberlakukan. Semua potensi daerah diupayakan dan dikembangkan

agar dapat menghasilkan PAD yang dapat membantu untuk menutup belanja

daerah. PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari potensi

(46)

daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah. Pajak dan retribusi daerah mempunyai proporsi terbesar

dalam komponen PAD, sehingga muncul anggapan bahwa PAD identik

dengan pajak dan retribusi daerah.

Salah satu hasil penelitian Haryanto (2004) dinyatakan bahwa masih

rendahnya kemampuan PAD yang dihasilkan daerah terkait dengan

kewajibannya untuk membiayai pengeluaran rutin. Hanya 5 provinsi dan 4

kabupaten dan kota di Indonesia yang memiliki PAD lebih besar daripada

kewajiban pembiayaan pengeluaran rutin di tahun 2000. Kurangnya

kemampuan daerah dalam memaksimalkan potensi PADnya menjadikan

daerah cenderung memiliki ketergantungan pada sumber pendanaan yang lain,

yaitu DAU. Beberapa penelitian lain telah dilakukan untuk menguji pengaruh

PAD terhadap belanja daerah. Penelitian Abdullah dan Halim (2003)

menunjukkan adanya pengaruh PAD terhadap belanja daerah. Penelitian

Sulistyawan (2004) juga mendukung hasil penelitian tersebut. Dari uraian di

atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut ini.

H2a : PAD2008 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan

kabupaten di Indonesia.

H2b : PAD2007 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan

kabupaten di Indonesia.

H2c : PAD2006 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan

(47)

H2d : PAD2005 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota, dan

kabupaten di Indonesia.

3. Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten

di Indonesia

Daerah-daerah di Indonesia masih menunjukkan ketergantungan yang

sangat besar besar terhadap pemerintah pusat. Adi (2008) mengindikasikan

bahwa ada kecenderungan untuk tetap mempertahankan (bahkan

meningkatkan) transfer dari pemerintah pusat yang jumlahnya sangat besar,

yaitu DAU. BPS (2004) dalam Adi (2008) menyatakan ada beberapa faktor

yang menyebabkan semakin kecilnya kontribusi PAD terhadap total belanja

yaitu sebagai berikut.

1. masih adanya sumber pendapatan potensial yang dapat digali oleh Pemda

akan tetapi berada di luar wewenang Pemda.

2. rendahnya tingkat hidup dan ekonomi masyarakat yang tercermin dalam

pendapatan per kapita.

3. kurang mampunya Pemda dalam menggali sumber-sumber pendapatan

yang ada.

Penelitian tentang pengaruh DAU yang lebih kuat daripada PAD terhadap

belanja daerah telah beberapa kali dilakukan. Wirawan dan Adi (2007)

memberikan fakta empiris tidak adanya peningkatan share PAD terhadap belanja daerah. Penelitian Abdullah dan Halim (2003) menunjukkan bahwa

(48)

Sulistyawan (2004) juga menunjukkan hasil serupa. Dari uraian di atas dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut ini.

H3 : Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja pemerintah daerah

provinsi, kota, dan kabupaten di Indonesia lebih besar daripada

pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja pemerintah daerah

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu. Penelitian

terdahulu telah dilakukan oleh Abdullah dan Halim (2003), Sulistyawan (2004)

dan Ndadari dan Adi (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

terletak pada sumber data yang berbeda dan data yang berupa Laporan Realisasi

Anggaran pemerintah daerah provinsi, kota, dan kabupaten di Indonesia yang

telah diaudit BPK RI untuk periode 2005-2008.

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

telah dikumpulkan oleh para peneliti, data yang diterbitkan dalam jurnal statistik

dan lainnya, dan informasi yang tersedia dari sumber publikasi atau nonpublikasi

entah di dalam atau luar organisasi, semua yang dapat berguna bagi peneliti

(Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, data diambil dari laporan realisasi anggaran

yang diterbitkan di www.bpk.go.id. Laporan realisasi anggaran tercantum di

dalam laporan keuangan auditan BPK RI. Laporan keuangan auditan BPK RI

yang digunakan hanyalah laporan keuangan yang memperoleh pendapat wajar dan

pendapat wajar dengan pengecualian. Laporan dengan kedua pendapat tersebut

diharapkan memuat data yang lebih dapat diandalkan karena telah diaudit oleh

BPK RI dan mendapat opini yang baik sehingga layak untuk dijadikan data

penelitian. Periode waktu dibatasi pada data laporan keuangan auditan tahun

(50)

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diunduh mulai tanggal 1 Mei

2009 dan selesai pada tanggal 30 Mei 2009. Menurut waktunya, penelitian ini

merupakan penelitian gabungan antara times series (penelitian dengan menggunakan dimensi satu waktu) dan cross section (penelitian dengan

menggunakan beberapa objek penelitian).

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh laporan realisasi anggaran provinsi, kota, dan

kabupaten di Indonesia yang telah diaudit BPK RI tahun 2005-2008.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono 2002, 73). Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah provinsi, kota dan kabupaten yang mempunyai laporan keuangan

auditan BPK RI dengan pendapat wajar dan pendapat wajar dengan pengecualian

untuk periode pemeriksaan tahun 2005-2008. Jadi, kriteria sampel yang digunakan

oleh peneliti adalah berikut ini.

1. Laporan keuangan provinsi, kota, dan kabupaten yang terdapat di website

BPK RI periode pemeriksaan BPK RI tahun 2005-2008.

2. Memperoleh pendapat wajar dan pendapat wajar dengan pengecualian dari

(51)

3. Memiliki data yang lengkap, tidak rusak, dapat diunduh dengan sempurna,

dan dinyatakan sebagai hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK RI.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sampling. Teknik sampling bertujuan ini dilakukan melalui tiga tahap. Tahap

pertama menentukan provinsi, kota dan kabupaten di Indonesia yang laporan

realisasi anggarannya diterbitkan dalam website BPK RI. Tahap kedua,

menentukan provinsi, kota dan kabupaten di Indonesia yang laporan realisasi

anggarannya memperoleh pendapat wajar dan pendapat wajar dengan

pengecualian dari BPK RI. Tahap ketiga menyeleksi provinsi, kota dan kabupaten

di Indonesia yang mempunyai data DAU, PAD, dan belanja daerah yang lengkap,

serta menghilangkan daerah yang mempunyai nilai DAU, PAD, dan belanja

daerah yang sangat ekstrim. Nilai DAU, PAD, dan belanja daerah yang memiliki

perbedaan yang sangat ekstrim akan mengganggu normalitas data sehingga data

tersebut harus dihilangkan.

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data

laporan realisasi anggaran yang tercantum di dalam laporan keuangan auditan

BPK RI periode 2005-2008. Laporan yang digunakan hanyalah laporan keuangan

yang memperoleh pendapat wajar dan pendapat wajar dengan pengecualian

Laporan keuangan auditan BPK RI tersebut diunduh dari website BPK RI yaitu

(52)

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel yang akan diuji pengaruhnya, yaitu

DAU, PAD, dan belanja pemerintah daerah. Ketiga variabel tersebut digolongkan

menjadi dua kelompok sebagai berikut.

1. Variabel terikat (dependent variable).

Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti

(Sekaran, 2006). Varibel terikat dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah

(BD). Total Belanja Daerah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

realisasi total belanja yang terdapat dala laporan realisasi anggaran daerah

periode 2005-2008. Total belanja daerah tersebut meliputi semua komponen

belanja, yaitu belanja aparatur dan belanja publik. Belanja aparatur terdiri

dari belanja administrasi umum, biaya operasi dan pemeliharaan, dan

belanja modal. Belanja publik meliputi belanja administrasi umum, biaya

operasi dan pemeliharaan, belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan

keuangan, dan belanja tidak tersangka.

2. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah

secara positif atau negatif. Ada dua varibel bebas dalam penelitian ini yaitu

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Nilai DAU

adalah realisasi DAU yang terdapat dala laporan realisasi anggaran daerah

periode 2005-2008. Total PAD adalah realisasi total PAD yang terdapat dala

laporan realisasi anggaran daerah periode 2005-2008. Total PAD meliputi

(53)

pengelolaan bagian laba perusahaan milik daerah, dan lain-lain PAD yang

sah.

E. Metode Analisis Data

Alat analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

sederhana dan berganda (multiple regression). Regresi sederhana dilakukan tanpa

lag maupun dengan lag 1 tahun sampai 3 tahun. Regresi berganda digunakan

untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen yang ada (DAU dan PAD)

terhadap belanja daerah secara bersama. Data diolah dengan bantuan software

SPSS (Statistical Product and Service Sollution) version 11.5 for Windows. Model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Untuk menjawab Hipotesis 1a sampai dengan 1d

Belanja Daerah = a + b Dana Alokasi Umum + ε

Untuk menjawab Hipotesis 2a sampai dengan 2d

Belanja Daerah = a + b Pendapatan Asli Daerah + ε

Untuk menjawab Hipotesis 3

Belanja Daerah = a + b Dana Alokasi Umum + c Pendapatan Asli Daerah + ε

Model penelitian untuk melihat pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap

belanja daerah dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1

Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah

(54)

Model penelitian untuk melihat pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap

belanja daerah dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2

Model Penelitian Pengujian Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah

Model penelitian untuk melihat pengaruh Dana Alokasi Umum dan

Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja daerah dapat digambarkan sebagai

berikut.

Gambar 3

Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh DAU lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah

Tahap analisis data adalah sebagai berikut ini.

1. Analisis Deskriptif Statistik

Penggambaran data untuk mengetahui N (banyaknya data yang diolah), nilai

minimum dan maksimum data, nilai tengah atau rerata, dan deviasi standar

masing-masing variable penelitian.

Belanja Daerah

Pendapatan asli Daerah Dana Alokasi Umum

(55)

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas (Ghozali, 2006: 110) bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan

bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini

dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau

tidak, yaitu dengan analisis sebagai berikut.

i. Analisis grafik.

Dilakukan dengan cara melihat grafik histogram yang membandingkan

antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi

normal. Cara lain untuk uji normalitas dengan analisis grafik adalah

dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan

keputusan adalah sebagai berikut.

• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti

(56)

pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

ii. Analisis statistik

Menurut Ghozali (2006: 112), uji normalitas dengan grafik dapat

menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal,

padahal secara statistik bisa sebaliknya. Maka perlu didukung dengan

adanya uji statistik sederhana dengan cara melihat nilai kurtosis dan

skewness dari residual ataupun dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila kurtosis dan

skewness mendekati nol. Dalam uji Kolmogorov-Smirnov, data

dikatakan berdistribusi normal apabila lebih besar daripada angka

signifikansi 0,05 begitu pula sebaliknya.

b. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas (Ghozali, 2006: 91) bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,

maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah

variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen

sama dengan nol. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

(57)

i. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen

banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

ii. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independent. Jika antar

variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas

0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak

adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti

bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena

adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

iii. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari hal-hal berikut ini.

• Nilai tolerance dan lawannya.

Variance inflation factor (VIF)

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10. atau sama dengan nilai

VIF > 10.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi (Ghozali, 2006: 95) bertujuan menguji apakah dalam

model regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan

(58)

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Runs-Test.

Dalam uji Runs-Test data dikatakan bebas autokorelasi kalau

signifikansinya lebih dari 0.05.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 105) bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut Heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskesdatisitas. Terjadi

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

• Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

F. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier

(59)

1. Menentukan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut ini.

a. Ho1a : DAU2008 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,

kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho1a = a = 0.

HA1a : DAU2008 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,

dan kabupaten di Indonesia, atau HA1a = a¹ 0.

b. Ho1b : DAU2007 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,

kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho1b = a = 0.

HA1b : DAU2007 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,

dan kabupaten di Indonesia, atau HA1b = a¹ 0.

c. Ho1c : DAU2006 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,

kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho1c = a = 0.

HA1c : DAU2006 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,

dan kabupaten di Indonesia, atau HA1c = a¹ 0.

d. Ho1d : DAU2005 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,

kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho1d = a = 0.

HA1d : DAU2005 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,

dan kabupaten di Indonesia, atau HA1d = a¹ 0.

e. Ho2a : PAD2008 tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi,

kota, dan kabupaten di Indonesia, atau Ho2a = a = 0.

HA2a : PAD2008 berpengaruh terhadap Belanja Daerah2008 provinsi, kota,

Gambar

Gambar 3 Model Penelitian Pengujian Hipotesis Pengaruh DAU lebih besar daripada
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3 Hasil Deskripsi Statistik
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN KARIES YANG TIDAK DIRAWAT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA REMAJA USIA9. 12-18 TAHUN DI KECAMATAN

Selanjutnya kepada peserta yang lulus administrasi dan teknis akan diundang untuk kelanjutan pelaksanaan pekerjaan, terima kasih kepada seluruh peserta yang telah

Because previous studies had not evaluated follicular fluid for the presence of these two essential components of thrombin generation, one of the objectives of this study was

al divergence in Gossypium occurred between the ancestor of the A-, D-, E-, and AD-taxa and the ancestor of the C-, G-, and K-genome species (Wendel and Albert, 1992; Seelanan et

1) Changes in the governance of borders in globalization: The significant changes from state control to greater supra-national and sub-national, and public and private

Gambar 3.3 Instalasi Modem Internal terhubung ke internet apabila Anda memiliki komputer, modem, line telepon dan mendaftar pada sebuah perusahan penyedia

Untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran pada Penelitian Pendidikan Fisika digunakan program Matlab dengan menggunakan optimasi dari suatu persamaan gerak bola

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh return on asset (ROA), earning per share (EPS), debt to equity ratio (DER), dan market value added (MVA) terhadap