• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Kecil (Studi Deskriptif Pada Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Kecil (Studi Deskriptif Pada Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DENAH LOKASI PEMBUATAN TEMPE

Jalan Besar Belok kiri

(3)

Lokasi Pembuatan Tempe Bagian Sebelah Kiri Lokasi

LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE

(4)

Tempat Limbah Mengalir

(5)
(6)

Perendaman Kacang Kedelai Pencucian Kacang Kedelai

(7)

Cetakan Tempe Kemasan Daun Pisang Alat perekat kemasan plastik ( Impulse Sealer)

(8)
(9)
(10)

Daftar Pertanyaan Wawancara

Informasi Tentang Diri Informan Kunci

1. Nama pemilik :... 2. Alamat :... 3. Nomor Telephone / HP :...

4. Umur :

20-25 tahun 25-30 tahun 30-35 tahun 35-40 tahun > 40 tahun

6. Pendidikan terakhir :

Tidak tamat SD SD

SLTP SLTA

Sarjana

7. Apakah Ibu pernah mengikuti pelatihan tentang kewirausahaan ?

(11)

Informasi Umum Usaha

1. Berapa lama Ibu sudah menjalankan usaha ini ?

0-5 tahun 5-10 tahun

10-15 tahun 15-20 tahun > 20 tahun

2. Berapa modal awal yang diperlukan untuk mendirikan usaha ini ? <1 juta 1-2 juta > 2 juta

3. Darimana Ibu memperoleh modal awal usaha ?

Pinjaman Sendiri

Patungan/ kerjasama Sendiri dan pinjaman 4. Apakah Ibu mendaftarkan usaha Anda ke instansi pemerintah terkait ?

Ya Tidak (lanjut ke no 7) 5. Jika ya, ke instansi mana :

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Kesehatan

Lainnya, sebutkan...

6. Jika menjawab ya, apakah alasan utama Ibu mendaftar ke instansi tersebut ? Mendapatkan pembinaan Lainnya, sebutkan... Mudah mendapatkan bahan baku

Mendapatkan pinjaman modal

(12)

8. Apakah Ibu mempunyai perencanaan usaha yang tertulis?

Ya Tidak

9. Jika tidak, kenapa Ibu belum memilki?

Tidak tahu cara membuat Lainnya, sebutkan……. Malas membuat karena tidak terpakai

10. Jenis kedelai apakah yang Ibu gunakan sebagai bahan baku ? Kedelai impor Kedelai lokal Campuran

11. Apakah alasan utama Ibu menggunakan jenis bahan baku tersebut ?

Mutu Harga murah

Mudah didapat Lainnya, sebutkan...

12. Dari manakah anda mendapatkan bahan baku untuk membuat tempe ?

Koperasi Pasar

Petani Lainnya, sebutkan...

13. Apakah alasan utama Ibu mendapatkan bahan baku dari tempat tersebut ?

Mutu Harga murah

Mudah didapat Lainnya, sebutkan...

14. Apakah pembelian tersebut untuk satu kali produksi atau untuk persediaan produksi berikutnya ?

Satu kali produksi Untuk persediaan produksi berikutnya 15. Bagaimana cara pembayarannya ?

(13)

16. Apakah ada persyaratan tertentu dalam penerimaan bahan baku ?

Ya Tidak

17. Apa tindakan yang dilakukan jika bahan baku yang diterima tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan ?

Dikembalikan ke suplier

Digunakan untuk membuat produk lain Mencari supplier baru

Lainnya, sebutkan...

18. Berapa jarak lokasi sumber bahan baku yang terdekat dengan usaha Ibu ?

< 1 km 1-5 km

5-10 km > 10 km

19. Bagaimana pengaruh lokasi sumber bahan baku yang ada sekarang terhadap kelancaran proses produksi ?

Biasa saja Tidak berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh 20. Bagaimana harga bahan baku saat ini?

Murah Biasa saja

Mahal Lainnya, sebutkan……

21. Apakah Ibu selalu melakukan pencatatan dari setiap penggunaan keuangan dalam usaha anda ?

Ya Tidak

22. Apakah Ibu selalu memisahkan antara uang pribadi dan uang usaha ?

(14)

23. Apakan Ibu selalu melakukan penanaman modal dari setiap keuntungan yang diperoleh ?

Ya Tidak

24. Faktor utama apakah yang mendasari penentuan harga tempe Ibu ?

Biaya produksi Tergantung harga pasar

Jumlah permintaan Lainya, sebutkan... 25. Apakah Ibu melakukan strategi potongan harga ?

Ya Tidak

26. Jika ya, bagaimana hal tersebut dilakukan ?

Ke pelanggan tertentu Pada waktu tertentu Ke agen / distributor Lainnya, sebutkan... Jika pembelian melebihi jumlah tertentu

27. Apakah ada ciri khas tempe Ibu dibandingkan dengan pesaing?

Ya Tidak

28. jika ya, apa-apa saja:

Kemasannya Bentuknya

Harga Lainnya,sebutkan……..

Ukurannya

29. Darimanakah Ibu memperoleh pengetahuan tentang cara pembuatan tempe ?

Orang tua Teman

Kerja di industri tempe orang lain Pelatihan

(15)

30. Apakah Ibu mengalokasikan dana khusus untuk pemeliharaan peralatan ?

Ya Tidak

31.Apakah Ibu melakukan tindakan khusus dalam penanganan limbah?

Ya Tidak

32. Jika ya, bagaimanakah penanganan limbah? a. Cair

Dibuang ke tempat khusus Dibuang di sungai Lainnya, sebutkan...

b. padat

Dibuang ke tempat khusus Dibuang di sungai Dijual untuk pakan ternak Lainnya, sebutkan... 33. Produksi yang Ibu lakukan berdasarkan apa ?

Setiap hari Per-minggu

Pesanan Lainnnya, sebutkan... 34. Apa jenis kemasan utama yang digunakan dalam mengemas tempe Ibu?

Plastik Lainnnya, sebutkan... Daun pisang

35. Pernahkah suatu waktu tempe Ibu tidak terjual ?

Ya Tidak

36. Jika ya, apakah yang Ibu lakukan jika tempe yang sudah dipasarkan tetapi tidak terjual ?

Dibuang Diolah jadi produk lain

(16)

37. Menurut Ibu apakah lokasi usaha ini sudah strategis?

Ya Tidak

38. Jika ya, alasannya……….

Dekat dengan pasar tradisional Lainnya,sebutkan………. Akses yang mudah

39. Sejauh mana wilayah pemasaran tempe Ibu ?

Luar daerah Medan Lainnya,sebutkan……….

Medan

40. Kemanakah mayoritas tempe Ibu dipasarkan ?

Dijual langsung ke konsumen Dibeli agen / distributor Dititipkan ke warung Lainnya, sebutkan... 41. Alat transportasi apa yang digunakan dalam menyalurkan Tempe Ibu?

Mobil / truk Motor

Sepeda Lainnya, sebutkan...

42. Saat ini usaha Ibu belum memiliki karyawan, apakah Ibu ingin merekrut karyawan?

Ya Tidak

43. Jika ya, berapa orang:

2 3

(17)

PENENTUAN BOBOT DAN RATING

FAKTOR STRATEGIS INTERNAL DAN EKSTERNAL STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL (Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)

Oleh MEI SOFYANA SAMOSIR (100907036)

Petunjuk pengisian:

Tentukan bobot dan rating dari masing-masing faktor internal dan eksternal di bawah ini yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil tempe di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan, dengan cara memberikan skor, dimana:

Kriteria Bobot: Kriteria Rating:

0,16 - 0,20 : Sangat Penting Sangat baik = 4

0,11 - 0,15 : Penting Baik = 3

0,06 - 0,10 : Cukup Penting Cukup baik = 2 0,01 - 0,05 : Kurang Penting Kurang baik = 1 0,00 : Tidak Penting

NB: Pemberian bobot masing-masing faktor jumlahnya tidak boleh melebihi

(18)

FAKTOR STRATEGI INTERNAL BOBOT (a)

RATING (b) KEKUATAN

6. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus

7. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan

8. Kemampuan melakukan produksi secara kontiyu 9. Sudah memiliki pelanggan tetap

10. Lokasi yang cukup strategis KELEMAHAN

8. Penanganan khusus limbah cair belum ada 9. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya 10. Belum memiliki karyawan

11. Kemampuan pengusaha tempe terbatas 12. Sistem pencatatan keuangan belum ada 13. Kurangnya modal

14. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah

(19)

FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL BOBOT (a)

RATING (b) PELUANG

1. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen kesehatan

2. Adanya kebijakan impor kedelai 3. Memiliki lingkungan yang aman 4. Diversifikasi produk tempe

5. Meningkatnya kemajuan teknologi

6. Telah menjalin hubungan baik dengan pelanggan

7. Memiliki hubungan baik dengan pemasok ANCAMAN

1. Naiknya harga bahan baku

2. Keadaan cuaca yang tidak menentu

3. Perbedaan pola pikir masyarakat terhadap kemasan tempe

4. Bertambahnya jumlah pesaing baru

5. Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama 6. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain

Total 1,00

(20)

Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal dan Internal (Informan Tambahan)

FAKTOR STRATEGI INTERNAL BOBOT

(a)

RATING (b) KEKUATAN

11. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus 0,10 3 12. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan

pelanggan

0,10 3

13. Kemampuan melakukan produksi secara kontiyu 0,15 3 14. Sudah memiliki pelanggan tetap 0,10 4

15. Lokasi yang cukup strategis 0,10 3

KELEMAHAN

15. Penanganan khusus limbah cair belum ada 0,05 1 16. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya 0.05 2

17. Belum memiliki karyawan 0,05 1

18. Kemampuan pengusaha tempe terbatas 0,10 1 19. Sistem pencatatan keuangan belum ada 0,05 1

20. Kurangnya modal 0,10 1

21. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah

0,05 1

(21)

FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL BOBOT (a)

RATING (b) PELUANG

8. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen Kesehatan

0,10 3

9. Adanya kebijakan impor kedelai 0,15 1 10. Memiliki lingkungan yang aman 0,05 2

11. Diversifikasi produk tempe 0,10 3

12. Meningkatnya kemajuan teknologi 0,05 2 13. Telah menjalin hubungan baik dengan

pelanggan

0,15 3

14. Memiliki hubungan baik dengan pemasok 0,10 3 ANCAMAN

7. Naiknya harga bahan baku 0,15 1

8. Keadaan cuaca yang tidak menentu 0,02 1 9. Perbedaan pola pikir masyarakat terhadap

kemasan tempe

0,03 2

10. Bertambahnya jumlah pesaing baru 0,03 4 11. Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama 0,05 4 12. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain 0,02 4

(22)

Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal dan Internal (peneliti)

FAKTOR STRATEGI INTERNAL BOBOT

(a)

RATING (b) KEKUATAN

1. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus 0,10 4 2. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan

pelanggan

0,08 4

3. Kemampuan melakukan produksi secara kontiyu 0,10 4 4. Sudah memiliki pelanggan tetap 0,15 4

5. Lokasi yang cukup strategis 0,10 4

KELEMAHAN

1. Penanganan khusus limbah cair belum ada 0,05 1 2. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya 0,02 2

3. Belum memiliki karyawan 0,05 1

4. Kemampuan pengusaha tempe terbatas 0,05 2 5. Sistem pencatatan keuangan belum ada 0,05 1

6. Kurangnya modal 0,10 1

7. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah

0,15 2

(23)

FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL BOBOT (a)

RATING (b) PELUANG

1. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen kesehatan

0,15 4

2. Adanya kebijakan impor kedelai 0,05 3 3. Memiliki lingkungan yang aman 0,05 4

4. Diversifikasi produk tempe 0,05 4

5. Meningkatnya kemajuan teknologi 0,03 3 6. Telah menjalin hubungan baik dengan

pelanggan

0,15 4

7. Memiliki hubungan baik dengan pemasok 0,10 4 ANCAMAN

1. Naiknya harga bahan baku 0,15 1

2. Keadaan cuaca yang tidak menentu 0,02 2 3. Perbedaan pola pikir masyarakat terhadap

kemasan tempe

0,02 2

4. Bertambahnya jumlah pesaing baru 0,05 3 5. Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama 0,15 3 6. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain 0,03 2

(24)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Amir, Taufiq.2011. Manajemen Stratejik Konsep dan Aplikasi.Jakarta : Rajawali Pers.

Atmosudirdjo, Prajudi. 1982. Dasar-Dasar Administrasi Niaga. Bogor : Ghalia Indonesia.

Bungin, Burhan. 2007. Metode penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers. Chadwick, Bruce A. dkk.2010. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. New

Jersey : Universitas Brigham Young.

David, Fred R. 1998. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : PT Prenhallindo. Dirgantoro, Crown. 2004. Manajemen Stratejik. Jakarta : PT Grasindo.

Ginting, Paham. 2005. Teknik Penelitian Sosial.Medan : USU Press.

Hubeis, Musa. 2009. Prospek Usaha kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis.Bogor : Ghalia Indonesia.

Hunger, David dan Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta : Andi.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial.Jakarta : Erlangga.

Ismail, Hanif dan Darsono Prawironegoro. 2009. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Jamitko,RD. 2004. Manajemen Stratejik. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

(25)

Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Bisnis.Medan : M2000.

Nasution, M. Arif.dkk. 2008. Metodologi Penelitian. 2008. Medan : Fisip USU. Rangkuti,Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.Jakarta :

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Situmorang, Syafrizal Helmi dan Paham Ginting.2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan: USU Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong dan Sutina.2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Umar, Husein. 2005. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Wirartha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.Yogyakarta : CV Andi Offset.

Skr ipsi dan J ur nal :

Amalia, Alfi. (Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis 2012). Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada UKM Batik Semarangan di Kota Semarang.(diakses pada 21 Desember 2013 pukul 00:40)

Harahap, Uliyana. 2008. Analisis SWOT Pada Toko Budi Stiker Medan. Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Kasim, SN. dkk. (JurnalAgribisnis Vol. X (3) September 2011).Strategi

Pengembangan Usaha Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.(diakses pada 21 Desember 2013 pukul 00:36)

(26)

Sirajuddin, Sitti Nuraini.dkk.2011. Strategi Pengembangan Ternak Kelinci di Kabupaten Soppeng.Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan UNHAS.

Soraya, Dwi Vikha .2011.Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA).(diakses pada 21 Desember 2013 pukul 00:43)

Sriyana, Jaka. 2010.Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM).(diakses pada 21 Desember 2013 pukul 00:44)

Santoso, Agus. 2008. Strategi Pengembangan Bisnis Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus di UKM Kambing Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat).Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Wahyuniarso.2013. Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang. Jurusan Ekonomi

Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. (diakses pada 10 April 2014 pukul 18: 25)

Web :

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Wirartha (2006 : 154) penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya menggambarkan dan meringkaskan beberapa kondisi, situasi atau variabel. Penelitian ini bertujuan untuk melukiskan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, dan sebagainya yang merupakan objek penelitian. Dengan kata lain penelitian ini ditujukan untuk memecahkan masalah (Ginting, 2005: 14). Ada pun pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan ada data-data kuantitatif di dalamnya yaitu angka-angka atau statistik yang digunakan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha kecil tempe kedelai di Jl. Flamboyan 2 No.1 Medan.

3.3.Informan Penelitian

(28)

memberikan informasi meskipun tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial (Suyanto, 2005:172). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan informan kunci yaitu Ibu Sari sebagai pemilik usaha dan informan tambahan 1 orang yang lebih mengerti dan memahami tentang usaha-usaha kecil dan berperan sebagai pembanding yang memberikan pembobotan dan perangkingan pada matriks EFAS dan IFAS.

3.4. Definisi Konsep

1. Strategi adalah sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal organisasi (Jatmiko, 2003: 134).

2. Pengembangan usaha erat kaitannya dengan proses, seperti pendefinisian masalah (kekuatan-kelemahan dan peluang-ancaman), pemecahan masalah (kreativitasi), seleksi gagasan (kriteria dan uji sesuai aspek), dan pengayaan gagasan yang terkait dengan fungsi perusahaan (pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, penelitian dan pengembangan) dan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan) (Hubeis: 2009).

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah adalah definisi dari variabel-variabel yang dipilih oleh peneliti. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu :

(29)

2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.

3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.

4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

3.6.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah apa dan bagaimana cara peneliti dalam mengumpulkan data (Juliandi, 2013: 127). Dalam penelitian ini peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan melalui :

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis melihat dan mengamati sendiri, mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

b. Wawancara

(30)

c. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan peneliti dari buku, jurnal, artikel-artikel di internet yang relevan dengan penelitian ini. 3.7.Teknik Analisis Data

3.7.1.Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang intinya melihat bagaimana tanggapan terhadap butir-butir pertanyaan dengan istilah yang lebih teknis, menguji frekuensi untuk setiap variabel (Chadwick, 2010: 389). Analisis penelitian deskriptif sampai pada taraf deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik untuk memudahkan pemahaman dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang diberikan selalu memiliki dasar faktual yang jelas sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

3.7.2.Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)

Berikut adalah cara-cara penentuan Internal Factors Anaysis Summary (IFAS):

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

(31)

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor kekuatan bersifat positif diberi nilai mulai dari 1 sampai dengan 4 (sangat baik). Sedangkan faktor yang bersifat negatif, kebalikannya. Jika kelemahan perusahaan besar sekali nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan rendah nilainya adalah 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

(32)

Tabel 3.1

Tabel 3.1 di atas merupakan tabel faktor-faktor strategis internal yaitu kekuatan dan kelemahan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor yang telah diidentifikasi (Internal Factors Anaysis Summary).

Kriteria Bobot: Kriteria Rating:

0,16 - 0,20 : Sangat Penting 4 : Sangat Baik

0,11 - 0,15 : Penting 3 : Baik

(33)

3.7.3. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Berikut adalah cara-cara penentuan Eksternal Factors Anaysis Summary (EFAS):

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya, yaitu jika ancamannya sangat besar ratingnya adalah 1 tetapi jika ancamannya sedikit ratingnya 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

(34)

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

Tabel 3.2 di atas merupakan tabel faktor-faktor strategis eksternal yaitu peluang dan ancaman dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor yang telah diidentifikasi (Internal Factors Anaysis Summary).

Kriteria Bobot: Kriteria Rating:

0,16 - 0,20 : Sangat Penting 4 : Sangat Baik

0,11 - 0,15 : Penting 3 : Baik

(35)

Pada tabel IFAS dan EFAS seperti yang telah di jelaskan di atas adanya pemberian pembobotan, perangkingan, diperlukan pembanding sebagai informan tambahan dalam pemberian pembobotan dan perangkingan pada tabel IFAS dan EFAS dengan peneliti. Dan hasil rata-rata (mean) pembanding dan peneliti yang dimasukkan ke dalam tabel IFAS dan EFAS.

3.7.4.Matriks SWOT

Matriks SWOT ( Strenghts = Kekuatan, Weakness = Kelemahan, Opportunities = Peluang-peluang, threats = Ancaman) adalah suatu alat yang

penting yang dapat membantu para manajer mengembangkan tipe strateginya yang terdiri dari empat kemungkinan, yaitu: perpaduan antara Kekuatan- Peluang (SO), perpaduan antara Kelemahan-Peluang (WO), perpaduan Kekuatan-Ancaman (ST), dan perpaduan antara Kelemahan- Kekuatan-Ancaman (WT)

(36)

TREATHS (T)

Dari tabel 3.3, dapat dilihat penjelasan dari masing-masing strategi: a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

(37)

Gambar 3.1

Diagram Cartecius Analisis SWOT

III. Mendukung Strategi Turn Around I.Mendukung Strategi Agresif

IV. Mendukung Strategi Defensif II.Mendukung Strategi Diversifikasi

Sumber : Rangkuti (2009: 19)

Dari gambarl 3.1, dapat dilihat penjelasan dari masing-masing kuadran: Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented startegy).

Kuadran II : Meskipun mengahadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan

BERBAGAI ANCAMAN BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN INTERNAL

(38)

kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus pada strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Usaha

Hasil wawancara dan diskusi dengan pemilik sekaligus pengelola usaha kecil tempe ini diperoleh informasi bahwa usaha ini dimulai dari pembuatan tempe skala sangat kecil yaitu dengan menggunakan kacang kedelai 3 kg pada tahun 2007. Pada waktu itu Ibu Sari baru menikah, dan tidak ingin lagi menjadi pekerja di tempat orang lain. Ibu Sari membuat tempe dengan usaha coba-coba dan ternyata Ibu Sari berhasil membuat tempe tersebut. Dan untuk pemasarannya, Ibu Sari memanfaatkan peluang, di mana suami Ibu Sari bekerja di tempat Bapaknya sendiri yaitu seorang pengusaha tahu Sumedang.Suami beliau tersebut bekerja sebagai pengantar tahu kepada pelanggan-pelanggan tahu tersebut, dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Ibu Sari untuk memperkenalkan tempenya kepada orang-orang. Ketika suami beliau mengantar tahu ke tempat langganan Bapaknya, tempe buatan Ibu Sari juga diletakkan untuk dijual oleh langganan tahu tersebut.

(40)

bertambah dan daerah pemasarannya sudah mulai tersebar.Sampai saat ini Ibu Sari mengelolanya sendiri dan suaminya tanpa seorang pun karyawan. Dan tempe-tempe yang dibuat oleh Ibu Sari ini berdasarkan pesanan ataupun permintaan oleh pelanggan mulai dari bentuk, ukuran, kemasan maupun jumlah tempe yang diminta. Adapun kemasan tempe yang digunakan yaitu daun pisang dan plastik polos. Saat ini juga tempe buatan Ibu Sari tersebut sudah terdaftar di instansi pemerintah yaitu ijin laik sehat dari Depertemen Kesehatan.

4.1.2. Kegiatan Usaha kecil Tempe

Kedelai yang digunakan untuk pembuatan tempe adalah kedelai impor. Pengusaha tidak menggunakan kedelai dalam negeri atau lokal karena kedelai lokal sulit didapat dan tidak cocok dijadikan menjadi tempe karena ukuran kacang kedelai lokal lebih kecil dan jika sudah dimasak tidak mengembang sehingga dapat mengurangi keuntungan. Pengusaha membeli kedelai langsung dari daerah KIM Mabar dan kedelai tersebut diantar langsung ke tempat.

4.2. Penyajian Data

4.2.1. Identitas Informan Informan Kunci

Nama : Ibu Sari ( Iis Simarmata) Umur : 31 Tahun

(41)

Imforman Tambahan

Nama Lengkap : Rizky Putra SE,MSi

Usia : 26 Tahun

Pekerjaan : Konsultan Bisnis Pendidikan Terakhir : S-2 Ilmu Manajemen 4.3 Analisis Data dan Pembahasan

4.3.1. Analisis Lingkungan Usaha

Analisis lingkungan diperlukan untuk menilai lingkungan usaha kecil tempe kedelai di JL. Flamboyan 2 No. 1 Medan secara keseluruhan yang meliputi faktor-faktor yang berada di dalam (internal) dan berada di luar (eksternal) yang dapat mempengaruhi pengembangan usaha tersebut.

4.3.1.1. Analisis Lingkungan Internal a. Produksi dan Operasi

Jenis dan kualitas kedelai yang diperoleh usaha ini dari pemasok kualitasnya bagus. Dalam proses produksi, proses dilakukan secara manual dan hanya ada mesin dompeng yang berfungsi untuk memecah kacang kedelai tersebut setelah direbus. Proses produksi dilakukan setiap hari dan berdasarkan pesanan dari pelanggan-pelanggan. Adapun kemasan yang digunakan dalam pembuatan tempe ini adalah kemasan dengan daun pisang dan plastik polos dan jenis kemasan itu digunakan berdasarkan permintaan pelanggan begitu juga dengan ukurannya, jadi pengusaha hanya menentukan harga saja.

(42)

membuatnya lumayan rumit, harus mempersiapkan cetakan untuk setiap ukuran, adapun cetakannya itu berbentuk persegi panjang dan seringkali belum saatnya penjualan, daun pisang tersebut sudah layu dan terlihat jelek dan harus menggantinya pada saat penjualan karena kalau tidak diganti tidak akan ada orang yang membelinya padahal isinya bagus. Dan hal ini dapat mengakibatkan penambahan biaya dan ditambah lagi harga daun pisang saat ini sudah dikategorikan mahal.

Jika pengusaha disuruh memilih untuk menggunakan kemasan apa, pengusaha lebih memilih menggunakan kemasan plastik. Menurut pengakuan pengusaha kualitas tempe yang dihasilkan dari dua kemasan berbeda tersebut adalah sama, hanya saja ada beberapa pembeli lebih menyukai kemasan daun pisang karena menurut pengakuan mereka wangi tempenya lebih terasa atau terlihat alami. Walaupun produksinya berdasarkan pesanan pelanggan, tetapi rata-rata produksi per hari itu ±1.300 batang dengan dasar hitungan ukuran kecil dan telah menghabiskan kacang kedelai per hari itu ±50 kg. Adapun alasan pengusaha memproduksi tempe berdasarkan pesanan untuk menjaga agar tidak ada tempe yang bersisa dan tidak laku terjual yang dapat mengakibatkan pembusukan dan berakibat kerugian.

(43)

tetangga yang komplain tentang hal tersebut, karena lokasi produksi tersebut adalah lokasi yang jarang penduduk atau hanya ada beberapa rumah saja dan keadaan itu juga yang membuat pengusaha memilih lokasi itu untuk membuka usaha ini.Dan untuk limbah padat berupa kulit kacang, itu digunakan untuk makanan ternak.

b. Sumber Daya Manusia

Pada usaha ini belum ada karyawan, tetapi pengusaha ingin juga merekrut karyawan dengan jumlah 2 orang.Dan menurut pengakuan pengusaha sampai saat ini belum ada orang yang ditemukan untuk dijadikan karyawan, dengan alasan sulit untuk mendapatkannya. Terkadang pengusaha kewalahan dalam menyelesaikan pembuatan tempe setiap harinya disamping dia juga seorang ibu rumah tangga yang mengurusi keluarga, apalagi kalau ada pesanan di luar batas produksi per harinya terkadang sampai tidak sanggup membuatnya. Jadi intinya pada sumber daya manusia ini pengusaha masih mencari karyawan.

c. Keuangan

(44)

cap sebagai identitas tempe buatan sendiri, pengusaha mengakui belum memiliki modal yang cukup untuk hal tersebut dan masih adanya keraguan.

d. Pemasaran

Pemasaran merupakan proses akhir dari sebuah usaha. Dari pemasaran yang efektiflah didapatkan keuntungan.Dalam sistem pemasaran terdapat model-model pemasaran yang dipilih oleh suatu usaha sebagai strategi meraih pasar sebanyak-banyaknya. Model pemasaran yang dilakukan pada usaha tempe ini adalah dengan dua jenis yaitu mengantarkan langsung barang ke pelanggan pemesan dan ada juga dijemput langsung oleh pelanggan. Adapun tempat pemasaran tempe tersebut yaitu di pasar tradisional simpang Melati (yang biasa disebut pajak Melati), pasar tradisional Tanjung Rejo, pasar tradisional pasar 2 Tanjung Sari, Pasar tradisional pasar 5 Padang Bulan (yang biasa di sebut pajak pagi Padang Bulan), pasar tradisional Simalingkar, penjual gorengan, dan sebagainya.

(45)

tempat pelanggan.Pelanggan-pelanggan yang disebutkan di atas merupakan pelanggan-pelanggan tetap.Untuk menambah pasar, pengusaha belum gencar Karen kemampuan yang dimiliki masih terbatas karena tidak memiliki karyawan jika pelanggannya bertambah. Adapun harga tempe yang dijual pengusaha adalah mulai dari harga Rp 700,- sampai harga Rp 5.000,- di mana harga-harga tersebut ditentukan berdasarkan ukurannya.

4.3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal a. Analisis Lingkuangan Makro

Faktor-faktor lingkungan makro pada usaha kecil tempe kedelai ini adalah: 1. Faktor Kebijakan Pemerintah

Politik dan hukum yang terdiri dari undang-undang kebijakan pemerintah, lembaga pemerintah, dan kelompok berpengaruh pada keputusan penyusunan strategi usaha. Adanya kebijakan pemerintah tentang ijin seperti ijin laik sehat departemen kesehatan untuk pengusaha makanan seperti usaha tempe ini untuk memastikan bahwa makanan tersebut bebas dari zat-zat berbahaya seperti bahan pengawet dan dapat dikatakan bersih dan sehat jika dikonsumsi. Usaha ini sudah mendaftarkan tempenya tersebut kepada departemen kesehatan dan telah dijamin bahwa tempe tersebut bebas dari zat pengawet, bersih dan sehat. Sehingga dengan hasil tersebut, pengusaha lebih percaya diri untuk memasarkan tempenya kemana pun karena telah ada lembaga yang menjaminnya.

(46)

yang tidak sanggup memenuhi permintaan pasar. Dan menurut pengakuan pengusaha tempe ini, kacang kedelai impor lebih cocok dijadikan sebagai tempe dibandingkan dengan kacang kedelai lokal. Selain karena cocok untuk dijadikan tempe kacang kedelai impor lebih mudah mendapatkannya. Untuk mengatasi mahalnya kacang kedelai impor tersebut, pengusaha mengurangi timbangan ataupun takaran kacang kedelai dari timbangan biasanya dalam setiap kemasan. 2. Faktor Ekonomi

Menurut pengusaha, keadaan ekonomi saat ini dikatakan tidak baik karena naiknya harga sembako, seperti harga kacang kedelai saat ini telah mencapai harga Rp 8.300/kg. Pengusaha mengatakan bahwa harga kacang kedelai yang standar itu seharga Rp 7.500/kg dan kalau masih seharga Rp 8000-an itu dikatakan mahal.

3. Faktor Sosial, Budaya, dan Demografi

(47)

Untuk cuaca yang terkadang tidak menentu, membuat kesiapan dari pengusaha tempe ini untuk mengantisipasi agar fermentasi tempenya tidak rusak yang mengakibatkan pembusukan. Jika cuaca panas, tempe yang sudah dikemas yang telah disusun di dalam keranjang akan cepat panas dan tempe tersebut harus segera di gantungkan di tempat penggantungan atau rak tempe yang telah disediakan pemilik. Jika cuaca dingin atau hujan, pengusaha juga harus lebih teliti dalam pemberian ragi pada kacang kedelai. Jika dalam keadaan tersebut, biasanya takaran ragi lebih banyak agar proses fermentasinya bagus.

4. Faktor Teknologi

Penggunaan teknologi akan memberikan efektivitas dan efisiensi yang berpengaruh terhadap biaya operasional. Pengusaha tempe ini sudah menggunakan teknologi seperti mesin yang biasa disebut mesin dompeng yang berfungsi untuk memecah kacang kedelai, di mana pada saat belum menggunakan mesin tersebut harus membutuhkan waktu lama karena dilakukan secara konvensional dengan cara memasukkan ke dalam karung dan kemudian menginjak-injaknya.

(48)

penambahan atau pengurangan jumlah tempe yang dipesan diakibatkan sesuatu hal tinggal telepon saja. Sehingga biaya operasional pun lebih efisien.

b. Analisis Lingkungan Industri

Analisis lingkungan industri dilakukan berdasarkan konsep lima kekuatan bersaing Porter, yaitu:

1. Ancaman Masuknya Pendatang baru

Masuknya sejumlah pendatang baru dalam bisnis tempe menimbulkan ancaman besar bagi pengusaha tempe yang sudah ada, misalnya kapasitas tempe yang bertambah yang mengakibatkan perebutan konsumen. Pendatang baru bisa saja datang dari luar daerah ataupun masih satu daerah. Adapun indikasi ancaman tersebut dapat dilihat dari mudahnya memulai bisnis tempe dengan modal yang sedikit.

2. Persaingan Sesama

(49)

hubungan baik dengan pelanggan-pelanggan tetap yang selama ini telah dibangun. Dan ada juga pesaing yang berasal dari luar daerah Medan seperti daerah Binjai yang menyebabkan persaingan yang sangat ketat.

3. Ancaman Produk Subsitusi

Pengertian produk subsitusi adalah produk yang memiliki karakteristik yang berbeda, namun memberikan fungsi yang sama. Munculnya produk substitusi akan mengancam jumlah permintaan apalagi kalau harga yang ditawarkan tersebut lebih murah. Tetapi untuk saat ini, belum ada ditemukan produk pengganti tempe.

4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli atau pelanggan dalam dunia bisnis ibarat raja dan ratu yang dapat menawar dan meminta sesuai kehendaknya yang bermaksud pembeli mampu mempengaruhi pengusaha untuk memotong harga, meningkatkan mutu, dan pelayanan. Pelanggan usaha tempe ini cukup tersebar di daerah Medan walaupun yang paling jauh dari lokasi produksi adalah Simalingkar dan Padang Bulan. Pelanggan-pelanggan usaha tempe ini memesan tempe dengan permintaan sendiri-sendiri mulai dari bentuk, kemasan, dan ukuran ditentukan oleh sendiri-sendiri oleh pembeli.

(50)

tidak terduga seperti sakit yang membuat pelanggan tidak bisa berjualan, maka yang dilakukan pengusaha tempe tersebut menjualnya sendiri. Kekecewaan itu pasti ada tetapi untuk menjaga hubungan baik itu dilakukan dengan ikhlas oleh pengusaha karena hal tersebut salah satu risiko dalam menjalankan usaha ini.

Cara pembayaran yang dilakukan pelanggan ada yang cash dan ada juga gali lobang tutup lobang. Biasanya pelanggan yang datang menjemput ke tempat itu membayarnya secara cash dan pelanggan yang meminta diantar ke tempat biasanya setelah terjual lalu dibayar. Pengusaha dan pelanggan sudah saling percaya akan hal tersebut, tidak ada lagi keraguan dalam menjalankan keadaan yang seperti itu.

5. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Pemasok kacang kedelai pada usaha ini adalah dari gudang besar KIM Mabar. Dulunya usaha ini memasok kacang kedelai dari gudang kecil Tanjung Sari. Tetapi saat ini lebih memilih dari daerah KIM Mabar karena pelayanannya sama saja yaitu langsung antar ke tempat dan pengusaha lebih suka dari gudang besarnya saja. Persyaratan yang dilakukan oleh pengusaha tempe dengan pemasok ada yaitu jika ada kacang kedelai yang rusak dapat dikembalikan kepada pemasok.

Biasanya pengusaha tempe ini memasok kacang kedelai sebulan sekali yaitu 1 Ton untuk 30 hari, di mana untuk 1 hari kacang kedelai yang digunakan 50 kg (1 karung).

(51)

mengantisipasi kalau persediaan kacang kedelainya tinggal 3 karung yaitu masing-masing 50 kg/karung beliau langsung memesan kepada pemasok dan pemasok pun tidak pernah terlambat mengirimkannya.

4.4. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil tempe. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Identifikasi Faktor Kekuatan

Usaha tempe ini adalah salah satu yang memasok tempe di daerah Medan terutama di pasar-pasar tradisional yang dekat dengan lokasi usaha ini. Usaha tempe ini merupakan usaha yang mudah untuk dilaksanakan. Dalam faktor produksi dan operasi usaha tempe ini mempunyai kekuatan antara lain kualitas tempe yang dihasilkan bagus, kemampuan memenuhi permintaan pelanggan yang bermacam-macam bentuk atau ukuran sesuai keinginan pelanggan, memiliki kemampuan melakukan produksi setiap hari secara rutin sehingga pengusaha selalu ada persediaan untuk hari-hari berikutnya. Hal ini dilakukan agar setiap hari pengusaha mampu mencukupi kebutuhan konsumen dan kepercayaan dari pelanggan tetap terjaga sehingga tidak berpindah ke tempat lain.

(52)

karenatelah memiliki pelanggan tetap dan pelanggan-pelanggan terbanyak adalah yang dekat dengan lokasi usaha tersebut. Untuk pelanggan yang jauh dari lokasi tersebut mudah juga untuk menjangkau tempat tersebut karena tidak jauh dari jalan besar.

b. Identifikasi Faktor Kelemahan

Faktor internal yang menjadi kelemahan usaha tempe ini adalah faktor produksi dan operasi dalam hal kemasan daun pisang yang dapat membuat penambahan biaya. Untuk faktor sumber manusia, usaha ini belum memiliki karyawan dengan alasan sulit untuk menemukannya, jadi kemampuan pengusaha tempe ini terbatas. Faktor keuangan sangat terlihat sekali kelemahannya. Tidak adanya pencatatan transaksi atau pembukuan keuangan. Dan untuk modal dalam pengembangan usahanya belum mencukupi. Usaha tempe ini sejauh ini belum gencar dalam melakukan promosi untuk menambah pelanggannya, masih mengandalkan pelanggan-pelanggan tetapnya menjadi suatu kekuatan sehingga jika terjadi sesuatu hal terhadap pelanggan, pengusaha tempe ini ikut terimbas terhadap kejadian tersebut.

c. Identifikasi Faktor peluang

(53)

sebagai lauk-pauk saja tetapi berbagai jenis makanan tambahan atau jajanan dari tempe merupakan peluang bagi pengusaha tempe untuk mengembangkan usahanya. Sebagai usaha yang masih dikatakan kategori kecil untuk pasar tradisional, usaha tempe ini ikut memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu dengan pemakaian telepon seluler dan kendaraan bermotor untuk memudahkan kegiatan transaksi dan pemasaran kepada pelanggan sehingga dapat mengefisienkan biaya produksi. Adanya hubungan baik antara pengusaha yaitu sikap saling percaya dan tidak saling mengecewakan antara pembeli/pelanggan dan pemasok.

d. Identifikasi Faktor Ancaman

Keadaan ekonomi saat ini dikatakan tidak baik karena naiknya harga sembako, seperti harga kacang kedelai saat ini telah mencapai harga Rp 8.300/kg. Keadaan cuaca yang terkadang tidak menentu harus membuat pengusaha tempe siap siaga untuk mengantisipasi agar fermentasi tempe tidak gagal. Masuknya pendatang baru bisa menyebabkan persaingan yang ketat bahkan bisa terjadi persaingan yang tidak sehat sesama produsen, dan kondisi ini dapat mengakibatkan perebutan sumber daya dan pelanggan.

(54)

Tabel 4.1

Kekuatan dan Kelemahan Internal Usaha Kecil Tempe Kedelai

Faktor Internal Kekuatan Kelemahan

a. Produksi dan Sumber: Analisis Data Primer (2014)

(55)

Tabel 4.2

Peluang dan Ancaman Eksternal Usaha Kecil Tempe Kedelai

Faktor Eksternal Peluang Ancaman

a. Kebijakan Pemerintah

1.Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen kesehatan 2.Adanya kebijakan impor kedelai

b. Kondisi ekonomi 1.Naiknya harga

bahan baku

(56)

Tabel 4.2 merupakan faktor-faktor strategis eksternal atau daftar peluang dan ancaman usaha kecil tempe kedelai di atas merupakan hasil penilaian dan diskusi peneliti dan pemilik usaha yang menjadi informan penelitian.

Berdasarkan Identifikasi faktor-faktor internal yang ada pada usaha kecil tempe kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan didapatkan sejumlah kekuatan dan kelemahan yang disebut sebagai faktor strategis internal usaha.Faktor strategis tersebut kemudian dilakukan pembobotan dan perangkingan oleh informan tambahan (pembanding) dan peneliti.

Tabel 4.3

Matriks IFAS Usaha Kecil Tempe Kedelai Faktor Strategis Internal Bobot

(a)

1. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus

2. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan

3. Kemampuan melakukan produksi secara kontinyu

4. Sudah memiliki pelanggan tetap 5. Lokasi yang cukup strategis

0,10

1. Penanganan khusus limbah cair belum ada

2. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya

3. Belum memiliki karyawan

4. Kemampuan pengusaha tempe terbatas

5. Sistem pencatatan keuangan belum ada

6. Kurangnya Modal

(57)

7. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah

0,10 1,5 0,15

Sub Total 0,46 0,5825

Total 1,00 2,535

Sumber: Data Primer Diolah (2014)

Tabel 4.3 Matriks Internal Factor Analysis Summary Usaha kecil tempe Kedelai menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar daripada kelemahannya. Kekuatan memiliki sub total skor 1,9525 dan kelemahan memiliki sub total skor 0,5825. Dan hasilnya diselisihkan yaitu :1,9525 – 0,5825 = 1,37. Skor total matriks IFAS sebesar 2,535 menunjukkan posisi usaha kecil tempe kedelai sedang/rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mangatasi kelemahan yang ada pada usaha kecil ini.

Berdasarkan Identifikasi faktor-faktor eksternal yang ada pada usaha kecil tempe kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan didapatkan sejumlah peluang dan ancaman yang disebut sebagai faktor strategis internal usaha.Faktor strategis tersebut kemudian dilakukan pembobotan dan perangkingan oleh informan tambahan (pembanding) dan peneliti.

Tabel 4.4

Matriks EFAS Usaha Kecil Tempe Kedelai Faktor Strategis Eksternal Bobot

(a)

1. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen Kesehatan

2. Adanya kebijakan impor kedelai 3. Memiliki lingkungan yang aman 4. Diversifikasi produk tempe

5. Meningkatnya kemajuan teknologi 6. Telah menjalin hubungan baik

(58)

7. Memiliki hubungan baik dengan pemasok

0,10 3,5 0,35

Sub Total 0,64 2,025

Ancaman

1. Naiknya harga bahan baku 2. Keadaan cuaca yang tak menentu 3. Perbedaan pola pikir masyarakat

terhadap kemasan tempe

4. Bertambahnya jumlah pesaing baru 5. Banyaknya pesaing sesama di

daerah yang sama

6. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain

Sumber: Data Primer Diolah (2014)

(59)

Tabel 4.5

Matriks SWOT Usaha Kecil Tempe kedelai IFAS

EFAS

Kekuatan (S)

1. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus

2. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan 3. Kemampuan melakukan

produksi secara kontiyu 4. Sudah memiliki pelanggan

tetap

5. Lokasi yang cukup strategis

Kelemahan (W)

1. Penanganan khusus limbah cair belum ada

2. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya

3. Belum memiliki karyawan 4. Kemampuan pengusaha

tempe terbatas

5. Sistem pencatatan

keuangan belum ada 6. Kurangnya Modal

7. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah

Peluang (O)

1. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen

kesehatan

2. Adanya kebijakan impor kedelai

1. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas tempe serta jumlah pelanggan tetap

(S1, S2, S3, O1, O4 )

2. Menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pelanggan tetap dan pemasok

(S3,S4,O6,O7)

3. Menambah jumlah

produksi seiring bertambahnya jumlah pelanggan

(S2,S3,S5,O2,O3,O5)

Strategi WO

1. Penanganan limbah cair (W1,O3)

2. Pengadaan sumber daya manusia

(W3,W4,O5)

3. Membuat sistem pencatatan keuangan, penambahan modal, dan menambah pasar

(60)

Sumber: Data primer diolah (2014)

Dari tabel 4.5, strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Strategi SO

Strategi ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal dan memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang dihasilkan adalah:

a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas tempe serta jumlah pelanggan tetap.

Dengan memanfaatkan faktor kekuatan internal kualitas tempe yang dihasilkan bagus, kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan, kemampuan melakukan produksi secara kontiyu menjadi suatu hal untuk memanfaatkan peluang yaitu mempertahankan dan meningkatkan kualitas tempe an menambah pelanggan tetap di mana telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen Kesehatan, dan adanya diversifikasi produk tempe.

Ancaman (T)

5. Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama

6. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain

Strategi ST

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi dalam penggunaan biaya produksi

(S1,S2,S3,T1,T5,T6)

2. Menjaga serta memelihara hubungan baik dengan mitra dan menambah mitra bisnis

(S2,S3,S4,T4,T5,T6)

Strategi WT

1. Menentukan kemasan yang dapat mengefisiensi biaya produksi

(W2,W4,W6,T1,T2,T3) 2. Menjaga hubungan baik

(61)

b. Menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pelanggan tetap dan pemasok

Faktor kekuatan seperti kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan, kemampuan melakukan produksi secara kontiyu dan peluang yang dapat diambil yaitu menjaga hubungan baik yang telah lama dibangun dengan pelanggan-pelanggan tetap dan pemasok.

c. Menambah jumlah produksi seiring bertambahnya jumlah pelanggan

Adanya kekuatan kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan, kemampuan melakukan produksi secara kontiyu, lokasi yang cukup strategis dapat memanfaatkan peluang untuk menambah jumlah produksi dengan diikuti menambah jumlah pelanggan tetap yang didukung dengan adanya kebijakan impor kedelai sehingga tidak sulit untuk mencari bahan baku, memiliki lingkungan yang aman untuk kelancaran proses produksi, dan meningkatnya kemajuan teknologi dan lokasi yang strategis yang dapat membantu keefektifan dalam hal produksi, maupun pemasaran.

2. Strategi WO

Strategi ini merupakan strategi yang memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Alternatif strategi yang dihasilkan adalah:

a. Penanganan limbah cair

(62)

dengan segera melakukan tindakan penanganan limbah cair tersebut supaya kondisi lingkungan tetap aman.

b. Pengadaan sumber daya manusia

Kelemahan internal yang dimiliki yaitu belum memiliki karyawan dan kemampuan pengusaha tempe terbatas dapat diatasi dengan pengadaan sumber daya manusia dengan bantuan peluang meningkatnya kemajuan teknologi dalam hal menemukan karyawan yang tepat dan membantu pengusaha dalam memproduksi serta memasarkan tempe.

c. Membuat sistem pencatatan keuangan, penambahan modal, dan menambah pasar

Belum adanya sistem pencatatan keuangan secara tertulis merupakan suatu kelemahan dan harus segera diperbaiki karena dengan demikian biaya-biaya yang dikeluarkan dapat diketahui dengan benar dan keuntungan yang diperoleh. Adanya peluang dari Departemen Kesehatan yang telah menjamin produk bias dimanfaatkan sebagai promosi dengan adanya modal yang cukup seperti membuat kemasan yang mencantumkan cap ijin departemen kesehatan. Diversifikasi produk tempe saat ini dapat digunakan dalam menambah pasar yang lebih banyak lagi.

3. Strategi ST

Strategi ini merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan internal untuk mengurangi ancaman eksternal. Alternatif strategi yang dihasilkan adalah: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi dalam penggunaan

(63)

Meningkatkan kualitas dan kuantitas tempe didukung dengan kekuatan bahwa kualitas tempe yang dihasilkan bagus, kemampuan memenuhi sesuai keinginan konsumen dan dapat memproduksi secara kontinyu merupakan hal yang dapat mengurangi ancaman seperti naiknya bahan baku, banyaknya pesaing ssejenis dari dalam dan luar daerah sehingga pelanggan-pelanggan tidak akan berpaling dan pengusaha tidak rugi.

b. Menjaga serta memelihara hubungan baik dengan mitra dan menambah mitra bisnis

Kekuatan-kekuatan yang telah diperoleh dalam hal pemenuhan kebutuhan pelanggan sesuai dengan apa yang telah diharapkan dapat menambah pelanggan serta mempertahankan pelanggan dari ancaman adanya pesaing baru, pesaing dari dalam dan luar daerah yang dapat merebut pelanggan ataupun pasar.

4. Strategi WT

Strategi ini merupakan strategi yang mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman. Alternatif strategi yang dihasilkan adalah:

a. Menentukan kemasan yang dapat mengefisiensi biaya produksi

(64)

b. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar, mengadakan karyawan, menambah pelanggan, meningkatkan pelayanan dan meningkatkan daya saing.

Kelemahan-kelemahan internal seperti penanganan khusus limbah cair belum ada, belum memiliki karyawan, dan kemampuan pengusaha tempe terbatas serta ancaman-ancaman bertambahnya jumlah pesaing baru, banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama, masuknya pesaing sesama dari daerah lain dapat diatasi dengan menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dengan cara segera menangani pepbunagan limbah cair. Mengadakan karyawan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Menambah pelanggan, menungkatkan pelayanan dan daya saing untuk menghindari ancaman-ancaman yang mungkin datang dari pesaing.

4.5.Diagram Cartecius Analisis SWOT

Peneliti mengadakan analisis strategis dalam melihat peluang dan ancaman usaha, dan dibandingkan dengan kekuatan dan kelemahan, dalam melihat strategi pengembangan usaha yang dapat ditunjukkan dengan menggunakan diagram cartecius analisis SWOT yang mengidentifikasikan posisi usaha dalam 4 strategi. Hasil perbandingan analisis internal (kekuatan dan kelemahan) dengan analisis eksternal (peluang dan ancaman), berdasarkan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Sumbu (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan sedangkan sumbu (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

(65)

Nilai sumbu y : O = 2,025 dan T = 0,77 Hasil selisih = 1,255

Gambar 4.1

Diagram Cartecius Analisis SWOT Usaha Kecil Tempe Kedelai O (+2,025)

Kuadran I ( Strategi Agresif ) (+1,255)

W (-0,5825) S (+1,9525)

(+1,37)

T (-0,77) Sumber: Data Primer Diolah (2014)

(66)

4.6 Pembahasan

Pada hasil analisis data yang diperoleh, menunjukkan bahwa Usaha Kecil Tempe Kedelai ini memiliki skor nilai yang baik dalam lingkungan internal berada pada posisi strength dan skor nilai yang baik dalm lingkungan eksternalnya yaitu berada pada posisi opportunity dan posisi strategi pengembangan usaha menurut diagram cartecius analisis SWOT berada pada kuadran I yaitu strategi SO sehingga menunjukkan usaha ini memiliki lingkungan dengan adanya kekuatan yang mendorong untuk memanfaatkan peluang tersebut. kondisi menyarankan strategi yang berorientasi pada mendukung strategi agresif ( Growth Oriented Strategy).

(67)

Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nurul Laela F. H (2009) dengan judul “Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten”. Di mana dalam penelitiannya menyatakan bahwa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalammengembangkan usaha tempe di Kabupaten Klaten yaitu perbaikan sarana dan prasarana produksi, dansumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah; Meningkatkandan mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi penggunaan sarana dan prasaranaproduksi; Meningkatkan kualitas sumber daya pengusaha secara teknis, moral dan spiritual melaluikegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing tempe.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuniarso. 2013. Dengan judul: ”Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang”. Di mana pada penelitiannya, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang adalah dengan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal.Artinya strategi yang diterapkan lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit yang di sebabkan oleh ancaman-ancaman.

(68)
(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor strategis kekuatan internal yaitu: Kualitas tempe yang dihasilkan bagus, kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan, kemampuan melakukan produksi secara kontinyu, sudah memiliki pelanggan tetap, dan lokasi yang cukup strategis. Sedangkan faktor strategis kelemahan internal yaitu: penanganan khusus limbah cair belum ada, kemasan daun pisang dapat menambah biaya, belum memiliki karyawan, kemampuan pengusaha tempe terbatas, sistem pencatatan keuangan belum ada, kurangnya modal, dan pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah.

(70)

Bertambahnya jumlah pesaing baru, Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama, dan Masuknya pesaing sesama dari daerah lain.

3. Dilihat dari matriks IFAS skor nilai kekuatan lebih besar dibandingkan dengan skor nilai kelemahan. Dan dari matriks EFAS skor nilai peluang lebih besar dibandingkan dengan skor nilai ancaman, yang menunjukkan bahwa usaha tempe kedelai ini berpotensi untuk dikembangkan.

4. Dari analisis data yang dilakukan, melalui matriks IFAS menunjukkan kemampuan usaha kecil tempe kedelai dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan masih rata-rata atau sedang. Begitu juga dengan kemampuan usaha kecil tempe kedelai untuk memanfaatkan peluang dalam mengatasi ancaman menunjukkan bahwa sudah mempunyai strategi yang baik.

(71)

memperluas wilayah pasar yang akan diiringi pertambahan pelanggan untuk mengantisipasi hilangnya pelanggan tetap yang sudah ada.

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh, saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Dalam mengembangkan usahanya, usaha kecil tempe kedelai di JL. Flamboyan 2 No. 1 Medan harus dapat mengatasi kelemahan internalnya, seperti belum memiliki karyawan yang menyebabkan kemampuan pengusaha terbatas, ini segera diatasi dengan merekrut karyawan sehingga dapat meningkatkan produksi dan mampu untuk melakukan perluasan pasar serta menambah pelanggan. Dan juga segera melakukan pencatatan keuangan untuk melihat kelayakan usaha ini yang terlihat dari data-data keuangannya.

2. Meningkatkan pemasaran untuk memperluas wilayah pasar untuk dapat bersaing dengan pesaing-pesaing yang ada sehingga usaha kecil tersebut dapat bertahan.

(72)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Strategi

2.1.1. Pengertian Strategi

(73)

Dari beberapa pendapat mengenai definisi strategi di atas maka dapat dikatakan bahwa strategi merupakan rencana-rencana yang dibuat oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan yaitu agar mampu mengikuti perubahan lingkungan yang terjadi dan memiliki keunggulan kompetitif. Suatu perusahaan untuk mempertahankan dan sekaligus meningkatkan usahanya dengan cara merencanakan strategi-strategi yang mantap dan terarah di mana perusahaan harus mampu memanfaatkan peluang usahanya dengan sebaik-baiknya.

2.1.2. Jenis-Jenis Strategi

Menurut Jatmiko (2003: 115) Pada dasarnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan empat (4) jenis strategi yaitu :

1. Strategi Pertumbuhan atau Ekspansi

Perusahaan harus tumbuh untuk memuaskan pemiliknya. Pertumbuhan suatu perusahaan merupakan hasil dari variabel-variabel produk atau jasa yang dihasilkan, kondisi lingkungan eksternalnya, kemampuan dan skill manajemennya. Pertumbuhan menjamin kelangsungan organisasi dalam jangka panjang, atau dengan kata lain perusahaan/organisasi harus tumbuh jika ingin survive.

Terdapat beberapa jenis strategi yang dikategorikan dalam strategi pertumbuhan, yaitu:

a. Pertumbuhan Konsentrasi

(74)

Strategi konsentrasi merupakan strategi untuk meningkatkan penggunaan produk-produk yang telah ada di dalam pasar yang ada. Terdapat tiga pendekatan dasar untuk menerapkan strategi konsentrasi, yaitu:

1. Pengembangan Pasar (Market Development)

Pengembangan pasar adalah memperluas pasar dari bisnis produk/jasa semula atau produk yang sudah ada. Pengembangan pasar dapat dilakukan dengan memperluas bagian pasar dari pasar semula, memperluas wilayah pasar, atau memasuki segmen pasar baru.

2. Pengembangan Produk (Poduct Development)

Pengembangan produk adalah memilih produk/jasa dasar menambahkan produk/jasa yang sangat berkaitan yang dapat dijual pada pasar semula, atau dengan kata lain mengembangkan produk-produk baru untuk melayani pasar yang sudah ada.

3. Integrasi Horizontal (Horizontal Integration)

Integrasi horizontal terjadi apabila suatu organisasi perusahaan menambah satu atau lebih bisnisnya yang memproduksi produk/jasa yang sejenis dioperasikan pada pasar produk yang sama.

b. Strategi Integrasi Vertikal

(75)

sebaliknya, bila suatu bisnis bergerak ke arah yang melayani pelanggan atau pemakai akhir suatu produk maka disebut integrasi vertikal ke depan.

c. Strategi diversifikasi

Diversifikasi terjadi apabila suatu organisasi bergerak ke arah bidang usaha yang menghasilkan produk yang secara jelas berbeda dari jenis semula. 2. Strategi Stabilitas

Strategi stabilitas berarti organsasi tetap melanjutkan pekerjaan atau aktivitas yang sama dengan yang sebelumnya. Asumsi strategi stabilitas adalah bahwa lingkungan eksternal tidak akan mengalami perubahan yang signifikan pada jangka pendek. Kunci keberhasilan strategi stabilitas adalah pada sistem monitoring lingkungan eksternal dan pengalaman manajemen dalam menentukan waktu yang tepat untuk merespon perubahan kondisi pasar.

3. Strategi Penciutan

Strategi penciutan (Retrenchment) disebut juga strategi bertahan (Defensive), atau strategi penyehatan. Perusahaan yang menerapkan strategi ini merasa bahwa strateginya tidak sesuai dengan sasaran atau misi dasarnya. Sehingga perusahaan merasa perlu mengurangi skala operasinya.

Adapun jenis-jenis strategi penciutan adalah :

a. Cutback dan Turnaround

Cutback dan Turnaround adalah strategi penyehatan perusahaan yang

(76)

b. Divestasi (Divestment)

Divesment adalah strategi penyehatan atau penciutan perusahaan yang

bertujuan mengeliminasi kerugian dan memotong biaya-biaya tetap yang ditanggung perusahaan dengan cara menjual sebagian asset atau kekayaan yang dimiliki organisasi perusahaan.

c. Likuidasi (Liquidation)

Likuidasi adalah strategi penciutan atau penyehatan perusahaan dengan menjual seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Terdapat dua jenis likuidasi, yaitu liquidation by choice yaitu likuidasi yang dilakukan karena memang pilihan yang diambil oleh pihak perusahaan dan liquidation by force yaitu likuidasi yang dilakukan karena memang kondisi keuangan perusahaan sudah tidak sehat dan sangat buruk.

d. Kebangkrutan (Bankcruptcy)

Suatu perusahaan dikatakan bangkrut jika pemilik perusahaan tidak dapat lagi menjalankan usahanya.

4. Strategi kombinasi

(77)

2.2. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi

Sebuah perusahaan dapat menggunakan analisis situasionalnya untuk memulai proses perumusan strategi. Manajemen menganalisis baik lingkungan internal maupun eksternal sampai tingkat tertentu untuk menemukan tingkat kompetensi yang akan memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang baru berkembang. Perumusan strategi untuk perencanaan jangka panjang. Dan pembuat strategi harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan yaitu apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada situasi sekarang. Analisis SWOT (Strength,Weakness, Opportunity dan Threat) harus mengidentifikasikan kompetensi keahlian tertentu

dari sumber-sumber yang dimiliki dan cara yang unggul yang digunakan sehingga membuat perusahaan berbeda.

Analisis ini didasarkan kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) suatu pasar. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis itu disebut perencanaan strategis yang tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.

2.2.1. Analisis Lingkungan Internal

(78)

organisasi lemah. Menurut Hunger (2003: 159) Para manajer strategis harus dapat mengenali variabel-variabel dalam perusahaan yang merupakan kekuatan atau kelemahan yang penting. Sebuah variabel merupakan kekuatan apabila menyediakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan dengan lebih baik secara relatif terhadap kecakapan pesaing lain yang sudah ada atau potensial.

Sebuah variabel merupakan kelemahan apabila berupa sesuatu yang tidak dilakukan dengan baik oleh perusahaan atau perusahaan tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya, sementara pesaingnya memiliki kapasitas tersebut. Untuk mengevaluasi pentingnya variabel-variabel tersebut, manajemen harus mengetahui apakah variabel-variabel tersebut merupakan faktor strategis internal (Strategic Internal factors) yaitu kekuatan dan kelemahan khusus perusahaan yang akan

membantu menentukan masa depan. Menurut Jatmiko (2003) Faktor-faktor kunci internal di bidang-bidang fungsional pada perusahaan umumnya mencakup aspek-aspek yaitu :

1. Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah proses penentuan, pengantisipasian, penciptaan, dan pemenuhan keinginan dalam kebutuhan pelanggan atas produk dan jasa.

2. Aspek Keuangan dan Akuntansi

(79)

3. Aspek Produksi/ Operasi dan Penelitian Pengembangan

Aktivitas-aktivitas produksi dan operasi biasanya menggambarkan bagian terbesar dari sumber daya manusia dan modal suatu organisasi. Penelitian dan pengembangan secara spesifik juga mempengaruhi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perusahaan yang sedang menerapkan strategi pengembangan produk membutuhkan fungsi R&D yang kuat.

4. Aspek Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan suatu istilah yang berhubungan dengan mekanisme formal dan informal dimana setiap organisasi sebaiknya menggunakan sistem informasi untuk memperoleh informasi tentang lingkungan eksternal yang relevan dan tentang kapabilitas internal organisasi itu sendiri. Fokus dari sistem informasi ditentukan oleh karakteristik misi organisasi, karena itu setiap sistem informasi sebaiknya mempunyai karakteristik tersendiri yang unik.

2.2.2. Analisis Lingkungan Eksternal

(80)

perusahaan tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi secara langsung.

Lingkungan eksternal mikro biasanya juga disebut lingkungan tugas, atau lingkungan kompetitif, atau lingkungan industri, yaitu lingkungan eksternal dimana perusahaan mempunyai sedikit kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi.

2.2.2.1Faktor – Faktor Lingkungan Eksternal Makro

Adapun faktor-faktor lingkungan Eksternal makro terdiri dari : 1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik merupakan hubungan timbal balik antara perusahaan dengan lingkungan hidupnya atau ekologinya. Ekologi adalah hubungan antara kehidupan manusia dan kehidupan lainnya seperti udara, tanah, dan air.

2. Lingkungan Ekonomi

Faktor ekonomi berhubungan dengan sifat dan arah ekonomi dimana suatu perusahaan beroperasi. Sebab pola konsumsi masyarakat secara relatif dipengaruhi oleh tren sektor ekonomi dan pasar, sehingga dalam perencanaan stratejiknya setiap organisasi/ perusahaan harus mempertimbangkan arah tren ekonomi dari setiap sektor pasar yang mempengaruhi industri atau pasarnya. 3. Lingkungan politik dan Hukum

(81)

4. Lingkungan Sosial Budaya

Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja perusahaan mencakup keyakinan, nilai-nilai, sikap, pandangan, serta gaya hidup manusia sebagai akibat perkembangan dan perubahan kondisi kebudayaan, bahasa, ekologi, demografi, keberagaman, pendidikan, suku bangsa dan ras, serta mobilitas penduduk, lembaga-lembaga sosial, simbol status, dan keyakinan agama.

5. Lingkungan Teknologi

Teknologi merupakan pendorong utama dibalik pengembangan berbagai produk dan pasar baru, tetapi kadang juga menjadi alasan utama menurunnya berbagai produk dan pasar.

6. Faktor Demografi

Evolusi atau perubahan populasi penduduk merupakan faktor kunci lingkungan bagi perusahaan. Penduduk secara langsung berdampak pada pasar konsumen dan mempengaruhi kekuatan – kekuatan ekonomi lainnya.

2.2.2.2Faktor – Faktor Lingkungan Industri (Lingkungan Tugas)

(82)

Gambar 2. 1

Kekuatan Persaingan Industri

Ancaman Pendatang Baru Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Ancaman Produk Pengganti

Sumber : Jatmiko (2003 : 46)

a. Pendatang Baru Potensial

d. Produk Pengganti

c. Pembeli/ pelanggan b. Pemasok

e. Persaingan Industri Rivalry (Persaingan

diantara perusahaan

(83)

Dari gambar 2.1 di atas adapun penjelasan karakteristik unsur-unsur lingkungan industri, yaitu :

a. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru dalam suatu industri biasanya membawa dan menambah kapasitas baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar (market share), dan juga sumber daya baru. Berat ringannya ancaman pendatang baru tergantung pada hambatan masuk dan reaksi dari pesaing yang telah ada dimana pendatang baru akan memasuki industri atau pasar tersebut. Jika hambatan masuk ke industri tinggi dan pendatang baru dapat dikalahkan oleh para pesaing yang telah ada, maka perusahaan secara nyata tidak akan mendapatkan ancaman serius dari pendatang baru.

b. Kekuatan Pemasok (Powerful of suppliers)

Pemasok menyediakan dan menawarkan input yang diperlukan untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa oleh industri atau perusahaan. Apabila pemasok mampu mengendalikan perusahaan dalam hal penyediaan input, sedang industri tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pemasok maka posisi tawar industri menjadi lemah dan sebaliknya posisi tawar pemasok menjadi kuat.

c. Kekuatan Pembeli / Pelanggan (Powerful of buyers)

Gambar

 Tabel 3.1   IFAS
 Tabel 3.2      EFAS
Tabel 3.3
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 14 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2006-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten

Jika pada kedua jenis konduktor tersebut dibebani oleh arus yang sama besar maka andongan pada konduktor ACCR lebih kecil dibanding dengan konduktor ACSR, hal ini

(a)The total of this line on Attachment 4A, 4B and 4C plus the total of 4D must equal the amount reported as “Ending Balance” on Schedule of Receipts and Disbursements

Tujuan dari peneitian adalah untuk mengetahui pengaruh Investasi Asset Tetap dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional pada PT.Sanshiro Harapan

Hasil penelitian menunjukkan sistem kendali derau akustik secara aktif dengan algoritma pembelajaran nonlinier adaptif untuk jaringan syaraf tiruan diagonal recurrent

Hasil analisis kromatogram daun, dahan bagian atas dan akar tanaman torbangun ( Coleus amboinicus Lour) menunjukkan kadar senyawa kimia n.Hexadecanoic acid (C 16 H 32 O 2 )

2.1 Pola Difraksi Hasil Refinement menggunakan MAUD (Material Analysis Using Diffraction).