• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Daging Ayam Kampung Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Daging Ayam Kampung Di Kota Medan"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Konsumen Daging Ayam Kampung

Umur Tingkat Pendidikan Jumlah Tanggungan Pendapatan Pekerjaan

(2)

Lampiran 2. Konsumsi Daging Ayam Kampung

No. Jumlah Konsumsi Harga Pendapatan Jumlah Sampel (Kg/Bln/Kel) (Rp/Kg) (Rp) Tanggungan

(3)

Lampiran 3. Skoring Parameter Perilaku Konsumen

Rerata 2,43333 3,7 2,83333 3,9 4,3 4,1 2,96667 1,73333 2,1 4,1 32,1667

Kriteria Skor

(4)

Lampiran 4. Data SPSS

Harga Daging Ayam Potong Pendapatan Jumlah Tanggungan Umur Tingkat Pendidikan

(Rp/Kg) (Rp/Bln) (Jiwa) (Tahun) (Tahun)

(5)

Lampiran 5. Output SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Konsumsi 2.57 1.223 30

Umur 43.97 10.772 30

Pendidikan 12.47 2.956 30

Tanggungan 4.53 1.525 30

Pendapatan 2,966,666.67 1,245,220.749 30

Harga 45,833.33 874.281 30

Correlations

Konsumsi Umur Pendidikan Tanggungan Pendapatan Harga

Pearson Correlation Konsumsi 1.000 .350 .210 .369 .737 -.038

Umur .350 1.000 -.309 .427 .049 -.345

Pendidikan .210 -.309 1.000 -.386 .594 .338

Tanggungan .369 .427 -.386 1.000 .028 -.060

Pendapatan .737 .049 .594 .028 1.000 .153

Harga -.038 -.345 .338 -.060 .153 1.000

Sig. (1-tailed) Konsumsi . .029 .132 .023 .000 .422

Umur .029 . .048 .009 .399 .031

Pendidikan .132 .048 . .018 .000 .034

Tanggungan .023 .009 .018 . .442 .376

Pendapatan .000 .399 .000 .442 . .210

Harga .422 .031 .034 .376 .210 .

N Konsumsi 30 30 30 30 30 30

Umur 30 30 30 30 30 30

Pendidikan 30 30 30 30 30 30

Tanggungan 30 30 30 30 30 30

Pendapatan 30 30 30 30 30 30

(6)

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Harga, Tanggungan,

Pendapatan, Umur, Pendidikana

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Konsumsi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .841a .707 .647 .727 .707 11.609 5 24 .000 2.258

a. Predictors: (Constant), Harga, Tanggungan, Pendapatan, Umur, Pendidikan b. Dependent Variable: Konsumsi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 30.681 5 6.136 11.609 .000a

Residual 12.686 24 .529

Total 43.367 29

(7)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 2.670 7.945 .336 .740

Umur .018 .015 .160 1.202 .241 .350 .238 .133 .688 1.454

Pendidikan -.042 .070 -.101 -.594 .558 .210 -.120 -.066 .422 2.369

Tanggungan .189 .108 .236 1.743 .094 .369 .335 .192 .666 1.502

Pendapatan 7.774E-7 .000 .792 5.287 .000 .737 .733 .584 .544 1.839

Harga -7.734E-5 .000 -.055 -.445 .660 -.038 -.090 -.049 .790 1.266

a. Dependent Variable: Konsumsi

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) Umur Pendidikan Tanggungan Pendapatan Harga

1 1 5.720 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .155 6.080 .00 .03 .02 .13 .21 .00

3 .075 8.731 .00 .00 .04 .22 .38 .00

4 .038 12.284 .00 .66 .03 .41 .04 .00

5 .012 22.055 .00 .20 .86 .20 .37 .00

6 .000 202.251 .99 .12 .04 .03 .00 1.00

a. Dependent Variable: Konsumsi

(8)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .22 4.57 2.57 1.029 30

Std. Predicted Value -2.281 1.943 .000 1.000 30

Standard Error of Predicted Value .162 .433 .318 .067 30

Adjusted Predicted Value -.04 4.73 2.56 1.053 30

Residual -1.055 1.879 .000 .661 30

Std. Residual -1.451 2.585 .000 .910 30

Stud. Residual -1.618 2.858 .003 1.000 30

Deleted Residual -1.312 2.298 .004 .802 30

Stud. Deleted Residual -1.678 3.446 .025 1.076 30

Mahal. Distance .469 9.342 4.833 2.199 30

Cook's Distance .000 .304 .035 .060 30

Centered Leverage Value .016 .322 .167 .076 30

a. Dependent Variable: Konsumsi

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous (1). 2012. Ayam Kampung, Kebutuhannya Masih Tinggi.

(http://jelajahagrobisnis.blogspot.com/2012/10/ayam-kampung-kebutuhannya-masih-tinggi.html

Anonimous (2). 2012. Menengok Sejarah Ayam Kampung. (

). Dikutip pada tanggal 26-03-2013 pukul 20.17 WIB.

http://www.ayambintaro.com/2012/03/menengok-sejarah-ayam-kampung.html

Arsyad, L. 2000. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. ). Dikutip pada tanggal 26-03-2013 pukul 20.50 WIB.

Bangun, W. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Rafika Aditama. BPS Medan. 2011. Medan Dalam Angka. Medan: BPS

Broto, Soeseno. 2012. Untung Segunung Budidaya dan Bisnis Ayam Petelur dan Ayam Pedaging. Yogyakarta: Araska

Daniel, M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara

Dudung, M.A. 2006. Memelihara Ayam Kampung Sistem Battery. Yogyakarta: Kanisius

Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Kholid, Drs. Anwar dan Putrinia. 2012. Kunci Sukses Beternak dan Bisnis Ayam

Kampung. Yogyakarta: Araska

Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression

Models. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Mangkunegara, P.A. 2002. Perilaku Konsumen. Refika Aditama. Bandung

Mansjoer SS. 1985. Pengkajian Sifat - sifat Produksi Ayam Kampung Serta

Persilangannya dengan Ayam Rhode Island Red (Disertasi). Bogor:

Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor

Murtidjo, Bambang Agus. 2007. Pemotongan, Penanganan, dan Pengolahan

Daging Ayam. Yogyakarta: Kanisius

(10)

Pracayo, Tri kunawangsih dan Antyo Pracayo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta: Grasindo.

Putong, I. 2005. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rasyaf, Muhammad. 2010. Manajemen Peternakan Ayam Kampung. Yogyakarta: Kanisius

_________________. 2012. Beternak Ayam Kampung. Jakarta: Penebar Swadaya

Ratni, 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.

Santoso, Hari dan Titik Sudaryani. 2011. Pembesaran Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Edisi Kedua. Bangung: Institut Teknologi Bandung.

Setiadi, N. J. 2003

Simamora (1), B. 2008. Paduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia . Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenanda Media.

Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: TARSITO

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian

Suharyanto, Asep Anang. 2007. Panen Ayam Kampung dalam 7 Minggu Bebas

Flu Burung. Jakarta: Penebar Swadaya

. Bandung: Alfabeta Pustaka Utama.

Sukirno, Sadono. 1994. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama dan JBRC. Jakarta

Wijaya, F. 1991. Ekonomika Mikro. BPFE-UGM. Yogyakarta.

(11)
(12)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu secara sengaja pada konsumen yang ada di Pasar Sambas Kota Medan, dengan pertimbangan meningkatnya konsumsi daging ayam kampung di kota Medan dari tahun ke tahun.

Metode Penarikan Sampel

Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Accidental

Sampling yaitu pengambilan responden yang merupakan konsumen yang

kebetulan berbelanja daging ayam kampung di beberapa pasar di kota Medan.

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditetapkan 30 responden dengan alasan untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik ukuran sampel paling kecil adalah 30 responden (Wirartha, 2006).

Metode Pengumpulan Data

(13)

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, Dinas Peternakan Sumatera Utara, dan literatur yang mendukung penelitian.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah

akan memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data (Daniel, 2002).

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan memperhatikan 10 parameter dari perilaku konsumen. Berdasarkan parameter tersebut diperoleh skor tingkat keputusan yaitu 10-50, yang selanjutnya akan diperoleh tingkat ketercapaian dalam bentuk persentase. Parameter perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Parameter Perilaku Konsumen

No. Parameter Pernyataan Skor

1 Membeli daging ayam kampung untuk dikonsumsi karena pengaruh pekerjaan

a.Sangat setuju b.Setuju

c.Ragu-ragu d.Tidak setuju e.Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1 2 Membeli dan mengkonsumsi

daging ayam kampung dengan jumlah yang berkurang pada saat harga naik

a.Sangat setuju b.Setuju

c.Ragu-ragu d.Tidak setuju e.Sangat tidak setuju

(14)

3 Membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung dengan jumlah yang bertambah pada saat pendapatan naik

a.Sangat setuju b.Setuju

c.Ragu-ragu d.Tidak setuju e.Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1 4 Membeli daging ayam kampung

untuk pola hidup sehat dalam berbagai usia

a.Sangat setuju b.Setuju

c.Ragu-ragu d.Tidak setuju e.Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1 5 Membeli daging ayam kampung

karena manfaat kandungan yang terdapat di dalamnya

a.Sangat setuju b.Setuju

c.Ragu-ragu d.Tidak setuju e.Sangat tidak setuju

5

Membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena menyukai rasanya

Membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena merupakaan kebiasaan

Membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena gengsi

Membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena pengaruh ajakan orang lain

Membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena keluarga lebih suka daging ayam kampung daripada daging ayam potong

a.Sangat setuju b.Setuju

c.Ragu-ragu d.Tidak setuju e.Sangat tidak setuju a. Sangat setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju a. Sangat setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju a. Sangat setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju a. Sangat setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

5 Adapun indikator parameter secara keseluruhan adalah sebagai berikut : - 10 – 23 = rendah

(15)

Untuk identifikasi masalah (2), data sekunder yang diperoleh dianalisa secara statistik. Untuk mengetahui besarnya permintaan daging ayam kampung digunakan tabulasi. Selanjutnya dijelaskan deskriptif.

Untuk identifikasi masalah (3) dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen dinaikturunkan nilainya. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan apabila jumlah variabel independennya minimal dua (Sugiyono, 2006)

Data yang dibutuhkan adalah jumlah konsumsi konsumen rata-rata per bulan, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan rata-rata per bulan, dan harga daging ayam kampung. Dimana nilai parameter tersebut selanjutnya akan diduga, sehingga modelnya menjadi:

=

0

+

1

1

+

2

2

+

3

3

+

4

4

+

5

5

+

µ

= Koefisien variable regresi

1

X

= Umur (tahun)

2

X

= Tingkat pendidikan (tahun)

3

X

= Jumlah tanggungan (jiwa)

4

X

= Pendapatan (Rp/bln)

5

µ = Kesalahan pengganggu

(16)

Koefisien Determinasi (R2 Menurut Supriana (2009), R

)

2

digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. R2

Dimana :

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

�2

= � ����

����� .�����

2

R2

JKyy = jumlah kuadrat-kuadrat y = koefisien determinasi

JKxx = jumlah kuadrat-kuadrat x JKxy = jumlah kuadrat-kuadrat xy Uji F

Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung (Y), maka digunakan uji F.

Kriteria uji F:

Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka H0 diterima; H1

Jika F-hitung ≥ F-tabel, maka H

tidak diterima

0 tidak diterima; H1

Uji t

diterima

(17)

Kriteria uji t:

Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima; H1

Jika t-hitung ≥ t-tabel, maka H

tidak diterima

0 tidak diterima; H1

Keterangan:

diterima

H = 0 tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing faktor terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung.

H ≠ 0 ada pengaruh signifikan dari masing -masing faktor terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung (Sudjana, 1989).

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran, maka dibuatlah beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Konsumen dalam penelitian adalah orang berbelanja ayam kampung dan mengenal ayam kampung di lokasi penelitian yang menjadi responden.

2. Perilaku konsumen adalah suatu sikap konsumen ayam kampung untuk mengambil keputusan membeli atau tidak ayam kampung yang berdasarkan pengaruh faktor-faktor tertentu.

3. Permintaan ayam kampung adalah jumlah ayam kampung yang dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

4. Mengkonsumsi adalah keputusan konsumen untuk mengolah dan memakan daging ayam kampung.

(18)

6. Umur adalah umur responden sejak dilahirkan sampai saat penelitian dilakukan.

7. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang dijalani oleh responden. 8. Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga responden yang

ditanggung saat penelitian dilakukan.

9. Pendapatan adalah besarnya gaji/pensiunan/keuntungan usaha responden dalam Rupiah saat penelitian dilakukan.

10. Harga daging ayam kampung adalah harga rata-rata yang ditetapkan oleh pasar tradisional dan pasar modern pada waktu penelitian dilakukan.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini dilakukan di Pasar Sambas, Kota Medan. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.

3. Sampel penelitian ini adalah konsumen yang sedang membeli daging ayam kampung.

(19)

DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak dan Keadaan Geogarafis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 3°27'-3°47'LU - 98°35' - 98°44'BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan, Barat dan Timur.

Kota medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia berkisar antara 22,49°C – 23,97°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15°C – 34,21°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 22,50°C – 24,10°C dan suhu maksimum berkisar antara 321,40°C – 33,30°C. Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 216,33 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 18,75 mm (BPS Medan, 2012).

(20)

Tata Guna Tanah/Lahan

Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan permukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak.

Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan

(21)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Golongan Umur

Laki-laki Perempuan

Jumlah Jiwa Persentase

(%)

Jiwa Persentase (%)

Sumber: BPS, Medan dalam Angka 2012

(22)

b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 266.756 32,00

2 SMP 116.076 14,00

3 SMA 125.639 15,00

4 Perguruan Tinggi 331.567 39.00

Jumlah 840.038 100

Sumber : BPS, Medan dalam angka 2012

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 125.639 orang (15%), Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 116.076 orang (14%), Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 266.756 orang (32%), dan Perguruan Tinggi berjumlah 331.567 orang (39%).

Sarana dan Prasarana

(23)

Tabel 6. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) 1 Sekolah 3 Tempat Peribadatan

a. Mesjid/Musholla 4 Transportasi

a. Jalan Baik

(24)

Sarana Kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas 39 unit, Pustu 41 unit, BPU 357 unit, Rumah Bersalin 175 unit dan Rumah Sakit 75 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu Mesjid/Musholla 1.744 unit, Gereja 751 unit, Kuil 34 unit, Wihara 21 unit, dan Klenteng 23 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana transportasi sangat lengkap di dalam Kota, angkutan kota sangat banyak kesegala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.191,5 km, jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 3.154,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km dan 20,1 km rusak sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km.

Pasar tradisonal maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional atau di pasar modern. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 unit yang terdiri dari supermarket/minimarket dan mall/plaza yang tersebar di seluruh kecamatan.

Karakteristik Pasar Sambas

(25)

jalan Sambas Medan. Pedagang daging ayam kampung yang berjualan di pasar ini berjumlah 3 orang. Lokasi pasar ini dekat dengan rumah sakit, pertokoan, kantor dan sekolah. Sarana jalan yang dimiliki pasar ini baik dan lancar untuk dilewati.

Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen daging ayam kampung yang terdapat pada Pasar Tradisional Sambas. Karakteristik konsumen sampel yang dimaksud adalah meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan pendapatan.

a. Umur

Adapun keadaan umur konsumen (sampel) di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah

(Jiwa) Jumlah (%)

1 20-24 1 3,33

2 25-29 2 6,67

3 30-34 3 10

4 35-39 4 13,33

5 40-44 3 10

6 45-49 8 26,67

7 ≥ 50 9 30

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

(26)

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan konsumen sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupaun manfaatnya. Adapun pendidikan konsumen sampel di daerah penelitian Pasar Sambas Kota Medan bervariasi dari SD sampai Perguruan Tinggi. Adapun tingkat pendidikan konsumen sampel dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Jiwa) Jumlah (%)

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat tingkat pendidikan konsumen yang terbesar berada pada tingkat SMA dengan jumlah 14 jiwa (46,67 %) dan yang terkecil pada tingkat SMP dengan jumlah 2 jiwa (6,67 %.).

c. Jumlah Tanggungan

Adapun jumlah tanggungan konsumen sampel dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan No Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

(27)

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan konsumen yang terbesar berada pada kelompok 3-5 dengan jumlah 15 jiwa (50 %) dan yang terkecil pada kelompok 0-2 tahun dengan jumlah 5 jiwa (6,67 %).

d. Pendapatan

Pendapatan konsumen sampel sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga per Bulan

Sumber: Data diolah dari Lampiran 1

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perilaku Konsumen terhadap Daging Ayam Kampung

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung dipengaruhi oleh 10 (sepuluh) parameter. Untuk lebih jelasnya tingkat perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Perilaku Konsumen terhadap Daging Ayam Kampung Berdasarkan Parameter

1 Membeli daging ayam kampung untuk ayam kampung dengan jumlah yang berkurang pada saat harga naik

5 3,70 74

3 Membeli dan

mengkonsumsi daging ayam kampung dengan jumlah bertambah saat pendapatan naik

5 2,83 56,6

4 Membeli daging ayam kampung untuk dikonsumsi karena

pengaruh pola hidup sehat

5 3,90 78

5 Membeli daging ayam kampung untuk dikonsumsi karena

pengaruh kandungan gizi

5 4,30 86

(29)

8 Membeli daging ayam

pengaruh ajakan oranglain

5 2,10 42

10 Membeli daging ayam kampung untuk

dikonsumsi karena lebih menyukainya daripada ayam kampung

5 4,10 82

50 32,16 64,32

Sumber: data diolah dari Lampiran 3 & 5

Dapat dijelaskan bahwa hanya 48,6 % ketercapaian perilaku konsumen sampel yang menyatakan bahwa mereka membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena pengaruh pekerjaan, sedangkan 51,4 % lagi tidak mempertimbangkan pekerjaan mereka untuk membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung atau bisa saja dipengaruhi oleh faktor lain.

Selanjutnya jika harga daging ayam naik ternyata 74 % ketercapaian perilaku konsumen memilih untuk mengurangi jumlah pembelian daging ayam kampung, dan 26 % lagi memilih tidak mempertimbangkan hal tersebut atau tetap membeli dan mengkonsumsi dalam jumlah yang tetap.

Pada saat pendapatan naik diperoleh 56,6 % ketercapaian perilaku konsumen sampel yang memilih membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung dengan jumlah yang bertambah, sedangkan 43,4 % lagi tidak mempengaruhi jumlah pembelian mereka ketika pendapatan naik.

(30)

tidak mempertimbangkan pola hidup sehat dalam sikap mereka membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung.

Sebesar 86 % ketercapaian perilaku konsumen sampel memilih membeli dan mengkosumsi daging ayam kampung karena manfaat kandungan gizi yang terdapat di dalamnya, selebihnya 14 % mungkin tidak tahu tentang manfaat kandungan daging ayam kampung sehingga tidak mempengaruhi mereka dalam membeli dan mengkonsumsi.

Dalam hal rasa, sebesar 82 % ketercapaian perilaku konsumen sampel memilih membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena menyukai rasanya, sisanya 18 % mungkin tidak semata-mata mempengaruhi mereka untuk membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena pengaruh rasanya.

Sebesar 59,4 % ketercapaian perilaku konsumen sampel memilih membeli dan mengkosumsi daging ayam kampung karena pengaruh kebiasaan, selebihnya 40,6 % kebiasaan tidak mempengaruhi mereka dalam membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung.

Sebesar 34,6 % ketercapaian perilaku konsumen sampel memilih membeli dan mengkosumsi daging ayam kampung karena penagruh gengsi, selebihnya 65,4 % membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung bukan karena pengaruh gengsi.

(31)

Sebesar 82 % ketercapaian perilaku konsumen sampel memilih membeli dan mengkosumsi daging ayam kampung karena lebih menyukainya daripada ayam kampung, selebihnya 18 % membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung bukan karena lebih menyukainya daripada ayam kampung.

Setiap konsumen daging ayam kampung berbeda-beda perilakunya dalam hal pilihan membeli dan mengkonsumsi. Dalam penelitian ini ada 10 parameter yang diduga mempengaruhi perilaku konsumen. Kesepuluh parameter tersebut antara lain membeli daging ayam kampung untuk dikonsumsi karena pengaruh pekerjaan; membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung dengan jumlah yang berkurang pada saat harga naik; menambah jumlah pembelian pada saat pendapatan naik; pola hidup sehat dalam berbagai usia; karena manfaat kandungan yang terdapat di dalamnya; rasa; kebiasaan; gengsi; ajakan orang lain; dan lebih menyukainya daripada ayam kampung.

Jawaban responden di kelompokkan menjadi 5 yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sejauh mana parameter ini mempengaruhi perilaku konsumen terhadap konsumsi daging ayam kampung akan diuraikan lebih lengkapnya berikut ini.

1. Pengaruh Pekerjaan dalam Membeli Daging Ayam Kampung

(32)

Tabel 12. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Pekerjaan Uraian

Jawaban

Jumlah Sangat

setuju Setuju

Ragu-Sumber: data diolah dari Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 12 tersebut dapat dijelaskan bahwa 6,7 % responden sangat setuju membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena pengaruh pekerjaan, 13,3 % responden setuju, 10 % ragu-ragu, 56,7 % tidak setuju dan 13,3 % sangat tidak setuju. Dari hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa sebagian besar konsumen tidak setuju membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena pengaruh pekerjaan. Baik dari golongan apapun dan pekerjaan apapun tidak mempengaruhi konsumen didalam membeli daging ayam kampung.

2. Jumlah Konsumsi Berkurang Pada Saat Harga Naik

Pada umumnya jika harga suatu barang/komoditi naik maka konsumen akan mengurangi pembelian atau konsumsi mereka terhadap barang/komoditi tersebut. Jika harga daging ayam kampung naik apakah responden mengurangi pembelian mereka, hal ini dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Pembelian Berkurang pada Saat Harga Naik

Uraian

Jawaban

Jumlah Sangat

setuju Setuju

(33)

Berdasarkan Tabel 13 dapat dijelaskan bahwa ada 23,3 % responden yang sangat setuju pembelian berkurang pada saat harga naik, 50 % setuju, sementara 26,7 % tidak setuju. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa lebih besar konsumen yang setuju apabila harga naik maka pembelian mereka berkurang. Dengan kata lain, dengan naiknya harga daging ayam kampung maka akan mempengaruhi jumlah pembelian konsumen.

3. Jumlah Konsumsi Bertambah Pada Saat Pendapatan Naik

Jumlah pendapatan yang naik biasanya mempengaruhi pengeluaran yang meningkat pula. Apabila pendapatan konsumen naik apakah konsumen setuju akan membeli daging ayam kampung dalam jumlah yang bertambah pula, hal ini dapat dijelaskan pada Tabel 14 berikut ini.

Tabel 14. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Pembelian Bertambah pada Saat Pendapatan Naik

Uraian

Jawaban

Jumlah Sangat

setuju Setuju

Ragu-Sumber: data diolah dari Lampiran 3

(34)

ayam kampung yang mereka beli. Dengan kata lain jumlah konsumsi daging ayam kampung sudah tertentu sesuai dengan kebutuhan.

4. Pengaruh Pola Hidup Sehat

Apakah konsumen sampel mempertimbangkan pola hidup sehat dalam berbagai usia dalam mengkonsumsi daging ayam kampung, hal ini dapat dilihat dalam jawaban konsumen pada Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15 . Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Mengkonsumsi karena Pola Hidup Sehat

Uraian

Jawaban

Jumlah Sangat

setuju Setuju

Ragu-Sumber: data diolah dari Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa jawaban responden 16,7 % responden sangat setuju membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena pola hidup sehat, 73,3 % responden setuju, sedangkan 3,3 % tidak setuju dan 6,7 % sangat tidak setuju. Dari hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa sebagian besar konsumen setuju membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung karena pola hidup sehat.

5. Pengaruh Kandungan Gizi dalam Membeli Daging Ayam Kampung

(35)

yang terdapat di dalam daging ayam kampung. Sejauh mana parameter ini mempengaruhi perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 16. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Mengkonsumsi karena Manfaat Kandungan Gizi

Uraian

Jawaban

Jumlah Sangat

setuju Setuju

Ragu-Sumber: data diolah dari Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa 33,3% sangat setuju, 63,4 % setuju, dan 3,33 % responden ragu-ragu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sangat mempertimbangkan juga kandungan gizi yang terkandung dalam daging ayam kampung sehingga mereka mengkonsumsinya.

6. Pengaruh Rasa dalam Membeli Daging Ayam Kampung

Rasa dari sebuah makanan sangat berpengaruh terhadap pilihan konsumen dalam mengkonsumsinya. Apabila rasa sebuah makanan enak maka semakin banyak pula yang mengkonsumsinya, begitu juga sebaliknya. Sejauh mana rasa mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi daging ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Rasa Uraian

Jawaban

Jumlah Sangat

setuju Setuju

(36)

Berdasarkan Tabel 17 diperoleh 16,7 % responden sangat setuju bahwa mengkonsumsi daging ayam kampung karena rasanya yang enak, 76,7 % setuju, sedangkan 6,6 % tidak setuju. Dapat diasumsikan bahwa rasa daging ayam kampung yang enak sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih untuk mengkonsumsi daging ayam kampung.

7. Pengaruh Kebiasaan dalam Membeli Daging Ayam Kampung

Apakah konsumen sampel membeli karena merupakan kebiasaan dalam mengkonsumsi daging ayam kampung, hal ini dapat dilihat dalam jawaban konsumen pada Tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Kebiasaan Uraian

Jawaban

Jumlah Sangat

setuju Setuju

Ragu-Sumber: data diolah dari Lampiran 3

(37)

8. Pengaruh Gengsi dalam Membeli Daging Ayam Kampung

Apakah konsumen sampel membeli karena gengsi dalam mengkonsumsi daging

ayam kampung, hal ini dapat dilihat dalam jawaban konsumen pada Tabel 19 berikut ini

Tabel 19. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Gengsi Uraian

Jawaban

Jumlah Sangat

setuju Setuju

Ragu-Sumber: data diolah dari Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 19 diperoleh 73,3 % responden tidak setuju bahwa mengkonsumsi daging ayam kampung karena gengsi dan 26,7 % sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak setuju jika mengkonsumsi daging ayam kampung karena gengsi.

9. Pengaruh Ajakan Orang Lain dalam Membeli Daging Ayam Kampung

(38)

Tabel 20. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Ajakan

setuju Setuju

Ragu-Sumber: data diolah dari Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 20 diperoleh 3,3% responden sangat setuju bahwa mengkonsumsi daging ayam kampung karena pengaruh ajakan orang lain, 6,7 % setuju, 10 % ragu-ragu, 56,7 % tidak setuju dan 23,3 % sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak setuju jika mengkonsumsi daging ayam kampung karena pengaruh ajakan orang lain.

10. Pengaruh Lebih Menyukai Ayam Kampung Daripada Ayam Kampung dalam Membeli Daging Ayam Kampung

Apakah konsumen sampel membeli karena lebih menyukai ayam kampung daripada ayam kampung dalam mengkonsumsi daging ayam kampung, hal ini dapat dilihat dalam jawaban konsumen pada Tabel 21 berikut ini.

Tabel 21. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Lebih Menyukai Ayam Kampung

Uraian

Jawaban

Jumlah Sangat

setuju Setuju

Ragu-Sumber: data diolah dari Lampiran 3

(39)

kampung, 70 % setuju, 10 % ragu-ragu, 56,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sangat setuju jika mengkonsumsi daging ayam kampung karena lebih menyukainya daripada ayam kampung.

Berdasarkan tabel perilaku konsumen diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi daging ayam kampung adalah kandungan gizi dari daging ayam tersebut. Hal ini dapat dilihat dari persentasi ketercapaian parameter sebesar 86 %.

Perkembangan Harga dan Permintaan Konsumen Terhadap Daging Ayam Kampung Di Kota Medan

Konsumsi daging ayam kampung termasuk berkembang dengan cepat, walaupun kadang tetap mengalami penurunan dan peningkatan tiap tahunnya. Hal ini disebabkan selera konsumen yang berbeda-beda serta berubah-ubah. Bagi rumah tangga masyarakat di Indonesia umumnya dan Kota Medan khususnya daging ayam kampung telah menjadi menu utama, untuk hidangan pesta pernikahan, ulang tahun, syukuran, wisata kuliner, dan sebagainya.

Peranan alokasi dari harga daging ayam kampung yaitu membantu pembeli memutuskan cara memperoleh utilitas maksimal sesuai dengan daya belinya. Sedangkan peranan informasi dari harga tersebut, dapat menunjukkan pada konsumen mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas.

(40)

kampung berbanding lurus terhadap perkembangan permintaan daging ayam kampung itu sendiri. Semakin meningkat jumlah konsumsi maka dapat diasumsikan semakin meningkat pula permintaannya, begitu juga sebaliknya apabila jumlah konsumsi berkurang dapat diasumsikan permintaan akan menurun pula.

Berikut perkembangan harga dan perkembangan konsumsi daging ayam kampung di Kota Medan.

Tabel 22. Perkembangan Harga dan Konsumsi Daging Ayam Kampung 5 Tahun Terakhir di Kota Medan

Keterangan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Harga

(Rp/Kg) 30.125 33.716 36.216 40.333 43.716 Konsumsi

(Kg/Kapita/Thn) 0,111 0,093 0,099 0,099 0,101

Sumber:Dinas Peternakan Kota Medan

(41)

- Perkembangan Harga

Pada Tabel 23 telah dijelaskan bawah harga daging ayam kampung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dimana pada tahun 2007 harga rata-rata daging ayam kampung Rp 30.125, pada tahun 2008 harga rata-rata daging ayam kampung Rp 33.716, pada tahun 2009 harga rata-rata daging ayam kampung Rp 36.216, pada tahun 2010 harga rata-rata daging ayam kampung Rp 40.333, pada tahun 2011 harga rata-rata daging ayam kampung Rp 43.716. Secara grafik peningkatan harga daging ayam kampung dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Perkembangan Harga Daging Ayam Kampung di Kota Medan

- Perkembangan Permintaan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jumlah konsumsi berbanding lurus dengan permintaan daging ayam kampung. Berbeda dengan harga, permintaan akan daging ayam kampung mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dimana pada konsumsi daging ayam kampung sebesar 0,111 kg/kapita/tahun pada tahun 2007, 0,093 kg/kapita/tahun pada tahun 2008, 0,099 kg/kapita/tahun pada tahun 2009

30.125 33.716

36.216

40.333 43.716

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000

2007 2008 2009 2010 2011

Harga Ayam Kampung

(42)

dan 2010 dan 0,101 kg/kapita/tahun pada tahun 2011. Secara grafik peningkatan harga daging ayam kampung dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Kampung di Kota Medan

Berdasarkan kedua grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan harga daging ayam kampung meningkat setiap tahunnya, sedangkan perkembangan permintaan daging ayam kampung menurun dari tahun 2007 sampai 2008, tetapi terus meningkat selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai 2011.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan/Konsumsi Daging Ayam Kampung

Dari hasil penelitian terhadap 30 sampel telah ditetapkan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi daging ayam kampung yang berpengaruh juga terhadap permintaan akan daging ayam kampung khususnya di kota Medan yaitu umur (X1), tingkat pendidikan (X2), jumlah tanggungan (X3),

0,08 0,085 0,09 0,095 0,1 0,105 0,11 0,115

2007 2008 2009 2010 2011

KONSUMSI

(43)

pendapatan (X4), dan harga daging ayam kampung (X5

Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung digunakan analisis Regresi Linier Berganda, yang dimana dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:

�= �0 +�11+�22+�33+�44+�55+ µ

). Dari variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung (Y) sebagai variabel dependen (variabel terikat).

Keterangan:

Y = Jumlah konsumsi daging ayam kampung (kg/bulan) a = Konstanta

b1-b5

X

= Koefisien variable regresi

1

X

= Umur (tahun)

2

X

= Tingkat pendidikan (tahun)

3

X

= Jumlah tanggungan (jiwa)

4

X

= Pendapatan (Rp/bln)

5

µ = Kesalahan pengganggu

= Harga daging ayam kampung (Rp/kg)

(44)

Tabel 23. Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Daging Ayam Kampung.

Variabel Koefisien Regresi

Standart Error

T-Hitung Signifikan

Constant 2,670 7,945 0,336 0,740*

F-Hitung= 11,609 0,000

F-Tabel= 2,62

a

T-Tabel= 1,711

Keterangan : * = tidak nyata ** = nyata

Persamaan yang diperoleh dari hasil analisis Tabel 23 adalah :

Y = 2,670 + 0,018X1 − 0,042X2 + 0,189X3 + 7,774E-7X4 - 7,734E-7X

(1,202) (-0,594) (1,743) (5,287) (-0,445)

5

Dari hasil persamaan tersebut diperoleh nilai konstanta yang bernilai positif yaitu 2,670. Hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai masing-masing X=0 maka jumlah konsumsi daging ayam kampung (Y) akan bernilai positif yaitu 2,670.

(45)

Secara serempak faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi daging ayam kampung (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam kampung) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai F-hitung yang didapatkan sebesar 11,609 > F-tabel sebesar 2,62. Dalam pengambilan keputusan diketahui bahwa apabila F-hitung > F-tabel berarti H0

Secara parsial, variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar 1,202 < nilai t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 %. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terima H

diterima, berarti ada pengaruh faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam kampung terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung.

0 dan tolak H1

Secara parsial, variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar (−)0,594 < nilai t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 %. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terima H

.

0 dan tolak H1

Secara parsial, variabel jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar 1,743 > nilai t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 %. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tolak H

.

0 dan terima H1

Secara parsial, variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar 5,287 > nilai

(46)

t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 %. Nilai koefisien variable pendapatan sebesar 5,287 menunjukkan jika pendapatan meningkat Rp 1.000.000 maka jumlah konsumsi daging ayam kampung akan meningkat sebesar 5,287 kg. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tolak H0 dan terima H1

Secara parsial, variabel harga daging ayam kampung tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar (-) 0,445 < nilai t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 %. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terima H

.

0 dan tidak terima H1

Sehinga berdasarkan tabel hasil regresi linier berganda tersebut dapat disimpulkan bahwa secara serempak dari keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung. Secara parsial, variabel umur, tingkat pendidikan, dan harga daging ayam kampung tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung, sedangkan pada jumlah tanggungan dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat beberapa kesimpulan yaitu:

1. Dari 10 parameter yang ditawarkan, parameter pengaruh gizi dan kandungan daging ayam kampung yang sangat mempengaruhi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung. Hal ini dapat dilihat dari tingkat ketercapaiannya yang tertinggi dari parameter lainnya yaitu sebesar 86 %.

2. Perkembangan harga daging ayam kampung meningkat setiap tahunnya, sedangkan perkembangan permintaan daging ayam kampung menurun dari tahun 2007 sampai 2008, tetapi terus meningkat selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai 2011.

(48)

Saran

- Kepada Konsumen

Sebaiknya konsumen lebih meningkatkan konsumsi daging ayam kampung karena nilai gizi yang terkandung didalamnya sangat baik.

- Kepada Pedagang

Sebaiknya pedagang lebih memperhatikan kualitas dan gizi dari daging ayam kampung yang dijual agar konsumen lebih banyak mengkonsumsinya, dan tidak menetapkan harga diatas harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

- Kepada Peneliti Lain

(49)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara . Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut (Anonimous(1), 2012).

Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung . Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekedar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri) (Anonimous(2), 2012).

(50)

Ayam Kampung

Ayam termasuk ke dalam Filum Chordata, Subfilum Vertebrata, Kelas Aves, Ordo Galliformes, Famili Phasianidea, Genus Gallus. Gallus di dunia terdiri dari empat spesies yaitu Gallus gallus Linnaeus (ayam hutan merah), Gallus sonnerati Temnick (ayam hutan abu-abu India), Gallus lafayetti Lesson (ayam hutan jingga Ceylon), dan Gallus varius Shaw (ayam hutan hijau Jawa). Selanjutnya, mengembangbiakkan dan menjinakkan mereka sehingga menjadi ayam-ayam piara atau Gallus domesticus (di Indonesia disebut ayam kampung). Ada pendapat bahwa ayam-ayam piara berasal lebih dari satu spesies ayam hutan, tetapi ayan hutan merah merupakan nenek moyang sebagian besar ayam piara yang ada sekarang (Yaman, 2010).

Ciri-ciri umum ayam kampung, seperti umumnya Ordo Galliformes adalah : memiliki paruh pendek, kaki beradaptasi untuk mencakar, mengais, dan berlari, hewan muda yang baru menetas berbulu halus dan cepat dewasa (cepat dapat berjalan dan makan sendiri), merupakan hewan buru daratan, bersarang di darat, makanan terutama tanam-tanaman, ramping dengan sedikit lemak, berat jantan

dewasa antara 1.490 – 2.140 gram, sedangkan berat betina dewasa antara 1.171,4 – 1.555,6 gram (Mansjoer,1985).

(51)

keunggulan-keunggulan ayam kampung (Ayam Ras) dibandingkan dengan ayam ras (Yaman, 2010).

Menurut Dudung (2006) ayam kampung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ayam ras, yaitu:

1. Ayam kampung lebih kebal terhadap serangan berbagai penyakit

2. Lebih tahan stress, tidak terganggu dengan suasana lingkungan

3. Memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan

4. Lebih toleran terhadap perubahan cuaca

5. Harga jual lebih tinggi dibanding ayam ras

6. Telurnya di anggap lebih berkhasiat, sehingga harga jual telurnya lebih mahal

7. Dagingnya lebih enak dan gurih di banding ayam kampung (ras)

8. Permintaan akan kebutuhan ayam kampung cukup tinggi.

(52)

kebutuhan nutrisi, diantaranya jenis ternak, umur unggas, lingkungan, terutama cuaca, dan tingkat produksi (Murtidjo, 2007).

Menurut Murtidjo (2007) kandungan atau zat gizi yang terdapat didalam daging ayam adalah sebagai berikut :

a. Air

Air adalah bagian terbesar dari daging. Kandungan air pada daging ayam muda sekitar 70%, sedangkan pada daging ayam tua sekitar 60%.

b. Protein

Daging ayam adalah sumber protein yang cukup baik. Setiap 100 gr daging ayam kampung mengandung protein sekitar 18,1%. Selain itu daging ayam juga mudah diserap oleh usus.

c. Lemak

(53)

d. Vitamin

Daging ayam adalah sumber vitamin B (B1, B2, niasin, asam pantotenat, B6, folasin, dan B12). Vitamin B akan keluar dari daging jika daging ayam direbus.

e. Mineral

Pigmen yang membuat daging ayam berwarna merah mengandung zat besi (Fe) yang mudah diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh manusia. Selain zat besi, daging ayam juga banyak mengandung phosphor dan kalium. Zat mineral lain yang dikandungnya adalah kalsium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), seng(zn), kuprum (Cu), dan mangan (Mn).

Permintaan Ayam Kampung

Dilandasi oleh kebutuhan gizi yang baik dan rasa nikmat, masyarakat kita telah biasa menyertakan daging ayam kampung dalam menu makanan harian. Keperluan ini tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi banyak anggota keluarga. Kebutuhan dalam jumlah besar terhadap daging ayam kampung ini akan menghasilkan permintaan (Rasyaf,2010).

(54)

daging ayam kampung secara nasional. Jumlah penduduk di Indonesia yang lebih dari 225 juta jiwa dengan pertumbuhan di atas 1,5% merupakan potensi pasar domestik yang luar biasa (Santoso dan Titik, 2011).

Pembeli ayam kampung bisa dibilang cukup banyak karena penduduk di Indonesia sudah banyak yang mulai sadar akan kebutuhan gizi. Mereka berasal dari berbagai wilayah dengan berbagai tingkatan pendapatan. Bahkan, saat ini pembeli dari kelas menengah ke bawah sudah terbiasa dengan menu ayam kampung. Masalah banyaknya konsumen itulah yang kurang ditangkap oleh para distributor dan peternak. Hal ini dapat dimaklumi karena menurut (Rasyaf, 2011) adanya dua hal yang menjadi pertimbangan, yakni:

1. Banyak peternak dan distributor yang masih mempunyai anggapan bahwa daging ayam kampung itu dekat dengan mereka yang penghasilan menengah ke atas sehingga tidak heran bila pemasar daging ayam kampung dilakukan di kota-kota besar yang dianggap potensial.

(55)

Faktor-faktor Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Daging Ayam Kampung

Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen beranekaragam antara lain harga, selera, musim, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, jumlah penduduk dan lain sebagainya (Pracayo dan Antyo, 2006).

Permintaan yang ditimbulkan oleh konsumen yang membutuhkan daging ayam kampung untuk beragam kebutuhan mereka ini terdiri dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan akan daging ayam kampung yang akan saya gunakan adalah :

1. Umur

Orang membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan selama masa hidupnya. Secara umum, umur juga mempengaruhi selera akan makanan dan segala macam keperluan semasa hidup. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

(56)

2. Tingkat Pendidikan

Dalam memiliki menu makanan yang mempunyai kandungan energi dan protein yang memadai, serta pemilihan komposisi jenis makanan yang tepat, diperlukan tingkat pengetahuan yang relatif tinggi, terutama tingkat pengetahuan kepala keluarga dan istri yang berperan sangat tinggi dalam menentukan keputusan konsumsi rumah tangga (Cahyaningsih, 2008).

3. Jumlah Tanggungan

Besar kecilnya jumlah keluarga akan mempengaruhi pola konsumsinya. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika harus diberi makan dalam jumlah yang sedikit. Panggan yang tersedia untuk satu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Suhardjo dkk, 1996).

4. Pendapatan

(57)

dari laju pertambahan permintaan dan konsumsi daging ayam kampung dari tahun ke tahun. Perubahan pendapatan konsumen di suatu wilayah inilah yang harus dipantau oleh peternak dan dievaluasi untuk merancang kemungkinan perubahan pangsa pasar yang dapat diraih (Rasyaf, 2012).

5. Harga Daging Ayam kampung

Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi sedikit/banyaknya terhadap jumlah barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif dengan harga.

Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta seperti ini berlaku untuk sebagian besar barang dalam perekonomian, dan memang begitu nyata terjadi. Sehingga para ekonom menanamkannya hukum permintaan, dengan menganggap

hal lainnya tetap ketika harga sebuah barang yang diminta akan menurun ( Rasyaf, 2012).

Landasan Teori

Permintaan

Kegunaan yang dimiliki oleh suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia menyebabkan barang tersebut dikonsumsi. Konsumsi seseorang terhadap suatu

barang dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu menunjukkan kuantitas ( jumlah ) barang yang di minta. Bila harga barang dihubungkan dengan dimensi

(58)

tersebut dimungkinkan karena adanya perubahan dalam biaya produksi, persaingan, keadaan perekonomian, dan sebagainya. Dengan demikian, harga suatu barang dapat berbeda – beda pada jangka waktu tertentu. Kuantitas barang yang diminta dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu disebut permintaan (Wijaya, 1991).

Pada dasarnya permintaan menunjukkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hukum permintaan tersebut tentunya menggunakan asumsi bahwa faktor selain harga dianggap tetap. Asumsi inilah yang disebut dengan ceteris paribus (Sukirno, 1994 ).

(59)

tingkat harga (P) suatu barang tertentu, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta (Q), dan DD adalah kurva permintaan, seperti pada kurva dibawah ini (Bangun, 2007).

Pada kenyataannya, jumlah permintaan ke atas suatu barang bukan hanya ditentukan oleh harga barang itu sendiri, melainkan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap permitaan ke atas suatu barang. Faktor-faktor tersebut antara lain, harga barang lain yang mempunyai kaitan dengan suatu barang tertentu, pendapatan masyarakat, daya tarik suatu barang, jumlah penduduk, dan perkiraan harga di masa yang akan datang (Bangun, 2007).

Dalam praktek ekonomi sehari-hari, perilaku permintaan dan penawaran relatif mendominasi dalam perekonomian baik dalam skala mikro maupun makro. Kekuatan permintaan dan daya dorong penawaran berdampak pada tingkat kemakmuran suatu rumah tangga atau negara (Putong, 2005).

Komoditi dipakai untuk memenuhi keinginan dan keperluan, dan hampir selalu ada lebih dari satu komoditi yang dapat memenuhi setiap keinginan atau keperluan. Komoditi-komoditi semacam itu bersaing satu sama lain untuk memperoleh perhatian pembeli (Kadariah, 1994).

Bila harga suatu macam barang berubah, hal ini tidak hanya mempengaruhi permintaan barang tersebut, tetapi juga mempengaruhi permintaan barang lain. Perubahan yang terjadi selalu bisa dipecah menjadi dua komponen, yaitu komponen substitusi dan komponen pandapatan (Nicholson, 1994).

(60)

komoditi itu dibandingkan dengan komoditi lain yang dapat memuaskan keperluan atau keinginan yang sama. Komoditi-komoditi yang lain itu disebut substitusi (Kadariah, 1994).

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan (Mangkunegara,2002).

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) dalam Suryani (2008) bahwa perilaku konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumberdaya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan di konsumsi. Dalam studi ini juga dikaji tentang apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, dimana mereka membeli dan bagaimana mereka menggunakannya.

(61)

diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen (Umar, 2000).

Menurut Simamora (2008), faktor-faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah faktor kebudayaan (kultur, sub kultur, kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga, peran dan status), faktor pribadi (umur dan pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian), faktor psikologis (motivasi, persepsi, dan tingkat pendidikan). Peran setiap faktor-faktor ini berbeda untuk setiap produk yang berbeda.

Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas sosial (Simamora, 2008).

Pengetahuan menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi, 2003).

(62)

dipersatukan oleh hubungan darah, pernikahan atau adopsi, yang hidup bersama. Anggota keluarga konsumen dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumen. Peran dan status merupakan posisi seseorang menjadi anggota kelompok, keluarga, klub, dan organisasi (Simamora , 2008).

Menurut Suryani (2008), kelas sosial didefenisikan sebagai pembagi anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu hirarki kelas-kelas status yang berbeda, sehingga anggota-anggota dari setiap kelas yang relatif sama mempunyai kesamaan. Untuk menentukan kelas sosial, maka indikator tentang kelas sosial harus dirumuskan dengan jelas. Terdapat beberapa variabel yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur kelas sosial antara lain: pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.

Satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental,

mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran (Ratni, 2012)

(63)

Skala yang digunakan untuk melihat jawaban-jawaban yang diberikan konsumen dalam penelitian ini adalah skala ordinal, skala ordinal sering juga disebut sebagai skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu. Misalnya tingkat persepsi seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 5=sangat setuju, 4=setuju, 3=kurang setuju, 2=tidak setuju dan 1=sangat tidak setuju (Mangkunegara, 2002).

Setelah diperoleh jawaban-jawaban dari skala ordinal, selanjutnya data yang diperoleh dibuat ke dalam bentuk skala rasio, yang dimana dibuat ke dalam bentuk persen untuk melihat perbedaan seberapa besar perbedaan jawaban dari masing-masing parameter yang telah ditawarkan.

Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat semua karakteristik skala nominal, ordinal, dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio (Mangkunegara, 2002).

Regresi Linear Berganda

(64)

Dalam mengkaji hubungan antara beberapa variabel menggunakan analisis regresi, terlebih dahulu harus ditentukan satu variabel yang disebut dengan variabel tidak bebas dan satu atau lebih variabel bebas. Jika ingin mengkaji hubungan atau pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier sederhana. Kemudian, jika ingin dikaji hubungan atau pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka model regresi yang digunakan adalah model regresi linier berganda (multiple linear regression model). Kemudian untuk mendapatkan model regresi linier sederhana maupun model regresi linier berganda dapat diperoleh dengan melakukan estimasi terhadap parameter-parameternya menggunakan metode tertentu (Kutner et.al, 2004).

Kerangka Pemikiran

(65)

mengolah terlebih dahulu dan mengkonsumsi daging ayam kampung dalam bentuk berbagai olahan.

Perilaku konsumen di dalam membeli dan mengkonsumsi ayam kampung dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam kampung. Kelima faktor tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung, dan selanjutnya diregresikan kedalam bentuk regresi linier berganda.

Setelah mempertimbangkan berbagai faktor dalam membuat keputusan konsumen akhirnya memutuskan untuk membeli ataupun tidak membeli. Apabila keputusan konsumen telah diputuskan untuk membeli ayam kampung maka ayam kampung itu dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga dari keputusan membeli tersebut dapat dilihat jumlah konsumsi konsumen serta pengaruhnya terhadap permintaan dan harga.

(66)

Keterangan:

: adanya pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Ayam Kampung

KONSUMEN

Konsumsi Ayam Kampung Perilaku Konsumen

Permintaan dan Harga Daging Ayam

Kampung

Jumlah Konsumsi

Faktor yang mempengaruhi: 1. Umur

2. Tingkat pendidikan 3. Jumlah tanggungan 4. Pendapatan

(67)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

(68)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya banyak menderita anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini dikarenakan kurangnya mengkonsumsi daging berikut olahannya. Berkaitan dengan kasus anemia, dari sekian jenis daging, kandungan gizi terbaik salah satunya ada pada daging ayam kampung.

Ayam kampung (Gallus domesticus) merupakan salah satu jenis yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing

Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan

(Yaman, 2010).

(69)

Sejak sepuluh tahun terakhir ini, “pamor” ayam kampung semakin terangkat seiring dengan adanya tren yang berkembang di kalangan penikmat dan pebisnis di bidang kuliner. Mereka mengklaim bahwa mengkonsumsi daging ayam kampung lebih sehat, karena kandungan kolesterolnya lebih rendah dibandingkan dengan kolesterol pada ayam broiler. Selain itu, rasa dagingnya lebih gurih dan lebih kering. Mungkin karena keunggulan-keunggulan inilah daging ayam kampung mula diminati masyarakat, terutama masyarakat golongan menengah ke atas di wilayah urban (Anonimous(1), 2012).

Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh peningkatan taraf hidup dan kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi daging ayam organik atau daging ayam yang tidak melalui proses rekayasa genetika. Seperti halnya ayam potong yang telah melalui proses rekayasa genetika. Selain itu dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk berarti semakin bertambah pula konsumsi daging ayam kampung yang dibutuhkan. Sebaliknya dari pihak peternak semakin kewalahan dalam menyuplai untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu. Arus permintaan daging ayam kampung ini sebenarnya sudah lama dihadapi para peternak yang dikarenakan peternak sendiri mengalami banyak kendala sehingga belum mampu mengembangkan dan meningkatkan populasi ternak ayam kampung untuk mengimbangi permintaan pasar.

(70)

Medan masih sangat rendah. Produksi daging ayam kampung masyarakat Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Produksi Daging Ayam Kampung (Ton/Tahun)

Tahun Produksi

2007 231,56

2008 196,44

2009 197,43

2010 209,27

2011 214,5

Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara 2011

Sedangkan untuk jumlah penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Medan (Jiwa/Tahun)

Tahun Jumlah Penduduk

2007 2.083.156

2008 2.102.105

2009 2.121.053

2010 2.097.610

2011 2.117.224

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2011

Dukungan pemerintah dalam hal ini kementrian Pertanian terhadap pengembangan bisnis ayam kampung untuk usaha Mikro, Kecil dan koperasi cukup positif. Saat ini telah dibuat blue print sistem pengembangan ayam kampung. Dalam blue print ini akan memberikan perlindungan bagi peternak ayam kampung dalam skala usaha mikro, kecil dan koperasi dalam menjalankan usahanya. Investor besar tidak boleh memasuki bisnis ayam kampung ini. Kapasitas pemeliharaan maksimal 10.000 ekor untuk satu peternak. Dengan pembatasan ini diharapkan usaha ternak rakyat akan berkembang dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

(71)

sedang tren menyediakan menu ayam kampung karena rasa daging ayam yang gurih dan lezat di banding ayam broiler yang lembek hal ini yang membuat banyak orang beralih mengkonsumsi daging ayam kampung dikarenakan sistem pemeliharaan ayam kampung relatif lebih alami / organik, dan tidak memerlukan banyak obat-obatan dan vaksinasi yang rutin karena ayam kampung memiliki daya ketahanan tubuh yang lebih kuat dibandingkan dengan ayam ras sehingga penggunaan obat atau bahan kimia relatif lebih sedikit.

Dalam hal pemasaran komoditas, peternak ayam kampung tidak mengalami kendala yang berarti karena konsumen ayam kampung jumalahnya cukup besar. Disamping itu, peternak bisa memiliki kerjasama dengan mitra yang inging memasarkan ayam kampung. Kemudian mitra usaha berkewajiban memasarkan hasil dari ayam kampung kepada pembeli atau pedagang/pengepul besar (agen). Pemasaran ayam kampung relatif mudah dikarenakan masih tingginya permintaan pasar terhadap daging ayam kampung.

Kendala dirasakan pada sisi harga. Harga daging ayam kampung cenderung berfluktuasi yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permintaan pasar. Apalagi pada bulan - bulan tertentu menjelang hari besar keagamaan seperti lebaran, lebaran haji, natal dan tahun baru, atau upacara adat, maka permintaan daging ayam kampung melonjak. Dengan peningkatan permintaan tersebut tak pelak harga daging ayam kampung menjadi fluktuatif (Rasyaf,2010).

Gambar

Tabel 3. Parameter Perilaku Konsumen Parameter Pernyataan
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis    Kelamin Tahun 2011
Tabel 5. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Tingkat Pendidikan Jumlah SD 266.756
Tabel 6. Sarana dan Prasarana No Sarana dan Prasarana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap konsumen terhadap konsumsi cabai merah; mengetahui pengaruh harga, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap

Hotmaida Veronika Samosir : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Telur Ayam Kampung (Studi Kasus : Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara), 2008..

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan tingkat permintaan telur ayam ras dalam 5 tahun terakhir di Kota Medan, untuk menganalisis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan tingkat permintaan telur ayam ras dalam 5 tahun terakhir di Kota Medan, untuk menganalisis

Pada kenyataannya, jumlah permintaan ke atas suatu barang bukan hanya ditentukan oleh harga barang itu sendiri, melainkan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat

Model Variables Entered Variables Removed Method.. 1

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan permintaan dan penawaran terhadap kopi luwak di lokasi penelitian dan untuk menganalisis pengaruh faktor

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung dan mengetahui hubungan karakteristik umur, pekerjaan