• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kualitas Perilaku Kemandirian Anggota Kelompok P4K : Kasus Program P4K Di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kualitas Perilaku Kemandirian Anggota Kelompok P4K : Kasus Program P4K Di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

e J 2-

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu

d a

~emudahan. Maka apa6ilh

P"

4

kamu telbh selisai

(hri

suatu urusan) kjakanhh dengan sunggufi-

suqjyuh (uman) yang bin, dan hanya l&xda luhanmulbh henda(,inya

f

?.

P

kamu 6erharap

(Q.S. Alarn Nasyrah : 6-8)

Sesungguhnya sernua u w n (perntah) apa6ilb jlahh menghettda& segalh

sesuotunya, ~

h

tianya 6e$rman, 'ydilbhn, maka jdihh. Maha Suci

h

)UZzti,

yan. semuanya dalbm &f&asaan-Wya dan &+a-Wya

kamu

sekaliin dikem6aLikan.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

e J 2-

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu

d a

~emudahan. Maka apa6ilh

P"

4

kamu telbh selisai

(hri

suatu urusan) kjakanhh dengan sunggufi-

suqjyuh (uman) yang bin, dan hanya l&xda luhanmulbh henda(,inya

f

?.

P

kamu 6erharap

(Q.S. Alarn Nasyrah : 6-8)

Sesungguhnya sernua u w n (perntah) apa6ilb jlahh menghettda& segalh

sesuotunya, ~

h

tianya 6e$rman, 'ydilbhn, maka jdihh. Maha Suci

h

)UZzti,

yan. semuanya dalbm &f&asaan-Wya dan &+a-Wya

kamu

sekaliin dikem6aLikan.

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

dengan melaksanakan suatu paket program usaha peningkatan pendapatan bagi

penduduk miskin.

lkutnya petani-nelayan kecil dalam program P4K tersebut diharapkan dapat

mengubah perilakunya yang selama ini dianggap pasrah dan menerima nasib, menjadi

keluarga yang ulet dan berusaha di sektor produktif, sekaligus memupuk jiwa

kewirausahaan dan memiliki semangat untuk menabung yang pada akhirnya akan

meningkatkan kemampuan ekonomi keluarganya dengan tidak selalu tergantung pada

bantuan pemerintah. Bimbingan dan pembinaan dilakukan melalui pendekatan

kelompok secara terarah melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan, dengan

harapan petani-nelayan kecil mau mengubah perilakunya sehingga menjadi tanggap

terhadap pembaharuan. Dorongan dan bimbingan dimaksudkan untuk memotivasi

petani-nelayan kecil dalam mem bentuk kelompok sebagai wadah bekerjasama,

belajar dan berusaha, baik di bidang ekonomi, teknis maupun sosial. Dalam proses

pembinaan kelompok petani-nelayan kecil (KPK), P4K sejak jauh hari telah

merancang, mendorong d m mempersiapkan setiap KPK agar mampu berswadaya,

mandiri dan andal sebagai kelembagaan keuangan mikro alternatif bagi PNK (Badan

Litbang

SDM

- P4K, 2001 b).

Seperti pada fase I dan I1 sebelumnya, tujuan proyek P4K fase 111 adalah

meningkatkan pendapatan petani-nelayan kecil sehingga dapat melampaui garis

kemiskinan untuk mencapai taraf hidup yang lebih layak dan sejahtera, serta

membantu petani-nelayan kecil mengubah perilakunya sehingga lebih tanggap

terhadap pembaharuan. Sebagaimana telah didisain oleh P4K, pembinaan

(22)
(23)

menunjukkan peningkatan kinerja kelompok. Disarnping itu juga digunakan

pendekatan pembentukan struktur kelompok yang berimplikasi melahirkan status

dalam kelompok yaitu sebagai pengurus dan anggota. Pendekatan ini bertujuan

membentuk struktur kerjasama yang bersifat saling membantu dan mengisi dalam

mengelola KPK-nya menjadi kelompok yang mampu bers~adaya dan berswadana

dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya (Badan

Litbang SDM, 200 1 a).

Secara keseluruhan proyek P4K dapat dikatakan telah mencapai sebagian

target-target yang telah ditetapkan, namun perlu disadari bahwa masih ada kelompok-

kelompok yang tingkat pencapaian tujuannya masih belum seperti yang diharapkan.

Sehubungan dengan ha1 tersebut, peranan dari berbagai pihak menjadi penting untuk

membantu meningkatkan pengetahuan, sikap serta tindakan anggota kelompok dalam

peningkatan kinerja kelompoknya (Lembaga Penelitian IPB, 2002).

Menurut Baharsjah dalam Sumardjo (1999) aspek penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani adalah upaya untuk mengubah perilaku petani, yang

dengan perilaku itu memungkinkan petani mampu melihat dengan baik faktor-faktor

yang harus diperhatikan kemana dia hams bergerak dan mampu mengambil

keputusan dengan tepat atau dengan kata lain memiliki etos kemandirian. Kualitas

perilaku kemandirian anggota kelompok untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,

serta tindakannya merupakan usaha.untuk meningkatkan kineja kelompok ke arah

kemandirian yang pada akhirnya diduga dapat meningkatkan kesejahteraan PNK.

(24)

atas tuntutan keberlanjutan kegiatan P4K, walaupun secara keproyekan kegiatan ini

sudah berakhir.

Berdasarkan uraian di atas, maka dinilai perlu untuk melihat kualitas perilaku

anggota kelompok dalam menuju kemandirian kelompok. Banyak faktor yang

diduga berhubungan dengan kualitas perilaku kemandirian anggota kelompok

tersebut antara lain latar belakang kelompok, karakteristik individu, persepsi

pendekatan kegiatan P4K, serta perilaku komunikasi anggota kelompok.

Perurnusan Masalah

Proyek Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan Kecil (P4K) merupakan

suatu proyek penyuluhan pertanian yang ditujukan untuk menumbuhkan kemandirian

dan memberdayakan petani-nelayan kecil (PNK) agar mau dan mampu'menjangkau

fasilitas yang tersedia untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.

Dalam membina PNK-PNK melalui berbagai kegiatan di KPK-KPK, P4K

telah menetapkan suatu kebijaksanaan bahwa KPK dan anggota-anggotanya

diharapkan telah mencapai graduasi setelah mereka menerima kredit maksimum

empat kali periode pemberian kredit. Pada tahap graduasi, PNK secara individu atau

berkelompok diharapkan sudah mampu berusaha atas dasar kemauan dan

" kemarnpuan mereka sendiri dan tidak lagi tergantung kepada bantuan proyek.

Penumbuhan, pengembangan dan pembinaan kelompok petani-nelayan kecil

(KPK) mengalami peningkatan. Akan tetapi dalarh pelaksanaannya masih terdapat

berbagai permasalahan seperti kelompok petani-nelayan kecil (KPK) masih sangat

tergantung kepada Pembina (PPL) dalam ha1 penyusunan rencana usaha bersarna

(25)
(26)

sebagai pembina. P4K memberikan pedoman untuk menilai beberapa aspek

kelompok di antaranya karakteristik kelompok, kegiatan dalam kelompok, hubungan

dengan pihak lain, serta perubahan sosial ekonomi. Berbagai aspek tersebut diberi

kategori nilai yaitu satu untuk kurang, dua untuk cukup, dan tiga untuk baik,

kemudian seluruh nilai yang diperoleh kemudian dijumlahkan sehingga didapat nilai

tertentu. Nilai tersebut menunjukkan sejauhmana strata pengembangan kelompoknya.

P4K telah membuat tiga kategori strata pengembangan kelompok yaitu

dengan kelompok pemula, madya dan utama (Badan Litbang SDM - P4K, 2001 a),

ha1 ini menarik untuk dilihat pada masing-masing strata tersebut, apakah memang

memiliki perbedaan-perbedaan satu dengan lainnya. Dari penjelasan di atas diduga

bahwa terdapat perbedaan-perbedaan dalam strata kelompok maupun status dalam

kelompok dalam ha1 persepsi mengenai kegiatan P4K dan perilaku komunikasi

anggota sehingga mengakibatkan kualitas perilaku kemandirian mggota pada ketiga

strata maupun status dalam kelompok sebagai pengurus dan anggota diduga memiliki

perbedaan pula.

Berbagai penelitian mengenai karakteristik dan perilaku komunikasi sudah

banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian yang melihat kualitas perilaku kemandirian

anggota kelompok dilihat dari sisi strata dan status masih sedikit, dan yang membuat %

penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah kualitas perilaku

kemandirian yang diteliti merupakan kualitas perilaku kemandirian anggota dalam

kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang hendak diteliti

(27)
(28)

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi

penyelenggaraan kegiatan P4K. Sehubungan dengan ha1 tersebut, penelitian ini

diharapkan dapat berguna bagi pengambil keputusan sebagai bahan pertimbangan

dalam membuat perencanaan untuk memperbaiki keterkaitan dan kesinambungan

(29)
(30)

Kegiatan P4K melaksanakan pembinaan terhadap kelompok dengan bentuk

komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi dalam

program P4K pada prinsipnya merupakan proses komunikasi yang melibatkan para

penyuluh sebagai komunikator, petani sebagai komunikan dan pesan yang dikemas

yaitu program P4K, inforrnasi atau inovasi yang disampaikan kepada petani dengan

menggunakan komunikasi interpersonal dan media kelompok sebagai media

kotnunikasi. Jadi keberhasilan pembinaan kelompok akan ditentukan oleh

keefektifan komunikasi yang berlangsung di dalam kelompok (Steven dan John

dalam Sinaga, 2002). Agar pelaksanaan program P4K berjalan dengan efektif

dilakukan pertemuan secara rutin mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi

dan tingkat pusat. Sosialisasi P4K tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kepada kelompok binaan.

Adapun langkah-langkah operasional yang dilaksanakan pada program P4K

adalah :

1. Pra-penumbuhan; petani-nelayan kecil (PNK) yang merupskan anggota

kelompok binaan adalah keluarga miskin yang berpendapatan 320 setara beras

per orang per tahun, memiliki karakter yang baik, memiliki usaha atau berpotensi

untuk berusaha, bersedia rnenabung secara teratur, saling kenal dan punya

1

kepentingan yang sama serta telah mempunyai ikatan pemersatu yang jelas

(kesamaan tempat tinggal, lokasi atau jenis usaha)

2. Pra-kredit I; setelah membentuk kelompok (KPK) selanjutnya difasilitasi dan

dibirnbing agar dapat memenuhi persyaratan seperti memiliki pengurusan

kelornpok yang dipilih oleh dan dari anggota KPK pada suatu pertemuan

(31)

kelompok. Kelompok harus memiliki tujuan dan aturan yang disepakati oleh

seluruh anggota. Pertemuan harus dilakukan secara berkala. Anggota KPK

memiliki tabungan minimal 5 persen dari nilai kredit yang akan diajukan.

Mempunyai administrasi kelompok secara sederhana, kesepakatan tanggung

renteng secara tertulis dan bisa menyusun rencana usahabersama (RUB).

3. ha-kredit 11; apabila KPK telah melunasi kredit pertama dan akan mengakses

kredit kedua, maka persyaratannya adalah telah mempunyai administrasi

keuangan yang terbuka. KPK telah mampu melakukan monitoring dan evaluasi

bagi kegiatan kelompoknya. Tabungan anggota sudah meningkat dan melebihi 5

petsen tabungan beku yang dipersyaratkan untuk kredit kedua, serta telah

menyusun RUB 11.

4. Pra-kredit 111; setelah kredit kedua selesai, dan masih berkeingin& untuk

mendapatkan kredit selanjutnya, KPK hams memenuhi persyaratan antara lain

peningkatan penjualan dan perluasat~ pasar, adanya pemupukan hodal sendiri,

Kelompok harus mempu~yai pembukuan usaha yang sederhana. Tabdngari

anggota sudah meningkat melebihi 5 % dari tabungan terbeku yang disyarhtkah

untuk kredit 111, serta sudah dapat menyusun RUB secara mandiri.

5 . Pra-kredit IV: kelompok yang telah menjalankan kedit 111 dan ingin mengakses .

ke kredit IV, harus memenuhi persyaratan antara lain mempunyai akuntansi

usaha anggota, dan telah memahami manajemen keuangan serta sudah melunasi

kredit I11 dan dapat menyusun RUB IV secara mandiri.

6 . Graduasi (penyapihan) PNK : kelompok yang telah mendapatkan kredit IV telah

siap untuk disapih (graduasi). Untuk itu Kelompok harus memenuhi persyaratan

(32)

sebagai berikut : KPK memiliki pendapatan keluarga per kapita per tahun telah

melampaui garis kemiskinan. PNK secara berkelompok atau perorangan telah

memiliki akses ke sumber layanan permodalan (dari gabungan KPK yarlg

mandiri atau dari sumber keuangan laiti, dengan lingkup pasar yang lebih luas,

meskipun masih memerlukan bantuan tehnik yang diperlukan untuk

perigembangan usaha yang sesuai dengan mekanisme pasar).

Dalam penumbuhan kelompok yang di lakukan secara partisipasi, terdapat

pokok-pokok kegiatan penumbuhan dan pemberdayaan KPK yang me1 iputi l ima

belas kegiatan yang hams dilaksanakah. Diawali dengan langkah-langkah

penurnbuhan ~ P K yaitu mulai dari identifikasi lokasi dan potensi wilayah sarnpai

kepada survai rumah tangga anggota KPK. Setelah itu dilanjutkan dengan pokok-

pokok kegiatsin pemberdayaan KPK, dimanii seluruh KPK hams mengetahui sepuluh

pokok kegiatah pemberdayaan tersebut, mulai dari menabung sambai dengan

pelayanan untuk mendapatkan pembinaan d&fi lembaga/instansi lain yahg terkait.

Macam usaha bersarna yang dibiayal oleh BRI adalah segala jehis usaha ymg

produktif, menguntungkan dan dapat diiaksanakan sendiri oleh ~ P K dengan

perputaran usaha yang relatif cepat, mencakup kegiatan sektor pertanian dan non

pertanian (produksi, perdagangan, dan jasa). Adapun persiapan bagi calon peminjam

adalah :

1. Petani-nelayan Kecil yang pendapatannya < 320 kg berasJkapitaJtahun

2. Jumlah anggota kelompok antara 5 sampai dengan 16 orang

3. Ketua dan Sekertaris Kelompok memiliki surat kuasa anggota tentang persetujuan

bersama untuk memperoleh pinjaman dan sekaligus sebagai pernyataan bersama

(33)
(34)

Visi dari P4K Fase III/RIGP (Rural Income Generation Project) dengan masa proyek

selama tujuh tahun (1 998-2005) adalah :

1

.

Membangun kemampuan PNK agar memil iki rasa percaya diri yang kuat untuk

menghadapi kehidupan dan penghidupannya

2. memberdayakan PNK dalam usaha meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraann ya

3. Mengupayakan tumbuh dan berkembangnya iklim dan sistem pelayanan yang

mendukung kegiatan usaha produktif PNK

4. Memperkuat kelembagaan PNK untuk meningkatkan kemampuan kerjasama,

posisi tawar dan skala ekonomi usahanya.

Rancangan belaksanaan Fase IIIIRIGP ini terdiri atas tiga tahap yaitu : I

I

1. Tahad bersiapan (1 99811 999) yang difokuskan untuk mempersiapkah semua

infrastrbktur proyek.

2. Tahap pertumbuhan (1999100 sampai dengan 2002), pada tahap Itti akaii

dikembangkan.KPK baru, sedikitnya berjumlah 38.000 KPK.

3. Tahap pemantapan (2003 - 2005), dimana pada tahap ini tidak ada lagf

penumbuhan KPK, penambahan tenaga pembina maupun lokasi kegiatan.

Pada tahap ini diharapkan tercapainya dampak yang berkelanjutm terhadap ,

seluruh penerima manfaat proyek, atau dengan kata lain terciptanya

kemandirian dari penerima manfaat P4K.

(35)

Karakteristik Anggota Kelompok

Lionberger dan Gwin (1982) mkngemuicakan, peubah-peubah penting dalam

mengkaji masyarakat lokal antara lain adalah peubah karakteristik individu.

Karakteristik anggota kelompok pada dasarnya adalah juga merupakan karakteristik

individu. Lebih lanjut Lionberger (1960) mengemukakan- bahwa karakteristik individu meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologis. Di lain pihak Anwar

dalam Shiddieqi (2001) menyatakan bahwa karakteristik individu yang patut

diperhatikan antara lain yaitu umur, pendidikan formal, luas garapan, serta tingkat

pengetahuan. Sedangkan menurut Kotler (1980) karakteristk demografi meliputi

umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, tingkat sosial, ras, ukuran keluarga dan

kebangsaan.

Dalam studi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas perilaku

kemandirian anggota P4K, karakteristik individu yang diduga relevan adalah umur,

tingkat pendidikan formal, pendidikan non-formal, pengalaman berkelompok, skala

usaha, serta pengalaman berusaha. Bagi aspek pengalaman berkelompok, serta skala

usaha, dicoba untuk diteliti karena kedua aspek tersebut diduga kuat berhubungan

erat dengan perilaku komunikasi anggota yang mendukung peningkatan kualitas

perilaku kemandirian anggota kelompok.

Perilaku Komunikasi

Perilaku komunikasi adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari

atau memperoleh informasi dari berbagai sumber, kemudian disebarluaskan kepada

(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)

METODE PENELITIAN

Disain Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survei deskriptif korelasional.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan hubungan beberapa variabel

yang diduga mempunyai hubungan yang nyata dengan kualitas perilaku kemandirian

anggota KPK dzlam penerapan program pengentasan kemiskinan melalui proyek

P4K, di Kecamatan Nagrak

-

Kabupaten Sukabumi.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Kecamatan Nagrak

-

Kabupaten Sukabumi

-

Jawa Barat, dengan pertimbangan bahwa kegiatan P4K di

Kecamatan tersebut telah berlangsung relatif cukup lama yaitu dari tahun 1994

hingga sekarang.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah anggota kelompok P4K di Kecamatan Nagrak -

Kabupaten Sukabumi'yang kelompohya masih aktif sampai dengan penelitian ini

berlangsung, yaitu sebanyak 1.078 anggota dari 98 KPK. Pemilihan responden

) i

mempertimbangkan dua ha1 : (1) keaktifan responden dalarn kelompok (pengurus

dan anggota) dan (2) tingkat penumbuhadperkembangan kelompoWKPK (pemula,

madya dan utama). Pengambilan sampel responden dilakukan dengan menggunakan

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)

Pada aspek keterdedahan media massa, umumnya masih tergolong tinggi.

Hal ini mengindikasikan bahwa anggota masih memerlukan banyak informasi

tentang pelaksanaan kegiatan P4K. Di kelompok madya perlu dicermati karena

kecenderungan terdedah media massa masih rendah, ha1 ini karena kebanyak

kepemilikan media pada anggota masih rendah. Bahkan ada yang tidak memiliki

media sama sekali, sehingga anggota lebih mengandalkan informasi lewat

komunikasi antar pribadi, begitu pula dari sisi keaktifan sebagai anggota.

Pada aspek tingkat partisipasi sosial, kecenderungan ini hampir sama yaitu

termasuk ke dalam kategori tinggi, baik dilihat dari perbedaan strata maupun

status dalam kelompok. Kegiatan sosial yang dilakukan anggota berpotensi bagi

terjadinya pertukaran informasi berbagai hal.

~ e u b a h kekosmopolitan (Lampiran Tabel 3) pada aspek interaksi dengan

agen pembaharu, seluruhnya menydtakan sering berinteraksi dengan PPL, baik

dilihdt dari perbedaan strata kelompok dan status maupun kelohpok. PPL sebagai

pembina dan agen pembaharu masih diperlukan dan merupakan salah satu nara

sumber yang paling dekat dengan anggota kelompok selain pengurus kelompok.

Pada aspek intensitas mencari informasi P4K, baik pada perbedaan strata

maupun status, semua anggota termasuk ke dalam kategori tinggi. Bagi anggota

~.

ha1 tersebut masih dirasa perlu k a n a informasi yang ada masih kurang.

Sedangkan interaksi dengan pemimpin formallnon-formal termasuk ke dalam

kategori sedang. Interaksi dengan pernimpin formallnon-formal jarang dilakukan

kecuali dengan PPL dan pengurus kelompok, karena pengetahuan merekapun

mengenai P4K sangat terbatas. Hal yang menarik pada status sebagai pengurus

(78)

mencolok, ini mengindikasikan bahwa bagi anggota, pengurus dapat disamakan

dengan pemimpin non-formal, begitu juga kelompok utama bagi kelompok madya

dan pemula. Makin berkembang suatu kelornpok, maka kelompok tersebut

menjadi nara sumber bagi kelompok lainnya.

Kualitas Perilaku Kemandirian

Kualitas perilaku kemandirian anggota kelompok program P4K dalam

penelitian ini melihat karakteristik individu petani sebagai anggota kelompok

yang mempunyai kaitan erat dengan pengembangan kualitas perilaku kemandirian

anggota dalam mengembangkan kesiapan anggota tersebut menghadapi dan

mendukung kemandirian kelompok, meliputi ranah: pengetahuan, sikap dan

tindakan (Tabel 10).

Tabel 10. Sebaran Kualitas Perilaku Kemandirian Responden di Kecamatan Nagrak

Kualitas Perilaku Kemandirian

Tingkat kemandirian pengetahuan

I I

Tingkat kemandirian sikap

1

Mau Ragu-ragu Tidak mau Kategori Tinggi Sedang Rendah 22 53 25 Persentase

(n = 100)

30

45 25

Tingkat Kemandirian Tindakan Akses r~odal

Akses sarana dan teknologi

Akses pemasaran Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

[image:78.578.53.458.372.658.2]
(79)

Pada aspek tingkat kemandirian pengetahuan mayoritas berada di kategori

sedang, artinya tingkat pengetahuan mengenai P4K hampir merata pada setiap

anggota kelompok. Hanya di kelompok utama sebagian besar resp~ndennya

memiliki tingkat kemandirian pengetahuan tinggi, ini dapat dipahami karena

anggota pada strata kelompok ini telah mengalami masa graduasi yang berarti

telah dapat mencari informasi tentang P4K untuk meningkatkan pengetahuannya,

tidak hanya tergantung pada narasumber terdekat saja.

Pada aspek tingkat kemandirian sikap mayoritas hnggota menyatakan

keragu-raguannya terhadap kegiatan P4K, baik dilihat dari perbedaan strata

maupun status dalam kelompok. Tingkat kemandirian sikap ini adalah cerminan

dari perilaku komunikasi yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak

langsung, yang dapat menimbulkan sikap yang berbeda pada anggota

KPK

P4K.

Sedangkan pada tingkat kemandirian tindakan pada aspek akses modal mayoritas

berada pada kategori tinggi (Lampiran Tabel 4). Hanya pada strata kelompok

pemula paling banyak termasuk ke dalarn kategori sedang, ha1 ini dapat &pahami

karena akses modal yang diketahui oleh kelompok pemula barn BRI, sedangkan

pada strata kelompok laimya sudah mulai memililu peluang dan kesempatan lain

selain BRI, misalnya tabungan kelompok.

,

.

Pada aspek akses sarana dan teknologi, umumnya anggota termasuk ke

dalam kategori sedang, hanya pada strata kelompok madya dan utama yang

sebagian besar respondennya termasuk ke dalam kategori tinggi. Sama halnya

dengan akses modal, kelompok madya dan utama telah rnemiliki kegiatan usaha

ymg relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan kelompok pemula, sehingga

(80)

dengan meningkatnya penggunaan sarana dan teknologi maka peluang dan

kesempatan untuk mendapatkannya menjadi salah satu ha1 yang penting untuk

dicari.

Pada aspek terakhir yaitu aspek akses pemasaran, secara umum terlihat

perbedaan yang sangat tipis antara kategori tinggi dan rendah. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa pada sebagian anggota yang terrnkuk ke dalam kategori

tinggi, mereka telah memiliki jaringan pemasaran yang lebih banyak dan luas,

sedangkan pada kategori rendah sebagian besar anggota masih merupakan

kelompok pemula. Hal ini diperkuat dengan data yang diperoleh dengan

membedakan strata kelompok, terlihat bahwa pa& strata kelompok pemula

sebagian besar termasuk ke dalam kategori rendah. Hal lain yang menarik bila

dilihat dari perbedaan status keanggotaan, justru pada pengurus sebagian besar

termasuk ke dalam kategori rendah. Dari hasil di lapangan, kebanyakan pengurus

tidak dibebani untuk mencari pasar, tetapi lebih terfokus pada pengelolaan dan

(81)
(82)
(83)

membutuhkan interaksi dengan anggota kelompok lain, karena peluang akses

komunikasi yang diperoleh tidak semudah yang dapat diakses oleh pengurus.

Selain itu anggota diharapkan lebih aktif untuk membangun jaringan dengan

kelompok lain, karena secara kuantitas lebih banyak dari pengurus dan pengurus

lebih fokus pada tindak lanjut atau menentukan keputusan bagi kelompok, artinya

ada kerjasama yang berkesinambungan antara anggota dengiin pengurus.

Strata kelompok berhubungan sangat nyata dengan pelaksanaan usaha

bersama, pemasaran dan teknologi tepat guna, pemupukan modal dan

penggunaannya, penggunaan waktu dan uang secara tepat, kerjasama antar

kelompok dan koperasi, serta pembinaan dari lembaga terkait. Artinya semakin

meningkat perkembangan kelompok maka semakin baik pelaksanaan usaha

bersama, pemasaran dan teknologi tepat guna, pemupukan modal dan

penggunaannya, penggunaan waktu dan uang secara tepat, kerjasama antar

kelompok dan koperasi, pembinaan dari lembaga terkait.

Contohnya pada kelompok utarna yang sudah mempunyai usaha

bersama, telah memiliki jaringan pemasaran dan teknologi tepat guna, sudah

mampu mengelola modal, dapat menggunakan uang dan waktu secara tepat,

mampu bekerjasama dengan kelompok dan koperasi, dan telah melakukan

pembinaan dengan bekerjasama pada lembaga lain. Contoh ini ada pada

kelompok "MA WAR". Kelompok ini berdiri pada tahun 1997, setelah melalui

tahap kelompok pemula dan madya (sekitar 7 tahun), kelompok sudah mempunyai

usaha bersama, yaitu pembuatan minuman dari rempah secara instan. Kelompok

ini telah memiliki jaringan pemasaran yang cukup mapan, dan pada proses

(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)

Larnpiran Tabel 1. Sebaran Karakteristik Individu Berdasarkan Keragaan Kelompok

Karakteristik Kategori Strata Kelompok Status Keanggotaan

individu Pemula Madya Utama Pengurus Anggota

Umur Tua 15 14 9 16 22 (33.3) (46.7) (36.0) (40.0) (36.7)

Sedang 14 1 1 6 8 23 (3 1.1) (36.6) (24.0) (20.0) (38.3)

Muda 16 5 10 16 15 (35.6) (1 6.7) (40.0) (40.0) (25.0)

Total 45 30 25 40 60

(1 00.0) (1 00.0) (1 00.0) (1 00.0) (1 00.0)

Tingkat pendi- Tidak tamat 1 0 7 3 5

dikan formal SD (2.2) (28.0) (7.5) (8.3)

Tamat SD 26 18 15 19 40 (57.8) (60.0) (60.0) (47.7) (66.7)

Tamat SMP 12 5 1 9 9

(26.7) (16.7) (4.0) (22.5) (1 5.0)

Tamat SMU 6 5 2 9 4 (13.3) (16.7) (8.0) (22.5) (5.7)

Diploma 0 1 0 0 1

(3.3) (1 -7)

Sarjana 0 1 0 0 1

(3.3) (1.7)

formal (5 1.1) (43.3) (56.0)

Pengalaman Lama 8 13 3 6 18

berkelompok ( 1 7.8) (43.3) (12.0) (1 5.0) (30.0) (60.0) (33.3) (68.0)

(16.7) (20.0) (1 0.0) (1 0.0) (1 1 .l) (50.0) (16.0) (25.0) (23.3)

0

- (66.7)

Total 45 3 0 25 40 60

(116)

Karakteristik individu

Pengalaman ~ e i s a h a

Kategori

Memiliki

rnerniliki Total Tidak

Ket : angka dalam ( ) adalah persentase

(46.7) 45 (1 00.0)

Strata Kelompok

(53.3) 2 1

Pemula 24

Status ~ e a n g ~ o &

1

(117)

Lamp Tabel 2. Sebaran Persepsi Pendekatan Kegiatan P4K Anggota Berdasarkan Keragaan ~ e l o r n ~ o k

Pendekatan Kegiatan

1

Kategori

I

Strata Kelompok

P4K

Kegiatan menabunn

Status dalam

.d

-

Penyusunan RUB

Setuiu

Kredit

"

Terl ibat

Pelaksanaan Usaha

Sesuai

Bersama

Pencatatan & pembu- kuan keuangan

Pemasaran dan tekno-

Pemula

45 (100) 45

Setuju

logi tepat guna

Pemupukan modal & penggunaannya

Penggunaan waktu dan uang secara tepat

Kelompok (100) 45 Ragu-ragu Tidak setuju Setuju Sesuai

Kerjasama antar kelom-

Pengurus 40 Madya 3 0 (100) 3 0 (100) 12 Ragu-ragu Tidak sesuai Sesuai Ragu-ragu Tidak sesuai Sesuai Ragu-ragu Tidak sesuai

pok dan koperasi

Pembinaan dari lemba- ga terkait Anggota 60 Utama 25 (100) 30 (26.7) 23 (5 1.1) 10 (22.2) 45 (100) 10 (22.2) 17 (37.8) 18 (40.0) 9 (20.0) 17 (37.8) 19 (42.2) 0 3 (6.7) 42 Setuju (100) 25 (100) 15

Keterangan : angka dalam ( ) adalah persentase

Ragu-ragu Tidak setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju (100) 25 (50.0) 13 (43.3) 2 (6.7) 30 (100) 10 (93.3) 2 (4-4) 28 (62.2) 15 (33.3) 0 20 (44.4) 25 (55.6) (100) 40 (100) 18 (100) 60 (100) 40 (40.0) 10 (100) 60 (100) 20 (4 1.7) 27 (45.0) 8 (13.3) 63 (100) 19 (72.0)

1

(50.0)
(118)

Lampiran Tabel 3.Sebaran Perilaku Komunikasi Berdasarkan Keragaan Kelompok

Status dalarn Kelompok Pengurus

1

Anggota Strata Kelompok

Pemula

I

Madya

I

Utarna Perilaku Komuni kasi Kategori 12 (48.0) 8 (32.0) 5 (20.0) 25 (1 00.0) 4 (16.0) 1 1 (44.0) 10 (40.0) 25 3 0 (1 00.0) 0 0 3 0 (1 00.0) 9 (30.0) 8 (26.7) 13 (43.3) 30 (1 00.0) 25 (83.3) 3 (10.0) 2 (6.7)

-

-3 0 (1 00.0)

Keterdedahan terhadap saluran informasi Komunikasi antar

pribadi

Media massa

(1 00.0) 22

(88.0) (87.5) (78.3) 2

(8.0) 1 (4.0)

25 40 60 (1 00.0) (100.0) (100.0)

23 (57.5) 14 (35.0) 3 (7.5) 40 (1 00.0) 18 (45.0) 1 1 (27.5) 1 1 (27.5) 40

.

48 (80.0) 9

( I 5.0) 3 (5.0) 60 (1 00.0) 23 (38.3) 20 (33.3) 17 (28.3) 60 Tinggi Sedang Rendah Total Tinggi Sedang Rendah Total Interaksi dengan agen pembaharu Intensitas mencari informasi P4K Interaksi dengan p i m p i n

fmallnon~form J

Keterangan : ( J

29 (64.4) 15 (33.3) 1 (2.2) 45 (1 00.0) 28 (62.2) 12 (26.7) 5 (1 1.1 )

45 (1 00.0) Tinggi (77.8) Sedang (13.3) Rendah 3 0 (1 00.0) 0 3 0 (1 00.0) 20 (66.7) 8 (26.7) 2 (6.7) 3 0 (1 00.0) 22 (73.3) 8 (26.7) 30 (100.0) - Total Tinggi Sedang Total Tinggi Sedang Rendah Total Sedang Rendah Total w#k&persentase 45 (1 00.0) 35 (77.78) 10 (22.2) 45 (100.0) 33 (73.3) 8 (1 7.8) 4 (8.9) 45 (100.0) 29 (64.4) 16 (1 6.0) 45 (100.0) 17 (68.0) 8 (32.0) 25 (100.0) 13 (52.0) 7 (28.0) 5 (20.0) 25 (1 00.0) 15 (60.0) 10 (40.0) 25 (100.0) Kekosmopolitan 28 (70.0) 12 (30.0) 40 (1 00.0) 29 (72.5) 8 (20.0) 3 (7.5) 40 (100.0) 22 (55.0) I8 (45.0) 40 (1 00.0) 54 (90.0) 6 (1 0.0) 60 (100.0) 37 (61.6) 15 (25.0) 8 (1 3.4) 60 (1 00.0) 44 (73.3)

. 16 (25.7) 60

(119)

Kemandirian

Lampiran Tabel 4. Sebaran Kualitas Perilaku Kemandirian Anggota

Tingkat kemandirian pengetahuan

Kualitas Perilaku ( Kategori ( Strata Kelompok

Sedang Rendah Status dalam Kelompok Pemula 4 (8.9) 29 (64.4) 12 Madya 8 (26.7) 13 (43.3) 9

(26.7) (30.0) (16.0) (22.5) (26.7)

Utama

18 (72.0) 3

(1 2.0) 4 Tingkat kemandirian sikap Total Kualitas Perilaku Mau Ragu-ragu

1 I

(24.4) 45

Kemandirian

Kategori

(31.1) (1 0.0) (20.0) 8

(1 7.8) 26 (57.8)

1 1 (36.7) 30

Pemula

1

Madya

1

Utama

Akses sarana dan teknologi

0

Strata Kelompok

Kelompok Pengurus

I

Anggota

Tingkat kemandirian tindakan

6 (20.0) 13 (43.3) 3 (12.0) 25 Status dalam Tinggi Sedang Rendah Akses pemasaran 8 (32.0) 14 (56.0) 6 (1 5.0) 40 23 (92.0) 2 (8.0) 0 19 (63.3) 9 (30.0) 2 Akses modal 4 (8.9) 29 (64.4) 12 (26,7) 19 (3 1.7) 60

Keterangan : ( ) adalah persentase

Tinggi Sedang Rendah Total 12 (30.0) 22 (55.0) 24' (60.0) 12 (30.0) 4 Tinggi Sedang Rendah 16 (53.3) 8 (26.7 6 (20.0) 10 (1 6.7) 3 1 (5 1.6) 3 3 (55.0) 15 (25.0) 12 15 (33.3) 16 (35.6) 14 0 18 (40.0) 27 (60.0) 45

0

13 (52.0) 12 (48.0) 0 16 (53.3) 5 (16.7) 9 (30.0) 30 14 (35.0) 16 (40.0) 10 (25.0) 19 (31.7) 3 3 (55.0) 8 (1 3.3) 2 1 (84.0) 4 (16.0) 0 25 18 (45.0) 1 (2.5) 2 1

Gambar

Tabel 10. Sebaran Kualitas Perilaku Kemandirian Responden di Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Uji ANOVA dari masing-masing kelompok uji baik aktivitas dan kapasitas fagositosis dari variasi konsentrasi logaritma yang diberikan 0,1 – 1000 µg maupun terhadap kontrol (-)

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebelumnya subjek sudah menuliskan beberapa rencana agar bisa mengatasi masalah mengontrol diri, masing-masing anggota kelompok saling mendukung serta sepakat untuk

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui dan mempelajari lebih jauh mengenai prosedur administrasi bagian pengadaan barang dan jasa pada PT

Ketua program studi juga mampu membuka jaringan kerjasama dengan berbagai pihak.Interaksi antara pimpinan Program Studi baik dengan unsur-unsur pelaksana akademik

Aturan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah kode etik mahasiswa yang mengatur mahasiswa UIN Suska Riau untuk melakukan kehidupan sosial-budayanya sebagai

Untuk melihat seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan asset, profitabilitas dan kepemilikan managerial terhadap struktur modal pada

Varietas juga berpengaruh terhadap beberapa komponen hasil tanaman, yaitu jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah bulir per malai, dan hasil padi (Hatta,