• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENGATASI PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA

MASYARAKAT SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN

AKHIR (TPA) JATIBARANG KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Yuli Handayani NIM 3201407011

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:

Hari : Senin

Tanggal : 24 Oktober 2011

Pembimbing I

Drs. Apik Budi Santoso, M. Si NIP. 19620904 198901 1 001

Pembimbing II

Drs. R. Sugiyanto, SU

NIP. 19471201 197501 1 001

Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 28 Oktober 2011

Penguji I

Drs. Apik Budi Santoso, M. Si NIP. 19620904 198901 1 001

Penguji II

Drs. R. Sugiyanto, SU

NIP. 19471201 197501 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M.Pd.

NIP. 19510808 198003 1 003 Penguji Utama

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan….dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap (QS. Al Insirah 6-8)

Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran, nikmatnya beroleh kemenangan akan menghilangkan letihnya perjuangan, menuntaskan pekerjaan dengan baik akan melenyapkan lelahnya jerih payah (Dr.Aidh bin Abdullah Al-Qurni)

“karena hidup tidak pernah sampai di sini”. “cintai hidupmu dengan berani, jangan pernah menyerah dan jangan berputus asa”. Karena untuk hidup dan

melangkah adalah sebuah anugrah, tetapi untuk terus hidup dan terus melangkah lagi, bekerja keras untuk setiap impian adalah luar biasa (Yuli Handayani)

PERSEMBAHAN:

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibuku yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, arahan dan perhatian yang begitu besar dalam setiap detik langkahku.

2. Mas dan adikku, terimakasih atas kasih sayang dan motivasinya.

3. Seseorang dari-Nya yang kelak akan menemani langkahku.

4. Almamaterku yang telah

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah

dan kemudahan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi

Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) Jatibarang Kota Semarang” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pada Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik

tanpa bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu

dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang

2. Drs. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi serta Dosen

Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan

sabar selama proses penelitian hingga akhir penulisan skripsi.

4. Drs. R Sugiyanto, SU, Dosen Pembimbing II atas segala arahan dan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Keryawan Jurusan Geografi, terima kasih untuk

ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan serta bantuan dan

(7)

vii

6. Kepala Kelurahan Kedungpane serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Semarang yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini serta

kerjasamanya.

7. Semua teman dan Sahabat Geografi 2007, terima kasih atas persahabatan

yang indah, kalian adalah bagian dari perjalanan hidupku.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih

atas dukungan serta bantuannya baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Semoga segala kebaikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua mendapatkan

balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun sebagai sumbangan berharga bagi karya penulis selanjutnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.

Semarang, September 2011

(8)

viii

SARI

Yuli Handayani. 2011. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang . Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang

Kata kunci: Hubungan, Tingkat Pendidikan, Pencemaran Lingkungan

Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk Sumber daya manusia yang ahli dan terampil serta produktif sehingga pada gilirannya dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat. Perbedaan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang terkadang mempengaruhi pola pikir dan sikap mereka, walaupun faktor lingkungan dan kebiasaan juga sangat berperan namun pendidikan tetaplah penting dalam pembentukan karakter seseorang dalam melakukan maupun mengatasi suatu permasalahan yang timbul. Salah satunya yaitu permasalahan lingkungan yang kaitannya dengan pencemaran lingkungan yang telah terjadi dewasa ini. Timbunan sampah di TPA Jatibarang semakin bertambah melebihi daya tampung TPA tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran udara dan bau sampah semakin meluas serta sampah-sampah yang tercecer juga telah mencemari tanah di daerah tersebut. Pokok permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah: Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui tingkat pendidikan masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang. 2) Mengetahui upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang. 3) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang khususnya RW.4 Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen yang berjumlah 268 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 25% dari tiap populasi, yaitu 69 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik angket, dan teknik dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif persentase dan teknik analisis statistik dengan rumus product moment. Teknik deskriptif persentase digunakan untuk mempersentasekan tingkat pendidikan serta upaya mengatasi pencemaran lingkungan. Teknik analisis statistik digunakan untuk mencari ada atau tidaknya korelasi antar variabel dalam penelitian.

(9)

ix

menempuh perguruan tinggi sebesar 2,90%. hasil perhitungan dengan menggunakan statistik korelasi product moment, diperoleh hasil rxy sebesar 0,317

sedangkan pada r tabel dengan N = 69 pada taraf signifikansi 95% sebesar 0,235. Karena nilai r xy > r tabel (0,317 > 0,235) maka Ha yang berbunyi “ada hubungan

antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang” diterima dengan hasil interpretasi tergolong rendah.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang walaupun tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan bukanlah faktor dominan yang berperan dalam upaya yang dilakukan masyarakat, namun terdapat faktor-faktor lain yang juga berperan misalnya pengetahuan, lingkungan dan kebiasaan masyarakat.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

BAB II LANDASAN TEORI dan HIPOTESIS A. Landasan Teori ... ….11

B. Penelitian Terdahulu... 37

C. Kerangka Berpikir ... 42

(11)

xi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi ... 44

B. Sampel ... 44

C. Variabel Penelitian ... 46

D. Metode Pengumpulan Data ... 47

E. Validitas dan Realibilitas ... 49

F. Metode Analisis Data ... 50

G. Tahap Penelitian ... 54

H. Kerangka Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 57

1. . Letak dan Luas Wilayah ... 57

2. . Kondisi Fisik Wilayah ... 60

3. . Kondisi Penduduk... 64

B.Hasil Penelitian ... 68

1. . Tingkat Pendidikan Masyarakat... 68

2. . Upaya Mengatasi Pencemaran ... 69

3. . Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar TPA Jatibarang Kota Semarang ... 75

C.Pembahasan ... 76

BAB V SIMPULAN dan SARAN A.Simpulan ... 82

B.Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Komponen Pencemar Daratan ... 21

Tabel 2. Limbah Padat dan Daur Ulangnya (recycling) ... 31

Tabel 3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

Tabel 4. Klasifikasi Kategori Tingkatan dalam Bentuk Skor dan Persen (%) ... 53

Tabel 5. Interpretasi Nilai r ... 54

Tabel 6. Daftar Kelurahan di Kecamatan Mijen ... 58

Tabel 7. Penggunaan Lahan di Kelurahan Kedungpane ... 61

Tabel 8. Timbulan Sampah di Kota Semarang Tahun 2010 ... 64

Tabel 9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pembagian Wilayah RW ... 65

Tabel 10.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 65

Tabel 11. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Kedungpane ... 66

Tabel 12.Jumlah Penduduk Meurut Tingkat Pendidikan ... 66

Tabel 13.Mata Pencaharian Penduduk ... 67

Tabel 14.Tingkat Pendidikan Responden ... 68

Tabel 15.Upaya Mengatasi Pencemaran Tanah Oleh Masyarakat ... 72

Tabel 16.Upaya Mengatasi Pencemaran Air Oleh Masyarakat ... 73

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Daur Pencemaran Lingkungan... 23

Gambar 2. Kerangka Berpikir ... 42

Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Penelitian ... 56

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian ... 59

Gambar 5. Pintu Masuk TPA Jatibarang ... 60

Gambar 6. Penggunaan Lahan di Kelurahan Kedungpane ... 62

Gambar 7. Tanah yang Tercemar Oleh Sampah ... 63

Gambar 8. Timbunan Sampah di TPA Jatibarang ... 63

Gambar 9. Lokasi TPA Jatibarang Kota Semarang ... 70

Gambar 10.Sampah yang Tercecer di Pinggir Jalan ... 72

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Observasi ... 87

Lampiran 2. Lembar Observasi ... 88

Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen ... 92

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 93

Lampiran 5. Tabel Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 104

Lampiran 6. Perhitungan Validitas dan Realibilitas ... 109

Lampiran 7. Daftar Nama Reponden ... 112

Lampiran 8. Tabulasi Tingkat Pendidikan ... 114

Lampiran 9. Tabulasi Upaya Mengatasi Pencemaran Tanah ... 116

Lampiran 10.Tabulasi Upaya Mengatasi Pencemaran Air... 118

Lampiran 11.Tabulasi Upaya Mengatasi Pencemaran Udara ... 121

Lampiran 12.Kriteria Tingkat Pendidikan Terhadap Upaya Mengatasi Pencemaran... 124

Lampiran 13.Tabel Analisis Korelasi Product Moment ... 126

Lampiran 14.Analisis Korelasi Product Moment ... 128

(15)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk sumber daya manusia

yang ahli dan terampil serta produktif sehingga pada gilirannya dapat

mempercepat kesejahteraan masyarakat. Manusia sangat berperan dalam

melestarikan potensi lingkungan hidup. Oleh karena itu manusia perlu diberi

bekal untuk melestarikan lingkungan melalui pendidikan lingkungan,

khususnya etika lingkungan. Dikatakan demikian karena sebagai penduduk

bumi, manusia bertanggung jawab terhadap Tuhan, dalam arti menjaga

kelangsungan hidup manusia dan kelestarian lingkungannya. Manusia pada

dasarnya berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi

lingkungan hidupnya dan juga dipengaruhi oleh lingkungannya (Neolaka,

2008:104).

Perbedaan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang terkadang

mempengaruhi pola pikir dan sikap mereka, walaupun faktor lingkungan dan

kebiasaan juga sangat berperan namun pendidikan tetaplah penting dalam

pembentukan karakter seseorang dalam melakukan maupun mengatasi suatu

permasalahan yang timbul. Salah satunya yaitu permasalahan lingkungan yang

kaitannya dengan pencemaran lingkungan yang telah terjadi dewasa ini.

Pada saat ini jumlah populasi manusia masih meningkat di berbagai

(16)

dikendalikan dan teknologi untuk mempertahankan kondisi yang baik

bagi manusia tidak dapat dikembangkan cepat untuk menaggulangi kepesatan

laju penduduk kini resiko yang akan dipikul amatlah berat. Dengan semakin

pesatnya jumlah penduduk yang ada serta diikuti dengan perkembangan

jaman, membuat kebutuhan manusia menjadi semakin meningkat sehingga

berimbas pada bertambahnya volume sampah yang ditimbulkan baik dari sisa

kebutuhan maupun aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Makhluk hidup seperti manusia selalu mencemari lingkungan karena

tingkah lakunya, karena membuang kotoran akibat proses pencemaran dan

metabolismenya. Sebagai makhluk sosial, ia memindahkan benda dari

lingkungan dan menambah sisa-sisa makanan, pakaian, perumahan, atau

keperluan keluarganya.

Alasan yang sering diajukan mengenai kejadian di atas ialah kealpaan

manusia untuk mengenal bahwa ia sendiri adalah bagian dari alam. Sepanjang

ini manusia terus-menerus mengeksploitasi alam. Karena itu manusia

hendaknya sadar akan hubungan antara manusia dengan alam. Manusia

hendaknya membalikkan kecenderungan atau arah jalan yang ditempuh agar

memahami masalah populasi ini. Manusia hendaknya memahami ekologi,

berbagai asas ilmu lingkungan, terutama konsep ekosistem (Sastrawijaya,

2000: 58).

Kota yang merupakan tempat pemukiman manusia yang padat dan

pusat aktivitas kehidupan yang luar biasa ramainya, menjadi lokalisasi

(17)

makhluk-makhluk hidup atau oleh industri. Meskipun pada pembuatan barang

diusahakan seefisien mungkin, tentu masih akan ada sisa atau bekas-bekas

yang dianggap tidak dapat dipakai lagi pada saat itu, dan harus disingkirkan

dari tempat pengolahan. Bahan buangan atau sampah produksi tersebut ada

dua macam, yang dapat dihancurkan oleh organisma (biodegradable) dan

yang tidak dapat dihancurkan oleh organisma (non-biodegradable). Makin

banyak kegiatan kota, makin banyak bahan buangan yang harus disingkiran,

dan makin sulit mendapatkan lokasi penempatannya. Pada umumnya bahan

tersebut akhirnya sampai di perairan, entah selokan, sungai, danau, laut,

karena secara tradisional perairan senantiasa merupakan tempat pembuangan

sampah, disamping sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air.

Sesungguhnya bahan buangan tersebut dapat dimusnahkan dengan dibakar,

tetapi untuk itu diperlukan juga biaya dan juga menimbulkan pencemaran lain,

pencemaran udara karena barang-barang yang dibakar mengandung aneka

ragam zat yang dapat menimbulkan peracunan udara disamping asapnya yang

sangat mengganggu pemandangan dan penciuman (Prawiro, 1979: 69).

Kota Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah yang

dapat digolongkan sebagai kota metropolitan. Kota ini memiliki kepadatan

penduduk yang cukup tinggi dengan kebutuhan yang tinggi pula. Sebagai

ibukota propinsi, Kota Semarang menjadi parameter kemajuan kota-kota lain

di Propinsi Jawa Tengah. Produksi sampah di Kota Semarang tidak sebanding

dengan sarana dan prasarana pengelola kebersihannya. Timbunan sampah

(18)

ini berada di TPA Jatibarang, yang berlokasi di Kelurahan Kedungpane,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Yang beroperasi mulai bulan Maret 1992.

Timbunan sampah di TPA Jatibarang semakin bertambah melebihi

daya tampung TPA tersebut. Dengan kondisi tersebut menyebabkan air lindi

sulit dikendalikan apalagi pada saat musim penghujan. Sarana penanganan

sampah (alat berat, dump truck) semakin kurang mencukupi, Sanitary Landfill

(pengisian tanah kesehatan) sulit dilaksanakan, akibatnya terjadi pencemaran

udara dan bau sampah semakin meluas. Lingkungan sekitar tempat tinggal

masyarakat pun terlihat kumuh dengan bau sampah yang menyengat.

Sampah-sampah yang tercecer juga telah mencemari tanah di daerah tersebut.

Menurut hasil wawancara dengan bapak Tantri selaku kepala TPA

Jatibarang, masyarakat pernah mengadakan protes mengenai lingkungan

sekitar TPA Jatibarang. Munculnya bau yang kurang sedap serta adanya

sampah-sampah yang tercecer dari muatan truk yang keluar masuk TPA

membuat lingkungan menjadi kotor. Dalam menanggapi protes warga ini,

pemerintah memberikan kompensasi dengan memberikan beberapa ekor sapi

kepada warga untuk diternakkan, sedangkan untuk mengatasi pencemaran

tanah, air, dan udara yang terjadi, merupakan usaha dari masing-masing warga

itu sendiri karena pemerintah telah memberikan ganti rugi dengan

dibagikaanya sapi.

Hal ini sangat menarik untuk diteliti terkait dengan upaya yang

(19)

lingkungannya terutama dengan latar belakang dari tiap-tiap masyarakat yang

berbeda-beda, khususnya mengenai tingkat pendidikan masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan

Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang”.

B. Perumusan Masalah

Melihat apa yang telah dijelaskan pada latar belakang permasalahan di

atas, maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat sekitar tempat pembuangan

akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang?

2. Bagaimana upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat

sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang?

3. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi

pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir

(TPA) Jatibarang Kota Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Melihat dari perumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat pendidikan masyarakat sekitar tempat pembuangan

(20)

2. Mengetahui upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat

sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang.

3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi

pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir

(TPA) Jatibarang Kota Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis.

Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya geografi pada bidang lingkungan hidup.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Agar lebih memperhatikan dan memahami arti pentingnya

menjaga lingkungan serta dapat memberikan kontribusi dalam

mengurangi pencemaran lingkungan.

b. Bagi Pemerintah/ Lembaga Terkait

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi

dan masukan pada Pemda atau aparat pemerintah khususnya dinas

kebersihan dan Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota

Semarang untuk lebih memperhatikan lingkungan hidup sekitar

(21)

E. Penegasan Istilah

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Tingkat pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur

dan berjenjang yang dikenal dengan pendidikan sekolah, terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (UU

Sisdiknas No.20 Tahun 2003).

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan

formal yang dimiliki masyarakat di sekitar tempat pembuangan akhir

(TPA) Jatibarang.

2. Pencemaran Lingkungan

Undang-undang R.I. No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan

lingkungan hidup pasal 1 ayat (12) menyebutkan bahwa “Pencemaran

lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan

manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan

(22)

Pencemaran adalah suatu keadaan tertentu dari udara, air, tanah

yang disebabkan karena adanya bahan-bahan dalam bentuk dan jumlah

tertentu yang mempunyai potensi mengganggu kesehatan, merusak

kehidupan tanaman atau binatang, merupakan gangguan terhadap panca

indera atau yang dalam batas tidak dapat kita terima secara sosial

(Rahwartono dalam Santoso, 2006:82).

Pencemaran lingkungan dalam penelitian ini yaitu pencemaran

lingkungan yang diakibatkan oleh sampah, dimana suatu keadaan dari

tanah, air dan udara yang dapat mengganggu kesehatan dan gangguan

terhadap panca indera yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah di TPA

Jatibarang.

3. Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan

Upaya mengatasi pencemaran lingkungan adalah suatu usaha untuk

mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan. Dalam penelitian

ini, yang termasuk upaya mengatasi pencemaran lingkungan yaitu segala

usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi atau

menanggulangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.

4. Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan

terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Depdikbud,

(23)

Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di

sekitar TPA Jatibarang yaitu warga RW.4 di Kelurahan Kedungpane

Kecamatan Mijen Kota Semarang karena lingkungan tempat tinggal

mereka yang berdekatan dengan lokasi TPA Jatibarang.

5. Kesimpulan Arti Judul

Maksud dari penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat

Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada

Masyarakat Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota

Semarang” yaitu untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan

antara tingkat pendidikan formal masyarakat dengan upaya-upaya yang

dilakukan masyarakat yang tinggal di sekitar TPA Jatibarang di Kelurahan

Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang untuk mengatasi

pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah (mencakup

pencemaran tanah, air, dan udara).

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi terdiri dari tiga bagian pokok yaitu pendahuluan, isi

dan penutup.

1. Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan,

halaman motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar

(24)

2. Bagian Isi

BAB I

Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah, permasalahan,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan istilah.

BAB II

Merupakan landasan teori yang meliputi landasan teori tentang tingkat

pendidikan, teori tentang masyarakat, teori tentang pencemaran

lingkungan, teori tentang upaya mengatasi pencemaran lingkungan.

BAB III

Metode penelitian, terdiri dari dari populasi, sampel, variabel penelitian,

metode pengumpulan data, metode analisis data, langkah-langkah

penelitian, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB IV

Hasil penelitian dan pembahasan yang memuat tentang hasil penelitian dan

pembahasannya.

BAB V

Penutup meliputi, simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk

pihak yang terkait dengan penelitian.

3. Bagian Akhir Skripsi

(25)

11

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat Pendidikan

Menurut undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan

adalah usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didiknya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

dan kesadaran akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Tingkat pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur

dan berjenjang yang dikenal dengan pendidikan sekolah, terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, untuk

menjaga, membina dan mengatasi hal-hal yang berkenaan dengan

pelestarian lingkungannya, mereka membina mental dan sikap secara

positif terhadap kelestarian lingkungan.

Jalur pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan formal,

pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal

merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada

umumnya dan mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari

(26)

Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang tidak diselenggarakan di

sekolah namun seperti sekolah, misalnya TPA atau Taman Pendidikan Al

Quran yang banyak terdapat di masjid dan Sekolah Minggu yang terdapat

di gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus music,

bimbingan belajar dan sebagainya. Program-program Pendidikan Non

Formal yaitu Keaksaraan fungsional (KF); Pendidikan Kesetaraan A, B, C;

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan sebagainya. Sedangkan

pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan

bertanggungjawab.

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan

formal yaitu pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, terdiri dari

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Untuk

kejar paket A yang setara dengan SD, B yang setara dengan SMP mapun C

yang setara dengan SMA tidak termasuk dalam penelitian ini karena kejar

paket merupakan pendidikan nonformal.

a. Pendidikan Tingkat Dasar

Pendidikan tingkat dasar adalah pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah. Pendidikan ini berbentuk sekolah dasar

(SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) dan sekolah menengah pertama

(27)

b. Pendidikan Tingkat Menengah

Pendidikan tingkat menengah merupakan lanjutan dari

pendidikan tingkat dasar. Bentuk satuan pendidikan ini meliputi

sekolah menengah umum (SMU), sekolah menengah kejuruan (SMK)

dan sekolah menengah keagamaan (MA).

c. Pendidikan Tingkat Tinggi

Pendidikan tingkat tinggi merupakan jenjang pendidikan

setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma,

sarjana, magister dan doktoral. Bentuk pendidikan ini meliputi :

1) Akademik, yaitu perguruan tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagai cabang ilmu

pengetahuan, teknologi atau kesenian tertentu.

2) Politeknik, yaitu perguruan yang menyelenggarakan pendidikan

terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.

3) Sekolah tinggi, yaitu perguruan tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan akademik dan atau professional dalam satu disiplin

ilmu tertentu.

4) Institut, yaitu perguruan tinggi yang terdiri dari sejumlah fakultas

yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau

professional dalam sekelompok disiplin ilmu sejenis.

5) Universitas, yaitu perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah

fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau

(28)

Berdasarkan macam-macam pendidikan tingkat tinggi di atas,

semua yang lulus dari pendidikan tingkat tinggi tersebut merupakan

lulusan perguruan tinggi atau memiliki pendidikan perguruan tinggi

tersebut.

2. Pencemaran Lingkungan

a. Pengertian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan (environmental pollution) merupakan

satu dari beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas

lingkungan. Undang-undang R.I. No.23 tahun 1997 tentang

pengelolaan lingkungan hidup pasal 1 ayat (12) menyebutkan bahwa

“Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun

sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukan”.

Makhluk hidup, zat atau energi yang dimasukkan kedalam

lingkungan hidup tersebut biasanya merupakan sisa suatu usaha

dan/atau kegiatan manusia disebut juga limbah. Karena itu dapat

dikatakan bahwa salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah

sebagai akibat adanya limbah yang dibuang kedalam lingkungan

(29)

merupakan sumber penyebab terjadinya gangguan kesehatan pada

masyarakat (Mulia, 2005:6).

Pencemaran adalah suatu keadaan tertentu dari udara, air, tanah

yang disebabkan karena adanya bahan-bahan dalam bentuk dan jumlah

tertentu yang mempunyai potensi mengganggu kesehatan, merusak

kehidupan tanaman atau binatang, merupakan gangguan terhadap

panca indera atau yang dalam batas tidak dapat kita terima secara

sosial (Rahwartono dalam Santoso, 2006).

b. Pencemaran Udara

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau

zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan

(komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat

asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam

jangka waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan

manusia, hewan dan binatang. Bila keadaan tersebut terjadi, maka

udara dikatakan telah tercemar dan kenyamanan hidup terganggu

(Wardhana, 2004:27).

Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan

campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan,

cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian

menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini sudah

barang tentu akan tergantung pada keadaan geografi dan meteorologi

(30)

Penyebab polusi udara dapat timbul dari bermacam-macam

polutan, ada yang natural dan yang buatan manusia; ada yang

berbentuk gas dan yang partikel-partikel; partikel tersebut ada yang

padat dan ada yang cairan; ada yang anorganik dan ada yang organik

(Prawiro, 1979:54).

Salah satu polutan yang menyebabkan polusi udara yaitu

sampah. Sampah dapat menyebabkan pencemaran udara karena gas

hasil dari pembusukan sampah sangat berbau kurang sedap dan sangat

menyengat, bahkan dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan

gas tersebut meledak karena mengandung gas metana. Gas-gas yang

keluar dari sampah mengandung berbagi macam komponen yang dapat

mengganggu kesehatan apabila dihirup dalam jumlah yang besar.

Proses pemusnahan sampah dengan cara pembakaran pun mengandung

aneka ragam zat yang dapat menimbulkan peracunan udara disamping

asapnya yang sangat mengganggu pemandangan dan penciuman.

Adanya truk-truk sampah yang beroperasi setiap hari dengan

muatan yang cukup banyak serta kondisi truk sampah yang kurang

layak terkadang menyebabkan adanya sampah dan air lindi yang

berbau tercecer di jalan. Hal ini menimbulkan gangguan bagi

pengguna jalan dan masyarakat karena karena jalan menjadi kotor dan

(31)

c. Pencemaran Air

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di

bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum,

air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk

kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di

sungai maupun di laut. Kegunaan air seperti tersebut di atas termasuk

sebagai kegunaan air secara konvensional.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terjadi juga

peningkatan aktivitas manusia. Namun tidak jarang, aktivitas manusia

sendiri juga dapat menyebabkan penurunan kualitas (mutu) air. Bila

penurunan air ini tidak diminimalkan akan terjadi pencemaran air.

Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 menyebutkan bahwa

“pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau

berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat

berfungsi lagi sesuai peruntukkannya” (Mulia, 2005:46).

Salah satu bahan pencemar yang dapat mencemari air yaitu

bahan buangan atau sampah. Sampah-sampah yang ditimbun akan

menghasilkan cairan yang disebut air lindi. Lindi merupakan air yang

terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan banyak sekali

senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya

(32)

pencemaran air, baik air tanah maupun permukaan sehingga perlu

ditangani dengan baik. Lindi akan terjadi apabila ada air eksternal yang

berinfiltrasi ke dalam timbunan sampah, misalnya dari air permukaan,

air hujan, air tanah atau sumber lain. Cairan tersebut kemudian mengisi

rongga-rongga pada sampah, dan bila kapasitasnya telah melampaui

tekanan air dari sampah, maka cairan tersbut akan keluar dan

mengekstrasi bahan organik dan anorganik hasil proses fisika, kimia

dan biologis yang terjadi pada sampah (Tchobanoglous, 1993 dalam

Hardyanti, 2008).

Sampah yang dapat dihancurkan organisma pada umumnya

terdiri dari bahan organik atau sisa-sisa pengolahan bahan organik,

misalnya kotoran manusia dan hewan, daun dan kayu, buah-buahan,

bangkai, kertas, buangan dari pabrik kertas, dari pabrik bahan

makanan, dan sebagainya. Senyawa organik akan dihancurkan bakteri

meskipun prosesnya lambat, dan sering dibarengi dengan keluarnya

bau-bauan tidak menyenangkan, dan rasa air tidak menarik. Untuk

menjaga supaya buangan tidak menjadi sarang penyakit, seringkali

diberi chlor sebagai desinfektan air yang akan dipakai, tetapi akibatnya

chlor bereaksi dengan senyawa-senyawa organik dari buangan tersebut

yang membentuk senyawa organik berchlor dengan bau dan rasa lebih

buruk dari bahan buangan semula. Kecuali itu buangan organik

merupakan nutrien bagi tumbuhan air. Jadi meskipun sampah yang

(33)

penghancurannya menimbulkan gangguan-gangguan pula kepada

lingkungan.

Sampah yang terdiri dari senyawa-senyawa sintetik banyak

yang non-biodegradable, misalnya bahan-bahan plastik, serat-serat

sintetik, pestisida hidrokarbon berchlor seperti DDT dan bangsanya,

kinyak bumi, senyawa-senyawa logam dan senyawa-senyawa lainnya

yang dihasilkan industri modern yang setiap saat bertambah banyak

macamnya. Senyawa-senyawa tersebut akhirnya juga dihancurkan oleh

alam, tetapi memerlukan waktu yang sangat lama sehingga sangat

mempengaruhi pemanfaatan dan efektivitas air dan lingkungan.

Apalagi apabila bersifat racun atau merusak. Kerena senyawa-senyawa

tersebut tidak lekas hancur, maka mudah menumpuk dalam tubuh

organisma, sehingga kadar dalam tubuh makin bertambah besar dan

akhirnya bersifat racun yang mematikan. Dan karena tertinggal dalam

tubuh organisma, dapat meracuni seluruh rantai makanan di dalam

ekosistem (Prawiro, 1979:70).

Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat lagi

digunakan sebagai penunjang kehidupan manusia, terutama untuk

keperluan rumah tangga, akan menimbulkan dampak sosial yang

sangat luas dan akan memakan waktu lama untuk memulihkannya.

Padahal air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga sangat

banyak, mulai untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan lain

(34)

d. Pencemaran Tanah

Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi,

tetapi pengaruhnya bagi kehidupan sangat besar. Hubungan antara

tanah dan makhluk hidup di atasnya sangat erat. Tanah menyediakan

berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia

dan makhluk hidup lainnya. Selain itu, tanah juga merupakan habitat

alamiah bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu

sudah selayaknya manusia memelihara kualitas tanah agar hidupnya

sejahtera.

Selain fungsi tanah sebagai penyedia berbagai sumber daya dan

habitat bagi makhluk hidup, tanah juga merupakan reseptor dari

sejumlah besar bahan pencemar. Tanah merupakan tempat

penampungan berbagai bahan kimia yang berasal dari rembesan

sampah (landfill), Instansi Pengolahan Air Limbah, dan

sumber-sumber lainnya (Mulia, 2005:88).

Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan

oleh makhluk pengurai dalam waktu lama akan mencemarkan tanah.

Yang dimasukkan ke dalam sampah ialah bahan yang tidak dipakai

lagi (refuse), karena telah diambil bagian utamanya dengan

pengolahan, menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi

tidak ada harganya (Sastrawijaya, 2000:73).

Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah

(35)

yang sering disebut dengan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau

Dump Station. Bahan buangan padat terdiri dari berbagai macam

komponen baik yang bersifat organik maupun yang anorganik. Bahan

buangan padat kota besar di negara industri padat akan berbeda dengan

bahan buangan yang dihasilkan oleh kota kecil yang tidak ada kegiatan

industrinya. Susunan komponen pencemar daratan yang berasal dari

bahan buangan atau limbah kota besar di negara industri dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 1. Komponen pencemar daratan

No. Komponen Persentase

1 Kertas 41%

2 Limbah bahan makanan 21%

3 Gelas 12%

4 Logam (besi) 10%

5 Plastik 5%

6 Kayu 5%

7 Karet dan kulit 3%

8 Kain (serat tekstil) 2%

9 Logam lainnya (Aluminium) 1%

Komposisi bahan buangan organik dan bahan buangan

anorganik perbandingannya kurang lebih 70%:30%. Makin banyak

bahan buangan organik dibandingkan dengan bahan buangan

anorganik akan makin baik dipandang dari sudut pelestarian

lingkungan, karena bahan organik lebih mudah didegradasi dan

(36)

Bahan buangan anorganik yang sulit didegradasi oleh

mikroorganisme dipisahkan dari bahan buangan organik dan

dikumpulkan sesuai dengan sifat dan jenisnya. Misalnya semua jenis

logam (besi, alumunium, seng, tembaga, dll) dikumpulkan menjadi

satu, dipisahkan dari bahan buangan gelas dan plastik, untuk

memudahkan proses daur ulang bahan buangan tersebut. Pemisahan ini

seringkali sudah dimulai sejak bahan buangan akan dijadikan limbah,

dengan menyediakan tempat limbah (sampah) yang sudah dibagi

sesuai dengan sifat dan jenisnya. Cara ini akan membantu proses daur

ulang bahan buangan sehingga menjadi bahan yang masih dapat

dimanfaatkan lagi bagi kehidupan manusia (Wardhana, 2004:100-102).

e. Dampak Pencemaran

Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan

berakibat kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan

berpengaruh pula terhadap kehidupan tanaman, hewan, dan juga

manusia. Kalau lingkungan alam telah tercemar sudah barang tentu

tanaman yang tumbuh di lingkungan tersebut akan tercemar, demikian

pula dengan hewan yang hidup di situ. Pada akhirnya manusia sebagai

makhluk hidup yang omnivora akan ikut pula merasakan dampak

(37)

Gambar 1. Daur Pencemaran Lingkungan (Wardhana, 2004:107)

Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah

berbentuk padat yang dibuang atau dikumpulkan di suatu tempat

penampungan. Tempat penampungan ini dapat bersifat sementara dan

dapat pula bersifat tetap. Oleh karena tempat pengumpulan limbah

padat ini sudah ditentukan maka seharusnya sudah pula diperhitungkan

pula kemungkinan dampaknya. Namun dalam kenyataannya seringkali

terjadi bahwa tempat penampungan limbah padat tersebut tetap

menimbulkan gangguan pada manusia (Wardhana, 2004:151). Sumber

Pencemar

Udara Udara Udara

Tanaman Tanaman

Hewan Hewan

(38)

Bentuk dampak pencemaran daratan tergantung pada

komposisi limbah padat dan jumlahnya. Bentuk dampak pencemaran

daratan dapat berupa dampak langsung dan dampak tidak langsung.

1) Dampak Langsung

Dampak pencemaran daratan yang secara langsung

dirasakan oleh manusia adalah dampak dari pembuangan limbah

padat organik yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan juga

dari kegiatan industri olahan bahan makanan. Limbah padat

organik yang didegradasi oleh mikroorganisme akan menimbulkan

bau yang tidak sedap (busuk) akibat penguraian limbah tersebut

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang disertai dengan

pelepasan gas yang berbau tidak sedap. Limbah organik yang

mengandung protein akan menghasilkan bau yang lebih tidak

sedap lagi (lebih busuk) karena protein yang mengandung gugus

amin itu akan terurai menjadi gas ammonia.

Akibat langsung akibat pencemaran daratan lainnya adalah

adanya timbunan limbah padat dalam jumlah besar yang akan

menimbulkan pemandangan tidak sedap, kotor, dan kumuh.

Keadaan ini pada umumnya terjadi pada tempat pembuangan akhir

(TPA) atau dump station. Timbunan limbah padat yang banyak dan

menggunung karena belum diolah lagi menjadi bahan lain yang

(39)

menjadi kotor. Kesan kotor ini secara praktis akan mempengaruhi

penduduk di sekitar tempat pembuangan tersebut.

2) Dampak Tak Langsung

Dampak tak langsung akibat pencemaran daratan adalah

dampak yang dirasakan oleh manusia melalui media lain yang

ditimbulkan akibat pencemaran daratan. Jadi media lain inilah yang

merupakan dampak langsung akibat pencemaran daratan tersebut

yang selanjutnya memberikan dampaknya kepada manusia.

Sebagai contoh dari dampak tak langsung ini adalah bahwa

tempat pembuangan limbah padat, baik tempat penimbunan

sementara maupun tempat pembuangan akhir, akan menjadi pusat

berkembang biaknya tikus dan serangga yang merugikan manusia,

seperti lalat dan nyamuk. Tempat pembuangan sampah adalah

tempat yang kumuh namun menyediakan mekanan yang cukup

bagi perkembangan tikus, yaitu limbah organik terutama sisa-sisa

makanan yang ikut dibuang ke tempat itu. Celah-celah antara

lembah padat seperti ban, kaleng bekas, kardus, kotak kayu dan

lain sebagainya merupakan tempat ideal bagi persembunyian dan

perkembang biakan tikus (Wardhana, 2004:152). Baik dampak

langsung maupun tidak langsung yang ditimbulkan, nantinya akan

tetap berpengaruh pada lingkungan serta masyarakat yang

bermukim di wilayah yang tercemar tersebut, terutama dampak

(40)

3. Sampah

a. Pengertian Sampah

Sampah merupakan merupakan permasalahan ringan-ringan

rumit dalam kehidupan kita. Produksi massal sampah terjadi dari

akumulasi sampah domestik pada setiap rumah setiap hari. Limbah

domestik yang disebut sampah tersebut sangat beragam. Mulai dari

bahan-bahan organik dan berbagai macam bahan an

organik.sampah-sampah tersebut kemudian mengalami tansportasi yang sangat jauh,

mulai dari keranjang-keranjang sampah di setiap bangunan, kemudian

diakumulasi dalam bak sampah dan diangkut oleh truk sampah baru

kemudian menuju terminal yang akhirnya di tempat pembuangan

sampah (TPS). Sampah identik dengan kotor, bau, becek, jorok, barang

bekas, dan penyakit. Sampah disebut sebagai biang dari banjir karena

mampetnya saluran drainase serta penyebab pencemaran lingkungan,

air, dan tanah (Marfai, 2005:108).

b. Penggolongan Sampah

Menurut Hadiwiyoto, 1983 dalam Sejati, 2009, ada beberapa

macam penggolongan sampah. Penggolongan ini dapat didasarkan atas

beberapa kriteria, yaitu:

1) Penggolongan sampah berdasarkan asalnya

a) Sampah hasil kegiatan rumah tangga, termasuk di dalamnya

sampah rumah sakit, hotel, dan kantor.

(41)

c) Sampah hasil kegiatan pertanian meliputi perkebunan,

kehutanan, perikanan, dan peternakan.

d) Sampah hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar

dan took.

e) Sampah hasil kegiatan pembangunan.

f) Sampah jalan raya.

2) Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya

a) Sampah seragam. Misalnya sampah hasil kegiatan industri dan

sampah kantor.

b) Sampah campuran. Misalnya sampah yang berasal dari pasar

atau sampah dari tempat-tempat umum yang sangat beraneka

ragam dan bercampur menjadi satu.

3) Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya

a) Sampah padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng,

plastik, dan logam.

b) Sampah cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci,

tetes tebu, limbah industri yang cair.

c) Sampah berbentuk gas, misalnya karbondioksida, ammonia,

H2S, dan lainnya.

4) Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya

a) Sampah kota (urban) yang terkumpul di kota-kota besar.

b) Sampah daerah yang terkumpul di daerah-daerah luar

(42)

5) Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya

a) Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena prose

salami. Misalnya rontokan dedaunan.

b) Sampah nonalami, ialah sampah yang terjadinya karena

kegiatan manusia. Misalnya plastik dan kertas.

6) Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya

a) Sampah organik, adalah sampah yang mengandung senyawa

organik dan tersusun oleh unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.

Sampah ini mudah terdegradasi oleh mikroba.

b) Sampah anorganik, adalah sampah yang tidak tersusun oleh

senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh

mikroba sehingga sulit untuk diuraikan.

7) Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya

a) Sampah makanan

b) Sampah kebun/pekarangan

c) Sampah kertas

d) Sampah plastik, karet, dan kulit

e) Sampah kain

f) Sampah kayu

g) Sampah logam

h) Sampah gelas dan keramik

(43)

c. Penanganan Sampah

Penanganan sampah ialah mencegah mencegah timbulnya

pencemaran yang disebabkan oleh sampah tersebut. Ada beberapa

macam cara penanganan masalah sampah, yaitu sebagai berikut:

1) Penimbunan (dumping)

Cara penimbunan (dumping) dengan maksud untuk

menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut.

Cara ini murah namun masih menimbulkan bau, kotor, penyakit,

dan pencemaran.

2) Sanitary landfill

Cara kedua ialah pengisian tanah kesehatan (sanitary

landfill) dengan mengisi tanah berlegok dan kemudian mengisinya

dengan tanah; pada cara ini diperlukan tanah yang luas.

Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena ditimbun

dan ditutup.

3) Pencacahan (grinding)

Limbah organik dimasukkan ke dalam alat penggiling

sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan ke selokan, hanyut ke

tempat pengolahan lebih lanjut.

4) Pengomposan (composting)

Yakni pengolahan limbah untuk memperoleh kompos untuk

menyuburkan tanah. Mikroorganisme membantu menguraikan

(44)

udara yang sesuai dengan kehidupan mikroorganisme itu (bakteri,

jamur).

5) Pembakaran (incineration)

Cara yang paling biasa dilakukan oleh mayoritas

masyarakat dalam menangani sampah adalah dengan pembakaran.

Cara pemusnahan ini akan menghasilkan gas dan residu

(Sastrawijaya, 2000:74).

6) Daur ulang (recycling)

Proses daur ulang adalah pengolahan kembali suatu massa

atau bahan-bahan bekas dalam bentuk sampah kering yang tadinya

tidak memiliki nilai ekonomi menjadi suatu barang yang berharga

dan berguna bagi kehidupan manusia.

Dari beberapa penanganan sampah di atas, semuanya memiliki

segi positif dan negatif bagi lingkungan. Beberapa cara dapat ikut

berkontribusi dalam menimbulkan pencemaran lingkungan, misalnya

penanganan sampah dengan cara penimbunan dan pembakaran akan

turut menyumbang terjadinya pencemaran udara dari asap maupun bau

yang ditimbulkan bahkan juga dapat pencemaran air dan tanah.

Cara penanganan sampah yang dianjurkan untuk dilakukan

yaitu cara daur ulang (recycling) serta pengomposan (composting).

Jadi jenis sampah-sampah organik dapat dibuat menjadi kompos dan

sampah-sampah anorganik didaur ulang menjadi barang-barang yang

(45)

Tabel 2. Limbah padat dan daur ulangnyanya (recycling)

Limbah Daur ulang (recycling)

Kertas 1. Dibuat bubur pulp lagi untuk bahan kertas, cardboard dan produk-produk kertas lainnya.

2. Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi.

3. Diinsenerasi sebagai penghasil panas. Bahan Organik 1. Dibuat kompos untuk pupuk tanaman.

2. Diinsenerasi sebagai penghasil panas. Tekstil/pakaian (bekas) 1. Dihancurkan sebagai bahan pengisi,

bahan isolasi.

2. Diinsenerasi sebagai penghasil panas. 3. Disumbangkan kepada yang

memerlukan.

Gelas 1. Dibersihkan dan dipakai lagi (botol). 2. Dihancurkan untuk digunakan lagi

sebagai bahan pembuat gelas baru. 3. Dihancurkan dan dicampur aspal untuk

pengerasan jalan.

4. Dihancurkan dan dicampur pasir dan batu untuk pembuatan bata semen. Logam 1. Dicor untuk pembuatan logam baru

yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan.

2. Langsung digunakan lagi bila keadaannya masih baik dan memungkinkan.

Karet, kulit dan plastik 1. Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, isolasi.

2. Diinsenerasi sebagai penghasil panas. Sumber: Wardhana, 2004:102

d. Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah

Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat

sampah yaitu dengan mengadakan pengelolaan sampah. Pengelolaan

(46)

maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada

yang positif dan ada juga yang negatif.

1) Pengaruh positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh

yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti

berikut:

a) Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

b) Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah

menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih

dahulu untuk menjaga pengaruh buruk sampah tersebur

terhadap ternak.

c) Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan

kegairahan hidup masyarakat.

d) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan

budaya masyarakat.

2) Pengaruh negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan

pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi

kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut:

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan

sampah sebagai tempat perkembangbiakan vector penyakit,

(47)

b) Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau

sampah yang menyengat.

c) Menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara.

3) Pengaruh terhadap lingkungan

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika

lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya

banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu

kesegaran udara lingkungan masyarakat.

b) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan

menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

c) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada

sumber air permukaan atau sumur dangkal.

Dalam Priambodo, 2009 disebutkan bahwa upaya-upaya yang

dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya polusi atau pencemaran

yaitu:

1)Pola hidup ramah lingkungan

2)Cara menjaga kebersihan lingkungan

3)Program penghijauan lingkungan

4)Pengelolaan sampah

(48)

4. Masyarakat

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok

orang yang membentuk sebuah system semi tertutup (atau semi terbuka),

dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang

berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari

kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat

adalah suatu jaringan hubungan-hubungan yang interdependen (saling

tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk

mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas

yang teratur (Wikipedia, 2011).

Ahli sosiolog lain menyebutkan pengertian masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah,

saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

agar warganya dapat saling berinteraksi. Ikatan yang membuat suatu

kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang

khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batasan kesatuan ini.

5. Tempat Pembuangan Akhir

a. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir

Tempat pembuangan akhir sampah adalah sarana fisik untuk

berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah. Tempat

pembuangan akhir sampah pada dasarnya merupakan akhir dari proses

(49)

keterbatasan biaya dan kapasitas SDM serta andalan pola kumpul,

angkut, buang yang ada selama ini telah berdampak pada pembebasan

yang terlalu berat di TPA baik ditinjau dari kebutuhan lahan maupun

beban pencemaran lingkungan.

b. Metode Pembuangan Akhir di Area TPA

1) Metode Open Dumping (penumpukan)

Cara pembuangan yang umum dilakukan di Indonesia dan

dilakukan secara sederhana dimana sampah dihamparkan di suatu

tempat terbuka tanpa penutupan dan pengolahan. Cara ini tidak

dianjurkan karena memiliki dampak negatif yang tinggi terhadap

kesehatan lingkungan. Metode penumpukan bersifat murah,

sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjangkitnya

penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau,

kotoran, dan sumber penyakit.

2) Metode Sanitary Landfill

Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian pada

ketebalan tertentu diurug dengan tanah. Pada bagian atas urugan

digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi dengan

tanah sehingga berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah.

Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air

yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi

(50)

Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya

investasi dan operasional yang tinggi.

3) Metode Pengomposan

Merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk

yang mempunyai nilai ekonomi. Cara membuat kompos

menggunakan langkah-langkah, diantaranya adalah pemilahan

sampah, penumpukan sampah, pemantauan suhu, pelapukan,

pematangan, pemanenan.

4) Metode Pembakaran

Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat

dibakar habis. Arus diusahakan jauh dari pemukiman untuk

menghindari pencemaran asap, bau, dan kebakaran.

Metode pembuangan yang digunakan di TPA Jatibarang

yaitu metode Open Dumping (penumpukan), jadi sampah-sampah

yang masuk ke dalam TPA Jatibarang akan ditumpuk atau

ditimbun menjadi satu tanpa adanya pemilahan sampah terlebih

dahulu. Metode penumpukan ini bersifat sederhana namun

memiliki dampak negatif yang lebih tinggi terhadap kesehatan

lingkungan, selain itu juga menyebabkan pencemaran tanah, air,

(51)

B. PENELITIAN TERDAHULU

2010 a. Kualitas air sumur 1) Suhu

a. Kualitas air sumur dari sampel 1 yang mengalami penyimpangan adalah warna, kekeruhan, zat organik dan mangan. Pada sampel 2 yang mengalami penyimpangan adalah warna, kekeruhan, zat organik, besi, sulfide dan mangan, dan pada sampel 3 yang mengalami penyimpangan adalah warna kekeruhan dan mangan, dan pada sampel 4 yang mengalami penyimpangan adalah zat organik.

b. Pemanfaatan air sumur oleh masyarakat sekitar TPA Jatibarang Kel. Kedungpane Kec. Mijen Kota Semarang rata-rata sebesar 150 liter/hari atau 37,5 liter/kapita/hari dimana aktivitas yang berhubungan dengan pemanfaatan air sumur tersebut antara lain untuk mandi, minum, mencuci, memasak dan lain-lain walaupun tidak memenuhi persyaratan air bersih.

(52)

Jatibarang Kel. Kedungpane Kec. Mijen Kota Semarang disebabkan karena adanya hasil buangan sampah di TPA Jatibarang. Selain itu jarak sumur penduduk di Kel.

Kedungpane berdekatan dengan limbah sampah TPA Jatibarang, dampak pembuangan sampah bagi penduduk yang

mengkonsumsi air sumur yang tercemar limbah sampah dapat terserang penyakit seperti penyakit kulit, gatal-gatal, diare, sakit perut serta penyakit pernafasan seperti ISPA, batuk dan sesak nafas.

2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Masyarakat

(53)

4) Pengelolaan air limbah

5) Kondisi rumah 6) Pembasmi binatang

vektor

itu pendidikan merupakan hal yang penting bagi seseorang.

3. Pengolahan Sampah Organik Sebagai Salah

2004 a. Dampak sampah bagi lingkungan barang yang dibuang karena sudahtidak terpakai lagi dan merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan apabila tidak diolah dengan baik.

b. TPA Putri Cempo merupakan penampungan akhir bagi sampah yang berasal dari berbagai tempat di Kota Surakarta yang nantinya akan diolah dan dikelola menjadi produk hasil.

c. Tumpukan sampah yang memenuhi sebagian besar tanah, air, dan udara,

(54)

d. Pengolahan sampah organik di TPA Putri Cempo pada saat ini dilakukan dengan teknik composting secara sederhana. e. Teknik composting telah

berjalan dengan baik namun produk yang dihasilkan yaitu berupa pupuk kompos belum dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga

mengurangi luas lahan yang ada.

f. Pembakaran sampah pada tungku temperatur tinggi dan pemanfaatan gas metan sampah untuk bahan bakar rumah tangga, dapat menjadi alternatif baru pengolahan sampah organik.

4. Peran Serta Masyarakat Kota Yogyakarta c. Peran serta masyarakat

dalam menangai

a. Jenis sampah utama yang dibuang sebagian besar berupa: daun, plastik, dan kertas/karton, dengan berat antara 0,50 – 1,00 kg tiap hari per keluarga, sehingga berat keseluruhan sampah keluarga yang dibuang mencapai 94 kg per hari.

(55)

Namun perlu disadarkan orang-orang (keluarga) yang masih membuang sampah ke sungai/selokan, sebab

jumlahnya masih masih relatif banyak (+ 21%) yang pada gilirannya akan merugikan masyarakat di sekitar sungai. c. Dalam mengelola TPS

umumnya sudah baik (+77%). Termasuk dalam hal ini adalah keluarga yang membuat lubang sampah sendiri di pekarangan/ halaman rumah. Hal ini perlu dicontoh dalam rangka meningkatkan hasil pertanian di pekarangan sempit atau pot-pot di pekarangan rumah. Sebab sampah yang ditimbun, pada saatnya dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

(56)

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2. Kerangka Berpikir

TPA Jatibarang merupakan TPA terbesar yang ada di Kota Semarang yang

berlokasi di Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen. Timbunan sampah di TPA

Jatibarang semakin bertambah melebihi daya tamping TPA tersebut, timbunan

sampah meningkat rata-rata 324 m3 per hari. Dengan kondisi tersebut

menyebabkan air lindi sulit diendalikan apalagi saat musim penghujan.

Penanganan sampah dengan metode open dumping (penumpukan) menimbulkan Tingkat pendidikan

Upaya mengatasi pencemaran lingkungan akibat sampah:

a. Pola hidup ramah lingkungan

b. Cara menjaga kebersihan lingkungan c. Program penghijauan lingkungan d. Pengelolaan sampah

Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pemilahan sampah Penanganan sampah a) Penimbunan (dumping) b) Sanitary landfill

c) Pencacahan (grinding)

d) Pengomposan (composting) e) Pembakaran (incineration) f) Daur ulang

e. Kerjasama dengan pihak terkait

Hipotesis:

(57)

banyak dampak negatif bagi lingkungan sekitar TPA Jatibarang, yaitu terjadinya

pencemaran tanah, air, dan udara di sekitar lokasi TPA tersebut.

Upaya-upaya mengatasi pencemaran lingkungan akibat sampah dilakukan

dengan berbagai cara sesuai dengan pengetahuan masyarakat setempat, mulai dari

yang sederhana seperti cara menjaga kebersihan lingkungan hingga upaya untuk

bekerjasama dengan pihak terkait.

Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seseorang dapat dikatakan

sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan mereka dalam

melakukan aktivitas didalam kehidupan sehari-hari mereka dibidang apapun.

Perbedaan tingkat pendidikan masyarakat sekitar TPA Jatibarang Kota Semarang,

khususnya RW. IV Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen berpengaruh

terhadap hal-hal yang dilakukan dalam berbagai hal tidak terkecuali dalam upaya

mengatasi pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar TPA Jatibarang sebab

tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki individu dan

akan berpengaruh pula pada tindakan individu tersebut.

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis yang akan diuji

dalam penelitian ini adalah hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya

mengatasi pencemaran lingkungan akibat sampah pada pada masyarakat

sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang.

Ha = Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi

pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai-nilai tes atau peristiwa

sebagai sumber daya yang memiliki karekteristik sendiri dalam suatu

penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang

tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota

Semarang khususnya RW.4 Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen yang

berjumlah 268 orang karena letaknya yang dekat dengan TPA Jatibarang dan

diperkirakan memiliki tingkat pencemaran lebih tinggi daripada RW yang

lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.4 hal.59.

B. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti apabila subyek

penelitian kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam pengambilan data sampel

itu harus representative dalam arti segala karakteristik dari populasi

hendaknya tercermin pula dalam sampel yang diambil dalam sampel tersebut

Gambar

Gambar 1. Daur Pencemaran Lingkungan............................................ 23
Tabel 1. Komponen pencemar daratan
Gambar 1. Daur Pencemaran Lingkungan (Wardhana, 2004:107)
Tabel 2.  Limbah padat dan daur ulangnyanya (recycling)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk bergabung dalam jaringan ini, satu pihak ( dalam hal ini provider ) harus memiliki program aplikasi serta bank data yang menyediakan informasi dan data yang dapat di akses

necessitat que rebin un tracte adequat i uns serveis de qualitat. També reconeix els drets de les empreses o els subjectes turístics i, en ocupar-se de la necessària col·laboració

Konsep Mengutamakan Rakyat Bang Naga

Telah diuji coba pada sensor suhu, sensor akan mendeteksi suhu pada ruangan, jika suhu yang terdeteksi melebihi suhu yang maksimum yang diset, maka kipas secara otomatis akan

Hasil percobaan yang menguji kemampuan senyawa kimia dalam menginduksi ketahanan tanaman terhadap serangan CMV pada tanaman cabai merah dapat disimpulkan

Sehubungan dengan Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi pada LPSE Kabupaten Deli Serdang untuk Paket Pekerjaan Pembangunan Drainase Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal kode

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi, teknis, evaluasi harga serta evaluasi penilaian kualifikasi penawaran oleh Pokja ULP Pengadaan Barang/Jasa Bidang Pengairan,

This study aims to: (1) investigate the implementation of cooperative learning methods Team Assisted Individualization (TAI) in social studies Kanisius Elementary fifth grade