UPAYA MENGATASI PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA
MASYARAKAT SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR (TPA) JATIBARANG KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Yuli Handayani NIM 3201407011
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:
Hari : Senin
Tanggal : 24 Oktober 2011
Pembimbing I
Drs. Apik Budi Santoso, M. Si NIP. 19620904 198901 1 001
Pembimbing II
Drs. R. Sugiyanto, SU
NIP. 19471201 197501 1 001
Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 28 Oktober 2011
Penguji I
Drs. Apik Budi Santoso, M. Si NIP. 19620904 198901 1 001
Penguji II
Drs. R. Sugiyanto, SU
NIP. 19471201 197501 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M.Pd.
NIP. 19510808 198003 1 003 Penguji Utama
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
☺ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan….dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap (QS. Al Insirah 6-8)
☺ Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran, nikmatnya beroleh kemenangan akan menghilangkan letihnya perjuangan, menuntaskan pekerjaan dengan baik akan melenyapkan lelahnya jerih payah (Dr.Aidh bin Abdullah Al-Qurni)
☺ “karena hidup tidak pernah sampai di sini”. “cintai hidupmu dengan berani, jangan pernah menyerah dan jangan berputus asa”. Karena untuk hidup dan
melangkah adalah sebuah anugrah, tetapi untuk terus hidup dan terus melangkah lagi, bekerja keras untuk setiap impian adalah luar biasa (Yuli Handayani)
PERSEMBAHAN:
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak dan ibuku yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, arahan dan perhatian yang begitu besar dalam setiap detik langkahku.
2. Mas dan adikku, terimakasih atas kasih sayang dan motivasinya.
3. Seseorang dari-Nya yang kelak akan menemani langkahku.
4. Almamaterku yang telah
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan kemudahan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi
Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Jatibarang Kota Semarang” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik
tanpa bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang
2. Drs. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi serta Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan
sabar selama proses penelitian hingga akhir penulisan skripsi.
4. Drs. R Sugiyanto, SU, Dosen Pembimbing II atas segala arahan dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Keryawan Jurusan Geografi, terima kasih untuk
ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan serta bantuan dan
vii
6. Kepala Kelurahan Kedungpane serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Semarang yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini serta
kerjasamanya.
7. Semua teman dan Sahabat Geografi 2007, terima kasih atas persahabatan
yang indah, kalian adalah bagian dari perjalanan hidupku.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas dukungan serta bantuannya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Semoga segala kebaikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua mendapatkan
balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai sumbangan berharga bagi karya penulis selanjutnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.
Semarang, September 2011
viii
SARI
Yuli Handayani. 2011. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang . Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang
Kata kunci: Hubungan, Tingkat Pendidikan, Pencemaran Lingkungan
Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk Sumber daya manusia yang ahli dan terampil serta produktif sehingga pada gilirannya dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat. Perbedaan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang terkadang mempengaruhi pola pikir dan sikap mereka, walaupun faktor lingkungan dan kebiasaan juga sangat berperan namun pendidikan tetaplah penting dalam pembentukan karakter seseorang dalam melakukan maupun mengatasi suatu permasalahan yang timbul. Salah satunya yaitu permasalahan lingkungan yang kaitannya dengan pencemaran lingkungan yang telah terjadi dewasa ini. Timbunan sampah di TPA Jatibarang semakin bertambah melebihi daya tampung TPA tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran udara dan bau sampah semakin meluas serta sampah-sampah yang tercecer juga telah mencemari tanah di daerah tersebut. Pokok permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah: Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui tingkat pendidikan masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang. 2) Mengetahui upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang. 3) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang khususnya RW.4 Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen yang berjumlah 268 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 25% dari tiap populasi, yaitu 69 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik angket, dan teknik dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif persentase dan teknik analisis statistik dengan rumus product moment. Teknik deskriptif persentase digunakan untuk mempersentasekan tingkat pendidikan serta upaya mengatasi pencemaran lingkungan. Teknik analisis statistik digunakan untuk mencari ada atau tidaknya korelasi antar variabel dalam penelitian.
ix
menempuh perguruan tinggi sebesar 2,90%. hasil perhitungan dengan menggunakan statistik korelasi product moment, diperoleh hasil rxy sebesar 0,317
sedangkan pada r tabel dengan N = 69 pada taraf signifikansi 95% sebesar 0,235. Karena nilai r xy > r tabel (0,317 > 0,235) maka Ha yang berbunyi “ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang” diterima dengan hasil interpretasi tergolong rendah.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang walaupun tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan bukanlah faktor dominan yang berperan dalam upaya yang dilakukan masyarakat, namun terdapat faktor-faktor lain yang juga berperan misalnya pengetahuan, lingkungan dan kebiasaan masyarakat.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
BAB II LANDASAN TEORI dan HIPOTESIS A. Landasan Teori ... ….11
B. Penelitian Terdahulu... 37
C. Kerangka Berpikir ... 42
xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi ... 44
B. Sampel ... 44
C. Variabel Penelitian ... 46
D. Metode Pengumpulan Data ... 47
E. Validitas dan Realibilitas ... 49
F. Metode Analisis Data ... 50
G. Tahap Penelitian ... 54
H. Kerangka Penelitian ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 57
1. . Letak dan Luas Wilayah ... 57
2. . Kondisi Fisik Wilayah ... 60
3. . Kondisi Penduduk... 64
B.Hasil Penelitian ... 68
1. . Tingkat Pendidikan Masyarakat... 68
2. . Upaya Mengatasi Pencemaran ... 69
3. . Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar TPA Jatibarang Kota Semarang ... 75
C.Pembahasan ... 76
BAB V SIMPULAN dan SARAN A.Simpulan ... 82
B.Saran... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Komponen Pencemar Daratan ... 21
Tabel 2. Limbah Padat dan Daur Ulangnya (recycling) ... 31
Tabel 3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45
Tabel 4. Klasifikasi Kategori Tingkatan dalam Bentuk Skor dan Persen (%) ... 53
Tabel 5. Interpretasi Nilai r ... 54
Tabel 6. Daftar Kelurahan di Kecamatan Mijen ... 58
Tabel 7. Penggunaan Lahan di Kelurahan Kedungpane ... 61
Tabel 8. Timbulan Sampah di Kota Semarang Tahun 2010 ... 64
Tabel 9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pembagian Wilayah RW ... 65
Tabel 10.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 65
Tabel 11. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Kedungpane ... 66
Tabel 12.Jumlah Penduduk Meurut Tingkat Pendidikan ... 66
Tabel 13.Mata Pencaharian Penduduk ... 67
Tabel 14.Tingkat Pendidikan Responden ... 68
Tabel 15.Upaya Mengatasi Pencemaran Tanah Oleh Masyarakat ... 72
Tabel 16.Upaya Mengatasi Pencemaran Air Oleh Masyarakat ... 73
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Daur Pencemaran Lingkungan... 23
Gambar 2. Kerangka Berpikir ... 42
Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Penelitian ... 56
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian ... 59
Gambar 5. Pintu Masuk TPA Jatibarang ... 60
Gambar 6. Penggunaan Lahan di Kelurahan Kedungpane ... 62
Gambar 7. Tanah yang Tercemar Oleh Sampah ... 63
Gambar 8. Timbunan Sampah di TPA Jatibarang ... 63
Gambar 9. Lokasi TPA Jatibarang Kota Semarang ... 70
Gambar 10.Sampah yang Tercecer di Pinggir Jalan ... 72
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Observasi ... 87
Lampiran 2. Lembar Observasi ... 88
Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen ... 92
Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 93
Lampiran 5. Tabel Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 104
Lampiran 6. Perhitungan Validitas dan Realibilitas ... 109
Lampiran 7. Daftar Nama Reponden ... 112
Lampiran 8. Tabulasi Tingkat Pendidikan ... 114
Lampiran 9. Tabulasi Upaya Mengatasi Pencemaran Tanah ... 116
Lampiran 10.Tabulasi Upaya Mengatasi Pencemaran Air... 118
Lampiran 11.Tabulasi Upaya Mengatasi Pencemaran Udara ... 121
Lampiran 12.Kriteria Tingkat Pendidikan Terhadap Upaya Mengatasi Pencemaran... 124
Lampiran 13.Tabel Analisis Korelasi Product Moment ... 126
Lampiran 14.Analisis Korelasi Product Moment ... 128
1 A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk sumber daya manusia
yang ahli dan terampil serta produktif sehingga pada gilirannya dapat
mempercepat kesejahteraan masyarakat. Manusia sangat berperan dalam
melestarikan potensi lingkungan hidup. Oleh karena itu manusia perlu diberi
bekal untuk melestarikan lingkungan melalui pendidikan lingkungan,
khususnya etika lingkungan. Dikatakan demikian karena sebagai penduduk
bumi, manusia bertanggung jawab terhadap Tuhan, dalam arti menjaga
kelangsungan hidup manusia dan kelestarian lingkungannya. Manusia pada
dasarnya berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi
lingkungan hidupnya dan juga dipengaruhi oleh lingkungannya (Neolaka,
2008:104).
Perbedaan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang terkadang
mempengaruhi pola pikir dan sikap mereka, walaupun faktor lingkungan dan
kebiasaan juga sangat berperan namun pendidikan tetaplah penting dalam
pembentukan karakter seseorang dalam melakukan maupun mengatasi suatu
permasalahan yang timbul. Salah satunya yaitu permasalahan lingkungan yang
kaitannya dengan pencemaran lingkungan yang telah terjadi dewasa ini.
Pada saat ini jumlah populasi manusia masih meningkat di berbagai
dikendalikan dan teknologi untuk mempertahankan kondisi yang baik
bagi manusia tidak dapat dikembangkan cepat untuk menaggulangi kepesatan
laju penduduk kini resiko yang akan dipikul amatlah berat. Dengan semakin
pesatnya jumlah penduduk yang ada serta diikuti dengan perkembangan
jaman, membuat kebutuhan manusia menjadi semakin meningkat sehingga
berimbas pada bertambahnya volume sampah yang ditimbulkan baik dari sisa
kebutuhan maupun aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Makhluk hidup seperti manusia selalu mencemari lingkungan karena
tingkah lakunya, karena membuang kotoran akibat proses pencemaran dan
metabolismenya. Sebagai makhluk sosial, ia memindahkan benda dari
lingkungan dan menambah sisa-sisa makanan, pakaian, perumahan, atau
keperluan keluarganya.
Alasan yang sering diajukan mengenai kejadian di atas ialah kealpaan
manusia untuk mengenal bahwa ia sendiri adalah bagian dari alam. Sepanjang
ini manusia terus-menerus mengeksploitasi alam. Karena itu manusia
hendaknya sadar akan hubungan antara manusia dengan alam. Manusia
hendaknya membalikkan kecenderungan atau arah jalan yang ditempuh agar
memahami masalah populasi ini. Manusia hendaknya memahami ekologi,
berbagai asas ilmu lingkungan, terutama konsep ekosistem (Sastrawijaya,
2000: 58).
Kota yang merupakan tempat pemukiman manusia yang padat dan
pusat aktivitas kehidupan yang luar biasa ramainya, menjadi lokalisasi
makhluk-makhluk hidup atau oleh industri. Meskipun pada pembuatan barang
diusahakan seefisien mungkin, tentu masih akan ada sisa atau bekas-bekas
yang dianggap tidak dapat dipakai lagi pada saat itu, dan harus disingkirkan
dari tempat pengolahan. Bahan buangan atau sampah produksi tersebut ada
dua macam, yang dapat dihancurkan oleh organisma (biodegradable) dan
yang tidak dapat dihancurkan oleh organisma (non-biodegradable). Makin
banyak kegiatan kota, makin banyak bahan buangan yang harus disingkiran,
dan makin sulit mendapatkan lokasi penempatannya. Pada umumnya bahan
tersebut akhirnya sampai di perairan, entah selokan, sungai, danau, laut,
karena secara tradisional perairan senantiasa merupakan tempat pembuangan
sampah, disamping sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air.
Sesungguhnya bahan buangan tersebut dapat dimusnahkan dengan dibakar,
tetapi untuk itu diperlukan juga biaya dan juga menimbulkan pencemaran lain,
pencemaran udara karena barang-barang yang dibakar mengandung aneka
ragam zat yang dapat menimbulkan peracunan udara disamping asapnya yang
sangat mengganggu pemandangan dan penciuman (Prawiro, 1979: 69).
Kota Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah yang
dapat digolongkan sebagai kota metropolitan. Kota ini memiliki kepadatan
penduduk yang cukup tinggi dengan kebutuhan yang tinggi pula. Sebagai
ibukota propinsi, Kota Semarang menjadi parameter kemajuan kota-kota lain
di Propinsi Jawa Tengah. Produksi sampah di Kota Semarang tidak sebanding
dengan sarana dan prasarana pengelola kebersihannya. Timbunan sampah
ini berada di TPA Jatibarang, yang berlokasi di Kelurahan Kedungpane,
Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Yang beroperasi mulai bulan Maret 1992.
Timbunan sampah di TPA Jatibarang semakin bertambah melebihi
daya tampung TPA tersebut. Dengan kondisi tersebut menyebabkan air lindi
sulit dikendalikan apalagi pada saat musim penghujan. Sarana penanganan
sampah (alat berat, dump truck) semakin kurang mencukupi, Sanitary Landfill
(pengisian tanah kesehatan) sulit dilaksanakan, akibatnya terjadi pencemaran
udara dan bau sampah semakin meluas. Lingkungan sekitar tempat tinggal
masyarakat pun terlihat kumuh dengan bau sampah yang menyengat.
Sampah-sampah yang tercecer juga telah mencemari tanah di daerah tersebut.
Menurut hasil wawancara dengan bapak Tantri selaku kepala TPA
Jatibarang, masyarakat pernah mengadakan protes mengenai lingkungan
sekitar TPA Jatibarang. Munculnya bau yang kurang sedap serta adanya
sampah-sampah yang tercecer dari muatan truk yang keluar masuk TPA
membuat lingkungan menjadi kotor. Dalam menanggapi protes warga ini,
pemerintah memberikan kompensasi dengan memberikan beberapa ekor sapi
kepada warga untuk diternakkan, sedangkan untuk mengatasi pencemaran
tanah, air, dan udara yang terjadi, merupakan usaha dari masing-masing warga
itu sendiri karena pemerintah telah memberikan ganti rugi dengan
dibagikaanya sapi.
Hal ini sangat menarik untuk diteliti terkait dengan upaya yang
lingkungannya terutama dengan latar belakang dari tiap-tiap masyarakat yang
berbeda-beda, khususnya mengenai tingkat pendidikan masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Masyarakat Sekitar Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang”.
B. Perumusan Masalah
Melihat apa yang telah dijelaskan pada latar belakang permasalahan di
atas, maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat sekitar tempat pembuangan
akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang?
2. Bagaimana upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat
sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang?
3. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi
pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir
(TPA) Jatibarang Kota Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Melihat dari perumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat pendidikan masyarakat sekitar tempat pembuangan
2. Mengetahui upaya mengatasi pencemaran lingkungan pada masyarakat
sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang.
3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi
pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir
(TPA) Jatibarang Kota Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis.
Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya geografi pada bidang lingkungan hidup.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Agar lebih memperhatikan dan memahami arti pentingnya
menjaga lingkungan serta dapat memberikan kontribusi dalam
mengurangi pencemaran lingkungan.
b. Bagi Pemerintah/ Lembaga Terkait
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi
dan masukan pada Pemda atau aparat pemerintah khususnya dinas
kebersihan dan Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota
Semarang untuk lebih memperhatikan lingkungan hidup sekitar
E. Penegasan Istilah
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tingkat pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang dikenal dengan pendidikan sekolah, terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003).
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan
formal yang dimiliki masyarakat di sekitar tempat pembuangan akhir
(TPA) Jatibarang.
2. Pencemaran Lingkungan
Undang-undang R.I. No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup pasal 1 ayat (12) menyebutkan bahwa “Pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
Pencemaran adalah suatu keadaan tertentu dari udara, air, tanah
yang disebabkan karena adanya bahan-bahan dalam bentuk dan jumlah
tertentu yang mempunyai potensi mengganggu kesehatan, merusak
kehidupan tanaman atau binatang, merupakan gangguan terhadap panca
indera atau yang dalam batas tidak dapat kita terima secara sosial
(Rahwartono dalam Santoso, 2006:82).
Pencemaran lingkungan dalam penelitian ini yaitu pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh sampah, dimana suatu keadaan dari
tanah, air dan udara yang dapat mengganggu kesehatan dan gangguan
terhadap panca indera yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah di TPA
Jatibarang.
3. Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan
Upaya mengatasi pencemaran lingkungan adalah suatu usaha untuk
mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan. Dalam penelitian
ini, yang termasuk upaya mengatasi pencemaran lingkungan yaitu segala
usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi atau
menanggulangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan
terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Depdikbud,
Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di
sekitar TPA Jatibarang yaitu warga RW.4 di Kelurahan Kedungpane
Kecamatan Mijen Kota Semarang karena lingkungan tempat tinggal
mereka yang berdekatan dengan lokasi TPA Jatibarang.
5. Kesimpulan Arti Judul
Maksud dari penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat
Pendidikan Dengan Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada
Masyarakat Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota
Semarang” yaitu untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan formal masyarakat dengan upaya-upaya yang
dilakukan masyarakat yang tinggal di sekitar TPA Jatibarang di Kelurahan
Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang untuk mengatasi
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah (mencakup
pencemaran tanah, air, dan udara).
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika skripsi terdiri dari tiga bagian pokok yaitu pendahuluan, isi
dan penutup.
1. Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan,
halaman motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar
2. Bagian Isi
BAB I
Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah, permasalahan,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan istilah.
BAB II
Merupakan landasan teori yang meliputi landasan teori tentang tingkat
pendidikan, teori tentang masyarakat, teori tentang pencemaran
lingkungan, teori tentang upaya mengatasi pencemaran lingkungan.
BAB III
Metode penelitian, terdiri dari dari populasi, sampel, variabel penelitian,
metode pengumpulan data, metode analisis data, langkah-langkah
penelitian, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB IV
Hasil penelitian dan pembahasan yang memuat tentang hasil penelitian dan
pembahasannya.
BAB V
Penutup meliputi, simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk
pihak yang terkait dengan penelitian.
3. Bagian Akhir Skripsi
11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat Pendidikan
Menurut undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan
adalah usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didiknya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
dan kesadaran akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Tingkat pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang dikenal dengan pendidikan sekolah, terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, untuk
menjaga, membina dan mengatasi hal-hal yang berkenaan dengan
pelestarian lingkungannya, mereka membina mental dan sikap secara
positif terhadap kelestarian lingkungan.
Jalur pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan formal,
pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya dan mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang tidak diselenggarakan di
sekolah namun seperti sekolah, misalnya TPA atau Taman Pendidikan Al
Quran yang banyak terdapat di masjid dan Sekolah Minggu yang terdapat
di gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus music,
bimbingan belajar dan sebagainya. Program-program Pendidikan Non
Formal yaitu Keaksaraan fungsional (KF); Pendidikan Kesetaraan A, B, C;
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan sebagainya. Sedangkan
pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan
bertanggungjawab.
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan
formal yaitu pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, terdiri dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Untuk
kejar paket A yang setara dengan SD, B yang setara dengan SMP mapun C
yang setara dengan SMA tidak termasuk dalam penelitian ini karena kejar
paket merupakan pendidikan nonformal.
a. Pendidikan Tingkat Dasar
Pendidikan tingkat dasar adalah pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan ini berbentuk sekolah dasar
(SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) dan sekolah menengah pertama
b. Pendidikan Tingkat Menengah
Pendidikan tingkat menengah merupakan lanjutan dari
pendidikan tingkat dasar. Bentuk satuan pendidikan ini meliputi
sekolah menengah umum (SMU), sekolah menengah kejuruan (SMK)
dan sekolah menengah keagamaan (MA).
c. Pendidikan Tingkat Tinggi
Pendidikan tingkat tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma,
sarjana, magister dan doktoral. Bentuk pendidikan ini meliputi :
1) Akademik, yaitu perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagai cabang ilmu
pengetahuan, teknologi atau kesenian tertentu.
2) Politeknik, yaitu perguruan yang menyelenggarakan pendidikan
terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
3) Sekolah tinggi, yaitu perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan atau professional dalam satu disiplin
ilmu tertentu.
4) Institut, yaitu perguruan tinggi yang terdiri dari sejumlah fakultas
yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau
professional dalam sekelompok disiplin ilmu sejenis.
5) Universitas, yaitu perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah
fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau
Berdasarkan macam-macam pendidikan tingkat tinggi di atas,
semua yang lulus dari pendidikan tingkat tinggi tersebut merupakan
lulusan perguruan tinggi atau memiliki pendidikan perguruan tinggi
tersebut.
2. Pencemaran Lingkungan
a. Pengertian Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan (environmental pollution) merupakan
satu dari beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas
lingkungan. Undang-undang R.I. No.23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup pasal 1 ayat (12) menyebutkan bahwa
“Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukan”.
Makhluk hidup, zat atau energi yang dimasukkan kedalam
lingkungan hidup tersebut biasanya merupakan sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan manusia disebut juga limbah. Karena itu dapat
dikatakan bahwa salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah
sebagai akibat adanya limbah yang dibuang kedalam lingkungan
merupakan sumber penyebab terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat (Mulia, 2005:6).
Pencemaran adalah suatu keadaan tertentu dari udara, air, tanah
yang disebabkan karena adanya bahan-bahan dalam bentuk dan jumlah
tertentu yang mempunyai potensi mengganggu kesehatan, merusak
kehidupan tanaman atau binatang, merupakan gangguan terhadap
panca indera atau yang dalam batas tidak dapat kita terima secara
sosial (Rahwartono dalam Santoso, 2006).
b. Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau
zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan
(komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat
asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam
jangka waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan
manusia, hewan dan binatang. Bila keadaan tersebut terjadi, maka
udara dikatakan telah tercemar dan kenyamanan hidup terganggu
(Wardhana, 2004:27).
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan
campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan,
cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian
menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini sudah
barang tentu akan tergantung pada keadaan geografi dan meteorologi
Penyebab polusi udara dapat timbul dari bermacam-macam
polutan, ada yang natural dan yang buatan manusia; ada yang
berbentuk gas dan yang partikel-partikel; partikel tersebut ada yang
padat dan ada yang cairan; ada yang anorganik dan ada yang organik
(Prawiro, 1979:54).
Salah satu polutan yang menyebabkan polusi udara yaitu
sampah. Sampah dapat menyebabkan pencemaran udara karena gas
hasil dari pembusukan sampah sangat berbau kurang sedap dan sangat
menyengat, bahkan dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan
gas tersebut meledak karena mengandung gas metana. Gas-gas yang
keluar dari sampah mengandung berbagi macam komponen yang dapat
mengganggu kesehatan apabila dihirup dalam jumlah yang besar.
Proses pemusnahan sampah dengan cara pembakaran pun mengandung
aneka ragam zat yang dapat menimbulkan peracunan udara disamping
asapnya yang sangat mengganggu pemandangan dan penciuman.
Adanya truk-truk sampah yang beroperasi setiap hari dengan
muatan yang cukup banyak serta kondisi truk sampah yang kurang
layak terkadang menyebabkan adanya sampah dan air lindi yang
berbau tercecer di jalan. Hal ini menimbulkan gangguan bagi
pengguna jalan dan masyarakat karena karena jalan menjadi kotor dan
c. Pencemaran Air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di
bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum,
air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk
kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di
sungai maupun di laut. Kegunaan air seperti tersebut di atas termasuk
sebagai kegunaan air secara konvensional.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terjadi juga
peningkatan aktivitas manusia. Namun tidak jarang, aktivitas manusia
sendiri juga dapat menyebabkan penurunan kualitas (mutu) air. Bila
penurunan air ini tidak diminimalkan akan terjadi pencemaran air.
Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 menyebutkan bahwa
“pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi lagi sesuai peruntukkannya” (Mulia, 2005:46).
Salah satu bahan pencemar yang dapat mencemari air yaitu
bahan buangan atau sampah. Sampah-sampah yang ditimbun akan
menghasilkan cairan yang disebut air lindi. Lindi merupakan air yang
terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan banyak sekali
senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya
pencemaran air, baik air tanah maupun permukaan sehingga perlu
ditangani dengan baik. Lindi akan terjadi apabila ada air eksternal yang
berinfiltrasi ke dalam timbunan sampah, misalnya dari air permukaan,
air hujan, air tanah atau sumber lain. Cairan tersebut kemudian mengisi
rongga-rongga pada sampah, dan bila kapasitasnya telah melampaui
tekanan air dari sampah, maka cairan tersbut akan keluar dan
mengekstrasi bahan organik dan anorganik hasil proses fisika, kimia
dan biologis yang terjadi pada sampah (Tchobanoglous, 1993 dalam
Hardyanti, 2008).
Sampah yang dapat dihancurkan organisma pada umumnya
terdiri dari bahan organik atau sisa-sisa pengolahan bahan organik,
misalnya kotoran manusia dan hewan, daun dan kayu, buah-buahan,
bangkai, kertas, buangan dari pabrik kertas, dari pabrik bahan
makanan, dan sebagainya. Senyawa organik akan dihancurkan bakteri
meskipun prosesnya lambat, dan sering dibarengi dengan keluarnya
bau-bauan tidak menyenangkan, dan rasa air tidak menarik. Untuk
menjaga supaya buangan tidak menjadi sarang penyakit, seringkali
diberi chlor sebagai desinfektan air yang akan dipakai, tetapi akibatnya
chlor bereaksi dengan senyawa-senyawa organik dari buangan tersebut
yang membentuk senyawa organik berchlor dengan bau dan rasa lebih
buruk dari bahan buangan semula. Kecuali itu buangan organik
merupakan nutrien bagi tumbuhan air. Jadi meskipun sampah yang
penghancurannya menimbulkan gangguan-gangguan pula kepada
lingkungan.
Sampah yang terdiri dari senyawa-senyawa sintetik banyak
yang non-biodegradable, misalnya bahan-bahan plastik, serat-serat
sintetik, pestisida hidrokarbon berchlor seperti DDT dan bangsanya,
kinyak bumi, senyawa-senyawa logam dan senyawa-senyawa lainnya
yang dihasilkan industri modern yang setiap saat bertambah banyak
macamnya. Senyawa-senyawa tersebut akhirnya juga dihancurkan oleh
alam, tetapi memerlukan waktu yang sangat lama sehingga sangat
mempengaruhi pemanfaatan dan efektivitas air dan lingkungan.
Apalagi apabila bersifat racun atau merusak. Kerena senyawa-senyawa
tersebut tidak lekas hancur, maka mudah menumpuk dalam tubuh
organisma, sehingga kadar dalam tubuh makin bertambah besar dan
akhirnya bersifat racun yang mematikan. Dan karena tertinggal dalam
tubuh organisma, dapat meracuni seluruh rantai makanan di dalam
ekosistem (Prawiro, 1979:70).
Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat lagi
digunakan sebagai penunjang kehidupan manusia, terutama untuk
keperluan rumah tangga, akan menimbulkan dampak sosial yang
sangat luas dan akan memakan waktu lama untuk memulihkannya.
Padahal air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga sangat
banyak, mulai untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan lain
d. Pencemaran Tanah
Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi,
tetapi pengaruhnya bagi kehidupan sangat besar. Hubungan antara
tanah dan makhluk hidup di atasnya sangat erat. Tanah menyediakan
berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lainnya. Selain itu, tanah juga merupakan habitat
alamiah bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu
sudah selayaknya manusia memelihara kualitas tanah agar hidupnya
sejahtera.
Selain fungsi tanah sebagai penyedia berbagai sumber daya dan
habitat bagi makhluk hidup, tanah juga merupakan reseptor dari
sejumlah besar bahan pencemar. Tanah merupakan tempat
penampungan berbagai bahan kimia yang berasal dari rembesan
sampah (landfill), Instansi Pengolahan Air Limbah, dan
sumber-sumber lainnya (Mulia, 2005:88).
Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan
oleh makhluk pengurai dalam waktu lama akan mencemarkan tanah.
Yang dimasukkan ke dalam sampah ialah bahan yang tidak dipakai
lagi (refuse), karena telah diambil bagian utamanya dengan
pengolahan, menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi
tidak ada harganya (Sastrawijaya, 2000:73).
Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah
yang sering disebut dengan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau
Dump Station. Bahan buangan padat terdiri dari berbagai macam
komponen baik yang bersifat organik maupun yang anorganik. Bahan
buangan padat kota besar di negara industri padat akan berbeda dengan
bahan buangan yang dihasilkan oleh kota kecil yang tidak ada kegiatan
industrinya. Susunan komponen pencemar daratan yang berasal dari
bahan buangan atau limbah kota besar di negara industri dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 1. Komponen pencemar daratan
No. Komponen Persentase
1 Kertas 41%
2 Limbah bahan makanan 21%
3 Gelas 12%
4 Logam (besi) 10%
5 Plastik 5%
6 Kayu 5%
7 Karet dan kulit 3%
8 Kain (serat tekstil) 2%
9 Logam lainnya (Aluminium) 1%
Komposisi bahan buangan organik dan bahan buangan
anorganik perbandingannya kurang lebih 70%:30%. Makin banyak
bahan buangan organik dibandingkan dengan bahan buangan
anorganik akan makin baik dipandang dari sudut pelestarian
lingkungan, karena bahan organik lebih mudah didegradasi dan
Bahan buangan anorganik yang sulit didegradasi oleh
mikroorganisme dipisahkan dari bahan buangan organik dan
dikumpulkan sesuai dengan sifat dan jenisnya. Misalnya semua jenis
logam (besi, alumunium, seng, tembaga, dll) dikumpulkan menjadi
satu, dipisahkan dari bahan buangan gelas dan plastik, untuk
memudahkan proses daur ulang bahan buangan tersebut. Pemisahan ini
seringkali sudah dimulai sejak bahan buangan akan dijadikan limbah,
dengan menyediakan tempat limbah (sampah) yang sudah dibagi
sesuai dengan sifat dan jenisnya. Cara ini akan membantu proses daur
ulang bahan buangan sehingga menjadi bahan yang masih dapat
dimanfaatkan lagi bagi kehidupan manusia (Wardhana, 2004:100-102).
e. Dampak Pencemaran
Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan
berakibat kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan
berpengaruh pula terhadap kehidupan tanaman, hewan, dan juga
manusia. Kalau lingkungan alam telah tercemar sudah barang tentu
tanaman yang tumbuh di lingkungan tersebut akan tercemar, demikian
pula dengan hewan yang hidup di situ. Pada akhirnya manusia sebagai
makhluk hidup yang omnivora akan ikut pula merasakan dampak
Gambar 1. Daur Pencemaran Lingkungan (Wardhana, 2004:107)
Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah
berbentuk padat yang dibuang atau dikumpulkan di suatu tempat
penampungan. Tempat penampungan ini dapat bersifat sementara dan
dapat pula bersifat tetap. Oleh karena tempat pengumpulan limbah
padat ini sudah ditentukan maka seharusnya sudah pula diperhitungkan
pula kemungkinan dampaknya. Namun dalam kenyataannya seringkali
terjadi bahwa tempat penampungan limbah padat tersebut tetap
menimbulkan gangguan pada manusia (Wardhana, 2004:151). Sumber
Pencemar
Udara Udara Udara
Tanaman Tanaman
Hewan Hewan
Bentuk dampak pencemaran daratan tergantung pada
komposisi limbah padat dan jumlahnya. Bentuk dampak pencemaran
daratan dapat berupa dampak langsung dan dampak tidak langsung.
1) Dampak Langsung
Dampak pencemaran daratan yang secara langsung
dirasakan oleh manusia adalah dampak dari pembuangan limbah
padat organik yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan juga
dari kegiatan industri olahan bahan makanan. Limbah padat
organik yang didegradasi oleh mikroorganisme akan menimbulkan
bau yang tidak sedap (busuk) akibat penguraian limbah tersebut
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang disertai dengan
pelepasan gas yang berbau tidak sedap. Limbah organik yang
mengandung protein akan menghasilkan bau yang lebih tidak
sedap lagi (lebih busuk) karena protein yang mengandung gugus
amin itu akan terurai menjadi gas ammonia.
Akibat langsung akibat pencemaran daratan lainnya adalah
adanya timbunan limbah padat dalam jumlah besar yang akan
menimbulkan pemandangan tidak sedap, kotor, dan kumuh.
Keadaan ini pada umumnya terjadi pada tempat pembuangan akhir
(TPA) atau dump station. Timbunan limbah padat yang banyak dan
menggunung karena belum diolah lagi menjadi bahan lain yang
menjadi kotor. Kesan kotor ini secara praktis akan mempengaruhi
penduduk di sekitar tempat pembuangan tersebut.
2) Dampak Tak Langsung
Dampak tak langsung akibat pencemaran daratan adalah
dampak yang dirasakan oleh manusia melalui media lain yang
ditimbulkan akibat pencemaran daratan. Jadi media lain inilah yang
merupakan dampak langsung akibat pencemaran daratan tersebut
yang selanjutnya memberikan dampaknya kepada manusia.
Sebagai contoh dari dampak tak langsung ini adalah bahwa
tempat pembuangan limbah padat, baik tempat penimbunan
sementara maupun tempat pembuangan akhir, akan menjadi pusat
berkembang biaknya tikus dan serangga yang merugikan manusia,
seperti lalat dan nyamuk. Tempat pembuangan sampah adalah
tempat yang kumuh namun menyediakan mekanan yang cukup
bagi perkembangan tikus, yaitu limbah organik terutama sisa-sisa
makanan yang ikut dibuang ke tempat itu. Celah-celah antara
lembah padat seperti ban, kaleng bekas, kardus, kotak kayu dan
lain sebagainya merupakan tempat ideal bagi persembunyian dan
perkembang biakan tikus (Wardhana, 2004:152). Baik dampak
langsung maupun tidak langsung yang ditimbulkan, nantinya akan
tetap berpengaruh pada lingkungan serta masyarakat yang
bermukim di wilayah yang tercemar tersebut, terutama dampak
3. Sampah
a. Pengertian Sampah
Sampah merupakan merupakan permasalahan ringan-ringan
rumit dalam kehidupan kita. Produksi massal sampah terjadi dari
akumulasi sampah domestik pada setiap rumah setiap hari. Limbah
domestik yang disebut sampah tersebut sangat beragam. Mulai dari
bahan-bahan organik dan berbagai macam bahan an
organik.sampah-sampah tersebut kemudian mengalami tansportasi yang sangat jauh,
mulai dari keranjang-keranjang sampah di setiap bangunan, kemudian
diakumulasi dalam bak sampah dan diangkut oleh truk sampah baru
kemudian menuju terminal yang akhirnya di tempat pembuangan
sampah (TPS). Sampah identik dengan kotor, bau, becek, jorok, barang
bekas, dan penyakit. Sampah disebut sebagai biang dari banjir karena
mampetnya saluran drainase serta penyebab pencemaran lingkungan,
air, dan tanah (Marfai, 2005:108).
b. Penggolongan Sampah
Menurut Hadiwiyoto, 1983 dalam Sejati, 2009, ada beberapa
macam penggolongan sampah. Penggolongan ini dapat didasarkan atas
beberapa kriteria, yaitu:
1) Penggolongan sampah berdasarkan asalnya
a) Sampah hasil kegiatan rumah tangga, termasuk di dalamnya
sampah rumah sakit, hotel, dan kantor.
c) Sampah hasil kegiatan pertanian meliputi perkebunan,
kehutanan, perikanan, dan peternakan.
d) Sampah hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar
dan took.
e) Sampah hasil kegiatan pembangunan.
f) Sampah jalan raya.
2) Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya
a) Sampah seragam. Misalnya sampah hasil kegiatan industri dan
sampah kantor.
b) Sampah campuran. Misalnya sampah yang berasal dari pasar
atau sampah dari tempat-tempat umum yang sangat beraneka
ragam dan bercampur menjadi satu.
3) Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya
a) Sampah padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng,
plastik, dan logam.
b) Sampah cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci,
tetes tebu, limbah industri yang cair.
c) Sampah berbentuk gas, misalnya karbondioksida, ammonia,
H2S, dan lainnya.
4) Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya
a) Sampah kota (urban) yang terkumpul di kota-kota besar.
b) Sampah daerah yang terkumpul di daerah-daerah luar
5) Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya
a) Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena prose
salami. Misalnya rontokan dedaunan.
b) Sampah nonalami, ialah sampah yang terjadinya karena
kegiatan manusia. Misalnya plastik dan kertas.
6) Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya
a) Sampah organik, adalah sampah yang mengandung senyawa
organik dan tersusun oleh unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
Sampah ini mudah terdegradasi oleh mikroba.
b) Sampah anorganik, adalah sampah yang tidak tersusun oleh
senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh
mikroba sehingga sulit untuk diuraikan.
7) Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya
a) Sampah makanan
b) Sampah kebun/pekarangan
c) Sampah kertas
d) Sampah plastik, karet, dan kulit
e) Sampah kain
f) Sampah kayu
g) Sampah logam
h) Sampah gelas dan keramik
c. Penanganan Sampah
Penanganan sampah ialah mencegah mencegah timbulnya
pencemaran yang disebabkan oleh sampah tersebut. Ada beberapa
macam cara penanganan masalah sampah, yaitu sebagai berikut:
1) Penimbunan (dumping)
Cara penimbunan (dumping) dengan maksud untuk
menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut.
Cara ini murah namun masih menimbulkan bau, kotor, penyakit,
dan pencemaran.
2) Sanitary landfill
Cara kedua ialah pengisian tanah kesehatan (sanitary
landfill) dengan mengisi tanah berlegok dan kemudian mengisinya
dengan tanah; pada cara ini diperlukan tanah yang luas.
Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena ditimbun
dan ditutup.
3) Pencacahan (grinding)
Limbah organik dimasukkan ke dalam alat penggiling
sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan ke selokan, hanyut ke
tempat pengolahan lebih lanjut.
4) Pengomposan (composting)
Yakni pengolahan limbah untuk memperoleh kompos untuk
menyuburkan tanah. Mikroorganisme membantu menguraikan
udara yang sesuai dengan kehidupan mikroorganisme itu (bakteri,
jamur).
5) Pembakaran (incineration)
Cara yang paling biasa dilakukan oleh mayoritas
masyarakat dalam menangani sampah adalah dengan pembakaran.
Cara pemusnahan ini akan menghasilkan gas dan residu
(Sastrawijaya, 2000:74).
6) Daur ulang (recycling)
Proses daur ulang adalah pengolahan kembali suatu massa
atau bahan-bahan bekas dalam bentuk sampah kering yang tadinya
tidak memiliki nilai ekonomi menjadi suatu barang yang berharga
dan berguna bagi kehidupan manusia.
Dari beberapa penanganan sampah di atas, semuanya memiliki
segi positif dan negatif bagi lingkungan. Beberapa cara dapat ikut
berkontribusi dalam menimbulkan pencemaran lingkungan, misalnya
penanganan sampah dengan cara penimbunan dan pembakaran akan
turut menyumbang terjadinya pencemaran udara dari asap maupun bau
yang ditimbulkan bahkan juga dapat pencemaran air dan tanah.
Cara penanganan sampah yang dianjurkan untuk dilakukan
yaitu cara daur ulang (recycling) serta pengomposan (composting).
Jadi jenis sampah-sampah organik dapat dibuat menjadi kompos dan
sampah-sampah anorganik didaur ulang menjadi barang-barang yang
Tabel 2. Limbah padat dan daur ulangnyanya (recycling)
Limbah Daur ulang (recycling)
Kertas 1. Dibuat bubur pulp lagi untuk bahan kertas, cardboard dan produk-produk kertas lainnya.
2. Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi.
3. Diinsenerasi sebagai penghasil panas. Bahan Organik 1. Dibuat kompos untuk pupuk tanaman.
2. Diinsenerasi sebagai penghasil panas. Tekstil/pakaian (bekas) 1. Dihancurkan sebagai bahan pengisi,
bahan isolasi.
2. Diinsenerasi sebagai penghasil panas. 3. Disumbangkan kepada yang
memerlukan.
Gelas 1. Dibersihkan dan dipakai lagi (botol). 2. Dihancurkan untuk digunakan lagi
sebagai bahan pembuat gelas baru. 3. Dihancurkan dan dicampur aspal untuk
pengerasan jalan.
4. Dihancurkan dan dicampur pasir dan batu untuk pembuatan bata semen. Logam 1. Dicor untuk pembuatan logam baru
yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan.
2. Langsung digunakan lagi bila keadaannya masih baik dan memungkinkan.
Karet, kulit dan plastik 1. Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, isolasi.
2. Diinsenerasi sebagai penghasil panas. Sumber: Wardhana, 2004:102
d. Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah
Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat
sampah yaitu dengan mengadakan pengelolaan sampah. Pengelolaan
maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada
yang positif dan ada juga yang negatif.
1) Pengaruh positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh
yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti
berikut:
a) Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
b) Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah
menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih
dahulu untuk menjaga pengaruh buruk sampah tersebur
terhadap ternak.
c) Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan
kegairahan hidup masyarakat.
d) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan
budaya masyarakat.
2) Pengaruh negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan
pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi
kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut:
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan
sampah sebagai tempat perkembangbiakan vector penyakit,
b) Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau
sampah yang menyengat.
c) Menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara.
3) Pengaruh terhadap lingkungan
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika
lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya
banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu
kesegaran udara lingkungan masyarakat.
b) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
c) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada
sumber air permukaan atau sumur dangkal.
Dalam Priambodo, 2009 disebutkan bahwa upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya polusi atau pencemaran
yaitu:
1)Pola hidup ramah lingkungan
2)Cara menjaga kebersihan lingkungan
3)Program penghijauan lingkungan
4)Pengelolaan sampah
4. Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok
orang yang membentuk sebuah system semi tertutup (atau semi terbuka),
dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari
kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat
adalah suatu jaringan hubungan-hubungan yang interdependen (saling
tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas
yang teratur (Wikipedia, 2011).
Ahli sosiolog lain menyebutkan pengertian masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah,
saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana
agar warganya dapat saling berinteraksi. Ikatan yang membuat suatu
kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang
khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batasan kesatuan ini.
5. Tempat Pembuangan Akhir
a. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir
Tempat pembuangan akhir sampah adalah sarana fisik untuk
berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah. Tempat
pembuangan akhir sampah pada dasarnya merupakan akhir dari proses
keterbatasan biaya dan kapasitas SDM serta andalan pola kumpul,
angkut, buang yang ada selama ini telah berdampak pada pembebasan
yang terlalu berat di TPA baik ditinjau dari kebutuhan lahan maupun
beban pencemaran lingkungan.
b. Metode Pembuangan Akhir di Area TPA
1) Metode Open Dumping (penumpukan)
Cara pembuangan yang umum dilakukan di Indonesia dan
dilakukan secara sederhana dimana sampah dihamparkan di suatu
tempat terbuka tanpa penutupan dan pengolahan. Cara ini tidak
dianjurkan karena memiliki dampak negatif yang tinggi terhadap
kesehatan lingkungan. Metode penumpukan bersifat murah,
sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjangkitnya
penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau,
kotoran, dan sumber penyakit.
2) Metode Sanitary Landfill
Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian pada
ketebalan tertentu diurug dengan tanah. Pada bagian atas urugan
digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi dengan
tanah sehingga berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah.
Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air
yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi
Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya
investasi dan operasional yang tinggi.
3) Metode Pengomposan
Merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk
yang mempunyai nilai ekonomi. Cara membuat kompos
menggunakan langkah-langkah, diantaranya adalah pemilahan
sampah, penumpukan sampah, pemantauan suhu, pelapukan,
pematangan, pemanenan.
4) Metode Pembakaran
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat
dibakar habis. Arus diusahakan jauh dari pemukiman untuk
menghindari pencemaran asap, bau, dan kebakaran.
Metode pembuangan yang digunakan di TPA Jatibarang
yaitu metode Open Dumping (penumpukan), jadi sampah-sampah
yang masuk ke dalam TPA Jatibarang akan ditumpuk atau
ditimbun menjadi satu tanpa adanya pemilahan sampah terlebih
dahulu. Metode penumpukan ini bersifat sederhana namun
memiliki dampak negatif yang lebih tinggi terhadap kesehatan
lingkungan, selain itu juga menyebabkan pencemaran tanah, air,
B. PENELITIAN TERDAHULU
2010 a. Kualitas air sumur 1) Suhu
a. Kualitas air sumur dari sampel 1 yang mengalami penyimpangan adalah warna, kekeruhan, zat organik dan mangan. Pada sampel 2 yang mengalami penyimpangan adalah warna, kekeruhan, zat organik, besi, sulfide dan mangan, dan pada sampel 3 yang mengalami penyimpangan adalah warna kekeruhan dan mangan, dan pada sampel 4 yang mengalami penyimpangan adalah zat organik.
b. Pemanfaatan air sumur oleh masyarakat sekitar TPA Jatibarang Kel. Kedungpane Kec. Mijen Kota Semarang rata-rata sebesar 150 liter/hari atau 37,5 liter/kapita/hari dimana aktivitas yang berhubungan dengan pemanfaatan air sumur tersebut antara lain untuk mandi, minum, mencuci, memasak dan lain-lain walaupun tidak memenuhi persyaratan air bersih.
Jatibarang Kel. Kedungpane Kec. Mijen Kota Semarang disebabkan karena adanya hasil buangan sampah di TPA Jatibarang. Selain itu jarak sumur penduduk di Kel.
Kedungpane berdekatan dengan limbah sampah TPA Jatibarang, dampak pembuangan sampah bagi penduduk yang
mengkonsumsi air sumur yang tercemar limbah sampah dapat terserang penyakit seperti penyakit kulit, gatal-gatal, diare, sakit perut serta penyakit pernafasan seperti ISPA, batuk dan sesak nafas.
2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Masyarakat
4) Pengelolaan air limbah
5) Kondisi rumah 6) Pembasmi binatang
vektor
itu pendidikan merupakan hal yang penting bagi seseorang.
3. Pengolahan Sampah Organik Sebagai Salah
2004 a. Dampak sampah bagi lingkungan barang yang dibuang karena sudahtidak terpakai lagi dan merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan apabila tidak diolah dengan baik.
b. TPA Putri Cempo merupakan penampungan akhir bagi sampah yang berasal dari berbagai tempat di Kota Surakarta yang nantinya akan diolah dan dikelola menjadi produk hasil.
c. Tumpukan sampah yang memenuhi sebagian besar tanah, air, dan udara,
d. Pengolahan sampah organik di TPA Putri Cempo pada saat ini dilakukan dengan teknik composting secara sederhana. e. Teknik composting telah
berjalan dengan baik namun produk yang dihasilkan yaitu berupa pupuk kompos belum dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga
mengurangi luas lahan yang ada.
f. Pembakaran sampah pada tungku temperatur tinggi dan pemanfaatan gas metan sampah untuk bahan bakar rumah tangga, dapat menjadi alternatif baru pengolahan sampah organik.
4. Peran Serta Masyarakat Kota Yogyakarta c. Peran serta masyarakat
dalam menangai
a. Jenis sampah utama yang dibuang sebagian besar berupa: daun, plastik, dan kertas/karton, dengan berat antara 0,50 – 1,00 kg tiap hari per keluarga, sehingga berat keseluruhan sampah keluarga yang dibuang mencapai 94 kg per hari.
Namun perlu disadarkan orang-orang (keluarga) yang masih membuang sampah ke sungai/selokan, sebab
jumlahnya masih masih relatif banyak (+ 21%) yang pada gilirannya akan merugikan masyarakat di sekitar sungai. c. Dalam mengelola TPS
umumnya sudah baik (+77%). Termasuk dalam hal ini adalah keluarga yang membuat lubang sampah sendiri di pekarangan/ halaman rumah. Hal ini perlu dicontoh dalam rangka meningkatkan hasil pertanian di pekarangan sempit atau pot-pot di pekarangan rumah. Sebab sampah yang ditimbun, pada saatnya dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2. Kerangka Berpikir
TPA Jatibarang merupakan TPA terbesar yang ada di Kota Semarang yang
berlokasi di Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen. Timbunan sampah di TPA
Jatibarang semakin bertambah melebihi daya tamping TPA tersebut, timbunan
sampah meningkat rata-rata 324 m3 per hari. Dengan kondisi tersebut
menyebabkan air lindi sulit diendalikan apalagi saat musim penghujan.
Penanganan sampah dengan metode open dumping (penumpukan) menimbulkan Tingkat pendidikan
Upaya mengatasi pencemaran lingkungan akibat sampah:
a. Pola hidup ramah lingkungan
b. Cara menjaga kebersihan lingkungan c. Program penghijauan lingkungan d. Pengelolaan sampah
Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pemilahan sampah Penanganan sampah a) Penimbunan (dumping) b) Sanitary landfill
c) Pencacahan (grinding)
d) Pengomposan (composting) e) Pembakaran (incineration) f) Daur ulang
e. Kerjasama dengan pihak terkait
Hipotesis:
banyak dampak negatif bagi lingkungan sekitar TPA Jatibarang, yaitu terjadinya
pencemaran tanah, air, dan udara di sekitar lokasi TPA tersebut.
Upaya-upaya mengatasi pencemaran lingkungan akibat sampah dilakukan
dengan berbagai cara sesuai dengan pengetahuan masyarakat setempat, mulai dari
yang sederhana seperti cara menjaga kebersihan lingkungan hingga upaya untuk
bekerjasama dengan pihak terkait.
Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seseorang dapat dikatakan
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan mereka dalam
melakukan aktivitas didalam kehidupan sehari-hari mereka dibidang apapun.
Perbedaan tingkat pendidikan masyarakat sekitar TPA Jatibarang Kota Semarang,
khususnya RW. IV Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen berpengaruh
terhadap hal-hal yang dilakukan dalam berbagai hal tidak terkecuali dalam upaya
mengatasi pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar TPA Jatibarang sebab
tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki individu dan
akan berpengaruh pula pada tindakan individu tersebut.
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya
mengatasi pencemaran lingkungan akibat sampah pada pada masyarakat
sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang.
Ha = Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya mengatasi
pencemaran lingkungan pada masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai-nilai tes atau peristiwa
sebagai sumber daya yang memiliki karekteristik sendiri dalam suatu
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang
tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota
Semarang khususnya RW.4 Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen yang
berjumlah 268 orang karena letaknya yang dekat dengan TPA Jatibarang dan
diperkirakan memiliki tingkat pencemaran lebih tinggi daripada RW yang
lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.4 hal.59.
B. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti apabila subyek
penelitian kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam pengambilan data sampel
itu harus representative dalam arti segala karakteristik dari populasi
hendaknya tercermin pula dalam sampel yang diambil dalam sampel tersebut