HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA ETNIS TIONGHOA DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh :
JULI THERESIA A.S
091301072
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA ETNIS TIONGHOA DI KOTA MEDAN
Dipersiapkan dan disusun oleh:
JULI THERESIA A.S 091301072
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 04 Juli 2014
Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi
Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP: 195301311980032001
Tim Penguji Departemen Psikologi Industri dan Organisasi
1. Ferry Novliadi, M.Psi Penguji I /
NIP : 197411112006041001 Pembimbing
2. Dr. Emmy Mariatin, M.A., PhD., psikolog Penguji II
3. Siti Zahreni, M.Psi, Psikolog Penguji III
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:
Hubungan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dengan Minat Berwirausaha Pada Etnis Tionghoa
adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2014
Juli Theresia A.Siahaan
Hubungan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dengan Minat Berwirausaha Pada Etnis Tionghoa di Kota Medan
Juli Theresia A.S
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan minat berwirausaha pada etnis tionghoa. Subjek dalam penelitian ini adalah 100 etnis tionghoa yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi terhadap dukungan sosial yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi dukungan sosial menurut House dan Umberson (1988). Skala minat berwirausaha pada penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek minat berwirausaha dari Hurlock (1997). Alat ukur yang digunakan adalah skala minat berwirausaha dengan reliabilitas 0.955 dan skala persepsi terhadap dukungan sosial dengan reliabilitas 0.956. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi (Pearson Product Moment). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan minat berwirausaha pada etnis tionghoa dengan nilai (rxy= 0,623 dan p= 0,000). Hasil penelitian juga menunjukkan mayoritas subjek penelitian memiliki minat berwirausaha tergolong tinggi dan persepsi terhadap dukungan sosial tergolong positif.
The Relationship Between Perceived Of Social Support With Interest In Entrepreneurship Etnic Tionghoa in Medan
Juli Theresia A.S
ABSTRACT
This research was conducted to investigate the relationship between perceived of social support and interest in entrepreneurship. 100 etnic tionghoa were obtained by purposive sampling technique. This study used customer satisfaction scale based on the dimension of perceived of social support by House and Umberson (1988) and and interest in entrepreneurship scale based on the aspects of interest in entrepreneurship by Hurlock (1997). Measurement scale used is the interest in entrepreneurship to reliability and the 0,955 scale with the reliability of perceived of social support 0,956. The correlation between perceived of social support and interest in entrepreneurship analyzed to use the Pearson Product Moment Correlation. The result showed that there are positive correlation
between perceived of social support with interest in entrepreneurship with rxy= 0,623 and p= 0,000. Results also showed a majority of subjects were classified as interest in entrepreneurship and perceived social support is considered positive.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan segala kebaikanNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “hubungan persepsi terhadap dukungan sosial dengan minat berwirausaha pada etnis tionghoa” guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara serta meraih gelar Strata 1 (S1).
Keberhasilan penulisan skripsi ini dapat terwujud tidak hanya hasil kerja keras saya sendiri namun juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini dan juga selama menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah memberikan dukungan yang terbaik untuk kesuksesan seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Emmy Mariatin, M.A., PhD., psikolog dan Siti Zahreni, M.Psi, psikolog, selaku dosen penguji yang telah memeberi banyak masukan dan kritikan yang membangun.
4. Ibu Rika Eliana, M.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berharga selama masa perkuliahan di Fakultas Psikologi USU.
5. Dosen-dosen pengajar di Fakultas Psikologi yang tidak mungkin saya sebutkan namanya satu persatu, Anda sekalian telah memberikan segala hal yang terbaik bagi saya. Terima kasih telah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk saya.
6. Papa dan mama saya, Harly Anthonius Siahaan, B.A dan Donna Lisbeth Silalahi B.A yang telah memberikan doa, semangat, kasih sayang serta motivasi yang tiada henti kepada saya. Saya akan berusaha jadi kebanggaan mama papa ya..
7. Adik-adikku yang kukasihi Mey Margareth, Febry Claudia, Nikita Nathania, terimakasih karena kalian telah memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi dan telah mendoakan saya. Tetap semangat ya buat kita untuk menjadi terang dan kebanggaan buat mama dan papa.
8. Billy Manik, SH yang sudah memberikan perhatian, semangat serta doa kepada saya selama ini. Tetap doain aku ya.
10.Sahabatku Septrina Amelia dan Stella Caroline yang begitu tulus membantu dalam pembuatan skripsi ini. Terimakasih ya untuk dukungan, bantuan, dan doa kalian ya.
11.Sahabat-sahabatku Aisyah Hudayah, Putri Carolina, Vina yuliana, Maya sianturi, dan Agiska Ostavia, terimakasih buat segala yang telah kalian perbuat. Khususnya Aisyah dan Putri yang sudah banyak membantu pembuatan skripsi ini. Terimakasih buat semuanya ya.
12.Terimakasih untuk para responden yang telah bersedia membantu.
13.Kepada teman-teman mahasiswa angkatan 2009, terima kasih untuk suka duka yang tidak terlupakan.
14.Seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi USU, yang telah membantu dan mempermudah segala urusan yang berkaitan dengan administrasi, baik saat masa perkuliahan maupun yang berhubungan dengan penelitian. 15.Terimakasih untuk seluruh pihak yang tidak disebutkan diatas. Atas
masukan, dukungan, saran, serta bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Medan, Juni 2014
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... ...1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Sistematika Penulisan... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Minat Berwirausaha ... 10
1. Definisi Minat Berwirausaha ... 10
2. Aspek-Aspek Minat Berwirausaha ... 12
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha... 13
B. Persepsi Terhadap Dukungan Sosial... 16
1. Definisi Persepsi terhadap Dukungan Sosial ... 16
2. Dimensi-Dimensi Dukungan Sosial ... 19
C. Etnis Tionghoa ... 21
1. Definisi Etnis Tionghoa ... 21
2. Kebudayaan Etnis Tionghoa ... 22
D. Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Etnis Tionghoa………. ... 24
E.Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Identifikasi Variabel ... 28
B. Definisi Operasional Variabel penelitian ... 28
1. Minat Berwirausaha ... 28
2. Persepsi terhadap Dukungan Sosial ... 29
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
1. Populasi Penelitian ... 30
2. Sampel Penelitian ... 30
D. Teknik Pengambilan Sampel... 31
E. Metode Pengumpulan Data ... 32
1. Skala Minat Berwirausaha ... 33
2. Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial ... 36
F. Uji Coba Alat Ukur ... 39
1. Validitas Alat Ukur ... 39
2. Reliabilitas Alat Ukur ... 40
3. Uji Daya Beda Aitem ………. 41
1. Skala Minat Berwirausaha ... 41
2. Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial ... 42
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 44
1. Tahap Persiapan Penelitian ... 44
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 45
3. Tahap Pengolahan Data ... 45
I. Metode Analisis Data ... 45
1. Uji Normalitas ... 45
2. Uji linearitas ... 46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 48
A.Gambaran Subjek Penelitian ... 48
1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 48
2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49
3. Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pekerjaan ... 49
B. Hasil Penelitian ... 50
1. Hasil Uji Asumsi ... 50
a) Uji Normalitas ... 50
b) Uji Linieritas ... 51
2. Hasil Utama Penelitian ... 52
3. Kategorisasi Data Penelitian ... 54
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 57
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
1. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 63
2. Saran Bagi Etnis Tionghoa... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Minat Berwirausaha Sebelum Uji Coba ... 48
Tabel 4 Blue Print Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial Sebelum Uji Coba……... 53
Tabel 3 Blue Print Skala Minat Berwirausaha Setelah Uji Coba …….…... 52
Tabel 4 Blue Print Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial Setelah Uji Coba………... 53
Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ………...…….….…... 59
Tabel 6 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ……….….. 59
Tabel 7 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pekerjaan ………... 60
Tabel 8 Hasil Uji Normalitas ………...………... 61
Tabel 9 Hasil Anova……….………..………... 62
Tabel 10 Hasil Pengujian Korelasi ……..……...……….…... 63
Tabel 11 Perbandingan Hasil Skor Empirik dan Skor Hipotetik ……..…….. 64
Tabel 12 Kriteria Kategorisasi Jenjang Data Empirik ………..…….. 66
Hubungan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dengan Minat Berwirausaha Pada Etnis Tionghoa di Kota Medan
Juli Theresia A.S
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan minat berwirausaha pada etnis tionghoa. Subjek dalam penelitian ini adalah 100 etnis tionghoa yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi terhadap dukungan sosial yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi dukungan sosial menurut House dan Umberson (1988). Skala minat berwirausaha pada penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek minat berwirausaha dari Hurlock (1997). Alat ukur yang digunakan adalah skala minat berwirausaha dengan reliabilitas 0.955 dan skala persepsi terhadap dukungan sosial dengan reliabilitas 0.956. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi (Pearson Product Moment). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan minat berwirausaha pada etnis tionghoa dengan nilai (rxy= 0,623 dan p= 0,000). Hasil penelitian juga menunjukkan mayoritas subjek penelitian memiliki minat berwirausaha tergolong tinggi dan persepsi terhadap dukungan sosial tergolong positif.
The Relationship Between Perceived Of Social Support With Interest In Entrepreneurship Etnic Tionghoa in Medan
Juli Theresia A.S
ABSTRACT
This research was conducted to investigate the relationship between perceived of social support and interest in entrepreneurship. 100 etnic tionghoa were obtained by purposive sampling technique. This study used customer satisfaction scale based on the dimension of perceived of social support by House and Umberson (1988) and and interest in entrepreneurship scale based on the aspects of interest in entrepreneurship by Hurlock (1997). Measurement scale used is the interest in entrepreneurship to reliability and the 0,955 scale with the reliability of perceived of social support 0,956. The correlation between perceived of social support and interest in entrepreneurship analyzed to use the Pearson Product Moment Correlation. The result showed that there are positive correlation
between perceived of social support with interest in entrepreneurship with rxy= 0,623 and p= 0,000. Results also showed a majority of subjects were classified as interest in entrepreneurship and perceived social support is considered positive.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini kewirausahaan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para wirausahawan. Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari kelompok entrepreneur ini. Dewasa ini banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat yaitu menghasilkan imbalan finansial yang nyata (Yohnson, 2003).
pada akhirnya tergantung dari orang yang menyebabkan timbulnya perubahan tersebut yakni sang “entrepreneur”.
Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya pasar dengan produk-produk yang inovatif. Tahun 1980-an di Amerika telah lahir sebanyak 20 juta entrepreneur, mereka menciptakan lapangan kerja baru. Demikian pula di Eropa Timur, entrepreneur ini mulai bermunculan. Bahkan Negeri China, yang menganut paham komunis, mulai membuka diri terhadap lahirnya entrepreneur (Tama,2010). Sayangnya, jumlah entrepreneur di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia. Berdasarkan survei tahun 2012, jumlah wirausaha di Indonesia hanya 1,56 persen dari jumlah penduduk, sedangkan dikatakan suatu negara dapat maju kalau minimal mempunyai entrepeneur sebanyak 2 persen2012 ).
Namun kenyataan yang tidak dapat dipungkiri saat ini adalah bahwa roda perekonomian khususnya dunia bisnis dan wirausaha telah menjadi lahan yang tumbuh subur bagi etnis Tionghoa. Hampir setiap jenis-jenis bisnis tidak luput dari campur tangan etnis yang dikenal ulet dan gigih ini. Mulai dari bisnis properti, kuliner, perhotelan, bank, ritel, hingga pada aktivitas distribusi. Bahkan mendominasi, walau secara jumlah populasi, etnis Tionghoa terbilang minoritas di Indonesia (Nasir, 2008).
Hailam, Hokkien, Khek atau Hakka, Kantonese, Teochew, Foochow, Hockchew, dan sebagainya. Setiap suku etnis tionghoa memiliki kepandaian dagang tersendiri yang menjadi identitas mereka secara turun-temurun (Ann Wan Seng, 2013).
Etnis Tionghoa bahkan telah hidup membaur baik dalam keseharian maupun dalam menjalankan aktivitas yang berhubungan dengan kebudayaannya. Etnis tionghoa Medan memiliki kekhasan tersendiri yang terbentuk karena lingkungan ekonomik sosial budaya masyarakat yang berada disekitarnya (Hadiluwih,2008). Misalnya dalam penggunaan bahasa sehari-hari etnis Tionghoa kerap menggunakan bahasa Hokian dengan sesamanya. Dan hanya menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan orang pribumi (Sutarto, 2010). Hokian adalah bahasa leluhur dari etnis tionghoa, dimana para orangtua pada etnis tionghoa mendidik secara keras bagi generasinya untuk dapat menguasai bahasa Hokian. Hal ini menujukkan bahwa pada umumnya etnis Tionghoa memiliki pendirian teguh pada kebudayaan leluhurnya (Hunter dalam Martaniah, 1998).
Masyarakat Tionghoa selalu diidentifikasikan sebagai pedagang atau wirausahawan yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal berwirausaha (Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007). Adanya pola asuh dan budaya yang mempengaruhi perkembangan individu melibatkan masyarakat etnis Tionghoa memiliki sifat kompetitif, mempunyai usaha yang besar dan mengusahakan prestasi (Wilmoth dalam Martaniah,1998), demikian pula dalam hal berwirausaha.
kesuksesan jumlah orang-orang pribumi tidaklah seberapa ketimbang dengan orang-orang tionghoa. Namun, bukan berarti penduduk Tionghoa tidak ada yang miskin. Akan tetapi, karena sebagian besar orang- orang Tionghoa memang banyak meraih kesuksesan, karena kelompok kecilnya tidak begitu terlihat apabila ada yang miskin (Emsan, 2011).
Di Indonesia, menurut The Economist, pada pertengahan 1980an warga keturunan cina menguasai hampir 70-75 % aset seluruh perusahaan diluar BUMN (Badan Usaha Milik Negara ) dan PMA (Mulyaningtias, 2012).. Keturunan cina yang jumlahnya hanya 4-5% dari populasi penduduk Indonesia maerupakan 17 dari 25 konglomerat di Indonesia (Emsan, 2011).
Menjadi seorang wirausaha (entrepreneur) adalah alternatif yang bijaksana, selain dapat menciptakan lapangan kerja sendiri, juga dapat membantu orang lain. Dan bila usahanya maju dapat menyerap semakin banyak tenaga kerja sehingga dapat membantu lebih banyak orang. Seorang yang ingin menjadi wirausaha atau enterpreneur diharapkan menjadi agent of change yang dapat berguna di dalam pemberdayaan masyarakat (Ritonga, 2011).
Minat berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik kepribadian, faktor demografi dan karakteristik lingkungan. Karakteristik kepribadian seperti efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi, faktor demografi seperti umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang diperhitungkan sebagai penentu bagi minat berwirausaha, faktor lingkungan seperti hubungan sosial, infrastruktur fisik dan institusional serta faktor budaya dapat mempengaruhi minat berwirausaha (Indarti, 2008).
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor – faktor yang timbul karena pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor – faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha antara lain karena pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Sedangkan Faktor ekstrinsik adalah faktor yang timbul karena rangsangan atau dorongan dari luar diri individu atau lingkungan. Faktor – faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara lain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang dan pendidikan (Suryana, 2006).
sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai (Kuntjoro, 2002). Dukungan sosial menurut Sarason, Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2000) didefinisikan sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman - teman dan anggota keluarga. Sejalan dengan itu Gottlieb (1991) juga berpendapat bahwa dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku (dalam Handayani, 2010).
Menurut Sarason (dalam Kuntjoro, 2002), dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Persepsi menurut Schiffman & Kanuk (2004) sebagai suatu proses dimana individu memilih, menyusun dan menginterpretasi rangsangan ke dalam gambaran dunia yang berhubungan dan bermakna. Sejalan dengan itu, Peter & Olson (2002) mengartikan persepsi sebagai cara seseorang menerima dan menginterpretasi dunia sekitar mereka. Dukungan sosial akan dipersepsi positif apabila individu tersebut merasakan manfaat dukungan yang diterimanya, individu akan merasa diperhatikan, diperdulikan dan dihargai.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk memudahkan penelitian, maka perlu dirumuskan masalah apa yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu apakah ada Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Etnis Tionghoa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini sesuai dengan perumusan di atas adalah: Untuk mengetahui apakah ada Hubungan antara Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha Etnis Tionghoa.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dalam penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk meningkatkan minat berwirausaha dan mengetahui tinggi rendahnya minat berwirausaha serta mengetahui positif atau negatif persepsi terhadap dukungan sosial. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya, sehingga hasil- hasil penelitian sejenis menjadi lebih akurat.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisi uraian teori yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori - teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang Persepsi terhadap Dukungan Sosial, Minat Berwirausaha, dan Etnis Tionghoa. Dalam Bab ini juga akan dikemukakan Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Etnis Tionghoa serta hipotesa penelitian.
BAB III : Metodologi Penelitian
metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisis data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini terdapat gambaran subjek penelitian, hasil penelitian dan interpretasi hasil penelitian yaitu evaluasi antara hasil yang didapat dengan hipotesa penelitian.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minat Berwirausaha
1. Definisi Minat Berwirausaha
Minat dalam Kamus Bahasa Indonesia Fajri (2004) menyatakan bahwa minat diartikan sebagai suatu keinginan yang kuat, kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu. Sedangkan berdasarkan Kamus Psikologi Chaplin (2002) minat adalah satu sikap yang berlangsung terus menerus yang memolakkan perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya.
Minat merupakan salah satu aspek psikologi yang menarik untuk diteliti, karena minat erat kaitannya dengan dorongan individu melakukan sesuatu yang diinginkannya. Pernyataan ini diperkuat dengan teori Mappiare (1990) bahwa dengan adanya minat dapat mendorong individu untuk mendekati objek yang disenanginya dan dikerjakannya sehingga pekerjaan yang dilakukan akan lebih baik. Selanjutnya As’ad (1991) mengartikan minat adalah sikap yang membuat orang senang terhadap obyek, situasi atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari obyek yang disenangi itu (dalam Pratiwi, 2009).
(2003) minat adalah suatu dorongan dalam diri individu yang menyebabkan terikatnya perhatian individu tersebut pada obyek tertentu.
Menurut pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan suatu keinginan yang timbul dari diri individu yang dapat mendorong untuk melakukan suatu kegiatan karena adanya rasa suka dan ketertarikan yang timbul dari sesuatu atau objek diluar diri invidu tersebut.
Definisi minat pada penelitian ini akan dihubungkan dengan berwirausaha. Oleh karena itu pengertian berwirausaha tidak kalah pentingnya. Menurut Sukardi (1991), kata wirausaha merupakan gabungan kata wira yang berarti gagah berani atau perkasa dan usaha. Jadi kata wirausaha berarti orang berarti gagah berani atau perkasa dan usaha. Dengan demikian kata wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa dalam usaha. Sedangkan menurut G. Meredith (2000), para wirausaha adalah orang – orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan – kesempatan bisnis sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.
Menurut Kasmir (2007) menyatakan bahwa arti wirausaha yaitu orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
yang ada tanpa merasa takut untuk mengambil resiko dalam berusaha meraih kesuksesan.
Jadi dari kesimpulan di atas yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, dan dorongan untuk berwirausaha dan melakukan segala sesuatu dengan perasaan senang, serta mampu menciptakan dan membuka usaha baru dengan keyakinan yang dimiliki dan dengan melihat kesempatan atau peluang yang ada tanpa merasa takut untuk mengambil resiko dalam berusaha meraih kesuksesan.
2. Aspek- Aspek Minat Berwirausaha
Dalam minat berwirausaha ada beberapa aspek penting yang harus dipenuhi. Menurut Hurlock (1997) berpendapat bahwa aspek yang mempengaruhi minat adalah:
a. Aspek Perhatian
Yaitu adanya sesuatu yang menarik individu untuk berinovasi, berkreatif dan memperoleh peluang usaha. Apabila individu tertarik dengan sesuatu kegiatan yaitu kegiatan wirausaha maka yang bersangkutan akan melakukan kegiatan tersebut.
b. Aspek Kemauan
Adanya dorongan untuk mencoba berusaha secara mandiri dan berani menghadapi resiko dan adanya keyakinan pada diri sendiri.
Kegiatan yang dilakukan memperoleh penghargaan, dan prestasi. Apabila suatu kegiatan memperoleh penghargaan dan dukungan orang lain maka akan mendorong individu untuk melakukan kegiatan tersebut dengan senang hati, dalam hal ini adalah kegiatan kewirausahaan. Kesenangan merupakan aspek yang mempengaruhi minat saat hasil diperoleh.
d. Aspek Aktivitas
Merupakan kegiatan yang dilakukan ketika waktu luang untuk mencari tambahan pengetahuan dan ketrampilan.
Berdasarkan uraian aspek diatas maka aspek perhatian, aspek kemauan, aspek kesenangan, dan aspek aktivitas yang akan dijadikan dasar untuk pembuatan skala tentang minat berwirausaha.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha
Faktor yang mempengaruhi minat dalam berwirausaha menurut Suryana (2006) secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, sebagai berikut :
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong minat berwirausaha antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri dan perasaan senang.
1) Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk berwirausaha.
2) Harga Diri
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia, karena dikarunia akal, pikiran dan perasaan. Hal itu menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Berwirausaha digunakan untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk berwirausaha.
3) Perasaan Senang
pribadi seseorang, maka tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain.
b. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara lain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang dan pendidikan/pengetahuan.
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota keluarga yang lain. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik di kawasan tempat tinggalnya maupun dikawasan lain.
3) Peluang
4) Pendidikan/Pengetahuan
Pendidikan/Pengetahuan yang didapat merupakan modal dasar yang dapat digunakan untuk berwirausaha.
B. Persepsi terhadap Dukungan Sosial
1. Definisi Persepsi terhadap Dukungan Sosial
Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni “dari kata perception yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti” (Muchtar, T.W., 2007).
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan peran (Rakhmat, 2005). Sedangkan menurut Roger (dalam Walgito, 2002) Persepsi itu bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam individu, maka persepsi dapat dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsikan stimulus, hasil dari persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya yang sangat subjektif.
Gibson dan Donely (1994) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Sejalan dengan itu Robbins (2003) mengartikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Schiffman & Kanuk (2004) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu memilih, menyusun dan menginterpretasi rangsangan ke dalam gambaran dunia yang berhubungan dan bermakna. Peter & Olson (2002) mengartikan persepsi sebagai cara seseorang menerima dan menginterpretasi dunia sekitar mereka. Rangsangan dapat masuk melalui indera penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan dan pengecapan.
Chaplin (2001) mengemukakan persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Proses ini dimulai dengan perhatian, yaitu proses pengamatan selektif. Persepsi merupakan upaya mengamati dunia, mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian.
Definisi persepsi pada penelitian ini akan dihubungkan dengan dukungan sosial. Menurut Dimatteo (1991), dukungan sosial adalah dorongan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain.
Sarason, Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan anggota keluarga. Sementara dukungan sosial didefinisikan oleh Lahey (2007) sebagai peran yang dimainkan oleh teman-teman dan relatif dalam memberikan nasihat, bantuan, dan beberapa antaranya untuk menceritakan perasaan pribadi.
Gottlieb (1991) juga berpendapat bahwa dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku.
Dari beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa dukungan sosial adalah suatu dorongan atau bantuan nyata seperti saran, informasi baik secara verbal atau non verbal, maupun kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman, rekan kerja dan anggota keluarga didalam lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh pada tingkah lakunya.
saran ataupun informasi verbal maupun nonverbal, sehingga dapat menyimpulkan dan menafsirkan ketersedian sumber dukungan tersebut, melalui panca indera menjadi suatu gambaran yang bermakna, yang akan berpengaruh pada tingkah lakunya.
2. Dimensi-Dimensi Dukungan Sosial
House dan Umberson (1988) mengatakan ada 4 (empat) dimensi dukungan sosial, yaitu :
a. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material. Dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis, meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan benda-benda, misalnya alat-alat kerja, meminjamkan atau memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis.
b. Dukungan Informasional
Dukungan informasional adalah dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan oleh individu. Dukungan ini meliputi pemberian informasi yang dapat membantu individu dalam mengevaluasi performance pribadinya dan dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, saran, nasehat, dan bimbingan.
c. Dukungan Penghargaan
d. Dukungan Emosional
Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Dukungan ini juga mencakup ungkapan empati, kepedulian terhadap orang yang bersangkutan.
3. Sumber Dukungan Sosial
Sumber-sumber dukungan sosial menurut Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 1992) terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dan mendukungnya. Misalnya keluarga dekat, pasangan (suami/istri) atau teman-teman dekat.
b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah sesuai dengan waktu. Sumber ini meliputi teman kerja, tetangga, sanak keluarga dan sepergaulan.
C. Etnis Tionghoa
1. Definisi Etnis Tionghoa
Istilah “Cina” dalam pers Indonesia tahun 1950-an telah diganti menjadi menjadi “Tionghoa” (sesuai ucapannya dalam bahasa Hokkian) untuk merujuk pada orang Cina dan “Tiongkok” untuk negara Cina dalam pers Indonesia 1950-an (Liem, 2000).
Etnis Tionghoa menurut Purcell (dalam Liem, 2000) adalah seluruh imigran negara Tiongkok dan keturunannya yang tinggal dalam ruang lingkup budaya Indonesia dan tidak tergantung dari kewarganegaraan mereka dan bahasa yang mereka gunakan. Etnis Tionghoa adalah individu yang memandang dirinya sebagai “Tionghoa” atau dianggap demikian oleh lingkungannya. Pada saat bersamaan mereka berhubungan dengan etnis Tionghoa perantauan lain atau negara Tiongkok secara sosial, tanpa memandang kebangsaan, bahasa, atau kaitan erat dengan budaya Tiongkok.
dinamis sekaligus pragmatis, fleksibel dan pandai menempatkan diri serta ulet (Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007).
Menurut Suryadinata (1981) istilah Tionghoa Indonesia digunakan merujuk pada etnis Tionghoa yang tinggal di negara Indonesia yang memiliki nama keluarga (marga), tanpa memandang kewarganegaraannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa etnis Tionghoa di Indonesia adalah orang- orang keturunan Tionghoa yang telah tinggal lama di Indonesia dan telah memahami penggunaan bahasa Indonesia serta telah berbaur dengan masyarakat lingkungannya.
2. Kebudayaan Etnis Tionghoa
Menurut Antropologi kebudayaan modern, konsep budaya peranakan adalah segala sesuatu yang dimiliki atau segaala hal seputar kehidupan dan kegiatan budaya etnis Tionghoa (Hadiluwih,2008).
Nilai budaya Tionghoa yang hingga kini masih diajarkan kepada anak cucu mereka hingga saat ini adalah lima prinsip kehidupan, seperti yang diajarkan Tan Im Yang seorang tokoh dan penyebaran ajaran Kong HuCu, yaitu Jin Ge Le Ti Sin (Sitanggang, 2010) yaitu :
1. Jin yang berarti manusia hidup harus memiliki cinta kasih 2. Ge yang berarti harus menjungjung kebenaran
Orang tua etnis Tionghoa pun mengajarkan anak-anaknya untuk selalu menjadi manusia yang jujur, tidak menggunakan jalan pintas untuk mengerjakan sesuatu (Emsan,2011). Ada tiga kebudayaan yang masih dipegang teguh bangsa Tionghoa dalam melakukan perdagangan yakni Hopeng, Hongsui dan Hokki. Hopeng yang berarti teman baik tidak lain ialah Human Luck atau Keberuntungan
manusia. Faktor ini sangat penting karena tanpa dikelilingi sahabat baik maka kehidupan dan wirausaha yang dijalankan akan tidak mudah. Disini terlihat bahwa lingkungan sekitar dapat mempengaruhi bagaimana etnis Tionghoa dalam berwirausaha. Hong Shui adalah istilah bagi feng shui dalam dialek Hokkian. Faktor ini yang dikenal sebagai Earth Luck atau keberuntungan bumi. Situasi dan kondisi dimana kita tinggal, kita bekerja atau berbisnis senantiasa ikut mempengaruhi (secara positif atau negatif) kehidupan kita. Hokki atau keberuntungan. Ini memang adalah faktor penting dalam menentukan bagaimana jalan hidup kita (Suhana, 2009). Ketiga nilai tradisional Tionghoa ini sangat berpengaruh baik dalam kehidupan sosial maupun aktivitas ekonomi dimanapun mereka berada. Ketiga nilai ini merupakan kepercayaan dan mitos yang diyakini orang Tionghoa dalam menjalankan kehidupan dan berbagai usaha yang mereka tekuni (Derry, 2011)
Selain dari ketiga nilai kebudayaan leluhur etnis Tionghoa tersebut, didalam berwirausaha dan berbisnis, etnis Tionghoa juga mengamalkan suatu prinsip Konfusius, yaitu menjunjung tinggi kepercayaan (Sitanggang, 2010) dan Ren Qing yang artinya “perasaan kemanusiaan”. Maksudnya ialah ketika berbisnis
sesama, saling mengerti, saling memberi dan menerima serta sedia dan simpatik untuk membantu (Muhammad, 2011). Suku Tionghoa juga memiliki karakteristik seperti kemauan kerja kerasnya, keuletan, kegigihan, ketekunan, sikap pantang menyerah, sikap tidak mudah puas dan kebiasaan hidup hemat. Mereka mampu bekerja dalam waktu yang panjang dan jarang beristirahat kecuali untuk hari besar mereka. Senantiasa menghasilkan uang, sudah menjadi kebiasaan sekaligus kesenangan mereka. Setiap hari adalah untuk bekerja dan menghasilkan banyak rejeki. Sesulit apapun keadaannya senantiasa kerja keras dan pantang mundur (Derry, 2011).
D. Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa memerankan peranan yang cukup penting dalam dunia perekonomian di Indonesia. Mengingat bahwa banyak sekali masyarakat etnis Tionghoa yang sukses secara financial dengan berbisnis dan berwirausaha (Ismail, 2012). Berwirausaha memang merupakan suatu mata pencaharian yang paling penting pada etnis Tionghoa (Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007). Untuk menjadi wirausaha, etnis tionghoa harus memiliki minat berwirausaha yang tinggi terhadap pembukaan unit usaha yang baru. Minat merupakan faktor pendorong yang menjadikan seseorang lebih giat bekerja dan memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan mengoptimalkan potensi yang tersedia (Walgito, 2003).
sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan dukungan sosial dari orang lain atau masyarakat disekitarnya, tak terkecuali etnis Tionghoa yang berminat untuk berwirausaha.
Bagi etnis Tionghoa, didalam berwirausaha ada tiga nilai leluhur yaitu hopeng, hongsui, dan hokki (Derry,2011) dan juga ada prinsip Konfusius, yaitu
menjunjung tinggi kepercayaan (Sitanggang, 2010) dan Ren Qing yang artinya “perasaan kemanusiaan” yang harus dipegang teguh oleh masyarakat Tionghoa.
Pemaknaan etnis Tionghoa terhadap nilai leluhur yang dimiliki oleh etnis
Tionghoa ini berkaitan erat dengan lingkungan sekitar terutama keluarga dan
pertemanan, hal ini menunjukkan bahwa makna dibentuk melalui proses
komunikasi dalam sebuah hubungan dan interaksi sosial (West & Turner 2008).
Jaringan komunikasi dari interaksi sosial yang terbentuk dari etnis Tionghoa
merupakan hasil dari pemaknaan terhadap nilai leluhur yang bertujuan agar tetap
bertahan didalam perdagangan dan wirausaha, karena itu tepat jika dikatakan
bahwa dukungan yang diperoleh etnis Tionghoa berasal dari hasil jaringan sosial
informasi atau nasehat, verbal atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat melalui kehadiran mereka, mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.
Menurut Siegel (dalam Yuanita, 2003) dukungan sosial dapat meningkatkan aktivitas minat seseorang, sedangkan orang yang sering memperoleh celaan, minatnya akan berkurang. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor penting yang dapat memberikan dorongan individu untuk mempunyai minat berwirausaha yang tinggi. Setiap wirausaha etnis tionghoa mengharapkan dukungan dari keluarga dan rekan-rekannya (Ann Wan Seng, 2013). Dukungan sosial dapat berupa dukungan instrumental, informasional, penghargaan dan emosional.
Ditambahkan Sarason (dalam Kuntjoro, 2002), dukungan sosial bukan sekedar hanya memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Dukungan sosial yang diperoleh individu dari orang-orang terdekatnya melalui persepsi. Dukungan sosial akan dipersepsi positif apabila individu tersebut merasakan manfaat dukungan yang diterimanya, individu akan merasa diperhatikan, diperdulikan dan dihargai.
penelitian yang dilakukan oleh David Kurniawan (2008) dengan judul : “ Hubungan Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa “ menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan minat berwirausaha ditunjukkan oleh koefisien korelasi r = 0,901 dan p = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa apabila dukungan sosial yang dirasakan oleh mahasiswa cukup bagus biasanya akan diikuti minat berwirausaha yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Sedangkan dukungan sosial memberikan sumbangan yang efektif sebesar r² = 0,812 (81%) terhadap minat berwirausaha, sedangkan sisanya sebesar 19% dipengaruhi faktor lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika etnis Tionghoa memiliki persepsi terhadap dukungan sosial yang semakin positif, maka akan semakin tinggi minat untuk berwirausaha. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat hubungan persepsi terhadap dukungan sosial dengan minat berwirausaha pada etnis Tionghoa.
E. Hipotesa Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data serta pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Pada penelitian ini mengenai hubungan persepsi terhadap dukungan sosial dengan minat berwirausaha pada etnis tionghoa yang akan menggunakan metode penelitian korelasional.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini, terdiri dari :
1. Variabel tergantung (Dependent variable) : Minat Berwirausaha
2. Variabel bebas (Independent variable) : Persepsi terhadap Dukungan Sosial
B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
1. Minat Berwirausaha
dan dengan melihat kesempatan atau peluang yang ada tanpa merasa takut untuk mengambil resiko dalam berusaha meraih kesuksesan.
Minat berwirausaha akan diungkap dengan skala yang disusun berdasarkan aspek minat yaitu aspek perhatian, aspek kemauan, aspek kesenangan, dan aspek aktivitas, yang akan dijadikan dasar untuk pembuatan skala tentang minat berwirausaha. Semakin tinggi skor pada skala maka menunjukkan semakin tinggi minat individu untuk berwirausaha. Sebaliknya semakin rendah skor pada skala maka menunjukkan semakin rendah minat individu untuk berwirausaha.
2. Persepsi terhadap Dukungan Sosial
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Dalam setiap penelitian yang dilakukan, masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnis tionghoa di kota Medan.
2. Sampel
Karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Etnis Tionghoa
b. Usia 18 tahun keatas
Menurut Papalia (2001) mulai pada usia 18 tahun adalah masa dimana seorang individu sudah memiliki minat yang cenderung stabil dan tidak berubah – ubah.
c. Belum memiliki wirausaha jenis apapun d. Bertempat tinggal di kota Medan
D. Teknik Pengambilan Sampel
Sampling adalah cara untuk menentukan sampel dalam suatu penelitian.
Penentuan sampel harus memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik nonprobability sampling, tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Metode Purposive Sampling yaitu penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2005). Purposive Sampling digunakan karena peneliti memandang bahwa
peneliti memiliki kriteria tertentu yang dipertimbangkan untuk mewakili seluruh sampel.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penskalaan. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2007). Menurut Azwar (2007) karakteristik dari skala psikologi yaitu: (a) Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (b) Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator- indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu banyak berisi aitem-aitem; (c) Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.
Ada beberapa model penskalaan yang sering digunakan. Model skala yang digunakan dalam penelitin ini adalah model Likert untuk skala Minat Berwirausaha dan Persepsi terhadap Dukungan Sosial.
a. Setiap pernyataan yang ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang mendukung (favorable) atau pernyataan yang tidak mendukung (unfavorable).
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.
Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas dasar pertimbangan:
a. Metode skala psikologis merupakan metode yang praktis.
b. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan data yang banyak. c. Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat menghemat tenaga
dan ekonomis.
1. Skala Minat Berwirausaha
Skala ini digunakan untuk mengukur variabel Minat Berwirausaha. Skala disusun mengacu pada aspek minat berwirausaha yang dikemukakan oleh Hurlock (1997) yaitu :
a. Aspek Perhatian
b. Aspek Kemauan
Adanya dorongan untuk mencoba berusaha secara mandiri dan berani menghadapi resiko dan adanya keyakinan pada diri sendiri.
c. Aspek Kesenangan
Kegiatan yang dilakukan memperoleh penghargaan, dan prestasi. Apabila suatu kegiatan memperoleh penghargaan dan dukungan orang lain maka akan mendorong individu untuk melakukan kegiatan tersebut dengan senang hati, dalam hal ini adalah kegiatan kewirausahaan. Kesenangan merupakan aspek yang mempengaruhi minat saat hasil diperoleh.
d. Aspek Aktivitas
Merupakan kegiatan yang dilakukan ketika waktu luang untuk mencari tambahan pengetahuan dan ketrampilan.
Aspek – aspek ini merupakan dasar untuk menyusun item – item favourable dan unfavourable dalam skala minat berwirausaha pada etnis
No
Tabel 1. Blue Print Skala Minat Berwirausaha (Sebelum Uji Coba) Aspek dan Indikator
Nomor Aitem
-Perilaku yang menunjukan adanya perhatian dan ketertarikan untuk
berwirausaha 4 4 8
2
Aspek Kemauan
-Perilaku yang menunjukan timbul niat atau dorongan untuk memulai
berwirausaha, dan berani mengambil resiko serta yakin pada diri sendiri.
4 4
8
3
Aspek
Kesenangan
-Perilaku yang menunjukkan adanya kesenangan untuk memulai wirausaha untuk mendapatkan penghargaan atau hasil yang baik untuk diri sendiri.
4 4 8
4
Aspek Aktivitas
-Perilaku yang menunjukkan bahwa individu mengisi waktu luang dengan mencari tambahan pengetahuan dan keterampilan untuk berwirausaha
4 4
8
Total 16 16 32
Keterangan : F = Favourabel U = Unfavorabel
pernyataan dengan pilihan lima alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N) Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk aitem favorable, pilihan SS = 5, pilihan S = 4, pilihan N = 3 TS = 2, dan pilihan STS =
1. Sedangkan untuk aitem yang unfavorable pilihan SS = 1, pilihan S = 2, pilihan N = 3, TS = 4 dan STS = 5 Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka semakin tinggi minat berwirausaha pada etnis Tionghoa.
2. Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial
Skala ini digunakan untuk mengungkap persepsi terhadap dukungan sosial. Skala disusun mengacu pada aspek minat berwirausaha yang dikemukakan oleh House dan Umberson (1988) mengatakan ada 4 (empat) dimensi dukungan sosial yaitu dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan dan dukungan emosional.
a. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material. Dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis, meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan benda-benda, misalnya alat-alat kerja, meminjamkan atau memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis.
b. Dukungan Informasional
dapat membantu individu dalam mengevaluasi performance pribadinya dan dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, saran, nasehat, dan bimbingan.
c. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Mencakup dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang tersebut.
d. Dukungan Emosional
Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Dukungan ini juga mencakup ungkapan empati, kepedulian terhadap orang yang bersangkutan.
No
Tabel 2. Blue Print Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial (Sebelum Uji Coba)
Aspek dan Indikator
Nomor Aitem
-Perilaku yang menunjukkan adanya dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material, seperti: alat -alat kerja, meminjamkan atau memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis.
4 4 8
2
Dukungan Informasional
-Perilaku yang menunjukkan dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan oleh individu. Dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, nasehat, dan bimbingan.
4 4
8
3
Dukungan Penghargaan
- Perilaku yang menunjukan apresiasi seperti dukungan berupa pujian dan
gagasan positif. 4 4 8
4
Dukungan Emosional
-Perilaku yang menunjukkan ungkapan empati, kepedulian terhadap individu
4 4 8
Total 16 16 32
Keterangan : F = Favourabel U = Unfavorabel
favourable dan pernyataan yang tidak mendukung konsep persepsi terhadap
dukungan sosial atau unfaourable. Model skala persepsi dukungan sosial ini menggunakan likert. Aitem terdiri dari pernyataan dengan pilihan lima alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N) Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk aitem favorable, pilihan SS = 5, pilihan S = 4, pilihan N = 3 TS = 2, dan pilihan STS = 1. Sedangkan untuk aitem yang unfavorable pilihan SS = 1, pilihan S = 2, pilihan N = 3, TS = 4 dan STS = 5 Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka semakin positif persepsi dukungan sosial.
F. VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN UJI DAYA BEDA AITEM
1. Validitas Alat Ukur
Suatu alat ukur dapat dikatakan baik apabila alat ukur tersebut valid dan reliabel. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur betul-betul mengukur apa yang hendak diukur (Azwar, 2000). Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas. Suatu alat tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2005).
dan penampilan suatu alat ukur. Face validity telah terpenuhi apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur. Content validity berkaitan dengan kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur isi atau variabel yang hendak diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan pendapat professional judgement dari sejumlah penilai yang memiliki kompetensi dalam bidang yang hendak diteliti. Hasil penilaian kemudian diuji dengan koefisien validitas isi Aiken’s V, yang memiliki rentang nilai antara 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2012). Hasil penilaian aitem dengan menggunakan Aiken’s V pada variable minat berwirausaha adalah berkisar antara 0,3125 sampai 0,6875 dan pada variable persepsi terhadap dukungan sosial yaitu berkisar antara 0,3125 sampai 0,75.
2. Reliabilitas alat ukur
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2005). Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2005). Teknik yang digunakan adalah teknik reliabilitas Alpha dari Cronbach.
3. Uji Daya Beda Aitem
atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras dengan fungsi ukur tes atau memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 1999). Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment atau yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000).
G. HASIL UJI COBA ALAT UKUR 1. Skala Minat Berwirausaha
No
Tabel 3. Blue Print Skala Minat Berwirausaha (Setelah Uji Coba) Aspek
-Perilaku yang menunjukan adanya perhatian dan ketertarikan untuk
berwirausaha 3 2
5
2
Aspek Kemauan
-Perilaku yang menunjukan timbul niat atau dorongan untuk memulai
berwirausaha, dan berani mengambil resiko serta yakin pada diri sendiri.
2 3 5
3
Aspek
Kesenangan
-Perilaku yang menunjukkan adanya kesenangan untuk memulai wirausaha untuk mendapatkan penghargaan atau hasil yang baik untuk diri sendiri.
3 1 4
4
Aspek Aktivitas
-Perilaku yang menunjukkan bahwa individu mengisi waktu luang dengan mencari tambahan pengetahuan dan keterampilan untuk berwirausaha
3 2 5
Total 11 8 19
2. Persepsi terhadap Dukungan Sosial
No
Tabel 4. Blue Print Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial (Setelah Uji Coba) Aspek
-Perilaku yang menunjukkan adanya dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material, seperti: alat -alat kerja, meminjamkan atau memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis.
3 2
5
2
Dukungan Informasional
-Perilaku yang menunjukkan
dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan oleh individu.
Dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, nasehat, dan bimbingan.
3 2
5
3
Dukungan Penghargaan
-Perilaku yang menunjukan apresiasi seperti dukungan berupa pujian dan
gagasan positif. 3 2
5
4
Dukungan Emosional
-Perilaku yang menunjukkan uangkapan empati, kepedulian
terhadap individu 3 2 5
Total 12 8 20
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan Penelitian
1) Membuat alat ukur yang terdiri dari skala Minat Berwirausaha dan skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial yang dibuat berdasarkan teori yang telah diuraikan.
2) Untuk skala Minat Berwirausaha peneliti membuat 32 aitem dan untuk skala Persepsi Dukungan Sosial sebanyak 32 aitem.
3) Skala dibuat skala Minat Berwirausaha dan skala Persepsi Dukungan Sosial dalam bentuk buku yang terdiri dari lima alternatif pilihan jawaban, disamping pernyataan telah disediakan tempat untuk menjawab sehingga memudahkan subjek dalam memberikan jawaban.
4) Setelah kedua skala selesai dibuat, maka aitem-aitem yang telah dibuat akan ditelaah dengan analisis rasional dari profesional judgement.
5) Peneliti kemudian melakukan uji coba (try out) terhadap etnis tionghoa. Uji coba ini bertujuan untuk menseleksi aitem yang benar-benar sesuai dengan variabel yang hendak diukur.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah diperoleh data dari masing-masing subyek penelitian, maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan SPSS for windows 19.0 version.
I. Metode Analisis Data
Analisis yang digunalan pada penelitian ini adalah analisis statistik dengan bantuan program SPSS versi 19.0 for windows .Metode analisis penelitian ini adalah metode korasional untuk melihat pengaruh antara kedua variabel, yaitu metode korelasi Pearson Product Moment. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian, yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip–prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor–skor yang diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Pada penelitian ini Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS versi 19.0 for windows. Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian
Kaidah normal yang digunakan adalah jika p≥0,05 maka sebarannya dinyatakan normal dan sebaliknya jika p<0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000).
2. Uji Linieritas
Uji linieritas hubungan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung serta untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut tidak signifikan maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier.
Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan analisis statistik test for linearity dengan bantuan program komputer SPSS versi 19.0 for windows. Kaidah
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, hasil utama yang turut memperkaya hasil penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian.
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang berjenis kelamin Pria dan Wanita. Berdasarkan data yang diperoleh, berikut akan dipaparkan data subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, dan status pekerjaan.
1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia subjek penelitian, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti yang tertera pada tabel 5.
Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Usia (tahun) Jumlah (N) Persentase (%)
17-20 19 19,0%
21-40 81 81,0%
Total 100 100%
tua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek yang paling banyak adalah berusia 21-40 tahun (dewasa awal) sebanyak 81 orang (81%), sedangkan paling sedikit subjek berusia 17 – 20 (remaja akhir) yaitu sebanyak 19 orang (19%).
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan pendidikan subjek penelitian, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti yang tertera pada tabel 6.
Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)
Pria 48 48,0%
Wanita 52 52,0%
Total 100 100%
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian adalah wanita. Subjek wanita berjumlah 52 orang (52%) sedangkan subjek pria berjumlah 48 orang (48%).
3. Gambaran Subjek Penelitian Status Pekerjaan
Berdasarkan status pekerjaan, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti yang tertera pada tabel 7.
Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan Jumlah (N) Persentase (%)
Pegawai 55 55,0%
Mahasiswa 32 32,0%
Dan Lain-Lain 13 13,0%
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang paling banyak dengan status pekerjaan, pegawai yaitu 55 orang (55%). Sedangkan, subjek dengan status mahasiswa berjumlah 32 orang (32%) dan subjek dengan status dan lain-lain (Ibu rumah tangga dan Job Seeker) berjumlah 13 orang (13%).
B. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi
Uji asumsi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum peneliti melakukan analisa data. Uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Minat
Normal Parametersa,b Mean 75.93 78.93
Std. Deviation 6.254 7.182
Most Extreme Differences Absolute .089 .127
Positive .069 .127
Negative -.089 -.094
Kolmogorov-Smirnov Z .888 1.266
Asymp. Sig. (2-tailed) .409 .081
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil analisa pada tabel 8, Kolmogorov-Smirnov Z yang diperoleh variabel minat berwirausaha adalah sebesar 0.888 dengan nilai p sebesar 0,409 dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z variabel persepsi terhadap dukungan sosial adalah 1,266 dengan p sebesar 0,081. Menurut Hadi (2002) jika nilai p > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah terdistribusi secara normal.
b. Uji Linearitas
Tabel 9. Hasil Uji Linearitas Linearity 1504.211 1 1504.21
1
Dari hasil analisa pada tabel 10, didapatkan nilai F = 79,143 dan nilai p pada kolom linearity sebesar 0,000 < 0,05 dan pada kolom deviation from linearity sebesar 0,013 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi
terhadap dukungan sosial memiliki hubungan linear dengan variabel minat berwirausaha.
2. Hasil Utama
Tabel 10. Minat Berwirausaha Pearson
Correlation
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Jika nilai signifikansi <0,05 maka terjadi hubungan yang signifikan, sebaliknya jika nilai >0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan (Field,2009). Dari hasil analisa data dan perhitungan korelasi dengan menggunakan pearson product moment diperoleh korelasi ��y = 0,623 dan P = 0,000 pada level
3. Kategorisasi Data Penelitian
Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian, dapat dilakukan pengelompokkan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Azwar (2012) menyatakan bahwa kategorisasi ini dibagi tiga kategori yaitu : rendah, sedang, tinggi. Pengkategorisasian didasarkan pada perbandingan antara mean skor empirik dan mean skor hipotetik yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11.
Perbandingan Skor Hipotetik dan Skor Empirik
Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik
Min Max Mean SD Min Max Mean SD Minat Berwirausaha 19 95 57 12,67 57 95 75,93 6,254
Persepsi terhadap Dukungan Sosial
20 100 60 13,33 20 100 78,93 7,182
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh mean hipotetik skala minat berwirausaha adalah 57 (�� = 57) dengan standart deviasi hipotetik 12,67 (��� =13) dan mean empirik sebesar 75,93 (�� = 76) dengan standart deviasi empirik 6,254 (��� = 6). Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik > mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa minat berwirausaha subjek berada di atas rata-rata kelompok pada umumnya.
=13) dan mean empirik sebesar 78,93 (�� = 79) dengan standart deviasi empirik 7,182(��� = 7). Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik > mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa persepsi dukungan sosial subjek berada di atas rata-rata kelompok pada umumnya.
Ditinjau dari perbandingan skor empirik dan skor hipotetik, dapat dibuat suatu pengkategorian variabel penelitian dengan menggunakan kriteria kategorisasi jenjang sebagai berikut:
Tabel. 12 Kriteria Kategorisasi Jenjang Data Empirik Minat Berwirausaha dan Persepsi terhadap Dukungan Sosial
Variabel Kriteria Jenjang Kategori
Minat Berwirausaha X< (�� – 1,0 (���) Rendah (�� – 1,0 (���)≤ X < (�� + 1,0 (���) Sedang (�� + 1,0 (���) ≤ X Tinggi Persepsi Terhadap
Dukungan Sosial
X< (�� – 1,0 (���) Negatif (�� – 1,0 (���)≤ X < (�� + 1,0 (���) Netral (�� + 1,0 (���) ≤ X Positif