• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KEBERHASILAN BERWIRAUSAHA PEREMPUAN ETNIS TIONGHOA DI KOTA PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI KEBERHASILAN BERWIRAUSAHA PEREMPUAN ETNIS TIONGHOA DI KOTA PEKALONGAN"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KEBERHASILAN BERWIRAUSAHA PEREMPUAN

ETNIS TIONGHOA DI KOTA PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh :

ALLOYSIUS DONY PRASETYO NIM : 08 1324 002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

STRATEGI KEBERHASILAN BERWIRAUSAHA PEREMPUAN

ETNIS TIONGHOA DI KOTA PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh :

ALLOYSIUS DONY PRASETYO NIM : 08 1324 002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk TUHAN YESUS KRISTUS & BUNDA MARIA

Ibu Sri Mastuti

Bapak dan Ibu Suwiryo Sekeluarga Bapak dan Ibu Joko Gutomo Sekeluarga

Bapakku Agustinus Tukijo & Ibuku Susanna Indaryati Kakak-kakakku & keponakan-keponakanku

Segenap keluarga besarku Sahabat-sahabatku

Teman-teman Pendidikan Ekonomi 2008

(6)

v

MOTTO

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami

pekerjaan yang dilakukan oleh Allah dari awal sampai akhir.” (Pengkhotbah 3:11)

“Allah telah menciptakanku untuk melakukan sesuatu yang pasti bagi-Nya, Ia telah mempercayakan suatu pekerjaan kepadaku yang tidak ia percayakan kepada yang lain. Aku memiliki misiku sendiri. Aku mungkin tidak pernah mengetahuinya dalam hidup ini, tapi aku yakin Ia akan memberitahu tentang

itu suatu saat nanti.” (John Henry Newman)

Mulailah dengan mengerjakan apa yang perlu, lalu kerjakanlah apa yang mungkin, maka tiba-tiba anda mengerjakan yang mustahil.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Agustus 2014

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Alloysius Dony Prasetyo Nomor Mahasiswa : 081324002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“ STRATEGI KEBERHASILAN BERWIRAUSAHA PEREMPUAN ETNIS TIONGHOA DI KOTA PEKALONGAN”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 7 Agustus 2014 Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

STRATEGI KEBERHASILAN BERWIRAUSAHA PEREMPUAN ETNIS TIONGHOA DI KOTA PEKALONGAN

Alloysius Dony Prasetyo Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan perempuan etnis Tionghoa dalam berwirausaha, faktor internal dan eksternal yang menentukan keberhasilan perempuan etnis Tionghoa dalam berwirausaha, dan strategi perempuan etnis Tionghoa dalam mengembangkan usaha.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Kota Pekalongan pada bulan Juli-Agustus 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan etnis Tionghoa yang berwirausaha, dengan jumlah sampel sebanyak 9 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap yakni tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap mengambil kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: keberhasilan berwirausaha perempuan etnis Tionghoa adalah keberhasilan dalam mewujudkan impian atau cita-cita karena adanya kemampuan dan usaha, kemudian dengan segenap kemampuannya bertanggung jawab atas jalannya usaha sehingga meraih tujuan dari usahanya. Faktor internal dan eksternal yang menentukan keberhasilan perempuan etnis Tionghoa dalam berwirausaha adalah ketepatan dalam memilih usaha, keyakinan menekuni suatu usaha, motivasi membuka usaha, pengalaman berwirausaha, kemampuan merencanakan tujuan dan program yang jelas, inovasi produk, kesiapan menghadapi resiko, peluang usaha, hoki atau keberuntungan, pengaruh keadaan pasar, dan idealisme. Strategi perempuan Etnis Tionghoa dalam mengembangkan usaha adalah konsisten terhadap waktu, kemampuan menyediakan variasi produk, ketepatan memilih produk, tepat memilih lokasi usaha, fokus pada usaha, menerima saran, kritik, ide, mengikuti perkembangan zaman, kemampuan untuk memuaskan pelanggan, kemampuan memasarkan barang, menjual produk dengan kualitas yang lebih baik dari kompetitior, kemampuan bersaing, kemampuan mengatasi kendala, dan memiliki harapan yang besar terhadap usahanya.

(10)

ix

ABSTRACT

SUCCESFULL STRATEGY OF CHINESE WOMEN IN ENTREPRENEURSHIP IN PEKALONGAN

Alloysius Dony Prasetyo Sanata Dharma University

2014

The purpose of this study is to find out: (1) how succesfull the Chinese women entrepreneurship; (2) internal and external factors that determine their success; (3) and strategy in developing their businesses.

This research is a descriptive qualitative method conducted in Pekalongan from July to August 2014. The population of in this research were 9 Chinese women. Data were collected by using interviews, observation, and documentation. Data were analyzed by using multiple stages of data reduction stage, stage presentation of data, and drawing conclusion stage.

The results of this study indicate that: the success of Chinese women entrepreneurs are determined by realizing their dream or aspiration due to their abilities and efforts, as well as their responsibilities in running their businesses in order to achieve the goals of their businesses. The internal and external factors that determine the success of Chinese women in entrepreneurship is the accuracy in selecting businesses, belief in running business, high motivation, entrepreneurship experience, the ability to plan and clear objectives, product innovation, willing for having the risk, business opportunities, “hockey” or luck, influence the state of the market, and idealism. Strategies of Chinese women in developing businesses are consistent toward time, the ability to provide various product, careful selection of products, choosing the right location of the business, focusing on the business, receiving suggestions, criticisms, ideas, seeing the sign of the times, ability to satisfy customers, ability to sell products, selling products with better quality than other competitiors, competitiveness, ability to overcome obstacles, and having high expectations towards their businesses.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Strategi

Keberhasilan Berwirausaha Perempuan Etnis Tionghoa di Kota Pekalongan”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan,

saran, masukan, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini

penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan berterima kasih pada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada

penulis untuk mengerjakan skripsi ini.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

mengerjakan skripsi ini.

3. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

(12)

xi

4. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing pertama

yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi dorongan semangat dan

arahan kepada penulis.

5. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., selaku dosen pembimbing dua yang telah

dengan sabar memberikan dorongan, saran, kritik, dan kesediaan meluangkan

waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi, terima kasih atas

bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata

Dharma.

7. Ibu Christina Kristiani selaku Staff Administrasi Sekretariat Program Studi

Pendidikan Ekonomi yang selalu membantu dan memberikan pelayanan yang

baik kepada penulis selama kuliah dan pengerjaan skripsi ini.

8. Bapak Drs. A. Joko Wicoyo, M.Si., yang telah membantu penulis dalam

mengkoreksi abstrak.

9. Bapakku Agustinus Tukijo dan Ibuku Susanna Indaryati untuk kasih sayang,

dorongan semangat, kepercayaan, dan doa yang terus mengiringi langkahku

dalam menjalani hidup ini.

10.Buat kakak-kakak dan keponakan-keponakanku, Mas Nano, Kak Yun, Mas

Indra, Mba Ita, Mba Nita, Mas Widi, keponakan-keponakanku tersayang

Deandra, Clarissa, dan Nathan, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

11.Buat keluarga besarku, Mbah Bu, Mami-Papi di Pekalongan, Mbak Kristin,

Mas Wawan, Mba Hesti, Om Ika, Tante Yayuk, Bagas, Dita, Angel, terima

(13)

xii

12.Sahabat-sahabatku sepenanggungan di PE-08 yang teristimewa Pendhol,

Ryan, Charel, dan Dika, makasii buat semuanya...muuph aku dah sering

merepotkan kalian...kalian semua luarr biasa...God Bless U...

13.Teman-teman Pendidikan Ekonomi 2008, terima kasih buat kebersamaannya

selama ini..makasii atas semuanya, kalian sangat berarti…

14.Buat kakak tingkat dan adik tingkat, terimakasih untuk senyum sapanya

selama ini.

15.Buat sahabat-sahabatku, Chetoel, Paunk, Topik, Ndaru, Mbendhol, Imsed,

Sada, Kendil, Trex, Ucok, Pegug, Bambang, dan Ipul, terima kasih atas

kebersamaannya selama ini.

16.Semua pihak yang yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan

demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 7 Agustus 2014

Penulis

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

HALAMAN PENGESAHAN ...

PERSEMBAHAN ...

MOTTO ...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...

ABSTRAK ...

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ...

(15)

xiv

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ...

D. Teknik Pengumpulan Data ...

E. Teknik Analisis Data ...

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ...

A. Sejarah Singkat Kota Pekalongan ...

B. Keadaan Geografis Kota Pekalongan ...

C. Asal Muasal Orang Tionghoa di Indonesia ...

D. Asal Kata Tionghoa ...

E. Populasi Tionghoa di Indonesia ...

F. Daerah Asal Tionghoa di Cina ...

G. Daerah Konsentrasi Tionghoa di Indonesia ...

H. Sejarah Tionghoa ...

I. Gambaran Responden ...

J. Variabel yang Diteliti ...

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...

A. Analisis Data ...

B. Pembahasan ...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

C. Keterbatasan Penelitian ...

(16)

vx

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Informan Penelitian ...

Tabel IV.1 Responden dan Jenis Usaha ...

Tabel IV.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...

Tabel IV.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... Hal

52

77

78

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Peta Kota Pekalongan ... Hal

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 2 Karakteristik Responden dan Pertanyaan Wawancara

LAMPIRAN 3 Transkrip Hasil Wawancara

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah suatu bangsa yang didiami oleh berbagai macam

suku dan etnis yang beraneka ragam. Etnis maupun suku-suku tersebut

memiliki latar belakang maupun karakteristik yang berbeda. Latar belakang

tersebut bisa meliputi agama, pendidikan, dan keluarga. Selain itu perbedaan

tersebut dapat juga dilihat dari sisi bagaimana cara untuk mencukupi

kebutuhan hidup mereka, dalam hal ini jelas kaitannya adalah dengan

perbedaan ekonomi yang ada di Indonesia itu sendiri.

Seringkali untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dan

untuk mencapai keberhasilan, banyak jalan atau cara yang ditempuh

seseorang, contohnya ada yang mencoba menciptakan lapangan pekerjaan

sendiri dengan modal dan kemampuan yang dimilikinya. Mereka yang

menciptakan lapangan pekerjaan sendiri ini yang biasa dikenal dengan sebutan

wirausahawan.

Terkadang kita berpikir begitu banyak orang yang melihat bahwa

menjadi wirausahawan itu enak dan banyak uang. Tetapi jarang orang berpikir

bagaimana cara bisnis yang baik untuk memperoleh uang tersebut. Kekayaan

tidak dapat dibangun secara instan, perlu perjuangan untuk mencapainya.

Seberapa lama perjuangan itu pasti ada hasilnya, besar kecilnya tergantung

(20)

seseorang juga mempengaruhi keberhasilan usaha seseorang. Misalnya jika

baru berwirausaha dan belum memiliki kemampuan untuk memanfaatkan

hasil usaha namun sudah bergaya lebih besar pasak daripada tiang, maka

usaha bisnis yang dibangun akan tinggal cerita. Sikap percaya dan

mempercayai adalah dasar seorang wirausahawan, karena itu kepercayaan

harus dijaga. Wirausahawan tidak boleh malas bersinergi dengan banyak

orang, terutama terhadap orang-orang yang dapat dipercaya.

Bisnis itu menyenangkan dan keberhasilan secara finansial adalah

impian semua orang. Keberhasilan finansial memungkinkan seseorang dapat

melakukan apa yang disukai, membeli barang yang diinginkan, membaginya

dengan orang-orang yang disayangi, menjadikan dunia ini tempat yang baik

dengan kedermawanan, serta mewujudkan segala rencana yang diimpikan.

Kini sudah menjadi rahasia umum di belahan manapun di dunia,

bahwa orang Tionghoa adalah ahlinya dalam berwirausaha. Khususnya di

Indonesia, perbedaan dari aspek ekonomi ini sangat tampak mencolok antara

etnis Tionghoa dan penduduk pribumi. Hampir di setiap daerah di Indonesia

banyak terdapat etnis Tionghoa, tidak hanya di perkotaan saja, tapi juga di

pelosok desa. Rata-rata masyarakat mengenal mereka sebagai orang yang

berhasil dalam mengelola ekonomi. Keberhasilan yang mereka raih sebagian

besar dari aspek perdagangan, hampir semua sektor perdagangan di Indonesia

dikuasai oleh etnis Tionghoa (Seng, 2007).

Pranoto (2008) mengatakan bahwa dunia orang Tionghoa adalah di

(21)

juga percaya bahwa hanya dengan berdagang dapat menjadi kaya dan

meningkatkan taraf hidupnya. Berdagang memungkinkan mereka berubah dan

menjadi golongan yang bermanfaat. Dunia perdagangan tidak ada batasnya

dan orang Tionghoa membutuhkan pekerjaan yang tidak terikat oleh waktu,

sehingga mereka memilih untuk menjadi pedagang. Robinson menamakan

para saudagar Tionghoa sebagai kelompok paling berhubungan atau padu,

terdefinisikan jelas dalam struktur masyarakat borjuis (Robinson dalam

Musianto, 2003). Kalimat di atas menunjukkan bahwa kelompok Tionghoa

dispesialisasikan sebagai kelompok wirausaha khususnya di bidang

perdagangan baik kecil, sedang, maupun besar.

Etnis Tionghoa selama ini cenderung menggeluti perdagangan

karena hal ini adalah cara untuk meningkatkan status sosial dan kedudukannya

dalam masyarakat. Menurut penelitian Entrepeneur Working Group dari

APEC (http://www.balipost.co.id) bahwa hanya sedikit wirausaha yang

berhasil menjadi pengusaha menengah dan besar. Mayoritas wirausahawan

yang berhasil di Indonesia ternyata berasal dari keturunan etnis Tionghoa

(China). Dominasi dalam berbisnis bagi etnis Tionghoa ternyata tidak hanya

terjadi di Indonesia saja, melainkan terjadi di negara-negara Asia Tenggara

seperti Singapura, Filipina, Thailand, dan Malaysia.

Faktor pendorong bagi wirausaha lokal Indonesia dan China

pendatang adalah hampir sama. Faktor- faktor pendorong tersebut adalah

aksesibilitas pasar dan keuangan, kondisi ekonomi, latar belakang pendidikan,

(22)

yang dianut oleh wirausaha itu sendiri (Schumpeter, 1934) dalam

(http://www.ilmuakuntansi.web.id/pengertian-kewirausahaan-menurut-ahli/).

Menurut Seng (2007), karakteristik wirausahawan Tionghoa adalah

sabar, tidak mudah putus asa, pandai mencari peluang, memiliki kehumasan

yang baik dan berpandangan jauh, berpegang pada janji, berusaha meyakinkan

pelanggan selama menjalankan urusan dagang, memiliki semangat juang dan

daya tahan yang tinggi, tidak pernah menunggu karena merasa peluang tidak

pernah menunggu mereka.

Khusus mengenai semangat juang dan daya tahan, orang Tionghoa

tidak takut dengan keadaan. Orang Tionghoa dapat hidup dimanapun dan

menciptakan peluang bisnis. Orang Tionghoa memiliki sikap dan semangat

yang kuat untuk menjadi pendorong utama keberhasilannya. Mereka hijrah ke

negara lain hanya dengan baju yang melekat dibadannya dan tidak memiliki

harta yang dijaminkan. Oleh karena itu mereka harus kuat, tabah, dan

memiliki kemauan untuk hidup dalam segala keadaan. Semangat hidup yang

kuat menjadikan mereka tidak takut akan kegagalan.

Sedangkan nilai-nilai yang dianut orang Tionghoa adalah bahwa

mereka merasa rendah diri jika gagal hidup mandiri (sebagai wirausahawan)

dan jika hanya mendapatkan gaji sepanjang hidupnya. Selagi seseorang itu

bekerja dengan mendapatkan gaji, maka selama itulah dia tidak bisa menjadi

kaya dan meningkatkan kedudukan sosialnya. Dengan demikian hidup

(23)

Secara objektif, perilaku budaya dan ekonomi etnis Tionghoa di

Indonesia tersebut merupakan perilaku yang saling terkait satu sama lain. Hal

ini memang sering menjadi diskusi di banyak kalangan masyarakat Indonesia.

Etnis Tionghoa dengan perilaku ekonominya disadari atau tidak, dalam

kenyataan telah menyumbangkan beragam kegiatan perekonomian bangsa

Indonesia baik yang bersifat positif maupun negatif. Sedangkan budaya

“Pecinan”-nya memperkaya keunikan kekayaan budaya Indonesia.

Seperti yang dicatat Fujitsu Research oleh Naisbitt (1997) dalam

(http://www.beritabatavia.com) yang mengamati daftar

perusahaan-perusahaan di 6 (enam) negara kunci di Asia, didalamnya dijelaskan betapa

perusahaan-perusahaan tersebut secara mayoritas dikuasai oleh etnis Tionghoa

perantauan, misalnya Thailand sebanyak 81%, Singapura sebanyak 81% di

Indonesia sebanyak 73% dan lain-lain. Hal tersebut membuktikan betapa

berpengaruhnya peran ekonomi etnis Tionghoa dalam perekonomian di

Indonesia. Telah menjadi suatu ketentuan atau syarat utama kesuksesan suatu

pembangunan ekonomi, bahwa partisipasi ekonomi segala pihak yang harus

lepas dari kasus primordialisme termasuk SARA didalamnya.

Perilaku ekonomi etnis Tionghoa di Indonesia juga dipengaruhi

oleh persepsi mereka tentang situasi dan kondisi politik, hankam dan sosial

masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Robbins (1991) dalam

(http://www.pantangpulangsebelumpadam.blogspot.com) bahwa persepsi

individu ataupun sekelompok orang merupakan suatu proses yang individu

(24)

mereka untuk memberikan tanda bagi lingkungan mereka. Terlepas dari

pengukuran seseorang berjiwa nasionalis ataupun bukan, hal ini terkait dengan

salah satu kebutuhan dasar hidup manusia yaitu menyangkut keselamatan dan

keamanan etnis Tionghoa di Indonesia. Selain itu persepsi tentang etnis

Tionghoa di Indonesia juga tergantung stereotipe yang beredar di kalangan

masyarakat pribumi tentang etnis Tionghoa di Indonesia.

Pembentukan persepsi tentang etnis Tionghoa di Indonesia terkait

dengan karakteristik pribadi mereka, terutama dalam menyikapi situasi

lingkungan yang mereka hadapi, dengan motivasi tertentu terutama untuk

mendapatkan keamanan dan kesejahteraan hidup, bahkan kemapanan. Hal ini

tentunya dipengaruhi oleh latar belakang pengalaman masa lampau, yang

merupakan dasar untuk melangkah maju meraih harapan-harapan hidup

mereka di masa kini dan yang akan datang. Oleh sebab itu, perlu diketahui

latar belakang sejarah etnis Tionghoa, sebagai pengetahuan untuk memahami

perilaku ekonomi dan budaya etnis Tionghoa.

Istilah kewirausahaan kata dasarnya berasal dari terjemahan

entrepreneur yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan arti between taker

dan go between. Pada abad pertengahan, istilah entrepreneur digunakan untuk

menggambarkan seorang aktor sebagai orang yang memimpin proyek

produksi. Secara lengkap wirausaha dinyatakan oleh Schumpeter (1934)

dalam

(http://www.ilmuakuntansi.web.id/pengertian-kewirausahaan-menurut-ahli/) sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan

(25)

organisasi baru, atau mengolah bahan baku yang baru. Orang tersebut

melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun yang

telah ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang

yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk

memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah

meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan

memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi.

Definisi di atas tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat etnis

Tionghoa mempunyai keberanian untuk mengambil resiko dan mempunyai

pandangan jauh ke depan dalam melihat peluang usaha. Hal tersebut dapat

diamati di sekitar tempat tinggal kita yang banyak bermunculan toko yang

pemiliknya adalah para etnis Tionghoa, bahkan sampai muncul perkampungan

sendiri di suatu daerah yang sering dikenal dengan nama Pecinan. Toko-toko

tersebut menawarkan beraneka ragam jenis dagangan mulai dari sembako,

bahan bangunan, perhiasan, dan lain-lain. Rata-rata toko di lingkungan

tersebut juga tergolong besar.

Fenomena tersebut juga dapat disaksikan di lingkungan pertokoan

yang dimiliki oleh etnis Tionghoa diberbagai daerah Pecinan di Indonesia,

seperti Medan, Semarang, Jakarta, Rembang, Yogyakarta, Singkawang dan

lain-lain. Hal ini juga pernah penulis alami ketika pengalaman penulis yang

pernah tinggal beberapa tahun di Kota Singkawang-Kalimantan Barat, penulis

banyak melihat toko-toko yang dimiliki sebagian besar oleh etnis Tionghoa.

(26)

sehari-hari etnis tersebut selama di sana. Pertokoan tersebut rata-rata dikelola oleh

kaum hawa.

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008), jika diperhatikan

entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini, maka dijumpai berbagai

macam profil, salah satunya women entrepreneur. Banyak perempuan yang

terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini

didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan

prestasinya, membantu ekonomi keluarga, frustasi terhadap pekerjaan

sebelumnya, dan sebagainya.

Biasanya para perempuan memulai usaha berawal dari

keterampilan yang dimiliki. Perempuan saat ini mulai banyak yang berpikir

untuk menjadi pewirausaha (entrepreneur). Usaha yang dijalankan kaum

perempuan umumnya tidak jauh dari bidang-bidang yang dekat dengan

kehidupan perempuan sendiri, seperti kecantikan, kebutuhan rumah tangga,

dan juga kuliner. Selain itu banyak juga perempuan yang terjun ke dunia

wirausaha karena dimulai dari hobi.

Naluri perempuan yang bekerja lebih cermat, pandai

mengantisipasi masa depan, menjaga keharmonisan, kerjasama dalam rumah

tangga dapat diterapkan dalam kehidupan usaha. Mendidik anggota keluarga

agar berhasil dikemudian hari dapat dikembangkan dalam personel

manajemen perusahaan. Adanya faktor adat istiadat, contohnya di Bali dan

Sumatera Barat, tempat perempuan memegang peranan dalam mengatur

(27)

fashion, jahit-menjahit, menyulam, membuat kue, aneka masakan, kosmetika

mendorong lahirnya perempuan pengusaha yang mengembangkan komoditi

tersebut.

Majunya dunia pendidikan perempuan sangat mendorong

perkembangan perempuan menjadi pegawai atau membuka usaha sendiri

dalam berbagai bidang usaha. Banyaknya kaum perempuan dan kelompok

minoritas terjun ke dunia usaha yang kebanyakan dalam usaha small business,

didorong oleh alasan entrepreneurial idea dan glass ceiling. The glass ceiling

is an invisible barrier that keeps women and minorities from reaching the

highest level positions, (Bovee, 2004).

Glass ceiling artinya satu hambatan yang tidak kelihatan bagi

perempuan dan kelompok minoritas untuk mencapai posisi jabatan lebih

tinggi dalam sebuah organisasi. Hambatan secara diam-diam ini karena

dominasi karyawan laki-laki dan banyaknya gangguan bagi karyawan

perempuan karena masalah keluarganya, kesehatan, dsb. Selain itu adanya

sexism, job discrimination dan sexual harassment. Akibat dari semua itu,

maka berimbas kepada beralihnya perhatian pada bisnis kecil atau mendirikan

usaha sendiri.

Memang tidak bisa dipungkiri, dunia perdagangan itu milik orang

Tionghoa sehingga mereka rela berjualan apapun agar menjadi kaya (Seng,

2007). Mereka dari kecil sudah dibekali oleh orang tua mereka mengenai

pentingnya mengelola ekonomi sebagai aktor penting untuk mencukupi

(28)

perempuan dewasa tetapi anak-anak mereka juga diikutkan untuk menunggui

toko. Mereka terlihat cukup cekatan dalam melayani pembeli, karena bagi

mereka kesuksesan berdagang ditentukan oleh pembeli, untuk itu pembeli

haruslah diutamakan.

Melihat kondisi demikian, menjadikan perempuan etnis Tionghoa

terampil dalam berwirausaha dan memunculkan anggapan bahwa hal tersebut

bakat dari lahir dan karenanya tidak dapat diajarkan. Perempuan etnis

Tionghoa dianggap memiliki bakat dibidang perdagangan, mereka potensial

menjadi wirausahawan. Padahal sebenarnya yang ada tidaklah demikian,

karena wirausaha dapat diterapkan sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Etnis

Tionghoa cenderung menggeluti perdagangan karena hal itu adalah cara untuk

meningkatkan status sosial dan kedudukannya dalam masyarakat (Pranoto,

2008).

Kehidupan etnis Tionghoa di Indonesia memang sangat menarik

untuk dikaji. Pertama, karena sensitif menyangkut pembicaraan SARA, kedua

latar belakang historis dan cara pandang mereka serta pengalaman hidup di

bumi nusantara ini yang tidak bisa begitu saja digeneralisasi, ketiga bahkan

mengenai pengaruh/dampak kesuksesan usaha mereka itu sendiri terhadap

lingkungan sekitar maupun terhadap pemerintah daerah/pusat.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah memahami bagaimana konsep atau strategi berwirausaha

yang diterapkan perempuan etnis Tionghoa dalam mencapai kesuksesan

(29)

untuk melakukan penelitian dengan judul “STRATEGI KEBERHASILAN

BERWIRAUSAHA PEREMPUAN ETNIS TIONGHOA DI KOTA

PEKALONGAN”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian digunakan untuk

mengungkapkan pokok-pokok pikiran jelas mengenai hakekat dari masalah

tersebut sehingga mempermudah kita memahaminya.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan

yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar tingkat keberhasilan perempuan etnis Tionghoa dalam

berwirausaha?

2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang menentukan keberhasilan

perempuan etnis Tionghoa dalam berwirausaha?

3. Bagaimanakah strategi perempuan etnis Tionghoa dalam mengembangkan

usahanya?

C. Definisi Operasional

1. Yang dimaksud keberhasilan berwirausaha dalam penelitian ini adalah

keberhasilan yang tidak semata-semata diukur dalam bentuk uang, tetapi

juga melihat kemajuan dalam proses berlangsungnya suatu usaha itu

sendiri. Keberhasilan usaha adalah suatu kenyataan persesuaian antara

(30)

kata lain keberhasilan tercapainya suatu tujuan. Indikator dalam tingkat

keberhasilan berwirausaha antara lain: akumulasi modal, kelangsungan

usaha, kemampuan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat

sekitarnya, kemampuan meningkatkan kesejahteraan keluarga dan

kemampuan meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk,

pencapaian Break Even Point, menghasilkan biaya hidup, mencapai

keuntungan riil, dan kemampuan dalam mengatasi segala hambatan yang

ada.

2. Yang dimaksud faktor internal dalam penelitian ini adalah segala sesuatu

yang menentukan keberhasilan perempuan etnis Tionghoa dalam

berwirausaha yang ada dalam diri perempuan etnis Tionghoa yang

mempengaruhi keberhasilan dalam berwirausaha itu sendiri. Sedangkan

yang dimaksud faktor internal dalam penelitian ini adalah segala sesuatu

yang berada di luar diri perempuan etnis Tionghoa yang mempengaruhi

terhadap keberhasilan dalam berwirausaha. Indikator faktor internal dan

eksternal antara lain: ketepatan dalam memilih usaha, keyakinan menekuni

suatu usaha, motivasi membuka usaha, pengalaman berwirausaha,

kemampuan merencanakan tujuan dan program yang jelas, inovasi produk,

kesiapan menghadapi resiko, peluang usaha, hoki/keberuntungan, pengaruh

keadaan pasar, dan idealisme.

3. Yang dimaksud strategi perempuan etnis Tionghoa dalam mengembangkan

usaha dalam penelitian ini adalah kemampuan merencanakan hal yang padu

(31)

tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan

pemasaran suatu usaha. Selain itu dasar tindakan yang mengarahkan

kegiatan pemasaran/mengembangkan suatu usaha dalam kondisi persaingan

dan lingkungan yang selalu berubah, agar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Indikator dalam mengembangkan usaha ini antara lain:

konsistensi dalam membuka usaha, variasi produk, penentuan lokasi,

mengembangkan jaringan/network, menerima kritik/saran/ide, mengikuti

perkembangan zaman, memanfaatkan dunia internet, pelayanan dan

kepuasan pelanggan, trik agar produk laku terjual, promosi, kualitas

produk, kemampuan bersaing, kelebihan usaha, kemampuan mengenali

hambatan, dan harapan terhadap usaha.

D. Batasan masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dengan tujuannya, maka perlu

adanya fokus penelitian dalam ruang lingkup terhadap masalah yang akan

diteliti, adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: penelitian ini

sebatas untuk mengetahui atau memahami secara lebih luas dan mendalam

tentang strategi-strategi yang dilakukan perempuan etnis Tionghoa dalam

(32)

E. Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah di atas, maka peneliti

mengadakan penelitian dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang seberapa besar tingkat keberhasilan

berwirausaha perempuan etnis Tionghoa di Kota Pekalongan.

2. Untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang menentukan

keberhasilan perempuan etnis Tionghoa dalam berwirausaha.

3. Untuk mengetahui strategi perempuan etnis Tionghoa dalam

mengembangkan usahanya.

F. Manfaat penelitian

Hasil dari dari penelitian ini diharapkan dapat:

1. Bagi peneliti

a) Sebagai langkah awal penerapan ilmu pengetahuan.

b) Sebagai pengembangan ilmu dan memperdalam peneliti dalam

memahami teori-teori kewirausahaan.

c) Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengembangkan lebih lanjut

pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.

d) Sebagai pengalaman yang berguna pada saat nanti masuk dunia kerja

(33)

2. Bagi subjek penelitian

a) Sebagai masukan untuk senantiasa meningkatkan usaha perempuan etnis

Tionghoa.

b) Sebagai media informasi perempuan etnis Tionghoa untuk selalu

mengembangkan usahanya.

3. Bagi fakultas

a) Menambah bahan-bahan kajian terhadap teori-teori yang ada.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

(34)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Keberhasilan Berwirausaha

Lim (2000) menyatakan bahwa makna sukses atau berhasil

bersifat mudah dimengerti dan mudah dicapai. Setiap orang bisa meraih

sukses atau berhasil dalam hidupnya selama ia mau, mempunyai cita-cita,

mau berjuang, merealisasikannya, dan bisa menikmati hasil

pencapaiannya tersebut. Sukses atau keberhasilan besar adalah akumulasi

dari sukses-sukses kecil, tujuan jangka panjang tercapai, melalui

pencapaian tujuan jangka menengah dan pendek.

Menurut Gie (1996) sukses merupakan suatu gejala dalam

kehidupan manusia yang cukup rumit. Harus dibedakan

sekurang-kurangnya tiga aspek agar pengertian sukses itu menjadi lebih jelas.

Pertama ialah wujud atau halnya sukses itu sendiri. Kedua ialah prestasi

atau apa yang dicapai dalam sukses itu dan ketiga ialah efek atau aneka

imbalan yang diperoleh dari sukses itu. Jadi, untuk memperoleh

pemahaman yang baik terhadap sukses hendaknya dimengerti secara

jelas ketiga segi sukses, yaitu entitas atau wujud sukses sebagai

pengalaman seseorang yang mencapai sesuatu tujuan, objek sukses

berupa prestasi tertentu yang dapat diwujudkan, dan efek sukses dalam

(35)

Definisi wirausaha sesuai dengan Lokakarya Sistem Pendidikan

dan Pengembangan Kewirausahaan di Indonesia tahun 1978 (Herawaty,

1998) yaitu wirausaha didefinisikan sebagai pejuang kemajuan yang

mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan (edukasi)

dan bertekad dengan kemampuan sendiri sebagai rangkaian kiat

kewirausahaan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang

makin meningkat, memperluas lapangan kerja, turut berdaya upaya

mengakhiri ketergantungan pada luar negeri, dan di dalam fungsi-fungsi

tersebut selalu tunduk tertib hukum lingkungannya.

Wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian

menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi

dari tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan

menciptakan suatu organisasi, Schumpeter (1934) dalam

(http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-kewirausahaan-menurut-ahli/).

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesuksesan

wirausaha adalah keberhasilan atau keberuntungan seseorang dalam

mewujudkan tujuan yang berasal dari cita-cita atau impian karena adanya

kemampuan untuk memanfaatkan, mengoptimalkan, dan

memperjuangkan potensi-potensi yang dimiliki, dengan bekerja keras,

berani mengambil resiko, berperilaku memimpin, kreatif dan inovatif,

memiliki rasa percaya diri, mampu bersikap positif terhadap diri dan

(36)

2. Faktor-faktor Pendorong Keberhasilan

Chandra (2005) menyatakan bahwa keberhasilan wirausahawan

tidak datang begitu saja, seorang wirausahawan berhasil dalam usahanya

karena keberanian yang dimiliki. Keberanian dalam merealisasikan

visi-visinya, keberanian untuk menangkap peluang-peluang yang ada,

keberanian dalam mencoba segala tantangan dan rintangan yang ada,

keberanian untuk mempertaruhkan apa yang dimilikinya, keberanian

untuk menanggung resiko gagal dari setiap usahanya, keberanian untuk

terus belajar, dan mendapatkan lebih dari apa yang telah didapatkan dan

dimilikinya.

Bob Sadino seorang pengusaha sukses yang memulai usahanya

dari nol menyatakan bahwa kesuksesan didapatkannya karena

keberaniannya dalam melangkah, artinya dengan melangkah maka ada

kemungkinan untuk sukses di samping kemungkinan untuk gagal, namun

dengan tak melangkah maka tidak akan pernah sukses (Chandra, 2005).

Sukses tidak datang dengan sendirinya. Ada berbagai faktor

yang mempengaruhi kesuksesan seseorang. Menurut Griessman

(Hamzah, 1994) faktor-faktor yang mendukung kesuksesan seseorang

tersebut diantaranya:

a. Mendapat suatu pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahlian

yang dimiliki

Orang yang sukses membicarakan pekerjaannya sama seperti orang

(37)

melakukan pekerjaannya mereka menemukan sesuatu yang mereka

suka sehingga mereka dapat meraih sukses seperti yang mereka

inginkan.

b. Adanya suatu kemampuan kecakapan yang dimiliki

Tidak ada sukses jangka panjang tanpa mengembangkan perhatian

atau kekhususan menjadi suatu kecakapan. Kecakapan diperoleh

apabila seseorang mencintai pekerjaannya, memiliki semangat dalam

bekerja, menguasai pengetahuan dan keterampilan, bekerja terus,

dan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya

c. Mempunyai waktu luang

Pada abad 20 ini, waktu mempunyai nilai yang penting. Mereka

yang tidak dapat menghargai waktu dan tidak mengatur waktu akan

mengalami kesulitan. Orang yang sukses menjalankan strategi kecil

untuk menyimpan waktu sehingga mereka dapat menghabiskan

waktu untuk kegiatan yang mereka sukai.

d. Ketekunan dan kegigihan

Orang yang sukses tidak mudah dihentikan jika mereka merasa

bahwa mereka di jalan yang benar. Beberapa orang dari mereka

memilih gigih untuk mempertahankan gagasan-gagasan mereka

sampai pekerjaan mereka beres atau bahkan ada argumen untuk

(38)

e. Menyalurkan kebutuhan dan keinginan dalam bekerja

Orang-orang yang dapat menyalurkan keinginannya yang keras

dalam usaha yang terfokus, berdasarkan informasi dan terus-menerus

seringkali mencapai tujuan yang berarti. Keinginan untuk

mendapatkan pengakuan merupakan tenaga pendorong bagi orang

yang sukses. Perasaan rendah diri atau rasa takut akan kegagalan jika

tidak terlalu banyak bisa mendorong untuk melakukan usaha yang

besar. Bagi mereka kehidupan tidak akan lengkap tanpa pekerjaan.

Karena mereka menyalurkan tenaga ke dalam pekerjaannya.

f. Fokus

Prioritas menjadi sedemikian penting karena hal itu membuat

faktor-faktor lainnya menjadi berarti dan dapat dikerjakan.

g. Tempat yang tepat pada waktu yang tepat

h. Mengetahui dan memanfaatkan kesempatan orang yang sukses

terbuka terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka

Mereka selalu berjalan karena mereka ingin tahu dan mengajukan

pertanyaan terhadap orang-orang disekitarnya. Mereka menatap

cakrawala untuk mendapatkan informasi dan mereka mendapatkan

informasi tersebut. Apa yang mereka temukan dimanfaatkan secara

kreatif, mereka menerima kritikan karena itu merupakan umpan

balik baginya. Selain itu mereka berani mengambil resiko dan tidak

(39)

sebagian orang meraih kesuksesannya dari kegagalan yang

dialaminya.

Harefa (2002) menyebutkan faktor pendukung kesuksesan sebagai

berikut:

a. Impian dan ide-ide cemerlang

Sebab suksesnya seseorang adalah ide cemerlang dan impian untuk

mandiri yang membuat mereka rela untuk bekerja keras.

b. Kreativitas

Seseorang yang sukses selalu kreatif dan inovatif.

c. Keberanian

Seseorang yang sukses bertindak sesuai dengan nuraninya,

memegang teguh prinsip, hukum-hukum moral, dan nilai-nilai etis

yang dipercayainya dengan demikian ia akan berbuat yang terbaik

untuk hari ini dan berani menghadapi kemungkinan yang akan

terjadi dimasa depan.

d. Hoki atau keuntungan

Keberhasilan ditunjang oleh hoki dengan adanya usaha untuk

mendayagunakan segenap bakat dan bekerja keras secara konsisten.

e. Peluang

Masalah yang muncul dalam berbagai kehidupan melahirkan

peluang, hal ini dikarenakan masalah memerlukan solusi yang dapat

memberikan nilai ekonomi bagi mereka yang mampu

(40)

f. Hobi atau minat

Bagi orang sukses pekerjaan adalah aktivitas yang menyenangkan

karena pekerjaan adalah hobi atau minatnya

g. Pengalaman

Orang yang sukses suka berpetualang untuk mendapatkan

pengalaman baru.

h. Kegagalan

Pada dasarnya kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.

Kegagalan sebagai pelajaran berharga dan tolak ukur.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua

faktor yang mendukung kesuksesan seseorang dalam berwirausaha yaitu:

1) Faktor intern, antara lain: program dan tujuan yang jelas, idealisme,

kreativitas, bakat, kecakapan atau potensi, minat dan keahlian,

ketekunan, kegigihan, keberanian, kemandirian, kepercayaan diri,

kewibawaan serta kejujuran, motivasi untuk hidup dan berprestasi,

disiplin diri termasuk didalamnya disiplin waktu. 2) Faktor ekstern, yaitu:

peluang atau kesempatan, pengalaman, hoki atau keberuntungan,

keadaan pasar, latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin, nilai-nilai,

dan budaya.

3. Karakteristik Wirausaha Sukses

Menurut Suryana (2010) karakteristik wirausahawan adalah

(41)

a. Keinginan untuk berprestasi

Penggerak psikologis utama yang memotivasi wirausahawan adalah

kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan sebagai

n Ach. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan

dalam diri orang yang memotivasi perilaku ke arah pencapaian

tujuan. Pencapaian tujuan merupakan tantangan bagi kompetisi

individu.

b. Keinginan untuk bertanggung jawab

Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi

pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya

sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan

tanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai

c. Prevensi kepada resiko-resiko menengah

Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan

tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu

tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi

yang dipercaya bisa mereka penuhi.

d. Persepsi pada kemungkinan berhasil

Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah

kualitas kepribadian wirausahawan yang sangat penting. Mereka

mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika

(42)

percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas

tersebut.

e. Rangsangan oleh umpan balik

Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka

kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka

dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan

mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

f. Aktivitas enerjik

Wirausahawan menunjukan energi yang jauh lebih tinggi

dibandingkan rata-rata seseorang. Mereka bersifat aktif dan

mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengajarkan tugas

dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu.

Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam

pada pekerjaan yang mereka lakukan.

g. Orientasi ke masa depan

Wirausahawan melakukan perencanaan dan berfikir ke depan.

Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh

di masa depan.

h. Ketrampilan dalam pengorganisasian

Wirausaha menunjukkan ketrampilan dalam mengorganisasi kerja

dan orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat objektif

(43)

memilih yang ahli dan bukannya teman agar pekerjaan bisa

dilakukan dengan efisien.

i. Sikap terhadap uang

Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting

dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai

lambang konkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian

bagi kompetisi mereka.

Lim (2000) menyatakan bahwa setiap orang yang sukses dan

menonjol dalam bidangnya mempunyai karakteristik umum yang sama.

Untuk dapat memperoleh apa saja yang diinginkan, diperlukan tiga

aturan untuk sukses, yakni tiga HGD :

a. Have Great Dreams (memiliki tujuan atau mimpi besar)

Hal pertama yang dibutuhkan agar memperoleh apa yang diinginkan

adalah dengan cara mengetahui apa yang diinginkan, karena apa

yang diinginkan adalah target hidup. Alasan utama mengapa

kebanyakan orang tidak berhasil mencapai sukses dalam hidup

karena mereka itu tidak memiliki tujuan hidup yang terfokus.

b. Have Great Deeds (memiliki perbuatan atau aksi besar)

Mimpi besar saja tidak cukup, karena mimpi besar juga harus

disertai dengan perbuatan yang besar. Langkah-langkah yang harus

dilakukan untuk merealisasikan mimpi besar yaitu goal setting dan

(44)

c. Have great drive (memiliki komitmen dan motivasi besar)

Yang menjadi permasalahan dalam pencapaian tujuan bukanlah

waktu menetapkan komitmen dan program tindakan, melainkan

usaha untuk terus menjamin berlangsungnya tindakan secara

konsisten. Semuanya menjadi luntur karena timbulnya

tekanan-tekanan dari lingkungan psikologis. Benturan dan sandungan yang

menghambat pencapaian tersebut atau karena mengalami disorientasi

yang membuat kembali pada kebiasaan lama dalam taraf kualitas

kehidupan yang biasa-biasa saja. Untuk itu diperlukan motivasi yang

besar untuk stick on dreams, work hard and work smart, kekuatan

pikiran, kekuatan kemauan adalah kunci sukses, dan ketahanan hati.

Bob Sadino (Anindya, 2013) mengemukakan beberapa

karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil,

meliputi:

a. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas

b. Bersedia menanggung resiko, waktu, dan uang

c. Berencana dan mengorganisir

d. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya

e. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik wirausahawan adalah adanya keinginan untuk berprestasi,

adanya keinginan untuk bertanggung jawab, mempunyai prevensi kepada

(45)

berhasil, memperhitungkan rangsangan oleh umpan balik dari apa yang

mereka kerjakan, mempunyai aktivitas enerjik, berorientasi ke masa

depan, dan mempunyai ketrampilan dalam pengorganisasian.

4. Peluang usaha

Untuk menjadi seorang wirausaha tidak hanya dibutuhkan

motivasi dan jiwa kewirausahaan, tetapi juga harus ada peluang usaha

yang akan dijalaninya. Apa gunanya mempunyai motivasi dan jiwa

kewirausahaan jika tidak ada peluang usaha sebagai tempat menyalurkan

keinginan untuk menjadi seorang wirausaha khususnya wirausaha sukses.

Menurut Herawaty (1998) peluang usaha diartikan sebagai

kesempatan usaha. Seiring dengan perubahan manusia yang selalu

berubah ke arah kesempurnaan. Dengan berubahnya dan berkembangnya

masyarakat berarti menurut kebutuhan-kebutuhan baru yang

implikasinya berarti membuka peluang usaha baru. Sebab,

kebutuhan-kebutuhan baru tersebut perlu dipenuhi dan pemenuhannya dilakukan

oleh masyarakat dalam hal ini oleh masyarakat bisnis.

Dalam kaitan ini karenanya pengertian peluang bisnis dapat

dirumuskan sebagai kesempatan yang selalu terbuka seiring dengan

berkembangnya kebutuhan-kebutuhan baru, implikasi dari

berkembangnya masyarakat akibat semakin tingginya tingkat pendidikan,

pendapatan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara umum peluang diartikan sebagai kesempatan, namun

(46)

dimasuki atau dengan usaha mengambil kesempatan kearah kemajuan

dan pengembangan usaha. Peluang usaha dapat timbul dari suatu ide, hal

ini sesuai dengan pendapat Suryana (2003) yang menyatakan bahwa ide

akan menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi

terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses penciptaan sesuatu

yang baru dan berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis proses

secara mendalam dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi.

Untuk memperoleh peluang usaha harus memiliki berbagai kemampuan

dan pengetahuan seperti kemampuan menghasilkan produk atau jasa

baru, melakukan teknik baru, dan mengembangkan organisasi baru.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peluang

usaha adalah kesempatan untuk membuka suatu usaha yang dapat timbul

dari suatu masalah yang dicari jalan keluarnya atau timbul dari ide yang

dievaluasi secara terus menerus.

5. Berbagai Macam Profil Wirausaha

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008), jika diperhatikan

entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini, maka dijumpai

berbagai macam profil, yaitu:

a. Young Entrepreneur

Orang-orang muda mengambil bagian dalam memulai bisnis.

Didorong kekecewaan akan prospek pada perusahaan pemerintah

(47)

sendiri, banyak generasi muda lebih memilih kewirausahaan sebagai

jalur karir mereka.

b. Women Enterpreneur

Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka

menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain

ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi

keluarga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya, dan sebagainya.

c. Minority Entrepreneur

Kaum minoritas di Negara kita Indonesia kurang memiliki

kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagaimana layaknya

warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha

menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian

pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok

minoritas pada suatu daerah, mereka juga berniat mengembangkan

bisnis. Kegiatan bisnis ini semakin lama semakin maju dan arena

mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.

d. Immigrant Entrepreneur

Kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk

memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa

terjun dalam pekerjaan yang bersikap non formal yang dimulai dari

berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan

(48)

e. Part Time Entrepreneur

Memulai bisnis dalam mengisi waktu luang merupakan pintu

gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja paruh

waktu tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya

seorang pegawai pada sebuah kantor bermaksud mengembangkan

hobinya untuk berdagang atau mengembangkan hobi yang menarik.

Hobi ini akhirnya mendapat keuntungan yang lumayan. Ada kalanya

orang ini beralih profesi dan berhenti menjadi pegawai kemudian

beralih bisnis yang merupakan hobinya.

f. Home-Based Entrepreneur

Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya

dari rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan

aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran ditempatnya.

Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha katering banyak

dimulai dari rumah tangga yang bisa masak, kemudian usaha ini

berkembang melayani pesanan untuk pesta.

g. Family-Owned Busineess

Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis cabang dan usaha.

Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dahulu oleh Bapak,

setelah usaha Bapak ini maju dibuka cabang baru dan dikelola Ibu.

Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain

mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda.

(49)

anak-anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan pekerjaan pada saat

ini maka kegiatan ini perlu dikembangkan.

h. Corpreneurs

Pasangan wirausaha yang bekerja sama-sama sebagai pemilik

bersama dari usaha mereka. Corpreneurs dibuat dengan cara

menciptakan pekerjaan yang didasarkan atas keahlian

masing-masing orang. Orang-orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi

penanggung jawab divisi tertentu dari bisnis-bisnis yang sudah ada.

6. Wirausahawan Wanita (Women Entrepreneur )

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008), meskipun telah

diperjuangkan selama bertahun-tahun secara legislatif, wanita tetap

mengalami diskriminasi di tempat kerja. Meskipun demikian, bisnis kecil

telah menjadi pelopor dalam menawarkan peluang di bidang ekonomi

baik kewirausahaan maupun pekerjaan. Dikatakan bahwa

“kewirausahaan telah bersifat unisex seperti celana jeans, di mana di sini

perempuan dapat mengembangkan impian maupun harapan terbesarnya”.

Semakin banyak perempuan yang menyadari bahwa menjadi

wirausaha adalah cara terbaik untuk menembus dominasi laki-laki yang

menghambat peningkatan karir waktu ke puncak organisasi melalui

bisnis mereka sendiri. Faktanya, perempuan yang membuka bisnis 2,4

kali lebih banyak daripada laki-laki.

Meskipun bisnis yang dibuka oleh perempuan cenderung lebih

(50)

kecil. Perusahaan–perusahaan yang dimiliki perempuan memperkerjakan

lebih dari 15,5 juta karyawan atau 35 persen lebih banyak dari semua

karyawan fortune 500 di seluruh dunia. Perempuan memiliki 36 persen

dari semua bisnis. Meskipun bisnis mereka cenderung tumbuh lebih

lambat daripada perusahaan yang dimiliki laki-laki, perempuan pemilik

bisnis memiliki daya hidup lebih tinggi daripada keseluruhan bisnis.

Meskipun 72 persen bisnis yang dimiliki perempuan terpusat dalam

bidang eceran dan jasa, wirausahawan perempuan berkembang dalam

industri yang sebelumnya dikuasai oleh laki-laki, seperti pabrik,

konstruksi, transportasi, dan pertanian.

7. Faktor–faktor yang Mendorong Perempuan Berwirausaha

a. Faktor kemandirian

Sebagai seorang perempuan, ada kalanya perempuan ini dapat

berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini karena perempuan

ingin menunjukkan jika tanpa laki-laki dia dapat bertahan hidup

dengan keahlian yang dia punya yang direalisasikan menjadi suatu

usaha yang dapat menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan

hidupnya. Walaupun tidak memungkiri keahlian laki-laki dalam

bekerja, tetapi perempuan juga ingin menunjukkan bahwa mereka

dapat mengerjakan apapun yang dikerjakan oleh laki-laki.

b. Faktor modal

Dalam pembuatan usaha maka perempuan biasanya melihat berapa

(51)

semakin banyak modal yang mereka miliki untuk pembuatan suatu

usaha maka semakin terencana dan matanglah pemikiran untuk

rencana pembuatan usaha ini.

c. Faktor emosional

Faktor emosional yang dimiliki perempuan, dapat mempengaruhi

dirinya untuk melakukan sesuatu yang berguna baginya maupun

keluarga. Hal ini karena dalam diri seorang perempuan memiliki

keinginan untuk dapat berdiri sendiri maupun untuk bisa

mempraktekkan teori-teori yang diikutinya melalui pendidikan

formal maupun informal yang diinginkannya. Selain itu perempuan

juga mempunyai keinginan untuk membantu keuangan keluarga

yaitu dengan membuka usaha.

d. Faktor pendidikan

Faktor pendidikan dapat menjadi salah satu faktor yang memotivasi

perempuan untuk berwirausaha karena banyak perempuan yang tidak

dapat melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi tetapi

mengikuti pendidikan informal seperti kursus-kursus yang dapat

mengasah keterampilan mereka, sehingga ilmu yang mereka dapat di

pendidikan informal dapat mereka jadikan modal untuk membuat

suatu usaha. Begitu bagi perempuan yang memiliki pendidikan

tinggi, mereka akan berpikir kembali untuk menggunakan ijazah

perguruan tinggi mereka unutk bekerja di kantor-kantor yang

(52)

hingga jam lima sore, ini dikarenakan mereka juga nantinya harus

mengurusi rumah tangga dan anak-anak mereka, yang tidak dapat

mereka lakukan jika mereka bekerja di kantor-kantor dari pagi

hingga sore.

8. Pedagang

Pedagang adalah seseorang atau lembaga yang membeli dan

menjual barang kembali tanpa merubah bentuk dan bertanggung jawab

sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan

(http://www.dikmenum.go.id).

Pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan,

memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri untuk

memperoleh suatu keuntungan. (http://www.id.wikipedia.org/pedagang).

Pedagang adalah orang yang mencari nafkah dengan berdagang,

yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang

untuk memperoleh keuntungan (http://www.kbbi.web.id)

Menurut sektor perpajakan, pedagang adalah orang yang

melakukan kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara

terus-menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan

disertai imbalan atau kompensasi (www.pajak.go.id) dalam (Efnita,

2007).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pedagang adalah

orang yang melakukan kegiatan jual beli barang atau jasa dengan disertai

(53)

9. Karakteristik Perempuan dalam Berdagang

Sesungguhnya kaum perempuan menduduki tempat paling

tinggi dalam kehidupan keluarga. Perempuan tidak saja berperan sebagai

pendamping suami, tetapi juga memiliki banyak tugas dan kewajiban

mulia. Mulai dari melahirkan, menyusui, merawat, mendidik, sampai

membesarkan generasi penerus bangsa. Jika pada masa lalu perempuan

di tempatkan pada posisi yang rendah, hanya sebagai “pelayan” atau

“pendamping suami” semata, kini kondisinya sudah berubah.

Perkembangan zaman telah mengubah pola pikir dan sikap perempuan

Indonesia (Ngangi, 2006).

Perempuan dapat memanfaatkan kelebihan yang dimiliki, seperti

tidak hanya mengikuti suami saja, karena dengan berwirausaha sendiri

pada dasarnya ada beberapa manfaat yang dapat dipetik, yaitu

mendukung ekonomi rumah tangga, meningkatnya harga diri dan

pemantapan identitas, relasi yang sehat dan positif dengan keluarga,

pemenuhan kebutuhan sosial, peningkatan skill dan kompetensi (Rina,

2002).

Kesempatan perempuan untuk mengambil bagian dalam dunia

bisnis memang makin terbuka. Hampir tak ada batas, apapun yang bisa

diusahakan laki-laki juga dapat dilakukan perempuan (Yukikuncoro,

2007). Meskipun tak mutlak, setidaknya pebisnis perempuan memiliki

beberapa karakteristik dasar positif yang dapat membantunya sukses

(54)

a. Perempuan biasanya lebih berhati-hati dalam melangkah. Masih dari

sumber riset yang sama, ditemukan fakta bahwa dalam

mempersiapkan diri menghadapi resiko, 66% pebisnis perempuan

mengasumsikan resiko penting di atas rata-rata untuk keperluan

investasi bisnisnya. Untuk itu perempuan lebih nyaman membuat

perencanaan matang terlebih dahulu sebelum memulai.

b. Perempuan memiliki gaya manajemen berbeda dibandingkan

laki-laki. Dimana perempuan menekankan membangun hubungan

melalui pertemuan-pertemuan dan sebagian lagi lebih suka untuk

berkonsultasi dengan para ahli, karyawan serta teman-teman sesama

pebisnis. Perempuan biasanya juga lebih lihai dalam pendekatan

personal, sehingga terbuka luas untuk menjalin hubungan baik

dengan klien atau relasi bisnis.

c. Tak sedikit perempuan memulai bisnis berawal dari keterampilan

yang dimiliki. Membuka butik karena mengerti menjahit dan

mengikuti dunia fashion misalnya. Biasanya dengan memiliki

ketrampilan dibidang yang akan dijalani mereka lebih percaya diri.

d. Perempuan biasanya lebih peka dalam menganalisis keadaan

disekitarnya. Jika karakteristik ini dapat dimanfaatkan dengan baik,

maka dapat membantu seorang pebisnis perempuan menemukan

(55)

e. Perempuan lebih ulet dan sabar dalam bekerja.

Perempuan juga sudah terbiasa mengurus keuangan rumah tangga,

sehingga lebih jeli dan detail dalam mengelola keuangan sebuah

usaha. Begitu juga dalam mengatur waktu, perempuan identik

terbiasa membuat buku harian atau agenda yang bisa dijadikan

panduan untuk melangkah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kesempatan

perempuan untuk mengambil bagian dalam dunia bisnis memang makin

terbuka. Pebisnis perempuan memiliki beberapa karakteristik dasar

positif yang dapat membantunya sukses dalam bisnis, yaitu: perempuan

biasanya lebih berhati-hati dalam melangkah, perempuan memiliki gaya

manajemen berbeda dibandingkan laki-laki, tak sedikit perempuan

memulai bisnis berawal dari keterampilan yang dimiliki, perempuan

biasanya lebih peka dalam menganalisis keadaan disekitarnya,

perempuan lebih ulet dan sabar dalam bekerja, perempuan juga sudah

terbiasa mengurus keuangan rumah tangga, sehingga lebih jeli dan detail

dalam mengelola keuangan sebuah usaha.

10. Etnis Tionghoa

Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://www.kbbi.web.id)

mengartikan etnis sebagai suatu hal yang bertalian dengan sekelompok

sosial dalam sistem sosial dan kebudayaan yang mempunyai arti atau

kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan

(56)

menyatakan bahwa etnis adalah hal-hal yang berkaitan dengan suku

bangsa dan ras. Sedangkan menurut Kartono dan Gulo (1987) etnis

merupakan sekelompok orang yang mempunyai kebudayaan, ras,

kebangsaan, dan agama yang sama.

Menurut Koentjaraningrat (1980) etnis adalah suatu golongan

manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas internal maupun

eksternal serta kesatuan bangsa. Menurut Suryadinata (2003), tak ada

yang tahu persis berapa banyak penduduk etnis Tionghoa di Indonesia.

Masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia bukan merupakan minoritas

yang homogen.

Dari sudut pandang kebudayaan, orang Cina terbagi atas

peranakan dan totok. Peranakan adalah orang Cina yang sudah lama

tinggal di Indonesia dan umumnya sudah berbaur. Mereka menggunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dan bertingkah laku seperti

warga pribumi. Totok adalah pendatang baru, umumnya baru satu atau

dua generasi dan masih berbahasa Cina (mandarin). Namun dengan

berhentinya imigrasi dari daratan Tiongkok, jumlah totok di Indonesia

sudah menurun dan keturunan totok pun telah mengalami peranakanisasi.

Dalam hal agama, sebagian besar etnis Tionghoa menganut Budhinisme,

Tri Dharma dan Konghucu. Namun banyak pula orang yang beragama

Katholik dan Kristen. Belakangan ini jumlah etnis Tionghoa yang

Gambar

Tabel IV.2  Karakteristik Responden Berdasarkan Umur  ..............................
Gambar IV.1 Peta Kota Pekalongan  .............................................................
Tabel III.1
Tabel III.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

•dan menganut pandangan benar, dan ia melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita, di alam tujuan kelahiran yang

Dengan mengkaji dampak perubahan iklim terhadap karakteristik hujan, serta mencermati pengaruh intensitas curah hujan terhadap fenomena banjir, diharapkan

Tujuan penelitian ini mengetahui jumlah neovascular tuft pada retina tikus yang telah mengalami oxygen induced retinopathy dengan pemberian L-carnitine, tanpa L-carnitine, dan

Dari Penelitian dan pembuatan sistem pendukung keputusan prioritas Penerima Bantuan Pinjaman Modal UMK Pada Dinas Perdagangan Koperasi Dan UMKM maka penulis

Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui minat dan hasil belajar peserta didik yang diajar dan tidak diajar dengan model pembelajaran kooperatif

Dalam hal ini media massa harus menjadi mitra pusat bahasa yang penting termasuk dalam pengawasan pelanggaran penggunaan bahasa Indonesia yang perlu untuk melibatkan

Selanjutnya kegiatan eksperimen dilakukan sebagai berikut: (a) melaksanakan pretes untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman dan penalaran matematis sebelum diberikan