KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA
SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI (1985-2000)
SkripsiSarjana Dikerjakan O
L E H
NAMA : MARTOGI Y. SIANTURI NIM : 070706016
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kehidupan sosial ekonomi keluarga petani kopi di Desa Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Fokus permasalahan yang diangkat adalah: latar belakang pertanian kopi, kemudian proses rehabilitasi pertanian kopi, kehidupan petani kopi dan hubungan sosial petani kopi dengan sekitarnya.
Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan jenis penulisan berupa deskriptif analisis.Dalam penelitian juga digunakan metode pengalaman individu (life history) sebagai metode wawancara berfokus dengan mengungkapkan sejarah hidup petani kopi.Sumber data diperoleh dari sumber – sumber tertulis (buku, dokumentasi, arsip, dll) informan, peristiwa dan aktivitas.Pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi kadang kala, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan tahapan kritik sumber dengan membandingkan data – data yang ada lalu melakukan tahapan interpretasi sebelum dilanjutkan dalam tahapan penulisan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1). Pola kehidupan petani kopi Desa Sidiangkat sebagian besar sudah cukup mapan namun sebagian lagi masih tergolong pas – pasan, terlihat dari pendapan mereka sehari – hari, (2). Secara sosial petani Desa Sidiangkat masih kental dengan sentiment yang tinggi mencirikan masyarakat pedesaan, (3). Secara ekonomi, dengan menanam kopi dapat meningkatkan penghasilan mereka yang dulunya pernah terpuruk dan mampu memenuhi berbagai kebutuhan yang salah satunya mampu menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi.
KATA PENGANTAR
Februari 2013
Salam sejahtera…!
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, karunia
dan berkatnya, sehingga penulis sampai pada tahap akhir perkuliahan dan dapat
menyelesaikan studi dan skripsi yang berjudul :“KEHIDUPAN EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI (1985-2000).
Penulis tidak dapat menyelesaikan semua ini tanpa bantuan dari semua pihak
yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi mulai dari awal sampai skripsi ini
dapat diselesaikan .
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis sadar tidak luput dari kekurangan dan
masih butuh penyempurnaan. Untuk itu penulis terbuka akan saran dan kritik yang
membangun. Demikian penulis sampaikan dan semoga skripsi ini kelak bisa berguna
terhadap berbagai pihak.
Terimakasih. Tuhan Memberkati…!!
Medan
MARTOGI Y. SIANTURI
UCAPAN TERIMAKASIH
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayahanda R. Sianturi dan ibunda B. br. Manurung, yang senantiasa mengasihi
saya sejak lahir hingga saat ini. Ayah dan bunda banyak memberi nasehat,
motivasi, dukungan dan kasih sayang yang tidak ternilai harganya, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terkhusus buat Ibunda kiranya
skripsi ini menjadi kado terindah di hari Ulang Tahun mu. Mohon maaf
apabila skripsi ini tidak selesai sesuai harapanmu. Semoga panjang umur,
sehat selalu, dan tentunya Tuhan Memberkati.
2. Dr. Syahron Lubis, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara beserta para Staf dan Pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara..
3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum selaku Ketua Departemen Sejarah Fakultas
Ilmu Budaya USU dan Dra. Nurhabsyah, M.Si selaku sekretaris Departemen
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah membantu penulis selama
dalam masa perkuliahan.
4. Ibu Dra. Fitriati Harahap selaku dosen wali penulis yang telah memberi
5. Bapak Drs. Samsul Tarigan, selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini
yang telah memberikan inspirasi, semangat, dorongan dan telah meluangkan
waktu untuk membimbing penulis. Kebaikan bapak senantiasa penulis ingat,
semoga Tuhan memberi berkatnya kepada bapak sekeluarga.
6. Kepada para staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, terkhusus Departemen
Sejarah penulis ucapkan terimakasih yang begitu dalam. Karena tanpa kalian
penulis tidak ada apa – apanya. Terima kasih atas semua ilmu yang telah
penulis terima dari kalian, telah membuka wawasan dan memberikan inspirasi
bagi penulis. Kiranya Tuhanlah yang membalas semua kebaikan kalian.
7. Buat Saudara-saudari penulis yaitu, Afri Yusni Sianturi S.Pd, Michael H
Sianturi, dan Asnita Vera Sianturi. Terimakasih atas dukungan kalian selama
ini, tanpa kalian mungkin proses pembuatan skripsi ini tidak akan maksimal.
Semoga skripsi bisa menjadi motivasi bagi kalian dalam menjalani proses
pendidikan yang kalian jalani sekarang. Tuhan Memberkati kita.
8. Seluruh rekan – rekan mahasiswa angkatan 2007 yaitu Sari, Meisia, Heri, Siti,
Okta, Mohan, Astina, Naf`an, Soji, Intan, April, Andika, Judika, Hendrik, Oli,
Bona, Iwan, Oki, Asima, Fasrah, Azmi, Putra, Eta, Santi, David, Antonius,
Andre dan Usman, atas kebersamaan yang tercipta selama hampir lima tahun.
Stambuk 2007 merupakan sebuah habitat yang mana penulis feels like home!
Kalian bukan hanya teman, tetapi keluarga.
9. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa di Departemen Sejarah Universitas
bangku perkuliahan untuk segera bisa menyusul. Khususnya buat adik
angkatku Rina Hutabarat. Cepat tamat ya dinda…
10.Kepada rekan – rekan mahasiswa baik di Fakultas Ilmu Budaya maupun di
Fakultas lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih telah
menjadi teman dan sahabat yang selama ini dalam suka maupun duka.
Thankyou guys, you are will be in my heart.
11.Buat Adik ku Nursita Rohani Lumban Gaol yang tak pernah lelah
memberikan motivasi, dorongan, dan support dan juga selalu setia dalam
menemani penulis dari awal pembuatan proposal hingga terselesaikannya
skripsi ini. Semoga sukses dalam perkuliahanmu, dan tetap selalu sertakan
aku dalam doamu kedepannya.
12.Kepada seluruh pihak yang membantu skripsi ini, seluruh informan, baik
petani kopi, pengepul kopi, Bapak Masran Bako selaku Kepala Desa
Sidiangkat, dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Terima kasih saya ucapkan dan kiranya Tuhanlah yang bisa membalas semua
kebaikan Bapak dan Ibu dalam proses pembuatan skripsi ini.
13.Kepada keluarga besar penulis baik dari pihak Bapak maupun Ibu. Terima
kasih atas segala dukungan baik moril maupun materi yang penulis terima.
Inilah yang bisa penulis persembahkan buat keluarga besar kita kiranya Tuhan
tetap memberikan berkat-Nya atas keluarga kita ini.
Dan kepada semua pihak – pihak yang tidak bisa saya sebutkan disini yang
yang kurang berkenan dan penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang begitu
besar buat kalian.Kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita dalam
menjalani hidup ini.
Akhir kata dan diatas semua ini penulis panjatkan syukur dan pujian kepada
Tuhan Yesus Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus yang selalu memberikan limpahan
berkatNya, perlidungan, kesehatan dan jalan keluar dikala penulis merasa drop,
lemah, putus asa, dan khawatir dalam pengerjaan skripsi ini melalui orang – orang
yang disekitar penulis. Terima kasih Tuhan atas segalanya.Tetaplah berkati hamba
Mu ini ya Tuhan.
Medan, Februari 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK… ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.4 Tinjauan Pustaka ... 7
1.5 Metode Penelitian ... 9
BAB IIGAMBARAN UMUM ... 12
2.1 Kopi ... 12
2.2 Lokasi Penelitian ... 14
BAB IIIPERKEMBANGAN PERTANIAN KOPI DI DESA SIDIANGKAT 1985
–2000 ... ... ... 18
3.1 Latar Belakang Pertanian Kopi di Desa Sidiangkat ... 18
3.2 Proses Rehabilitasi Pertanian Kopi di Desa Sidiangkat ... 21
3.3Proses Perkembangan Pertanian Kopi Pasca Pengembangan ... 28
BAB IVKEHIDUPAN PETANI KOPI DESA SIDIANGKAT ... 35
4.1 Kehidupan Petani Kopi Desa Sidiangkat ... 35
4.1.1 Pendapatan Petani ... 38
4.1.2. PengeluaranPetani ... 40
4.1.2.1. Biaya Hidup ... 41
4.1.2.2. Biaya Produksi ... 41
4.1.2.3. Biaya Kesehatan ... 44
4.1.2.4. Biaya Pendidikan Anak ... 45
4.1.2.5. Biaya Pesta ... 48
4.2 Hubungan Sosial Petani Kopi Desa Sidiangkat ... ... 49
4.2.1 Usaha Petani dalam meningkatkan kehidupan ekonominya ... 49
4.2.2. Hubungan Sosial Petani dengan Para Agen ... ... 51
4.2.3. Hubungan Ketetanggaan Petani Kopi… ... ... 53
4.3 Usaha – Usaha Dalam Meningkatkan Kehidupan Ekonomi Petani Kopi
Desa Sidiangkat ... … ... 54
4.3.1. Usaha Petani Dalam Meningkatkan Kehidupan Ekonominya… ... 54
4.3.2. Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Kehidupan Ekonomi… ... 57
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1. Kesimpulan ... 60
5.2. Saran ... ... 63
DAFTAR PUSTAKA… ... 65
DAFTAR INFORMAN… ... 67
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kehidupan sosial ekonomi keluarga petani kopi di Desa Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Fokus permasalahan yang diangkat adalah: latar belakang pertanian kopi, kemudian proses rehabilitasi pertanian kopi, kehidupan petani kopi dan hubungan sosial petani kopi dengan sekitarnya.
Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan jenis penulisan berupa deskriptif analisis.Dalam penelitian juga digunakan metode pengalaman individu (life history) sebagai metode wawancara berfokus dengan mengungkapkan sejarah hidup petani kopi.Sumber data diperoleh dari sumber – sumber tertulis (buku, dokumentasi, arsip, dll) informan, peristiwa dan aktivitas.Pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi kadang kala, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan tahapan kritik sumber dengan membandingkan data – data yang ada lalu melakukan tahapan interpretasi sebelum dilanjutkan dalam tahapan penulisan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1). Pola kehidupan petani kopi Desa Sidiangkat sebagian besar sudah cukup mapan namun sebagian lagi masih tergolong pas – pasan, terlihat dari pendapan mereka sehari – hari, (2). Secara sosial petani Desa Sidiangkat masih kental dengan sentiment yang tinggi mencirikan masyarakat pedesaan, (3). Secara ekonomi, dengan menanam kopi dapat meningkatkan penghasilan mereka yang dulunya pernah terpuruk dan mampu memenuhi berbagai kebutuhan yang salah satunya mampu menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi.
BAB I
PENDAHULUAN
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA
SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI (1985-2000)
1. 1. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya untuk mencapai taraf kesempurnaannya manusia hidup dari
dan dalam masyarakatnya.Oleh karena itu manusia mempunyai rasa solidaritas yang
sangat tebal terhadap masyarakatnya.Di samping itu setiap individu yang menjadi
suatu anggota masyarakatnya harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang
berkenan dengan hak dan kewajibannya yang diatur oleh negara.
Setiap manusia selalu membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan yang bersifat primer yang kemunculannya
bersumber pada aspek-aspek pada kebutuhan biologis atau organisme tubuh manusia
yang mencakup kebutuhan-kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Di samping
keperluan primer, manusia juga membutuhkan kepentingan sekunder seperti
berkomunikasi dengan sesama, kontrol sosial, pendidikan serta keteraturan sosial.
Selain itu ada juga kebutuhan tertier yang meliputi akan barang-barang yang mewah
universal serta harus dipenuhinya agar dapat melangsungkan hidup yang lebih baik
dan teratur.
Masyarakat Indonesia baik didaerah pedesaan maupun perkotaan mempunyai
kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang bersifat santai atau sekedar
memuaskan dirinya sendiri atau kelompok dengan berbagai hidangan..Keadaan ini
sebenarnya diciptakan baik secara sengaja atau tidak, dan salah satu kegiatan itu
adalah dengan suguhan kopi.1
Sejak dahulu kopi dimanfaatkan sebagai simbol kebersamaan dan simbol
kehangatan sosial serta sebagai penyangga ekonomi di beberapa kalangan
masyarakat.Sudah menjadi kebiasaan umum bahwa kopi dipakai sebagai suguhan dan
pelengkap kebersamaan.Bagi sebagian manusia, kopi dianggap sebagai bahan pokok
untuk kehalusan budi pekerti dan menjaga keseimbangan jiwa manusia.2
Di Indonesia sendiri, kopi mempunyai nilai ekonomi yang relatif tinggi,
sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani kopi dan memperluas lapangan
pekerjaan. Perkebunan kopi di Sumatera Utara dapat dilihat di semua daerah yang
berhawa sejuk, seperti di Mandailing, Dairi, Humbang Hasundutan, Tarutung serta
daerah Simalungun bagian pegunungan, tetapi berhubung dengan pengangkutan dan
perhubungan, maka untuk perkebunan kopi yang dapat memberi keuntungan besar
kepada petani kopi, hanya Dairilah yang paling strategis letaknya dan pusat dari
perkebunan kopi di Dairi terletak di Desa Sidiangkat, sekitar kota Sidikalang. Sebab
1
Kopi mempunyai rasa pahit-pahit sedap menyegarkan karena kandungan zat kafein. Terdiri dari kafein 1-2,5%, minyak atsiri 10-16%, asam chlorogen 6-10%, zat gula 4-12%, selulosa 22-27%, Spillane,James.J. Dr, Komoditi Kopi (Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia) hal. 19.
2
wilayah inilah yang paling cocok untuk penanaman kopi secara dominan, karena
alamnya yang lembab serta berada diantara pegunungan yang memungkinkan untuk
pengembangan yang lebih efektif.3
Luas penanaman kopi untuk diperdagangkan di Dairi adalah kira-kira 21.067
hektar, dengan produksi sekitar 15.642ton/tahun4. Jenis kopi yang paling banyak ditanam di daerah ini adalah kopi jenis Arabica, sedangkan sisanya adalah kopi jenis
Robusta. Distribusi kopi - kopi tersebut ditujukan ke pasar lokal dan pasar
internasional.Dari hasil penelitian di kabupaten Dairi, kebanyakan kopi dari wilayah
ini dibawa ke Medan oleh pedagang dan dipasarkan untuk pasar lokal dan
internasional.Untuk pasar lokal, karena kebanyakan konsumen kurang paham dengan
asal kopi, maka kopi Dairi lebih dikenal sebagai kopi Medan yang dipasarkan di
tingkat domestik untuk wilayah Sumatera dan luar pulau. Petani di Dairi sama dengan
petani di daerah lain, karena panen kopi hanya sekali setahun5
3
Siswoputranto,P.S, Kopi Internasional dan Indonesia, hal. 35.
4
Spillane,James.J. Dr, Komoditi Kopi (Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia) hal.109-110
5
Kopi Arabika akan matang setelah 8 bulan dari masa tanam sedangkan Robusta akan matang dalam 10 bulan sejak masa tanam. Opcit., hal. 49
, maka kebutuhan uang
untuk bertahan hidup menjadi kendala untuk bisa menjaga kualitas dan menunggu
sampai buah kopi masak untuk dijual. Pengepul di daerah ini sama dengan wilayah
lain, lebih aktif untuk mendatangi hasil panen ke kebun petani, dengan ketiadaan
biaya transportasi, maka harga lebih rendah diterima oleh petani dari pengepul untuk
memotong biaya transportasi. Petani menjual hasil panen dalam bentuk basah, harga
Luas perkebunan kopi milik petani dikabupaten Dairi umumnya hanya kecil
sekitar 1 hektar, sehingga menyulitkan untuk pengembangan karena terbatasnya area
dan modal usaha.Pengepul desa membawa hasil pembelian kepada pengepul di
tingkat kecamatan.Pihak pengepul desa mendapat sebagian modal untuk membeli
kopi dari petani dan sisanya dari mereka sendiri. Dari pengepul di kecamatan, mereka
membawa hasil pengumpulan kopi ke pasar kabupaten, dimana terdapat pengepul
yang lebih besar dan dari sini, pedagang akan menentukan kualitas kopi dan kemana
kopi hasil pengumpulan akan dikirim. Pedagang biasanya memiliki ikatan dengan
pihak eksportir untuk memasok kopi, hanya beberapa diantaranya saja yang sampai
saat ini memiliki kontrak dengan pihak eksportir. Kebanyakan pedagang kopi di
tingkat kabupaten hanya memiliki modal terbatas, sehingga hanya beberapa saja yang
bisa melakukan ekspor kopi, untuk menyiasati penjualan kopi, hasil pengumpulan
kopi di Dairi dikirim ke Medan untuk dijual kepada pedagang besar di Medan.
1. 2. Rumusan Masalah
Dalam melakukan sebuah penelitian maka yang menjadi landasan dari pada
penelitian itu sendiri adalah apa yang menjadi akar permasalahannya. Dengan adanya
permasalahan maka penelitian akan bisa berjalan dan menjadi lebih terarah dan dapat
berkembang sesuai dengan penulis ingin capai. Permasalahannya dianggap penting
karena didalamnya telah terdapat konsep yang akan dibawa dalam penelitian dan
menjadi frame yang membatasi penulis dan menjadi jalur dalam menyusun
Untuk mempermudah memahami permasalahan dalam penelitian ini maka
penulis menspesifikasikan beberapa pokok pertanyaan yang akan dikaji dalam
penelitian, yaitu :
1. Bagaimana latar belakang petani kopi di desa Sidiangkat?
2. Bagaimana Pengembangan tanaman kopi di Desa Sidiangkat?
3. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi petani kopi di desa
Sidiangkat?
4. Apa saja program pemerintah daerah dalam meningkatkan
kesejahteraan petani kopi khususnya di Desa Sidiangkat?
Perlu diketahui bahwa yang menjadi wilyah bagian bagi penulis untuk
mengembangkan tulisan ini adalah Desa Sidiangkat yang merupakan daerah
pegunungan yang dikenal oleh masyarakat luas khusus nya pada masyarakat Dairi
dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya, karena sepanjang penelusuran
penulis kelapangan, sangat jarang dan hampir tidak dapat ditemukan tulisan yang
memuat atau membahas tentang budidaya kopi di daerah ini. Mengenai wilayah ini
yang menjadi sasaran penelitian adalah sisi sejarah pedesaan dan segala kehidupan
sosial ekonominya yang bersifat umum dalam mengembangkan tulisan ini.
Kemudian penulis mengambil batasan waktu dalam penelitian ini adalah
tahun 1985 sampai dengan tahun 2000. Alasan bagi penulis mengambil tahun 1985
sebagai batasan awal penelitian adalah dengan dilatar belakangi oleh tematis, karena
tanaman kopi Robusta menjadi tanaman kopi Arabika yang memungkinkan petani
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan batasan akhir yang dijadikan
penulis adalah tahun 2000, karena pada tahun tersebut kehidupan sosial ekonomi
masyarakatnya telah cukup stabil, setelah mengalami berbagai macam tantangan
khususnya krisis ekonomi nasional dan global dan layak untuk dijadikan bahan
tulisan.
1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah melihat apa yang menjadi akar permasalahan yang akan
dikembangkan oleh penulis maka yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah apa
yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini, serta manfaat yang di dapat oleh
penulis nantinya, karena pada dasarnya salah satu landasan awal dalam melakukan
penelitian ini adalah perlunya diperhatikan beberapa tujuan dan manfaat yang
nantinya akan dapat memberikan penjelasan baik kepada penulis sendiri maupun bagi
pembaca yang pada akhirnya dapat dikembangkan dalam masyarakat luas.
Adapun yang menjadi tujuan dari pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang petani kopi di desa Sidiangkat.
2. Untuk mengetahui proses rehabilitasi tanaman kopi di Desa Sidiangkat.
3. Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi petani kopi di desa
Sidiangkat.
4. Untuk mengetahui saja program pemerintah daerah dalam meningkatkan
Adapun yang menjadi manfaat dari pada penelitian adalah :
1. Untuk lebih memperkenalkan pada masyarakat luas tentang keberadaan
tanaman kopi di Desa Sidiangkat.
2. Menambah literatur dalam penulisan sejarah khususnya sejarah Pedesaan
dan sejarah Perkebunan di Sumatera Utara.
3. Menjadi acuan bagi para penulis yang lain.
4. Menjadi sebuah karya tulis (skripsi), sebagai persyaratan untuk menjadi
Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah.
5. Menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam menetukan kebijakan
yang berkaitan dengan kehidupan petani.
1. 4. Tinjauan Pustaka
Untuk dapat menyusun tinjauan kepustakaan yang baik, maka akan
diusahakan mengumpulkan sumber sebanyak banyaknya, serta harus relevan dengan
topik masalah yang akan ditulis, kemudian melakukan seleksi sebelum dituangkan
kedalam bentuk tulisan. Dalam hal ini buku yang menguraikan latar belakang dari
petani kopi di Desa Sidiangkat sama sekali tidak ada, sebab penulisan tentang
permasalahan ini baru pertama kali dilakukan penulis.
Perlengkapan yang perlu dimiliki oleh penulis multidimensional adalah
alat-alat metodologi berupa konsep dan teori ilmu-ilmu sosial, yaitu tentang teori
perubahan sosial. Sedangkan ilmu bantu yang cukup membantu dalam penelitian ini
sejarah yang lebih dalam. Ilmu bantu ini dianggap sesuai untuk mengkaji tentang
kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Adapun beberapa buku yang dikemukakan dalam mendukung penelitian ini
yang dapat dijadikan sebagai referensi adalah “Pengantar Ekonomi Pertanian”
Karya Mubyarto.Buku ini berisi tentang kelahiran ilmu pertanian, sifat ilmu
pertanian.Dalam buku ini juga dibahas tentang ekonomi pertanian Indonesia dan
persoalan-persoalan ekonomi pertanian di Indonesia serta berbagai macam solusi
yang ada.Penulis menganggap buku ini layak digunakan dalam penyusunan tulisan
ini.
Selanjutnya penulis menggunakan buku yang berjudul “Komoditi Kopi”
dengan pengarangnya adalah Dr. James J. Spillane. Buku ini membahas tentang
Peranan Kopi dalam Perekonomian Indonesia. Dalam buku ini beliau menguraikan
apa itu kopi dan mengapa kopi dianggap penting di perekonomian Indonesia. Ada
juga penjelasan tentang kopi dan kopi sebagai suatu industry yang menarik dengan
sifat-sifatnya yang khusus.
Buku lain yang digunakan adalah “Kopi Internasional dan Indonesia” Karya
P.S. SISWOPUTRANTO. Buku ini berisi tentang perkembangan dan permasalahan
komoditi kopi Internasional dan Indonesia agar masyarakat petani – pekebun dan
perkebunan – perkebunan kopi bias mengikuti perkembangan mutakhir perkopian
dunia, memahami masalah - masalahnya serta melihat peluang – peluang pasar yang
Indonesia yang mendesak dan perlu digarap secara terus – menerus, konsisten dan
mantap mengacu untuk menumbuhkan citra baik Indonesia dalam perkopian dunia.
Buku yang penulis anggap juga perlu didalam pengembangan tulisan ini
adalah “Perkembangan Teh, Kopi, Cokelat Internasional” yang ditulis oleh P.S.
SISWOPUTRANTO. Buku ini membahas mengenai perkembangan mutakhir tentang
produksi, ekspor-impornya, harga dan pengaturan perdagangannya serta hal yang erat
hubungannya dengan kepentingan Indonesia. Buku ini banyak memberikan informasi
mengenai kopi serta pengaruh sosial ekonominya bagi masyarakat.
1. 5. Metode Penelitian
Dalam penulisan sejarah yang ilmiah, pemakaian metode sejarah yang ilmiah
sangatlah penting. Metode sejarah dapat diartikan sebagai proses menguji dan
menganalisa secara kritis atas rekaman dan peninggalan masa lampau. Sejumlah
sistematika penulisan yang terangkum dalam metode sejarah sangat membantu setiap
peneliti di dalam merekonsrtuksi kejadian pada masa yang telah berlalu.
Untuk mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan sebagai bahan
penulisan yang relevan dengan pokok permasalahan haruslah dikaji secara mendalam.
Dalam penulisan penelitian ini kita harus melewati beberapa proses agar diperoleh
suatu penilaian atau pemaparan yang lebih objektif.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan metode sejarah
adalah langkah Heuristik, yaitu tahap mengumpulkan data-data dari sumber-sumber
kepustakaan (library research), yaitu berusaha mengumpulkan data melalui
buku-buku, arsip, dokumen, majalah, artikel, dan media elektronik yang dianggap
mempunyai kaitan dan dapat membantu penulis untuk memahami permasalahan dan
dalam hal ini sumber diperoleh dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan
dari kantor Kepala Desa Sidiangkat. Kemudian ada juga pengumpulan data melalui
kegiatan studi lapangan ( field research ), yaitu mengadakan wawancara terhadap
tokoh-tokoh yang dianggap mampu memberikan masukan-masukan yang berarti
sebagai sumber penelitian dan penulis melakukan wawancara terhadap masyarakat
Desa Sidiangkat khususnya petani kopi, Kepala Desa Sidiangkat.
Langkah selanjunya adalah kritik sumber, yaitu berusaha mendekatkan
penulis untuk mendapatkan petunjuk atas nilai kebenaran dan keaslian data yang
diperoleh. Adapun nilai-nilai tersebut menjadi suatu tolak ukur dalam melakukan
suatu kritik baik itu secara internal maupun eksternal.Kritik internal, yaitu menelaah
tentang kebenaran isi atau fakta dari sumber-sumber objek penelitiian (validitas).
Kritik eksternal dilakukan dengan cara pengujian untuk menentukan keaslian data
(orisinalitas).
Langkah selanjutnya adalah tahap Interpretasi dimana ini merupakan tahap
bagi penulis mencoba menafsirkan data-data yang telah diperoleh kemudian
menghasilkan suatu kesimpulan dari objek masalah yang diteliti baik dengan cara
analisis maupun sintesis. Hal ini dilakukan untuk menghindari subjektivitas.Sebagian
benar tetapi sebagian lagi salah. Hal ini akan menjadi benar karena tanpa penafsiran
Langkah terakhir adalah tahap Historiografi yang merupakan tahap akhir dari
penulisan, atau dapat juga dikatakan dengan penulisan akhir dari suatu rangkaian
penelitian yang diperoleh dari fakta-fakta,yang dilakukan secara sistematis,
kronologis dan tentunya rasional. Dalam penulisan akhir ini aspek kronologis
menjadi sangat penting untuk menghasilkan karya sejarah yang ilmiah dan objektif
BAB II
GAMBARAN UMUM
2. 1. Kopi
Kopi dalam bahasa Arab disebut sebagai “Qahwahin” yang berasal dari
bahasa Turki “Kahveh” yang kemudian menyebar ke daratan lainnya menjadi kata
kopi yang sekarang kita kenal. Dalam bahasa Jerman disebut sebagai “Kaffee”,
Inggris “Coffee”, Perancis “Café”, Belanda “Koffie” dan Indonesia “Kopi”. Dalam
ilmu Biologi, tanaman Kopi (Coffea Sp) termasuk kedalam jenis coffea, anggota dari
family Rubiceae yang terdiri dari 3 spesies utama yakni coffea arabica, coffea
canephora, dan coffea liberica6
Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling
sering dibudidayakan hanya kopi Arabika, Robusta dan Liberika.Pada umumnya,
penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi Robusta. Kopi robusta bukan
nama spesies karena kopi ini merupakan turunan dari beberapa spesies kopi, terutama
kopi canephora
.
7
.
6
Spillane,James.J. Dr, Komoditi Kopi (Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia) hal. 11- 13
7
Beberapa sifat penting kopi Arabika:
Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700 – 1700 m dibawah
permukaan laut dengan suhu sekitar 16 – 20 derajat celcius.
Menghendaki daerah beriklim kering atau bulan kering 3 bulan / tahun secara
berturut – turut, tetapi sesekali mendapat hujan kiriman.
Umumnya peka terhadap serangan penyakit Hemileia Vastatrix ( HV ),
terutama bila ditanam di dataran rendah atau kurang dari 500 m dibawah
permukaan laut.
Rata – rata produksi sedang ( 4,5 – 5 ku kopi beras/ha/tahun ) tetapi
mempunyai kualitas, citarasa, dan harga relatif tinggi dibandingkan kopi
lainnya. Bila dikelola secara intensif, produksinya bisa mencapai 15 – 20
ku/ha/tahun dengan rendemen sekitar 18%.
Umumnya berbuah sekali setahun.
Beberapa sifat penting kopi Robusta :
Resisten terhadap penyakit Hemileia Vastatrix HV.
Tumbuh baik pada ketinggian 400 – 700 m dpl tetapi masih toleran pada
ketinggian kurang dari 400 m dpl dengan suhu sekitar 21 – 24 derajat celcius.
Menghendaki daerah yang mempunyai bulan kering 3 – 4 bulan berturut –
Produksi lebih tinggi dibandingkan kopi arabika dan liberika (rata – rata 9 –
13 ku kopi beras/ha/tahun ) bila dikelola secara intensif, bisa memproduksi
hingga 20 ku/ha/tahun.
Kualitas buah lebih rendah dibandingkan kopi Arabika tetapi lebih tinggi dari
kopi liberika.
Rendemen sekitar 22%.
2. 2. Lokasi Penelitian
Kecamatan Sidikalang merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Dairi. Kecamatan Sidikalang memiliki luas 70,69 km² dan jumlah
penduduk sebesar 44.004 jiwa dengan kepadatan penduduk 622 jiwa/km².
Kecamatan Sidikalang terdiri dari 6 desa dan 4 kelurahan.Kelurahan
Sidiangkat merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Sidikalang.
Kelurahan Sidiangkat memiliki luas wilayah 16 km², dengan jumlah penduduk
sebesar 4.088 jiwa yang terdiri dari 803 kk yang berada di 5 dusun dan dengan
kepadatan penduduk 255 jiwa/km². Jarak Kelurahan Sidiangkat dari/ke ibukota
kecamatan adalah 5 km8
8
Data Statistik Kelurahan Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Tahun 2000
. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Sidiangkat adalah:
Sebelah Utara : Kecamatan Sitinjo
Sebelah Barat : Desa Karing
Sebelah Timur : Kelurahan Batang Beruh
Sedangkan untuk keadaan penduduk di Kelurahan Sidiangkat terdiri dari
berbagai suku yakni suku Pak – Pak, Batak Toba, Karo, Simalungun, Nias,
Mandailing, Jawa dan Minang dengan mayoritas mata pencahariannya adalah petani
dan buruh tani.
2. 3. Gambaran Umum Petani Kopi Kelurahan Sidiangkat sebelum Tahun 1985
Kopi merupakan salah satu komoditi yang mampu menciptakan penyerapan
tenaga kerja dan melibatkan banyak sektor.Kopi adalah salah satu andalan sektor
pertanian Kabupaten Dairi. Pada tahun 1975 sampai 1977 harga kopi yang awalnya
sekitar Rp. 900 per kilogram tiba – tiba melambung tinggi mencapai Rp. 2.500 per
kilogram. Petani sontak menjadi kaya dan roda perekonomian berputar dengan cepat
nya.Hanya saja masyarakat menjadi cenderung konsumtif. Pada saat itu ada beberapa
faktor yang mendukung antara lain bahwa pada saat itu petani kopi menanam kopi
Robusta yang merupakan kopi yang paling diminati diseluruh dunia karena kualitas
dan citarasanya yang lebih tinggi dari jenis kopi yang lain9
9
Spillane,James.J. Dr, Komoditi Kopi, op. cit., hal. 19 - 21
. Demikian juga di
Kelurahan Sidiangkat yang pada waktu itu merupakan penghasil kopi robusta dengan
luas lahan 132 Ha dengan produksi sebesar 100,85 ton dengan produktivitas 0,75
keemasan Kopi Robusta dan kejayaan petani kopi mengalami penurunan. Hal inilah
nantinya yang mendasari sebagian petani mengalami kekecewaan dalam menanam
Robusta dan menggantinya dengan tanaman kopi Arabika yang dianggap lebih
menguntungkan karena harganya lebih tinggi dan umur berbuahnya lebih cepat.
Faktor yang lain adalah terjadinya krisis kopi didunia yang diakibatkan oleh
kegagalan panen kopi para petani kopi di daerah penghasil kopi terbesar didunia yaitu
Brasil10
Adapun karakteristik sosial – ekonomi sasaran yakni umur, tingkat
pendidikan, pengalaman berusaha tani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga.
Karakteristik sosial – ekonomi petani juga mempengaruhi petani dalam menerima . Hal inilah yang menjadikan kopi Robusta menjadi tanaman primadona di
Kabupaten Dairi pada waktu itu.
Masa keemasan petani kopi Sidikalang tersebut ternyata tidak berlangsung
lama.Tiba-tiba saja harga kopi yang awalnya mencapai Rp. 2.500 per kilogramnya
turun drastis menjadi Rp. 800 per kilogramnya.Akibat dari penurunan harga yang
sangat drastis ini, petani Sidikalang banyak yang kecewa dan minatnya untuk
merawat serta bercocok tanam kopi semakin sirna.
Karakteristik sosial – ekonomi petani akan mempengaruhi produksi,
produktivitas dan pendapatan usaha tani petani. Setiap petani memiliki karakteristik
sosial ekonomi yang berbeda – beda dengan petani lain. Perbedaan inilah yang dapat
menimbulkan adanya perbedaan tingkat pendapatan dari setiap masing – masing
petani dalam mengelola usaha taninya.
10
informasi dan sumber informasi, dan tentunya sumber informasi tersebut diharapkan
akan membawa perubahan pada petani dalam hal pendapatan petani dari usaha
taninya. Perbedaan ini bisa diakibatkan oleh minimnya informasi yang diperoleh
petani dan ada juga yang masih dipengaruhi oleh pemikiran – pemikiran tingkat lokal
yang menyebabkan kondisi itu bisa terjadi. Sebagaimana menurut pengamatan
penulis bahwa yang terjadi pada masa itu adalah bahwa banyak dari kalangan petani
yang memulai usaha taninya hanya secara spontanitas yang melihat situasi dari
lingkungan sekitarnya dalam memulai usaha taninya. Kenaikan harga jual kopi
ditingkat petani di desa Sidiangkat yang cukup signifikan menciptakan peluang yang
secara spontan dianggap petani sebagai jalan menuju kesuksesan tanpa memiliki
acuan dasar atau pengalaman dalam membuka usaha itu.Sedangkan para petani yang
sudah membuka lahan itu terlebih dahulu hanya tinggal meneruskan sehingga
hasilnya cukup maksimal mereka raih.Kondisi ini tercipta dengan sendirinya
dikarenakan faktor ekonomis dari usaha tani yang mereka kelola sebelumnya.
Karakteristik dari masing – masing petani inilah yang menyebabkan
terjadinya perbedaan dalam memperoleh hasil yang maksimal. Sehingga ketika
terjadi anjloknya harga kopi dunia11
11
Ibid., hal. 173.
pada tahun 1977, banyak petani yang mulai
meninggalkan pertanian kopinya dan beralih lagi kepada bentuk usaha tani yang lain.
Meskipun demikian tidak sedikit para petani yang masih bertahan dan
melanjutkannya sampai sekarang dengan menjalani proses panjang dalam melakukan
BAB III
PERKEMBANGAN PERTANIAN KOPI DESA SIDIANGKAT
3. 1. Latar Belakang Pertanian Kopi Desa Sidiangkat
Kopi merupakan salah satu komoditas perdagangan strategis dan memegang
peranan penting bagi perekonomian nasional hingga akhir tahun 1990 - an, khususnya
sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber pendapatan dan devisa negara.
Sebagai penyedia lapangan kerja, perkebunan kopi mampu menyediakan lapangan
kerja lebih dari dua juta kepala keluarga petani dan memberikan pendapatan yang
layak bagi mereka. Di samping itu juga tercipta lapangan kerja bagi pedagang
pengumpul hingga eksportir, buruh perkebunan besar dan buruh industri
pengolahan kopi.
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam
perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam
sumbangannya terhadap Penghasilan Asli Daerah ( PAD ), penyedia lapangan kerja
dan penyediaan pangan dalam negeri. Kesadaran terhadap peran tersebut
menyebabkan sebagian besar masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian
mereka meskipun negara telah menjadi negara industri.Sehubungan dengan itu,
pengendalian lahan pertanian merupakan salah satu kebijakan nasional yang strategis
dalam kaitannya untuk mencegah kerugian sosial ekonomi dalam jangka panjang
mengingat sifat multi fungsi lahan pertanian.
Desa Sidiangkat yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten Dairi,
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai
desa sidiangkat mengusahakan lahan pertaniannya untuk mencukupi
kebutuhan-kebutuhan ekonomi mereka masing-masing. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut
mereka mengolah lahan pertanian dengan tanaman – tanaman muda seperti sayur –
sayuran, jagung, cabai dan tanaman muda lainnya.
Hasil pertanian yang kurang memuaskan menjadi satu alasan bagi sebagian
besar petani di desa Sidiangkat untuk mengganti tanaman yang biasa mereka tanam
seperti tanaman muda menjadi tanaman yang berumur lama seperti tanaman kopi.
Pada tahun 1975 sampai 1977 harga kopi yang awalnya sekitar Rp. 900 per
kilogramnya tiba-tiba melambung tinggi mencapai Rp. 2.500 per kilogramnya. Petani
sontak menjadi kaya, perekonomian berputar sedemikian cepatnya.Masyarakat
cenderung jadi konsumtif.Naiknya harga kopi hingga mencapai Rp. 2.500 per
kilogram adalah diakibatkan gagalnya panen kopi di Negara penghasil kopi terbesar
di dunia yaitu Brazilia. Ketidakpuasan masyarakat desa Sidiangkat akan hasil dari
tanaman tersebut di samping harganya yang tidak menentu, perlahan satu persatu
petani di desa Sidiangkat mengalih fungsikan lahannya dengan mengganti tanaman
sebelumnya menjadi tanaman tua seperti kopi. Hal ini disebabkan karena hasil
maupun harga yang cukup memuaskan dari panen kopi mampu mencukupi
Masa peralihan tanaman yang di lakukan petani di desa Sidiangkat dimulai
dengan penanaman kopi Robusta karena mereka melihat bahwa kopi Robusta lebih
mudah ditanam, tidak terlalu peka terhadap kondisi alam maupun serangan penyakit
pada saat pertumbuhannya.Memang ada kalanya kopi Robusta juga mendapat
serangan berat penyakit hemileia vastatrix (hv)12
Masa keemasan petani kopi Sidikalang tersebut ternyata tidak berlangsung
lama.Tiba-tiba saja harga kopi yang awalnya mencapai Rp. 2.500 per kilogramnya
turun drastis menjadi Rp. 800 per kilogramnya.Akibat dari penurunan harga yang
sangat drastis ini, petani kopi Sidiangkat banyak yang kecewa dan minatnya untuk
merawat serta bercocok tanam kopi semakin sirna.Akibatnya perkembangan luas
lahan kopi Robusta di daerah Sidiangkat mengalami penurunan, ini disebabkan
banyak lahan tidak diusahakan kembali karena petani tidak mampu menyediakan
sarana produksi yang biayanya semakin tinggi, sedangkan harga jual kopi Robusta
yang masih rendah.Perkembangan luas lahan kopi robusta didaerah Sidiangkat
mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beralihnya
petani menanam kopi Arabika karena pada kisaran tahun 1990 harga kopi Arabika tetapi dapat pulih kembali dan
hasilnya lebih baik.
Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup menggembirakan
karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia, di samping itu
tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan petani di
desa Sidiangkat Kabupaten Dairi.
12
lebih tinggi, umur tanaman yang singkat dan kebanyakan tanaman kopi Robusta
sudah lebih tua dan tidak ada yang menanamnya lagi dan hanya melakukan
perawatan terhadap tanaman yang sudah ada. Banyak kopi Robusta yang ditebang
karena sudah tidak produktif lagi. Oleh karena itu petani secara perlahan mengganti
tanaman kopi Robusta menjadi tanaman kopi Arabika, alasannya selain usia kopi
Robusta sudah tidak produktif untuk menghasilkan biji tanaman kopi jenis Arabika
saat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi di banding dengan kopi jenis
Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan
kopi Robusta 0,83 U$D/Kg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan harga kopi Robusta di pasaran dunia
antara lain :
a) Kelangkaan pasokan kopi untuk jenis Arabika.
b) Kopi Robusta yang mengalami over produksi dan over suplai.
c) Penggunaan dan penikmat kopi untuk jenis Arabika sudah semakin tinggi.
d) Situasi pasaran dunia untuk jenis Robusta menurun sehingga ICO melakukan
pemotongan kuota sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.
3. 2. Proses Rehabilitasi Pertanian Kopi Desa Sidiangkat
Pada dasarnya, petani telah memiliki pengetahuan lokal mengenai ekologi
pertanian yang berbentuk secara turun temurun dari nenek moyang mereka dan
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pengetahuan lokal ini berupa
Usaha untuk merebut peluang pasar kopi antara lain dengan pengembangan
tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi
tanaman kopi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Dairi dari kopi
Robusta menjadi kopi Arabika. Pihak Dinas Pertanian turut membantu petani kopi di
desa Sidiangkat dengan memberikan pengetahuan maupun pembelajaran terhadap
petani kopi Dairi termasuk di desa Sidiangkat. Petani juga mengembangkan
pengetahuan baru dari pengetahuan dasar yang sudah mereka miliki ditambah dengan
masukan eksternal. Apabila ada inovasi baru yang diperkenalkan kepada petani maka
mereka akan melakukan serangkaian penelitian sederhana untuk menguji efektifitas
dan manfaat dari inovasi baru tersebut. Jika hasilnya seperti yang mereka harapkan
maka mereka akan mengadopsi pengetahuan tersebut.
Setelah mengikuti program yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Dairi dan untuk melihat tingkat keberhasilannya maka para petani melakukan
beberapa hal untuk memperoleh hasil kopi yang cukup memuaskan. Melakukan
proses rehabilitasi pertanian kopi menjadi salah satu alasan penting sesuai dengan
anjuran Dinas Pertanian Sidikalang, Hal-hal yang cukup dilakukan dalam proses
rehabilitasi tanaman kopi pada perkebunan kopi di desa Sidiangkat adalah sebagai
berikut :
1. Tahap Peremajaan Tanaman
Peremajaan tanaman adalah usaha menggantikan tanaman yang secara
perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktivitas yang
tinggi.
2. Perluasan Lahan Pertanian
Kegiatan perluasan lahan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang
lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kopi untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal lagi.
3. Rehabilitasi Perkebunan
Rehabilitasi kebun adalah kegiatan untuk memulihkan kondisi kebun ke
keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya meningkat. Rehabilitasi tanaman
ditujukan pada populasi tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur
teknis, serangan hama dan penyakit serta kekeringan yang akan mengakibatkan
produktivitas tanaman per hektar rendah atau bahkan tidak menguntungkan untuk
diusahakan.
Pada dasarnya untuk usaha tani dan budidaya kopi Arabika melalui kegiatan
perluasan, peremajaan dan rehabilitasi adalah sama seperti pada kegiatan penanaman
baru, yaitu dengan memperhatikan faktor – faktor sebagai berikut:
a. Syarat Tumbuh
a. Letaknya terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter.
b. Lahan bebas hama dan penyakit
c. Mudah pengawasan
Kondisi Tanah :
a. PH tanah : 5,5 – 6,5
b. Top Soil : Minimal 2 %.
c. Struktur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.
Iklim :
a. Tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl
b. Suhu : 15º C - 25º C.
c. Curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn dengan bulan kering 3 bulan
b. Bahan Tanaman
Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria
sebagai berikut :
- Sumber benih : Harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah
ditunjuk.
- Umur bibit: 8 -12 bulan
- Tinggi: 20 -40 cm
- Jumlah minimal daun tua: antara 5 – 7 helai
- Diameter batang: 5 – 6 cm
c. Kebutuhan bibit / ha
Dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian kopi, maka sejak awal
penanaman harus diperhatikan beberapa faktor berikut ini :
- Jarak tanam: 1,25 m x 1,25 m
- Populasi: 6.400 tanaman
- Untuk sulaman: 25 %
d. Penanaman
1. Jarak Tanam
Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
Segi empat: 2,5 x 2,5 m
Pagar: 1,5 x 1,5 m
Pagar ganda: 1,5 x 1,5 x 3 cm
2. Lobang Tanam
Kedua, Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm
atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
Ketiga, Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
Keempat, Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
Kelima, 2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur
dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan
kembali ke dalam lubang.
Keenam, Tanah urugan jangan dipadatkan.
e. Pemeliharaan
1. Penyiangan
a. Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi,
b. Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan
tanah.
c. Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun
2. Pohon Pelindung
a) Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi
jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis.
b) Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau
memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.
c) Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.
Pengaturan pohon pelindung:
a. Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi.
b. Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
c. Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.
f. Pengendalian Terhadap Hama Dan Penyakit
1. Hama Bubuk Buah
Penyebabnya adalah sejenis kumbang kecil yang menyerang buah muda dan
tua.Pengendalian dengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang
terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman sedangkan
secara kimiawi dengan menggunakan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron,
Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.
Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi. Daun
menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering. Pengendalian sama
seperti pada hama bubuk buah.
3. Penyakit Karat Daun
Penyebab adalah sejenis Cendawan. Tanda serangan ada bercak-bercak merah
kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak
kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi
hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati. Pengendalian
secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan seperti S 333, S
288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2
gr/liter air.
g. Panen
Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun. Memetik buah/biji kopi
yang benar-benar masak dengan warna merah tua agar menghasilkan kopi yang
berkualitas. Pada waktu panen ( proses pemetikan ) agar berhati – hati supaya tidak
ada bagian pohon/cabang/ranting yang rusak untuk menjaga pertumbuhan dan
kelangsungan hidup tanaman kopi dalam jangka waktu yang panjang.
Proses panen ini cukup membantu dalam pengembangan pertanian kopi
untuk mencapai hasil produksi maupun pertumbuhan dan kelangsungan hidup
tanaman dengan harapan memaksimalkan hasil yang memuaskan bagi petani kopi di
3. 3. Proses Perkembangan Pertanian Kopi Pasca Pengembangan.
Karakteristik sosial ekonomi petani akan mempengaruhi produksi,
produktivitas dan pendapatan usaha tani petani kopi. Setiap petani memiliki
karakteristik sosial-ekonomi yang berbeda beda dengan petani petani lain. Perbedaan
ini dapat pula menimbulkan perbedaan tingkat pendapatan dari setiap usahataninya.
Adapun karakteristik sosial-ekonomi sasaran yakni umur, tingkat pendidikan,
pengalaman berusaha tani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik
sosial – ekonomi petani juga mempengaruhi petani dalam menerima informasi dari
sumber informasi, dan tentunya sumber informasi, dan tentunya sumber informasi
tersebut diharapkan akan membawa perubahan pada petani dalam hal ppendapatan
petani dari usahataninya.
Petani – petani kopi di desa Sidiangkat menggunakan sumber-sumber yang
berbeda untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk
mengelola usaha taninya dengan baik, mereka memerlukan pengetahuan dan
informasi mengenai berbagai topik seperti: hasil penemuan dari penelitian berbagai
disiplin pengelolaan usaha tani dan teknologi produksi, pengalaman petani lain,
situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin terjadi di pasaran input dan
hasil-hasil produksi, dan kebijakan pemerintah.
Pengalaman berusaha tani tidak terlepas dari pengalaman yang pernah dia
usaha taninya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih
baik, dibandingkan dengan petani yang kurang berpengalaman.
Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani
dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman berusaha tani terjadi karena pengaruh
waktu yang telah dialami oleh petani.semakin banyak pengalaman yang diperoleh
petani maka diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam
mengusahakannya kegiatan usaha tani akan semakin baik dan sebaliknya jjka petani
tersebut belum atau kurang berpengalaman akan memperoleh hasil yang kurang
memuaskan.
Proses perkembangan pertanian kopi pasca rehabilaitasi di desa Sidiangkat
tersebut, mulai menunjukkan hasil pertanian yang cukup memuaskan bagi kalangan
petani kopi di desa Sidiangkat, diantaranya pertumbuhan/keberlangsungan hidup
tanaman untuk jangka waktu yang panjang maupun hasil panen yang cukup
menjanjikan. Populasi dalam pertanian kopi di desa Sidiangkat terlihat dengan
penanaman kopi Arabika secara merata dimulai kisaran tahun 90 – an.13
Berkembangnya tanaman kopi di Dairi khususnya di daerah Desa Sidiangkat
pada umumnya karena didukung oleh kondisi tanah yang subur dan iklim yang cocok
serta tersedianya tenaga kerja yang cukup. selain itu, perkembangan usaha tani kopi
Arabika dan Robusta selama 5 tahun terakhir (tahun 1985-1989) di daerah desa
13
Sidiangkat ditentukan berdasarkan indikator antara lain luas lahan (ha), produksi
(ton), dan produktivitas (ton/ha).14
Ekspor kopi dari Indonesia beberapa tahun ini terus menurun karena masalah
pemberdayaan di tingkat lokal yang sangat kurang sehingga hasil produksi juga
mengalami penurunan kuantitas dan kualitas.Dewasa ini Vietnam menjadi pesaing
utama industri kopi di Indonesia karena kedua negara ini lebih banyak memproduksi
kopi Robusta dan usaha Vietnam untuk mengembangkan ekspor di berbagai sektor
telah terbukti dengan dukungan pemerintah.
Penguatan kapasitas petani dalam berorganisasi menjadi tuntutan utama dalam
usaha memajukan perdagangan kopi oleh petani.Hal ini bukan berarti untuk
memotong jalur distribusi saja (terutama di tingkat lokal), tetapi juga untuk
membangun kerjasama dengan pelaku rantai pasar lainnya. Usaha pengembangan
ekonomi lokal dan penyadaran untuk mengusahakan kopi menjadi penting dalam
usaha untuk melestarikan lingkungan alam, sumber daya alam dan manusia di
tingkat lokal. Keuntungan yang didapatbukan hanya untuk pendapatan dari kopi yang
berkualitas, tetapi juga penyelamatan lingkungan secara berkelanjutan.Pemahaman
kopi dan persyaratan dari beberapa penyedia sertifikasi independen bagi petani masih
kurang, informasi tersebut masih banyak dikuasai oleh organisasi perdagangan kopi.
15
Usaha pemasaran kopi di dalam negeri untuk kopi bubuk sendiri masih
banyak terkendala oleh kemasan, distribusi dan kualitas.Walaupun kopi menjadi
14
Lihat Daftar Tabel Perkebunan Kopi Desa Sidiangkat
15
menu sampingan penduduk di Indonesia, tetapi mereka tidak pernah tahu dari
wilayah mana kopi yang diminum dihasilkan.Dari berbagai tantangan yang ada, tentu
saja masih ada optimisme bagi industri kopi ditanah air untuk berkembang.Hal ini
karena potensi perkebunan kopi masih cukup menjanjikan apabila mendapat
dukungan dari pemerintah untuk menjaga luasan perkebunan yang sudah ada.
Peluang untuk industri kopi Indonesia adalah dikarenakan:
1) Potensi pasar domestik yang begitu luas, dari jumlah penduduk Indonesia,
maka ada potensi pemasaran kopi domestik yang tetap menjanjikan.
2) Selain itu pasar baru di wilayah Asia masih terbuka, negara di sub tropis
seperti Hong Kong, Korea, Jepang adalah merupakan pasar yang sangat
menjanjikan walaupun laju pertumbuhan penduduk lebih rendah dibanding
negara Asia lain, tetapi potensi peminum kopi sangat tinggi.
3) Pasar di negara bekas Eropa Timur masih menjanjikan karena mereka lebih
banyak dipasok dari Eropa Barat, seperti Jerman dan Belanda. Usaha
membuka pasar baru bisa dilakukan bersama – sama antara produsen dengan
organisasi perdagangan kopi di Indonesia.
Kegiatan pertanian yang masih sederhana disebabkan petani sulit untuk
memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya. Tingginya harga sarana
produksi juga menjadi penghambat dalam pengembangan usahanya, khususnya
pengembangan usahanya.Peminjaman modal melalui lembaga keuangan yang ada
harus dilalui dengan prosedur yang rumit bagi petani.
Di lain pihak, lembaga keuangan seperti bank memberikan pinjaman yang
berisiko tinggi. Kesulitan ini diharapkan dapat diatasi dengan kebijakan pemerintah,
serta memanfaatkan peluang yang ada, yaitu tumbuhnya CU yang administrasinya
lebih sederhana dari pada bank.Disamping itu terbukanya pasar domestik maupun
luar, serta adanya perdagangan bebas dapat memperluas jaringan pemasaran kopi
Sidikalang khususnya Negara Jepang yang menjadi mitra usaha kopi
Sidikalang.Dengan adanya perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi,
diharapkan dapat memperluas jaringan pemasaran seperti promosi kopi lewat jaringan
internet.
Panjangnya jalur distribusi dan rantai pemasaran kopi di Kabupaten Dairi
menyebabkan rendahnya harga jual kopi yang dimiliki oleh petani, akses petani untuk
menjual langsung kepada pembeli sangat minim sekali.16
Kerjasama yang baik dengan pihak investor dapat memberikan keuntungan
bagi petani, khususnya dari segi teknologi.Untuk itu petani harus tetap menjaga
komunikasi yang baik dengan pihak investor.Peran pemerintah juga sangat Disamping petani yang tidak
mau direpotkan oleh kegiatan memasarkan kopi, harga kopi selalu ditetapkan oleh
pedagang pengumpul.Dukungan dari pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi
hal tersebut yaitu dengan membentuk sarana dan prasarana jual beli kopi pada
ibukota Kabupaten atau pada kecamatan yang sangat potensial untuk usaha kopi.
16
dibutuhkan dalam kemitraan usaha, yaitu sebagai katalisator komunikasi antara petani
dengan pihak swasta.
Dukungan sarana dan prasarana diarahkan untuk mendukung pengembangan
sistem dan usaha agribisnis dalam suatu sistem yang utuh dan menyeluruh, antara lain
untuk mendukung :
a. Peningkatan produktivitas hasil pertanian
Dukungan sarana untuk menunjang subsistem agribisnis hulu untuk
menunjang kelancaran aliran barang masuk ke daerah seperti bibit, mesin, peralatan
pertanian, pupuk, pestisida dan lain-lain.Jenis dukungan sarana dan prasarana dapat
berupa jalan penghubung desa-kota dan gudang penyimpanan sarana
produksi.Dukungan sarana untuk menunjang subsistem usahatani (onfarm) dalam
rangka meningkatkan produksi usaha budidaya pertanian.Jenis dukungan sarana dan
prasarana dapat berupa jalan usahatani dan sarana transportasi.
b. Pengolahan, pengangkutan, dan pemasaran hasil pertanian.
Dukungan sarana dan prasarana untuk mendukung subsistem agribisnis hilir
berupa industri pengolahan hasil pertanian sebelum dipasarkan sehingga menciptakan
nilai tambah. Jenis dukungan prasarana dan sarana dapat berupa: gudang
penyimpanan hasil pertanian, sarana pengolahan seperti tempat pengemasan,
pencucian dan sortir, sarana pemasaran seperti pasar tradisional dan sub terminal
kelembagaan perekonomian seperti CU/Koperasi, balai pelatihan serta sarana listrik,
telepon dan air bersih.17
Kabupaten Dairi merupakan salah satu dataran tinggi di propinsi Sumatera
Utara dengan ibukotanya Sidikalang, memiliki lahan pertanian dan hutan yang sangat
luas, daerah ini di huni oleh beberapa suku yang hidup secara berdampingan antara
BAB IV
KEHIDUPAN PETANI KOPI DESA SIDIANGKAT
4. 1. Kehidupan Petani Kopi Desa Sidiangkat
17
lain suku Pak Pak yang diyakini suku asli daerah ini, juga suku Toba, Karo, Jawa dan
lain lain.
Pada umumnya pekerjaan masyarakat sehari hari adalah kebanyakan bertani,
berbagai macam tanaman yang mereka usahakan seperti kopi, sayuran, padi sawah
dan darat, jagung, cacao, Jeruk, nilam dan lain sebagainya, diantara semua tanaman
ini yang paling terkenal adalah tanaman kopi, yang biasa disebut kopi Sidikalang.
Kopi Dairi juga dikenal dengan nama kopi Sidikalang, penamaan ini lebih
karena inisiatif pedagang di Medan untuk mengidentifikasi asal kopi. Sementara
masyarakat setempat termasuk masyarakat desa Sidiangkat menyebut kopi Arabika
sebagai “sigarar utang” dikarenakan sebelum masa panen, kebun kopi Arabika bisa
dipakai sebagai jaminan untuk berhutang kepada pengepul/tengkulak kopi tersebut.
Kelompok tani di Kabupaten Dairi, kebanyakan masih dalam tahap produksi,
usaha kelompok tani masih terbatas pada pemberian modal dan pelatihan produksi
kopi, simpan pinjam dan lainnya.18
18
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu B. Manurung.Tanggal 03 Desember 2012( desa Sidiangkat Kabupaten Dairi).
Sehingga untuk pemasaran hasil kebun kopi masih
dilakukan secara sendiri – sendiri. Kesulitan utama petani karena proses rantai
distribusi yang panjang sehingga menyulitkan petani untuk membangun pasar mereka
sendiri. Dari proses ini maka kesempatan pengepul untuk menguasai jalur distribusi
kopi semakin besar karena tidak adanya kekuatan petani dalam mengorganisir diri
mereka menjadi kekuatan ekonomi. Sejak tahun 1994 telah dibentuk Perhimpunan
tanaman lain untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pendapatan yang lebih dari
bertani organik. Informasi yang dimiliki petani di Dairi sangat terbatas, hal ini
berbeda dengan petani di Lampung. Petani hanya mengetahui proses perdagangan
bahwa kopi mereka dibawa ke Medan, setelah itu mereka tidak tahu lagi ke mana
kopi dijual oleh para pengusaha di Medan.
Berdasarkan pengamatan dan informasi dari beberapa informan, bagi petani
kopi bertani adalah matapencaharian atau pekerjaan, terutama untuk menafkahi
keluarga mereka.Sehingga mereka tidak hanya menanam kopi saja, tetapi juga
menanam jenis tanaman lain, seperti sayur-sayuran yang panennya lebih
cepat.Mereka tidak menggantungkan hidupnya pada hasil kopi saja.
Alasan ini juga yang melatar belakangi petani menanam kopi yang
penanamannya lebih praktis dan biasanya petani bisa memanen 1 kali dalam
seminggu atau satu kali dalam dua minggu, sehingga untuk setiap minggunya atau
dua minggunya petani dapat memperoleh pendapatan tetap, walaupun dalam setiap
rumah tangga berbeda jumlah kopi yang dihasilkan sesuai dengan luas lahan kopinya.
Tetapi hasil kopi ini sudah mampu memenuhi kebutuhan dapur atau pangan juga
kebutuhan lainnya.bahkan tidak sedikit petani yang menggantungkan hidupnya pada
kopi saja.
Masyarakat desa Sidiangkat , seperti halnya petani lain di daerah Sidikalang,
terdiri atas berbagai macam golongan sosial. Salah satunya adalah golongan petani
saling mengenal antara satu dengan yang lain.19
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat desa Sidiangkat yang heterogen,
pada gilirannya harus menyediakan berbagi macam dana, seperti : dana sosial, dana
politik/pemerintahan, dan dana upacara. Yang dimaksud dengan dana sosial adalah
dana yang penggunaannya digunakan untuk perbaikan tempat-tempat umum, seperti
jalan, tempat peribadatan, air bersih, dan lain-lain. Adapun dana politik /
pemerintahan erat kaitannya dengan kewajiban sebagai warga negara yang baik,
misalnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan dan iuran-iuran sosial. Sedangkan
yang dimaksud dengan dana upacara adalah dana yang dicanangkan untuk keperluan
upacara lingkaran hidup individu (life cycle) seperti upacara kelahiran, upacara
pemberian nama, perkawinan dan upacara kematian. Selain itu mereka juga harus
menyediakan dana untuk kebutuhan sehari hari, kebutuhan pendidikan anak-anak dan
dana penggantian yang meliputi : produksi, perbaikan rumah, peralatan, dan pakaian.
Dengan demikian seperti halnya masyarakat lain, pendapatan yang diperoleh akan Hubungan renggang dan ketegangan
atau konflik tidak ada ditemui pada saat penelitian berlangsung. Keadaan ini
berkaitan dengan garis keturunan yang sama atau hubungan kerabat dekat, baik
dilihat dari hubungan darah maupun perkawinan. Selain itu jarak anatara rumah yang
satu dengan jarak rumah yang lain hanya beberapa meter saja. Sehubungan dengan itu
tidak mengherankan kalau interaksi antar warganya relatif lebih intim dan
harmonis.Hubungan informasi yang akrab itu dapat terlihat dari sikap mereka dalam
berinteraksi dengan keluarga, tetangga maupun teman.
19
disalurkan untuk mencukupi kebutuhan dalam rangka hidup masyarakat dan
kehidupan keluarganya.
4. 1. 1. Pendapatan Petani
Pada hakikatnya setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk tetap hidup
dan mengembangkan harkat kehidupan sosialnya.Hal itu di sebabkan karena didorong
oleh hasrat untuk hidup lebih baik sesuai dengan harkat manusia sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial.Upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
cenderung untuk mencari dari berbagai sumber yang ada, terutama berkaitan dengan
potensi disekeliling mereka hidup dan bertempat tinggal.Pendapatan yang diperoleh
dari penanaman bagi sebagian petani kopi kurang mampu memenuhi banyaknya jenis
kebutuhan hidup dan keperluan lainnya dalam keluarga.20
Ada juga keluarga petani yang hanya memiliki sumber utama hidup keluarga
dari hasil kopi saja.Namun ini sangat jarang dan hanya beberapa orang saja dan
biasanya para orangtua yang sudah tidak memiliki tanggungan lagi.Bagi sebagian
petani pendapatan dari hasil kopi ini lebih dari cukup bahkan ada beberapa petani
yang memiliki pendapatan lebih, walaupun sebagaian petani belum tercukupi
kebutuhannya karena beberapa hal dan biasanya karena lahan kopi yang tidak terlalu
luas.Besar kecilnya hasil panen kopi tergantung kepada luas sempit nya lahan kopi Agar kebutuhan lainnya
dapat terpenuhi petani kopi harus menanam tanaman lain seperti : cabai, padi, tomat,
kentang, dan jenis sayuran muda lainnya.
20
yang dimiliki setiap petani.Petani yang memiliki lahan kopi yang luas hasilnya juga
lebih besar demiklian juga sebaliknya. Pada setiap akhir panen para petani akan
menghitung berapa hasil bruto produksi kopi yaitu dengan menghitung berapa liter/
berapa kaleng kopi yang diperoleh. Kemudian semua ini dinilai dalam uang.Hasil
tersebut harus dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan yaitu biaya upah
pekerja kemudian hutang yang harus dibayar kepada agen apabila ada. Setelah semua
biaya tersebut dikurangkan, barulah petani memperoleh apa yang disebut hasil bersih.
Apabila ternyata hasil bersih usaha tani lebih besar maka hal ini mencerminkan suatu
hasil yang baik dari nilai hasil dan biaya.
4. 1. 2. Pengeluaran Petani
4. 1. 2. 1. Biaya Hidup
Pada hakikatnya manusia sebagai mahluk biologi akan merasakan lapar dan
haus sehingga setiap manusia dituntut untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan agar
kehidupannya terus berlanjut, tetapi bukan hanya kebutuhan pangan saja melainkan
kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi. Kebutuhan adalah merupakan tuntutan yang
bersifat jasmani dan rohani, dimana ini akan dipenuhi dengan adanya
kegiatan/aktifitas. Pemenuhan kebutuhan ini akan terpenuhi dengan adanya kerja
yang dilakukan secara mandiri atau tidak, karena keterkaitan antara ekonomi dengan
rumah tangga masyarakat. Untuk pemenuhan kegiatan ekonomi tersebut adalah dari
penghasilan mereka.
Pada masyarakat di desa sidiangkat yang mempunyai mata pencaharian utama
bertani mengharapkan segala biaya kebutuhan hidup mereka adalah dari hasil
pertanian.Untuk keperluan rumah tangga, kebutuhan utama yang harus dipenuhi
adalah berupa makanan.Karena makanan adalah kebutuhan primer bagi manusia yang
biasanya terdiri dari beras, ikan, dan sayuran. Untuk pengeluaran akan makanan
sehari hari biaya yang paling besar dikeluarkan oleh petani adalah pengeluaran untuk
pembelian beras. Kemudian ditambah biaya untuk membeli ikan, minyak goring,
minyak tanah,juga termasuk biaya yang tinggi bagi mereka. Untuk keperluan lain
seperti sayuran dan beberapa bumbu masak mereka hamper tidak mengeluarkan
biaya, karena mereka bisa mendapatkan diladang mereka sendiri. Hanya saja apabila
mereka ingin makan sayur yang tidak ada diladangnya kadang kala mereka juga
membelinya di pasar, demikian juga halnya dengan bumbu masak. Apabila mereka
tidak menanamnya mereka bisa memintanya kepada tetangga atau petani yang lain
yang menanam tanpa harus membelinya. Kebiasaan seperti ini sejak dahulu telah
dilakukan petani dengan petani lainnya.hal tersebut dapat membantu mereka dalam
memenuhi kebutuhan sayuran tanpa harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak
lagi.
Selain keperluan akan makanan, mereka juga memerlukan pakaian yang baru
sebagai pangganti pakaian yang telah lama, membeli perabot rumah, biaya untuk
panen atau pada saat menjelang hari natal dan tahun baru, karena mereka
menganggap bahwa kebutuhan akan pakaian, perabot-perabot dan perbaikan rumah
adalah merupakan kebutuhan sekunder yang sewaktu waktu bisa dipenuhi. Biasanya
mereka lebih mengutamakan biaya-biaya untuk keperluan kebutuhan yang lebih
penting dan mendesak.
4. 1. 2. 2. Biaya Produksi
Selain untuk biaya rumah tangga, biaya yang juga harus dipenuhi petani
adalah untuk kebutuhan produksi pertanian.Dalam hal ini adalah pembiayaan untuk
pembibitan, pemupukan, dan penyemprotan. Hal ini adalah maslah bagi petani,
karena petani tidak akan dapat menungkatkan hasil produksinya karena kurangnya
biaya. Untuk membiayai produksi pertanian mereka juga mengharapkan dari hasil
produksi pertanian mereka.Pengeluaran untuk biaya produksi dirasakan sangat berat,
misalnya dalam hal pemupukan tanaman.Untuk satu tanaman bisa memerlukan 3 dan
4 jenis pupuk misalnya pupuk TSP, pupuk UREA, dan lain sebagainya.Sementara
pada saat itu harga pupuk sangat tinggi bahkan banyak petani yang tidak mampu
membelinya sehingga tidak jarang para petani harus mengurangi pupuk tanaman.
Demiklian juga halnya pestisida, untuk satu tanaman juga diperlukan
beberapa jenis pestisida misalnya : Dithan 45, Dursban, Curacon, Decis, dan
sebagainya. Harga pestisida juga sama halnya dengan harga pupuk, alasan ini juga
yang membuat beberapa petani yang lain lebih memilih untuk menanam jenis