• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bising Terhadap Gangguan Pendengaran Pada Karyawan Kilang Padi di Desa Sidoarjo II Ramunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Bising Terhadap Gangguan Pendengaran Pada Karyawan Kilang Padi di Desa Sidoarjo II Ramunia"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Bising Terhadap Gangguan Pendengaran

Pada Karyawan Kilang Padi di Desa Sidoarjo II Ramunia

Oleh:

AMI UTAMIATI

080100147

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Pengaruh Bising Terhadap Gangguan Pendengaran

Pada Karyawan Kilang Padi di Desa Sidoarjo II Ramunia

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

AMI UTAMIATI

080100147

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Bising Terhadap Gangguan Pendengaran Pada Karyawan Kilang Padi di Desa Sidoarjo II Ramunia

Nama : Ami Utamiati

NIM : 080100147

Pembimbing Penguji I

( Prof. dr. Abdul Rachman Saragih, Sp.THT-KL(K) ) (dr. Juliandi Harahap, M.A.)

NIP: 19471130 198003 1002 NIP : 19700702 199802 1001

Penguji II

(Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp.FK)

NIP :19530417 198003 2001

Medan, Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH )

(4)

ABSTRAK

Kemajuan teknologi telah membuat banyaknya penggunaan alat-alat dan mesin-mesin pada pabrik dengan intensitas suara yang dihasilkan dapat menyebabkan kebisingan dan mengganggu kesehatan. Gangguan pendengaran adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kehilangan pendengaran di satu atau kedua telinga (WHO, 2010). Gangguan pendengaran didefinisikan sebagai pengurangan dalam kemampuan seseorang untuk membedakan suara. Menurut World Health Organization (WHO, 2006) Gangguan pendengaran mempunyai tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural, dan campuran. Pada gangguan pendengaran konduktif terdapat masalah hantaran udara di dalam telinga luar atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran sensorineural terdapat masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran. Berbeda dengan tuli campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian metode potong lintang (cross sectional study) yang dilakukan pada karyawan kilang padi. Penelitian ini dilakukan di Desa Sidoarjo II Ramunia Lubuk Pakam. Pengumpulan data penelitian dilakukan Juli 2011 sampai dengan Agustus 2011 setiap hari kerja, mulai pukul 12.00 sampai 14.00 WIB. Analisis data dengan menggunakan perhitungan statisik Uji Chi-Square dan tingkat kemaknaan 95 %(p< 0,05). Data yang sudah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel serta penjelasan hasil analisis dalam bentuk narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bising dari kilang padi sebesar 88 – 100 dBA dengan intensitas yang terus menerus dan impulsif bisa dikategorikan 90 - 95 dBA (bising tinggi ) sedangkan 95 – 100 dBA ( bising sangat tinggi) tetapi dari tes pemeriksaan yaitu tes rinne, weber, schwabach didapati p > 0,05 ini berarti Ho diterima, sedangkan dari tes berbisik diketahui p< 0,05 ini menyatakan Ho ditolak dengan OR < 1 sebagai faktor protektif.

(5)

ABSTRACT

Advances in technology have made much use of tools and machinery in the factory with the intensity of the sound produced can cause noise and damage the health. Hearing loss is a term often used to describe hearing loss in one or both ears (WHO, 2010). Hearing loss is defined as a reduction in a person's ability to distinguish sounds. According to the World Health Organization (WHO, 2006) Hearing loss has three types of hearing loss, which is conductive, sensorineural, and mixed. In conductive hearing loss there is a problem of delivery of the air inside the outer or middle ear, where as in sensorineural hearing loss there is a problem in the inner ear and auditory nerve. Unlike the mixed deaf deafness caused by a combination of conductive and sensorineural deafness.

This type of study is a descriptive analytical study with a cross-sectional study design methods (cross-sectional study) conducted in the rice plant employees. The research was conducted in the village of Sidoarjo II Ramunia Lubuk Pakam. Research data collection conducted in July 2011 until August 2011 each weekday, starting at 12.00 until 14.00 pm. Data analysis using statistical calculation of the Chi-Square and the 95% significance level (p <0.05). The data analyzed are presented in tabular form the results of analysis and explanation in narrative form.

The results showed that the noise from the rice mill for 88-100 dBA with constant intensity and impulsivity can be categorized as 90-95 dBA (high noise) while the 95-100 dBA (noise is very high) but the test checks the Rinne test, weber, Schwabach found p> 0.05 means that Ho is accepted, while the whisper test known p <0.05 Ho rejected this claim with OR <1 as a protective factor.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di progran studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Kepada dosen pembimbing penulisan penelitian ini, Prof. DR. Abdul Rachman Saragih, Sp.THT-KL yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan di lapangan hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada Prof.DR.dr.Rozaimah Zein-Hamid,MS,Sp.FK dan dr. Juliandi Harahap, M.A. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Elmeida effendi, Sp.KJ yang telah menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda H.Misahnan dan Ibunda Hj.Rosmiati serta adik-adik penulis Atika dwi putri dan M.ichsan yang telah senantiasa memberikan dukungan serta bantuan dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

(7)

penelitian, yang telah banyak berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian ini. Hanya Allah SWT yang mampu memberikan balasan terbaik atas segalanya.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan Jumlah Paritas dengan Usia Menopause” ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2011

(8)

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan……… ii

Kata Pengantar……… Iii Daftar Isi……….. Iv Daftar Gambar……….... Vi Daftar Tabel………. Vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………... 1

1.2.Rumusan Masalah……….. 2

1.3.Tujuan Penelitian………... 3

1.4.Manfaat Penelitian………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Mekanisme Pendengaran………. 5

2.2. Bunyi………. 8

2.2.1.Mekanisme Kebisingan………... 8

2.2.2.Jenis Kebisingan……….. 9

2.2.3.Sumber-sumber Kebisingan………. 10

2.2.4. Pengukuran Kebisingan………... 10

2.2.5.Nilai Ambang Batas Kebisingan……….. 12

2.2.6. Gangguan Kebisingan Pada Pendengaran………... 12

2.2.7. Pembagian Efek Kebisingan Terhadap Pendengaran….. 14

2.3. Gangguan Pendengaran………. 15

2.3.1.Klasifikasi………. 16

2.3.2. Gejala Klinis……… 17

2.3.3. Pemeriksaan………. 18

2.3.4.Penatalaksaan……… 23

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN, DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep………... 26

3.2.Definisi Operasional Variabel……… 26

3.3. Hipotesis……… 28

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian………... 28

(9)

4.3. Populasi Penelitian………. 28 4.4.Teknik Pengumpulan Data………. 29 4.5.Pengolahan dan Analisis Data

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian……….

5.1.2.Deskripsi Karakteristik Individu………. 5.1.3.Distribusi Responden Berdasarkan Umur……… 5.1.4.Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja…………... 5.1.5.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan….. 5.1.6.Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Kerja………… 5.1.7.Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Gangguan

Pendengaran………. 5.1.8.Bising… ……… 5.1.9.Gangguan Pendengaran……… 5.1.10.Hasil Analisis Statistik……… 5.1.10.1. Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran…….. 5.2. Pembahasan……… 5.2.1.Karakteristik Responden……….. 5.2.2. Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran………...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan………. 6.2. Saran………..

DAFTAR PUSTAKA……… 47

30

31

31

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan…………..11

Tabel 2.2 Keluhan Pendengaran pada perubahan tingkat pendengaran………..15

Tabel 3.1 Hasil pengukuran pemeriksaan...26

Tabel 5.1 Sebaran Karakteristik responden……….32

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur………..33

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja………..34

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….34

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Kerja………...35

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Gangguan Pendengaran………...35

Tabel 5.7 Intensitas Bising………...36

Tabel 5.8 Pemeriksaan dengan Garpu Tala………..36

Tabel 5.9 Hasil Pengukuran dengan Garpu Tala………… ……….37

Tabel 5.10 Tes Berbisik………..38

Tabel 5.11 Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran………....39

Tabel 5.12 Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran pada Tes Rinne 512 Hz………...40

Tabel 5.13 Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran Pada Tes Weber 512 Hz………41

Tabel 5.14 Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran Pada Tes Schwabach 512 Hz………...42

Tabel 5.15 Hasil Tes Kuantitatif………...46

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi dan Mekanisme Pendengaran………5

Gambar 2.2 Tes Rinne……….21

Gambar 2.3 Tes Weber………21

Gambar 2.4 Audiometri………...22

Gambar 3.1 Kerangka Konsep……….25

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan

LAMPIRAN 3 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan

(Informed Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian

LAMPIRAN 4 Data Induk

LAMPIRAN 5 Output Data Hasil Penelitian

LAMPIRAN 6 Lembar Ethical Clearence

LAMPIRAN 7 Surat Izin Survei Awal

LAMPIRAN 8 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 9 Surat Balasan Dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Kecamatan

(13)

ABSTRAK

Kemajuan teknologi telah membuat banyaknya penggunaan alat-alat dan mesin-mesin pada pabrik dengan intensitas suara yang dihasilkan dapat menyebabkan kebisingan dan mengganggu kesehatan. Gangguan pendengaran adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kehilangan pendengaran di satu atau kedua telinga (WHO, 2010). Gangguan pendengaran didefinisikan sebagai pengurangan dalam kemampuan seseorang untuk membedakan suara. Menurut World Health Organization (WHO, 2006) Gangguan pendengaran mempunyai tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural, dan campuran. Pada gangguan pendengaran konduktif terdapat masalah hantaran udara di dalam telinga luar atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran sensorineural terdapat masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran. Berbeda dengan tuli campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian metode potong lintang (cross sectional study) yang dilakukan pada karyawan kilang padi. Penelitian ini dilakukan di Desa Sidoarjo II Ramunia Lubuk Pakam. Pengumpulan data penelitian dilakukan Juli 2011 sampai dengan Agustus 2011 setiap hari kerja, mulai pukul 12.00 sampai 14.00 WIB. Analisis data dengan menggunakan perhitungan statisik Uji Chi-Square dan tingkat kemaknaan 95 %(p< 0,05). Data yang sudah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel serta penjelasan hasil analisis dalam bentuk narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bising dari kilang padi sebesar 88 – 100 dBA dengan intensitas yang terus menerus dan impulsif bisa dikategorikan 90 - 95 dBA (bising tinggi ) sedangkan 95 – 100 dBA ( bising sangat tinggi) tetapi dari tes pemeriksaan yaitu tes rinne, weber, schwabach didapati p > 0,05 ini berarti Ho diterima, sedangkan dari tes berbisik diketahui p< 0,05 ini menyatakan Ho ditolak dengan OR < 1 sebagai faktor protektif.

(14)

ABSTRACT

Advances in technology have made much use of tools and machinery in the factory with the intensity of the sound produced can cause noise and damage the health. Hearing loss is a term often used to describe hearing loss in one or both ears (WHO, 2010). Hearing loss is defined as a reduction in a person's ability to distinguish sounds. According to the World Health Organization (WHO, 2006) Hearing loss has three types of hearing loss, which is conductive, sensorineural, and mixed. In conductive hearing loss there is a problem of delivery of the air inside the outer or middle ear, where as in sensorineural hearing loss there is a problem in the inner ear and auditory nerve. Unlike the mixed deaf deafness caused by a combination of conductive and sensorineural deafness.

This type of study is a descriptive analytical study with a cross-sectional study design methods (cross-sectional study) conducted in the rice plant employees. The research was conducted in the village of Sidoarjo II Ramunia Lubuk Pakam. Research data collection conducted in July 2011 until August 2011 each weekday, starting at 12.00 until 14.00 pm. Data analysis using statistical calculation of the Chi-Square and the 95% significance level (p <0.05). The data analyzed are presented in tabular form the results of analysis and explanation in narrative form.

The results showed that the noise from the rice mill for 88-100 dBA with constant intensity and impulsivity can be categorized as 90-95 dBA (high noise) while the 95-100 dBA (noise is very high) but the test checks the Rinne test, weber, Schwabach found p> 0.05 means that Ho is accepted, while the whisper test known p <0.05 Ho rejected this claim with OR <1 as a protective factor.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi telah membuat banyaknya penggunaan alat-alat dan mesin-mesin pada pabrik dengan intensitas suara yang dihasilkan dapat menyebabkan kebisingan dan mengganggu kesehatan. Gangguan pendengaran adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kehilangan pendengaran di satu atau kedua telinga (WHO, 2010). Gangguan pendengaran didefinisikan sebagai pengurangan dalam kemampuan seseorang untuk membedakan suara. Menurut World Health Organization (WHO, 2006) Gangguan pendengaran mempunyai tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural, dan campuran. Pada gangguan pendengaran konduktif terdapat masalah hantaran udara di dalam telinga luar atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran sensorineural terdapat masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran. Berbeda dengan tuli campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural.

Berdasarkan survei “Multi Center Study” di Asia Tenggara, Indonesia termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%, sedangkan 3 negara lainnya yakni Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India (6,3%). Walaupun bukan yang tertinggi tetapi prevalensi 4,6% tergolong cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat. Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2000 terdapat 250 juta penduduk dunia menderita gangguan pendengaran dan 75 juta-140 juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara (Depkes RI, 2004).

(16)

merupakan hal penting di dalam perusahaan industri dan merupakan resiko kerusakan gangguan pendengaran bagi para pekerja yang bergantung kepada intensitas suara, lamanya berkontak dengan suara, kepekaan individu. Pekerja industri sangat rentan terhadap kerusakan dalam bentuk pergeseran ambang dengar pendengaran temporal (Temporary Treshold Shift – TTS) atau permanen (Permanen Treshold of Hearing) atau menurunnya sensitivitas dengar (Hearing sensitivity) secara temporer dan Permanent (Alberti, 2000).

Cacat pendengaran akibat kerja (occupational deafness/ noise induced hearing loss) adalah hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja (Andriana, 2003). Gangguan pendengaran akibat bising dapat dicegah dengan melakukan beberapa usaha prevensi diantaranya dengan pemakaian alat proteksi bising, pembatasan waktu paparan dan pemeriksaan audiometri berkala untuk mendeteksi awal timbulnya gangguan. Berkaitan dengan upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja, penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan salah satu upaya dalam pengendalian kebisingan tempat kerja. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, khususnya pasal 9, 12 dan 14 yang mengatur penyediaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi tenaga kerja (A.M. Sugeng Budiono, 2003 : 329).

Sampai saat ini belum ada penelitian di Sumatera Utara yang menyatakan pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran pada kilang padi. Padahal kilang padi mempunyai intensitas bising yang tinggi >85 dBA dengan tenaga kerja yang kurang pengetahuan tentang Alat Pelindung Telinga (APT) untuk kesehatan telinga. Oleh karena itu, hal tersebut yang mendasari peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh bising dengan gangguan pendengaran pada pekerja kilang padi di Desa Sidoarjo II Ramunia Lubuk Pakam.

1.2. Rumusan Masalah

Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan peneliti berikut:

(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh bising pada karyawan kilang padi di Desa Sidoarjo II Ramunia yang menyebabkan gangguan pendengaran.

1.3.2. Tujuan khusus

Mengetahui seberapa besar intensitas pengaruh bising pada karyawan kilang padi.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai paparan bising dengan gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi di Desa Sidoarjo II Ramunia. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu masyarakat dalam upaya

pencegahan maupun penanganan pada gangguan pendengaran

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga Dan Mekanisme Mendengar

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria (Guyton, 2007). Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. (Iskandar Nurbaiti,dkk.2007)

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

(19)

Telinga terdiri dari 3 bagian utama yaitu : a. Telinga Bagian Luar

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi oleh membran timpani. . Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastic dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu pula sebaliknya.

b. Telingah Bagian Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan : - batas luar : membran timpani - batas depan : tuba eustachius

- batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

- batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis - batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

- batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tinkgap lonjong (oval window), tingkap (round window), dan promontorium.

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus mekelat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Martil landasan-sanggurdi yang berfungsi memperbesar getaran dari membran timpani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea.

c. Telinga Bagian Dalam

(20)

koklea disebut helikotrema, menghubungkan perlimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membrane ini terletak organ Corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti (Soetirto, 1990).

2.2. Bunyi

Bunyi atau suara di defenisikan sebagai serangkaian gelombang yang merambat dari suara sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga tekanan udara. Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam udara yang ditangkap oleh gendang telinga dan disalurkan ke otak (J.F.Gabriel, 1996). Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dala tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kep MENLH No : Kep-48/MENLH/11/1996). Kebisingan adalah suara atau bunyi yang tidak dikehandaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah.

2.2.1. Mekanisme Kebisingan

(21)

belakang gendang telinga. Akibatnya gendang telinga tidak dapat bergetar secara efisien, dan sudah barang tentu pendengaran akan terganggu (Buchari, 2007).

Menurut Chandra (2007) Dalam Harnita (1995) Telinga manusia hanya mampu menangkap suara yang ukuran intensitasnya 80 dB (batas aman) dan dengan frekuensi suara sekitar bekisar antara 20-20.000Hz. Lebar responden telinga manusia diantara 0 dB-140 dB yang dapat didengar. Dan batas intensitas suara tertinggi adalah 140 dB dimana untuk mendengarkan suara itu sudah timbul perasaan sakit pada alat pendengaran (Doelle, 1993).

2.2.2. Jenis Kebisingan

Kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar yaitu :

a) Kebisingan tetap (steady noise) dibedakan menjadi dua, yaitu : (Tambunan, 2005)

- Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frekuensi noise) ialah Kebisingan ini berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang beragam,contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya.

- Broad Band Noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan nada murni).

- Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise).

b) Kebisingan tidak tetap (non steady noise) dibedakan menjadi tiga, yaitu : - Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu. - Intermitten noise adalah kebisingan yang terputus-putus dan besarnya

dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.

- Impulsive noise adalah Kebisingan impulsive dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relative singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya.

2.2.3. Sumber-Sumber Bising

(22)

baik bersifat sementara ataupun permanen. Sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:

a. Mesin : kebisingan yang ditimbulkan akibat aktifitas mesin

b. Vibrasi :kebisingan yang ditimbulkan akibat getaran dari aktifitas peralatan kerja

c. Pergerakan udara, gas dan cairan

2.2.4 Pengukuran Kebisingan

Beberapa alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan, yaitu :

a) Audiometer, biasanya dipakai untuk mengukur kebisingan yaitu dengan membandingkan suara yang intensitasnya diketahui.

b) Noisemeter, alat ini mengambil suara dalam sebuah mikrofon dan memindahkan energinya ke impuls listrik. Hasil pengukurannya merupakan energi total, dicatat sebagai aliran listrik yang hampir sama dengan kebisingan yang ditangkap.

c) The Equivalent Continous Level, alat ini digunakan untuk menganalisa suatu kebisingan yang sangat fluktuatif, misalnya kebisingan lalu-lintas. d) Octave Band Analizer, alat ini digunakan untuk menganalisa suatu

kebisingan dengan spektrum frekuensi yang luas.

(23)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep yang dipakai pada penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka konsep

3.2. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang akan diteliti mencakup variabel independen dan variabel dependen, yaitu:

3.2.1. Variabel independen

Paparan bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia. Paparan bising juga bisa dipengaruhi oleh umur, masa kerja, intensitas bising.

Alat ukur yang digunakan untuk menilai adanya kebisingan yaitu: Sound Level Meter, Alat ini digunakan untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan dari frekuensi 20-20.000 Hz. Sound Level Meter terdiri dari mikrofon, amplifier, dan sirkuit attenuator dan beberapa alat lain. Sound Level Meter dilengkapi dengan tombol pengaturan skala pembobotan seperti A, B, C dan D. Skala A, contohnya adalah rentang skala pembobotan yang melingkupi frekuensi suara rendah dan frekuensi suara tinggi yang masih dapat diterima oleh telinga manusia normal. Sementara itu skala B, C dan D digunakan untuk keperluan-keperluan khusus, misalnya pengukuran kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat terbang bermesin jet.

variabel independen : Paparan bising

variabel dependen :

(24)

3.2.2. Variabel dependen

Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan seseorang dalam mendengar pembicaraan dan mengontrol suaranya sendiri. Cara menilai gangguan pendengaran adalah melalui pemeriksaan Tes Rinne, Tes Weber dan Tes Scwabach dengan memakai alat ukur yaitu, Garpu Tala 288 Hz, 341,3 Hz, 426,6 Hz dan 512 Hz. Skala pengukuran yang digunakan pada pasien gangguan pendengaran adalah skala pengukuran nominal.

Tabel 3.1. Hasil pengukuran berupa :

Catatan : pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne bisa masih positive

P emeriksa

an dengan Tes Berbisik: Alat ukur yang digunakan ruangan yang cukup tenang dan ruangan cukup besar dengan panjang minimal 6 meter. Skala pengukuran yang digunakan pada pasien gangguan pendengaran adalah skala pengukuran dengan skala numerik. Hasil pengukuran didapati:

- Bila pasien mendengar maka dianggap pendengarannya normal, bila tidak mendengar dalam jarak 6 meter maka pemeriksa maju 1 meter dan berbisik lagi. Dan bila tidak mendengar juga maju 1 meter lagi, dan seterusnya sampai pasien dapat mendengar.

- Bila sampai berbisik di dekat telinga pasien, baru didengarnya maka disebut Ad Concham, bila masih juga tidak dapat mendengar disebut tes bersbisik = 0 . - Bila normal tes berbisik 6 meter, artinya pasien dapat mendengar pada jarak 6

meter dari pemeriksa.

- Jika pasien hanya bisa mendengar dari jarak >4 m - <6 m dikatakan Tuli Ringan.

- Jika pasien hanya bisa mendengar dari jarak >1m - <4 m dikatakan Tuli Sedang. - Jika pasien hanya bisa mendengar dari jarak <1 m dikatakan Tuli Berat.

Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis

Positive Tidak ada laterasi Sama dengan

pemeriksa

Normal

Negative Lateralisasi ke

telinga yang sakit

Memanjang Tuli konduktif

Positive Lateralisasi ke

telinga yang sehat

Memendek Tuli

(25)

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ho diterima berarti:

Tidak ada perbedaan pengaruh bising dengan gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi di Desa Sidoarjo II Ramunia. Hal ini dibuktikan pada pemeriksaan garpu tala p > 0,05.

2.2.5. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

Pengawasan kebisingan berpedoman pada nilai ambang batas (NAB) seperti pada tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1. Intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan

Waktu pemaparan tiap hari (jam) Batas suara (dB.A)

16 80

8 85 4 90 2 95 1 100 ½ 105 ¼ 110 1/8 115

Sumber : Depkes RI,1999

Dengan adanya pemaparan 8 jam tiap hari, batas suara yang masih diperbolehkan 85 dB.A

2.2.6. Gangguan Kebisingan Pada Pendengaran

a) Adaptasi bila telinga terpapar oleh kebisingan. Mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.

(26)

sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz, tetapi bila pemaparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan menyebar pada frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-masing individu.

(27)

2.2.7. Pembagian Efek Kebisingan Terhadap Pendengaran

Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2 kategori yaitu : (Andriana, 2003)

a) Noise Induced Temporary Threshold Shift (NITTS)

Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalami berbagai perubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaran bertambah tinggi pada frekuensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak sebagai notch yang curam pada frekuensi 4000 Hz, yang disebut juga acoustic notch. Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang bersifat sementara, yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan bising biasanya pendengaran dapat kembali normal.

b) Noise Induced Permanent Threshold Shift (NIPTS)

Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan pendengaran akibat suara bising, dan hal ini disebut dengan “occupational hearing loss” atau kehilangan pendengaran karena pekerjaan atau makna lainnya ketulian akibat bising. Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja dilingkungan bising selama 10-15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada :

a. Tingkat suara bising

b. Kepekaan seseorang terhadap suara bising

(28)

2.3. Gangguan Pendengaran

Menurut Harold (1996), gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan seseorang dalam memahami pembicaraan dan mengontrol suaranya sendiri. Sedangkan, gangguan pendegaran akibat bising ( noise induced hearing loss) ialah gangguan pendengaran akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja (Indro Soetirto,2007).

Tabel 2.2 keluhan pendengaran pada perubahan tingkat pendengaran biasanya dalam hal memahami pembicaraan.

No Gradasi Parameter

1 Normal tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m) 2 Sedang kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5m 3 Menengah kesulitan dalam percakapan keras mulai jarak >1,5m 4 Berat kesulitan dalam percakapan keras/teriak jarak >1,5 m 5 Tuli total kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

Sumber : Buchari, 2007

Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (speech discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekuensi tinggi dapat menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan.

2.3.1. Klasifikasi gangguan pendengaran adalah sebagai berikut :

a) Tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan yang terdapat ditelinga luar atau telinga tengah. Telinga luar yang meyebabkan tuli konduktif ialah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma liang telinga. Kelainan telinga tengah ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.

(29)

streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Selain itu juga dapat disebabkan oleh tuli mendadak (sudden deafness), trauma kapitis, trauma akustik dan pajanan bising. Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya.

2.3.2. Gejala gangguan pendengaran a) Tinitus

Merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi. Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengarkan bunyi tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendengung, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi yang lain

(Annie, Yusuf. 2000). b) Vertigo

Disebut juga dizziness, giddiness, dan lightheadedness adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya terhadap dirinya. Vertigo merupakan perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan

(Ludman Harold, 1996).

Menurut Departemen Kesehatan Republk Indonesia, 2004 ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja :

- Intensitas suara yang terlalu tinggi - Usia karyawan

- Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja - Tekanan dan frekuensi bising tersebut - Lamanya bekerja

- Jarak dari sumber suara

(30)

2.3.3. Pemeriksaan Pendengaran

Menurut Harold (1996) diperlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala ini termasuk pemeriksaan secara kualitatif atau kuantitatif audiometri nada murni.

a) Tes Batas Atas Batas Bawah ialah pemeriksaan untuk menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar penderita melewati hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang normal. Cara memeriksa: semua garpu tala (dapat dimulai dari frekuensi terendah berurutan sampai frekuensi tertinggi atau sebaliknya) dibunyikan satu persatu, dengan cara dipegang tangkainya kemudian kedua ujung kakinya dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan ujung jari/ kuku, didengarkan terlebih dahulu oleh pemeriksa sampai bunyi hampir hilang untuk mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang normal), kemudian diperdengarkan pada penderita dengan meletakkan garpu tala di dekat prosesus mastoideus pada jarak 1-2 cm dalam posisi tegak.

b) Tes Rinne ialah pemeriksaan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang akan diperiksa. Cara memeriksa: Penala 512 Hz digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif (+), bila tidak terdengar disebut Rinne negative (-).

c) Tes Weber ialah pemeriksaan pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Cara memeriksa : penala 512 Hz digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Apabila lateralisasi ke telinga yang sakit disebut tuli konduktif sedangkan lateralisasi ke telinga yang sehat disebut tuli sensorineural.

(31)

pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut sama dengan Schwabach sama dengan pemeriksa. e) Pemeriksaan dengan Tes Berbisik: Alat ukur yang digunakan ruangan yang

cukup tenang dan ruangan cukup besar dengan panjang minimal 6 meter. Skala pengukuran yang digunakan pada pasien gangguan pendengan adalah skala pengukuran dengan skala numerik. Cara pemeriksaan adalah pasien berdiri pada ujung kamar dengan telinga yang akan diperiksa menghadap pemeriksa pada jarak 6 meter. Telinga yang lainnya ditutup dengan cara menekan tragus dengan jari pasien sehingga benar-benar tertutup. Pasien jangan melihat ke pemeriksa. Pemeriksaan selalu dimulai dengan telinga kanan, baru telinga kiri. Pemeriksa berbisik dengan udara yang masih tersisa dalam paru-paru sesudah ekspirasi.

(32)

konduksi tulang (BC). Bila dihubungkan dengan satu garis, baik AC maupun BC, maka akan didapatkan audiogram. Dari audiogram diketahui jenis dan derajat ketulian. Nilai nol audiometric (audiometric zero) dalam dB HL dan dB SL, yaitu intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga rata-rata orang dewasa muda yang normal (18-30 tahun). Pada tiap frekuensi intensitas nol audiometrik tidak sama. Telinga manusia paling sensitive terhadap bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang besar nilai audiometriknya kira-kira 0,0002 dyne/cm2. Jadi pada frekuensi 2000 Hz lebih besar dari 0,0002 dyne/cm2. Ditambah 2 standar yang dipakai yaitu Standar ISO (International standard Organization) dan ASA (American standard Association).

0 dB ISO = -10 dB ASA atau 10 dB ISO = 0 dB ASA

Pada audiogram angka-angka intensitas dalam dB bukan menyatakan kenaikan linier, tetapi merupakan kenaikan logaritmik secara perbandingan. Notasi pada audiogramdipakai grafik AC, yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125-8000 Hz) dan grafik BC, yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250-4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru dan telinga kanan dipakai warna merah. (Sjarifuddin, 2007)

Gambar 2.2.Test Rinne

(33)

Gambar 2.3. Tes Weber

Sumber : Rukmini,2000.

Gambar 2.4. Audiometri

(34)

Derajat ketulian ISO:

1. Jika peningkatan ambang batas antara 0-25 normal. 2. Jika peningkatan ambang batas antara 26-40 tuli ringan. 3. Jika peningkatan ambang batas antara 41-60 tuli sedang. 4. Jika peningkatan ambang batas antara 61-90 tuli berat. 5. Jika peningkatan ambang batas antara >90 tuli sangat berat.

2.3.4. Penatalaksanaan gangguan pendengaran

Jenny Bashiruddin (2007) mengatakan sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin lagi dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung telinga terhadap bising, seperti :

- Sumbat telinga (ear plug) - Tutup telinga (ear muff) - Pelindung kepala (helmet)

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian metode potong lintang (cross sectional study).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sidoarjo II Ramunia Lubuk Pakam. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut adalah banyak terdapatnya kilang padi yang menjadi tempat bekerja masyarakat di desa ini dan dengan intensitas suara mesin yang dihasilkan cukup tinggi dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Pengumpulan data penelitian dilakukan Juli 2011 sampai dengan Agustus 2011 setiap hari kerja, mulai pukul 12.00 sampai 14.00 WIB. Pertimbangan pemilihan waktu penelitian dengan mempertimbangkan waktu istirahat yang bisa dilakukan wawancara dan pemeriksaaan pada karyawan kilang padi.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi terjangkau adalah karyawan kilang padi di Desa Sidoarjo II Ramunia Lubuk Pakam. Berdasarkan tiga kilang padi yang terdapat di Desa Sidoarjo II Ramunia yaitu, kilang padi Sahabat Tani 25 orang karyawan, kilang padi SDN (Sitohang) 25 orang karyawan, kilang padi Saudara kita 22 orang karyawan jadi total populasi terjangkau adalah 72 orang.

Populasi target adalah karyawan kilang padi yang terpapar bising dengan gangguan pendengaran.

4.3.2. Sampel

Kriteria Inklusi

1. Karyawan kilang padi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian sampai selesai.

2. Lama kerja ≥ 1 tahun.

(36)

Kriteria Eksklusi

1. Tidak mengalami pajanan bising.

2. Karyawan kilang padi tidak bersedia menjadi respoden.

3. Mempunyai hobi/ pekerjaan tambahan berhubungan dengan bising. 4. Riwayat penyakit bawaan pada telinga.

5. Trauma kepala berat

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dan eksklusi. Pengambilan sampel dengan “total sampling”.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pihak kelurahan di Desa Sidoarjo II Ramunia Lubuk Pakam. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan proses pengumpulan data penelitian.

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan kualitatif dengan Garpu Tala dan tes berbisik.

4.4.2. Data Sekunder

Data yang didapat dari kilang padi untuk mengambil sampel berupa jenis kelamin, usia karyawan, tingkat pendidikan dan lama bekerja.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu :

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewancarai atau memeriksa ulang responden.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

(37)

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer (Statistical Package for The Social Sciences/SPSS ).

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

Analisis data bivariat dilakukan terhadap data dengan menggunakan perhitungan statisik Uji Chi-Square. Data yang sudah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel serta penjelasan hasil analisis dalam bentuk narasi.

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidoarjo II Ramunia Lubuk Pakam dan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2011 setiap hari kerja, mulai pukul 12.00 sampai 14.00 WIB. Penelitian meliputi tiga kilang padi yaitu, Kilang padi SDN Sitohang berdiri pada tahun 1976, kilang padi Sahabat Tani berdiri pada tahun 1978, kilang padi Saudara Kita berdri pada tahun 1985. Ketiga kilang padi berada di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Adapun batas-batas wilayah dari Desa Sidoarjo II Ramunia:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan P.Labu

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Beringin, Kuala Namu • Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Ular

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karangayar

Desa Sidoarjo II Ramunia merupakan daerah pertanian dimana secara garis besar mata pencarian masyarakat desa ini adalah bertani. Jumlah penduduk terdiri dari 3800 jiwa. Luas wilayah 6 Km2.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu

(39)

Table 5.1. Sebaran karakteristik responden (n= 71)

Variable Jumlah Persen

Umur

20-30 tahun 18 25,4

30-40 tahun 27 38

≥ 40 tahun 26 36,6

Masa kerja

1-10 tahun 40 56,3

11-20 tahun 18 25,4

21-30 tahun 13 18,3

Tingkat Pendidikan

SD 15 21,1

SMP 26 36,6

SMA/SMK 31 42,3

Tempat kerja

Kilang A 25 35,2

Kilang B 25 35,2

Kilang C 22 29,6

5.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan karakteristik umur, hasil penelitian ini memperoleh responden terbanyak berada pada kelompok umur 30 - 39 tahun sebanyak 27 orang ( 38 %) dan yang berusia ≥ 40 tahun berjumlah 26 orang (36,6 %). Sedangkan kelompok responden paling sedikit berada pada umur 20 - 29 tahun, yaitu sejumlah 18 orang (25, 4 %).

Table 5.2. Distribusi responden berdasarkan umur

Kelompok umur Jumlah orang Presentase %

20-29 tahun 18 25,4

30-39 tahun 27 38

≥ 40 tahun 26 36,6

Jumlah 71 100

(40)

5.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan karakteristik masa kerja, penelitian ini memperoleh responden dibagi menjadi 3 kelompok interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval 1 – 10 tahun sebanyak (36,8 %) berjumlah 42 orang. Sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval 20 – 30 tahun berjumlah 10 orang (8,8 %).

Table 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja Jumlah orang Presentase %

1-10 tahun 40 56,3

11-20 tahun 18 25,4

21-30 tahun 13 18,3

Jumlah 71 100

5.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan karakteristik responden tingkat pendidikan, pada saat sebelum melakukan pemeriksaan maka dilakukan wawancara mengenai tingkat pendidikan responden.

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah Presentasi %

SD 15 21,1

SMP 26 36,6

SMA/SMK 30 42,3

Jumlah 71 100

Dari hasil Tabel 5.4 maka paling banyak karyawan bekerja setelah selesai dari SMA/SMK dengan proporsi 30 (42,3%), dan yang dengan proporsi sedikit tingkat pendidikan sekolah dasar 15 (21,1 %).

5.1.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Kerja

(41)

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Kerja

Tempat kerja Jumlah Presentasi %

Kilang A ( SDN ) 25 35,2

Kilang B ( Sahabat Tani) 25 35,2

Kilang C ( Saudara Kita) 21 29,6

Jumlah 71 100

Berdasarkan tabel 5.5. diatas Kilang A ( SDN) dan kilang B (Sahabat Tani) sama jumlah dan presentasi sebanyak 25 orang (35,2 %), sedangkan kilang C ( Saudara Kita ) sedikit 22 orang( 29, 6 %).

5.1.8. Bising

Intensitas bising pada tempat kerja diukur menggunakan sound level meter merk NA-24 Rion, LTD serial 10156515. Dari hasil pengukuran diketahui intensitas bising pada kilang padi berkisar antara 88 – 100 dBA, dengan sifat bising terus menerus dan impulsif. Intensitas bising rata-rata antara 90 – 95 dBA ( bising tinggi) sedangkan rata-rata antara 95 – 100 dBA ( bising sangat tinggi).

Tabel 5.7. Intensitas Bising

Sebagian besar dengan intensitas bising terbanyak (70,4 %) sebanyak 50 orang yang terpajan bising dalam kategori tinggi 90 – 95 dBA. Dan intensitas sangat tinggi 95 – 100 dBA berjumlah 21 orang ( 29,6 %).

5.1.9. Gangguan Pendengaran

Sebelum melakukan analisis uji hipotesis dari kedua variabel dalam penelitian ini, perlu dilakukan pemeriksaan tes dengan Garpu Tala 512 Hz, 1024 Hz, dan 2048Hz meliputi, tes rinne, tes weber, tes scwabach dan tes bisik

Pemeriksaan Telinga

Pajanan bising Jumlah orang Presentase %

Tinggi (90-95 dBA) 50 70,4

(42)

Tabel 5.8. Tes Garpu Tala

Tabel 5.9. Hasil Pengukuran Garpu Tala

Garpu Tala Kanan

Negatif 19(26,75) 19(26,75) 38(53,5)

(43)

Schwabach

Memendek 23(32) 22(31,4) 45(63,4)

Memanjang 3(42,5) 3(42,5) 6(8,5)

Sama dengan pemeriksa

10(14,05) 10(14,05) 20(28,1)

71(100)

Pemeriksaan dengan Tes Berbisik:

Alat ukur yang digunakan ruangan yang cukup tenang dan ruangan cukup besar dengan panjang minimal 6 meter. Skala pengukuran yang digunakan pada pasien

gangguan pendengaran adalah skala pengukuran dengan skala numerik. Tabel 5.10. Tes Berbisik

Tes bisik Jumlah (n) Presentasi (%)

3 meter 3 4,2 4 meter 15 21,1 5 meter 22 31 6 meter 31 43,7 Jumlah 71 100

Dari hasil pemeriksaan dengan tes berbisik maka proporsi terbanyak berada pada jarak ≤ 6 meter baru bisa mendengar berjumlah 40 orang (56,3%) , sedangkan proporsi yang paling sedikit 31 (43,7%) yang normal mendengar dengan jarak 6 meter.

5.1.10. Hasil Analisis Statistik

5.1.10.1. Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran

(44)

Tabel 5.11. Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran > 0,05 hal ini menyatakan Ho diterima, tidak ada perbedaan pengaruh bising dengan gangguan pendengaran pada tes rinne.

Tabel 5.12. Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran

Pada Tes Weber 512 Hz

Pada hasil penelitian dari tabel 5.12. pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran pada tes weber didapatkan hasil α < 0,05 ini menyatakan Ho ditolak. Ada perbedaan pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran pada tes weber.

(45)

Tabel 5.13. Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran

Pada Tes Schwabach 512 Hz

Pajanan bising Tuli tidak ada perbedaan pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran pada tes schwabach.

Tabel 5.14. Tes Berbisik

Pada tabel 5.14. diketahui tiqngkat kemaknaan α > 0,05 hal ini menyatakan Ho diterima, tidak ada perbedaan pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran pada tes berbisik

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

(46)

tahun terjadi penurunan ambang pendengaran 0,5 dBA setiap tahun, 20 % dari populasi umum dengan usia 50 - 59 tahun mengalami kehilangan pendengaran tanpa mendapat pajanan bising indutri.

Karakteristik berdasarkan masa kerja hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval 1 – 10 tahun sebanyak (36,8 %) berjumlah 42 orang. Sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval 20 – 30 tahun berjumlah 10 orang (8,8 %). Hal ini menyatakan bahwa 10 orang dalam rentang waktu yang lama bekerja di kilang padi diatas 20 -30 tahun. Menurut Alberti (2000), pajanan bising 90 dBA dalam 8 jam kerja dan 5 hari/ minggu, maka 15 % dari populasi terpajan beresiko menderita ketulian secara bermakna setelah terpajan selama 10 tahun. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa karyawan kilang padi di Desa Sidoarjo II Ramunia bekerja dengan 8 jam dalam sehari. NIOSH dan Departemen Tenaga Kerja RI (1998), menetapkan 85 dBA sebagai nilai batas ambang. Menurut NIOSH, untuk 85 dBA waktu yang diperkenankan untuk bekerja sebesar 8 jam, untuk 95 dBA hanya 47 menit, 100 dBA hanya 15 menit, 105 hanya 4 menit, 110 dBA hanya 1 menit. Sedangkan Depkes RI (1999), intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan untuk 85 dBA bekerja selama 8 jam, 90 dBA selama 4 jam, 95 dBA selama 2 jam dan untuk 100 dBA hanya 1 jam.

Tingkat pendidikan berdasarkan hasil penelitian maka paling banyak karyawan bekerja setelah selesai dari SMA/SMK dengan proporsi 30 (42,3%), dan yang dengan proporsi sedikit tingkat pendidikan sekolah dasar 15 (21,1 %). Hal ini untuk menentukan tingkat pengetahuan karyawan tentang gunanya pencegahan pada paparan bising oleh telinga yang disebut Alat Pelindung Telinga (APT). Alat pelindung telinga, sebagian kilang padi menyediakan tetapi 81,1 % tenaga kerja tidak memakai. Tampaknya APT tidak diberikan kepada semua tenaga kerja yang bekerja di tempat bising. Dan sebagian besar tenaga kerja kurang memperdulikan kesehatan pendengaran.

Tempat kerja, menurut Tana Lusianawaty (2002), lingkungan kerja dengan intensitas bising > 85 dBA dapat menimbulkan gangguan pendengaran akibat bising. Faktor-faktor lain yang dapat menambah pajanan bising telah disingkirkan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut maka gangguan pendengaran akibat bising terjadi kemungkinan berhubungan dengan pekerjaan. Tetapi dari riwayat pekerjaan diperoleh keterangan 95 % tenaga kerja tidak pernah bekerja diperusahaan lain. Walaupun rata-rata umur responden relatif muda diatas 20 sudah mulai bekerja mencari nafkah sebagai karyawan kilang padi dengan mean dari hasil penelitian 2,11. Jadi usia responden pada saat pada saat mulai bekerja antara 20-25 tahun yaitu setelah selesai sekolah, sehingga kemungkinan ambang pendengaran baik.

5.2.2. Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran

(47)

merupakan populasi target generalisasi dari data sampel penelitian ini, yaitu karyawan kilang padi yang terpapar bising di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kota Lubuk Pakam. Penelitian ini dilakukan karena sampai saat ini, belum ada data penelitian sejenis yang dilaksanakan pada kilang padi di Indonesia. Data penelitian yang ada saat ini kebanyakan hanya menggambarkan pola hubungan gangguan pendengaran akibat bising pada pabrik, padahal kilang padi juga mempunyai potensi dengan intensitas bising dari hasil sound level meter didapati 88 – 100 dBA. Dengan sifat bising yang terus yang terus menerus impulsif maka intensitas bising rata-rata antara 90 – 95 dBA ( bising tinggi) di kilang padi A dan B sedangkan rata-rata 95 -100 dBA (bising sangat tinggi) di kilang C.

Dari hasil pemeriksaan dengan tes berbisik maka proporsi terbanyak berada pada jarak ≤ 6 meter baru bisa mendengar berjumlah 40 orang (56,3%) , sedangkan proporsi yang paling sedikit 31 (43,7%) yang normal mendengar dengan jarak 6 meter. Dengan hasil uji statistic dari chi square diperoleh p = 0,332. Hal ini berarti dengan tingkat kemaknaan 95 % dan nilai pearson chi square p > 0,05. Dari tes ini dapat diketahui Ho diterima, tidak ada perbedaan pengaruh bising dengan gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi. Hasil tes pendengaran dapat dinilai secara kuantitatif ( tajam pendengaran).

Tabel 5.15. Hasil Tes Kuantitatif

Fungsi Pendengaran Suara Bisik

Normal 6 m

Tuli Ringan >4m - <6 m

Tuli Sedang >1 m - <4 m

Tuli Berat <1 m

Tuli Total Bila berteriak didepan telinga, penderita tetap tidak mendengar

(Sumber : Sri Rukmini,2000)

Frekuensi garpu tala :

16….32….64….128….256……..512….1024….….2048…….4096….8192 bas huruf lunak discant huruf desis

(48)

Pada hasil pemeriksaan dengan Garpu Tala 512 Hz didapati hasil tes rinne positif 65 orang (91,5 %) dan negative 6 orang (8,5%). Pada tes Schwabach dengan garpu tala 512 Hz didapati hasil dalam pemeriksaan yaitu, dengan hasil yang memendek 45 orang (63,4 %),memanjang 6 orang (8,5 %) dan yang sama dengan pemeriksa 20 orang(28,2 %). Pada tes weber dengan ukuran garpu tala yang berbeda memiliki hasil yang yang sama 512 Hz yang mendapati lateralisasi telinga sehat 38 orang (53,5 %) dan lateralisasi telinga sakit 6 orang (8,5 %) juga yang mengalami negatif lateralisasi 27 orang (38 %).

Dan dengan hail uji analisis chi square diketahui (p = 0,252) berarti p > 0,05 Ho diterima pada tes rinne.Hal ini disebabkan terkadang terjadi false rinne (pseudo positif atau pseudo negatif) terjadi bila stimulus bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak dites, hal ini dapat terjadi bila telinga yang tidak dites pendengarannya jauh lebih baik dari pada yang dites. Adapun kesalahan lain, garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena rambut, jaringan lemak tebal sehingga penderita tidak mendengar atau getaran terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum. Dan juga bisa disebabkan penderita terlambat member isyarat waktu garpu tala sudah tidak terdengar lagi, sehingga waktu dipindahkan di depan MAE( Meatus Akustikus Eksternus) getaran garpu tala sudah berhenti.

Pada tes weber juga diketahui hasil (p = 0,047) ini berarti p < 0,05 Ho ditolak. Hal ini menyatakan ada perbedaan pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran. Beberapa hal bisa dikarenakan oleh adanya ketulian sehingga penderita tidak mendengar telinga mana yang mengalami bunyi garpu tala lebih keras.

(49)

Hasil perhitungan tingkat kebisingan

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh bising dengan gangguan pendengaran pada tes weber, sedangkan pada tes rinne, schwabach dan bisik tidak ada perbedaan antara pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi.

2. Rata-rata pengaruh bising dalam penelitian ini adalah 90-95dBA dikategorikan (bising tinggi) dan 95-100 dBA dikategorikan ( bising sangat tinggi). Intensitas bising yang dihasilkan 90-100 dBA dengan lama kerja 8 jam per hai.

3. Rata-rata gangguan pendengaran dalam penelitian ini adalah 40 (56,3%).

6.2. Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Melihat tingginya angka kejadian gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi dengan intensitas bising yang tinggi perlu dipertimbangkan penangan yang bersifat menyeluruh seperti penggunaan Alat Pelindung Telinga (APT).

2. Perlu dilakukan prevensi gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi seperti, penyuluhan secara teratur mengenai bising dan pencegahannya serta kegunaan APT. 3. Pemeriksaan Audiometri secara rutin setiap tahun dilakukan terhadap tenaga kerja

yang bekerja ditempat bising dan memberitahukan hasilnya, agar tenaga kerja dapat mengetahui keadaan pendengarannya.

4. Penelitian yang melibatkan gangguan pendengaran sebagai salah satu variabelnya hendaknya dilaksanakan perbandingan pemeriksaan antara garpu tala dengan audiometri agar diperoleh data yang lebih akurat, sehingga dapat meningkatkan akurasi hasil penelitian.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Alberti, P.W. 2000. The Pathophysiology of the Ear. Available from:

http://www.who.int/occupational_health/ publications/noise3.pdf. [Accessed 16 March 2011].

Annie ,Y. 2003. Bising Bisa Timbulkan Tinnitus dan Tuli ; in Diagram Diagnostik,THT,vol 1 p.57( EGC, Jakarta).

Buchari,2007.Kebisingan.Availablefrom:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/143 5/1/07002749. [Accessed 04 january 2011].

Chandra. 2007. Pengaruh suara bising pada pendengaran karyawan pabrik gula Sei Semayang di kabupaten Deli Serdang. Skripsi . Bagian THT FK USU.

Departemen Kesehatan Republk Indonesia, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004/ ttg Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Dolle., Lesie. 1993. Akustika Lingkungan, vol. 2, p.120 (Erlangga, Jakarta).

Dwi, P., Sasongko. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gabriel, J.F. 1988. Bunyi; in Fisika Kedokteran, vol. 3, p.69-75 (EGC, Jakarta).

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2007. The Sense of Hearing Dalam: Textbook of Medical Physiology. 11th ed. India: Saunders Elsevier: 651-662 (EGC, Jakarta).

Hogg, M, A., Vaughan, GM. 2002. Social Psychology. Harlow : Prentice Hall.

Iskandar,N. 1991. Segi Praktis Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok, vol. 4, p.230-235 (Jakarta: Binarupa Aksara).

Jenny, B., Soetirto, I . 1990.Tuli Koklea dan Tuli Retrokoklea. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. h.23-29.

(52)

Harold, L. 1996. Petunjuk Penting Pada Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Jakarta:Hipokrates.

Lusianawaty, T. 1998. Gangguan Pendengaran Akibat Bising pada Tenaga Kerja di Perusahaan Plywood PT X. (Tesis). Jakarta.

Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996. Baku Tingkat Kebisingan, Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-48/MENLH/1996/25 November 1996, Jakarta : Meneg LH.

Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. 2008. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto: 133.

Sundari. 1994. Hubungan Pemajanan Bising dengan Ambang Pendengaran Tenaga Kerja di Bagian Peleburan dan Pengontrolan Besi Baja PT. B. D, Jakarta : PT. B. D.

Sherwood, L., 2002. Hearing and Equilibrium. Dalam: Human Physiology from Cells to Systems. 6th ed. Australia: Thomson Brooks/Cole: 208-217.

Soetirto, I. 1990. Tuli akibat bising (Noise induced hearing loss). Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.h.37-9.

World Health Organization, 2010. Deafness and Hearing Impairment. Available from:

[Akses 13 Juni 2011].

World Health Organization, 2006. Deafness and Hearing Impairment. Diunduh dari:

[Accessed 16 August 2011].

(53)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ami Utamiati

Tempat / Tanggal Lahir : Medan/ 28 Agustus 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl.Karya 4 no.22 kapten Sumarsono helvetia, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1995 lulus Taman Kanak-Kanak Arafah Medan 2. Tahun 2001 lulus Sekolah Dasar Eria Medan

3. Tahun 2004 lulus Madrasah Tsanawiyah Ma’had Al Zaytun Indramayu

4. Tahun 2007 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

Riwayat Pelatihan : 1. Lifelong Learning Training HMI Komisariat FK USU 2009 2. Workshop Sirkumsisi HMI Komirsariat FK USU 2008

3. Workshop dalam Temu Ilmiah Nasional 2011 dengan tema Love your self, Love your diet

4. Seminar and Workshop A-CPR (Advanced Cardiopulmonary Resuscitation

5. Workshop Smart Soul Learning Centre

(54)

2. Anggota Divisi Hubungan Masyarakat (HUMAS) SCORE Periode 2008-2009

(55)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN

Dengan hormat,

Saya, Ami Utamiati mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2008. Saat ini, saya sedang menjalankan penelitian dengan judul “Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran pada karyawan kilang padi di Desa Sidoarjo II Ramunia”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pendidikan di Fakultas Kedokteran USU.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bising pada karyawan kilang padi di Desa Sidoarjo II Ramunia yang menyebabkan gangguan pendengaran. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Bapak untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya memohon kesediaan Bapak untuk bersedia melakukan pemeriksaan pendengaran. Jika Bapak bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawanan Bapak.

Identitas pribadi Bapak sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Bapak dapat bertanya langsung pada saya atau dapat menghubungi saya di nomor 081376585549. Atas perhatian dan kesediaan Bapak menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(56)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN

MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……….

Umur : ……….

Alamat : ……….

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian,

Judul Penelitian : Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran Pada Karyawan Kilang Padi di Desa Sidoarjo II Ramunia

Nama Peneliti : Ami Utamiati

Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian dengan sukarela dan tanpa pakasaan.

Medan,………2011

Yang membuat pernyataan

(57)
(58)
(59)
(60)

DATA INDUK RESPONDEN PEMERIKSAAN

Positive negative lateralisasi sama dgn

pemeri 85-90

Positive negative lateralisasi sama dgn

pemeri 85-90

Positive negative lateralisasi sama dgn

pemeri 85-90

Positive negative lateralisasi sama dgn

pemeri 85-90

Positive negative lateralisasi sama dgn

pemeri 85-90

Positive negative lateralisasi sama dgn

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Telinga
Tabel 3.1. Hasil pengukuran berupa :
Tabel 2.1. Intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan
Gambar 2.2.Test Rinne
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Gadang merupakan suatu karya arsitektur vernakular nusantara yang lahir dari kejeniusaan masyarakat pribumi dan menjadi kebanggaan serta jati diri bagi masyarakat

Secara statistik uji beda rata-rata kandungan kalium, kalsium, dan natrium antara daun kucai segar dan rebus dengan menggunakan distribusi F, menyimpulkan bahwa kandungan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tahap -tahap pemaafan pada remaja yang ditelantarkan ayahnya, gambaran pemaafan pada remaja yang ditelantarkan ayahnya, faktor-faktor

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja pengering putar tipe silinder horisontal dengan sumber panas burner minyak tanah untuk proses pengeringan kompos

Kajian Hukum Islam Terhadap “waqfe nou” pada Jemaat Ahmadiyah di SemarangB.

Realisasi sasaran mutu penjualan tahun 2008 tentunya terlihat lebih kecil apabila dibandingkan dengan realisasi sasaran mutu penjualan di tahun 2006 dan 2007. Hal ini

Pada kuadran II terdapat sektor pertanian kehutanan dan perikanan, sektor ini juga salah satu sektor basis yang dimiliki kabupaten langkat, sektor yang terdapat pada kuadran

(f) Islamic Content, atas dasar keyakinan bahwa semua ilmu dan lainnya yang ada dialam ini berasal dari Yang Maha Satu, maka antara ilmu yang sekarang dikenal sebagai ilmu agama