• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Investasi Untuk Penentuan Potensi Batubara Pada Suatu Area Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Investasi Untuk Penentuan Potensi Batubara Pada Suatu Area Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

INVESTASI UNTUK PENENTUAN POTENSI BATUBARA

PADA SUATU AREA DENGAN METODE FORWARD

CHAINING BERBASIS WEB

DRAFT SKRIPSI

FADLIANSYAH NASUTION

061401086

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN INVESTASI UNTUK PENENTUAN POTENSI BATUBARA PADA SUATU AREA

DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB

DRAFT SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

FADLIANSYAH NASUTION 061401086

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN APLIKASI SISTEM

PENDUKUNG KEPUTUSAN INVESTASI UNTUK PENENTUAN POTENSI BATUBARA PADA SUATU AREA DENGAN METODE FORWARD

CHAINING BERBASIS WEB

Kategori : SKRIPSI

Nama : FADLIANSYAH NASUTION

Nomor Induk Mahasiswa : 061401086

Program Studi : S1 ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 21 Juni 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

M. Andri B, ST, MCompSc, MEM Maya Silvi Lydia, Bsc, Msc NIP 197510082008011001 NIP 197401272002122001

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN INVESTASI UNTUK PENENTUAN POTENSI BATUBARA PADA SUATU AREA DENGAN

METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 21 Juni 2011

(5)
(6)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Sang Khaliq Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Maya Silvi Lydia, BSc, MSc selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Muhammad Andri Budiman, ST, MCompSc, MEM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis untuk menyempurnakan tulisan ini. Selanjutnya kepada para Dosen Pembanding Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syahril Efendi, SSi, MIT atas kritik dan saran yang sangat berguna bagi penulis. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer, Bapak Drs. Poltak Sihombing, M.Kom dan Ibu Maya Silvi Lydia, BSc, MSc. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara serta semua dosen dan pegawai Program Studi S1 Ilmu Komputer.

Tidak lupa penulis juga menghaturkan terima kasih kepada ibunda dan nenek tercinta, Hj. T. Nila Kesuma, Hj. T. Marinah serta abang tercinta Fuad Ahmadin Nasution ST, Fauzi Akbar Nasution ST dan adik tersayang, Faisal Amin Nasution Amd yang telah mendukung dan memberi semangat dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada abang Samsul Anwar ST yang telah membantu memberikan data-data. Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat-sahabat dan rekan-rekan kuliah lainnya di Program Studi S1 Ilmu Komputer terutama Muhammad Alvin S.kom dan Sri Melvani Hardi S.Kom yang telah membantu memberikan solusi dan bersedia menjadi partner sharing , semangat serta bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT akan membalasnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

(7)

ABSTRAK

(8)

THE DESIGN OF INVESTMENT DECISION SUPPORT SYSTEM TO DETERMINE THE COAL POTENTIAL IN AN AREA WITH A

WEB-BASED FORWARD CHAINING METHOD

ABSTRACT

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Metode Penelitian 4

1.7 Sistematika Penulisan 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka 7

2.1 Sistem Pendukung Keputusan 7

2.1.1 Karakteristik dan Kemampuan SPK 9

2.1.2 Keuntungan SPK 11

2.1.3 Komponen SPK 12

2.2 ForwardChaining 13

2.3 Batubara 15

2.3.1 Cara Terbentuknya Batubara 16

2.3.2 Klasifikasi Batubara 18

2.3.2.1 Klasifikasi Batubara Berdasarkan Atas Nilai Kalor 21 2.3.2.2 Klasifikasi Batubara Menurut ASTM 21

2.3.2.3 Kualitas Batubara 23

2.3.3 Sumber Daya dan Cadangan Batubara 23 2.3.3.1 Sumber Daya Batubara Hipotetik

(Hipothetical Coal Resource) 24

2.3.3.2 Sumber Daya Batubara Tereka

(Inferred Coal Resource) 24

2.3.3.3 Sumber Daya Batubara Tertunjuk

(Indicated Coal Resource) 25

2.3.3.4 Sumber Daya Batubara Terukur

(Measured Coal Resourced) 25

2.3.3.5 Perhitungan Cadangan Batubara Menggunakan

(11)
(12)

Bab 3 Analisis dan Perancangan Sistem 29

3.1 Analisis 29

3.1.1 Gambaran Umum Sistem 29

3.1.2 Analisis Permasalahan Sistem Pendukung Keputusan 30

3.2 Model Analisis 31

3.2.1 DFD Level 0 31

3.2.2 DFD Level 1 32

3.2.3 Perancangan Flowchart Sistem 35

3.2.4 Kamus Data 44

3.3 Perancangan antarmuka(interface) 45

3.3.1 Rancangan Menu Utama 46

3.3.2 Rancangan Halaman Menu Kualitas Batubara 47 3.3.3 Rancangan Halaman Menu Kuantitas Batubara 47

3.3.4 Rancangan Halaman Komersial 51

3.3.5 Rancangan Halaman About US 52

3.3.6 Rancangan Halaman Login Admin 53

3.3.7 Rancangan Halaman Admin 53

3.3.8 Rancangan Halaman Admin News 54

3.3.9 Rancangan Halaman Admin Pengaturan 55

Bab 4 Implementasi dan Pengujian Sistem 56

4.1 Pembahasan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Potensi Batubara Pada Suatu Area dan Menentukan Kelayakan

untuk Berinvestasi 56

4.1.1 Halaman Utama 56

4.1.2 Halaman Administrator 66

4.1.2.1 Halaman Menu Admin News 67 4.1.2.2 Halaman Menu Admin Pengaturan 68

4.2 Pengujian Sistem 69

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 73

5.1 Kesimpulan 73

5.2 Saran 73

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan SPK dengan EDP 7

Tabel 2.2 Pengertian SPK 8

Tabel 2.3 Contoh Aturan penalaran Forward Chaining (Alur Maju) 13

Tabel 2.4 Fakta baru pada saat inferensi 15

Tabel 2.5 Klasifikasi Batubara Menurut ASTM 22

Tabel 3.1 Tabel Config 45

Tabel 3.2 Tabel News 45

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Karakteristik dan Kemampuan SPK 9

Gambar 2.2 Komponen SPK 12

Gambar 2.3 Alur inferensi Forward Chaining 15

Gambar 2.4 Urutan Proses Pembatubaraan 17

Gambar 2.5 Skema Pembentukan Batubara 18

Gambar 2.6 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Dengan Rumus Mean Area 26 Gambar 2.7 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Dengan Rumus Prismoida 27 Gambar 2.8 Sketsa Perhitungan Volume Endapan Dengan Rumus

Kerucut terpancung 27

Gambar 2.9 Sketsa Perhitungan Volume endapan Dengan Rumus Obelisk 28

Gambar 3.1 DFD Level 0 31

Gambar 3.2 DFD Level 1 33

Gambar 3.3 Flowchart Kualitas Batubara 36

Gambar 3.4 Lanjutan Flowchart Kualitas Batubara (1) 37 Gambar 3.5 Lanjutan Flowchart Kualitas Batubara (2) 38 Gambar 3.6 Lanjutan Flowchart Kualitas Batubara (3) 39

Gambar 3.7 Flowchart Kuantitas Batubara 43

Gambar 3.8 Rancangan Halaman News 46

Gambar 3.9 Rancangan Halaman Kualitas Batubara 47

Gambar 3.10 Rancangan Halaman Kuantitas Batubara 48

Gambar 3.11 Lanjutan Rancangan Halaman Kuantitas Batubara (1) 49 Gambar 3.12 Lanjutan Rancangan Halaman Kuantitas Batubara (2) 49 Gambar 3.13 Lanjutan Rancangan Halaman Kuantitas Batubara (3) 50 Gambar 3.14 Rancangan Halaman Hasil Kuantitas Batubara 50

Gambar 3.15 Rancangan Halaman Menu Komersial 51

Gambar 3.16 Rancangan Halaman Hasil 52

Gambar 3.17 Rancangan Halaman Menu About Us 52

Gambar 3.18 Rancangan Halaman Login Admin 53

Gambar 3.19 Rancangan Halaman Admin 54

Gambar 3.20 Rancangan Halaman Admin Data News 54

Gambar 3.21 Rancangan Halaman Admin Pengaturan 55

Gambar 4.1 Tampilan Halaman Utama 57

Gambar 4.2 Tampilan Halaman Menu News 57

Gambar 4.3 Tampilan Halaman Kualitas Batubara 58

(15)

Gambar 4.12 Tampilan Halaman Lanjutan Menu Kuantitas Batubara (6) 63

Gambar 4.13 Tampilan Halaman Menu Komersial 63

Gambar 4.14 Tampilan Halaman Menu Lanjutan Komersial (1) 64 Gambar 4.15 Tampilan Halaman Menu Lanjutan Komersial (2) 64 Gambar 4.16 Tampilan Halaman Hasil Untuk Download 65

Gambar 4.17 Tampilan Halaman Menu About Us 65

Gambar 4.18 Tampilan Halaman Menu Admin 66

Gambar 4.19 Tampilan Halaman Menu Administrator 67

Gambar 4.20 Tampilan Halaman Menu Admin News 68

(16)

ABSTRAK

(17)

THE DESIGN OF INVESTMENT DECISION SUPPORT SYSTEM TO DETERMINE THE COAL POTENTIAL IN AN AREA WITH A

WEB-BASED FORWARD CHAINING METHOD

ABSTRACT

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat menjadikan segala sesuatu

tidak dapat lepas dari dunia teknologi informasi. Semenjak munculnya internet maka

kecepatan informasi juga sangat mempengaruhi segala bentuk aspek kehidupan

manusia, dimana informasi yang cepat sangat dibutuhkan dalam mengambil suatu

keputusan. Begitu juga dalam dunia bisnis, informasi yang cepat merupakan

kebutuhan yang utama dimana persaingan bisnis yang ketat menuntut sesuatu yang up

to date agar tidak kalah berkompetisi dengan pesaing bisnisnya.

Pada dunia bisnis suatu investasi mutlak diperlukan demi menjalankan roda

bisnis, dan di dalam menenentukan investasi keputusan yang bijak sangat diperlukan

karena ini berpengaruh besar terhadap hasil yang akan diperoleh dari suatu investasi.

Oleh karena itu diperlukanlah suatu sistem yang mampu membantu seorang

pengambil keputusan (decision maker) dalam menentukan keputusan yang tepat.

Di era teknologi sekarang peran komputer sangat mutlak diperlukan dalam

memperoleh informasi dan data yang tepat. Komputer juga dapat memberikan solusi

bagi para pelaku bisnis dalam menentukan langkah yang tepat untuk menentukan

suatu keputusan.

Pada saat ini industri pertambangan merupakan industri yang menggairahkan

dimana industri ini mampu menghasilkan profit yang besar. Salah satu diantaranya

adalah industri pertambangan mineral batubara. kebutuhan akan batubara sangat

(19)

Walaupun termasuk industri yang menggiurkan tapi banyak pelaku bisnis yang

masih belum berani berinvestasi dalam bisnis ini karena keterbatasan pengetahuan dan

informasi. Maka di perlukan suatu sistem pendukung keputusan yang bersifat dinamis,

informatif dan user friendly untuk membantu para pelaku bisnis mengambil keputusan

dalam berinvestasi di bisnis industri batubara ini.

Atas dasar ini maka penulis tertarik untuk membangun suatu sistem

pendukung keputusan yang mana membantu seorang pengambil keputusan untuk

menentukan investasi pada suatu industri batubara. Dengan metode forward chaining

maka pengambil keputusan dapat memasukkan data yang diperoleh dari lapangan

sehingga pengambil keputusan bisa melihat langsung tahapan dari suatu proses

penelitian seorang geolog dalam melakukan penelitiannya.

Untuk mendukung seorang pengambil keputusan yang mempunyai mobilitas

yang tinggi dengan waktu yang sangat padat, maka sistem ini akan dibuat berbasis

web, sehingga para pelaku bisni dapat mengaksesnya dimanapun. Sistem yang

berbasis web memudahkan para pengguna dalam menentukan keputusan karena bisa

diakses oleh siapapun dan dimanapun pengguna berada tanpa harus memiliki sistem

ini pada perangkat mereka. Jadi hanya memerlukan sebuah web browser yang sudah

terinstal pada perangkat para pengguna, sistem ini sudah dapat bekerja.

1.1 Rumusan Masalah

Secara umum pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah

bagaimana merancang dan membangun suatu aplikasi sistem pendukung keputusan

berbasis web yang dinamis dengan tampilan yang menarik dan user friendly yang

mampu memberikan suatu informasi tentang potensi batubara pada suatu area dengan

(20)

1.1 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aplikasi ini dibangun menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySql.

2. Aplikasi ini hanya membatasi pada penelitian barang tambang batubara saja

dengan parameter yang sudah ditentukan.

3. Penghitungan cadangan batubara hanya menggunakan metode cross section saja.

4. Sistem pendukung keputusan ini meninjau dari segi teknikal dan non teknikal.

Pada segi teknikal hanya membahas mengenai kualitas dan kuantitas batubara dan

dari segi non teknikal hanya membahas mengenai nilai ekonomis, infrastruktur

dan lokasi area.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk merancang dan membangun suatu

aplikasi sistem pendukung keputusan yang menggunakan metode forward chaining

dalam menentukan potensi batubara pada suatu area dan menetukan kelayakan untuk

berinvestasi

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Membantu investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi pada industri

eksplorasi batubara.

2. Memberikan gambaran bagi investor mengenai pengetahuan eksplorasi batubara

serta parameternya dan sebagai tolak ukur dalam melakukan investasi batubara.

3. Membantu para pakar / geolog dalam menentukan hasil penelitiannya.

4. Memberikan pengetahuan bagi orang awam mengenai proses eksplorasi batubara

(21)

1.1 Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang akan digunakan adalah:

1. Studi Literatur

Mempelajari literatur tentang teori dasar yang mendukung penelitian ini, yaitu

tentang sistem pendukung keputusan dengan metode forward chaining.

2. Pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian.

Melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk penelitian ini, yaitu data

mengenai bentuk investasi, batubara, eksplorasi batubara secara teknikal maupun

non teknikal.

3. Analisis dan Perancangan Sistem

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap parameter yang akan digunakan

dalam sistem, dalam analisis dan perencangan sistemnya akan di bagi kedalam

dua segi peninjauan yaitu segi teknikal dan nonteknikal. Pada segi teknikal juga

terbagi kedalam dua kategori yaitu kategori untuk penentuan kualitas dan

penentuan kuantitas sedangkan pada nonteknikal merupakan anilisis dari segi

komersial.

4. Implementasi Sistem

Pada tahap ini dilakukan pembuatan sistem sesuai dengan analisis dan

perancangan yang telah dilakukan.

5. Pengujian Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem, apakah implementasi telah sesuai

dengan tujuan penelitian.

6. Dokumentasi Sistem

Melakukan pembuatan dokumentasi sistem mulai dari tahap awal sampai

dengan pengujian sistem.

1.2 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi pembahasan masalah umum yang meliputi latar belakang pemilihan

judul skripsi “Perancangan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Investasi Untuk

Penentuan Potensi Batubara Pada Suatu Area Dengan Metode Forward Chaining

Berbesis Web”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendukung pembahasan bab

selanjutnya. Teori-teori tentang sistem pendukung keputusan, batubara, metode

forward chaining serta pengertian PHP dan MySql.

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab ini membahas analisis perancangan sistem, yaitu perancangan diagram pohon dari

sistem pendukung keputusan dari segi kualitas, kuantitas dan komersial, perancangan

diagram alir (flowchart), data flow diagram (DFD), kamus data (dictionary data) dan

perancangan papan cerita (story board).

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGGUNAAN

Bab ini membahas tentang cara kerja dari perangkat lunak yang mengulas analisis

hasil pengujian, gambaran rancangan desain antarmuka, perancangan basis

pengetahuan, serta memberikan gambaran rancang bangunyang lengkap kepada user

dan pemakai komputer yang lain serta implementasinya yaitu menguji untuk

(23)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Membuat kesimpulan-kesimpulan yang merupakan rangkuman dari hasil analisis kerja

pada bagian sebelumnya dan saran yang perlu diperhatikan berdasarkan keterbatasan

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan (decision support sistem) defenisi awalnya adalah suatu

sistem yang ditujukan untuk mendukung manajemen pengambilan keputusan. Sistem

berbasis model yang terdiri dari prosedur-prosedur dalam pemrosesan data dan

pertimbangannya untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan. Agar

berhasil mencapai tujuannya maka sistem tersebut harus: (1) sederhana, (2) robust, (3)

mudah untuk dikontrol, (4) mudah beradaptasi, (5) lengkap pada hal-hal penting, (6)

mudah berkomunikasi dengannya. Secara implisit juga berarti bahwa sistem ini harus

berbasis komputer dan digunakan sebagai tambahan dari kemampuan penyelesaian

masalah dari seseorang.

Pemrosesan data elektronik (electronic data processing) adalah suatu proses

mengumpulkan data dan menilai bukti untuk menentukan apakah sistem komputer

mampu mengamankan aset, memelihara kebenaran data, maupun mencapai tujuan

organisasi perusahaan secara efektif dan menggunakan aktiva perusahaan secara

hemat.

Tabel 2.1. Perbedaan SPK dengan (ElectronicDataProcessing) EDP

Defenisi lain dari SPK adalah (1) sistem tambahan, (2) mampu untuk mendukung

(25)

pada perencanaan masa depan, dan (4) digunakan pada interval yang tak teratur

atau tak terencanakan.

Ada juga defenisi yang menyatakan bahwa SPK adalah sistem berbasis

komputer yang terdiri dari 3 komponen interaktif:

1. Sistem bahasa – mekanisme yang menyediakan komunikasi antara user dan

pelbagai komponen dalam SPK

2. Knowledge sistem – penyimpanan knowledge domain permasalahan yang

ditanamkan dalam SPK, baik sebagai data ataupun prosedur

3. Sistem pemrosesan permasalahan – link diantara dua komponen, mengandung

satu atau lebih kemampuan memanipulasi masalah yang dibutuhkan untuk

pengambilan keputusan

Defenisi terakhir adalah, istilah SPK mengacu pada “situasi dimana sistem

‘final’ dapat dikembangkan hanya melalui adaptive process pembelajaran dan

evolusi”. SPK didefenisikan sebagai hasil dari pengembangan proses dimana user

SPK, SPK builder, dan SPK itu sendiri, semuanya bisa saling mempengaruhi, yang

tercermin pada evolusi sistem itu dan pola-pola yang digunakan. Semua istilah diatas

dapat digambarkan pada tabel berikut ini :

(26)

2.1.1 Karakteristik dan Kemampuan SPK

Gambar 2.1 Karakteristik dan kemampuan SPK

(Turban, 1995)

Dibawah ini merupakan karakteristik dan kemampuan ideal dari suatu SPK:

1. SPK menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan utama pada situasi

semi terstruktur dan tidak terstruktur dengan memadukan pertimbangan

manusia dan informasi terkomputerisasi. Pelbagai masalah tak dapat

diselesaikan (atau tak dapat diselesaikan dengan memuaskan) oleh sistem

terkomputerisasi lain, seperti EDP, tidak juga dengan metode atau tool

kuantitatif standar.

2. Dukungan disediakan untuk pelbagai level manajerial yang berbeda, mulai

dari pimpinan puncak sampai manajer lapangan.

3. Dukungan disediakan bagi individu dan juga bagi grup. Berbagai masalah

organisasional melibatkan pengambilan keputusan dari orang dalam grup.

Untuk masalah yang strukturnya lebih sedikit seringkali hanya

membutuhkan keterlibatan beberapa individu dari departemen dan level

(27)

4. SPK menyediakan dukungan ke berbagai keputusan yang berurutan atau

saling berkaitan.

5. SPK mendukung berbagai fase proses pengambilan keputusan: intelegence,

design, choice dan implementation.

6. SPK mendukung berbagai proses pengambilan keputusan dan style yang

berbeda-beda, ada kesesuaian diantara SPK dan atribut pengambil

keputusan individu

7. SPK selalu bisa beradaptasi sepanjang masa. Pengambil keputusan harus

reaktif, mampu mengatasi perubahan kondisi secepatnya dan beradaptasi

untuk membuat SPK selalu bisa menangani perubahan ini. SPK adalah

fleksibel, sehingga user dapat menambahkan, menghapus,

mengkombinasikan, mengubah, atau mengatur kembali elemen-elemen

dasar) menyediakan respon cepat pada situasi yang tak diharapkan).

Kemampuan ini memberikan analisis yang tepat waktu dan cepat setiap

saat.

8. DSS mudah untuk digunakan. User harus merasa nyaman dengan sistem

ini. User friendliness, fleksibelitas, dukungan grafis terbaik, dan antarmuka

bahasa yang sesuai dengan bahasa manusia dapat meningkatkan efektifitas

SPK. Kemudahan penggunaan ini diimplikasikan pada mode yang

interaktif.

9. SPK mencoba untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan

(akurasi, jangka waktu, kualitas), lebih daripada efisiensi yang bias

diperoleh (biaya membuat keputusan, termasuk biaya penggunaan

komputer).

10.Pengambil keputusan memiliki kontrol menyeluruh terhadap semua

langkah proses pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah.

SPK secara khusus ditujukan untuk mendukung dan tak menggantikan

pengambilan keputusan. Pengambil keputusan dapat menindaklanjuti

rekomendasi computer sembarang waktu dalam proses dengan tambahan

pendapat pribadi ataupun tidak.

11. SPK mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru

(28)

dan begitu selanjutnya dalam proses pengembangan dan peningkatan SPK

secara berkelanjutan.

12.Pengguna harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana. Sistem

yang lebih besar dpat dibangun dalam organisasi pengguna tadi dengan

melibatkan sedikit saja bantuan dari spesialis di bidang Information Sistem

(IS).

13.SPK biasanya mendayagunakan berbagai model (standar atau sesuai

keinginan user) dalam menganalisis berbagai keputusan. Kemampuan

pemodelan ini menjadikan percobaan yang dilakukan dapat dilakukan pada

berbagai konfigurasi yang berbeda. Berbagai percobaan tersebut lebih

lanjut akan memberikan pandangan pandangan dan pembelajaran baru.

14.SPK dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan komponen knowledge yang

bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif dari berbagai masalah

yang pelik.

2.1.2 Keuntungan SPK

Adapun 9 keuntungan dari SPK adalah sebagai berikut.

1. Mampu mendukung pencarian solusi dari masalah yang kompleks.

2. Respon cepat pada situasi yang tidak dharapkan dalam kondisi yang

berubah-ubah.

3. Mampu untuk menerapkan berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi

berbeda secara cepat dan tepat.

4. Pandangan dan pembelajaran baru.

5. Memfasilitasi komunikasi.

6. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja.

7. Keputusannya lebih cepat.

8. Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih

singkat dengan sedikit usaha.

(29)

2.1.3 Komponen SPK

1. Data Manajemen. Termasuk database, yang mengandung data yang relevan

untuk pelbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database

Management Sistem (DBMS).

2. Model Manajemen. Melibatkan model financial, statistical, management

science, atau berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan

ke sistem suatu kemampuan analitis, dan management software yang

diperlukan.

3. Komunikasi (dialog subsistem). User dapat berkomunikasi dan memberikan

perintah pada SPK melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.

4. Knowledge Management.Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.

Di bawah ini adalah model konseptual SPK:

Gambar 2.2 Komponen SPK

(30)

2.2 Forward Chaining

Metode inferensi merupakan suatu cara penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh

mesin inferensi untuk meyelesaikan masalah. Forward chaining (runut maju)

merupakan salah satu metode inferensi.

Forward chaining adalah suatu strategi pengambilan keputusan yang dimulai

dari premis (fakta) menuju konklusi (kesimpulan akhir) (kusrini, 2006). Metode

inferensi runut maju cocok digunakan untuk menangani masalah pengendalian

(controlling) dan peramalan (prognosis) (Giarattano dan Riley, 1994). Metode

inferensi ini yang akan digunakan dalam sistem pendukung keputusan yang akan

dibangun dengan contoh penalaran sebagai berikut

Tabel 2.3 Contoh aturan penalaran Forward Chaining (alur maju)

No. Aturan

Pada tabel 2.3 terlihat ada 10 aturan yang tersimpan dalam basis pengetahuan.

Fakta awal yang diberikan hanya : A dan E (artinya : A dan E bernila benar).

Ingin dibuktikan apakah K bernilai benar (hipotesis K)?

Langkah-langkah inferensi adalah sebagai berikut:

a. Dimulai dari R-1, A merupakan fakta sehingga bernilai benar, sedangkan B

belum bisa diketahui kebenarannya, sehingga C pun juga belum bisa diketahui

kebenarannya. Oleh karena itu kita tidak mendapatkan informasi apapun pada

(31)

a. Pada R-2 kita tidak mengetahui informasi tentang C, sehingga kita juga tidak

bisa memastikan kebenaran D. Oleh karena itu kita tidak mendapatkan

informasi apapun pada R-1 ini. Sehingga kita menuju ke R-3

b. Pada R-3, baik A maupun E adalah fakta sehingga jelas benar. Dengan

demikian F sebagai konsekuen juga ikut benar. Sehingga sekarang kita

mempunyai fakta baru yaitu F. Karena F bukan hipotesis yang hendak kita

buktikan maka penelusuran kita lanjutkan ke R-4

c. Pada R-4, A adalah fakta sehingga jelas benar. Dengan demikian G sebagai

konsekuen juga ikut benar. Sehingga sekarang kita mempunyai fakta baru

yaitu G. karena G bukan hipotesis yang hendak kita buktikan, maka

penelusuran kita lanjutkan ke R-5

d. Pada R-5, baik F maupun G bernilai benar berdasarkan aturan R-3, dan R-4.

Dengan demikina G sebagai konsekuen juga ikut benar. Sehingga sekarang

kita mempunyai fakta baru yaitu D. karena D bukan hipotesis yang hendak kita

buktikan, maka penelusuran kita lanjutkan ke R-6.

e. Pada R-6, baik A maupun G adalah benar berdasarkan fakta dari R-4. Dengan

demikian H sebagai konsekuen juga ikut benar. Sehingga sekarang kita

mempunyai fakta baru yaitu H. karena H bukan hipotesis yang hendak kita

buktikan, maka penelusuran kita lanjutkan ke R-7.

f. Pada R-7, meskipun H benar berdasarkan R-6, namun kita tidak tahu

kebenaran C sehingga, I pun juga belum bisa diketahui kebenarannya. Oleh

karena itu kita tidak mendapatkan informasi apapun pada R-7 ini. Sehingga

kita menuju ke R-8.

g. Pada R-8, meskipun A benar karena fakta, namun kita tidak tahu kebenaran I,

sehingga J pun juga belum bisa diketahui kebenarannya. Oleh karena itu kita

tidak mendapatkan informasi apapun pada 8 ini. Sehingga kita menuju ke

R-9.

h. Pada R-9, J bernilai benar karena G benar berdasarkan R-4. Karena J bukan

hipotesis yang hendak kita buktikan, maka penelusuran kita lanjutkan ke R-10.

Pada R-10, K bernilai benar karena J benar berdasarkan R-9. Karena H sudah

(32)

Tabel munculnya fakta baru pada suatu inferensi terlihat pada tabel 2.4 sedangkan alur

inferensi terlihat pada gambar 2.3.

Tabel 2.4. fakta baru pada inferensi

Aturan Fakta Baru

R-3 F

R-4 G

R-5 D

R-6 H

R-9 J

R-10 K

Gambar 2.3. Alur Inferensi Forward Chaining

(Kusuma Dewi, 2003 )

2.3 Batubara

Batubara merupakan zat padat yang heterogen, yang dapat terbakar, terdiri dari

material organik dan anorganik. Material organiknya sebagian besar berasal dari

sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami proses dekomposisi dalam berbagai tingkat di

daerah rawa dan mengalami ubahan secara kimia dan fisika setalah terkubur atau

(33)

Batubara yang tebentuk di rawa tersebut akan berbeda-beda tipenya, dan ini

tergantung pada komposisi awalnya, iklim, tinggi, muka air rawa, komposisi kimia air

dan sebagainya.

Batubara pada umumnya terbentuk secara insitu (autochthonous), namun

demikian ada sedikit endapan barubara yang mengalami proses pengendapan kembali

(allotochthonous).

2.3.1 Cara Terbentuknya Batubara

Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan,

keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari C, H, O, N, S, P. hal ini mudah

dimengerti, karena batubara terbentukdari jaringan tumbuhan yang telah mengalami

proses pembatubaraan (coalification). Apabila jaringan tumbuhan dibakar dalam

suasana reduksi, yaitu dengan cara sesudah jaringan tumbuhan disulut dengan api,

kemudian di atas tumpukan ditutup tanah agar tidak berhubungan dengan udara luar

(atau dengan kata lain agar jaringan tumbuhan tidak terbakar), maka jaringan

tumbuhan (umum disebut kayu), akan menjadi arang kayu. Agar nyala api yang ada di

dalam kau mati, maka kayu tersebut harus disiram dengan air, dan terbentuklah arang

kayu. Makin keras kayu yang dipergunakan sebagai bahan baku, arang kayu yang

dihasilkan mutunya makin baik. Komposisi kimia utama arang kayu serupa dengan

komposisi kimia utama batubara. Perbedaannya, arang kayu dapat dibuat sebagai hasil

rekayasa dan inovasi manusia, selama jangka waktu yang pendek, sedang batubara

terbentuk oleh proses alam, selama jangka waktu ratusan hingga ribuan tahun. Karena

batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang akan berpengaruh

pada pembentukan batubara. Makin tinggi intensitas parameter yang berpengaruh

makin tinggi mutu batubara yang terbentuk.

Didalam mempelajari cara terbentuknya batubara dikenal 2 teori yaitu teori

insitu dan teori drift (Krevelen, 1993). Teori insitu menjelaskan, tempat dimana

batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya proses coalification dan sama pula

(34)

penciri yang dapat dipergunakan untuk mengetahui berlakunya teori insitu pada suatu

daerah tambang batubara, antara lain didapatkannya getah tumbuhan yang telah

mengeras (membatu), dalam istilah geologi disebut sebagai Harz (istilah setempat

dikenal sebagai damar selo/gandarukem).

Teori drift menjelaskan, bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan

sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara

berbeda dengan tempat tumbuhan semula berkembang kemudian mti. Oleh sebab itu

bahan pembentuk batubara tersebut telah mengalami proses transportasi, sortasi dan

terakumulasi pada suatu cekungan sedimen. Oleh karenanya keberadaan harz dan

tikas daun tidak pernah didapatkan, disamping kualitas batubara antara lapisan yang

satu dengan lapisan stratigrafi atasnya berbeda. Hal ini mudah dimengerti karena

selama terjadinya proses transportasi yang berkaitan dengan kekuatan arus air, pada

saat arus kuat akan terhanyutkan pokok pohon yang besar, sedang pada saat arus air

kekuatannya telah mulai berkurang yang diangkut bagian pohon yang lebih kecil

(ranting dan daun). Penyebaran batubara dengan konsep teori drift, mungkin luas

ataupun sempit, tergantung pada luasan cekung sedimentasi. (Krevelen,1993).

Gambar 2.4 Urutan proses pembatubaraan

(35)

Gambar 2.5 Skema pembentukan batubara

(Anggayana, 1995)

2.3.2 Klasifikasi Batubara

Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar pembangkit energi. Berdasarkan

cara penggunaannya sebagai penghasil energi batubara dibedakan :

1. Penghasil energi panas primer, yaitu langsung dipergunakan untuk industri,

misalnya sebagai bahan burner (pembakar) dalam industri semen, pembangkit

listrik tenaga uap (PLTU), bahan bakar pembuatan kapur tohor, bahan bakar

pembuatan genting, bahan bakar lokomotif, pereduksi proses metalurgi, kokas

konvensional, bahan bakar tidak berasap (smokeless fuel).

2. Penghasil energi sekunder, yaitu tidak langsung dipergunakan untuk industri,

misalnya sebagai bahan bakar padat (briket), bahan bakar cair (konversi menjadi

(36)

Batubara dapat pula dipergunakan tidak sebagai bahan bakar, tetapi

dipergunakan sebagai reduktor pada proses peleburan timah, industri ferro-nikel,

industri besi dan baja, sebagai bahan pemurnian pada industri kimia (dalam bentuk

karbon aktif), sebagai bahan pembuatan kalsium karbida (dalam bentuk kokas atau

semi kokas).

Pemanfaatan batubara sebagai energi panas kontak langsung sering dilakukan.

Artinya batubara tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit energi panas,

dimana pada proses pembakaran, batubara bersinggungan secara langsung dengan

materi lain tanpa ada pembatas, misalnya dalam proses pembakaran genting, kapur

tohor, keramik, industri semen. Pada operasi pembakaran batubara sebagai energi

kontak langsung sifat fisik dan kimia batubara akan sangat menentukan terhadap

proses pembakaran. Sifat-sifat batubara yang perlu dicermati antara lain kadar abu

(ash content), kadar lengas (moisture content), volatile matter, fixed carbon.

Secara Umum batubara di golongkan menjadi lima tingkatan (dari tingkatan

paling tinggi sampai tingkatan terendah) yaitu: anthracite, bituminous coal, sub

bituminous coal, lignite dan peat (gambut). Penggolongan tersebut menekankan pada

kandungan relatif antara unsur C dan H2O yang terdapat dalam batubara. Pada

anthracite, kandungan C relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan H20.

Pada bituminous dan pada peat kandungan unsur C relatif lebih rendah dibandingkan

dengan kandungan H2O. pada bituminous kandungan unsur C relatif lebih rendah

dibandingkan dengan kandungan H2O pada anthracite. Mempergunakan konsep

analogi, disimpulkan kandungan unsur C dalam peat relatif paling sedikit, sebaliknya

kandungan H2O paling banyak dibandingkan dengan jenis batubara yang lain.

Kandungan air dalam batubara, dikenal sebagai sifat lengas (moisture). Kandungan

lengas (moisture content), digolongkan sebagai lengas bebas (free moisutere), yaiut

lengas yang disebabkan oleh adanya kandungan air mekanika (air yang menempel

pada permukaan butir batubara), lengas bawaan (inherent moisture), yaitu lengas yang

disebabkan oleh adanya kandungan air mineral (air yang merupakan bagian dari

(37)

total (total moisture), yaitu jumlah total kandungan batubara yang merupakan

penjumlahan dari free moisture + inherent moisture.

Anthracite menunjukkan ciri antara lain, memperlihatkan struktur kompak,

berat jenis tinggi, berwarna hitam metalik, kandungan volatile matter rendah,

kandungan abu dan kandungan air rendah, tanpa timbul nyala. Nilai kalor berkisar

pada nilai 8300 kkal/kg. Bituminous coal berwarna hitam agak kompak, kandungan

abu dan air relatif rendah (5% - 10%), nilai kalor antara 7000-8000 kkal/kg. Batubara

yang berwarna hitam (jenis anthracite dan bituminous coal ) bersifat tidak

higroskopis. Lignite apabila dibakar menghasilkan nilai kalor 1500-4500 kkal/kg,

sedang peat apabila dibakar menghasilkan nilai kalor 1700-3000 kkal/kg. Oleh sebab

itu. Apabila batubara dipergunakan sebagai bahan bakar industri dipilih jenis

anthracite atau bituminous coal, dihindarkan penggunaan lignit dan peat.

Untuk mempermudah pengenalan jenis batubara, berikut ditunjukkan

sifat-sifat batubara untuk masing-masing jenis sebagai berikut:

1. Jenis anthracite

Warna hitam, sangat mengkilat, kompak, kandungan karbon sangat tinggi,

kandungan air sangat sedikit, kandungan abu sangat sedikit, kandungan sulfur

sangat sedikit.

2. Jenis bituminous/subbituminous coal

Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relatif tinggi, nilai

kalor tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, kandungan sulfur

sedikit.

3. Jenis lignite (brown coal)

Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalor rendah,

kandungan air tinggi, kandungan abu banyak, kandungan sulfur banyak.

Kebanyakan batubara dimanfaatkan sebagai bahan bakar, sehingga faktor volatile

matter, lama penyalaan dan suhu memegang peranana penting. Dikenala istilah long

flaming coal dan short flaming coal. Long flaming coal merupakan batubara dengan

(38)

menghasilkan periode nyala pendek, panas yang dihasilkan sebagian untuk

membakar volatile matter yang jumlahnya cukup banyak, akibatnya suhu yang

dihasilkan menjadi relatif rendah. Sedangkan short flaming coal, merupakan batubara

dengan volatile matter rendah,apabila batubara dalam keaadaan serbuk dibakar dalam

tanur putar, akan terurai segera, sehingga menghasilkan periode nyala panjang, panas

yang dihasilkan sebagian dipakai untuk membakar volatile matter yang jumlahnya

sedikit, akibatnya suhu yang dihasilkan menjadi relatif tinggi.

Untuk proses pembakaran secara terus menerus (jangka panjang), misalnya

dalam industri semen, batubara dengan periode nyala panjang lebih disukai

dibandingkan dengan batubara dengan periode nyala pendek, karena nyala panjang

akan membuat reaksi kimia berlangsung akan lebih sempurna.

1.3.2.1Klasifikasi Batubara Berdasarkan Atas Nilai Kalor

Beberapa klasifikasi batubara berdasarkan atas nilai kalornya adalah sebagai berikut.

1. Batubara tingkat tinggi (high rank), meliputi meta anthracite, anthracite, semi

anthracite

2. Batubara tingkat menengah(moderate rank), meliputi low volatile, bituminous

coal, high volatile coal.

3. Batubara tingkat rendah (low rank), meliputi sub bituminous coal, lignite.

Apabila diperhatikan lebih lanjut, penggolongan tersebut diatas lebih

ditekankan pada nilai kalor yang dihasilkan, selain tetap memperhatikan unsur C dan

jumlah volatile matter yang terdapat didalamnya. Seperti pada penggolongan yang

pertama, apabila batubara dipakai dalam industri, akan dipilih batubara tingkat tinggi

karena akan menghasilkan panas yang cukup tinggi.

1.3.2.2Klasifikasi Batubara menurut ASTM

American Society for Testing Material (ASTM) membuat klasifikasi batubara

(39)
(40)

Keberadaan ASTM batubara, diharapkan terdapat kesepakatan antara para

penghasil batubara dengan industri/pemakai batubara. Terlihat pada masing-masing

pengelompokan, tiap jenis batubara mempunyai perbedaan baik pada sifat fisik

(struktur) maupun pada sifat kimiawinya (reaktivitas). Hal ini menjadi salah satu

penyebab mengapa suatu jenis batubara dipandang sesuai untuk pemanfaatan tertentu

dan tidak sesuai untuk pemanfaatan lainnya. Sebagai contoh batubara jenis bituminous

dan subbituminous dapa dibakar langsung pada tungku atau ketel uap untuk keperluan

industri dan pembangkit tenaga listrik, sedang batubara jenis anthracite biasanya

dipakai untuk reduktor. Batubara jenis lignite digunakan untuk bahan bakar

pembangkit tenaga listrik di mulut tambang atau diproses menjadi bahan bakar cair

(minyak sintetis), gas sintetis atau briket batubara. Gambut kurang sesuai untuk bahan

bakar, tetapi cocok sebagai media semai tanaman.

1.3.2.1Kualitas Batubara

Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor : 13-5015-1998/Amd 1:1999 membagi

kualitas batubara menjadi dua, yaitu: batubara energi rendah (brown coal) dan

batubara energi tinggi (hard coal).

1. Batubara Energi Rendah (Brown Coal)

Batubara energi adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya,

bersifat lunak mudah di remas, mengandung kadar air yang tinggi (10 – 70%),

memperlihatkan struktur kayu dan nilai kalorinya ≤ 7000 Kcal/Kg ( dry ash free

-ASTM).

2. Batubara Energi Tinggi (Hard Coal)

Batubara energi tinggi adalah semua jenis batubara yang peringkatnya lebih

tinggi dari brown coal, bersifat lebih keras, tidak mudah di remas, kompak,

mengandung kadar air yang relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu tidak

tampak lagi dan nilai kalorinya ≥ 7000 Kcal/Kg (dry ash free-ASTM).

1.3.3 Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang

(41)

sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif

oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik

informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah

dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara

yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat

pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.

1.3.2.1Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)

Sumber daya batubara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau

bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi

syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.

Sejumlah kelas sumber daya yang belum ditemukan yang sama dengan

cadangan batubara yg diharapkan mungkin ada di daerah atau wilayah batubara yang

sama dibawah kondisi geologi atau perluasan dari sumberdaya batubara tereka. Pada

umumnya, sumberdaya berada pada daerah dimana titik-titik sampling dan

pengukuran serat bukti untuk ketebalan dan keberadaan batubara diambil dari distant

outcrops, pertambangan, lubang-lubang galian, serta sumur-sumur. Jika eksplorasi

menyatakan bahwa kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan mengungkapkan

informasi yg cukup tentang kualitasnya, jumlah serta rank, maka mereka akan di

klasifikasikan kembali sebagai sumber daya teridentifikasi (identified resources).

2.3.3.2 Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource)

Sumber daya batubara tereka adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan

atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi

syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.

Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga penilaian dari

(42)

ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan

sampling berdasarkan bukti geologi dalam daerah antara 1,2 km – 4,8 km. termasuk

antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan

ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm atau lebih.

2.3.3.3 Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)

Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah

penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data

yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran

secara relistik dari ketebalan, kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan

dengan alasan sumber daya yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup

besar jika eksplorasi yang lebih detail dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan

dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik

pengukuran dan sampling berdasarkan bukti gteologi dalam daerah antara 0,4 km –

1,2 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sib

bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.

2.3.3.4 Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)

Sumber daya batubara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan

atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi

syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan untuk

melakukan penafsiran ketebalan batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah batubara

insitu. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup,

rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi

dalam radius 0,4 km. Termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau

lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150

(43)

2.3.3.5 Perhitungan Cadangan Batubara Menggunakan Metode Cross Section

Perhitungan cadangan metode penampang (cross section) merupakan metode

perhitungan cadangan yang perinsipnya adalah dengan membagi tubuh endapan

batubara kedalam blok-blok dengan konstruksi penampang geologi pada interval

sepanjang garis melintang atau level yang bebeda.

Rumus luas rata-rata (mean area) dipakai untuk endapan yang mempunyai

penampang yang uniform.

1

Gambar 2.6. Sketsa perhitungan volume endapan dengan rumus mean area

(Anwar,2008)

Sedangkan untuk menghitung tonase digunakan rumus:

(44)

M = luas penampang tengah

L = jarak antara S1 dan S2

V = volume cadangan

Gambar 2.7. Sketsa perhitungan volume endapan dengan rumus prismoida.

(Anwar,2008)

Rumus kerucut terpancung

(

)

...2.4 3 S1 S2 S S2

L

V = + +

S1 = luas penampang atas

S2 = luas penampang alas

L = jarak antara S1 dan S2

V = volume cadangan

Gambar 2.8. Sketsa perhitungan volume endapan dengan rumus kerucut

terpancung.

(Anwar,2008)

S S

S

(45)

Rumus Obelisk, rumus ini merupakan suatu modifikasi dari rumus prismoida

Gambar 2.9. Sketsa perhitungan volume endapan dengan rumus obelisk.

(Anwar, 2008)

(46)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis

Analisis berguna untuk mengetahui kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan SPK

yang akan dibangun. Pada tahap ini dilakukan pencarian dan pengumpulan data serta

pengetahuan yang diperlukan oleh SPK, sehingga pada akhirnya analisis didapatkan

hasil berupa sistem yang strukturnya dapat didefenisikan dengan baik dan jelas.

3.1.1 Gambaran Umum Sistem

Aplikasi SPK yang dibangun memiliki cara kerja untuk menghasilkan suatu output

ataupun keluaran untuk mengetahui apakah suatu investasi eksplorasi pada suatu area

batubara layak dilakukan atau tidak berdasarkan dari data-data riset dilapangan dan di

laboratorium. Aplikasi ini menggunakan metode forward chaining yang terdiri dari

segi teknikal dan non teknikal, dimana akan diurutkan satu persatu mulai dari

penentuan kualitas batubara, penentuan dari segi kuantitas batubara dan segi

komersial, sehingga mampu menghasilkan suatu ouput yang mampu memberikan

pengetahuan dan penghitungan yang akurat dalam membantu penentuan keputusan.

Cara kerja aplikasi ini cukup sederhana dimana user bisa langung memilih

menu-menu yang telah disediakan dimana setiap menu akan menyediakan halaman

untuk input data dimana akan dilakukan penghitungan-penghitungan sesuai dengan

ilmu batubara.

Pada sistem ini juga terdapat halaman yang berisi seputar informasi mengenai

(47)

membantu para user dalam memahami mengenai batubara serta update harga terbaru

batubara.

3.1.2 Analisis Permasalahan Sistem Pendukung Keputusan

Pentingnya sumber daya alternatif dan semakin banyaknya industri yang

menggunakan batubara sebagai bahan bakar alternatifnya membuat explorasi batubara

menjadi menggiurkan bagi para pebisnis. Tetapi karena kurangnya pengetahuan

mengenai ilmu batubara serta perlunya pengetahuan awal mengenai batubara sehingga

diperlukan suatu sistem yang mampu membantu para pebisnis dalam memahami

informasi batubara. Serta sebagai bentuk awalan untuk menggali ketertarikan

mengenai investasi batubara sebelum terjun kedalamnya. Sehingga bisa mengambil

suatu keputusan yang tepat dalam berinvestasi didunia batubara.

SPK merupakan sistem yang mampu untuk mendukung analisis data secara ad

hoc dan pemodelan keputusan, sehingga mampu membantu dalam pengambilan

keputusan. SPK juga merupakan sistem dengan basis pengetahuan yang dinamis,

dimana pengetahuan tersebut dapat berubah seiring berjalannya waktu sehingga dapat

dilakukan pembaharuan, seperti penambahan, penghapusan, maupun perubahan

terhadap data yang sudah disimpan sebelumnya. Perubahan dilakukan pada bagian

basis pengetahuan saja sehingga SPK ini dapat dikembangkan lebih lanjut. Tahapan

analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum tahapan perancangan, hal ini agar

perangkat lunak yang dirancang sesuai dengan masalah yang diselesaikan. Pada SPK

ini supaya lebih baik maka akan dikombinasikan dengan mekanisme sistem pakar

yaitu mekanisme inferensi. Mekanisme inferensi adalah bagian dari sistem pakar yang

melakukan penalaran dengan menggunakan isi daftar aturan berdasarkan urutan dan

pola tertentu.

Mesin inferensi untuk program SPK investasi batubara ini merupakan

gabungan dari algoritma penghitungan dan pencarian dengan metode yang digunakan

(48)

3.2 Model Analisis

DFD dari aplikasi website yang dibuat dimulai dari DFD level 0 hingga DFD level 1.

DFD digunakan untuk menggambarkan aliran informasi dan proses data yang

bergerak dari input data hingga output. DFD memudahkan pemakai yang kurang

menguasai bidang komputer untuk mengerti sistem yang akan dikerjakan atau

dikembangkan.

3.2.1 DFD Level 0

Sistem Pendukung Keputusan

Investasi Batubara ADMIN

Penjelasan proses diagram konteks DFD sistem pendukung keputusan untuk

menentukan potensi batubara pada suatu area dan menentukan kelayakan untuk

berinvestasi

a. Proses

Nama Proses : Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Potensi

Batubara Pada Suatu Area dan Menentukan Kelayakan Untuk

Berinvestasi

Keterangan : Proses penentuan keputusan potensi batubara berdasarkan

kualitas serta kuantitas.

b. Arus Data

Masukan : - Data username dan password

(49)

- Data News

- Input data kualitas, kuantitas serta komersial

- Jawaban

Keluaran : - Data username dan password

- Data Pengaturan

- Data News

- Output data kualitas, kuantitas serta komersial

a. Entitas Luar

Nama Entitas : - Admin

Keterangan : Merupakan bagian yang mengontrol dan memperbaiki sistem

Masukan : - Data username dan password

- Data Pengaturan

- Data News

Keluaran : - Data username dan password

- Data Pengaturan

- Data News

Nama Entitas : - User

Keterangan : Pengguna yang menggunakan sistem untuk mengetahui

potensi batubara serta kelayakan untuk berinvestasi

Masukan : - Output data kualitas, kuantitas serta komersial

: - News batubara

Keluaran : - Input data kualitas, kuantitas serta komersial

- Jawaban

3.2.2 DFD Level 1

Proses yang ada pada DFD Level 0 dipecah lagi menjadi proses-proses yang lebih

kecil dan lengkap dalam DFD level 1. Diagram untuk DFD level 1 dapat dilihat

(50)

P1

Data Config Data Config

Data Config

Penjelasan proses DFD level 1sistem pendukung keputusan untuk menentukan potensi

batubara pada suatu area dan menentukan kelayakan untuk berinvestasi

a. Proses 1

Nama Proses : Proses validasi login

Masukan : - Data username dan password

Keluaran : - Data username dan password

Keterangan : Proses untuk mengecek kebenaran username dan password admin

(51)

a. Proses 2

Nama Proses : Proses kelola data config

Masukan : - Data config

Keluaran : - Data config

Keterangan : Mengolah data config

b. Proses 3

Nama Proses : Proses kelola data news

Masukan : - Data news

Keluaran : - Data news

Keterangan : Mengolah data news seperti tambah, hapus,dan ubah data

c. Proses 4

Nama Proses : Proses kualitas

Masukan : - Data kualitas

Keluaran : - Hasil kualitas

Keterangan : Mengolah data kualitas batubara sehingga didapatkan hasil

kualitas batubara

d. Proses 5

Nama Proses : Proses kuantitas

Masukan : - Data kuantitas

Keluaran : - Hasil kuantitas

Keterangan : Mengolah data kuantitas batubara sehingga didapatkan hasil

kuantitas batubara

e. Proses 6

Nama Proses : Proses komersial

Masukan : - Data komersial

Keluaran : - Hasil komersial

Keterangan : Mengolah data komersial

f. Proses 7

(52)

: -Data News

Keluaran : - Hasil pencarian

: - Cari data news

Keterangan : Mencari data news

3.2.3 Perancangan Flowchart Sistem

Flowchart adalah bagan-bagan yang mempunyai arus yang menggambarkan

langkah-langkah penyelesaian suatu masalah. Perancangan flowchart untuk aplikasi sistem

pendukung keputusan untuk menentukan potensi batubara pada suatu area dan

menentukan kelayakan untuk berinvestasi dapat dibagi ke dalam 2 bentuk

perancangan flowchart kualitas batubara dan flowchart kuantitas batubara yang dapat

(53)

mulai

(54)

A

(55)

cv, cv_unit 8300≤cv<9500 Ktg_cv=6

6300≤cv<8300 Ktg_cv=7

19,3≤cv<22,1 Ktg_cv=6

14,7≤cv<19,3 Ktg_cv=7

TIDAK

(56)

Ktg_fcp=1&

(57)

Keterangan Flowchart kualitas batubara

Pada Flowchart mengenai kualitas batubara terdapat beberapa parameter untuk

menentukan kualitas batubara yaitu : Fix Carbon Percentage (FCP), Volatile Matter

Percentage (VMP) dan Caloric Value (CV). Dimana setiap parameter mempunyai

kategori masing-masing yaitu pada FCP terdapat 6 katagori, VMP terdapat 6 kategori

serta CV terdapat 8 kategori dimana user bisa menentukan apakah menggunakan

parameter british thermal unit per pound atau menggunakan parameter megajoul per

kilogram. Dari katagori yang di dapat pada setiap parameter menentukan kepada

kualitas batubara sesuai tabel ASTM dimana akan menunjukkan kualitas batubara

yang dibagi kedalam 4 ranking dan 13 kelompok batubara.

Pada gambar 3.3 adalah penentuan fix carbon percentage (FCP) dimana fcp

yang lebih besar atau sama dengan 98 maka akan masuk pada fcp kategori 1. Jika

tidak maka dilihat nilainya apakah nilai fcp tersebut lebih kecil dari 98 sampai dengan

92, jika iya maka akan masuk kedalam fcp kategori 2. Jika tidak maka dilihat nilainya

apakah nilai fcp tersebut lebih kecil dari 92 sampai dengan 86, jika iya maka akan

masuk kedalam fcp kategori 3. Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah nilai fcp

tersebut lebih kecil dari 86 sampai dengan 78, jika iya maka akan masuk kedalam fcp

kategori 4. Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah nilai fcp tersebut lebih kecil

dari 78 sampai dengan 69, jika iya maka akan masuk kedalam fcp kategori 5. Jika

tidak maka akan masuk kedalam fcp kategori 6. Selanjutnya flowchart menuju proses

penentuan volatille matter percentage (VMP)

Pada gambar 3.4 adalah penentuan volatille matter percentage (VMP) dimana

prosesnya sama dengan penentuan fix carbon percentage hanya nilainya saja yang

berubah. Dilihat apakah nilai vmp lebih kecil sama dengan 2, jika iya maka akan

masuk vmp kategori 1. Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah nilai vmp tersebut

lebih besar 2 sampai dengan 8, jika iya maka akan masuk vmp kategori 2. Jika tidak

maka akan dilihat nilainya apakah nilai vmp tersebut lebih besar 8 sampai dengan 14,

jika iya maka akan masuk vmp kategori 3. Jika tidak maka akan dilihat nilainya

apakah nilai vmp tersebut lebih besar 14 sampai dengan 22, jika iya maka akan masuk

(58)

besar 22 sampai dengan 31, jika iya maka akan masuk vmp kategori 5. Jika tidak

maka akan masuk kedalam vmp kategori 6. Selanjutnya flowchart menuju proses

Penentuan caloric value (CV).

Pada gambar 3.5 adalah penentuan caloric value (CV) dimana prosesnya sama

dengan penentuan fix carbon percentage (fcp) dan volatille matter percentage (VMP).

Untuk pertama adalah penentuan unit cv, apakah menggunakan british thermal unit

per pound (btupp) atau megajouls per kilogram (mpk). Jika pilihan ke btupp maka

dilihat apakah nilai cv lebih besar atau sama dengan 14000, jika ya maka akan masuk

kedalam cv kategori 1. Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah nilai cv tersebut

lebih kecil 14000 sampai dengan 13000, jika ya maka akan masuk kedalam cv

kategori 2. Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah nilai cv tersebut lebih kecil

13000 sampai dengan 11500, jika ya maka akan masuk kedalam cv kategori 3. Jika

tidak maka akan dilihat nilainya apakah nilai cv tersebut lebih kecil 11500 sampai

dengan 10500, jika ya maka akan masuk kedalam cv kategori 4. Jika tidak maka akan

dilihat nilainyaapakah nilai cv tersebut lebih kecil 10500 sampai dengan 9500, jika ya

maka akan masuk kedalam cv kategori 5. Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah

nilai cv tersebut lebih kecil 9500 sampai dengan 8300, jika ya maka akan masuk

kedalam cv kategori 6. Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah nilai cv tersebut

lebih kecil 8300 sampai dengan 6300, jika ya maka akan masuk kedalam cv kategori

7. Jika tidak maka akan masuk ke cv kategori 8.

Jika pilihan ke megajouls per kilogram (MPK) maka dilihat apakah nilai cv

lebih besar atau sama dengan 32,6, jika ya maka akan masuk kedalam cv kategori 1.

Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah nilai cv tersebut lebih kecil 32,5 sampai

dengan 30,2 , jika ya maka akan masuk kedalam cv kategori 2. Jika tidak maka akan

dilihat nilainya apakah nilai cv tersebut lebih kecil 30,2 sampai dengan 26,7, jika ya

maka akan masuk kedalam cv kategori 3. Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah

nilai cv tersebut lebih kecil 26,7 sampai dengan 24,4, jika ya maka akan masuk

kedalam cv kategori 4. Jika tidak maka akan dilihat nilainyaapakah nilai cv tersebut

lebih kecil 24,4 sampai dengan 22,1, jika ya maka akan masuk kedalam cv kategori 5.

Jika tidak maka akan dilihat nilainya apakah nilai cv tersebut lebih kecil 22,1 sampai

(59)

dilihat nilainya apakah nilai cv tersebut lebih kecil 19,3 sampai dengan 14,7, jika ya

maka akan masuk kedalam cv kategori 7. Jika tidak maka akan masuk ke cv kategori

8. Seterusnya flowchart akan masuk ke tahap penntuan kualitas batubara dari ketiga

parameter fcp, vmp dan cv.

Pada gambar 3.6 adalah proses penentuan kualitas batubara. Jika nilai fcp

kategori 1, vmp kategori 1, cv kategori 1 maka masuk antrasit 1. Jika tidak maka

dilihat apakah nilai fcp kategori 2, vmp kategori 2, cv kategori 1 maka masuk antrasit

2. Jika tidak maka dilihat apakah nilai fcp kategori 3, vmp kategori 3, cv kategori 1

maka masuk antrasit 3. Jika tidak maka dilihat apakah nilai fcp kategori 4, vmp

kategori 4, cv kategori 1 maka masuk bituminous 1. Jika tidak maka dilihat apakah

nilai fcp kategori 5, vmp kategori 5, cv kategori 1 maka masuk bituminous 2. Jika

tidak maka dilihat apakah nilai fcp kategori 6, vmp kategori 6, cv kategori 1 maka

masuk bituminous 3. Jika tidak maka dilihat apakah nilai fcp kategori 6, vmp kategori

6, cv kategori 2 maka masuk bituminous 4. Jika tidak maka dilihat apakah nilai fcp

kategori 6, vmp kategori 6, cv kategori 3 maka masuk bituminous 5. Jika tidak maka

dilihat apakah nilai fcp kategori 6, vmp kategori 6, cv kategori 4 maka masuk

subbituminous 1. Jika tidak maka dilihat apakah nilai fcp kategori 6, vmp kategori 6,

cv kategori 5 maka masuk subbituminous 2. Jika tidak maka dilihat apakah nilai fcp

kategori 6, vmp kategori 6, cv kategori 6 maka masuk subbituminous 3. Jika tidak

maka dilihat apakah nilai fcp kategori 6, vmp kategori 6, cv kategori 7 maka masuk

lignite 1. Jika tidak maka dilihat apakah nilai fcp kategori 6, vmp kategori 6, cv

kategori 8 maka masuk lignite 2. Jika tidak maka nilainya error dan selesai untuk

(60)

Pada kuantitas batubara dapat kita lihat perancangan flowchart pada gambar 3.7 ini

Luas I = Panjang ke-i*lebar ke-i

Tonase = Berat Jenis batubara + total volume

Koreksi tonase = 55% * tonase

Total tonase = Tonase – Koreksi tonase

selesai

YA

TIDAK

Ket I = 1,2,3,… n

(61)

Keterangan flowchart Kuantitas batubara

Untuk menentukan kuantitas batubara user harus mengisi jumlah blok, kemudian

memilih bentuk dari setiap blok apakah berbentuk persegi panjang atau segitiga,

setelah menentukan jenis bloknya maka user harus mengisi panjang dan lebar apabila

blok tersebut berbentuk persegi panjang dan jika blok tersebut berbentuk segitiga

maka isiannya berupa alas dan tinggi blok sehingga akan diperoleh luas untuk setiap

blok. Selanjutnya user harus mengisi ketebalan rata-rata dari setiap blok untuk

memperoleh nilai volume batubara dari setiap blok sehingga secara otomatis sistem

akan menjumlahkan volume setiap blok, sehingga di dapat total blok. Setelah didapat

total blok adalah penentuan tonase yaitu penjumlahan berat jenis batubara dengan

total volume. Selanjutnya adalah koreksi tonase yaitu pengalian tonase dengan 55%.

Selanjutnya didapat total tonase dari pengurangan tonase dengan koreksi tonase dan

proses penghitungan kuantitas batubara selesai.

3.2.3 Kamus Data

Kamus data merupakan katalog (tempat penyimpanan) dari elemen-elemen yang

berada dalam satu sistem yang memudahkan proses analisis dan desain sistem.

Kamus data mendefinisikan elemen data dengan fungsi sebagai berikut :

1. Menjelaskan arti aliran data dan penyimpanan dalam DFD.

2. Mendeskripsikan komposisi paket data yang bergerak melalui aliran misalnya

alamat diuraikan menjadi kota, negara dan kode pos.

3. Mendeskripsikan komposisi penyimpanan data.

4. Menspesifikasikan nilai dan satuan yang relevan bagi penyimpanan dan aliran.

1. Tabel Config

Tabel ini berisi semua data config tentang harga dari masing-masing jenis

batubara, berat jenis batubara, serta koreksi tonase dalam persen Kamus data

(62)

Tabel 3.1 Config

1. Tabel News

Tabel ini berisi news berisikan berita seputar batubara. Kamus data untuk

daftar news diperlihatkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tabel News

NAMA TIPE KETERANGAN

Id BigInt(20) Id news

Date Date Tanggal news

Title Varchar(255) Judul news

News Text Isi news

3. Tabel Admin

Tabel ini berisi data admin selaku pengelola sistem. Kamus data untuk daftar

admin diperlihatkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tabel Admin

No Nama Field Tipe Keterangan

1 Username Varchar(20) Nama Admin

2 Password Varchar(50) Password Admin

3.3 Perancangan Antarmuka (Interface)

Antarmuka (interface) merupakan bagian dari sistem pendukung keputusan yang

digunakan sebagai alat komunikasi antara sistem dan user.

NAMA TIPE KETERANGAN

Item Varchar(20) Kode barang

Deskripsi Varchar(255) Pendeskripsian tiap item

(63)

Untuk lebih memudahkan pembuatan suatu sistem, perlu dilakukan terlebih dahulu

perancangan struktur menu program dari sistem yang akan dibangun, hal ini akan

membantu kita dalam merancang bagian-bagian dari sistem yang sebenarnya dan

untuk mengetahui bagian mana yang terlebih dahulu nantinya yang akan diakses

setelah program tersebut selesai.

3.3.1 Rancangan Menu Utama

Halaman ini merupakan halaman yang akan muncul pertama kali saat program

dijalankan. Halaman utama ini terdiri dari menu Home, menu Kualitas Batubara,

menu Kuantitas Batubara, menu Komersial, menu About Us dan menu Admin. Isi dari

menu Home merupakan tampilan dari halaman utama untuk menuju ke halaman

selanjutnya. Pada menu Home juga terdapat news yang berkaitan dengan batubara

serta waktu dan tanggal news ditampilkan. Rancangan halaman utama dapat dilihat

pada Gambar 3.8 di bawah ini

(64)

3.3.2 Rancangan Halaman Menu Kualitas Batubara

Halaman menu Kualitas Batubara merupakan halaman yang akan digunakan oleh user

untuk melakukan penentuan kualitas batubara dimana pada halaman ini user harus

memasukkan nilai fixed carbon percentage, vollatile matter percentage, serta caloric

value. Rancangan halaman menu Konsultasi dapat dilihat pada Gambar 3.9 di bawah

ini

Gambar 3.9 Rancangan Halaman Kualitas Batubara

3.3.3 Rancangan Halaman Menu Kuantitas Batubara

Halaman menu Kuantitas Batubara merupakan halaman yang akan menampilkan

halaman nilai jumlah blok yang harus diisi oleh user untuk dapat masuk ke halaman

selanjutnya. Kemudian memilih bentuk dari setiap blok apakah berbentuk persegi

panjang atau segitiga, setelah di tentukan jenis bloknya maka user harus mengisi

panjang dan lebar apabila blok tersebeut berbentuk persegi panjang dan jika blok

berbentuk segitiga maka isiannya berupa alas dan tinggi blok sehingga akan diperoleh

luas untuk setiap blok. Selanjutnya user harus mengisi ketebalan rata-rata dari setiap

(65)

otomatis sitem akan menjumlahkan volume setiap blok, sehingga di dapat total

blok.Pada hasil akhirnya sistem akan menampilkan junmlah blok, total volume, berat

jenis batubara, tonase, serta koreksi tonase (55%), dan total tonase. Rancangan

tampilan halaman kuantitas batubara secara keseluruhan dapat kita dilihat pada

gambar

(66)

Gambar 3.11 Lanjutan Rancangan Halaman Kuantitas Batubara

Gambar

Tabel 2.3  Contoh aturan penalaran Forward Chaining (alur maju)
Tabel 2.4. fakta baru pada inferensi
Gambar 2.5 Skema pembentukan batubara
Gambar 2.7. Sketsa perhitungan volume endapan dengan rumus prismoida.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 3 ayat (2) PP Hunian Orang Asing menetapkan bahwa hak atas tanah yang dimiliki oleh WNI pelaku perkawinan campuran bukan merupakan harta bersama yang dibuktikan

Sedangkan tingginya kandungan minyak dalam sedimen di Perairan Pantai Rupat Selatan (Selat Rupat) disebabkan perairan ini merupakan kawasan semi tertutup yang padat

PENGUMUMAN HASIL PENGADAAN LANGSUNG PENGADAAN BARANG/ JASA KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014.. DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Sistem Informasi Penerimaan mahasiswa Baru Non SNMPTN dan SBMPTN pada Universitas Andalas dan menganalisa

dokumen asli permohonan registrasi SBU sebagaimana dimaksud pada huruf b disampaikan kepada Badan Pelaksana LPJK Tingkat Provinsi setelah terlebih dahulu dilakukan

Menengah Kejuruan (SMK) sebagai Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dimana salah satu persyaratan dalam proses pembelajaran sudah menerapkan pembelajaran berbasis TIK

Variabel Fee Based Income (Pendapatan Non Bunga), BI Rate , dan Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap Profit (Laba) PT.

Komunikasi interpersonal guru berperan penting dalam meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih pada Kelas V. Kondisi pembelajaran di MI Sultan Agung