• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nalisa Perbandingan dan Profil Tunggal dan Profil Majemuk Pada Konstruksi Rangka Baja (Studi Literatur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Nalisa Perbandingan dan Profil Tunggal dan Profil Majemuk Pada Konstruksi Rangka Baja (Studi Literatur)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERBANDINGAN

PROFIL TUNGGAL DAN PROFIL MAJEMUK

PADA KONSTRUKSI RANGKA BAJA

(Studi literatur)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh

Ujian Sarjana Teknik Sipil

oleh:

SIMSON SOPAR SIRAIT NIM : 060424013

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Perencanaan adalah suatu proses untuk menghasilkan penyelesaian optimum. Dalam suatu perencanaan, kita harus menetapkan kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya penyelesaian optimum. Pada suatu konstruksi bangunan baja, tidak terlepas dari balok-kolom dan element-element pelat. Dalam merencanakan struktur rangka baja tentunya diinginkan struktur yang kuat, indah, aman dan ekonomis.

Didalam penulisan tugas akhir ini, penulis hanya membatasi atau membahas mengenai profil yang digunakan pada suatu konstruksi baja yaitu profil tunggal dan profil majemuk dengan bentang struktur rangka baja yang bervariasi yakni 20 meter , 25 meter dan 30 meter.

Didalam tugas akhir ini dibahas mengenai struktur kolom dan balok dengan memakai material baja profil tunggal di bandingkan dengan material baja profil majemuk. Tujuannya adalah untuk mengetahui efisiensi dan optimalnya perencanaan dengan menggunakan baja profil tunggal di bandingkan dengan baja profil majemuk.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih karuniaNya yang telah memberikan Akal budi Pikiran yang sehat serta pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul “ Analisa Perbandingan

Profil Tunggal dan Profil Majemuk Pada Kontruksi Rangka Baja ” ini

disusun guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Program Strata satu

(S-1) Ekstensi di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh dukungan berupa pengetahuan ,spiritual maupun materi dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Sanci Barus, MT., Sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penulisan dan penyelesaian Tugas Akhir ini;

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Ir.Zulkarnain A.Muis,M.Eng., selaku Koordinator Program Pendidikan Sarjana Ekstension (PPSE) Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara; 4. Seluruh Dosen dan pegawai serta administrasi Universitas Sumatera Utara

(4)

5. Terima kasih yang teristimewa, penulis ucapkan kepada Ayahnda tercinta Pinondang Sirait dan ibunda tercinta Ester Rajagukguk,BSc., yang telah mengasuh, mendidik, dan membimbing serta selalu memberikan dukungan baik moral, materil, maupun doa nya yang selalu mengiringi langkah putera nya. Begitu juga kepada keluarga yang telah memberikan inspirasi kehidupan dan motivasi yang tiada henti-hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini;

6. Penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa (S-1) Ekstension Jurusan Teknik Sipil USU dan senior beserta junior yang memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini kemungkinan belum sempurna, untuk itu penulis dengan tulus dan terbuka menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Medan, Mei 2011 Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……….. iv

DAFTAR GAMBAR ………….……….... vi

DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GRAFIK ………. vii

DAFTAR NOTASI ………….………... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Pembatasan Masalah ………... 3

1.3. Maksud dan Tujuan ……….. 3

1.4 Metodologi Penelitian ……….. 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum ……… 5

2.2 Sifat – Sifat Baja ………... 7

2.3. Bentuk - Bentuk Profil 2.3.1 Profil Tunggal ……….. 17

2.3.2 Profil Majemuk ……….... 18

2.4 Jenis – Jenis Pembebanan 2.4.1 Beban Mati ………. 20

2.4.2 Beban Hidup ………... 21

2.4.3 Beban Angin ………... 21

2.4.4 Beban Gempa ………. 22

2.5 Jenis – Jenis Sambungan Pada Konstruksi Baja 2.5.1 Alat Sambung Baut (Bolt) ……….. 24

(6)

BAB III APLIKASI PERHITUNGAN

3.1 Data –data Umum Struktur ………... 32

3.2 Pendimensian Profil Pada Gording ……… 34

3.3 Besaran Beban Pada Struktur 3.3.1 Perhitungan Portal Akibat Berat Sendiri ……….. 37

3.3.2 Perhitungan Portal Akibat Berat Angin ……… 48

3.4. Besaran Beban Pada Struktur Rangka Baja Tipe A ……….. 62

3.5. Besaran Beban Pada Struktur Rangka Baja Tipe B ……….. 65

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisa Profil Pada Rangka Baja Tipe A 4.1.1 Bentang 20 meter ……….. 68

4.1.2 Bentang 25 meter ……….. 72

4.1.3 Bentang 30 meter ……….. 76

4.2 Analisa Profil Pada Rangka Baja Tipe B 4.2.1 Bentang 20 meter ……….. 80

4.2.2 Bentang 25 meter ……….. 90

4.2.3 Bentang 30 meter ……….. 100

4.3 Perbandingan Profil Tunggal dan Profil Majemuk ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ……….. 115

4.2 Saran ……….. 116

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rangka baja penahan dinding ... 5

Gambar 2.2 Rangka baja jembatan ……….. 6

Gambar 2.3 Rangka baja gedung (portal) ……… 6

Gambar 2.4 Rangka baja bangunan industri ... 7

Gambar 2.5 Hubungan tegangan - regangan untuk uji tarik pada baja lunak... 10

Gambar 2.6 Penentuan tegangan leleh ... 14

Gambar 2.7 Standart rolled shapes ………. 16

Gambar 2.8 Cold formed shapes ………. 16

Gambar 2.9 Batang Tepi Atas Pada Profil Tunggal ... 17

Gambar 2.10 Batang Tepi Bawah Pada Profil Tunggal ... 17

Gambar 2.11 Batang Diagonal Pada Profil Tunggal ... 18

Gambar 2.12 Batang vertikal / Batang Tegak Pada Profil Tunggal ... 18

Gambar 2.13 Batang Tepi Atas Pada Profil Majemuk ... 18

Gambar 2.14 Batang Tepi Bawah Pada Profil Majemuk ... 19

Gambar 2.15 Batang Diagonal Pada Profil Majemuk ... 19

Gambar 2.16 Batang vertikal / Batang tegak Pada Profil Majemuk ... 19

Gambar 3.1 Struktur Rangka Baja Tipe A ………. 33

Gambar 3.2 Struktur Rangka Baja Tipe B ………. 33

Gambar 3.3 Gaya – Gaya Dalam yang Bekerja (M,D,N) bentang 20 m ….. 62

Gambar 3.4 Gaya – Gaya Dalam yang Bekerja (M,D,N) bentang 25 m ….. 63

(8)

DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GRAFIK

Tabel 2.1 Daftar tegangan dari beberapa jenis baja... 13

Tabel 3.1 Cross Distribution Momen ……….. 39

Tabel 3.2 Cross∆hd kiri = ∆hdkanan = 1000/EIC ……… 41

Tabel 3.3 Kombinasi Momen ………... 41

Tabel 3.4 Cross untuk EIc . ∆ hd = 1000 tm3 ... 43

Tabel 3.5 Cross Untuk EIC.∆Hd = 1000 Tm3 ………. 45

Tabel 3.6 Kombinasi Momen Akibat Berat Sendiri ………. 46

Tabel 3.7 Cross Distribution Momen ……….. 49

Tabel 3.8 Cross Untuk EIC.∆Hf = 1000 Kgm3 ………... 51

Tabel 3.9 Cross Distribution Momen ………. .. 52

Tabel 3.10 Kombinasi Momen akibat angin kiri ………. 53

Tabel 3.11 Cross Distribution Momen ……….... 56

Tabel 3.12 Cross Untuk EIC.∆Hf = 1000 Kgm3 ………... 58

Tabel 3.13 Cross Distribution Momen ………... 59

Tabel 3.14 Kombinasi Momen akibat angin kanan ………... 60

Tabel 3.15 Perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada bentang 20 meter ……... 65

Tabel 3.16 Perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada bentang 25 meter ……... 66

Tabel 3.17 Perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada bentang 25 meter ……... 67

Tabel 4.1 Profil Tunggal bentang 20 m , 25 m , 30 m ………... 110

Tabel 4.2 Profil Majemuk bentang 20 m , 25 m , 30 m ………... 110

Tabel 4.3 Profil Untuk Tipe A bentang 20 m , 25 m , 30 m ………... 111

(9)

DAFTAR NOTASI

σ = Tegangan yang terjadi

P = Gaya aksial yang bekerja pada penampang A = Luas penampang

ε = Regangan

Lo = Panjang mula – mula

Lu = Panjang batang setelah mendapatkan beban E = Modulus elastisitas

G = Modulus Geser

µ = Perbandingan poisson yang diambil sebesar 0,3 untuk baja. ω = Faktor tekuk

τ = Tegangan geser

i

σ = Tegangan izin

x

λ

= Tekuk terhadap sumbu x-x

y

λ

= Tekuk terhadap sumbu y-y

g

λ = Kelangsingan batas

A = Luas penampang las = ln .a Ln = Panjang bersih las = lbr – 3 a Lbr = Panjang kotor las

Ltk = Panjang tekuk batang Ltr = Panjang teoritis batang M = Momen

(10)

ABSTRAK

Perencanaan adalah suatu proses untuk menghasilkan penyelesaian optimum. Dalam suatu perencanaan, kita harus menetapkan kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya penyelesaian optimum. Pada suatu konstruksi bangunan baja, tidak terlepas dari balok-kolom dan element-element pelat. Dalam merencanakan struktur rangka baja tentunya diinginkan struktur yang kuat, indah, aman dan ekonomis.

Didalam penulisan tugas akhir ini, penulis hanya membatasi atau membahas mengenai profil yang digunakan pada suatu konstruksi baja yaitu profil tunggal dan profil majemuk dengan bentang struktur rangka baja yang bervariasi yakni 20 meter , 25 meter dan 30 meter.

Didalam tugas akhir ini dibahas mengenai struktur kolom dan balok dengan memakai material baja profil tunggal di bandingkan dengan material baja profil majemuk. Tujuannya adalah untuk mengetahui efisiensi dan optimalnya perencanaan dengan menggunakan baja profil tunggal di bandingkan dengan baja profil majemuk.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan strukur baja bisa didefenisikan sebagai paduan dari seni dan ilmu yang menggabungkan intutif seseorang insinyur berpengalaman dalam kelakuan struktur dengan pengetahuan mendalam tentang prinsip statika, dinamika, mekanika bahan dan analisa struktur, untuk mendapatakan struktur yang ekonomis dan aman serta sesuai dengan tujuan pembuatannnya. Perhitungan yang menggunakan prinsip-prinsip ilmiah harus menjadi pegangan dalam mengambil keputusan dan tidak diikuti begitu saja. Seni atau kemampuan intuitif seorang insinyur berpengalaman dimanfaatkan untuk mengambil keputusan berdasarkan hasil perhitungan.

(12)

Kenyataan ini menunujukan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu konstruksi. Pada umumnya tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur yang stabil, kuat, kokoh, mampu layan dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti ekonomis dan kemudahan pelakasaan. Suatu struktur disebut stabil bila konstruksi tersebut tidak mudah terguling, miring atau tergeser selama umur rencana bangunan tersebut, yang dikatakan cukup kuat dan mampu layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan kemampuan layan selama umur rencana yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat diterima dan yang dikatakan awet apabila struktur dapat menerima keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan yang direncanakan tanpa pemeliharaan yang berlebihan.

(13)

1.2 Pembatasan Masalah

Ada beberapa metode yang digunakan untuk merencanakan suatu konstruksi baja dengan tujuan memperoleh bahan yang ekonomis dan struktur yang aman. Dari beberapa metode yang digunakan seringkali memberikan hasil yang berbeda. Pada tulisan akan dibandingkan baja profil tunggal dan baja profil majemuk dengan menggunakan metode ASD ( Allowable Stress Design )

1.3 Maksud dan Tujuan

Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk melakukan analisis profil tunggal dan profil majemuk pada konstruksi rangka baja dengan bentang yang bervariasi. Adapun yang merupakan dari tujuan penulisan tugas akhir ini yakni mencari efisiensi, ekonomis dan aman dalam penggunaan profil untuk struktur rangka baja dengan bentang yang bervariasi.

1.4 Metodologi Penelitian

Data Umum

Data umum dari Tugas Akhir ini sebagai berikut :

- Judul : Analisa Perbandingan Profil Tunggal dan Profil Majemuk Pada Konstruksi Rangka Baja.

- Analisis dilakukan dengan memakai metode perencanaan ASD

( Allowable Stress Design ) dimana rangka baja direncanakan memakai mutu baja BJ 37 (Fe.210)

(14)

 Data Teknis

Data Teknis dari Tugas Akhir ini diasumsikan sebagai berikut : - Profil tunggal yang akan digunakan IWF (Hot Rolled Steel) - Profil Majemuk yang akan digunakan 2L (Cold formed Steel - Tegangan leleh (σl ) = 2400 kg/cm2

- Tegangan dasar = 1600 kg/cm2

 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Datai yang dipergunakan adalah sebagai berikut : - Melakukan studi ke perpustakaan dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau serta melihat journal-journal yang berkaitan dengan masalah.

- Melakukan analisis secara matematis dengan pedoman beberapa literature sebagai refrensi.

1. 5. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran garis besar penulisan Tugas Akhir ini, maka isi Tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, Pembatasan masalah, Maksud dan Tujuan, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI, terdiri dari penjelasan umum mengenai baja,

Sifat-sifat bahan baja, bentuk – bentuk profil, jenis-jenis pembebanan pada konstruksi baja, jenis-jenis sambungan dan metode yang dipakai. BAB III : APLIKASI PERHITUNGAN

BAB IV : PEMBAHASAN

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

2 .1 Umum

Struktur baja bisa dibagi atas tiga kategori umum :

a. Struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial

b. Struktur gantung (suspension), yang sistem pendukung utamanya mengalami tarikan aksial yang dominan.

c. Struktur selaput (sheel), yang tegangan aksialnya dominan.

Type – type struktur baja : a. Rangka baja penahan dinding

Yakni Struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial yang berfungsi sebagai strruktur penahan dinding.

(16)

b. Rangka baja jembatan

Yakni Struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial yang berfungsi sebagai Struktur gantung penahan beban yang melintas / beban yang bergerak.

Gambar 2.2 Rangka baja jembatan c. Rangka baja gedung (portal)

Yakni Struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial yang berfungsi sebagai Struktur bangunan gedung yang permanent..

(17)

d. Rangka baja bangunan industri

Yakni Struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial yang berfungsi sebagai Struktur bangunan industri.

Gambar 2.4 Rangka baja bangunan industri

2.2 Sifat – Sifat Baja

(18)

A P =

σ ……… (2.1)

Lu L Lo− =

ε ……… (2.2)

E . ε

σ = ... (2.3)

dimana : σ = tegangan yang terjadi

P = gaya aksial yang bekerja pada penampang A = luas penampang

ε = regangan

Lo = panjang mula – mula

Lu = panjang batang setelah mendapatkan beban E = modulus elastisitas

Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Baja dengan persentase zat arang rendah ( low carbon steel ) Yakni lebih kecil dari 0.15 %

2. Baja dengan persentase zat arang ringan ( mild carbon steel ) Yakni 0.15 % - 0.29 %

3. Baja dengan persentase zat arang sedang ( medium carbon steel ) Yakni 0.30 % - 0.59 %

4. Baja dengan persentase zat arang tinggi ( High carbon steel ) Yakni 0.60 % - 1.7 %

(19)

terkandung didalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat-sifat bahan struktur yang paling penting dari baja adalah sebagai berikut :

1. Modulus Elastisitas ( E )

Modulus elastisitas untuk semua baja ( yang secara relative tidak tergantung dari kuat leleh ) adalah 28000 sampai 30000 ksi atau 193000 sampai 207000 Mpa. Nilai untuk desain lazimnya diambil sebesar 29000 ksi atau 200000 Mpa.

Berdasarkan Peraturan Perencanaan Bangunan Indonesia ( PPBBI ), nilai modulus elastisitas baja adalah 2,1 x 106 kg/cm² atau 2,1 x 105 MPa. 2. Modulus Geser ( G )

Modulus geser setip bahan elastis dihitung berdasarkan formula :

(

)

=

1 2

E G

Dimana µ = perbandingan poisson yang diambil sebesar 0,3 untuk baja. Dengan menggunakan µ = 0,3 maka akan memberikan G = 11000 ksi atau 77000 MPa.

Berdasarkan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia ( PPBBI ), nilai modulus geser ( gelincir ) baja adalah 0,81 x 106 kg/cm² atau 0,81 x 105 MPa.

3. Koefisien Ekspansi ( α )

Koefisien ekspansi adalah koefisien pemuaian linier. Koefisien ekspansi baja diambil sebesar 12 x 10-6 per 0C.

4. Tegangan Leleh ( σ1 )

(20)

A

B

σ

A’ M

C

0

ε

5. Sifat – sifat lain yang penting.

Sifat – sifat ini termasuk massa jenis baja, yang sama dengan 490 pcf atau 7,850 t/m3, atau dalam berat satuan, nilai untuk baja sama dengan 490 pcf atau 76, 975 kN/m³, berat jenis baja umumnya adalah sebesar 7,85.

Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada baja dapat dilakukan dengan uji tarik di laboratorium. Sebagian besar percobaan atas baja akan menghasilkan bentuk hubungan antara tegangan dan regangan seperti tergambar di bawah ini.

Gambar 2.5 Hubungan tegangan - regangan untuk uji tarik pada baja lunak. Keterangan gambar :

σ = tegangan baja

ε = regangan baja

(21)

B = titik batas plastis M = titik runtuh C = titik putus

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sampai titik A hubungan antara tegangan dan regangan masih linier atau keadaan masih mengikuti hukum Hooke.Kemiringan garis OA menyatakan besarnya modulus elastisitas E. diagram regangan untuk baja lunak memiliki titik leleh atas ( upper yield point ), σyu dan daerah leleh datar. Secara praktis, letak titik leleh atas ini, A’ tidaklah terlalu berarti sehingga pengaruhnya sering diabaikan. Titik A’ sering juga disebut sebagai titik batas elastis ( elasticity limit ). Sampai batas ini bila gaya tarik dikerjakan pada batang baja maka batang tersebut akan berdeformasi. Selanjutnya bila gaya itu dihilangkan maka batang akan kembali kebentuk semula. Dalam hal ini batang tidak mengalami deformasi permanen.

Bila beban yang bekerja bertambah, maka akan terjadi pertambahan regangan tanpa adanya pertambahan tegangan. Sifat pada daerah AB

Inilah yang disebut sebagai keadaan plastis. Lokasi titik B, yaitu titik batas plastis tidaklah pasti tetapi sebagai perkiraan dapat ditentukan yakni terletak pada regangan 0.014.

(22)

yang disebut sebagai tegangan tarik batas ( Ultimate tensile strength ). Akhirnya bila beban semakin bertambah besar lagi maka titik C batang akan putus.

Tegangan leleh adalah tegangan yang terjadi pada saat baja mulai meleleh. Dalam kenyataannya, sulit untuk menentukan besarnya tegangan leleh, sebab perubahan dari elastisitas menjadi plastis seringkali besarnya tidak tetap.sebagai standar menentukan besarnya tegangan leleh dihitung dengan menarik garis sejajar dengan sudut kemiringan modulus elastisitasnya, dari regangan sebesar 0.2 %

Harga konstanta – konstanta diatas untuk baja structural adalah : • Modulus Elastisitas E = 2,1 x 10 kg/cm²

• Modulus Geser G = 0,81 x 10 kg/cm² • Angka Poison μ = 0,30

• Koefisien Muai α1 = 21 x 10 per º

Sifat fisik batangan tulangan baja yang paling penting, untuk digunakan dalam

perhitungan perencanaaan beton bertulangan adalah tegangan leleh (fc) dan

(23)

Disamping usaha standarisasi yang telah dilakukan masing – masing negara produsen baja, kebanyakan negara produsen baja pada dewasa ini masih berorientasi pada spesifikasi teknis yang ditetapkan ASTM. Di Indonesia produksi baja tulangan dan baja struktur telah diatur sesuai dengan Standard Industri Indonesia.

Tabel 2.1 Daftar tegangan dari beberapa jenis baja Jenis Baja Tegangan Leleh

σ

1

(kg/cm²)

Tegangan Ultimate

σ

u

(kg/cm²)

Bj 34 2100 3400

Bj 37 2400 3700

Bj 41 2500 4100

Bj 44 2800 4400

Bj 50 2900 5000

Bj 52 3600 5200

(24)

ε

D

B

C 0

CD//OB

0.002 0.004

adalah 1,7 % zat arang(C) ; 1,65 % Mangan (Mn) ; 0,6 % Silikjon ; 0,60 % Tembaga (Cu).

Kekuatan baja ini tergantung kepada kadar karbon dan mangan yang dikandungnya. Penambahan persentase karbin meningkatkan tegangan leleh tetapi mengurangi daktalitas, sehingga sukar dilas. Penggelasan akan ekonomis dan memuaskan bila kandungan karbon baja tersebut tidak lebih dari 0,30 %.

Gambar 2.6 Penentuan tegangan leleh.

(25)

Kekuatan baja ini tergantung kepada kadar karbon dan mangan yabg dikandungnya. Penambahan persentase karbin meningkatkan tegangan leleh tetapi mengurangi daktalitas, sehingga sukar dilas. Penggelasan akan ekonomis dan memuaskan bila kandungan karbon baja tersebut tidak lebih dari 0,30 %.

Baja memiliki beberapa kelebihan sebagai bahan konstruksi, diantaranya : • Nilai kesatuan yang tinggi per satuan berat

• Keseragaman bahan dan komposit bahan yang tidak berubah terhadap

waktu

• Dengan sedikit perawatan akan didapat masa pakai yang tidak terbatas • Daktalitas yang tinggi

• Mudah untuk diadakan pengembangan struktur

Disamping itu baja juga mempunyai kekurangan dalam hal : • Biaya perawatan yang besar

• Biaya pengadaan anti api yang besar ( fire proofing cost )

• Dibandingkan dengan kekuatannya kemampuan baja melawan tekuk kecil • Nilai kekuatannya akan berkurang, jika dibebani secara berulang /

periodik, hal inin biasanya disebut dengan leleh atau fatigue.

(26)

2.3 Bentuk – Bentuk Baja Profil

Ada 2 macam bentuk profil baja yang didasarkan cara pembuatannya, yaitu:

a. Hot rolled shapes: Disini profil baja dibentuk dengan cara blok-blok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik. Hot rolled shapes ini mengandung tegangan residu (residual stress). Jadi sebelum batang dibebani pun sudah ada residual stress yang berasal dari pabrik.

b. Cold formed shapes: Profil semacam ini dibentuk dari pelat-pelat yang sudah jadi, menjadi profil baja dengan temperatur atmosfir (dalam keadaan dingin, ingat mengenai strain aging). Tebal pelat yang dibentuk menjadi profil disini tebalnya kurang dari 3/16 inch. Profil macam ini ringan dan sering disebut sebagai light gage form steel.

a. Hot rolled shapes

Gambar 2.7 Hot rolled shapes b. Cold formed shapes

(27)

Bentuk – Bentuk Penampang Batang Profil Rangka Induk

Secara umum, benttuk –bentuk penampang batang profil baja yang dipakai untuk konstruksi jembatan rangka ada dua jenis, yaitu profil tunggal dan profil majemuk.

Profil tunggal biasanya dipakai untuk konstruksi jembatan rangka sederhana dengan bentang terbatas atau bentang kecil. Profil majemuk dipakai untuk konstruksi jembatan rangka yang lebih berat atau apabila bentang jembatan cukup besar.

Gambar berikut memperlihatkan bentuk –bentuk penampang batang profil baja yang umum dipakai di lapangan.

2.3.1 Profil Tunggal

Batang Tepi Atas Pada Profil Tunggal

Gambar 2.9 Batang Tepi Atas Pada Profil Tunggal Batang Tepi Bawah Pada Profil Tunggal

(28)

Batang Diagonal Pada Profil Tunggal

Gambar 2.11 Batang Diagonal Pada Profil Tunggal

Batang vertikal / Batang Tegak Pada Profil Tunggal

Gambar 2.12 Batang vertikal / Batang Tegak Pada Profil Tunggal

2.3.2 Profil Majemuk

Batang Tepi Atas Pada Profil Majemuk

(29)

Batang Tepi Bawah Pada Profil Majemuk

Gambar 2.14 Batang Tepi Bawah Pada Profil Majemuk

Batang Diagonal Pada Profil Majemuk

Gambar 2.15 Batang Diagonal Pada Profil Majemuk

Batang vertikal / Batang tegak Pada Profil Majemuk

(30)

2.4 Jenis - Jenis Pembebanan

Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan secara pasti besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layannya merupakan salah satu pekerjaan yang cukup sulit. Dan pada umumnya penentuan besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja. Meskipun beban yang bekerja pada suatu lokasi dari struktur dapat diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke elemen, dalam suatu struktur umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan. Jika beban – beban yang bekerja pada struktur telah diestimasi, maka masalah berikutnya adalaha menetukan kombinasi - kombinasi beban yang paling dominan yang mungkin bekerja pada struktur tersebut. Besar beban yang bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan yang berlaku, sedangkan masalah dari kombinasi beban – beban yang bekerja telah diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 6.2.2.

Beberapa jenis pembebanan antara lain :

2.4.1 Beban Mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung / bangunan yang

bersifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung/bengunan tersebut. Termasuk dalam beban ini adalah berat struktur, pipa - pipa , saluran listrik , AC, penutup lantai dan plafon. Beberapa contoh berat dari beberaa komponen bangunan penting yang digunakan untuk menentukan besarnya beban mati dari suatu gedung / bangunan diperlihatkan berikut ini ;

(31)

Bahan Bangunan Berat

• Baja 7850 kg/m3

• Beton 2200 kg/m3

• Beton Bertulang 2400 kg/m3

• Kayu (kelas I) 1000 kg/m3

• Pasir (kering udara) 1600 kg/m3

Komponen Gedung Berat

• Spesi dari semem per cm tebal 21 kg/m3 • Dinding batu bata ½ batu 250 kg/m3 • Penutup atap genting 50 kg/m3 • Pentup lantai ubin semen per cm tebal 24 kg/m3

2.4.2 Beban Hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa

layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Termasuk beban ini adalah berat manusia, perabotan yang dapat dipindah-pindahkan, kendaraan dan barang-barang lainnya. Karena besar dan lokasi beban yang senantiasa berubah-ubah, maka penentuan beban hidup secara pasti adalah merupakan suatu hal yang cukup sulit.

Beberapa contoh beban hidup menurut kegunaan suatu bangunan :

Kegunaan Bangunan Berat

• Lantai dan tangga rumah sederhana 125 kg/m3 • Lantai dan tangga kantor, hotel & Rumahsakit 250 kg/m3 • Lantai ruang olahraga 400 kg/m3 • Lantai pabrik, gudang, bengkel & perpustakaan 400 kg/m3 • Lantai gedung parkir bertingkat 800 kg/m3

2.4.3 Beban Angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan –

(32)

• Tekanan tiup ditepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 kg/m2

• Untuk bangunan didaerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya lebih dari 40 kg/m2, harus diambil P = V2/16 (kg/m2), dengan V adalah kecepatan angin (m/s)

• Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan dengan rumus (42,5 + 0,6 h ), dengan h adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter.

Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan di atas harus dikalikan dengan suatu koefisien angin, untuk mendapatkan gaya resultan yang bekerja pada bidang kontak tersebut.

2.4.4 Beban Gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada

struktur akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi, baikk pergerakan arah vertikal maupun horizontal. Namun pada umumnya percepatan tanah arah horizontal lebih besar daripada arah vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh lebih menentukan daripada gempa vertikal. Besarnya gaya geser dasar (statik ekivalen) ditentukan

berdasarkan persamaan Wt R CxI V =

(33)

Dari mekanika bahan kita ketahui bahwa batang tekan yang pendek akan dapat dibebani sampai beban meleleh. Batang tekan yang panjang akan runtuh akibat tekuk elastis. Pada keadaan umum kehancuran akibat tekan terjadi diantara keruntuhan akibat tekuk elastis, setelah bagian penampang melintang meleleh, kedaan ini disebut tekuk inelastic (inelastic buckling).

Ada tiga jenis keruntuhan batang tekan yaitu :

1. Keruntuhan akibat tegangan yang terjadi pada penampang telah melampaui kekuatan materialnya.

2. Keruntuhan akibat batang tertekuk elastic (elastic buckling). Keadaan ini terjadi pada bagian konstruksi yang langsing. Disini hukum hooke masih berlaku bagi serat penampang dan tegangan yang terjadi tidak melebihi batas proposional.

keruntuhan akibat melelehnya sebagian serat disebut tekuk elastic (inelastic buckling). Kasus semacam ini berada diantara kasus (1) dan kasus (2), dimana

(34)

2.5 Jenis – Jenis Sambungan Pada Konstruksi Baja

Beberapa alat sambung yang sering digunakan pada suatu konstruksi baja adalah alat sambung baut ( bolt ), paku keling ( rivet ) dan las ( welded ). Namun pada pembahasan tugas akhir ini penulis hanya membahas alat sambung baut dan las.

2.5.1 Alat sambung baut ( Bolt )

Pada suatu struktur yang terbuat dari konstruksi baja baja, baut merupakan suatu elemen yang paling vital untuk diperhitungkan, hal ini dikarenakan baut merupakan alat sambung yang paling sering digunakan.Selain baut mutu tinggi, juga ada jenis baut lain yang masih digunakan sebagai alat penyambung. Adapun jenis baut yang dimaksud antara lain :

a) Baut Hitam

(35)

b) Baut Sekrup ( Turned Bolt )

Baut ini dibuat dengan mesin dari bahan berbentuk segi enam dengan toleransi yang lebih kecil ( sekitar 1/50 inchi ) bila dibandingkan dengan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor. Kadang-kadang baut ini bermanfaat dalam mensejajarkan peralatan mesin dan batang struktural yang posisinya harus akurat. Pada saat ini baut sekrup jarang sekali digunakan pada sambungan struktural, karena baut kekuatan tinggi lebih baik dan lebih murah.

c) Baut bersisip

Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa dan berkepala bundar dengan tonjolan sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersisip tealah lama dipakai sebagai alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya pada baut bersirip dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut tersebut. Dalam pemasangan baut bersirip baut memotong tepi keliling lubang sehingga diperoleh cengkraman yang realatif erat. Jenis baut ini terutama bermanfaat pada sambungan tumpu ( bearing ) dan pada sambungan yang mengalami tegangan berganti ( bolak – balik ).

Untuk baut mutu tinggi tipe tumpu, tegangan-tegangan yang diijinkan dalam menhitung kekuatan baut adalah :

1. Tegangan geser yang diijinkan : σ

τ =0,6.

2. Tegangan tarik yang diijinkan : σ

(36)

3. Tegangan tumpu yang diijinkan :

Untuk s1 ≥ 2.d σtu =1,5.σ

Untuk 1,5 d ≤ s1 ≤ 2.d σtu =1,2.σ

(37)

2.5.2 Alat sambung las ( welding )

Pengelasan merupakan penyambungan dua potong logam dengan memanaskan titik-titik sentuh hingga mencapai keadaan lumer atau keadaan yang hampir lumer, dengan atau tanpa pemakaian tekanan. Pengelasan pada zaman lampau dilakukan dengan metode yang amat sederhana, yaitu kedua potong logam yang akan disambung dipanasi sampai membara, kemudian kedua sisi yang akan disambung tersebut disatukan dan ditempa bersama-sama sehingga menyatu. Untuk sambungan structural maka hal demikian sangat tidak diizinkan karena tidak terjamin kekuatannya.

Pada masa sekarang ini, dikenal 2 (dua) macam pengelasan yang umum dipergunakan, yaitu :

a. Las yang menggunakan campuran gas acetelyn ( gas karbit ) dan oksigen

Api yang timbul digunakan untuk memanasi kedua ujung logam yang akan disambung hingga lumer, kemudian batang kawat sebagai bahan pengisi dilumerkan dan disatukan pada sambungan tersebut.Pengelasan macam ini hanya digunakan untuk penyambungan ringan dan untuk pekerjaan-pekerjaan dengan bahan dasar yang tipis.Pengelasan ini banyak digunakan untuk memotong bahan-bahan logam.

b. Elektroda Las

(38)

akan menghasilkan gas dan kerak yang melindungi sambungan terhadap oksidasi lebih lanjut.

Jenis – jenis sambungan dasar yang dikenal saat ini, yaitu : a. Sambungan sebidang

sambungan sebidang digunakan terutama untuk menyambung ujung-ujung pelat datar dengan ketebalan yang sama. Keuntungan sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan liwatan tunggal. Kerugiaannya ialah ujung yang akan disambung biasanya harus dipersiapkan secara khusus ( diratakan atau dimiringkan ) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas.

b. Sambungan liwatan

sambungan ini merupakan jenis sambungan yang paling banyak digunakan pada bidang konstruksi. Sambungan ini mempunyai 2 (dua ) keuntungan utama, utama:

1) Mudah disesuaikan

Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan dalam pembuatannya. Potongan tersebut dapat digeser untuk mengakomodasikan kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.

2) Mudah disambung

(39)

c. Sambungan Tegak

Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang yang berbentuk seperti profil T, profil I, gelagar,dan lain-lain.Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak lurus.

d. Sambungan Sudut

Sambungan sudut terutama dipakai untuk membuat penampang berbentuk segi empat.

Las yang paling sering digunakan adalah :

a. Las sudut, yaitu las yang secara teoritis mempunyai luas penampang melintang segitiga, yang menggabungkan 2 ( dua ) permukaan yang kurang lebih mempunyai sudut siku.

(40)

Kekuatan las

PPBBI menggunakan rumus Huber Henry untuk menghitung kekuatan las, yaitu dituliskan sebagai berikut :

P = σ . A Dimana :

P = daya dukung sambungan las σ = tegangan izin rigi-rigi las = c . σ

α 2 2

cos 3 sin

1 + =

c

α = sudut yang dibentuk oleh arah gaya dengan bidang geser las

A = Luas penampang las = ln .a Ln = panjang bersih las = lbr – 3 a Lbr = panjang kotor las

(41)

Berkaitan dengan perhitungan nilai c, berikut ini disajikan beberapa keadaan khusus yangsering ditemui pada sambungan las :

a. Jika arah gaya tegak lurus dengan bidang geser las ( α = 90 ° )

α = 90 °

(

) (

2

)

2 90 cos 90

sin 1

° +

° =

c

c = 1

P = σα. A P = c.σ . A P = σ . A

b. Jika arah gaya sejajar bidang geser las ( α = 0° )

α = 0 °

(

) (

2

)

2 0 cos 3 0 sin

1

° +

° =

c

c = 0,58 P = σα. A

P = c.σ . A P =0,58 σ . A

c. Jika arah gaya membentuk sudut 45° dengan bidang geser las ( α = 45° )

α = 45 ° c =

√ ( sin45° )2 + 3 ( cos 45° )2

(42)

BAB III

APLIKASI PERHITUNGAN

3.1 Data-data Umum Struktur Rangka Baja

Penulis menyajikan aplikasi Struktur Rangka Atap Baja, Analisis dilakukan dengan memakai metode perencanaan ASD ( Allowable Stress Design ) dimana rangka baja direncanakan memakai mutu baja BJ 37 (Fe.210), dimana tegangan ijinnya adalah sebagai berikut :

- tegangan leleh (σl ) = 2400 kg/cm2 - tegangan dasar = 1600 kg/cm2

- dengan sudut α =200, Pada bentang 20 m , 25 m , 30 m Data khusus diasumsikan :

• Profil pada gording Profil C (Cold Formed Steel)

(43)
[image:43.595.88.535.123.716.2] [image:43.595.92.532.441.717.2]

Gambar 3.1 Struktur Rangka Baja Tipe A

(44)

3.2 Pendimensian Profil Pada Gording

 Muatan Tetap

- Berat sendiri atap = 1,0 x 10 kg/m2 = 10 kg/m - Berat gording = q = q

qbs = ( 10+q ) kg/m

m kg q q l q

Mx bs (10 ) (cos20 ) (4) (18,80 1,87 ) / 8

1 cos

8

1 2 0 2

+ = ⋅ ⋅ + = ⋅ ⋅ = α m kg q q l q

My bs (10 ) (sin20 ) (4) (6,84 0,68 ) / 8

1 sin

8

1 2 0 2

+ = ⋅ ⋅ + = ⋅ ⋅ = α

 Muatan Angin

- Desakan angin = 40 kg/m2 , Menurut PMI, jika α < 650 Maka koef.angin datang = 0,02 α – 0,4

koef.angin pergi = -0,4 - Angin datang

qd = koef.angin datang x desakan angina x jarak gording = (0,02 x 200-0,4) (40 kg/m2) x (1,0 m) = 0

Mx = 0 4 0

8 1 8

1 2 2

= ⋅ ⋅ = ⋅ ⋅qd l

My = 0 - Angin pergi

qp = koef.angin pergi x desakan angin x jarak gording = -0,4 x 40 kg/m2 x 1,0 m = -16 kg/m

Mx = ⋅ 2 = (−16)(4)2 = 8

1 8

1 l

qp -32 kg/m

(45)

 Muatan tak terduga → P = 100 kg

Mx = p l (100) (cos20 ) (4) 93,96kgm 4

1 cos

4

1 0

= ⋅ ⋅

= ⋅

⋅ α

My = p l (100) (sin20 ) (4) 34,20kg/m 4

1 sin

4

1 ⋅ α⋅ = ⋅ 0 ⋅ =

Kombinasi momen, KM = M+H+A

Dimana : M = beban mati H = beban hidup A = beban angin

MOMEN

Akibat Muatan (kg/m) Momen Kombinasi

M Ad Ap P M + Ad M + Ap M + P

Mx 18,80 + 1,87 q 0

-16 93,96 18,80 + 1,87 q 2,80 + 1,87 q 112,76 + 1,87 q My 6,84 + 0,68 q 0 0 34,2 6,84 + 0,68 q 6,84 + 0,68 q 41,04 + 1,87 q

Profil tunggal pada gording ( Profil Channel 100 x 50 x 20 x 2,6 ) Data –data profil :

h = 100 mm ; Wx = 17,9 cm3 b = 50 mm ; Wy = 6,68 cm3 c = 20 mm ; Ix = 89,7 cm4 t = 2,6 mm ; Iy = 21,0 cm4 q = 4,55 kg/m

E = 2,1 x 106 kg/cm2

Kombinasi Momen

(46)

Tegangan Yang terjadi σ = ofil Wy

My Wx Mx

Pr σ ≤ +

= 3 3

68 , 6

/ 85 , 4954 9

, 17

/ 85 , 12126

cm cm kg cm

cm kg

+

= 677,477 kg/cm2 + 741,744 kg/cm2

(47)

3.3 Besaran Beban Pada Struktur

3.3.1 Perhitungan Portal Akibat Berat Sendiri

- Berat gelagar taksir 110 kg/m” = 110 x 24,2632 = 2668,952 kg - Berat gording = q gording x L x Jlh gording = 11 x 4,5 x 18 = 891 kg - Berat atap seng = q atap x L x L’ = 10 x 4,5 x 24,2632 = 1091,844 kg - Berat besi batang tarik Ø 8 mm = 0,393 x 24,2632 = 9,5354 kg

= 4661,331 kg - Berat baut besi-besi kecil (taksir 15 %) = 15 % x 4661,331 = 699,20 kg - Berat ikutan/manusia = 100 kg

W total = 5460,531 kg

Q beban merata = ' L Wtotal

=

2632 , 24

531 , 5460

= 225,054 kg/m’ = 0,225054 T/m’

Q beban merata = o 20 cos

225054 ,

0

= 0,2395 T/m’

Momen Primer

MDC = ½ qbm.L2 = ½ (0,2347) (1,4)2 = - 0,2347 Tm CD = FG = 1,4 m . cos 20 o = + 0,2347 Tm

MFG = + 0,2347 Tm

MDE = 1/12 qbm.L2 = 1/12 x 0,2395 (10)2 = + 1,9958 Tm MED = - 1,9958 Tm

(48)

STIFFNESS FAKTOR DAN DISTRIBUSI FAKTOR

KDA = 4 3 L EIC = 4 3 9 EIC

= 0,083 µ DA =

188 , 0 083 , 0 083 , 0

+ = 0,306

KDA = L EIb = 64 , 10 2EIC

= 0,188 µ DE =

188 , 0 083 , 0 188 , 0

+ = 0,694

KDA = 4 3 L EIC = 4 3 9 EIC

= 0,083 µ ED =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

KDA = 4 3 L EIC = 4 3 9 EIC

= 0,083 µ EF =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

KDA = 4 3 L EIC = 4 3 9 EIC

= 0,083 µ FE =

083 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,694

KDA = 4 3 L EIC = 4 3 9 EIC

= 0,083 µ FB =

083 , 0 188 , 0 083 , 0

(49)

Tabel 3.1 CROSS DRISTIBUTION MOMEN (C & F ditahan)

Titik D E F

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

µ - 0,306 0,694 0,5 0,5 0,694 0,306 -

MP - 0,23467 - + 1,9958 - 1.9958 + 1,9958 - 1.9958 - + 0,2347 0 - 0,5389 - 1,222 - 0,611 + 0,611 + 1,222 + 0,5389 0

MP Total - 0,23467 - 0,5389 + 0,7738 - 2,6068 + 2,6068 - 0,7738 + 0,5389 + 0,2347 Selisih 0 0,5389 - 1,222 - 0,611 + 0,611 + 1,222 + 0,5389 0

1/2

Selisih 0 - + 0,3055 + 0,611 - 0,611 - 0,3055 -

0

Jumlah 0 0,5389 - 0.9165 0 0 + 0,9165 + 0,5389 0

EIC . O 0

(50)

Perhitungan Momen Primer (Akibat Pergoyangan)

Misalkan : ∆ hd = ∆ hf = 1000 / EIc ; I balok = 2 I Kolom ; I Kolom = 0,5 I Balok MoAD = 0

MoDA = 2 9

. 3EIKh

=

81 . 3EIKh

= - 37,037 Tm

MoDE =

(

)

(

)

2

20 cos 10 20 sin 6 o o h EIB∆ = 2474 , 113 8264 , 17542

= + 154,907 Tm

MoED = + 154,907 Tm

MoEF =

(

)

(

)

2

20 cos 10 20 sin 6 o o h EIB∆ − = 2474 , 113 8264 , 17542

= - 154,907 Tm

MoFE = - 154,907 Tm

MoFB = 2 9

. 3EIKh

=

81 . 3EIKh

= 37,037 Tm

MoBF = 0

Diimana ; µ DA =

188 , 0 083 , 0 083 , 0

+ = 0,306

µ DE =

188 , 0 083 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ ED =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ EF =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ FE =

083 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ FB =

083 , 0 188 , 0 083 , 0

(51)
[image:51.842.114.732.174.348.2]

Tabel 3.2 Cross hd

kiri = hdkanan = 1000/EIC

Titik D E F

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

µ - 0,306 0,694 0,5 0,5 0,694 0,306 -

MP - + 37,037 - 154,907 - 154,907 - 154,907 - 154,907 + 37,037 - - + 36,068 + 81,802 + 40,901 + 40,901 + 81,802 + 36,068 - MP Total - - 73,105 + 73,105 + 195,808 - 195,808 - 73,105 + 73,109 -

Selisih - 36,068 - 81,802 + 40,901 - 40,901 + 81,802 + 36,068 1/2 Selisih - - 20,451 + 40,901 - 40,901 + 20,451 -

Jumlah - 36,068 - 102,253 + 81,802 - 81,802 + 102,253 + 36,068

EIC . O

Tabel 3.3 Kombinasi Momen

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

[image:51.842.110.734.392.464.2]
(52)

Perhitungan Momen akibat Berat sendiri Dengan satu Tumpuan dilepas

M0 DE= MoED =

(

)

(

)

2

0 0 20 cos 10 20 sin 2 . 2 6      ∆HF Ic E = 2474 , 113 5428 , 17

= + 0,1549 EIC.∆HF

M0 EF = MoFE =

(

)

(

)

2

0 0 20 cos 10 20 sin 2 . 2 6      ∆ − E Ic HF

= - 0,1549 EIC.∆HF

MoFB = 2 9

. 3EICHF

= 0,037 EIC.∆HF

Diimana ; µ DA =

188 , 0 083 , 0 083 , 0

+ = 0,306

µ DE =

188 , 0 083 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ ED =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ EF =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ FE =

083 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ FB =

083 , 0 188 , 0 083 , 0

(53)
[image:53.842.86.758.114.484.2]

Tabel 3.4 Cross untuk EIc . ∆ hd = 1000 tm3

Titik D E F

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

µ 0,306 - 0,694 0,5 0,5 0,694 0,306 -

MP - 37,0 + 154,90 + 154,90 + 154,90 + 154,90 -

- 36,077 - 81,823 - 40,912 + 53,751 + 107,501 + 47,339 - 3,210 - 6,420 - 6,420 - 3,210

+ 0,982 + 2,228 + 1,114 + 1,114 + 2,228 + 0,982

- 0,557 - 1,114 - 1,114 - 0,557

+ 0,170 + 0,387 + 0,914 + 0,914 + 0,387 + 0,170

- 0,097 - 0,914 - 0,914 - 0,097

+ 0,030 + 0,067 + 0,034 + 0,034 + 0,067 + 0,030

+ 0,017 - 0,034 - 0,034 - 0,017

+ 0,005 + 0,012 + 0,006 + 0,006 + 0,012 + 0,005

+ 0,003 - 0,006 - 0,006 - 0,003

+ 0,001 + 0,002 + 0,001 + 0,001 + 0,002 + 0,001

- 71,889 + 71,889 + 107,568 - 107,568 - 48,587 + 48,587 - 34,889 - 83,011 - 47,332 + 47,332 + 106,313 + 48,587

- + 23,666 + 41,506 - 53,157 - 23,666 -

- 34,889 - 59,369 - 5,826 - 5,826 + 82,647 + 48,587

(54)

M0 DE= MoED =

(

)

(

)

2

0 0 20 cos 10 20 sin 2 . 2 6      ∆HF Ic E = 2474 , 113 5428 , 17

= + 0,1549 EIC.∆Hf

M0 EF = MoFE =

(

)

(

)

2

0 0 20 cos 10 20 sin 2 . 2 6      ∆ − E Ic HF

= - 0,1549 EIC.∆HF

MoFB = 2 9

. 3EICHF

= 0,037 EIC.∆HF

Diimana ; µ DA =

188 , 0 083 , 0 083 , 0

+ = 0,306

µ DE =

188 , 0 083 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ ED =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ EF =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ FE =

083 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ FB =

083 , 0 188 , 0 083 , 0

(55)
[image:55.842.123.753.149.477.2]

Tabel 3.5 Cross Untuk EIC.∆Hd = 1000 Tm3

Titik D E F

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

µ 0,306 - 0,694 0,5 0,5 0,694 0,306 -

MP - 37,0 + 154,90 + 154,90 + 154,90 + 154,90 -

- 36,077 - 81,823 - 40,912 + 53,751 + 107,501 + 47,339 - 3,210 - 6,420 - 6,420 - 3,210

+ 0,982 + 2,228 + 1,114 + 1,114 + 2,228 + 0,982 - 0,557 - 1,114 - 1,114 - 0,557

+ 0,170 + 0,387 + 0,914 + 0,914 + 0,387 + 0,170 - 0,097 - 0,914 - 0,914 - 0,097

+ 0,030 + 0,067 + 0,034 + 0,034 + 0,067 + 0,030 + 0,017 - 0,034 - 0,034 - 0,017

+ 0,005 + 0,012 + 0,006 + 0,006 + 0,012 + 0,005 + 0,003 - 0,006 - 0,006 - 0,003

+ 0,001 + 0,002 + 0,001 + 0,001 + 0,002 + 0,001

MP Total - 71,889 + 71,889 + 107,568 - 107,568 - 48,587 + 48,587 Selisih - 34,889 - 83,011 - 47,332 + 47,332 + 106,313 + 48,587

-1/2.selisih - + 23,666 + 41,506 - 53,157 - 23,666 -

Jumlah - 34,889 - 59,369 - 5,826 - 5,826 + 82,647 + 48,587

(56)

3,2733 - 51,50 EIC.∆Hf - 54,089 ∆HD = 0

51,50 EIC.∆Hf +54,089 ∆HD = 3,2733 ………….. (1) -3,2733 +54,089 EIC.∆Hf - 51,50 ∆HD = 0

54,089 EIC.∆Hf +51,50 ∆HD = 3,2733 ………….. (2) Persamaan (1) x ( 2)

51,50 EIC.∆Hf + 54,089 ∆HD = 3,2733 x (54,089/51,50) 54,089EIC.∆Hf + 51,50 ∆HD = 3,2733 x 1

54,089 EIC.∆Hf + 56,808∆HD = 3,438 54,089 EIC.∆Hf + 51,50 ∆HD = 3,2733 5,308 ∆HD = 0,1647

∆HD = 0,031

Tabel 3.6 Kombinasi Momen Akibat Berat Sendiri

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

(57)

Mx = -4,5086 – 0,2389 . 2

2 x

+ VDE x – HDE . x. tanα

Titik Potong momen dengan batang DE diperoleh bila Mx = 0

0 = - 4,5086 – 0,11975 x2 + 2,225 x – 0,4676 x tan 20o

0 = - 4,5086 – 0,11975 x2 + 2,225 x – 0,1702 x

0 = - 4,5086 – 0,11975 x2 + 2,0548 x

- 0,11975 x2 + 2,0548x – 4,5086 = 0

0,11975 x2 + 2,0548x + 4,5086 = 0

X1.2 =

a ac b

b 2

4 2 − ± −

=

(

) (

)(

)

11975 , 0 . 2

5086 , 4 11975 , 0 4 0548 , 2 0548

,

2 ± − 2 −

X1 = 14,5761 m X2 = 2,5830 m

Dipakai x = 2,583 m dari titik D

Mx = 0,11975 x2 - 2,0548 x + 4,5048 = 0

Mxmax = Dx = dx dMx

= 0

dx dMx

= 0,2395 x – 2,0548 = 0

x = 8,5795 m dari titik D

(58)

3.3.2 Perhitungan Portal Akibat Angin

- Desakan Angin (qw) = 40 kg/m2 - Jarak gading kap = 4,5 m

- Angin datang (q1) = 0,9 qw.λ = 0,9 . 40 . 4,5 = 162 kg/m

- Angin datang (q2)= (0,002.α-0,4) qw.λ=(0,002 . 20o-0,4) 40 . 4,= 0 kg/m - Angin pergi (q3)= - 0,4 0,9 qw.λ= + 0,4 . 40 . 4,5 = -72 kg/m

- Angin pergi (q4)= 0,9 qw.λ = 0,9 . 40 . 4,5 = - 72 kg/m

Dianggap tidak ada pergoyangan pada konstruksi Perhitungan Momen Primer

MoDA = 8 1

− q1 . h2 MoFB =

8 1

− q4. h2

= 8 1

− 162 . 9 2 =

8 1

− (-72) . 9 2

= - 1640,25 kgm = - 729 kgm

MoDC = 2 1

− q2 .

(

)

2 cos / 4 ,

1 α = −12. 0.

(

1,4/cosα

)

2 = 0

MoFG = 2 1

− q3 .

(

1,4/cosα

)

2= −12. 72.

(

1,4/cos20

)

2= - 79,8164 kgm

MoDE = 2

1 q2 .

(

10/cos20

)

2= − 12 - 0 = 0

MoED = 0

-MoEF = + MoFE = 112 q3 .

(

10/cos20

)

2

= 112. -72 .

(

10/cos20

)

2

= 679,2576 kgm

(59)
[image:59.842.122.723.143.461.2]

Tabel 3.7 CROSS DRISTIBUTION MOMEN

Titik D E F

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

µ - 0,306 0,694 0,5 0,5 0,694 0,306 -

MP - 1640,25 0 0 - 679,2576 679,2576 - 729 - 79,8164

+ 501,917 + 1138,334 596,167 44,957 89,914 39,644 9,5335 19,067 19,067 9,5335

- 2,917 - 6,616 - 3,308 - 3,308 - 6,616 -2,917 1,654 3,308 3,308 1,654

- 0,506 -1,148 - 0,547 - 0,574 - 1,148 - 0,506 0,287 0,547 0,574 0,287

- 0,088 -0,199 - 0,0995 - 0,0995 - 0,199 - 0,088 0,0498 0,0995 0,0995 0,0498

- 0,015 -0,035 - 0,017 - 0,017 - 0,035 - 0,015 0,009 0,017 0,017 0,009

- 0,003 -0,006 - 0,003 - 0,003 - 0,006 - 0,003 0,0015 0,003 0,003 0,0015

-0,001 -0,001 - 0,001 - 0,001 - 0,001 - 0,001

M Akhir - - 1141,863 1141,863 615,234 - 615,234 772,701 - 692,886 - 79,8164 Selisih - - 498,387 - - - 64,042 - 93,443 - 36,114 -

-1/2.selisih - - - - 46,722 - 32,012 - -

Jumlah - + 498,387 - - 110,746 - 125,455 36,114 -

(60)

Akibat Beban Angin Kiri

Dengan salah satu Tumpuan D atau F dilepas

• Untuk tumpuan di d ditahan (goyangan ke kanan)

M0 DE= MoED =

(

)

(

)

2

0 0 20 cos 10 20 sin 2 . 2 6      ∆HF Ic E = 2474 , 113 5428 , 17

= + 0,1549 EIC.∆Hf

M0 EF = MoFE =

(

)

(

)

2

0 0 20 cos 10 20 sin 2 . 2 6      ∆ − E Ic HF

= - 0,1549 EIC.∆Hf

MoFB = 2 9

. 3EICHF

= 0,037 EIC.∆Hf

Diimana ; µ DA =

188 , 0 083 , 0 083 , 0

+ = 0,306

µ DE =

188 , 0 083 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ ED =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ EF =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ FE =

083 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ FB =

083 , 0 188 , 0 083 , 0

(61)
[image:61.842.173.674.138.438.2]

Tabel 3.8 Cross Untuk EIC.∆Hf = 1000 Kgm3

Titik D E F

Batang DC/FG DA/FB DE/FE ED/EF EF/ED FE/DE FB/DA FG/DC

µ 0,306 - 0,694 0,5 0,5 0,694 0,306 -

MP + 154,90 + 154,90 - 154,90 - 154,90 + 37,0 - 47,399 - 107,501 - 53,751 + 40,912 + 81,823 + 36,077

+ 3,210 + 6,420 + 6,420 + 3,210

+ 0,982 - 2,228 - 1,114 - 1,114 - 2,228 - 0,982 + 0,557 + 1,114 + 1,114 + 0,557

+ 0,170 - 0,387 - 0,914 - 0,914 - 0,387 - 0,170 + 0,097 + 0,914 + 0,914 + 0,097

+ 0,030 - 0,067 - 0,034 - 0,034 - 0,067 - 0,030 + 0,017 + 0,034 + 0,034 + 0,017

+ 0,005 - 0,012 - 0,006 - 0,006 - 0,012 - 0,005 + 0,003 + 0,006 + 0,006 + 0,003

+ 0,001 - 0,002 - 0,001 - 0,001 - 0,002 - 0,001

MP Total - 48,587 - 48,587 + 107,568 - 107,568 - 71,889 + 71,889 Selisih - 48,587 - 106,313 - 47,332 + 47,332 + 83,011 + 34,889 -1/2.selisih - + 23,666 + 53,157 - 41,506 - 23,666 -

Jumlah - 48,587 - 82,647 + 5,826 + 5,826 + 59,369 + 34,889

(62)

M0 DE = MoED = - 0,1549 EIC.∆Hf M0 EF = MoFE = + 0,1549 EIC.∆Hf

M0 DA = 0,037 EIC.∆Hf Tabel 3.9 Cross Distribution Momen

Titik D E F

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

µ 0,306 - 0,694 0,5 0,5 0,694 0,306 -

MP + 37,0 - 154,90 + 154,90 + 154,90 + 154,90

+ 36,077 + 81,823 + 40,912 - 53,751 - 107,501 - 47,399 + 3,210 + 6,420 - 6,420 + 3,210

- 0,98 - 2,228 - 1,114 + 1,114 - 2,228 - 0,982 + 0,557 + 1,114 - 1,114 + 0,557

- 0,170 - 0,387 - 0,914 + 0,914 - 0,387 - 0,170 + 0,097 + 0,914 - 0,914 + 0,097

- 0,030 - 0,067 - 0,034 + 0,034 - 0,067 - 0,030 + 0,017 + 0,034 - 0,034 + 0,017

- 0,005 - 0,012 - 0,006 + 0,006 - 0,012 - 0,005 + 0,003 + 0,006 - 0,006 + 0,003

- 0,001 - 0,002 - 0,001 + 0,001 - 0,002 - 0,001

MP Total + 71,889 - 71,889 - 107,568

+

107,568 + 48,587 - 48,587 Selisih + 34,889 + 83,011 + 47,332 - 47,332 - 106,313 - 48,587 -1/2.selisih - - 23,666 + 41,506 + 53,157 + 23,666 -

Jumlah + 34,889 + 59,369 + 5,826 + 5,826 - 82,647 - 48,587

[image:62.842.107.690.124.467.2]
(63)

Persamaan 1 dan 2

1295,202 + 51,5 EIC. ∆HF – 54,089 EIC. ∆HD = 0 x 54,089 697,616 - 54,089 EIC. ∆HF + 51,50 EIC. ∆HD = 0 x 51,50 70056,181 + 2785,584 EIC. ∆HF - 2925,62 EIC. ∆HD = 0 35927,224 + 2785,584 EIC. ∆HF + 2652,25 EIC. ∆HD = 0 105983,405 - 273,73 EIC. ∆HD = 0 IC. ∆HD = 387,692 Dari persamaan 0

697,616 – 54,089 EIC. ∆HF + 51,5. 320,350 = 0

[image:63.842.107.750.360.461.2]

-54,089 EIC. ∆HF = -20663,754 EIC. ∆HF = 382,032

Tabel 3.10 Kombinasi Momen akibat angin kiri

Batang DA DC DE ED EF FE FG FB

M (1)/P34 - 1141,863 - 1141,863 615,234 + 615,234 772,701 -79,8164 - 692,886 382,032 M (1) - 18561,79 - - 18561,79 + 41094,418 - 41094,418 - 27463,898 - + 27463,898 387,692 M (3) + 27870,79 - + 27870,79 - 41703,253 + 41703,253 + 18836,791 - - 18836,79

(64)

• Untuk Batang Bebas DE

Mx = 8167,137 + DDEx – ½ q2.x2 = 8167,137 – 768,072 x – 0 • Titik potong momen dengan batang DE – Mx = 0

768,072x = 8167,137

X =

072 , 768

137 , 8167

= 10,633m (Dari titik D sepanjang DE)

• Untuk batang bebas FE

Mx = 7854,406 + DFEx – ½ q.x2 = 7854,406 + 354,348 x – 36 x2 - 36 x2 + 354,348 x + 7854,406 = 0

X1.2 =

(

) ( )(

)

( )

36 . 2

406 , 7854 36 4 348 , 354 348

,

354 2

− − − ±

=

72

980 , 1120 348

, 354

−± −

X1 = - 10,648 m

X2 = 20,49 m tidak ada di titik E

dx dMx

= -72 x + 354,348 = 0

X = 4,9215 m Mmax = - 36 x2 + 354,348 + 7854,406

= - 36 (4,9215)2 + 354,348 – 4,9125 + 7854,406

(65)

Akibat Beban Angin Kanan

- Angin datang (q1) = 0,9 qw.λ = 0,9 . 40 . 4,5 = 162 kg/m

- Angin datang (q2)= (0,002.α-0,4) qw.λ=(0,002 . 20o-0,4) 40 . 4,= 0 kg/m - Angin pergi (q3)= - 0,4 0,9 qw.λ= + 0,4 . 40 . 4,5 = -72 kg/m

- Angin pergi (q4)= 0,9 qw.λ = 0,9 . 40 . 4,5 = - 72 kg/m

dianggap tidak ada pergoyangan pada konstruksi: M0DA = 1/8 q4. h2 = 1/8 . 72. 92 = 729 kgm

M0DC = 1/2 q3.

(

)

2 20 cos / 4 ,

1 = ½ . 72 (1,489)2 = 79,8164 kgm M0DE = -1/12 q3.

(

)

2

20 cos /

10 = -1/12 . 72 (10,64)2 = -679,2567 kgm M0ED = 1/12 . q3 (10,64)2 = 1/12 . 72 (10,64)2 = 679,2567 kgm M0EF = 1/12 . q2 (10,64)2 = 1/12 . 0. (10,64)2 = 0 kgm

M0FE = -1/12 . q2 (10,64)2 = -1/12 . 0. (10,64)2 = 0 kgm

M0FG = 1/2 . q2

(

)

2 20 cos / 4 ,
(66)
[image:66.842.125.750.142.486.2]

Tabel 3.11 CROSS DRISTIBUTION MOMEN

Titik D E F

Batang DC/FB DA/FG DE/FE ED/EF EF/ED FE/DE FB/DA FG/DC

µ 0,306 - 0,694 0,5 0,5 0,694 0,306 -

MP 729 79,8164 - 679,2576 + 679,2576 0 0 0 1640,25 -39,644 - 89,914 - 44,957 - 596,167 - 113,334 -501,917

- 9,5335 -19,067 -19,067 - 9,5335

2,917 6,616 3,308 3,308 6,616 2,917

- 1,654 - 3,308 - 3,308 - 1,654

0,506 1,148 0,574 0,574 1,148 0,506

- 0,287 - 0,574 - 0,574 - 0,287

0,088 0,199 0,0995 0,0995 0,199 0,088

- 0,0498 - 0,0995 - 0,0995 - 0,0498

0,015 0,035 0,017 0,017 0,035 0,015

- 0,009 - 0,017 - 0,017 - 0,009

0,003 0,006 0,003 0,003 0,006 0,003

- 0,0015 - 0,003 - 0,003 - 0,0015

0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001

MP Total 692,886 79,8164 -772,701 615,234 -615,234 -114,863 114,863

Selisih + 36,114 - 93,443 -64,024 - - - 498,387

-1/2.selisih - - 32,012 -46,722 - - -

Jumlah 36,114 - 125,455 -110,746 - - - 498,387

(67)

Perhitungan Momen akibat Angin Kanan Dengan satu Tumpuan dilepas

M0 DE= MoED =

(

)

(

)

2

0 0 20 cos 10 20 sin 2 . 2 6      ∆ − E Ic HF

= 2474 , 113 5428 , 17

= - 0,1549 EIC.∆Hf

M0 EF = MoFE =

(

)

(

)

2

0 0 20 cos 10 20 sin 2 . 2 6      ∆HF Ic E

= + 0,1549 EIC.∆Hf

MoFB = 2 9

. 3EICHF

= 0,037 EIC.∆Hf

Diimana ; µ DA =

188 , 0 083 , 0 083 , 0

+ = 0,306

µ DE =

188 , 0 083 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ ED =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ EF =

188 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,5

µ FE =

083 , 0 188 , 0 188 , 0

+ = 0,694

µ FB =

083 , 0 188 , 0 083 , 0

(68)

Total 3.12 Cross Untuk EIC. ∆Hf = 1000 kgm3

Titik D E F

Batang DA DC DE ED EF FE FG FB

µ 0,306 - 0,694 0,5 0,5 0,694 - 0,306

MP - 154,90 - 154,90 + 154,90 + 154,90 -37,0

+ 47,399 + 107,501 + 53,751 - 40,912 - 81,823 - 36,077 - 3,210 + 6,420 - 6,420 - 3,210

+ 0,982 + 2,228 - 1,114 + 1,114 + 2,228 + 0,982

- 0,557 + 1,114 - 1,114 - 0,557

+ 0,170 + 0,387 - 0,914 + 0,914 + 0,387 + 0,170

- 0,097 + 0,914 - 0,914 - 0,097

+ 0,030 + 0,067 - 0,034 + 0,034 + 0,067 + 0,030

- 0,017 + 0,034 - 0,034 - 0,017

+ 0,005 + 0,012 - 0,006 + 0,006 + 0,012 + 0,005

- 0,003 + 0,006 - 0,006 - 0,003

+ 0,001 + 0,002 - 0,001 + 0,001 + 0,002 + 0,001

MP Total + 48,587 - 71,889 - 107,568 + 107,568 + 71,889 - 48,587 Selisih + 48,587 + 83,011 + 47,332 - 47,332 - 83,011 - 48,587

-1/2.selisih - - 23,666 + 41,506 + 53,157 + 23,666 -

Jumlah + 48,587 + 59,369 + 5,826 + 5,826 - 59,369 - 48,587

(69)
[image:69.842.156.691.108.460.2]

Tabel 3.13 Cross Distribution Momen

Titik D E F

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

µ 0,306 - 0,694 0,5 0,5 0,694 - 0,306

MP + 37,0 - + 154,90 + 154,90 - 154,90 - 154,90

- 36,077 - 81,823 + 40,912 + 53,751 + 107,501 + 47,399 - 3,210 + 6,420 - 6,420 - 3,210

+ 0,982 + 2,228 - 1,114 + 1,114 + 2,228 + 0,982

- 0,557 + 1,114 - 1,114 - 0,557

+ 0,170 + 0,387 - 0,914 + 0,914 + 0,387 + 0,170

- 0,097 + 0,914 - 0,914 - 0,097

+ 0,030 + 0,067 - 0,034 + 0,034 + 0,067 + 0,030

- 0,017 + 0,034 - 0,034 - 0,017

+ 0,005 + 0,012 - 0,006 + 0,006 + 0,012 + 0,005

- 0,003 + 0,006 - 0,006 - 0,003

+ 0,001 + 0,002 - 0,001 + 0,001 + 0,002 + 0,001

MP Total - 71,889 + 71,889 + 107,568

-

107,568 - 48,587 + 48,587

Selisih - 34,889 - 83,011 - 47,332 + 47,332 + 106,313 + 48,587

-1/2.selisih - + 23,666 + 41,506 - 53,157 - 23,666 -

Jumlah - 34,889 - 59,369 - 5,826 - 5,826 + 82,647 + 48,587

(70)

61,921 + 51,5 EIC. ∆HF – 54,089 EIC. ∆HD = 0 x 54,089 1635,431 + -54,089 EIC. ∆HF + 51,5 EIC. ∆HD = 0 x 51,5

3349,245 + 2785,584 EIC. ∆HF - 2925,62 EIC. ∆HD = 0 84224,697+ 2785,584 EIC. ∆HF + 2652,25 EIC. ∆HD = 0

87573,942 - 273,73 EIC. ∆HD = 0 IC. ∆HD = 320,350 Dari persamaan 2

[image:70.842.94.750.368.446.2]

1635,431 – 54,089 EIC. ∆HF + 51,5. 320,350 = 0 EIC. ∆HF = 335,252

Tabel 3.14 Kombinasi Momen akibat angin kanan

Batang DC DA DE ED EF FE FB FG

(71)

Momen maximum akibat Angin kanan pada Batang DE Pada jarak 1,3217 m dari titik D = -7,8268473 Tm Mx pada jarak 1,3217m dari titik akibat berat sendiri Mx = 0,11975x2 – 2,0548x + 4,5086

= 0,11975 (1,3217)2 – 2,0548x (1.3217) + 4,5086 = 2,00196 tm

Momen maximum akibat berat sendiri pada jarak 8,5795 m dari titik D = -4,3098 Tm

Mx = 8167,137 – 768,072x

= 8167,137 – 768,072 (8,5795)x = 1577,4632 kgm

= 1,57744632 Tm

Momen extrim akibat Mmax pada batang DE atau EF akibat berat sendiri Momen extrim = -4,3098 + 1,57744632 Tm

= -2,7323368 Tm (antara batang DE dan EF) Momen extrim pada batang DE = M1 + M2 Max

= 2,00196 + (-7,8268473)

= -5,8248873 Tm

Momen extrim pada batang EF = M1 + M2 Max

= 2,00196 + (-7,8268473)

(72)

A

C D

E

F G

B 4.2737

0.2349 4.5086

4.3089

4.0624

4.3089 4.2737

0.2349 4.5086 4.0624

M

Gam bar Diagr am Mom en

G F E

D C

0.4349 0.4349 1.9309

0.1223

0.1223 0.1599

0.1599

1.9309 0.4349

0.4349

D

Gam bar Diagr am lint ang

1.2604

A

C D

E

F G

B 0.0871

2.7303

0.4394

2.7303 2.7303

1.2604 0.0871 0.4394

2.7303

N

Gam bar Diagr am Nor m al

3.4 Besaran Beban Pada Struktur Rangka Baja Tipe A

[image:72.595.110.534.110.707.2]
(73)

4.6965 4.1969

4.6965 3.5060

0.6517 2.8543

B G F E

D C

A

2.8543 0.6517 3.5060 4.1969

M

Gam bar Diagram Mom en

0.5436 0.5436

2.1942 0.1988

0.1998 0.1528

0.1528 2.1942

0.5436

0.5436 A

C D

E

F G

B

D

Gam bar Diagr am Lint ang

3.4128 0.5492

0.1088

1.5755 3.4128

3.4128 0.5429

3.4128 0.1088

B G F E

D C

A 1.5755

N

Gam bar Diagram Norm al

[image:73.595.102.524.83.700.2]
(74)

3.4785

2.9112

0.6476 2.2636

A

C D

E

F G

B 2.2636

0.6476 2.9112

5.6368

3.4785

5.6368

M

Gam bar Diagr am Mom en

B G F E

D C

A

0.6523 0.6523 2.7584

0.1834

0.1834 0.2398

0.2398

2.7584 0.6523

0.6523

D

Gam bar Diagram Lint ang

1.8906

A D

E

F G

B 0.1306

4.0950

0.6591

4.0950 4.0950

1.8906 0.1306 0.6591

4.0950

N

Gam bar Diagram Norm al

[image:74.595.113.524.84.699.2]
(75)
[image:75.595.111.517.194.715.2]

3.5 Besaran Beban Pada Struktur Rangka Baja Tipe B

Tabel 3.15 Perhitungan gaya – gaya yang bekerja Pada Bentang 20 meter

Nama Batang Panjang Profil (m)

Gaya yang bekerja (kg)

A1 1,33 3208,043

A2 1,33 6019,269

A3 1,33 651,470

A4 1,33 4569,998

A5 1,33 5563,849

A6 1,33 4202,568

A7 1,33 1835,418

A8 1,33 886,975

B1 1,33 0

B2 1,33 2978,346

B3 1,33 5914,634

B4 1,33 543,138

B5 1,33 4681,530

B6 1,33 5557,479

B7 1,33 4195,380

B8 1,33 1826,808

D1 1,36 3061,334

D2 1,36 2852,302

D3 1,36 5525,547

D4 1,36 5370.657

D5 1,36 896,807

D6 1,36 1404,266

D7 1,36 2437,748

D8 1,36 2801,308

V1 1,00 2206,064

V2 1,00 2263,810

V3 1,00 2164,404

V4 1,00 3688,488

V5 1,00 397,501

V6 1,00 667,356

V7 1,00 1037,031

V8 1,00 1800,936

(76)
[image:76.595.111.517.139.661.2]

Tabel 3.16 Perhitungan gaya – gaya yang bekerja Pada Bentang 25 meter

Nama Batang Panjang Profil (m)

Gaya yang bekerja (kg)

A1 1,66 6193,376

A2 1,66 576,267

A3 1,66 5803,870

A4 1,66 189,294

A5 1,66 1640,979

A6 1,66 7843,790

A7 1,66 6357,200

A8 1,66 278,485

B1 1,66 0

B2 1,66 6079,615

B3 1,66 565,682

B4 1,66 5820,583

B5 1,66 6753,646

B6 1,66 7839,484

B7 1,66 1649,605

B8 1,66 1651,029

D1 1,62 5910,143

D2 1,62 6464,415

D3 1,62 6208,650

D4 1,62 902,881

D5 1,62 1516,167

D6 1,62 9230,398

D7 1,62 1452,166

D8 1,62 5919,498

V1 1,00 2949,736

V2 1,00 3609,007

V3 1,00 3612,990

V4 1,00 3790,146

V5 1,00 552,808

V6 1,00 5254,442

V7 1,00 6620,605

V8 1,00 375,424

(77)
[image:77.595.110.518.139.660.2]

Tabel 3.17 Perhitungan gaya – gaya yang bekerja Pada Bentang 30 meter

Nama Batang Panjang Profil (m)

Gaya yang bekerja (kg)

A1 2,00 8737,356

A2 2,00 2859,142

A3 2,00 7153,366

A4 2,00 6625,497

A5 2,00 1854,575

A6 2,00 795,212

A7 2,00 2484,010

A8 2,00 2199,217

B1 2,00 0

B2 2,00 8744,528

B3 2,00 2998,621

B4 2,00 1294,806

B5 2,00 1829,258

B6 2,00 6610,421

B7 2,00 3910,263

B8 2,00 2690,257

D1 1,90 8737,782

D2 1,90 8743,473

D3 1,90 4095,830

D4 1,90 508,764

D5 1,90 4557,403

D6 1,90 2579,210

D7 1,90 1166,008

<

Gambar

Gambar 2.2 Rangka baja jembatan
Gambar 2.4 Rangka baja bangunan industri
Tabel 2.1 Daftar tegangan dari beberapa jenis baja
Gambar 2.6 Penentuan tegangan leleh.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas tata cara perancangan struktur rangka baja (berupa str. Rangka kap), yang terdiri dari perencanaan pembebanan, analisis struktur, perancangan

Tugas akhir ini dilaksanakan dengan metode eksperimental dan bertujuan untuk mengetahui beban maksimal yang dapat diterima kolom baja profil C gabungan dengan variasi

Tugas akhir ini dilaksanakan dengan metode eksperimental dan bertujuan untuk mengetahui beban maksimal yang dapat diterima kolom baja profil C gabungan dengan

Pada studi kasus perencanaan tugas akhir ini bangunan konstruksi beton gedung At-Tauhid Universitas Muhammadiyah Surabaya dimodifikasi menjadi bangunan konstruksi baja

Dalam penelitian ini dibandingkan hasil pemakaian konstruksi baja Profil Wf perletakan jepit - jepit dengan sendi - sendi pada bangunan portal frame dengan variasi

Berapa jumlah baut yang digunakan pada sambungan struktur gable frame dengan menggunakan profil baja WF dan struktur rangka menggunakan profil baja siku.. Berapa perbandingan

Tugas akhir ini dilaksanakan dengan metode eksperimental dan bertujuan untuk mengetahui beban maksimal yang dapat diterima kolom baja profil C gabungan dengan

PERENCANAAN KONSTRUKSI COAL SHELTER BENTANG PANJANG DARI RANGKA BAJA LENGKUNG TERSEGMENTASI DENGAN CHORD PROFIL I DAN BRACE PROFIL PIPA Martha Christina NIM 15008032 Program Studi