• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentanginfeksi Menular Seksual (IMS) Di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentanginfeksi Menular Seksual (IMS) Di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) TENTANGINFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI DESA

NAGA KESIANGAN KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

DINI HANDAYANI 061000265

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) TENTANGINFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI DESA

NAGA KESIANGAN KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

DINI HANDAYANI 061000265

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI DESA

NAGA KESIANGAN KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

DINI HANDAYANI NIM. 061000265

Telah Diuji dan Dipertahankan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 17 Januari 2011

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr.Yusniwarti Yusad, M.Si Asfriyati, SKM, M.Kes NIP. 195105201987032001 NIP.197012201994032001

Penguji II penguji III

Heru Santosa. Ph.D dr.Ria Masniari Lubis, M.Si

NIP. 195811101984031002 NIP.195310181982032001 Medan, Maret 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Infeksi menular seksual (IMS) yang disebut juga penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan seksual baik dengan pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti pasangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. Jenis penelitian adalah survai yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh Pekerja Seks Komersial (PSK) yang berada di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai dan sampelnya berjumlah 50 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang infeksi menular seksual (IMS) dalam kategori kurang sebanyak 82%, dalam kategori cukup sebanyak 16% dan dalam kategori baik sebanyak 2%. Sikap responden pada kategori kurang sebanyak 68%, dalam kategori cukup sebanyak 30%dandalam kategori baik sebanyak 2%.

Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan pengetahuan PSK tentang akibat buruk infeksi menular seksual dan disarankan kepada PSK agar memperhatikan kesehatan reproduksi dan sering memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan agar terhindar dari penyakit infeksi menular seksual (IMS).

(5)

ABSTRACT

Sexuallytransmitted infections(STIs), whichis also calledsexually transmitted diseases (STDs) areinfectionstransmittedsexual intercourseeitherwith a partnerwhoisinfected, orthose whooftenhave multiple sexual partners.

This researchaimsto determineknowledgeand attitudes ofcommercial sex workers(CSWs) aboutsexually transmitted infections(STIs)

inNagaoversleepSerdangDistrictHighCliffBedagaiYear2010. The study wasdescriptivesurvey. The populationin thestudywereallcommercial sex workers(CSWs)

inNagaoversleepSerdangDistrictHighCliffBedagaiandsamplenumbered50 people. Results showedthatrespondents knowledgeaboutsexually transmittedinfections(STIs) in acategoryis lessby 82%, in thecategoryjustas much as16%andinbothcategoriesas much as 2%. The attitude ofthe respondentsin thecategoryas much as68%less, in acategoryquiteas much as30%andinbothcategoriesas much as 2%.

It was recommended to health workerstofurtherimproveknowledgeaboutthe harmful effectsPSKsexually transmittedinfectionsandcommercial sex workersare advisedtopay attentiontoreproductivehealthandoftenwent to theplace ofhealth caretoavoidsexuallytransmitted infections(STIs).

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dini Handayani

Tempat/tanggal lahir : Tanjung Morawa, 24 April 1984

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang

Alamat Rumah : Jl. Batang Kuis gg. Tambak rejo Tanjung Morawa

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1990 –1996 : SD Negeri No.105855 PTP II Tanjung Morawa 2. 1996 – 1999 : SLTP Negeri I Tanjung Morawa

3. 1999 – 2002 : SLTA Negeri I Tanjung Morawa 4. 2002 – 2005 : AKBID Sari Mutiara Medan

5. 2006 – sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telaH melimpahkan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi inidengan judul “ Pengetahuan dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK)

tentangInfeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga Kesiangan Kecamatan

Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010”

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui

kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril

dariberbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan

saranmasih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, Ph.D selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada saya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

5. Bapak Heru Santosa Ph.D, selaku Dosen Penguji II atas kritik serta saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu dr.Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dosen Penguji III atas kritik serta saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dr. Heldy B.Z, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademikyang selalu memberikan petunjuk kepada saya dalam mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Syamsidar Barus, SE. Selaku direktur Yayasan SP2S yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak/Ibu Dosen di Departemen Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi.

10. Ayahanda terkasih H. Drs. Tukidi dan ibunda tercinta Hj. Namiati yang telah mendukung saya baik dalam doa, serta memberi semangat di sepanjang hidup saya, yang dengan penuh kasih dan kesabaran selalu mengajari saya untuk tetap bersyukur dalam segala hal.

11. Teristimewa buat suamiku tercinta Deyna Pramulia Siregar dan anakku tersayang Chairiah Az-Zahra Siregar yang telah banyak memberi dukungan, motivasi, pengorbanan, kesabaran dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Adik-adikku terkasih Dani, Marini, Budi yang telah memberikan dukungan doa

(9)

13. Rekan-rekan mahasiswa/i FKM-USU angkatan 2006, Efri, Dewi, Rita, Ummal Banin, Uli, Ani, Imna, Ilan. Dan adik-adik angkatan 2004 : Irma dan Yanti. 14. Seluruh sahabat, teman dan pihak yang telah banyak membantu penulis baik besar

maupun kecil semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dapat memberikan balasan yang lebih baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada semua yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Medan, Maret 2011

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.1.1. Pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS) ... 7

2.1.2. Jenis-Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) ... 8

2.1.3. Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) ... 11

2.1.4. Hal-hal Yang Tidak Dapat Menularkan Infeksi Menular Seksual (IMS) ... 11

2.1.5. Cara MencegahInfeksi Menular Seksual (IMS) ... 11

2.1.6. Tanda dan Gejala Infeksi Menular Seksual (IMS) ... 12

(11)

2.4.2. Komponen Pokok Sikap ... 19

4.1.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 29

(12)

5.2. Sikap Responden ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 49 6.2. Saran ... 49

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... .. 29 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Desa Naga

Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010 ... .. 30 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa

Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2010 ... ... 30 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di Desa

Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang

Tahun 2010 ... 31 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Setiap

Pertanyaan Pengetahuan ... 32 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di DesaNaga Kesiangan

Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Setiap

Pertanyaan Sikap ... 36 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Tentang

Infeksi Menular Seksual (IMS) di DesaNaga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.9.1. Hasil Tabulasi Silang Antara Kelompok Umur dengan

Pengetahuan Responden di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.9.2. Hasil Tabulasi Silang Antara Kelompok Pendidikan dengan

Pengetahuan Responden di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai

(14)

Tabel 4.9.3. Hasil Tabulasi Silang Antara Kelompok Lama Kerja dengan Pengetahuan Responden di Desa Naga Kesiangan

Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.9.4. Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan

Sikap Responden di Desa Naga Kesiangan

Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK)

Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

Lampiran 2 : Uji Validitas dan Reliabel

(16)

ABSTRAK

Infeksi menular seksual (IMS) yang disebut juga penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan seksual baik dengan pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti pasangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. Jenis penelitian adalah survai yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh Pekerja Seks Komersial (PSK) yang berada di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai dan sampelnya berjumlah 50 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang infeksi menular seksual (IMS) dalam kategori kurang sebanyak 82%, dalam kategori cukup sebanyak 16% dan dalam kategori baik sebanyak 2%. Sikap responden pada kategori kurang sebanyak 68%, dalam kategori cukup sebanyak 30%dandalam kategori baik sebanyak 2%.

Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan pengetahuan PSK tentang akibat buruk infeksi menular seksual dan disarankan kepada PSK agar memperhatikan kesehatan reproduksi dan sering memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan agar terhindar dari penyakit infeksi menular seksual (IMS).

(17)

ABSTRACT

Sexuallytransmitted infections(STIs), whichis also calledsexually transmitted diseases (STDs) areinfectionstransmittedsexual intercourseeitherwith a partnerwhoisinfected, orthose whooftenhave multiple sexual partners.

This researchaimsto determineknowledgeand attitudes ofcommercial sex workers(CSWs) aboutsexually transmitted infections(STIs)

inNagaoversleepSerdangDistrictHighCliffBedagaiYear2010. The study wasdescriptivesurvey. The populationin thestudywereallcommercial sex workers(CSWs)

inNagaoversleepSerdangDistrictHighCliffBedagaiandsamplenumbered50 people. Results showedthatrespondents knowledgeaboutsexually transmittedinfections(STIs) in acategoryis lessby 82%, in thecategoryjustas much as16%andinbothcategoriesas much as 2%. The attitude ofthe respondentsin thecategoryas much as68%less, in acategoryquiteas much as30%andinbothcategoriesas much as 2%.

It was recommended to health workerstofurtherimproveknowledgeaboutthe harmful effectsPSKsexually transmittedinfectionsandcommercial sex workersare advisedtopay attentiontoreproductivehealthandoftenwent to theplace ofhealth caretoavoidsexuallytransmitted infections(STIs).

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan seksualitas yang sehat yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi. Seksualitas dalam hal ini berkaitan erat dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia dan dampaknya bagi kehidupan fisik dan biologis manusia. Termasuk dalam menjaga kesehatannya dari gangguan seperti IMS dan HIV/AIDS (Herbaleng, 2001).

Dahulu kelompok penyakit ini dikenal sebagai penyakit kelamin yang hanya terdiri dari 5 jenis penyakit yaitu gonoroe (kencing nanah), sifilis (raja singa), ulkus mole, limfogranuloma inguinale (bungkul) dan granuloma inguinale. Namun pada

akhir abad ke-20 dapat dibuktikan bahwa pada waktu mengadakan hubungan seksual dapat terjadi infeksi oleh lebih dari 20 jenis kuman, sehingga muncullah istilah Penyakit Menular Seksual (PMS). Pada tahun 1997 pada Kongres IUVDT (International Union of Venereal Diseases and Treponematosis) di Australia, istilah tersebut diubah menjadi IMS, oleh karena semua penyakit yang termasuk dalam kelompok tersebut merupakan penyakit infeksi (Djajakusumah, 2008).

Sexually Transmitted Infection (STI) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan

(19)

mencapai HIV, seperti mereka berperilaku bergantian pasangan seksual, dan tidak konsisten menggunakan kondom (BNN, 2004).

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dampaknya mulai terasa sejak awal tahun 1998. Selain langsung pada kehidupan ekonomi bangsa, juga berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Krisis ekonomi mengakibatkan turunnya pendapatan nyata penduduk akibat hilangnya kesempatan kerja. Dampak kelanjutan adalah kerawanan yang menyangkut berbagai hal, salah satu diantaranya adalah bidang ekonomi dan sosial. Krisis ekonomi dapat meningkatkan jumlah Pekerja Seks Komersial (PSK). Karena sifat pekerjaan dan perilaku mereka, para PSK berpotensi tertular dan menularkan Infeksi Menular Seksual (IMS) (Kasnodihardjo, 2010).

Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah suatu pekejaan atau profesi dengan melacurkan diri, penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran, dengan alasan komersial mereka siap melakukan apa saja untuk kepuasan pelanggan sampai pada perilaku seks yang tidak sehat, sehingga kelompok ini beresiko untuk terkena infeksi menular seksual (IMS) (Kartono, 2003).

(20)

Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) pada Pekerja Seks Komersial (PSK) cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil estimasi tahun 2006 menunjukkan bahwa Pekerja Seks Komersial (PSK) sebesar 221.000 orang dan pelanggan 3.160.000 orang dengan prevalensi IMS sangat tinggi di wilayah Bandung yaitu : gonoroe 37,4%, klamidia 34,5%, dan sifilis 25,2%. Selanjutnya diikuti kota Surabaya yaitu : klamidia 33,7%, sifilis 28,8%, dan dan gonoroe 19,8%. Lalu kota Jakarta yaitu : gonoroe 29,8%, sifilis 25,2% dan klamidia 22,7% dan Medan 5,3% klamidia dan 2,4% sifilis (Adhitama, 2008).

Pada tahun 2008 jumlah IMS di Sumatera Utara sebanyak 6.787 kasus dimana jumlah IMS di Medan sebanyak 3.095 kasus (Dinkes Sumut, 2009). PSK lebih berisiko menimbulkan IMS karena mereka sering bertukar pasangan seks. Semakin banyak jumlah pasangan seksnya semakin besar kesempatan terinfeksi IMS dan menularkan ke orang lain. Peran serta masyarakat dalam mengontrol IMS sangat penting, selama kelompok ini belum terjangkau dengan pencegahan dan layanan pengobatan yang berkualitas baik. Jangkauan yang efektif, pendidikan sebaya serta layanan klinik untuk pekerja seks telah dikembangkan dengan menggunakan klinik berjalan atau dengan menyediakan waktu khusus di klinik. Pelayanan seperti ini memberikan kontribusi untuk mengurangi prevalensi IMS di masyarakat (Depkes RI, 2006).

(21)

pemeriksaan sesering mungkin baik dilakukan dengan sendiri ataupun dengan bantuan pelayanan kesehatan (Daili, 2001).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Reta (2009), diperoleh hasil bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual dengan nilai p<0,05.

Sedangkan menurut hasil penelitian Silalahi, R (2009), ternyata pengetahuan dan sikap PSK ada hubungan yang bermakna terhadap tindakan untuk menggunakan kondom dengan hasil p<0,05. Artinya pengetahuan dan sikap yang baik akan mempengaruhi pelanggan menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual.

(22)

PSK tersebut ditemukan sekitar 35 kasus IMS dan 1 kasus HIV (Yayasan SP2S, 2009).

Desa Naga Kesiangan adalah salah satu desa di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai merupakan desa yang mempunyai resiko tinggi terhadap penularan infeksi menular seksual. Hal ini dikarenakan adanya daerah lokalisasi terselubung berupa warung bubur.

1.2. Perumusan Masalah

Warung bubur di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi merupakan salah satu tempat praktek prostitusi. Banyaknya pekerja seks komersial di lokalisasi yang terselebung merupakan peluang membuat semakin meningkatnya kasus IMS sekarang ini., karena mereka tidak mengetahui resiko dari pekerjaannya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melihat sejauh mana pengetahuan dan sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kebupaten Serdang Bedagai.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. TujuanUmum

(23)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010.

2. Mengetahui sikapPekerja Seks Komersial (PSK) tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga KesianganKecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi komunitas PSK mengenai kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual dan perilaku pemeliharaan organ reproduksi dalam mencegah IMS.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Menular Seksual (IMS)

2.1.1. Pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs), Sexually Transmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana pengertian dari IMS

ini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena menunjuk pada cara penularannya (Ditjen PPM & PL, 1997).

IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. IMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar diantaranya adalah AIDS, kaena mengakibatkan sepenuhnya pada kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengn antibiotik (Zohra dan Rahardjo, 1999).

(25)

2.1.2. Jenis –Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)

Beberapa penyakit infeksi menular seksual yang sering terjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) menurut Fahmi (2008) adalah :

1. Gonore (kencing nanah)

Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ reproduksi dan menyerang selaput lendir, mucus, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini adalah Neisseria Gonorrhoeae.Gejala akibat penyakit ini pada wanita antara lain :

a. Keputihan kental berwarna kekuningan b. Rasa nyeri di rongga panggul

c. Dapat juga tanpa gejala

Sedangkan gejala pada laki – laki antara lain: a. Rasa nyeri pada saat kencing

b. Keluarnya nanah kental kuningkehijauan c. Ujung penis agak merah dan bengkak 2. Sifilis

(26)

Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak

dalam uterus). Dengan gejala klinis : Luka atau koreng, jumlah biasanya satu, bulat atau lonjong, dasar bersih, dengan perabaan kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada penekanan

3. Chlamydia Trachomatis

Chlamydia trachomatis adalah salah satu dari tiga spesies bakteri dalam

genus Chlamydia, famili chlamydiaceae, kelas Chlamydiae, filum Chlamydiae, domain Bacteria.

Chlamydia trachomatis adalah agen chlmydial pertama yang ditemukan

dalam tubuh manusia. Bakteri ini pertama kali diidentifikasi tahun 1907. Infeksi chlamydia trachomatis sering tidak menimbulkan gejala dan sangat beresiko bila terjadi pada ibu-ibu karena dapat menyebabkan kehamilan ektopik, infertilitas dan abortus. Dengan gejala klinis :

- Pada pria duh (sekret/cairan) tubuh uretra dapat disertai eritema meatus - Pada wanita duh tubuh serviks seropurulen, serviks mudah berdarah. 4. Herpes Genitali

(27)

1. Herpes genital pertama : diawali dengan bintil lentingan dan luka/erosi berkelompok, di atas dasar kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipat paha dan disertai gejala sisitemik

2. Herpes genital kambuhan : timbul bila ada faktor pencetus yaitu : daya tahan tubuh menurun, stres pikiran, senggama berlebihan, kelelahan.

5. Kondiloma akuminata(Kutil Genitalis)

Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kutil genitalis sering ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena tidak enak dilihat, bisa terinfeksi bakteri, bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem kekebalan. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil pap smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau kerongkongan.

6. HIV-AIDS

(28)

kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

7. Ulkus mole

Disebabkan oleh : Haemophillus Ducreyi, dengan gejala klinis seperti koreng jumlahnya banyak, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi bergaung, sekitar koreng merah dan edema, sangat nyeri.

2.1.3. PenularanInfeksi Menular Seksual (IMS)

Beberapa cara penularan IMS menurut Ditjen PPM & PLP (1997) yaitu melalui :

1. Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom 2. Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom

3. Seks oral tanpa menggunakan kondom

2.1.4. Hal-hal Yang Tidak Dapat Menularkan Infeksi menular Seksual (IMS)

Penularan IMS dengan cara yang tidak aman adalah tanpa menggunakan kondom, tetapi Menurut Sofianty (2009) IMS tidak dapat menular melalui :

1. Duduk disamping orang yang terkena IMS 2. Menggunakan WC Umum

3. Menggunakan kolam renang umum 4. memegang gagang pintu

(29)

2.1.5. Cara Mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS)

Menurut Depkes RI (2006) langkah terbaik untuk mencegah IMS adalah menghindari kontak langsung, yaitu dengan cara sebagai berikut :

1. Menunda kegiatan seks bagi remaja (abstinensi) 2. Menghindari berganti-ganti pasangan seksual 3. Memakai kondom dengan benar dan konsisten

2.1.6. Tanda dan gejala Infeksi Menular Seksual (IMS)

Menurut Kusuma (2009), tanda dan gejala IMS pada laki-laki dan perempuan berbeda. Karena bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala IMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda IMS pada laki-laki antara lain:

1. Berupa bintil-bintil berisi cairan.

2. Lecet atau borok pada penis/alat kelamin. 3. Luka tidak sakit.

4. Keras dan berwarna merah pada alat kelamin.

5. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam. 6. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin.

7. Rasa sakit yang hebat pada saat kencing. 8. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk.

9. Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubahmenjadi borok.

Pad

(30)

1. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual. 2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.

3. Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin.

4. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.

5. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal. 6. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual. 7. Bintil-Bintil berisi cairan.

8. Lecet atau borok pada alat kelamin.

2.1.7. Bahaya Infeksi Menular Seksual (IMS)

Berdasarkan UNAIDS dan WHO (1998) ada beberapabahaya yang dapat ditimbulkan jika seseorang terdeteksi mengidap IMS,yaitu:

1. Kebanyakan IMS dapat menyebabkan kita sakit. 2. Beberapa IMS dapat menyebabkan kemandulan. 3. Beberapa IMS dapat menyebabkan keguguran. 4. IMS dapat menyebabkan kanker leher rahim.

5. Beberapa IMS dapat merusak penglihatan, otak dan hati. 6.IMS dapat menular kepada bayi.

7. IMS dapat menyebabkan kita rentan terhadap HIV/AIDS. 8. Beberapa IMS ada yang tidak bisa disembuhkan.

(31)

2.1.8. Pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Berdasarkan Ditjen PPM & PLP (1997) yang harus dilakukan seseorang jika terkena atau curiga terkena IMS setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium adalah :

1. Setiap IMS obatnya berbeda. Jadi periksakan diri ke dokter untuk mengetahui jenis penyakit dan pengobatannya karena tidak sembarangan obat bisa dipakai untuk mengobati semuanya.

2. Selalu minum obat yang diberikan dokter sesuai dengan aturan yang diberikan. Habiskan obat yang diberikan walupun sakitnya sudah berkurang. Karena hal tersebut dapat berbahaya, sering bibit penyakit belum mati sehingga dapat menyebabkan bibit penyakit tersebut menjadi kebal terhadap obat yang diberikan.

3. Selama pengobatan jangan melakukan hubungan seks dulu supaya luka-luka IMS dapat sembuh. Kalupun berhubungan seks sebaiknya gunakan kondom.

4. Periksakan diri ke dokter jika obat sudah habis untuk memastikan IMS yang di derita benar-benar sudah sembuh. Dan bawalah pasangan seksual anda agar tidak tertular ulang.

2.1.9. Risiko Terkena Infeksi Menular Seksual (IMS)

Perempuan lebih rentan berisiko tertular IMS dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Ditjen PPM & PLP (1997) hal ini disebabkan karena:

(32)

2. Jika perempuan terinfeksi IMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi.

3. Banyak orang khususnya perempuan dan remaja enggan untuk mencari pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita IMS.

2.2. Pengertian Pekerja Seks Komersial (PSK)

Pekerja Seks Komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang.Pekerjaan ini selain meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit AIDS akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman bernama kondom. Pelacur adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan badannya (Hariadhi, 2010).

Kita sering menyebut wanita penjual jasa pelayanan seksual dengan istilah PSK (Pekerja Seks Komersial), menurut arti pada setiap katanya, istilah PSK berarti orang yang mempunyai pekerjaan untuk melayani kebutuhan seksual bagi orang-orang yang membutuhkannya, dengan tujuan komersial atau mencari keuntungan (Ragil, 2009)

2.3. Pengetahuan (Knowledge)

2.3.1. Pengertian Pengetahuan

(33)

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behaivour).

2.3.2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan (Notoatmodjo, 2003).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : Seorang pekerja seks komersial mengetahui apa arti dari infeksi menular seksual.

2. Memahami (comprehension)

(34)

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Contohnya : seorang pekerja seks komersial menggetahui apa yang dimaksud dengan IMS itu dan mampu menjelaskan dan melaksanakan bagaimana cara mencegah tidak terkena IMS. 4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Contohnya : PSK tahu jika melakukan pekerjaan tanpa alat pelindung yaitu kondom, dapat terkena IMS.

5. Sintesis (synthesis)

Sintetis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap sesuatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Contohnya : Seorang PSK mampu menjelaskan bahwa IMS itu dapat dicegah dengan menggunakan kondom karena IMS dapat menimbulkan kematian. 6. Evaluasi (evaluation)

(35)

ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada. Contohnya : Mampu menilai atau akibat apabila seorang PSK terjangkit IMS.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan tentang materi yang ingin di ukur dari subyek penelitian atau responden kedalam hubungan pengetahuan yang ingin kita ketahui.

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatanmereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan orang lain, kemana harus mencari pengobatan bilamana sakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkatan pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

2.4. Sikap (Attitude)

2.4.1. Pengertian Sikap

(36)

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).

2.4.2. Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmojo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting.

2.4.3. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa seperti halnya dengan pengatahuan, sikap ini juga memiliki beberapa tingkatan yaitu:

a. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding) yang berarti memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing) yang berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

(37)

Adapun indikator untuk mengetahui tingkat sikap terhadap kesehatan, antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit.

b. Sikap tentang cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

(38)

2.5. Variabel Yang Diteliti

Variabel yang diteliti pengetahuan dan sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.

26 27

I. Pengetahuan PSK tentang IMS

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan penelitian yang bersifat deskriptif dengan bentuk survei. Penelitian deskriptif bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena atau keadaan yang ditemukan dan disajikan secara apa adanya dimana peneliti tidak melakukan analisis bagaimana fenomena tersebut dapat terjadi sehingga tidak perlu dilakukan hipotesis. (Sastroasmoro, 2008).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai alasan masih tingginya kasus IMS di tempat tesebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2010 sampai Maret 2011.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(40)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang bekerja sebagai PSK yang berada di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 50 orang (total sampling).

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Yayasan SP2S yaitu data PSK yang terkena penyakit IMS, serta data lainnya yang mendukung penelitian ini.

3.5Definisi Operasional

1. Pengetahuan PSK adalah segala suatu yang diketahui Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang pengertian InfeksiMenular Seksual (IMS), jenis-jenis IMS, cara penularan IMS, yang tidak menularkan IMS, cara mencegah IMS, yang berisiko terkena IMS, tanda dan gejala IMS, dan akibat buruk jika terkena IMS.

(41)

pemeriksaan Laboratorium dan cara melakukan pengobatan IMS yang benar dalam bentuk pernyataan denganmenggunakan skala Likert.

3.6. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dan reabilitas dilakukan untuk menguji keterandalan kuesioner yang diberikan kepada responden, dimana uji validitas dan reabilitas ini dilakukan kepada 10 orang yang mempunyai kriteria sama dengan responden di wilayah puskesmas Tanjung Morawa. Menurut (Singarimbun, 1995) Item kuesioner dikatakan valid bila nilai r tiap item lebih besar dari nilai r tabel (0,632). Sementara item kuesioner dikatakan reliabel karena r Cronbach’s Alpha (0,943) lebih besar dari nilai r tabel (0,632).

3.7. Aspek Pengukuran

3.7.1. Pengetahuan PSK

Item pertanyaan tentang pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan. Sebelum

(42)

Berdasarkan jumlah skor yangdiperoleh maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

(Pratomo dan Sudarti, 1986)

1. Pengetahuan Baik, jika skor jawaban responden yang dicapai 75% - 100% dari skor maksimal, dengan interval nilai 22 – 28.

2. Pengetahuan Cukup, jika skor jawaban responden yang dicapai 40% - 75% dari skor maksimal, dengan interval nilai 11 - 21.

3. Pengetahuan Kurang, jika skor jawaban responden yang dicapai < 40% dari skor maksimal, dengan interval nilai 0 – 10.

3.7.2. Sikap PSK

Aspek pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari 5 kategori yaitu : SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju) (Hidayat, 2009).

Sikap diukur melalui 10 pernyataan dengan memberikan skor terhadap kuesioner dan memberikan bobot penilaian yaitu :

1. Untuk pernyataan positif ( nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7) - SS :Sangat Setuju, skor 5

- S : Setuju, skor 4 - N : Netral, skor 3

- TS : Tidak Setuju, skor 2

- STS : Sangat Tidak Setuju, skor 1

(43)

- S : Setuju, skor 2 - N : Netral, skor 3

- TS : Tidak Setuju, skor 4

- STS : Sangat Tidak Setuju, skor 5

Sehingga skor tertinggi responden yang dapat dicapai adalah 50 dan skor terendah adalah 10. Maka berdasarkan jumlah yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut : (Pratomo dan Sudarti, 1986)

1. Baik, jika skor jawaban responden > 75% dari total skor, dengan interval nilai 41 – 50.

2. Cukup, jika skor jawaban responden 40% - 75% dari total skor, dengan interval nilai 26 – 40.

3. Kurang baik, jika skor jawaban responden < 40% dari total skor, dengan interval nilai 10 - 25

3.8. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data).

(44)

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.

3. Tabulating

Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

3.8.2..Analisis Data

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. SP2S (Yayasan Solidaritas Perempuan Pekerja Seks)

Yayasan Solidaritas Perempuan Pekerja Seks (SP2S) adalah sebuah organisasi swadaya masyarakat (NGO) berbentuk yayasan dan bersifat Nirlaba, didirikan tanggal 18 September 2001 di wilayah Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara.

SP2S merupakan sebuah lembaga yang konsen dalam memberikan informasi tentang bahayanya IMS dan HIV/AIDS bagi para PSK, justru akan lebih berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada proses pendekatan kepada Stake Holders yang ada di lokasi dan secara langsung akan mendekati PSK secara

individu untuk melakukan penggalian informasi yang detail tentang masalah yang dihadapi terutama masalah kesehatannya melalui kegiatan pendampingan dan penjangkauan, tukar menukar informasi dan teknologi, guna meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.

(46)

4.2. Gambaran Umum Desa Naga Kesiangan

4.2.1. Kondisi Goegrafis

Desa Naga Kesiangan terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 33 m diatas permukaan laut Dengan jumlah penduduk Desa Naga Kesiangan sebanyak ± 2968 jiwa. Desa ini merupakan jumlah penduduk kelima terbanyak di Kecamatan Tebing Tinggi dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 810 KK. Dengan luas pemukiman ± 35 Ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Naga Kesiangan yaitu sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bah Sumbu dan Desa Kedai Damar b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pabatu I dan PTPN III Gunung

Pamela

c. Sebelah Timur berbatasan dengan PTPN IV Pabatu

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN III Gunung Pamela

4.2.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (%)

1. Tidak tamat SD/tidak/Belum Sekolah 1742 58,69

2. SD/sederajat 599 20,18

3. SLTP/sederajat 289 9,74

4. SLTA/sederajat 253 8,52

5. Sarjana/Diploma 72 2,43

6. Pasca Sarjana 13 0,44

Total 2968 100

(47)

Dari tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD/tidak/belum sekolah yaitu sebanyak 58,69%.

4.3. Data Umum Responden

4.3.1. Umur

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

Pada tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa lebih banyak responden berada pada kelompok umur 21-25 tahun yaitu sebanyak 22 orang (44%), dan yang paling sedikit berumur < 20 tahun yaitu sebanyak 5 orang (10%).

4.3.2. Pendidikan

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Pendidikan Frekuensi Persen (%)

1 Tamat SD 14 28,0

2 Tamat SLTP 31 62,0

3 Tamat SLTA 5 10,0

Jumlah 50 100,0

(48)

4.3.3. Lama Kerja

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Lama kerja Frekuensi Persen (%)

1 < 1 tahun 19 38,0

2 1 tahun 9 18,0

3 2 tahun 10 20,0

4 3 tahun 7 14,0

5 > 4 tahun 5 10,0

Jumlah 50 100,0

Pada tabel 4.4. di atas menunjukkan bahwa lebih banyak responden bekerja menjadi PSK paling banyak bekerja < 1 tahun yaitu sebanyak 19 orang (38%), dan paling sedikit bekerja selama > 4 tahun sebanyak 5 orang (10%).

4.4. Pengetahuan Responden

(49)

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Setiap Pertanyaan Pengetahuan

No Pertanyaan Pengetahuan Jumlah %

1 Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah

a.Infeksi penularannya melalui hubungan seksual

b.Infeksi penularannya melalui hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular.

2 Menurut saudari jenis-jenis dari IMS adalah oGO, Sifilis, Klamidia (memberi 3 jawaban)

oGO dan Sifilis, atau GO dan Klamidia, atau Sifilis dan Klamidia (memberi 2 jawaban)

oGO, atau Sifilis, atau Klamidia (memberi 1 jawaban) oTidak tahu 3 Menurut saudari penularan IMS dapat melalui

o Hubungan seksual lewat senggama, dubur atau seks oral tanpa pengaman seperti kondom (memberi 3 jawaban)

o Hubungan seksual lewat senggama dan dubur, atau senggama dan seks oral, atau seks oral dan dubur tanpa pengamanan seperti : Kondom (memberi 2 jawaban)

o Hubungan seks lewat senggama, atau lewat dubur, atau Seks oral tanpa pengaman seperti kondom (memberi 1 jawaban)

o Tidak tahu 4 Menurut saudari darimana seseorang dapat tertular IMS

oMelalui cairan sperma dan vagina pada saat berhubungan seksual dan transfusi (memberi 3 jawaban)

oMelalui cairan sperma dan vagina saat berhubungan seks, atau melalui cairan sperma dan transfusi, atau melalui cairan vagina dan transfusi darah (memberi 2 jawaban)

oMelalui cairan sperma, atau cairan vagina, atau trasfusi darah (memberi 1 jawaban)

oTidak tahu 5 Menurut saudari apa yang tidak dapat menularkan IMS

o Salaman ,duduk disamping orang yang IMS dan memegang gagang pintu (memberi 3 jawaban)

o Salaman dan duduk disamping orang IMS, atau salaman dan memegang gagang pintu, atau duduk disamping orang IMS dan memegang gagang pintu (memberi 2 jawaban)

oSalaman, atau duduk disamping orang terkena IMS, atau Memegang gagang pintu (memberi 1 jawaban)

(50)

Lanjutan tabel 4.5.

No Pertanyaan Pengetahuan Jumlah %

.6 Bagaimana cara supaya saudari terhindar dari IMS

a. Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual b. Memeriksakan kesehatan secara rutin kepada petugas kesehatan c. Tidak tahu

7 Menurut saudari siapa yang berisiko tertular IMS

o Orang yang berganti pasangan dan Remaja, atau orang berganti pasangan dan perempuan, atau remaja dan perempuan (memberi 2 jawaban)

o Orang yang selalu berganti pasangan, atau remaja, atau perempuan (memberi 1 jawaban)

o Tidak tahu 8 Bagaimana tanda-tanda jika pria terkena IMS

oGatal disepanjang alat kelamin, lecet/borok dipenis dan kencing nanah (memberi 3 jawaban)

oGatal dan lecet/borok di sekitar alat kelamin (penis), atau Gatal dan kencing nanah, atau lecet/borok di penis dan kencing nanah (memberi 2 jawaban)

oGatal di sepanjang alat kelamin, atau lecet/borok di penis, atau Kencing nanah (memberi 1 jawaban)

oTidak tahu

9 Tanda-tanda IMS pada wanita yang saudari ketahui

oKeputihan bau busuk dan nyeri kencing atau keputihan berbau busuk dan lecet sekitar alat kelamin, atau nyeri kencing dan lecet sekitar alat kelamin (memberi 2 jawaban )

oKeputihan bau busuk, atau nyeri saat kencing, atau lecet/ borok sekitar alat kelamin (memberi 1 jawaban)

oTidak tahu

10 Bahaya apa yang ditimbulkan jika mengidap IMS yang saudari ketahui oMenyebabkan mandul, keguguran, kematian dan gangguan jiwa

(memberi 3 jawaban)

oMenyebabkan mandul dan keguguran, atau mandul dan kematian, atau mandul dan gangguan jiwa, atau keguguran dan kematian, atau kematian dan gangguan jiwa (memberi 2 jawaban)

oMenyebabkan mandul, atau keguguran, atau kematian atau gangguan jiwa (memberi 1 jawaban)

oTidak tahu

(51)
(52)

Adapun untuk melihat kategori pengetahuan responden tentang infeksi menular seksual (IMS), dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Kategori Pengetahuan Frekuensi Persen (%)

1 Baik 1 2,0

2 Cukup 8 16,0

3 Kurang 41 82,0

Jumlah 50 100,0

Pada tabel 4.6. di atas menunjukkan bahwa kategori pengetahuan responden tentang infeksi menular seksual (IMS) lebih banyak berada pada pengetahuan kurang yaitu sebanyak 41 orang (82%), responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 8 orang (16%) dan paling sedikit pada kategori pengetahuan baik hanya ada 1 orang (2%).

4.5. Sikap Responden

(53)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Setiap Pertanyaan Sikap

No Pernyataan

Alternatif Jawaban

5 4 3 2 1

SS S N TS STS

1 Melakukan pekerjaan ini lebih beresiko untuk menularkan IMS 2 Risiko penularan IMS lebih tinggi pada orang yang

berganti-ganti pasangan seksual

1 3 Menyarankan pelanggan untuk menggunakankondom

agar terhindar dari penularan IMS

5

4 Melakukan pemeriksaan Laboratorium untuk

mengetahui apakah terkena IMS

6 5 Sangat penting bagi kesehatan untuk melakukan

pengobatan jika terkena IMS

0 6 Mengikuti perintah dokter dalam pengobatan IMS 0

0

Melakukan pemeriksaan alat kelamin ke tempat pelayanan kesehatan bila merasakan ada keluhan

0 8 Membeli obat sendiri di apotik (tanpa resep dokter)

untuk mencegah penularan IMS ini

0

Tidak akan mengikuti pelayanan klinik VCT (Voluntary, Counseling, & Testing) dari Puskesmas

0

Biaya untuk melakukan penanggulangan IMS ini sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan.

0

(54)

Laboratorium untuk mengetahui apakah terkena IMS, 54% bersikap tidak setuju untuk melakukan pengobatan jika terkena IMS, 28 % responden memiliki sikap mengikuti perintah dokter dalam menjalani pengobatan IMS dan 66% memiliki sikap tidak setuju. Pada pernyataan sikap melakukan pemeriksaan alat kelamin ke tempat pelayanan kesehatan bila merasakan ada keluhan 74% responden bersikap tidak setuju dan 22% bersikap setuju, 28% responden memiliki sikap setuju untuk membeli obat sendiri di apotik (tanpa resep dokter) untuk mencegah jika terjadi penularan IMS, 32% memiliki sikap setuju untuk tidak mengikuti pelayananan klinik VCT (Voluntary, Counseling, & Testing) dari Puskesmas sedangkan 66% menyatakan sikap tidak setuju, 78% responden memiliki sikap tidak setuju biaya untuk melakukan penanggulangan IMS sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Sikap Frekuensi Persen (%)

1 Baik 1 2,0

2 Cukup 16 32,0

3 Kurang 33 66,0

Jumlah 50 100,0

(55)

4.6. Hasil Tabulasi Silang

4.9.1. Hasil Tabulasi Silang Antara Kelompok Umur dengan Pengetahuan Responden di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Kelompok Umur (tahun)

Kategori Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

Berdasarkan hasil perhitungan tabulasi silang antara kelompok umur dengan pengetahuan di ketahui bahwa paling banyak 22 orang dari umur 21-25 tahun dengan pengetahuan kurang sebanyak 21 orang (95,5%) dan paling sedikit 5 orang dari kategori umur < 20 tahun dengan pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (80%).

4.9.2. Hasil Tabulasi Silang Antara Kelompok Pendidikan dengan Pengetahuan Responden di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Pendidikan Kategori Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

(56)

4.9.3. Hasil Tabulasi Silang Antara Kelompok Lama Kerja dengan Pengetahuan Responden di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Lama Kerja Kategori Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

Berdasarkan hasil perhitungan tabulasi silang antara lama kerja dengan pengetahuan di ketahui bahwa paling banyak 19 orang umur < 1 tahun dengan pengetahuan cukup sebanyak 17 orang (89,5%) dan paling sedikit 5 orang dari kategori umur > 4 tahun dengan pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (60%).

4.9.4. Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap Responden di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Pengetahuan Kategori Sikap Total

Baik (41-50) Cukup (30-40) Kurang

(10-29)

(57)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Data Umum Responden

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 50 responden mempunyai umur yang bervariasi, dengan paling banyak dijumpai PSK umur 21-25 tahun yaitu sebanyak 21 orang (95,5%) dengan pengetahuan yang kurang, dan paling rendah umur < 20 tahun sebanyak 4 orang (80%) dengan pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa usia muda dalam pelacuran merupakan yang paling dicari oleh peminatnya karena pada usia ini mereka memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan lawan jenis dan memiliki daya tarik paling tinggi.

Dimana umur merupakan faktor penting dalam bidang epidemiologi. Pentingnya umur dikarenakan adanya kaitan dengan daya tahan tubuh, kebiasaan dan ancaman terhadap kesehatan ataupun pengalaman seseorang akan suatu hal (Azwar, 1988). Dengan demikian diharapkan bahwa semakin tinggi umur seseorang tentunya akan lebih baik dalam hal pencegahan dirinya dari berbagai penyakit. Hal ini membuktikan bahwa pada umumnya pekerja seks komersial masih berada pada usia subur sehingga potensial untuk terjangkit infeksi menular seksual.

(58)

menular seksual tergolong rendah. Rendahnya tingkat pedidikan tanpa ditunjang oleh suatu keterampilan,tidak ingin bekerja keras, membuat mereka bekerja sebagai pekerja seks komersial. Berdasarkan hasil pengamatan, PSK beranggapan setiap penyakit itu ada obatnya dan jika sakit maka ia akan berobat ke dokter, dan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka butuh uang. Itulah yang menyebabkan mereka seperti tidak peduli dengan kesehatannya.

Menurut hasil penelitian Arianto (2005), diperoleh bahwa adanya hubungan antara pendidikan wanita pekerja seksual (WPS) (p=0.002) dan pengetahuan WPS (p=0.001) dengan tingkat penggunaan kondom pada pelanggan.

Lamanya seorang PSK menjalankan profesinya diharapkan semakin mengetahui lebih banyak tentang resiko atau untung rugi dari profesinya. PSK paling banyak telah menjalani pekerjaan ini selama < 1 tahun ada 19 orang (38,0%) dengan pengetahuan yang cukup. Hal ini berarti lama kerja tidak mempengaruhi pengetahuan PSK karena bagi mereka yang terpenting bagaimana melayani pelanggan.

(59)

5.2. Pengetahuan Responden

Pengetahuan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Dari hasil penelitian dan wawancara dengan pekerja seks komersial yang ada di Desa Naga Kesiangan yang memiliki pengetahuan baik tentang infeksi menular seksual sebanyak 1 orang (2%0) sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 41 orang (82%). Hal ini berarti bahwa responden yang ada di Desa Naga Kesiangan belum mengetahui dan memahami tentang infeksi menular seksual.

Berdasarkan tabel 4.5. dapat dilihat bahwa sebanyak 19 orang (38,0%) mengetahui pengertian infeksi menular seksual adalah yang menular melalui hubungan seksual dan 14orang (28%) yang tidak mengetahui tentang infeksi menular seksual. Hal ini disebabkan karena responden tidak peduli dengan kesehatan sehingga setiap petugas penyuluhan datang tidak dihiraukan. Menurut Ditjen PPM & PL (1997), IMS adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular.

Pengetahuan responden tentang jenis-jenis infeksi menular seksual juga rendah. Pada umumnya 18 orang (36,0%) mereka hanya mengetahui 1dari jenis - jenis infeksi menular seksual yang ada yaitu GO, Sifilis dan Klamidia bahkan 15 responden (30%) tidak tahu tentang jenis-jenis dari IMS ini.

(60)

penularan IMS dan 14 orang (28,0%) menyatakan tidak tahu. Menurut Saiful Fahmi yang dikutip dari Kesumawati, 2006 menyatakan bahwa penularan penyakit menular seksual tidak terbatas dengan cara berhubungan kelamin (genito-genital, oral-genital, atau ano-genital) tetapi dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat juga dapat menularkan penyakit kepada bayi dalam kandungan.

Pengetahuan responden tentang dari mana seseorang dapat tertular IMS juga masih rendah, diketahui dari 21 responden (42,0%) mengatakan tidak tahu dan ada 18 orang (36,0%) yang mampu menjawab satu dari beberapa cara seseorang dapat tertular IMS. Hal ini karena kurang dihiraukannya penyuluhan dari petugas kesehatan.

Bila dilihat dari hal-hal yang tidak dapat menularkan IMS paling banyak ada 21 orang (42,0%) tidak mengetahui hal-hal yang tidak dapat menularkan IMS, seperti : salaman, duduk disamping orang IMS atau memegang gagang pintu walaupun ada juga 17 orang (34,0%) hanya mengetahui satu dari beberapa hal yang tidak dapat menularkan IMS.

Sedangkan dari cara menghindari dari IMS ternyata paling banyak 22 orang (44,0%) menjawab dengan memeriksakan kesehatan secara rutin kepada petugas kesehatan dan 18 orang (36,0%) menjawab dengan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual, dan masih ada 10 orang (20,0%) yang tidak mengetahui bagaimana cara supaya terhindar dari IMS.

(61)

perepuan atau remaja. Dan ada juga 14 orang (28,0%) responden yang menjawab tidak tahu siapa saja yang beresiko dapat tertular IMS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dr.Rahajeng, yang dikutip oleh (Kesumawati, 2006) ia mengatakan bahwa penyakit menular seksual sangat umum dijumpai dikalangan pekerja seks komersial.

Untuk tanda-tanda yang ditimbulkan jika seorang pria terkena IMS ternyata ada 27 orang (54,0%) hanya menjawab satu dari beberapa tanda seorang pria yang terkena IMS, seperti : keluarnya kencing nanah, atau gatal sepanjang alat kelamin, atau lecet/borok di penis. Dan ada juga 11 orang (22,0%) tidak mengetahui sama sekali tanda-tanda pria yang terkena IMS.

Sedangkan tanda yang ditimbulkan jika seorang wanita terkena IMS pada umumnya hanya menjawab satu dari beberapa tanda wanita yang terkena IMS hal ini dapat dilihat dari 30 orang (60,0%) yang paling banyak mengetahuinya. Dan ada juga 9 orang (18,0%) sama sekali tidak mengetahui tanda-tanda seorang wanita yang terkena IMS, padahal mereka sangat rentan untuk bisa terkena IMS.

(62)

5.3. Sikap Responden

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian dan wawancara kepada responden diperoleh sikap kurangsebanyak 33 orang (66%), sikap cukup 16 orang (32%) dan sikap baik yaitu sebanyak 1 orang (2%). Berdasarkan penelitian sikap kurang responden lebih sedikit dibandingkan pengetahuan kurang karena sikap dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, walaupun pengetahuan mereka kurang.

Bila dilihat dari tabel 4.7. diketahui bahwa pekerjaan mereka ini berisiko untuk menularkan IMS menyatakan tidak setuju (54%). Hal ini menunjukkan sikap responden yang kurang baik tentang risiko yang didapat dari pekerjaan mereka ini.

Dari tabel 4.7. juga terlihat bahwa penularan IMS lebih tinggi pada orang yang berganti pasangan seksual yang menyatakan tidak setuju (42%), ini membuktikan bahwa responden belum banyak yang tahu tentang siapa saja yang dapat berisiko tertular IMS.

(63)

kurang yang dimiliki PSK karena tidak menyadari manfaat kondom karena diikuti pengetahuan yang kurang.

Sedangkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah terkena IMS (30%) mengatakan tidak setuju dikarenakan bahwa responden takut jika ternyata dirinya menderita IMS sehingga ada sebagian yang tidak mau melakukan pemeriksaan Laboratorium.Menurut (Ditjen PPM & PLP, 1997) bahwa seseorang jika terkena atau curiga terkena IMS setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, karena setiap obat itu berbeda tergantung dari jenis penyakitnya.

Dilihat dari pentingnya melakukan pengobatan jika terkena IMS ternyata (36%) responden menyatakan tidak setuju. Hal ini disebabkan karena masih ada yang malu dan kurang kesadaran untuk memeriksa apakah terkena IMS, jadi bila hasilnya positif baru bisa mendapat pengobatan dari petugas kesehatan.

Memeriksakan alat kelamin ke tempat pelayanan kesehatan jika ada keluhan (46%) responden menyatakan tidak setuju, hal ini karena masih ada yang malu untuk mengatakan keluhan yang dirasakannya. Jika pun ada yang mengatakan keluhannya itu karena sudah benar-benar kesakitan.

Dari hasil penelitian tentang membeli obat sendiri di apotik ada (66%) menyatakan tidak setuju membeli obat sendiri ke apotik. Hal ini karena ada petugas kesehatan yang melakukan pengobatan jika seseorang positif terkena IMS.

(64)

Hal ini menunjukkan responden tidak keberatan dengan pelayanan klinik VCT yang diberikan oleh Puskesmas walaupun kenyataannya masih ada yang takut untuk mengikuti pelayanan tersebut.

(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian terhadap 50 PSK di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai, maka dapat disimpulkan : 1. Dari 50 orang pekerja seks komersial (PSK) terdapat 41 orang (82%) dengan

pengetahuan kurang, dengan pengetahuan cukup ada 8 orang (16,0%) dan hanya 1 orang (2%) dengan pengetahuan baik tentang infeksi menular seksual

2. Sikap responden tentang infeksi menular seksual (IMS) diperoleh bahwa lebih banyak responden memiliki sikap kurang yaitu sebanyak 33 orang (66,0%), dengansikap cukup ada sebanyak 16 orang (32,0%),dan memiliki sikap baik hanya sebanyak 1 orang (2,0%).

6.2. Saran

1. Meningkatkan pengetahuan dan sikap dengan cara memberi informasi tentang infeksi menular seksual, cara pencegahannya dan resiko jika terkena infeksi menular seksual berdasarkan hasil penjajakan yang relevan secara berkesinambungan untuk mengurangi angka kejadian terkena infeksi menular seksual (IMS) yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan LSM.

2. Kepada PSK agar memperhatikan kesehatan reproduksi dengan mengikuti pelayanan IMS dan VCT dari Puskesmas jika ada kelainan atau tanda-tanda terkena IMS dari hasil pemeriksaan dapat segera mendapat pengobatan.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Adhitama TY, 2008. Pemantauan Prevalensi HIV melalui Surveilans Terpadu

Biologi dan Perilaku (STBP).http://www.dinkeskotabaru.com./content/view/13/.Diunduh tanggal

22 Mei 2010.

Aprilianingrum, F., 2002, Survei Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV pada Pekerja

Seks Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2002, Laporan

Penelitian, Semarang.

Arianto, 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kondom

pada Pelanggan Wanita Pekerja Seks sebagai upaya Pencegahan Penyakit Menular Seksual di Belawan Tahun 2005, Skripsi USU Medan.

Azrul, Azwar, 1988. Epidemiologi. PT.Bina Rupa Aksara, Jakarta

BNN (Badan Narkotika Nasional), 2004. Modul Voluntary Coselling Testing

(Konsultasi dan Tes Sukarela HIV/AIDS), Badan Narkotika Nasional

Pusat Laboratorium dan Rehabilitasi, Jakarta

Daili, S, 2001. Penyakit Menular Seksual. Edisi kedua, Cetakan ke-1 Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Depkes RI, 2006. Infeksi Menular Seksual dan Saluran Reproduksi Lainnya

Pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu, Jakarta

Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2009. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara

tahun 2008. Medan

Ditjen, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PPM & PLP), 1997. HIV/AIDS Prevention Project (HAPP)/USAID. Alat

kelamin dan semua yang perlu kita ketahui tentang Penyakit Menular Seksual. Buku Saku Penjangkau Masyarakat

Djajakusumah T, 2008. IMS

=view&id=591&Itemid=1. Diunduh tanggal 18 Februari 2010

Fahmi S, dkk. 2008. Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi

Pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu. Jakarta

(67)

Herbaleng NT. 2001. Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

danPerilaku Seksual Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin. [Skripsi]

Yogyakarta:Fakultas Psikologi UGM

Hidayat, A.A., 2009. MetodePenelitian Kehamilan dan Tehnik Analisis Data. Salemba Medika, Jakarta

Jain M, 2008. Pejabat Papua New Guinea Membahas Strategi Untuk

Menggabungkan Layanan HIV/AID ke dalam Sistem Pertanian.

Yayasan Spiritia no.65 April 2008.http://spiritia.or.id /pdf/newspdf.php?nwno=0738. Diunduh tanggal 29 Juni 2010.

Kartono, 2003. Patologi Sosial. Jilid I PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasnodihardjo, dkk. 2010. Dinamika Pelacuran di Wilayah Jakarta dan Surabaya

dan Faktor Sosio Demografi Yang Melatarbelakanginya. Jakarta,

51_Dinamika Pelacuran.html. Diunduhtanggal 12 Januari 2010

Kesumawati, 2006. Gambaran Perilaku Pekerja Seks Komersial Tentang

Pencegahan Penyakit Menular Seksual Di Desa Pergulaan Tahun 2004.

[skripsi] Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Kusuma A, 2009. Penyakit Menular Lewat Hubungan Seksual. http://www.afand.cybermq.com/post/detail/1932/penyakitmenular-lewat-hubungan-seksual-pms- penyakit menular lewat hubunganseksual. Diunduh tanggal 8 Juni 2010.

Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S, 2007. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta,

Jakarta

Pratomo, H, dan Sudarti, 1986. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang

Kesehatan Masyarakat. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,

Jakarta

Ragil C, 2009. Mengapa Istilah PSK Identik Dengan Pekerja Seks

Perempuan

nt&task=view&id=956. Diunduh tanggal 25 mei 2010

Reta, A, (2009).Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks

(68)

Di Panti Sosial Karya Wanita Andam Dewi Sukarami Solok.Other

thesis, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Riduwan, 2005, Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penelitian, Edisi Revisi, Alvabeta, Jakarta

Sarwono, S, 2004. Sosiologi Kesehatan, Cetakan ke tiga. Penerbit Gajah Mada Uneversity Press, Yogyakarta.

Sastroasmoro S. dan Ismael S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Silalahi, B.N.B dan Silalahi, R.B., 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, PT.Pustaka Binaman Pressindo, Cetakan Pertama, Jakarta.

Silalahi, E, 2009. Pengaruh Faktor Predisposisi Pendukung dan Penguat

terhadap Tindakan Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam Menggunakan Kondom untuk Pencegahan HIV/AIDS di Lokalisasi Teluju Kota Pakanbaru Tahun 2008, Tesis USU Medan

Singarimbun M, 1999. Metode Penelitian Survei. Cetakan Kedua, Edisi Revisi, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan, Penerbit Gramedia, Jakarta

Sofianty D, 2009. Waspada Terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS). http

UNAIDS dan WHO 1998. Apa itu Penyakit Menular

Seksual

2010

Zohra dan Raharja, 1999. Kesehatan Reproduksi Panduan Bagi Perempuan Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2.  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Desa Naga    Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai
Tabel 4.4.  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang
Tabel 4.5.  Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Setiap Pertanyaan Pengetahuan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selain subektor jasa perdagangan hasil laut, beberapa subsektor lain yang memiliki nilai output total yang besar adalah subsektor penambangan migas lepas pantai,

Sarana Penyediaan air kebakaran ( reservoir , tangki/ tandon, kolam renang yang berdekatan dengan tempat kejadian kebakaran) harus diberi tanda petunjuk yang mudah terlihat.

Pada akhir perjalanan dakwah Nabi Nuh as, Allah memerintahkan kepada bumi untuk mengeluarkan air dan kepada langit untuk menurunkan hujan tidak alasan bagi

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kombinasi Progressive Muscle Relaxation dengan Spritual Guided Imagery and Music terhadap koping dan resiliensi

Dari waktu yang disediakan oleh Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Polres Gianyar selama 3 jam ( 09.00 s/d 12.00 Wita ), tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap

Pemrograman yang digunakan pada website MTSN 7 Model Jakarta adalah Macromedia Dreamweaver 8, PHP dan MySQL yang memberikan penyajian tampilan yang menarik mengenai informasi

Kepada peserta Pelelangan yang keberatan, diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan khususnya mengenai ketentuan dan prosedur yang telah ditentukan dalam

Proses pembuatan website E-Learning geografi telah selesai dan telah diupload ke internet menggunakan fasilitas cpanel dengan domain www.e-geografi.com. Pada situs