• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Nuh as, Dalam Q.S Nuh - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Nuh as, Dalam Q.S Nuh - Test Repository"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

1

NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH NABI NUH AS DALAM SURAH NUH

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Oleh: Khoiruz Zad NIM: 111 10 109

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

2

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara pelajar no.2 telp. (0298) 323 706, 323 433 Fax 323 433 Salatiga 50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id Email: administrasi@iainsalatiga.ac.id

M. Gufron, M.Ag.

Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth,

Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Khoiruz Zad

NIM : 111 10 109

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH

NABI NUH as DALAM SURAH NUH

Dengan ini kami mohon, skripsi tersebut supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

Salatiga, 15 Februari 2016 Pembimbing,

M. Gufron, M.Ag.

(3)
(4)

4 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Khoiruz Zad

NIM : 111 10 109

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga,15 Februari 2016 Yang menyatakan

(5)

5 MOTTO

ٍَََُّّٗعَٚ َْآْشُمٌْا ٍَََُّعَح َِْٓ ُُْوُشْ١َخ

"Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al-Qur'an dan

mengajarkannya kepada orang lain"

(6)

6

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Keluargaku tercinta Bapak H. Ja‟far as dan Ibu Hj. Umroti alm, Syamsul, Ina, Azka yang tidak pernah lelah selalu mendo‟akan dan

memberi motivasi setiap hari sampai terselesainya skripsiku ini. 2. Kiai Ku RomoYai Mahfud Ridwan Lc, beserta Keluarga besar

Pondok Pesantren Edi Mancoro, tempatku menuntut ilmu-ilmu Agama.

3. Teman – temanku Mahasiswa angkatan 2010 yang dulu pernah berjuang bersama di STAIN Salatiga.

4. Sahabat Sahabati PMII Kota Salatiga.

(7)

7

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada Khatamul Anbiya Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Educatif Pada Kisah Nabi

Nuh as Pada surah Nuh” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan juga arahan serta saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sedalam dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan

3. Ibu Siti Rohayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI

4. Bapak M. Gufron M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan tulus, ikhlas membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

(8)

8

motivasi kepada penulis sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan lancar.

6. Segenap karyawan IAIN salatiga

Semoga kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt.

Akhirnya, hanya kepada Allah swt penulis berserah diri dan semoga apayang tertulis dalam skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 15 Februari 2016 Penulis,

(9)

9 ABSTRAK

Khoiruzzad, 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Nuh as, Dalam Q.S Nuh. Skripsi fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Gufron, M.Ag.

Kata Kunci: Kisah Nabi Nuh, Nilai-Nilai Pendidikan

Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh manusia dengan lapangan yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan lain. Kisah Nabi Nuh as, dijelaskan secara khusus dengan namanya yaitu surah Nuh, isi surah Nuh ini di antaranya adalah ajakan Nabi Nuh as, kepada para umatnya untuk senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya serta bertaubat kepada Allah swt.

Penelitian ini membahas nilai-nilai pendidikan pada kisah Nabi Nuh Dalam Qur‟an surat Nuh. Pertanyaan yang akan dijawab oleh peneliti adalah; 1. Bagaimanakah kisah Nabi Nuh as, dalam surah Nuh. 2. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti mengunakan metode library research ( kajian pustaka ), sumber data penelitian ini penulis bedakan menjadi dua kelompok yang pertama sumber primer yang berasal dari Al-qur‟an, buku pendidikan islam dan sejarahNabi, yang kedua sumber skunder berasal dari data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian seperti : tafsir An-Nuur, Al Misbah, Ibnu Katsir dan tafsir Al-qur‟an Depag RI.

(10)

10 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Penjelasan Istilah ... 4

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

F. Metodologi Penelitian ... 6

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 9

BAB II : KONSEP KENABIAN A. Sejarah Kenabian ... 10

1. Pengertian Nabi dan Rasul ... 12

2. Perbedaan Nabi dan Rasul... 16

(11)

11

B. Kata Nuh Dalam Al Qur‟an... 23

C. Unsur-unsur Pendidikan ... 25

BAB III. KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA A. Pengertian Kisah ... 30

B. Kenapa Dinamakan Nuh ... 31

C. Masa Hidup Nabi Nuh ... 32

D. Dakwah Nabi Nuh Kepada kaumnya ... 35

1. Isi Dakwah Nabi Nuh as... 38

2. Metode Dakwah Nabi Nuh as ... 42

3. Pengalaman Nabi Nuh as Saat Berdakwah ... 46

E. Nabi Nuh as Membuat Kapal ... 48

BAB IV. PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH AS A. Peran Nabi Nuh as Sebagai Pendidik ... 51

B. Nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh ... 52

C. Tanggung jawab keluarga dan masyarakat terhadap pendidikan anak ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

(12)

12 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah manusia diciptakan oleh Allah swt. Dengan mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Lingkunganlah yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya.

Firman Allah swt, (Q.S. Ar-Rum : 30).

ِ َّاللَّ ِكٍَْخٌِ ًَ٠ِذْبَح َلَ بَْٙ١ٍََع َسبٌَّٕا َشَطَـ ِٟخٌَّا ِ َّاللَّ َةَشْطِـ بًف١َِٕد ِٓ٠ِّذٌٍِ َهَْٙجَٚ ُِْلَأَـ

َزْوَأ َِّٓىٌََٚ ُُِّ١َمٌْا ُٓ٠ِّذٌا َهٌَِر

ٍََُّْْٛعَ٠ َلَ ِسبٌَّٕا َش

ِِ

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui . (Depag RI, 2002 : 408 )

(13)

13

sebagainya. Mengenai dasar-dasar filsafat yang meliputi pemikiran radikal dan universal. (Arifin, H. Muzayyin, 2003:17)

Ahmad D Marimba ( 1980:12) mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam bukanlah filsafat pendidikan tanpa batas. Adapun komentar mengenai radikal dan universal bukan berarti tanpa batas, tidak ada di dunia ini yang disebut tanpa batas, dan bukankah dengan menyatakan sesuatu itu tanpa batas, kita telah membatasi sesuatu itu. Dalam artian, apabila seorang muslim yang telah meyakini isi keimanannya, akan mengetahui di mana batas-batas pikiran (akal) dapat dipergunakan. Dari uraian di atas kiranya dapat kita ketahui bahwa filsafat pendidikan Islam merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada Al-qur‟an dan Hadis sebagai sumber primer, serta pendapat para ahli ( khususnya para filosof Muslim) sebagai sumber skunder.

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang banyak dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.

(14)

14

pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan lain.

Dalam Al-qur‟an terdapat kisah seorang putra Nabi yang hidup dalam keadaan tidak beriman kepada Allah swt.Yaitu putra Nabi Nuh as, yang bernama Kan‟an. Kan‟an adalah seorang anak yang kafir dan tidak

mau mentaati perintah ayahnya. Meskipun ayahnya seorang Nabi, bahkan Kan‟an juga bergabung dengan kaum Nabi Nuh yang menentang ajaran

-ajaran Nabi Nuh as. Nabi Nuh sudah berusaha menyadarkan anaknya agar mau mengikuti perintah ayahnya untuk senantiasa menyembah Allah swt. Dan minta perlindungan kepadanya, tetapi dia tidak menghiraukan nasihat ayahnya.

Nabi Nuh as, merupakan salah satu utusan Allah swt. Yang diberi gelar “ULUL AZMI” disebut ULUL AZMI karena berhati teguh dan

berkemauan keras menghadapi cobaan-cobaan dan pendustaan para kaumnya, dan Nabi Nuh as, juga mempunyai hati yang sangat sabar untuk menghadapi karakter kaumnya. (Ali ash-Shabani 2001:26 )

Selain sebagai Rasul Ulul Azmi, Nabi Nuh as, juga merupakan manusia pilihan Allah swt. Yang diutus untuk memberi peringatan kepada kaumnya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-qur‟an surah Ali Imron ayat 33.

إ

(15)

15

Artinya:”Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga

Ibrahim dan keluarga „Imran melebihi segala umat (di masa mereka

masing-masing)‟‟(Depag RI, 2002; 55 )

Kisah Nabi Nuh as, dijelaskan secara khusus dengan namanya yaitu surah Nuh, isi surah Nuh ini di antaranya adalah ajakan Nabi Nuh as, kepada para umatnya untuk senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya serta bertaubat kepada Allah swt. Dari satu sisi Nabi Nuh as, adalah manusia terpilih untuk membimbing kaumnya. Terpilihnya Nabi Nuh as karena Allah swt. Maha mengetahui kredibilitas dia untuk mendidik umatnya. Namun, di sisi lain ternyata Nabi Nuh as, tidak berhasil mendidik umatnyatermasuk anaknya sendiri.

B. Rumusan Masalah

Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kisah Nabi Nuh as dalam surah Nuh ? 2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(16)

16 D. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, maka perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut :

1. Nilai Edukatif

Nilai adalah sifat-sifat yang penting ataupun berguna bagi manusia. Atau sesuatu yang bersifat mendidik. Maksud dari Nilai-nilai edukatif merupakan nilai-nilai pendidikan yang di dalamnya mencakup sikap individu dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan. Berbagai penanaman nilai edukatif melalui pendekatan moral dilakukan dengan berbagai cara, baik formal maupun nonformal (Kamus lengkap bahasa indonesia hal 87)

2. Kisah Nabi Nuh as dalam surah Nuh.

Dalam kamus besar bahasa indonesia, kisah adalah riwayat, cerita, suatu peristiwa/ kejadian . Kisah berasal dari bahasa arab Qishah, yang berarti kisah, cerita, berita atau kejadian. Qashash, bentuk jamak dari Qishah yang secara istilah berarti kisah-kisah ( dalam Al-qur‟an )

(17)

17

Kisah adalah upaya mengikuti jejak peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi atau imajinatif, sesuai dengan urutan kejadiannya dan jalan menceritakannya satu episode, atau episode demi episode. (Quraish Shihab, 1994).

Nabi Nuh adalah Rasul pertama yang diutus Allah yang maha pengasih dengan sebuah kitab suci kepada umat manusia. Surah Nuh adalah surah yang ke 71 diantara surah-surah dalam Al-qur‟an. Surah ini terdiri dari 28 ayat dan termasuk dalam golongan surah-surah makkiyah. Surat ini dinamai surat Nuh karena mengandung penjelasan-penjelasan mengenai seruan Nabi Nuh dan doa-doanya. (Abdul Majid, 2002:226).

Surat ini ditutup dengan doa Nabi Nuh as, yang memohon kepada Allah swt. Supaya dia dan ibu bapaknya diampuni, demikian pula para mukmin yang beriman kepada dirinya. Sebaliknya, membinasakan semua orang yang durhaka dan menyangkal kebenaran. Jadi, secara keseluruhan maksud dari judul “ Nilai-nilai Edukatif Pada Kisah

Nabi Nuh as Dalam Surah Nuh “adalah pemahaman tentang

nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari kisah hidup Nabi Nuh as yang terdapat pada surah Nuh.

E. Manfaat Hasil Penelitian

(18)

18

1. Dari segi ilmiah diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan pemikiran tentang pendidikan melalui kisah dalam Al-qur‟an pada khalayak umum, khususnya bagi pendidik.

2. Dari segi sosial diharapkan dapat membuka cakrawala baru tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, sehingga kita dapat memahami bagaimana kisah yang terjadi pada zaman dahulu, khususnya bagi penulis dan pembaca lainnya.

3. Sedangkan dari segi agama kita dapat mengetahui bagaimana kisah-kisah yang ada dalam kandungan ayat suci Al-qur‟an dan salah satunya terjadi pada masa Nabi Nuh as pada surah Nuh.

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam penelitian literer ( kepustakaan) karena berdasarkan pada studi kepustakaan dari buku-buku yang berkaitan langsung dengan pokok permasalahan. Dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan, pertama-tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh dan topik yang bersangkutan. (Anton,1990:63).

2. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui 2 sumber data yaitu :

(19)

19

b. Sumber data Skunder adalah sumber data yang digunakan untuk melengkapi dan penunjang sebagai alat bantu dalam menganalisa objek permasalahan yang muncul, yaitu melalui literatur-literatur tafsir dan sumber lain yag mendukung, seperti buku-buku tentang pendidikan, filsafat dan sejarah Nabi. Literatur tafsir yang penulis gunakan adalah tafsir An Nuur, Al Misbah,, Ibnu katsir, Tafsir terjemah Al-qur‟an Depag RI.

3. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penulisan ini digunanakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan penelitian. Analisis dalam penelitian ini penulis menggunakan deduktif & induktif ( umum ke khusus, khusus ke umum ).

Induktif yaitu cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. (Waskito, hal 444).

(20)

20

Cara kerja induktif ini untuk mencari data tentang poin-poin pokok yang sudah dicontohkan Nabi Nuh seperti kriteria, materi dan metode untuk menjadi seorang peserta didik, kemudian dikembangkan oleh peserta didik ke dunia pendidikan sekarang.

Induktif merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. (Jujun.S.Suriasumantri, 2005 :48 ).

Deduktif berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induktif ( Waskito, hal 273 ).

(21)

21

a. Pernyataan universal, yaitu pernyataan umum yang telah diterima.

b. Pernyataan partikular, yaitu pernyataan khusus turunan dari pernyataan umum.

c. Kesimpulan, yaitu pernyataan hasil penalaran deduksi.

Deduktif yaitu cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Jujun.S.Suriasumantri, 2005 :48 ).

Cara kerja deduktif ini untuk mencari data tentang apa saja nilai-nilai pendidikan yang diterapkan peserta didik agar nantinya bisa mencontoh nilai-nilai pendidikan yang sudah dilakukan oleh Nabi Nuh dalam Surah Nuh.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini akan peneliti susun dengan sistematika sebagai berikut :

1. Bagian Awal

Bagian awal meliputi: Halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan, nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi.

2. Bagian Inti

(22)

22

BAB I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan isi, manfaat hasil penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan. BAB II merupakan kajian pustaka yang menyajikan tinjauan teoritik mengenai: Sejarah kenabian, kata Nuh dalam Al-qur‟an.

BAB III merupakan hasil gambaran umum tentang kisah Nabi Nuh yang meliputi: pengertian kisah, masa hidup Nabi Nuh, dakwah Nabi Nuh, Nabi Nuh memb uat kapal.

BAB IV merupakan analisis data yang memuat tentang: Peran Nabi Nuh sebagai pendidik, unsur-unsur pendidikan, nilai-nilai pendidikan dalam surat Nuh, dan tanggung jawab orang tua dan masarakat terhadap pendidikan anak.

BAB V penutup yang berisikan kesimpulan dan penutup. 3. Bagian Akhir

(23)

23 BAB II

KONSEP KENABIAN

A. Sejarah Kenabian

Secara etimologis ( ilmu tentang asal usul suatu kata ), kata Nubuwah berasal dari kata “naba-a” yang berarti kabar warta (news), berita (tidings), dan cerita (story). (M. Dawam Rahardjo, 1997:302).

Kata “Nubuwah” sendiri merupakan mashdar dari “naba-a”. Dan kata ”nubuwah” disebutkan dalam Al-qur‟an sebanyak 5 kali di beberapa surat.

(24)

24

Tuhan Yang Maha Esa setelah para Nabi dan Rasul datang membawa risalah atau ajarannya.

Jika kita melihat kepada sejarah masa lalu, maka akan dapat terbukti bahwa pada masa sebelum kedatangan para Nabi dan Rasul, manusia masih berada pada pola keyakinan yang terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan yang ada di alam ini. Sebagai contoh yaitu kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pada masa Ibrahim as, yakni kepercayaan kepada berhala. Selain kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama yang ada pada masa Ibrahim as, di wilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari. Kepercayaan yang berkembang pada masa Ibrahim ini, penyembahan berhala, bintang-bintang, bulan, dan matahari. Selain itu, pada masa jahiliyah jazirah Arab (sebagaimana peradaban lainnya) masih dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan, fenomena alam, dan benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan bulan seperti yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Namun demikian ada diantara mereka yang masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah yang disebut kaum Ahnaf, (literal orang-orang yang lurus). Paham yang mereka anut adalah monotheisme karena rata-rata mereka mengikuti ajaran Ya‟kubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian mengikuti

(25)

25

Secara umum, di Jazirah Arab, paham monoteisme bukanlah hal sangat baru. Maka disini kita melihat bahwa faktor keluarga masih berperan dominan dalam penjagaan ajaran tauhid. Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga Ahnaf yang memegang tradisi Ibrahim. Satu hal yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para Ahnaf adalah penyembahan kepada Allah swt saja.

(26)

26 1. Pengertian Nabi dan Rasul

Menurut bahasa, Nabi berasal dari kata (

أبٔأٚ أّبٔ

) yang berarti

mengabarkan, Atau juga berasal dari kata (

ببٔ

)yang berarti tinggi dan

naik. Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata Rasul secara bahasa berasal dari kata Irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan.

( Amin Syukur, 2006:70 ).

Nabi dalam pengertian ini sama dengan pengertian Rasul. Namun ada yang membedakannya bahwa Rasul ialah manusia pilihan Allah yang mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Sedangkan Nabi menerima wahyu akan tetapi tidak diwajibkan menyampaikan kepada umatnya. Dan ada yang menyatakan lain bahwa Rasul ini membawa syari‟at (aturan baru), sedangkan Nabi

tidak. ( Amin Syukur, 2006 :70 ).

(27)

27

dan diutus kepada satu kaum kafir tertentu untuk mengajak mereka kepada tauhid.

Setiap muslim wajib mengimani adanya para Nabi secara keseluruhan, baik yang namanya disebutkan dalam Al-qur‟an maupun yang tidak disebutkan. Adapun para Nabi yang namanya tidak disebutkan dalam Al-qur‟an, setiap muslim wajib percaya dan beriman bahwasannya ada Nabi-Nabi selain mereka yang 25 itu.

Di antara hikmah Allah swt, terhadap generasi sebelum kita, Dia mengutus seorang rasul sebagai pemberi peringatan. Karena bagian dari keadilan Allah, Dia tidak akan menyiksa seorang pun diantara makhluk-Nya, kecuali setelah disampaikan dakwah kepada mereka. Karena itulah hujjah (alasan pembenar) bagi Allah untuk memberikan balasan, baik pahala maupun hukuman bagi para hamba-Nya. (http:// jumlah nabi dan rasul.com 10/02/2016). Allah berfirman:

(QS. Al-Isra: 15).

ًلَُٛصَس َذَعْبَٔ َّٝخَد َٓ١ِبِّزَعُِ بَُّٕو بََِٚ

“Aku tidak akan memberi siksaan, sampai Aku mengutus seorang rasul.” ( Depag RI, 2002 : 284 ).

Karena itulah, dalam sejarah manusia, jumlah Nabi dan Rasul yang telah Allah utus sangat banyak.

(28)

28

َشَشَع َتَضَّْخَٚ ٍتَئبِِ ُد َلََر َهٌَِر ِِْٓ ًُُصُّشٌا بًفٌَْأ َُْٚشْشِعَٚ ٌتَعَبْسَأَٚ ٍؿٌَْأ ُتَئبِِ

اًش١ِفَؼ بًَّّج

Jumlah para Nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah Rasul. Banyak sekali.” HR. Baihaqi dalam kitab Syu‟abul Iman no. 129 dan dishahihkan al-Albani dalam al–Misykah 5737).

Dari keterangan diatas bisa kita simpulkan jumlah Nabi 124.000 orang dan diatara mereka berjumlah 315 orang adalah Rasul. (Umar Sulaiman al-Asyqar, 2000:16 ).

Para Nabi dan Rasul yang suci ini, mempunyai derajat atau tingkatan yang berbeda. Ada 4 orang Rasul yang diberi kitab suci, yaitu Nabi Musa as, Nabi Daud as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad saw. Masing-masing dengan kitabnya Taurat, Zabur, Injil dan Al-qur‟an.

Di antara ke-25 Nabi yang wajib diamini setiap muslim terdapat lima nama dengan status Ulul „Azmi atau yang diunggulkan karena dianggap telah menghadapi tantangan besar dalam perjuangan sebagai Nabi, Yaitu Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as dan Muhammad saw. ( Ash Shabuni, 2001 : 158 )

(29)

29

menyampaikan wahyu Allah kepada umat mereka masing-masing, sekalipun mendapatkan perlawanan dan berbagai reaksi hebat dari musuh-musuhnya. (Humaidi Tatapangarsa,1990 : 134).

Ulu al-Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para Rasul yang memiliki kedudukan tinggi/ istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam menyebarkan agama. Hanya lima Rasul yang mendapatkan julukan ini, dari beberapa Rasul yang telah diutus oleh Allah. Gelar ini adalah gelar tertinggi/istimewa ditingkat para Nabi dan Rasul.

Ada beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk mendapatkan gelar ini, diantara lain adalah: http// pendidikan-agama-tentang-ulul-azmi.html.

a. Memiliki kesabaran yang tinggi ketika berdakwah.

b. Senantiasa memohon kepada Allah swt, agar tidak menurunkan azab kepada kaumnya.

c. Senantiasa berdoa agar Allah swt memberi hidayah kepada kaum mereka.

(30)

30

ََْْٚشَ٠ َََْٛ٠ ََُُّْٙٔأَو ۚ ٌَُُْٙ ًِْجْعَخْضَح َلََٚ ًُِصُّشٌا َِِٓ َِْزَعٌْا ٌُُٛٚأ َشَبَص بََّو ْشِبْصبَـ

َُْٛمِصبَفٌْا ََُْٛمٌْا َّلَِإ ُهٍَُْٙ٠ ًََْٙـ ۚ ٌغ َلََب ۚ ٍسبََٙٔ ِِْٓ ًتَعبَص َّلَِإ اُٛزَبٍَْ٠ ٌَُْ َُْٚذَعُٛ٠ بَِ

Artinya ; Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Depag RI, 2002; 507).

Nabi Nuh as, merupakan salah satu dari kelima Nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, Nabi Nuh terkenal sebagai Nabi yang penyabar, juga memiliki misi yang kuat untuk menyampaikan agama yang benar menurut Allah swt. Usianya yang hampir 1000 tahun ia gunakan untuk berdakwah dan pengikutnya hanya 200 saja, bahkan Istrinya sendiri dan Kan‟an (Anaknya) menentang ajarannya tersebut.

Di masyarakatnya Nuh dianggap Gila, suatu hari Nuh mengingatkan masyarakat jika akan ada Banjir besar dan mereka tidak mempercayainya. Sebagai Azab masyarakat yang sombong dan atas izin Allah swt, datang banjir besar dan ditenggelamkanlah semua dengan gelombang air bah dan hancurlah semuanya kecuali Nabi Nuh dan Pengikutnya yang beriman.

2. Perbedaan Nabi dan Rasul

(31)

31

Karena tugasnya menyampaikan risalah maka fungsi malaikat hanya menyampaikan berita dari Allah kepada mereka. Sedang penyampaian ajaran kepada manusia dan untuk melakukan pembangunan nilai-nilai di tengah-tengah kehidupan manusia mesti dari manusia juga, dan bahkan dari bangsanya sendiri, dengan menggunakan bahasa kaumnya sebagai media komunikasi agar mudah dipahami dan dipatuhi seperti di dalam firman Allah: ( QS. Ibrahim ayat 4)

َضٍِِب َّلَِإ ٍيُٛصَس ِِْٓ بٍََْٕصْسَأ بََِٚ

ُءبَشَ٠ َِْٓ ُ َّاللَّ ًُِّضُ١َـ ۖ ٌَُُْٙ َِّٓ١َبُ١ٌِ َِِِْٗٛل ِْب

ُُ١ِىَذٌْا ُز٠ِزَعٌْا ََُٛ٘ٚ ۚ ُءبَشَ٠ َِْٓ ِٞذَْٙ٠َٚ

Artinya : Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” ( Depag

RI, 2002 : 256 )

Ajaran yang disampaikan oleh para Rasul sejak Nabi Adam as, sampai dengan Nabi Muhammad saw. pada prinsipnya sama yakni ajaran tauhid, mengesakan Allah swt secara mutlak, oleh karena itulah Al-qur‟an menyatakan bahwa Nabi atau Rasul terdahulu itu juga muslim, “(Nuh berkata):

(32)

32

ُُْخْ١ٌَََّٛح ِْْئَـ

َِِٓ َُْٛوَأ َْْأ ُثْشُِِأَٚ ۖ ِ َّاللَّ ٍََٝع َّلَِإ َِٞشْجَأ ِْْإ ۖ ٍشْجَأ ِِْٓ ُُْىُخٌَْأَص بََّـ

َٓ١ٍِِّْضٌُّْا

Artinya „ Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (Islam) kepada-Nya”.( Depag RI, 2002 : 218 )

Adapun perbedaan antara keduanya adalah : ( Saifudin, 2006 :7 )

a. Kenabian adalah syarat kerasulan maka tidak bisa menjadi Rasul orang yang bukan Nabi. Kenabian lebih umum dari kerasulan. Setiap Rasul pasti Nabi, tetapi tidak setiap Nabi adalah Rasul.

b. Rasul membawa risalah kepada orang yang tidak mengerti tentang agama dan Syari‟at Allah, atau kepada kaum yang telah mengubah Syari‟at dan agama, untuk mengajari mereka atau mengembalikan mereka ke dalam Syari‟at Allah. Dia adalah

hakim bagi mereka. Sedangkan Nabi diutus dengan dakwah kepada Syari‟at Nabi/Rasul sebelumnya.

Adapun perbedaan Nabi dan Rasul secara umum antara lain : ( Saifudin, 2006 : 8 )

Nabi

(33)

33

b) Bertugas melanjutkan atau menguatkan syariat dari Rasul sebelum Nabi tersebut.

c) Nabi diutus kepada kaum yang sudah beriman. d) Nabi yang pertama adalah Nabi Adamas.

e) Jumlah Nabi sangat banyak bahkan sampai Ratusan Ribu. f) Setiap Rasul adalah Nabi namun tidak setiap Nabi adalah

Rasul.

g) Nabi hanya mendapatkan wahyu melalui mimpi. h) Ada Nabi yang dibunuh oleh kaumnya.

Rasul

a) Rasul menerima wahyu dari Allah guna disampaikan kepada segenap umatnya.

b) Diutus dengan membawa Syariat yang baru.

c) Rasul diutus kepada kaum yang belum beriman (kafir). d) Rasul yang pertama kali adalah Nuh as..

e) Jumlah Rasul lebih sedikit dibanding dengan Nabi. f) Setiap Rasul adalah Nabi.

g) Rasul dapat menerima wahyu melalui mimpi maupun melalui malaikat dan ia dapat melihat serta berkomunikasi secara langsung dengan malaikat.

(34)

34

Sedangkan menurut Ibnu Abil „Izz al Hanafi, Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah bahwa orang yang diberikan perintah (wahyu) dari Allah swt. Jika dia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang lain maka dia disebut sebagai seorang Nabi dan Rasul sedangkan jika dia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain maka dia adalah seorang Nabi dan Bukan seorang Rasul. Karena setiap Rasul merupakan Nabi namun tidak setiap Nabi merupakan seorang Rasul. (Syarh ath Thahawiyah fii „Aqidah as Salaf hal 296)

Sedangkan menurut Syeikh „Athiyah Saqar, Nabi merupakan seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah swt. Kepadanya untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan Rasul merupakan seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah swt, untuk diamalkandan dia juga diperintahkan untuk menyampaikannya kepada segenap umatnya. Seorang Rasul merupakan Nabi namun tidak semua Nabi merupakan seorang Rasul. Berikut ayat yang menggambarkan sifat kenabian dan kerasulan (dalam diri Muhammad saw):

(QS. Al Ahzab : 40).

َٓ١ِّ١ِبٌَّٕا ََُحبَخَٚ ِ َّاللَّ َيُٛصَّس ِٓىٌََٚ ُُْىٌِبَجِّس ِِّٓ ٍذَدَأ بَبَأ ٌذََّّذُِ َْبَو بَِّ

بًّ١ٍَِع ٍءَْٟش ًُِّىِب ُ َّاللَّ َْبَوَٚ

(35)

nabi-35

nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Depag RI, 2002; 424)

(QS. Al Ahzab : 45).

اًش٠ِزََٔٚ اًشِّشَبَُِٚ اًذِ٘بَش َنبٍََْٕصْسَأ بَِّٔإ ُِّٟبٌَّٕا بَُّٙ٠َأ بَ٠

“Hai Nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan

pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (Depag RI, 2002; 425).

3. Fungsi Kenabian ( Nubuwah )

Nubuwah adalah anugrah Ilahi dan pilihan khusus oleh Allah Yang Maha Tinggi, Maha Kuasa bagi makhluk yang dikehendakinya.Nubuwah tidak dapat diperoleh dengan kerja keras atau dengan usaha dan jerih payah, atau dengan ketaatan dan banyak melakukan ibadah kepada Allah swt. Tidak ada yang dapat memperoleh nubuwah kecuali orang-orang yang memang layak untuk mengebamnya, sebab nubuwah merupakan beban yang berat. Nubuwah tidak juga diwariskan atau melalui cara merampas dan menguasai.

(36)

36

siksanya serta memberi petunjuk kepada hal-hal yang akan membahagiakan manusia di dunia dan ahirat.

Nabi diutus Allah untuk mencegah kejahatan dan menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang shaleh. (Fazlur Rahman,1996 :119).

Manusia membutuhkan Rasul sebagaimana manusia membutuhkan agama atau wahyu, sebab agama atau wahyu itulah yang dibawa oleh seorang Rasul. Dibutuhkannya Rasul oleh manusia terutama disebabkan karena kelemahan akal manusia dalam memecahkan problema-problema tertentu yang dihadapi dalam hidupnya.

Wahyu bukan sekedar kata-kata atau magis, melainkan berisi hukum dan undang-undang yang mengatur semua tatanan hidup manusia, mulai dari masalah yang paling kecil hingga yang paling besar. Agama datang dari Tuhan sedangkan Tuhan tidak menampakkan dirinya secara langsung, maka dibutuhkan seorang Nabi.

(37)

37

(http : era muslim.com 10/2017/09.00).

Wahyu atau agama tidak dapat diterima langsung oleh sembarang manusia, sebab untuk itu diperlukan kualitas spiritual yang tidak dimiliki oleh kebanyakan manusia. Maka diperlukanlah manusia istimewa yang berfungsi sebagai perantara atau penghubung antara alam manusia dengan kehendak-kehendak Tuhan. Selanjutnya lewat da‟i inilah wahyu atau agama Allah itu disampaikan kepada umat manusia. Manusia istimewa yang berfungsi sebagai perantara atau penghubung itulah yang disebut Rasul.

Fungsi kenabian ini yang suatu keharusan karena pada dasarnya manusia adalah umat yang satu. Manusia semula berada dalam kebenaran dan agama yang suci, namun kemudian mereka berselisih, merusak bumi ini, mereka menyimpang dari jalan yang lurus, maka Allah swt, mengutus kepada para Nabi.

Allah swt, telah menjadikan para Nabi sebagai penyelamat bagi kaumnya dari gelapnya kebodohan dan kesesatan. Allah swt, menerangkan diutusnya para Rasul dalam firmannya sebagai berikut : ( Qs. An Nisa‟ : 165 ).

َّلََئٌِ َٓ٠ِسِزَُِْٕٚ َٓ٠ِشِّشَبُِ ًلَُصُس

ۚ ًُِصُّشٌا َذْعَب ٌتَّجُد ِ َّاللَّ ٍََٝع ِسبٌٍَِّٕ َُْٛىَ٠

بًّ١ِىَد اًز٠ِزَع ُ َّاللَّ َْبَوَٚ

(38)

38

Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. ( Depag RI, 2002 : 104 )

(39)

39 B. KATA NUH DALAM Al QUR’AN

Dalam Al-qur‟an, kata NUH terdapat dalam beberapa surat sebagai berikut : ( Ali Audah,1991: 481- 482 ).

1. Kata NUH (

حٛٔ

), dengan huruf ha (

ح

) berharakat fathah -

بًدُٛٔ

(nuhan).

Terdapat dalam surat dan ayat sebagai berikut :

(40)

40

2. Kata NUH (

حٛٔ

), dengan huruf ha (

ح

) berharakat kasrah-

ٍحُٛٔ

(

nuhin )

Terdapat dalam surat dan ayat berikut :

(41)

41 19.

20.

54 ( Al-Qomar ) 66 ( At-Tamrin )

9 10

3. Kata NUH (

حٛٔ

), dengan huruf ha (

ح

) berharakat dhomah -

ٌحُٛٔ

(

nuhun )

Terdapat dalam surat dan ayat berikut :

NO SURAT AYAT

1.

2. 3. 4.

11 ( Huud )

26 ( Asy-Syu‟ara ) 37 ( Ash-Shaffaat ) 71 ( Nuh )

32, 42, 45, 46 & 48 106 & 116

(42)

42 C. Unsur-Unsur Pendidikan

Diantara unsur-usur pendidikan adalah: ( Tamalene, 2011:17). 1. Tujuan

Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Materi

(43)

43 3. Pendidik

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.

Pendidik memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan dan mendidik kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pendidik memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agen of change melalui proses pembelajaran. Oleh kareana itu , dengan adanya sertifikasi diharapkan pendidik agar dapat lebih berperan aktif, efektif dan professional.

4. Peserta didik

Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

5. Metode

(44)

44

maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6. Media

Media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru profesional, bidang ini telah berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan ilmu, teknologi dan perubahan sikap masyarakat, maka telah ditafsirkan secara lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula serta memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan di sekolah.

7. Institusi

Pendidikan informal merupakan pendidikan dimana hubungan peserta didik dengan pendidik adalah anak dan orang tua. Atupun pada pendidikan dari kakak terhadap adiknya. Pendidikan ini merupakan dasar atau basis dari peserta didik untuk mengembangkan karakternya pada pendidikan yang selanjutnya.

8. Lingkungan

(45)

45

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang memberikan pengaruh terhadap perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan pendidikan merupakan latar tempat berlangsungnya pendidikan (Indrakusuma, 1978;12 ).

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardja (2000;45) adalah untuk membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik/sosial/budaya) dan mengajarkan tingkah laku umum serta menyeleksi atau mempersiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu.

9. Proses

Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menetukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan.

(46)

46

akan tercapai secara optimal. Tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab berkembangnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang optimal itu. Di sini jelas bahwa pendayagunaan teknologi pendidikan memegang peranan penting. Pengelolaan proses pendidikan harus memperhitungkan perkembangan IPTEK.

10.Evalusi

Menurut Ramayulis (2008:332) mengatakan “Evaluasi merupakan suatu proses mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi guna menetapkan keluasan pencapaian tujuan oleh individu”. Dan menurut Abdul Mujid

dan Jusuf Mudzakir (2010:211) mengatakan “Evaluasi adalah

(47)

47 BAB III

KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA

A. Pengertian Kisah

Menurut bahasa kisah berasal dari kata Qashash jamak dari Qishah, artinya kisah, cerita, atau keadaan dan juga berasal dari kata Al

qashshu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Sedangkan

menurut istilah Qashashul Qur‟an ialah kisah-kisah dalam Al-qur‟an tentang para Nabi dan Rasul mereka, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.

Dikatakan, Qashashtu Atsarahu artinya, “saya mengikuti atau mencari jejaknya” kata Al-qashash berarti bentuk masdar, seperti

firman Allah swt: (Qs. Al-Kahfi: 64).

بًصَصَل بَِِّ٘سبَرآ ٍَََٰٝع اَّذَحْسبَـ ۚ ِػْبَٔ بَُّٕو بَِ َهٌِ ََٰر َيبَل

Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.(Depag RI, 2002; 302 )

Pengertian Kisah Qashash berarti bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Lafadz qashash adalah mashdar yang berarti mencari bekasan atau jejak. Qashash bermakna urusan, berita, khabar dan keadaan. Qashash juga berarti berita-berita yang berurutan. Qashash Al-qur‟an

(48)

48

menerangkan bekasan-bekasan dari kaum-kaum purba itu. (T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, 1993: 187).

Al-qur‟an telah menyebutkan kata qashash dalam beberapa konteks, pemakaian, dan tashrif (konjungsinya), dalam bentuk fi‟il mâdhi (kata kerja lampau), fi‟il mudhâri‟ (kata kerja sedang atau akan datang), fi‟il amar (kata kerja perintah), dan dalam bentuk mashdar (kata kerja yang dibendakan). Imam ar-Raghib al-Ashfahani mengatakan dalam kitab Mufradat-nya (Muradât fi Ghârib

al-Qur‟an) tentang kata ini (qishash), “al-Qashash berarti mengikuti jejak”. Dikatakan, qashashtu atsaruhu “saya mengikuti jejaknya”.

B. Kenapa Dinamakan Nuh.

Dinamakan dengan surat “Nuh” karena surat ini seluruhnya

menjelaskan dakwah dan do‟a Nabi Nuh as. Surat ini terdiri atas 28

ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat An-Nahl.

(49)

49

Nabi Nuh as, sebagai manusia pilihan Allah diutus kepada penduduk bumi untuk memberi peringatan dan memberi ancaman kepada kaumnya dari siksa Allah swt. Ia memperingatkan manusia untuk senantiasa menyembah Allah swt, dan bukan menyembah selain dia (Allah). Allah juga senantiasa memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk mengancam kaumnya yang ingkar bahwa azab Allah akan datang yaitu banjir bandang yang akan menenggelamkan seluruh manusia yang ingkar dan kafir.

Kehidupan Nabi Nuh as, merupakan kehidupan yang penuh dengan penderitaan. Dia adalah Rasul yang paling panjang usianya dan paling gigih perjuangannya. Dia hidup dalam masa yang sangat panjang dan hidup beratus-ratus tahun lamanya. Hidup di tengah kaumnya 950 tahun, memberi peringatan dan nasihat kepada kaumnya, serta menyeru mereka ke jalan Allah swt.

C. Masa Hidup Nabi Nuh as.

Nabi Nuh adalah generasi ke sepuluh dari Nabi Adam as. ( Rafi‟udin, 2001:17) Nuh adalah bin (anak) Lamak bin Metusylah bin

Akhnukh, yaitu Idris. Silsilah ( nasap) ini berkelanjutan sampai Syith bin Adam as Bapak dari semua manusia. ( M. Ali ash Shabani, 2001:168).

(50)

50

dalam taufan ( badai ) karena dia tidak mau mengikuti seruan ayahnya. Dia adalah anak yang ingkar dan kafir sehingga dia tidak berhasil menyelamatkan diri dari banjir yang menenggelamkan seluruh umat Nabi Nuh as yang kafir. Adapun ketiga putranya yang lain, mereka telah selamat. Sam adalah Bapak bangsa Arab (Smith). Ham adalah Bapak orang Ethiopia. Yafith adalah Bapak bangsa romawi.

Nabi Nuh as, menerima wahyu Kenabian dari Allah dalam masa “fatrah” masa kekosongan diantara dua Rasul dimana biasanya

manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh Nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.

Demikianlah maka kaum Nabi Nuhtidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai Tuhan-Tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan. Berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera mereka. Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka “Wadd, Suwa, Yaguts, Ya‟uq dan Nasr.

(51)

51

Mereka adalah nama orang-orang saleh dari kaum Nabi Nuh as, dan setelah mereka meninggal dunia, setan membisikan kepada kaumnya untuk mendirikan ditempat tinggal mereka berupa patung-patung itu dengan nama-nama mereka. Orang-orang melakukannya dan mereka tidak menyembah patung-patung itu, namun setelah orang-orang ini meninggal dunia dan melupakan ilmu lalu disembahlah patung-patung itu. ( Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i, 1991 : 38 juz 20 ).

Sekian lama kaum Nuh menyembah berhala. Mereka menjadikan berhala-berhala tersebut sebagai sesembahan yang diharapkan darinya kebaikan dan memohon perlindungan kepadanya dari segala kejahatan, menyerahkan segala urusan dalam kehidupan ini kepadanya.

Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Nuh as, untuk menyeru dan memberi peringatan kepada mereka. Allah swt, telah berfirman sebagai berikut ;

(Qs Nuh Ayat 1).

ٌةاَزَع َُُْٙ١ِحْأَ٠ َْْأ ًِْبَل ِِْٓ َهََِْٛل ْسِزَْٔأ َْْأ َِِِْٗٛل ٌََِٰٝإ بًدُٛٔ بٍََْٕصْسَأ بَِّٔإ

ٌُ١ٌَِأ

(52)

52

Allah mengutus Nabi Nuh as, seorang yang jelas ucapannya, cerdas dan lembut. Allah telah memberikan kekuatan kepadanya untuk berdebat dan kemampuan mengemukakan argumentasi untuk mematahkan semua alasan yang disampaikan oleh kaumnya. Nabi Nuh as, menyeru kaumnya agar beriman kepada Allah saja, namun mereka berpaling. Ia juga memberikan peringatan dengan siksa yang pedih, serta memberikan kabar gembira dengan ganjaran yang besar, namun mereka tetap buta dan tetap tidak mau mendengar serta menyombongkan diri. ( Rafi‟udin, 2001:17 )

Betapa berat penderitaan Nabi Nuh as, dalam perjuangan ini serta musibah besar yang dialami Nabi Nuh as, ini dalam masa yang panjang. Kehidupan yang merupakan rentetan penderitaan, siksa dan bencana yang tidak dapat ditanggung kecuali oleh Nabi-Nabi yang sabar dan teguh hati. Oleh karena itu Nabi Nuh termasuk salah satu Rasul Ulul „Azmi. ( Humaidi, 1990:134).

Nabi Nuh as, sebagai Rasul Allah disamping meluruskan kembali penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia ia pun merupakan tonggak pemacu perkembangan sosial budaya umat manusia. Dia telah mencoba mengadakan revolusi pemikiran terhadap kaumnya untuk tidak lagi menyembah berhala dan beralih menyembah Allah swt.

(53)

53

berdakwah kepada kaumnya kepada Allah swt, untuk menjaga mereka dari azab Allah dan mengharapkan bagi mereka akan rahmatnya, beliau tidak putus asa dan menyerah, bahkan mengharapkan agar mereka mendapatkan hidayah Allah swt, meskipun membutuhkan waktu yang lama, umur beliau yang panjang hendaknya menjadi pelajaran penting bagi para da‟i, guru dan murabbi dalam hal

kesabaran, kekuatan tekad dan keimanan.

Sebagaimana juga menjadi pelajaran bagi semua manusia, agar menyadari bahwa kematian itu akan menghampirinya meskipun memiliki umur yang panjang, dan umur manusia itu hakikatnya adalah kumpulan hari-hari yang setiap harinya akan berlalu dengan terbenamnya matahari, untuk menyingkap tabir akan kesempatan ruhnya untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi di surga, maka alangkah beruntungnya jika usahanya dalam rangka untuk mendapatkan kebahagiaan, dan alangkah meruginya jika amalnya sedikit atau berlebihan.

(54)

54

D. Dakwah Nabi Nuh as, Kepada Kaumnya

Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang

mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang

berasal dari kata kerja (

ةٛعد ,ٛعذ٠ ,بعد

artinya : menyeru,

memanggil, mengajak. Dalam pengertian yang integralistik dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami. (Al Hasmy, 1997:18).

Nabi Nuh as, keluar menuju kaumnya dan memulai dakwahnya. Nabi Nuh as, berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah, Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Setan dan Iblis. ( Ahmad Syadali, 1997:27).

(QS. al-A‟raf: 59).

(55)

55

“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kamu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar‟‟(Depag RI, 2002; 159).

Dengan kalimat yang singkat tersebut, Nabi Nuh meletakkan hakikat ketuhanan kepada kaumnya dan hakikat hari kebangkitan. Disana hanya ada satu Pencipta yang berhak disembah. Disana terdapat kematian, kemudian kebangkitan hari kiamat. Hari yang besar yang di dalamnya terdapat siksaan yang besar.

(56)

56

dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadangkala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya. ( Ali Abdul Halim, 1991: 2).

(57)

57

keterbatasan itu adalah tidak diberikannya hak baginya untuk mengusir orang-orang yang beriman kerana dua alasan. bahwa mereka akan bertemu dengan Allah swt, dalam keadaan beriman kepada-Nya, maka bagaimana ia akan mengusir orang yang beriman kepada Allah swt, kemudian seandainya ia mengusir mereka, maka mereka akan menentangnya di hadapan Allah swt. Ini mengakibatkan pemberian pahala dari Allah swt, atas keimanan mereka dan balasan-Nya atas siapa pun yang mengusir mereka. Maka siapakah yang dapat menolong Nabi Nuh dari siksa Allah swt, seandainya ia mengusir mereka? ( Amin Syukur, 2006 :15 ).

1. Isi Dakwah Nabi Nuh as.

Dahulu ada beberapa orang saleh bernama Wad, Suwa‟,

Yaghuts, Ya‟uq, dan Nasr yang dicintai oleh masyarakat. Ketika

(58)

58

Mereka pun menyembah patung-patung itu dan mulai saat itu tersebarlah kesyirikkan di tengah-tengah mereka, maka Allah swt, mengangkat seorang laki-laki di kalangan mereka sebagai Nabi dan Rasul nya, yaitu Nuh as. Allah memilihnya di antara sekian makhluk nya, Dia mewahyukan kepadanya agar mengajak kaumnya menyembah kepada Allah swt, saja dan meninggalkan sesembahan-sesembahan selain nya. ( Humaidi, 1990:150).

Mulailah Nabi Nuh as, berdakwah, ia berkata kepada mereka:

(QS. Al A‟raaf: 59).

ِِْٓ ُُْىٌَ بَِ َ َّاللَّ اُٚذُبْعا ََِْٛل بَ٠ َيبَمَـ َِِِْٗٛل ٌََِٰٝإ بًدُٛٔ بٍََْٕصْسَأ ْذَمٌَ

ُُٖشْ١َؼ ٌٍََِٰٗإ

ٍُ١ِظَع ٍََْٛ٠ َةاَزَع ُُْىْ١ٍََع ُؾبَخَأ ِِّٟٔإ

“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).”(Depag RI, 2002; 159).

Maka diantara kaumnya ada yang mengikuti ajakannya, mereka terdiri dari kaum fakir dan dhu‟afa (lemah). Adapun orang-orang

kaya dan kuat, maka mereka menolak dakwahnya, sebagaimana istrinya dan salah satu anaknya juga menolak dakwahnya. Mereka yang menolak dakwahnya menentangnya dan berkata kepadanya,

(59)

59

َناَشَٔ بََِٚ بٍََْٕزِِ اًشَشَب َّلَِإ َناَشَٔ بَِ َِِِْٗٛل ِِْٓ اُٚشَفَو َٓ٠ِزٌَّا ُ َلٌََّْا َيبَمَـ

بٌَُِٕراَسَأ ُُْ٘ َٓ٠ِزٌَّا َّلَِإ َهَعَبَّحا

ًٍْضَـ ِِْٓ بَْٕ١ٍََع ُُْىٌَ ََٰٜشَٔ بََِٚ ِْٞأَّشٌا َِٞدبَب

َٓ١ِبِربَو ُُْىُُّٕظَٔ ًَْب

“Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia

(biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara Kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.”(Depag RI, 2002; 225).

Nabi Nuh as, tidak berputusa asa terhadap sikap kaumnya yang menolak dakwahnya, ia terus mengajak mereka saat malam dan siang hari, menasihati mereka secara rahasia dan terang-terangan, menjelaskan kepada mereka dengan lembut hakikat dakwah yang dibawanya, tetapi mereka tetap saja kafir kepadanya, tetap saja sombong dan melampaui batas, dan terus membantah Nabi Nuh as, dan keadaan itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Mereka juga menyakitinya, menghinanya, dan memerangi dakwahnya. ( Amin Syukur, 2006:25 ).

(60)

60 aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu sebagai suatu kaum yang tidak

mengetahui–Dan (Nuh berkata), “Wahai kaumku! Siapakah yang

akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka.

Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?”(Depag RI, 2002; 226).

Maka kaumnya pun marah dan menuduhnya telah sesat, dan mereka berkata,

(QS. Al A‟raaf: 60).

ٍٓ١ِبُِ ٍي َلََض ِٟـ َناَشٌََٕ بَِّٔإ َِِِْٗٛل ِِْٓ ُ َلٌََّْا َيبَل

“Sesungguhnya kami melihatmu berada dalam kesesatan yang nyata.”(Depag RI, 2002; 159).

Nuh balik menjawab, (QS. Al A‟raaf: 61-62).

(61)

61

kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu

ketahui.”(Depag RI, 2002; 159).

Nabi Nuh as, tetap bersabar mendakwahi kaumnya, hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dilaluinya, tetapi yang mau mengikuti seruannya hanya beberapa orang saja. Bahkan ketika Nuh mendatangi sebagian mereka, mengajak mereka agar menyembah Allah dan beriman kepada-Nya, mereka taruh anak jarinya ke telinga mereka agar tidak mendengar kata-kata Beliau, dan ketika Beliau pergi kepada yang lain sambil menyebutkan kepada mereka nikmat-nikmat Allah swt, yang diberikan kepada mereka serta menceritakan tentang penghisapan pada hari Kiamat, mereka taruh baju mereka di wajah mereka agar tidak melihat Beliau, dan hal ini berlangsung terus hingga akhirnya orang-orang kafir berkata kepada Nabi Nuh as. ( Hasby ash-Shiddiqy, 2003:4359).

(QS. Hud: 32).

ٌَْدبَج ْذَل ُحُٛٔ بَ٠ اٌُٛبَل

َِِٓ َجُْٕو ِْْإ بَُٔذِعَح بَِّب بَِٕحْأَـ بٌََٕاَذِج َثْشَزْوَأَـ بََٕخ

َٓ١ِلِدبَّصٌا

“Wahai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami,

dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap Kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan

kepada Kami, jika kamu termasuk orang-orang yang

benar.”(Depag RI, 2002; 226).

(62)

62 (QS. Hud : 33-34).

ٓ٠ِزِجْعُِّب ُُْخَْٔأ بََِٚ َءبَش ِْْإ ُ َّاللَّ ِِٗب ُُْى١ِحْأَ٠ بََِّّٔإ َيبَل

ِٟذْصُٔ ُُْىُعَفَْٕ٠ َلََٚ ََ

ُُْىٌَ َخَصَْٔأ َْْأ ُثْدَسَأ ِْْإ

ِْٗ١ٌَِإَٚ ُُْىُّبَس َُٛ٘ ۚ ُُْىَ٠ِْٛؽُ٠ َْْأ ُذ٠ِشُ٠ ُ َّاللَّ َْبَو ِْْإ

َُْٛعَجْشُح

“Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika

Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri.–Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah

kamu dikembalikan.”(Depag RI, 2002; 226).

Maka Nabi Nuh pun bersedih karena kaumnya tidak mau memenuhi ajakannya, bahkan sampai meminta agar disegerakan azab untuk mereka. Meskipun begitu, Nabi Nuh tidak berputus asa, dia tetap berharap kiranya ada di antara mereka yang mau beriman. Hari demi hari, bulan demi bulan berganti dan tahun pun berganti dengan tahun berikutnya, tetapi ajakan Beliau tidak membawa hasil. Beliau berdakwah kepada kaumnya dalam waktu yang cukup lama, yaitu selama 950 tahun. ( Hasby ash-Shiddiqy, 2003:4350 ).

2. Metode Dakwah Nabi Nuh as.

Diantara metode dakwah yang diterapkan oleh Nabi Nuh as, adalah : ( Ali Abdul Halim Mahmud, 1991 : juz II )

(63)

63

Dakwah yang pertama kali yang dilakukan Nabi Nuh as, kepada kaumnya yakni mengajak untuk menyembah Allah semata. Tidak diragukan lagi, bahwa dakwah kepada tauhid adalah asas dari setiap risalah, dan mencurahkan sebagian besar waktu untuk mendakwahkan tauhid yang dapat membahayakan jiwanya. Nabi Nuh as, berdakwah kepada tauhid dengan dakwah yang ikhlas karena khawatir kaumnya akan tertimpa azab dari Allah swt, pada hari kiamat.

b. Standar keutamaan seseorang adalah ketakwaan dan amal soleh.

(64)

64

c. Kebenaran yang sudah jelas tidak membutuhkan dalil tapi membutuhkan Itiba` (mengikuti jejak ).

Nabi Nuh as, menjelaskan kebenaran kepada kaumnya bahwa dia adalah pengemban risalah (Rasul) tetapi kaumnya tidak mau mengikuti kebenaran yang disampaikan dan malah meminta didatangkan azab untuk membuktikan kebenaran risalah yang disampaikan oleh Nabi Nuh as, sebagai mana dijelaskan dalam firman Allah swt:

(Qs. Hud:32).

َِِٓ َجُْٕو ِْْإ بَُٔذِعَح بَِّب بَِٕحْأَـ بٌََٕاَذِج َثْشَزْوَأَـ بََٕخٌَْدبَج ْذَل ُحُٛٔ بَ٠ اٌُٛبَل

َٓ١ِلِدبَّصٌا

“Mereka Berkata "Hai Nuh, Sesungguhnya kamu Telah

berbantah dengan kami, dan kamu Telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, Maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar".(Depag RI, 2002; 227).

d. Dakwah harus terus dan tanpa berhenti.

(65)

65

Para muhadisdan ulama atsar ( salaf ) meriwayatkan bahwa mereka (patung Wadd, dan jangan pula Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr) adalah nama laki-laki sholeh dari kaum Nabi Nuh as. Sebagaimana firman Allah Swt:

(Qs.Nuh:23).

َقُٛعَ٠َٚ َدُٛؽَ٠ َلََٚ بًعاَُٛص َلََٚ اًّدَٚ َُّْسَزَح َلََٚ ُُْىَخٌَِٙآ َُّْسَزَح َلَ اٌُٛبَلَٚ

اًشْضََٔٚ

“ Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr".(Depag RI, 2002; 572).

e. Kezhaliman itu pasti ada.

(66)

66

f. Keluarga dalam islam adalah orang yang seakidah dengan kita.

Pada saat diatas gunung yang bernama Judiy disanalah Nabi Nuh as, berdoa kepada Robnya sesungguhnya anakku dari keluargaku dan tenggelam bersama orang-orang yang menentang padahal engkau telah berjanji akan menyalamatkan keluargaku. kemudian Allah swt membantahnya dengan firmanya dalam Al-qur`an:

(Qs.Hud:46) .

بَِ ٌَِْٓأْضَح َلََـ ۖ ٍخٌِبَص ُشْ١َؼ ًٌََّع َُِّٗٔإ ۖ َهٍَِْ٘أ ِِْٓ َشْ١ٌَ َُِّٗٔإ ُحُٛٔ بَ٠ َيبَل

ِِٗب َهٌَ َشْ١ٌَ

َِِٓ َُْٛىَح َْْأ َهُظِعَأ ِِّٟٔإ ۖ ٌٍُِْع

َٓ١ٍِِ٘بَجٌْا

“Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya. perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan

termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.

"(Depag RI, 2002; 230).

3. Pengalaman Nabi Nuh as Saat Dakwah

(67)

67

lebih percaya kemampuan sendiri dibanding konsepsi dari Allah swt, menurut Sunah Nuh, mereka melecehkan Nuh dengan memperolok-olokkannya sebagai suatu permainan. Dakwah diberikan secara terang-terangan kepada Penguasa saat itu, tapi hasilnya mereka buang muka dengan sombongnya. Dalam dakwahnya Nabi Nuh as, menyampaikan ancaman Allah swt, bahwa jika mereka tetap hidup dengan ajaran nenek moyang mereka maka Azab yang Maha besar akan menimpa mereka, sebaliknya jika mereka mau mengikuti Ajaran Allah swt, menurut Sunah Nabi Nuh as, maka mereka akan diselamatkan di Dunia ini maupun di akhirat nanti. Ancaman yang disampaikan Nabi Nuh as, ternyata datang juga setelah umat manusia pada saat itu dengan bangganya bertahan dengan prinsip hidup mereka, azab datang berupa air bah yang menenggelamkan semua kota di masa itu. Nabi Nuh as, akhirnya berhasil memenangkan perjuangan hidup Nur menurut Sunah Rasul Nuh dengan bantuan langsung dari Allah swt.

a. Masyarakat yang dihadapi Nabi Nuh as.

(68)

68

dengan beragam nama. Kadang dengan nama Wadda, Suwaa‟, dan Yaghuts. Kadang dengan nama Ya‟uq, atau Nasr nama-nama berhala ini diwarisi masyarakat Arab di masa jahiliyah. Mereka berbuat yang demikian itu dikarenakan kejahilan dan menuruti hawa nafsu.

Asal muasal nama-nama berhala itu diambil dari nama-nama ulama mereka yang pernah hidup bersama mereka sebelumnya. Dengan dalih untuk mengenang jasa-jasa mereka dan untuk mengingatkan semangat peribadatan umat ketika itu, maka dibuatlah patung, gambar, simbol-simbol visualisasi fisik mereka. Namun lambat laun dengan bergantinya generasi, patung-patung itu justru disembah dan dijadikan Tuhan.

(69)

69

dengan imbalan pahala yang sangat besar jika mau beriman, namun mereka semakin menutup telinga dan mata.

b. Iri dan Sombong Penyebab Penolakan Dakwah.

Adapun orang-orang yang telah Allah swt. tutup hatinya, mereka tidak akan beriman. Karena potensi pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran mereka tidak difungsikan untuk meraih hidayah, mereka tidak mendapatkan cahaya tauhid. Mereka itu adalah para pemuka kaum, para elit yang memiliki kekuasaan dan jabatan..

Para elit itu berkomentar, ”Kamu kan manusia biasa seperti

kami, kamu salah seorang di antara kami. Kalau Allah swt. menginginkan Rasul, pasti Dia akan mengutus malaikat. Dan karena itu kami pasti akan serta merta mendengarkan perkataannya. Kami akan segera memenuhi seruannya.”

( Ali Abdul Halim Mahmud, 1991 juz II ) E. Nabi Nuh Membuat Kapal.

(70)

70

mengikuti ajaran yang dibawanya. Bahkan kaum Nabi Nuh as, tidak akan ada lagi yang beriman kecuali kaum yang terdahulu. Maka Allah swt, memerintahkan kepada Nabi Nuh as, untuk membuat kapal dan mengajarkan kepadanya bagaimana membuatnya dengan baik. Mulailah Nabi Nuh as,membuat kapal dengan dibantu orang-orang yang beriman kepadanya. Setiap kali, orang-orang kafir melewati Nuh dan pengikutnya, mereka menghina dan mengejeknya karena melihat Beliau membuat kapal besar di gurun sahara yang tidak ada sungai dan laut. Penghinaan mereka bertambah, ketika mereka tahu bahwa maksud Nabi Nuh as, membuatnya adalah untuk menyelamatkan dirinya dan pengikutnya dari azab yang akan Allah timpakan kepada mereka. Akhirnya, pembuatan kapalpun selesai. Nabi Nuh as, mengetahui bahwa banjir besar akan tiba, maka ia meminta kepada setiap mukmin dan mukminah untuk menaiki kapal tersebut, ia juga mengangkut setiap hewan, burung, dan hewan lainnya sepasang. Hingga ketika Nabi Nuh as, bersama pengikutnya telah berada di atas kapal, datanglah banjir besar. Langit mengucurkan hujannya dengan deras, mata air di bumi pun mulai memancarkan airnya dengan kuat. Sewaktu Nabi Nuh as, tengah berdiri dihaluan kapal, tiba-tiba mata Nabi Nuh as, tertuju pada sosok orang yang tenggelam, tidak lain adalah anaknya sendiri yang bernama Kan‟an. Seorang anak yang

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam Al-Qur ’ an itu sendiri terdapat kisah-kisah umat terdahulu, salah satu yang dapat diambil ibrah yakni kisah dari Nabi Ibrahim A.S. Sifatnya yang sabar, teguh

Nilai Tauhid pada Kisah Nabi Ibrahim AS di dalam al- Qur‟an. Pada

Apostrop adalah gaya retoris yang berupa pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Seperti pada surah Nuh ayat 4-10 memaparkan

7 dalam penjara Nabi Yusuf selalu berusaha untuk berbuat baik dan berdakwah, dari 2 teman sepenjara yang telah bermimpi kemudian minta Nabi Yusuf untuk memberikan

Nabi Ibrahim SAW diangkat sebagai Imam (pemimpin) karena kualitas kepemimpinan yang dimilikinya. Beliau telah lulus dalam berbagai tes yang diujikan

Kemudian pada ayat 74-75, dijelaskan Allah telah memperintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengingatkan orang-orang musyrik kepada kisah nenek moyangnya yang mereka

Penulisan skripsi ini yang berjudul “Konsep Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid pada Kisah Nabi Ibrahim AS di dalam Al-Qur’an”, adalah merupakan salah satu tahapan dalam menempuh

p-ISSN: : 2338-6878 e-ISSN: -DOI: 10.31942/pgrs.v11i2.9865 NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SEJARAH DAKWAH NABI MUHAMMAD DI MADINAH SEBAGAI SARANA PENANAMAN KARAKTER PADA REMAJA