• Tidak ada hasil yang ditemukan

KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA

D. Dakwah Nabi Nuh as, Kepada Kaumnya

3. Pengalaman Nabi Nuh as Saat Dakwah

Nabi Nuh as, yang berdakwah kepada Penguasa saat itu agar mereka mau menerima konsep hidup Kal Jasadil-Wahid ( orang islam satu dan lainya seperti satu tubuh ) jika mereka ingin selamat dari murka Allah swt, ternyata ditanggapi dengan melecehkan Nabi Nuh as, dan pengikutnya. Keangkuhan manusia pada saat itu yang

67

lebih percaya kemampuan sendiri dibanding konsepsi dari Allah swt, menurut Sunah Nuh, mereka melecehkan Nuh dengan memperolok-olokkannya sebagai suatu permainan. Dakwah diberikan secara terang-terangan kepada Penguasa saat itu, tapi hasilnya mereka buang muka dengan sombongnya. Dalam dakwahnya Nabi Nuh as, menyampaikan ancaman Allah swt, bahwa jika mereka tetap hidup dengan ajaran nenek moyang mereka maka Azab yang Maha besar akan menimpa mereka, sebaliknya jika mereka mau mengikuti Ajaran Allah swt, menurut Sunah Nabi Nuh as, maka mereka akan diselamatkan di Dunia ini maupun di akhirat nanti. Ancaman yang disampaikan Nabi Nuh as, ternyata datang juga setelah umat manusia pada saat itu dengan bangganya bertahan dengan prinsip hidup mereka, azab datang berupa air bah yang menenggelamkan semua kota di masa itu. Nabi Nuh as, akhirnya berhasil memenangkan perjuangan hidup Nur menurut Sunah Rasul Nuh dengan bantuan langsung dari Allah swt.

a. Masyarakat yang dihadapi Nabi Nuh as.

Bertahun-tahun lamanya kaum Nabi Nuh as, menyembah berhala mereka menjadikan berhala-berhala itu sebagai Tuhan tempat meminta kebaikan dan tempat menolak bala. Berhala menjadi tempat bergantung segala sesuatu dalam kehidupan mereka. Mereka meminta dan memanggil berhala-berhala itu

68

dengan beragam nama. Kadang dengan nama Wadda, Suwaa‟, dan Yaghuts. Kadang dengan nama Ya‟uq, atau Nasr nama-nama berhala ini diwarisi masyarakat Arab di masa jahiliyah. Mereka berbuat yang demikian itu dikarenakan kejahilan dan menuruti hawa nafsu.

Asal muasal nama-nama berhala itu diambil dari nama-nama ulama mereka yang pernah hidup bersama mereka sebelumnya. Dengan dalih untuk mengenang jasa-jasa mereka dan untuk mengingatkan semangat peribadatan umat ketika itu, maka dibuatlah patung, gambar, simbol-simbol visualisasi fisik mereka. Namun lambat laun dengan bergantinya generasi, patung-patung itu justru disembah dan dijadikan Tuhan.

Kondisi masyarakat seperti itulah Nabi Nuh as, diutus. Nuh adalah orang yang sangat fasih dalam bertutur, cerdas akalnya, pemikirannya jauh ke depan, santun perilakunya, sangat sabar tatkala harus berdebat, memiliki kemampuan berargumentasi yang kuat, dan punya kekuatan meyakinkan lawan bicara. Dengan bekal itu Nabi Nuh as mengajak kaumnya untuk kembali kepada Allah swt. Sayang, kaumnya menolak seruannya. Namun Nuh as, tetap memberi peringatan tentang dahsyatnya siksa pembalasan di hari kiamat. Dan kaumnya tetap membisu dan tuli. Nuh as, terus memotivasi mereka

69

dengan imbalan pahala yang sangat besar jika mau beriman, namun mereka semakin menutup telinga dan mata.

b. Iri dan Sombong Penyebab Penolakan Dakwah.

Adapun orang-orang yang telah Allah swt. tutup hatinya, mereka tidak akan beriman. Karena potensi pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran mereka tidak difungsikan untuk meraih hidayah, mereka tidak mendapatkan cahaya tauhid. Mereka itu adalah para pemuka kaum, para elit yang memiliki kekuasaan dan jabatan..

Para elit itu berkomentar, ”Kamu kan manusia biasa seperti kami, kamu salah seorang di antara kami. Kalau Allah swt. menginginkan Rasul, pasti Dia akan mengutus malaikat. Dan karena itu kami pasti akan serta merta mendengarkan perkataannya. Kami akan segera memenuhi seruannya.”

( Ali Abdul Halim Mahmud, 1991 juz II ) E. Nabi Nuh Membuat Kapal.

Nabi Nuh as, di tengah-tengah kaumnya dalam kurun waktu yang sangat panjang. Menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan mengajak menyembah kepada Allah swt. Akan tetapi, dalam waktu yang cukup lama itu Nabi Nuh as, tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk

70

mengikuti ajaran yang dibawanya. Bahkan kaum Nabi Nuh as, tidak akan ada lagi yang beriman kecuali kaum yang terdahulu. Maka Allah swt, memerintahkan kepada Nabi Nuh as, untuk membuat kapal dan mengajarkan kepadanya bagaimana membuatnya dengan baik. Mulailah Nabi Nuh as,membuat kapal dengan dibantu orang-orang yang beriman kepadanya. Setiap kali, orang-orang kafir melewati Nuh dan pengikutnya, mereka menghina dan mengejeknya karena melihat Beliau membuat kapal besar di gurun sahara yang tidak ada sungai dan laut. Penghinaan mereka bertambah, ketika mereka tahu bahwa maksud Nabi Nuh as, membuatnya adalah untuk menyelamatkan dirinya dan pengikutnya dari azab yang akan Allah timpakan kepada mereka. Akhirnya, pembuatan kapalpun selesai. Nabi Nuh as, mengetahui bahwa banjir besar akan tiba, maka ia meminta kepada setiap mukmin dan mukminah untuk menaiki kapal tersebut, ia juga mengangkut setiap hewan, burung, dan hewan lainnya sepasang. Hingga ketika Nabi Nuh as, bersama pengikutnya telah berada di atas kapal, datanglah banjir besar. Langit mengucurkan hujannya dengan deras, mata air di bumi pun mulai memancarkan airnya dengan kuat. Sewaktu Nabi Nuh as, tengah berdiri dihaluan kapal, tiba-tiba mata Nabi Nuh as, tertuju pada sosok orang yang tenggelam, tidak lain adalah anaknya sendiri yang bernama Kan‟an. Seorang anak yang kafir, ingkar, tidak mau mentaati perintah ayahnya, Melihat keadaan seperti itu, Nabi Nuh as, berusaha menyadarkan dan menghimbau

71

anaknya supaya ikut naik ke atas kapal seraya berkata “ Wahai Kan‟an anakku, marilah bersama-sama dengan kami dan janganlah kamu mengikuti orang yang kafir itu. ( http://cerita islami.com 01/2016/20.00 ).

Meskipun ia putra Nabi, tetapi tetap mengalami nasib yang menyedihkan karena termasuk orang –orang kafir. Pada saat itu muncul rasa iba kasih seorang ayah terhadap putra kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang. Kan‟an yang tesesat dan telah terkena rayuan setan serta hasutan kaum yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan ayahnya. Akhirnya seluruh manusia ditenggelamkan termasuk putra Nabi Nuh as, yang bernama Kan‟an yang berfikir bisa selamat setelah berlindung di gunung terdekat, ternyata dia tidak berhasil menyelamatkan diri dari ganasnya gelombang karna azab Allah swt. Banjir bandang yang dasyat serta gelombangnya yang tergulung-gulung tersebut telah memporak-porandakan serta menelan seluruh kaum Nabi Nuh as, yang kafir serta zhalim. Kaum Nabi Nuh as, yang kafir saat melihat air membanjiri rumah mereka dan mengalir dengan derasnya, maka mereka merasa akan binasa, mereka pun segera mencari tempat-tempat tinggi untuk menyelamatkan diri, tetapi sayang sekali, ternyata banjir itu telah mencapai puncak gunung. Allah swt, membinasakan orang-orang kafir dan menyelamatkan Nabi Nuh as,

72

dan para pengikutnya pun bersyukur kepada Allah swt, atas keselamatan yang diberikan-Nya. ( Amin Syukur, 2006 : 16).

Semua pintu langit telah tertutup kembali, curahan air hujan telah berhenti. Sedangkan bumi telah menghisap air yang ada dipermukaannya. Adapun Nabi Nuh as, berlabuh diatas bukit kecil yang bernama „Judiy” yang hingga kini bekas-bekasnya tengah dicari oleh orang-orang ahli sejarah. Untuk selanjutnya Nabi Nuh as, beserta pengikutnya kembali ke kampung halaman untuk menghirup udara dan suasana baru yang penuh dengan pertologan serta berkah dari Allah swt. Ketika berlabuh di bukit Judiy, Allah swt, memerintahkan Nabi Nuh as dan orang-orang yang menaiki kapal bersamanya untuk turun dengan aman selamat dan keberkahan dari Allah swt. Mereka mendarat dari kapal pada hari Asyura ( sepuluh Muharram ) setelah berada diatas kapal selama 150 hari. Maka pada hari itu Nabi Nuh as, melakukan puasa untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah swt, serta memerintahkan kepada umatnya untuk berpuasa pula. ( M.Ali ash Shabuni, 2001:183).

Ash Shabuni mengutip pendapat Ibnu Katsir dalam kitabnya “Al Bidayah wa annihayah” sebagai berikut :

“ orang-orang yang bersama Nabi Nuh as, di kapal adalah 80 orang bersama keluarganya. Mereka tinggal di kapal selama 150 hari dan bahwasanya Allah swt, mengarahkan kapal itu ke arah Makah.Kapal itu kemudian mengelilingi Ka‟bah selama 40 hari. Lalu diarahkan kebukit judiy dan berlabuh diatasnya.( M. Ali ash.Shabuni. 2001:184).

73

Setelah Nabi Nuh as, dan para pengikutnya turun dan melepaskan hewan-hewan yang diangkutnya, maka mulailah Beliau dan para pengikutnya menjalani hidup yang baru, Beliau berdakwah kepada kaum mukmin dan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama, Beliau banyak melakukan dzikrullah, shalat dan berpuasa hingga Beliau wafat dan menghadap Allah swt.

Nuh wafat setelah tinggal di tengah kaumnya selama 950 tahun sebelum taufan datang, sedangkan sesudahnya hanya Allah swt, yang mengetahui. Menurut Ibnu Abbas masa hidup Nabi Nuh as, adalah 1780 tahun dan itu merupakan masa hidup manusia terpanjang. Setelah wafat Nabi Nuh as dimakamkan didekat Masjidil Haram Makah. (M. Ali ash Shabuni, 2001:185).

74 BAB IV

Dokumen terkait