• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat Nuh

PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH

B. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat Nuh

Ada beberapa kriteria pendidik Nabi Nuh, diantaranya adalah: : (http/unsur-unsur pendidikan.com 05/01/2016/ 21.00).

1. Tujuan pendidik

Tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, bukan untuk mencari kedudukan, kemegahan dan kegagahan atau mendapatkan kedudukan yang menghasilkan uang, karena tujuan pendidikan diarahkan bukan pada pendekatan kepada Allah swt, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian dan permusuhan. (Abudin Nata,1997;162)

Dari situ dapat diambil pelajaran bagi pendidik maupun bagi para da‟i bahwa perjuangan yang bertujuan hanya kepada Allah swt, tidak, akan membuat jenuh dalam menjalankanya. Sebaliknya, jika perjuangan mereka bermaksud untuk mencari status dan juga mencari kemuliaan, maka perjuangan mereka tidak akan bertahan lama.

2. Metode pendidik Nabi Nuh

Nabi Nuh as, telah menunjukkan keteladanan kepada peserta didiknya, dia telah mempraktekan pendidikan dalam

76

kehidupan sehari-hari pada keluarganya. Di dalam dirinya terhimpun sifat sifat baik yang sepatutnya dimiliki oleh manusia sebagai pendidik. Yaitu:

a. Sabar

Secara bahasa: Berasal dari kata

“شبص٠ - شبص

yang artinya menahan. Secara istilah: Menahan diri dari kesusahan dan menjaga lisan dari celaan, serta menahan anggota badan dari berbuat dosa. ( Fauzul Iman, 2005:95).

Definisi sabar menurut sufi ternama Ar-Raghib Al-Ashfihani, (2010:105). Mengatakan bahwa sabar memiliki makna yang berbeda sesuai dengan konteks kejadiannya. Menahan diri saat ditimpa musibah dinamakan shabr (sabar), sedangkan lawan katanya jaza‟ (gelisah, cemas, risau), menahan diri dalam peperangan dinamakan syaja‟ah (keberanian) dan lawan katanya jubn (pengecut, lari dari peperangan), menahan diri dari kata-kata kasar disebut kitman (diam) dan lawan katanya ihdzar (mengecam, marah). Namun secara umum, semua yang berkaitan dengan menahan biasanya dikategorikan sabar. Sabar ini tidak hanya identik dengan cobaan saja. Karena menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan atau menahan diri dari

77

pemborosan harta bagi yang mampu juga merupakan bagian dari sabar. Bukan hanya ketika kita dalam kesulitan, tapi ketika dalam kemudahaan dan kesenangan. ( Ibnu al-qayyim, 2010:60 ).

b. Ikhlas

Ikhlas secara bahasa berbentuk masdar, dan fiilnya adalah akhlasha. Itu bentuk majid, dan bentuk mujarodnya adalah khalasha maknanya adalah bening (shafa), segala noda hilang dari padanya, suci, bersih dan tauhid. Adapun ikhlas dalam syariat islam adalah sucinya niat, bersihnya hati dari sirik dan riya serta hanya menginginkan ridha Allah swt, semata dengan segala kepercayaannya, perkataannya, dan perbuatannya. Singkatnya ikhlas adalah koreksi diri terus-menerus kepada Allah dan melupakan semua peluang nafsu bahkan memberontak hawa nafsu tersebut. (Ruhan Sanusi, 2010:28).

c. Bijaksana

Menurut Warsito, (KBBI:36). Arti dari kata bijaksana adalah bertindak sesuai dengan pikiran, akal sehat sehingga menghasilkan perilaku yang tepat, sesuai dan pas. Biasanya, sebelum bertindak disertai dengan pemikiran yang cukup matang sehingga tindakan yang

78

dihasilkan tidak menyimpang dari pemikiran. Si bijak tahu hal mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.

d. Tawakal

Tawakal bahasa Arab (

ًُوٛح

) atau tawakkul dari kata wakala dikatakan, artinya, „meyerah kepadaNya.

(Abdullah bin Umar Ad- 2006:1).

Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana. ( Labib Mz, 1998:55).

Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh pendidik demi tercapainya tujuan yang diharapkan dalam pendidikan.

3. Media pendidik Nabi Nuh a. Dakwah

Nuh as, mendakwahi dan mendebat kaumnya dengan ulet dan sabar. Nuh mencurahkan kepedulian kepada

79

mereka dengan tutur kata yang lembut. Nuh tidak putus asa mengajak mereka untuk beriman. Bahkan, Nuh menggunakan beragam metode dakwah. Nuh mendakwahi mereka siang dan malam. Sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, jika melihat peluang dakwah di malam hari, beliau lakukan dakwah di malam hari. Bila ada peluang dakwah secara terang-terangan, beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan.( Ulis Tofa, 2007 :22).

Nuh menggiring nalar pemikiran mereka untuk mencerna rahasia alam raya, memikirkan keindahan semesta alam. Nuh menerangkan fenomena malam yang berangsur gulita, langit yang menghampar penuh bintang, bulan yang bersinar,matahari yang memberikan cahaya, bumi yang mengalir disela-selanya sungai-sungai dan menumbuhkan beragam tanaman. Semua itu ia terangkan dengan sangat fasih. Ia berbicara dengan dalil yang kuat ia menerangkan hakekat Tuhan satuyang kekuasaan-Nya tidak terbatas dan sangat mengagumkan.

b. Visualisasi

Untuk mempermudah kaumnya dalam memahami ajaran Nabi Nuh as. Beliau menerapkan metode Visualisasi (gambar). Dia mengajak kaumnya untuk memperhatikan penciptaan manusia dan fenomena-fenomena alam yang

80

merupakan manifestasi kebesaran Allah swt. Dia berkata kepada kaumnya sebagai mana yang tercantum dalam terjemah Surah Nuh ayat 13-16 sebagai berikut ;

Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah ?

Padahal sesungguhnya dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tindakan kamu diperhatikan sebagai mana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat ? dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita ?” (Depag RI 2002:572)

4. Materi Pendidik Nabi Nuh a. Tauhid

Tauhid berasal dari Bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada-Yuwahhidu. Secara Etimologis, tauhid berarti Keesaan. Maksudnya, ittikad atau keyakinan bahwa Allah swt, adalah Esa, tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam Bahasa Indonesia, yakni “Keesaan Allah“. Mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah . (Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan. 2010 : 1)

Mengajarkan tauhid adalah sebagai materi pertama yang Nabi Nuh as, ajarkan kepada kaumnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abdul Aziz yang mengatakan bahwa akidah tauhid merupakan ajaran pokok yang di bawa oleh para Nabi. Tujuan pendidikan islam yang kedua adalah agar mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan ahirat.

81

Allah swt, menyelamatkan Nuh dan orang-orang yang beriman dari banjir yang melanda kaum Nabi Nuh adalah sebagai bukti bahwa Allah swt, telah melaksanakan janjinya kepada Nabi Nuh as, untuk membinasakan orang-orang kafir dan menyelamatkan orang-orang-orang-orang yang beriman. Janji Allah adalah pasti, bahwa orang-orang yang mengikuti kebenaran akan mendapatkan kebahagiaan, sedangkan mereka yang tidak beriman mendapatkan siksa dari Allah swt. ( Abdul Aziz,2003;10).

5. Proses Pendidik Nabi Nuh

Proses penciptaan manusia dan fenomena-fenomena alam yang terjadi didunia ini merupakan manifestasi kebesaran Allah swt, hal itu dapat diajarkan kepada peserta didik untuk memudahkannya dalam mengenal Allah sebagai sang pencipta. Hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau persamaan aqidah, adalah lebih erat dan lebih berkesan dari pada hubungan yang terjalin karna ikatan darah atau kelahiran. Kan‟an, walaupun ia adalah putra Nabi Nuh oleh Allah swt, dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya, karena ia menganut kepercayaan dan agama yang berlainan dengan yang dianut dan diajarkan oleh ayahnya, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.

82 6. Institusi

Nabi Nuh as, mengajak keluarganya dan para kaumnya untuk mengikuti ajaranya akan tetapi, diantara para pengikutnya yang mau mengikuti ajakan nabi nuh as, hanya sedikit orang bahkan anaknya yang bernama kan‟an menolak ajaran ayahnya sehingga sampai ia mati masih dalam keadaan kafir.

7. Lingkungan

a. Faktor lingkungan keluarga

Manusia selalu menginginkan yang nyata sedangkan Tuhan yang diperkenalkan oleh Nabi Nuh as, bersifat ghoib sehingga mereka lebih percaya kepada berhala-berhala yang dapat dilihatnya, kepercayaan yang ada pada diri mereka telah menjadi budaya mendarah daging sehingga iman mereka tidak dapat diubah siapapun kecuali mereka sendiri yang mengubahnya. ( Muhaimin, 1993;30).

b. Faktor lingkungan masyarakat

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah lingkungan tempat anak menjalankan proses belajar dan mengajar. Lingkungan yang dimaksud juga ialah pergaulan si anak. Orang tua berperan penting disini untuk memberikan pandangan mencari teman yang baik dan bisa

83

membawa anak berkembang ke arah yang lebih baik. Orang tua hendaklah tidak menjaga anak terlalu protektif dan tidak juga terlalu bebas yang terpenting adalah anak nyaman bersosialisasi dan juga tetap tidak menyimpang.

8. Pendidik

Nabi Nuh as, mempunyai sifat yang patut dimiliki oleh seorang Nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tingkah lakunya untuk melaksanakan tugas risalah kepada kaumnya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut agar bisa mengetuk hati nurani mereka (kaumnya).

Misi kenabian Nabi Nuh as, sebagai pendidik adalah untuk menyampaikan risalah Tuhan, bukan berusaha meraih keunggulan atas kaumnya dan bukan mencari keuntungan pribadi seperti status, kekayaan dan kekuasaan. Dia hanya melaksanakan perintah Allah swt, dan hanya mengharap ridho Nya.

9. Peserta didik

Banyak umat Nabi Nuh yang mati karena azab Allah swt, dikarenakan semasa hidupnya tidak mau mengikuti semua ajaran yang sudah diajarkan Nabi Nuh as, namun sebagian umat yang mau mengikuti ajaran Nabi Nuh bisa selamat dari azab Allah swt.

84 10.Evaluasi

Manusia termasuk kaum Nabi Nuh as, selalu mengiginkan sesuatu yang nyata dan benar. Sementara Tuhan yang diperkenalkan oleh Nabi Nuh as, kepada kaumnya bersifat ghaib sehingga tidak dapat dilihat oleh mata mereka.Sehingga mereka menolak dan tidak mau mengikuti ajaran yang di bawa Nabi Nuh as. Mereka lebih percaya kepada berhala-berhala yang nampak di hadapan mereka. Manusia kadang-kadang tidak dapat merasakan manisnya kebenaran disebabkan nafsu ( keinginan ) yang meluap-luap. Meskipun ia mengetahui hal yang benar tetapi dia tidak mau mengikutinya.

Jelaslah bahwa kegagalan Nabi Nuh as, dalam mendidik putranya disebabkan karena pengaruh lingkungan masyarakat dan kebudayaan kaumnya yang sudah mendarah daging. Mereka telah menjauh dari kebenaran dan menyembah kepada selain Allah swt, yang pengaruh buruknya telah mengotori akal mereka. Nabi tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah nasib suatu kaum karena dia hanya menyampaikan risalah. Keimanan seseorang tidak akan dapat berubah kecuali mereka sendiri yang akan merubahnya.

Allah swt, memberi tahu kepada Nabi Nuh tentang ilmu ghaib yang khusus dimiliki-Nya. Allah swt, ingin berkata kepada Nabinya dan memberi tahu keadaan sebenarnya bahwa

85

anaknya bukan termasuk keluarganya karena ia tidak beriman kepada Allah swt. Di sana terdapat pelajaran bahwa hubungan darah bukanlah hubungan hakiki diantara manusia. Anak seorang Nabi adalah anak yang menyakini akidah, dan bukan anak yang menentangnya.

Nabi Nuh as, adalah seorang yang mengembalikan segala sesuatu kepada Allah swt. Dia bertawakal kepada Allah swt, setelah upaya maksimal dilakukanya. Manusia hanya berusaha sekuat kemampuan sedangkan keberhasilan atau kegagalan kembali kepada Allah swt.

Setelah mengetahui hal tersebut maka Nabi Nuh as, berdoa kepada Allah swt. Do‟a Nabi Nuh as, tertulis dalam Al-qur‟an surah Nuh ayat 28 sebagai berikut: ( Qs. Nuh ayat 28 )

ِثبَِِْٕؤٌُّْاَٚ َٓ١ِِِْٕؤٌٍَُِّْٚ بًِِْٕؤُِ َِٟخْ١َب ًََخَد ٌََِّْٓٚ ََّٞذٌِاٌََِٛٚ ٌِٟ ْشِفْؼا ِّةَس

اًسبَبَح َّلَِإ َٓ١ٌِِّبَّظٌا ِدِزَح َلََٚ

Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan".( Depag RI, 2002:572).

Do‟a adalah permohonan pribadi seorang hamba kepada Tuhannya. Bentuk permohonan ini memberi sang hamba kesempatan mencurahkan isi hatinya, mengungkapkan kerinduan,

86

ketakutan dan kebutuhan kepada hambanya. (Amatullah Amstrong, 1996:60)

Nabi Nuh as, dalam do‟anya menegaskan bahwa anak-anak orang kafir itu akan menjadi kafir dan durhaka pula. Dari Do‟anya yang diucapkan oleh Nabi Nuh as, dapat diketahui bahwa pengaruh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sangat besar. Sehingga, jika orang tua yang kafir dibiarkan hidup dan mendidik anak-anaknya, tentulah sang anak tidak jauh berbeda dari orang tua yang mendidiknya.

Dengan demikian, ucapan Nabi Nuh as, dalam Do‟anya merupakan salah satu isyarat tentang besarnya pengaruh orang tua dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak. Hal ini sejalan pula dengan hadis yang menyatakan bahwa “Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam keadaan fitrah ( Kesucian ), maka orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi”

Syari‟ati menjelaskan bahwa Nabi merupakan tokoh terbesar dalam islam. Misinya hanyalah menyampaikan risalah Tuhan. Dia adalah pembawa kabar gembira dan menunjukkan jalan yang benar kepada kaumnya. Ia tidak bertanggung jawab atas kemajuan kaumnya.Nabi dalam Al-qur‟an, tidak dipandang sebagai faktor

87

utama dalam transformasi dan perubahan sejarah. ( Ali Syari‟ati,1996:96)

Jadi, walaupun dia seorang Nabi, dia tetap tidak dapat mengubah nasib kaum dan putranya untuk menjadi baik, jika mereka tidak mau mengubahnya sendiri. Besarnya gelombang air laut tidak dapat mengalahkan ketetapan hati mereka. Hati mereka telah tertutup untuk menerima petunjuk, meskipun telah jelas bahwa azab Allah swt, telah berada dihadapan mereka dan telah jelas pula bahwa jika mereka naik ke kapal pastilah akan selamat.

C. Tanggung Jawab Keluarga dan Masyarakat Terhadap Pendidikan

Dokumen terkait