• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KENABIAN

A. Sejarah Kenabian

Secara etimologis ( ilmu tentang asal usul suatu kata ), kata Nubuwah berasal dari kata “naba-a” yang berarti kabar warta (news), berita (tidings), dan cerita (story). (M. Dawam Rahardjo, 1997:302).

Kata “Nubuwah” sendiri merupakan mashdar dari “naba-a”. Dan kata ”nubuwah” disebutkan dalam Al-qur‟an sebanyak 5 kali di beberapa surat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nabi adalah orang yg menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyu-Nya dan kenabian adalah sifat (hal) Nabi, yang berkenaan dengan Nabi. Ditinjau dari segi sosiologis, kenabian (nubuwah) merupakan jembatan transisi dari masa primitif menuju masa rasioner. Para Nabi dan Rasul diutus ke dunia ini untuk membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang. Zaman kegelapan di sini maksudnya adalah zaman yang penuh dengan keburukan-keburukan moral, penyimpangan akhlak dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman sebelum diutusnya para Nabi dan Rasul sama dengan zaman primitif. Dikatakan primitif karena manusia masih dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan kepada yang magis. Pada saat itu, manusia masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum pada akhirnya sebagian dari mereka beralih kepada kepercayaan monotheisme, dengan menyembah kepada

24

Tuhan Yang Maha Esa setelah para Nabi dan Rasul datang membawa risalah atau ajarannya.

Jika kita melihat kepada sejarah masa lalu, maka akan dapat terbukti bahwa pada masa sebelum kedatangan para Nabi dan Rasul, manusia masih berada pada pola keyakinan yang terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan yang ada di alam ini. Sebagai contoh yaitu kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pada masa Ibrahim as, yakni kepercayaan kepada berhala. Selain kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama yang ada pada masa Ibrahim as, di wilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari. Kepercayaan yang berkembang pada masa Ibrahim ini, penyembahan berhala, bintang-bintang, bulan, dan matahari. Selain itu, pada masa jahiliyah jazirah Arab (sebagaimana peradaban lainnya) masih dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan, fenomena alam, dan benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan bulan seperti yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Namun demikian ada diantara mereka yang masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah yang disebut kaum Ahnaf, (literal orang-orang yang lurus). Paham yang mereka anut adalah monotheisme karena rata-rata mereka mengikuti ajaran Ya‟kubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian mengikuti paham Nestorian yang menuhankan Yesus (di wilayah Hirah). (Irene Handono, 2003 ; 38).

25

Secara umum, di Jazirah Arab, paham monoteisme bukanlah hal sangat baru. Maka disini kita melihat bahwa faktor keluarga masih berperan dominan dalam penjagaan ajaran tauhid. Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga Ahnaf yang memegang tradisi Ibrahim. Satu hal yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para Ahnaf adalah penyembahan kepada Allah swt saja.

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kenabian merupakan jembatan dari masa transisional, dari masa primitif kepada masa rasioner maka akhir dari masa transisional tersebut adalah pada masa Nabi Muhammad saw, sehingga setelah masa tersebut, lambat laun manusia sudah meninggalkan kepercayaan yang primitif berganti dengan masa rasioner, dimana manusia sepenuhnya menggunakan rasio atau akal mereka dalam segala aspek kehidupan. Dan setelah berakhirnya masa transisional, maka berakhirlah pula masa kenabian. Oleh karena itu, saat ini kehadiran Nabi sebagai penuntun ataupun penunjuk tidak dibutuhkan lagi karena manusia sudah berada pada masa rasioner, manusia sudah dapat menggunakan akal mereka sepenuhnya dalam segala hal sehingga mereka dapat mengetahui mana yang seharusnya disembah dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dijalankan ataupun ditinggalkan.

26 1. Pengertian Nabi dan Rasul

Menurut bahasa, Nabi berasal dari kata (

أبٔأٚ أّبٔ

) yang berarti mengabarkan, Atau juga berasal dari kata (

ببٔ

)yang berarti tinggi dan naik. Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata Rasul secara bahasa berasal dari kata Irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan.

( Amin Syukur, 2006:70 ).

Nabi dalam pengertian ini sama dengan pengertian Rasul. Namun ada yang membedakannya bahwa Rasul ialah manusia pilihan Allah yang mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Sedangkan Nabi menerima wahyu akan tetapi tidak diwajibkan menyampaikan kepada umatnya. Dan ada yang menyatakan lain bahwa Rasul ini membawa syari‟at (aturan baru), sedangkan Nabi tidak. ( Amin Syukur, 2006 :70 ).

Menurut pendapat dari Abdul Akhir Hammad Al-Ghunaimi diambil dari buku Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahwasanya Nabi itu adalah, manusia yang menyampaikan apa yang diwahyukan Allah kepadanya, namun ia tidak diutus Allah kepada kaum kafir tertentu, untuk mengeluarkan mereka dari kekufuran dan kemunafikan. Adapun Rasul, yaitu orang laki-laki merdeka yang diberikan wahyu oleh Allah

27

dan diutus kepada satu kaum kafir tertentu untuk mengajak mereka kepada tauhid.

Setiap muslim wajib mengimani adanya para Nabi secara keseluruhan, baik yang namanya disebutkan dalam Al-qur‟an maupun yang tidak disebutkan. Adapun para Nabi yang namanya tidak disebutkan dalam Al-qur‟an, setiap muslim wajib percaya dan beriman bahwasannya ada Nabi-Nabi selain mereka yang 25 itu.

Di antara hikmah Allah swt, terhadap generasi sebelum kita, Dia mengutus seorang rasul sebagai pemberi peringatan. Karena bagian dari keadilan Allah, Dia tidak akan menyiksa seorang pun diantara makhluk-Nya, kecuali setelah disampaikan dakwah kepada mereka. Karena itulah hujjah (alasan pembenar) bagi Allah untuk memberikan balasan, baik pahala maupun hukuman bagi para hamba-Nya. (http:// jumlah nabi dan rasul.com 10/02/2016). Allah berfirman:

(QS. Al-Isra: 15).

ًلَُٛصَس َذَعْبَٔ َّٝخَد َٓ١ِبِّزَعُِ بَُّٕو بََِٚ

“Aku tidak akan memberi siksaan, sampai Aku mengutus seorang rasul.” ( Depag RI, 2002 : 284 ).

Karena itulah, dalam sejarah manusia, jumlah Nabi dan Rasul yang telah Allah utus sangat banyak.

Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi Muhammad saw: “Berapa jumlah persis para Nabi.” Beliau menjawab:

28

َشَشَع َتَضَّْخَٚ ٍتَئبِِ ُد َلََر َهٌَِر ِِْٓ ًُُصُّشٌا بًفٌَْأ َُْٚشْشِعَٚ ٌتَعَبْسَأَٚ ٍؿٌَْأ ُتَئبِِ

اًش١ِفَؼ بًَّّج

Jumlah para Nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah Rasul. Banyak sekali.” HR. Baihaqi dalam kitab Syu‟abul Iman no. 129 dan dishahihkan al-Albani dalam al–Misykah 5737).

Dari keterangan diatas bisa kita simpulkan jumlah Nabi 124.000 orang dan diatara mereka berjumlah 315 orang adalah Rasul. (Umar Sulaiman al-Asyqar, 2000:16 ).

Para Nabi dan Rasul yang suci ini, mempunyai derajat atau tingkatan yang berbeda. Ada 4 orang Rasul yang diberi kitab suci, yaitu Nabi Musa as, Nabi Daud as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad saw. Masing-masing dengan kitabnya Taurat, Zabur, Injil dan Al-qur‟an.

Di antara ke-25 Nabi yang wajib diamini setiap muslim terdapat lima nama dengan status Ulul „Azmi atau yang diunggulkan karena dianggap telah menghadapi tantangan besar dalam perjuangan sebagai Nabi, Yaitu Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as dan Muhammad saw. ( Ash Shabuni, 2001 : 158 )

Secara etimologis Ulul Azmi berasal dari kata dua suku kata Ulu dan Azmi. Ulu mempunyai arti yang empunya (untuk bentuk jamak) serta Azmi berasal dari kata Azama yang mempunyai arti keteguhan hati. Ulul „Azmi artinya adalah orang-orang yang mempunyai keteguhan hati. Maksudnya telah mempunyai keteguhan hati dalam

29

menyampaikan wahyu Allah kepada umat mereka masing-masing, sekalipun mendapatkan perlawanan dan berbagai reaksi hebat dari musuh-musuhnya. (Humaidi Tatapangarsa,1990 : 134).

Ulu al-Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para Rasul yang memiliki kedudukan tinggi/ istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam menyebarkan agama. Hanya lima Rasul yang mendapatkan julukan ini, dari beberapa Rasul yang telah diutus oleh Allah. Gelar ini adalah gelar tertinggi/istimewa ditingkat para Nabi dan Rasul.

Ada beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk mendapatkan gelar ini, diantara lain adalah: http// pendidikan-agama-tentang-ulul-azmi.html.

a. Memiliki kesabaran yang tinggi ketika berdakwah.

b. Senantiasa memohon kepada Allah swt, agar tidak menurunkan azab kepada kaumnya.

c. Senantiasa berdoa agar Allah swt memberi hidayah kepada kaum mereka.

Tentang gelar ini telah dijelaskan pada Al-qur‟an Surah Al-ahqaf ayat 35.

30

ََْْٚشَ٠ َََْٛ٠ ََُُّْٙٔأَو ۚ ٌَُُْٙ ًِْجْعَخْضَح َلََٚ ًُِصُّشٌا َِِٓ َِْزَعٌْا ٌُُٛٚأ َشَبَص بََّو ْشِبْصبَـ

َُْٛمِصبَفٌْا ََُْٛمٌْا َّلَِإ ُهٍَُْٙ٠ ًََْٙـ ۚ ٌغ َلََب ۚ ٍسبََٙٔ ِِْٓ ًتَعبَص َّلَِإ اُٛزَبٍَْ٠ ٌَُْ َُْٚذَعُٛ٠ بَِ

Artinya ; Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Depag RI, 2002; 507).

Nabi Nuh as, merupakan salah satu dari kelima Nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, Nabi Nuh terkenal sebagai Nabi yang penyabar, juga memiliki misi yang kuat untuk menyampaikan agama yang benar menurut Allah swt. Usianya yang hampir 1000 tahun ia gunakan untuk berdakwah dan pengikutnya hanya 200 saja, bahkan Istrinya sendiri dan Kan‟an (Anaknya) menentang ajarannya tersebut. Di masyarakatnya Nuh dianggap Gila, suatu hari Nuh mengingatkan masyarakat jika akan ada Banjir besar dan mereka tidak mempercayainya. Sebagai Azab masyarakat yang sombong dan atas izin Allah swt, datang banjir besar dan ditenggelamkanlah semua dengan gelombang air bah dan hancurlah semuanya kecuali Nabi Nuh dan Pengikutnya yang beriman.

2. Perbedaan Nabi dan Rasul

Pada prinsipnya tujuan diutusnya Rasul ialah menyampaikan risalah Allah dan memberi bimbingan kepada ummat-Nya untuk menuju jalan yang lurus.( Amin Syukur, 2006 : 71).

31

Karena tugasnya menyampaikan risalah maka fungsi malaikat hanya menyampaikan berita dari Allah kepada mereka. Sedang penyampaian ajaran kepada manusia dan untuk melakukan pembangunan nilai-nilai di tengah-tengah kehidupan manusia mesti dari manusia juga, dan bahkan dari bangsanya sendiri, dengan menggunakan bahasa kaumnya sebagai media komunikasi agar mudah dipahami dan dipatuhi seperti di dalam firman Allah: ( QS. Ibrahim ayat 4)

َضٍِِب َّلَِإ ٍيُٛصَس ِِْٓ بٍََْٕصْسَأ بََِٚ

ُءبَشَ٠ َِْٓ ُ َّاللَّ ًُِّضُ١َـ ۖ ٌَُُْٙ َِّٓ١َبُ١ٌِ َِِِْٗٛل ِْب

ُُ١ِىَذٌْا ُز٠ِزَعٌْا ََُٛ٘ٚ ۚ ُءبَشَ٠ َِْٓ ِٞذَْٙ٠َٚ

Artinya : Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” ( Depag

RI, 2002 : 256 )

Ajaran yang disampaikan oleh para Rasul sejak Nabi Adam as, sampai dengan Nabi Muhammad saw. pada prinsipnya sama yakni ajaran tauhid, mengesakan Allah swt secara mutlak, oleh karena itulah Al-qur‟an menyatakan bahwa Nabi atau Rasul terdahulu itu juga muslim, “(Nuh berkata):

32

ُُْخْ١ٌَََّٛح ِْْئَـ

َِِٓ َُْٛوَأ َْْأ ُثْشُِِأَٚ ۖ ِ َّاللَّ ٍََٝع َّلَِإ َِٞشْجَأ ِْْإ ۖ ٍشْجَأ ِِْٓ ُُْىُخٌَْأَص بََّـ

َٓ١ٍِِّْضٌُّْا

Artinya „ Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (Islam) kepada-Nya”.( Depag RI, 2002 : 218 )

Adapun perbedaan antara keduanya adalah : ( Saifudin, 2006 :7 )

a. Kenabian adalah syarat kerasulan maka tidak bisa menjadi Rasul orang yang bukan Nabi. Kenabian lebih umum dari kerasulan. Setiap Rasul pasti Nabi, tetapi tidak setiap Nabi adalah Rasul.

b. Rasul membawa risalah kepada orang yang tidak mengerti tentang agama dan Syari‟at Allah, atau kepada kaum yang telah mengubah Syari‟at dan agama, untuk mengajari mereka atau mengembalikan mereka ke dalam Syari‟at Allah. Dia adalah hakim bagi mereka. Sedangkan Nabi diutus dengan dakwah kepada Syari‟at Nabi/Rasul sebelumnya.

Adapun perbedaan Nabi dan Rasul secara umum antara lain : ( Saifudin, 2006 : 8 )

Nabi

a) Seorang Nabi menerima wahyu dari Allah swt untuk dirinya sendiri.

33

b) Bertugas melanjutkan atau menguatkan syariat dari Rasul sebelum Nabi tersebut.

c) Nabi diutus kepada kaum yang sudah beriman. d) Nabi yang pertama adalah Nabi Adamas.

e) Jumlah Nabi sangat banyak bahkan sampai Ratusan Ribu. f) Setiap Rasul adalah Nabi namun tidak setiap Nabi adalah

Rasul.

g) Nabi hanya mendapatkan wahyu melalui mimpi. h) Ada Nabi yang dibunuh oleh kaumnya.

Rasul

a) Rasul menerima wahyu dari Allah guna disampaikan kepada segenap umatnya.

b) Diutus dengan membawa Syariat yang baru.

c) Rasul diutus kepada kaum yang belum beriman (kafir). d) Rasul yang pertama kali adalah Nuh as..

e) Jumlah Rasul lebih sedikit dibanding dengan Nabi. f) Setiap Rasul adalah Nabi.

g) Rasul dapat menerima wahyu melalui mimpi maupun melalui malaikat dan ia dapat melihat serta berkomunikasi secara langsung dengan malaikat.

h) Seluruh Rasul yang diutus Allah swt selamatkan dari percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya.

34

Sedangkan menurut Ibnu Abil „Izz al Hanafi, Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah bahwa orang yang diberikan perintah (wahyu) dari Allah swt. Jika dia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang lain maka dia disebut sebagai seorang Nabi dan Rasul sedangkan jika dia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain maka dia adalah seorang Nabi dan Bukan seorang Rasul. Karena setiap Rasul merupakan Nabi namun tidak setiap Nabi merupakan seorang Rasul. (Syarh ath Thahawiyah fii „Aqidah as Salaf hal 296)

Sedangkan menurut Syeikh „Athiyah Saqar, Nabi merupakan seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah swt. Kepadanya untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan Rasul merupakan seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah swt, untuk diamalkandan dia juga diperintahkan untuk menyampaikannya kepada segenap umatnya. Seorang Rasul merupakan Nabi namun tidak semua Nabi merupakan seorang Rasul. Berikut ayat yang menggambarkan sifat kenabian dan kerasulan (dalam diri Muhammad saw):

(QS. Al Ahzab : 40).

َٓ١ِّ١ِبٌَّٕا ََُحبَخَٚ ِ َّاللَّ َيُٛصَّس ِٓىٌََٚ ُُْىٌِبَجِّس ِِّٓ ٍذَدَأ بَبَأ ٌذََّّذُِ َْبَو بَِّ

بًّ١ٍَِع ٍءَْٟش ًُِّىِب ُ َّاللَّ َْبَوَٚ

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup

nabi-35

nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Depag RI, 2002; 424)

(QS. Al Ahzab : 45).

اًش٠ِزََٔٚ اًشِّشَبَُِٚ اًذِ٘بَش َنبٍََْٕصْسَأ بَِّٔإ ُِّٟبٌَّٕا بَُّٙ٠َأ بَ٠

“Hai Nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan

pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (Depag RI, 2002; 425).

3. Fungsi Kenabian ( Nubuwah )

Nubuwah adalah anugrah Ilahi dan pilihan khusus oleh Allah Yang Maha Tinggi, Maha Kuasa bagi makhluk yang dikehendakinya.Nubuwah tidak dapat diperoleh dengan kerja keras atau dengan usaha dan jerih payah, atau dengan ketaatan dan banyak melakukan ibadah kepada Allah swt. Tidak ada yang dapat memperoleh nubuwah kecuali orang-orang yang memang layak untuk mengebamnya, sebab nubuwah merupakan beban yang berat. Nubuwah tidak juga diwariskan atau melalui cara merampas dan menguasai.

Para Nabi dan Rasul merupakan manusia pilihan dari hamba-hamba Allah. Allah swt, telah memuliakan para Nabi dan Rasul dengan nubuwah. Allah swt, memilih mereka untuk menjadi perantara antara Tuhan dengan hamba-hambanya, menyampaikan perintah Allah, memperingatkan agar manusia terhindar dari murka dan

36

siksanya serta memberi petunjuk kepada hal-hal yang akan membahagiakan manusia di dunia dan ahirat.

Nabi diutus Allah untuk mencegah kejahatan dan menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang shaleh. (Fazlur Rahman,1996 :119).

Manusia membutuhkan Rasul sebagaimana manusia membutuhkan agama atau wahyu, sebab agama atau wahyu itulah yang dibawa oleh seorang Rasul. Dibutuhkannya Rasul oleh manusia terutama disebabkan karena kelemahan akal manusia dalam memecahkan problema-problema tertentu yang dihadapi dalam hidupnya.

Wahyu bukan sekedar kata-kata atau magis, melainkan berisi hukum dan undang-undang yang mengatur semua tatanan hidup manusia, mulai dari masalah yang paling kecil hingga yang paling besar. Agama datang dari Tuhan sedangkan Tuhan tidak menampakkan dirinya secara langsung, maka dibutuhkan seorang Nabi.

Fungsi Nabi adalah menyampaikan semua kemauan, perintah dan aturan syariah, undang-undang dari Tuhan kepada umat manusia. Seorang Nabi tidak diberi wewenang untuk menciptakan ajaran sendiri. Seorang Nabi mendapat wahyu dari Tuhan serta mendapatkan penjagaan dan pemeliharaan agar tidak melakukan kesalahan. Fungsi Nabi dijadikan suri tauladan, contoh hidup yang nyata, dan model untuk bisa ditiru oleh manusia.

37

(http : era muslim.com 10/2017/09.00).

Wahyu atau agama tidak dapat diterima langsung oleh sembarang manusia, sebab untuk itu diperlukan kualitas spiritual yang tidak dimiliki oleh kebanyakan manusia. Maka diperlukanlah manusia istimewa yang berfungsi sebagai perantara atau penghubung antara alam manusia dengan kehendak-kehendak Tuhan. Selanjutnya lewat da‟i inilah wahyu atau agama Allah itu disampaikan kepada umat manusia. Manusia istimewa yang berfungsi sebagai perantara atau penghubung itulah yang disebut Rasul.

Fungsi kenabian ini yang suatu keharusan karena pada dasarnya manusia adalah umat yang satu. Manusia semula berada dalam kebenaran dan agama yang suci, namun kemudian mereka berselisih, merusak bumi ini, mereka menyimpang dari jalan yang lurus, maka Allah swt, mengutus kepada para Nabi.

Allah swt, telah menjadikan para Nabi sebagai penyelamat bagi kaumnya dari gelapnya kebodohan dan kesesatan. Allah swt, menerangkan diutusnya para Rasul dalam firmannya sebagai berikut : ( Qs. An Nisa‟ : 165 ).

َّلََئٌِ َٓ٠ِسِزَُِْٕٚ َٓ٠ِشِّشَبُِ ًلَُصُس

ۚ ًُِصُّشٌا َذْعَب ٌتَّجُد ِ َّاللَّ ٍََٝع ِسبٌٍَِّٕ َُْٛىَ٠

بًّ١ِىَد اًز٠ِزَع ُ َّاللَّ َْبَوَٚ

Artinya “Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.

38

Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. ( Depag RI, 2002 : 104 )

Para Nabi telah mengeluarkan umat manusia dari kesesatan kepada petunjuk yang benar atau hidayah. Misi para Nabi adalah menyelamatkan umat-umat dari cengkeraman syirik ( menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain ) dan keberhalaan, mensucikan masyarakat dari kotornya kerusakan moral dan disintegrasi, anarki dan kekacauan.

39 B. KATA NUH DALAM Al QUR’AN

Dalam Al-qur‟an, kata NUH terdapat dalam beberapa surat sebagai berikut : ( Ali Audah,1991: 481- 482 ).

1. Kata NUH (

حٛٔ

), dengan huruf ha (

ح

) berharakat fathah -

بًدُٛٔ

(nuhan).

Terdapat dalam surat dan ayat sebagai berikut :

NO SURAT AYAT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 ( Ali-Imron ) 6 ( Al-An‟am) 7 ( Al-A‟raf ) 11 ( Huud ) 21 ( Al-Anbiya) 23 ( Al-Mukminuun) 29 ( Al-Ankabut ) 42 ( As-Syuura ) 57 ( Al-Hadid ) 71 ( Nuh ) 33 84 59 25 76 23 14 13 25 1

40

2. Kata NUH (

حٛٔ

), dengan huruf ha (

ح

) berharakat kasrah-

ٍحُٛٔ

(

nuhin )

Terdapat dalam surat dan ayat berikut :

NO SURAT AYAT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 4 ( An-Nisa‟ ) 7 ( Al-A‟raf ) 9 ( At-Taubah ) 10 ( Yunus ) 11 ( Huud ) 14 ( Ibrahim ) 17 ( Al-Isra‟ ) 19 ( Maryam ) 22 ( Al-Hajj ) 25 ( Al-Furqon ) 26 ( Asy-Syu‟ara ) 33 ( Al-Ahzab ) 37 ( Ash-Shaffaat) 38 ( Shaad ) 40 ( Al-Mukmin ) 50 ( Qaaf ) 51 ( Adz-Dzariyat ) 53 ( An-Najm ) 163 69 70 71 36 & 89 9 3 & 17 58 42 37 105 7 79 12 5 & 31 12 46 52

41 19. 20. 54 ( Al-Qomar ) 66 ( At-Tamrin ) 9 10

3. Kata NUH (

حٛٔ

), dengan huruf ha (

ح

) berharakat dhomah -

ٌحُٛٔ

(

nuhun )

Terdapat dalam surat dan ayat berikut :

NO SURAT AYAT 1. 2. 3. 4. 11 ( Huud ) 26 ( Asy-Syu‟ara ) 37 ( Ash-Shaffaat ) 71 ( Nuh ) 32, 42, 45, 46 & 48 106 & 116 75 21 & 26

42 C. Unsur-Unsur Pendidikan

Diantara unsur-usur pendidikan adalah: ( Tamalene, 2011:17). 1. Tujuan

Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Materi

Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.

43 3. Pendidik

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.

Pendidik memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan dan mendidik kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pendidik memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agen of change melalui proses pembelajaran. Oleh kareana itu , dengan adanya sertifikasi diharapkan pendidik agar dapat lebih berperan aktif, efektif dan professional.

4. Peserta didik

Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

5. Metode

Menurut Poerwadarminta (1999:767). Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu

44

maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6. Media

Media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru profesional, bidang ini telah berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan ilmu, teknologi dan perubahan sikap masyarakat, maka telah ditafsirkan secara lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula serta memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan di sekolah.

7. Institusi

Pendidikan informal merupakan pendidikan dimana hubungan peserta didik dengan pendidik adalah anak dan orang tua. Atupun pada pendidikan dari kakak terhadap adiknya. Pendidikan ini merupakan dasar atau basis dari peserta didik untuk mengembangkan karakternya pada pendidikan yang selanjutnya.

8. Lingkungan

Setiap manusia pasti memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi manusia dengan lingkungannya.

45

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang memberikan pengaruh terhadap perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan pendidikan merupakan latar tempat berlangsungnya pendidikan (Indrakusuma, 1978;12 ).

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardja (2000;45) adalah untuk membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik/sosial/budaya) dan mengajarkan tingkah laku umum serta menyeleksi atau mempersiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu.

9. Proses

Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menetukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan.

Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas penglolaannya. Kedua segi

Dokumen terkait