• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kanker Payudara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kanker Payudara"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KANKER PAYUDARA

Oleh :

DINA APRILLIA ARIESTINE

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK

(2)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 1

EPIDEMIOLOGI ... 1

FAKTOR RISIKO ... 1

GENETIKA ... 2

PATOLOGI ... 2

SKRINING MAMOGRAM ... 3

MRI ... 4

GEJALA KLINIK ... 4

DIAGNOSIS ... 5

STAGING SISTEM TNM ... 6

BERDASARKAN AJCC ... 10

FAKTOR PROGNOSTIK ... 10

KEMOPREVENSI ... 12

PENATALAKSANAAN LESI RISIKO TINGGI ... 12

KANKER PAYUDARA NON-INVASIF ... 12

KANKER PAYUDARA INVASIF ... 13

KANKER PAYUDARA LOKAL LANJUT DAN KANKER PAYUDARA INFLAMASI ... 15

KANKER PAYUDARA METASTASE ... 16

KANKER PAYUDARA REKURENS ... 18

KANKER PAYUDARA PADA KEHAMILAN ... 18

KANKER PAYUDARA PADA PRIA ... 19

(3)

PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di

Amerika Utara dan menjadi penyebab kematian nomor dua setelah kanker paru-paru.1

Perkembangan skrining kanker payudara dan peningkatan pengobatan lokal-regional dini

(pembedahan dan iradiasi) dan terapi sistemik ajuvan (kemoterapi, terapi antiestrogen, atau

trastuzumab) telah dihubungkan dengan penurunan mortalitas yang nyata. Munculnya

rekurensi dan komplikasi jangka panjang pada kanker payudara harus dikenali dan diatasi

dengan tepat.2

EPIDEMIOLOGI

Insidens kanker payudara meningkat menurut umur, namun melambat setelah

menopause.1 Di Amerika Serikat, pada tahun 2007 diperkirakan lebih dari 200.000 wanita

didiagnosis dengan kanker payudara invasif.2 Di Indonesia, insidens kanker payudara tidak

diketahui secara pasti.

FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA

Faktor risiko wanita mendapat kanker payudara antara lain:1

- Riwayat kanker payudara

- Mutasi BRCA1 atau BRCA2

- Peningkatan umur

- Menars

- Menopause terlambat

- Nulipara

- Melahirkan anak pertama setelah umur 30 tahun

- Atypical lobular hyperplasia atau atypical ductal hyperplasia

- Biopsi payudara sebelumnya

- Terapi hormon estrogen post menopause jangka panjang

- Ekspos terhadap radiasi ion

(4)

GENETIKA

Sekitar 5-10% wanita dengan kanker payudara mengalami mutasi gen BRCA1

(kromosom 17q21) atau BRCA2 (kromosom 13q12-13q13), yang bertanggung jawab untuk

90% kanker payudara. Mutasi ini umumnya terjadi pada wanita keturunan Yahudi Ashkenazi.

Mutasi kedua gen juga dapat meningkatkan risiko seumur hidup untuk mendapat kanker

ovarium sebanyak 20-40%.1

Indikasi dilakukan tes genetik (Myriad Genetics) pada pasien kanker payudara

dan/atau kanker ovarium adalah sebagai berikut:

- Ada 2 atau lebih anggota keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker

ovarium pada usia kurang dari 50 tahun

- Menderita kanker payudara dan/atau kanker ovarium pada usia yang sangat muda

- Diketahui terjadi mutasi gen BRCA1 atau BRCA pada anggota keluarga

- Didiagnosis dengan kanker payudara dan ovarium sekaligus pada pasien yang sama

- 1 atau lebih anggota keluarga berusia kurang dari 50 tahun didiagnosis dengan kanker

payudara dan keturunan Yahudi Ashkenazi

- Pasien dengan kanker ovarium keturunan Yahudi Ashkenazi

Jika hasil tes positif, pasien memiliki pilihan terapi:

- Skrining dengan mamogram atau magnetic resonance imaging (MRI)

- Kemoprevensi dengan tamoxifen

- Mastektomi profilaksis bilateral, yang dapat mencegah kanker payudara dari 90

menjadi 100%

- Ooforektomi profilaksis dapat mengurangi kanker payudara sampai 50%

PATOLOGI

Sebanyak 80% kanker payudara merupakan invasive ductal carcinoma. Klasifikasi

patologi kanker payudara meliputi:1,4

- Carcinoma, NOS (not otherwise specified)

- Ductal

Intraductal (DCIS)

Invasive dengan predominant intraductal component

Invasive, NOS

(5)

Comedo

Inflammatory

Medullary dengan infiltrasi limfosit

Mucinous (colloid)

Invasive dengan predominant in situ component

Invasive

- Nipple

Paget disease, NOS

Paget disease dengan intraductal carcinoma

Paget disease dengan invasive ductal carcinoma

- Lain-lain

Undifferentiated carcinoma

Di bawah ini merupakan sub tipe tumor yang muncul pada payudara, tapi bukan sejenis

kanker payudara:

- Cystosarcoma phyllodes

- Angiosarcoma

- Primary lymphoma

Di bawah ini merupakan lesi risiko tinggi yang diketahui bisa muncul menjadi kanker

payudara:

- Atypical ductal hyperplasia (ADH)

- Lobular carcinoma in situ (LCIS) atau lobular neoplasia

SKRINING KANKER PAYUDARA

MAMOGRAM

Skrining mamografi secara berkala dapat mendiagnosis kanker payudara pada

stadium awa l dan dapat menurunkan mortalitas pada wanita berumur di atas 50 tahun

(6)

sebanyak 25-30%. National Cancer Institute merekomendasikan mamografi tahunan pada

wanita berusia 40 tahun ke atas.1

MRI PAYUDARA

MRI lebih superior dibandingkan dengan mamogram dan ultrasonografi (USG) pada

wanita muda dengan risiko tinggi mendapat kanker payudara dan/atau wanita dengan mutasi

gen BRCA1 atau BRCA2.1

Pada wanita dengan keluarga yang memiliki risiko tinggi, terutama mutasi BRCA1

dan BRCA2, dianjurkan untuk skrining mamografi sejak umur 25 tahun, atau 5 tahun lebih

cepat dari umur anggota keluarga lain yang didiagnosis dengan kanker payudara pada usia

lebih muda.1

Pada tahun 2003, American Cancer Society telah memperbaharui guidelines untuk

deteksi dini kanker payudara. Rekomendasi ditujukan untuk skrining mamografi,

pemeriksaan fisik, skrining pada wanita yang lebih tua dan wanita dengan komorbid, skrining

pada wanita risiko tinggi dan teknologi skrining terbaru.3

GEJALA KLINIK

(7)

Gejala klinik antara lain payudara yang bengkak, perubahan pada kulit atau penebalan

kulit, peau d’orange, kulit dimpling, puting inversi atau berkerak (Paget disease), keluar

cairan dari puting unilateral, dan lainnya. Pasien juga dapat muncul dengan tanda dan gejala

metastase.1

DIAGNOSIS

Diagnosis kanker payudara meliputi:1

- Anamnesa dan pemeriksaan fisik

- Mamogram bilateral (akurasi 80-90%)

- Biopsi

Jika ada massa harus dilakukan biopsi, meskipun hasil mamogram negatif. Metoda

standar pemeriksaan biopsi adalah aspirasi jarum halus, biopsi core-needle, biopsi

insisi atau eksisi. Pilihan untuk lesi yang tidak dapat dipalpasi: biopsi core-needle

yang dipandu USG, biopsi core-needle stereotaktik dengan lokalisasi berdasarkan

mamografi, lokalisasi jarum dengan mamografi diikuti dengan eksisi bedah, biopsi

yang dipandu MRI.

- Pemeriksaan laboratorium

Darah lengkap, fungsi hati, dan alkali fosfatase. Pemeriksaan rutin penanda tumor

untuk kanker payudara seperti CA 27:29 atau 15:3 tidak direkomendasikan, namun

telah secara luas digunakan.

- Pemeriksaan patologi untuk mengetahui histologi dan diagnosis (invasive versus in

situ), derajat patologi tumor, batas keterlibatan tumor, pemeriksaan khusus seperti

status estrogen receptor/progesterone receptor (ER/PR), status human epidermal

growth factor receptor 2 (HER2/neu), dan indeks proliferasi (seperti indeks mitotik,

Ki-67, atau fase S). Status HER2/neu diketahui dengan pemeriksaan imunohistokimia

(IHC) dan jika hasilnya 3+, artinya positif. Jika hasilnya 2+ (indeterminate), harus

dilakukan fluorescent in situ hybridization (FISH) untuk amplifikasi gen.

- Pemeriksaan radiologi dilakukan jika pada saat awal ditemukan ada riwayat dan ada

kelainan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah: computerized tomography

(CT) scan toraks dan abdomen, CT atau MRI otak, scan tulang, foto toraks.

STAGING KANKER PAYUDARA

(8)

SISTEM TNM

Definisi untuk klasifikasi tumor primer (T) sama untuk klasifikasi klinik dan

patologik. Jika pengukuran berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksa akan menggunakan

pembagian utama T1, T2 atau T3. Jika menggunakan pengukuran lain, seperti mamografi

atau pengukuran patologik, dapat menggunakan pembagian T1.1,4,5,6

Primary tumor (T)

TX : Primary tumor cannot be assessed

T0 : No evidence of primary tumor

Tis : Intraductal carcinoma, lobular carcinoma in situ, or Paget disease

of the nipple with no associated invasion of normal breast tissue

Tis (DCIS) : Ductal carcinoma in situ

Tis (LCIS) : Lobular carcinoma in situ

Tis (Paget) : Paget disease of the nipple with no tumor

[Note: Paget disease associated with a tumor is classified according to the size of the

tumor.]

T1 : Tumor not larger than 2.0 cm in greatest dimension

T1mic : Microinvasion not larger than 0.1 cm in greatest dimension

T1a : Tumor larger than 0.1 cm but not larger than 0.5 cm in greatest

only as described below

T4a : Extension to chest wall, not including pectoralis muscle

T4b : Edema (including peau d’orange) or ulceration of the skin of the

breast, or satellite skin nodules confined to the same breast

(9)

T4c : Both T4a and T4b

T4d : Inflammatory carcinoma

Regional lymph nodes (N)

NX : Regional lymph nodes cannot be assessed (e.g., previously

removed)

N0 : No regional lymph node metastasis

N1 : Metastasis to movable ipsilateral axillary lymph node(s)

N2 : Metastasis to ipsilateral axillary lymph node(s) fixed or matted, or

in clinically apparent* ipsilateral internal mammary nodes in the

absence of clinically evident lymph node metastasis

N2a : Metastasis in ipsilateral axillary lymph nodes fixed to one another

(matted) or to other structures

N2b : Metastasis only in clinically apparent* ipsilateral internal

mammary nodes and in the absence of clinically evident axillary

lymph node metastasis

N3 : Metastasis in ipsilateral infraclavicular lymph node(s) with or

without axillary lymph node involvement, or in clinically apparent*

ipsilateral internal mammary lymph node(s) and in the presence of

clinically evident axillary lymph node metastasis; or, metastasis in

ipsilateral supraclavicular lymph node(s) with or without axillary

or internal mammary lymph node involvement

N3a : Metastasis in ipsilateral infraclavicular lymph node(s)

N3b : Metastasis in ipsilateral internal mammary lymph node(s) and

axillary lymph node(s)

N3c : Metastasis in ipsilateral supraclavicular lymph node(s)

* [Note: Clinically apparent is defined as detected by imaging studies (excluding

lymphoscintigraphy) or by clinical examination or grossly visible pathologically.]

Pathologic classification (pN)*

pNX : Regional lymph nodes cannot be assessed (e.g., not removed for

pathologic study or previously removed)

(10)

pN0 : No regional lymph node metastasis histologically, and no

additional examination for isolated tumor cells (ITC)

[Note: ITCs are defined as single tumor cells or small cell clusters not larger than 0.2

mm, usually detected only by immunohistochemical (IHC) or molecular methods but

that may be verified on hematoloxylin & eosin (H&E) stains. ITCs do not usually

show evidence of malignant activity, e.g., proliferation or stromal reaction.]

pN0(i-) : No regional lymph node metastasis histologically, negative IHC

pN0(i+) : No regional lymph node metastasis histologically, positive IHC,

and no IHC cluster larger than 0.2 mm

pN0(mol-) : No regional lymph node metastasis histologically, and negative

molecular findings (RT-PCR)**

pN0(mol+) : No regionally lymph node metastasis histologically, and positive

molecular findings (RT-PCR)**

* [Note: Classification is based on axillary lymph node dissection with or without

sentinel lymph node (SLN) dissection. Classification based solely on SLN dissection

without subsequent axillary lymph node dissection is designated (sn) for sentinel

node, e.g., pN0(I+) (sn).]

** [Note: RT-PCR: reverse transcriptase-polymerase chain reaction.]

pN1 : Metastasis in one to three axillary lymph nodes, and/or in internal

mammary nodes with microscopic disease detected by SLN

dissection but not clinically apparent**

pN1mi : Micrometastasis (larger than 0.2 mm but not larger than 2.0 mm)

pN1a : Metastasis in one to three axillary lymph nodes

pN1b : Metastasis in internal mammary nodes with microscopic disease

detected by SLN dissection but not clinically apparent**

pN1c : Metastasis in one to three axillary lymph nodes and in internal

mammary lymph nodes with microscopic disease detected by SLN

dissection but not clinically apparent** (If associated with more

than three positive axillary lymph nodes, the internal mammary

nodes are classified as pN3b to reflect increased tumor burden.)

pN2 : Metastasis in four to nine axillary lymph nodes, or in clinically

apparent ** internal mammary lymph nodes in the absence of

axillary lymph node metastasis to ipsilateral axillary lymph node(s)

(11)

fixed to each other or to other structures

pN2a : Metastasis in four to nine axillary lymph nodes (at least one tumor

deposit larger than 2.0 mm)

pN2b : Metastasis in clinically apparent* internal mammary lymph nodes

in the absence of axillary lymph node metastasis

pN3 : Metastasis in ten or more axillary lymph nodes, or in

infraclavicular lymph nodes, or in clinically apparent* ipsilateral

internal mammary lymph node(s) in the presence of one or more

positive axillary lymph node(s); or, in more than three axillary

lymph nodes with clinically negative microscopic metastasis in

internal mammary lymph nodes; or, in ipsilateral supraclavicular

lymph nodes

pN3a : Metastasis in ten or more axillary lymph nodes (at least one tumor

deposit larger than 2.0 mm); or, metastasis to the infraclavicular

lymph nodes

pN3b : Metastasis in clinically apparent* ipsilateral internal mammary

lymph nodes in the presence of one or more positive axillary lymph

node(s); or, in more than three axillary lymph nodes and in

internal mammary lymph nodes with microscopic disease detected

by sentinel lymph node dissection but not clinically apparent**

pN3c : Metastasis in ipsilateral supraclavicular lymph nodes

* [Note: Clinically apparent is defined as detected by imaging studies (excluding

lymphoscintigraphy) or by clinical examination.]

** [Note: Not clinically apparent is defined as not detected by imaging studies

(excluding lymphoscintigraphy) or by clinical examination.]

Distant metastasis (M)

MX : Presence of distant metastasis cannot be assessed

M0 : No distant metastasis

M1 : Distant metastasis

STAGING BERDASARKAN AMERICAN JOINT COMMITTEE ON CANCER (AJCC)4,5,6

(12)

Stage 0 Tis, N0, M0

* [Note: T1 includes T1mic.]

** [Note: Stage IIIC breast cancer includes patients with any T stage who

have pN3 disease. Patients with pN3a and pN3b disease are considered

operable and are managed as described in the section on stage I, II, IIIA, and

operable IIIC breast cancer. Patients with pN3c disease are considered

inoperable and are managed as described in the section on inoperable stage

IIIB or IIIC or inflammatory breast cancer.]

FAKTOR PROGNOSTIK1,7,8

1. Jumlah kelenjar limfe aksila positif

Merupakan salah satu indikator prognostik yang paling kuat.

2. Ukuran tumor

Tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm mempunyai prognosis yang baik pada

pasien tanpa keterlibatan kelenjar limfe.

3. Derajat histologi atau nuklir

(13)

Pasien dengan histologi poorly differentiated dan derajat nuklir tinggi mempunyai

prognosis yang lebih jelek.

4. Status ER/PR

Tumor dengan ER dan PR positif mempunyai prognosis yang lebih baik.

5. Tipe histologi tumor

Prognosis infiltrating ductal dan lobular carcinoma sama, mucinous (colloid), typical

medullary, dan tubular prognosisnya baik jika ukuran <3 cm, sedangkan

inflammatory prognosisnya jelek.

6. Overexpress HER2/neu mempunyai prognosis jelek

7. Profil ekspresi gen

Oncotype DX merupakan pemeriksaan diagnostik gen baru berdasarkan penelitian

NSABP, yang dapat menghitung kecenderungan timbulnya kanker, yang berguna

sebagai prediktor outcome yang lebih baik dibandingkan pengukuran standar.

KEMOPREVENSI

(14)

Penelitian National Surgical Adjuvant Breast and Bowel Project (NSABP) P-1

menunjukkan penurunan insidens kanker payudara invasif sebanyak 49% pada pasien risiko

tinggi yang mendapat tamoxifen 20 mg per hari selama 5 tahun. Penggunaan tamoxifen

dihubungkan dengan peningkatan kanker endometrium dan kejadian trombosis (seperti

emboli paru) pada pasien yang berumur 50 tahun atau lebih. Penggunaan raloxifene dan

penghambat aromatase sebagai kemoprevensi masih diselidiki.1

PENATALAKSANAAN KANKER PAYUDARA

LESI RISIKO TINGGI

Atypical Ductal Hyperplasia (ADH)

Pasien ADH mempunyai risiko mengalami kanker payudara 4 sampai 5 kali lipat.

Penelitian NSABP P-1 menunjukkan adanya penurunan risiko mendapat kanker payudara

invasif sebanyak 86% pada pasien yang mendapat tamoxifen 20 mg per oral selama 5 tahun.1

Lobular Carcinoma In Situ

LCIS bukan merupakan bentuk kanker tapi pertanda ada peningkatan risiko mendapat

kanker payudara invasif. Biasanya bersifat multisentris dan bilateral. Ada 21% kemungkinan

mengalami kanker payudara dalam 15 tahun menderita LCIS. Tamoxifen dapat digunakan

untuk mencegah kanker payudara (terdapat penurunan risiko sebesar 56% dalam penelitian

NSABP P-1).1

KANKER PAYUDARA NON-INVASIF

Ductal Carcinoma In Situ

Dengan meluasnya penggunaan mamogram, diagnosis DCIS telah meningkat dalam

beberapa tahun terakhir. Mikrokalsifikasi dan kelainan jaringan lunak terlihat dalam

mamogram. Comedocarcinoma memiliki prognosis buruk. Pengobatan standar adalah

lumpektomi diikuti dengan radiasi dilanjutkan dengan tamoxifen. Pilihan pengobatan lain:1

- Mastektomi total dengan atau tanpa tamoxifen

(15)

- Pembedahan breast-conserving tanpa terapi radiasi, pada pasien tertentu

dengan Van Nuys Prognostic Index (VNPI) rendah yang mengkombinasikan 4

prediktor rekurensi lokal (ukuran tumor, lebar batas, klasifikasi patologi, dan

umur)

- Pada pasien yang telah dilakukan lumpektomi dan radiasi, tamoxifen

menurunkan risiko kanker payudara rekurens (ipsilateral dan kontralateral)

- Penghambat aromatase seperti anastrozole masih diselidiki pada reseptor

DCIS positif pada penelitian NSABP B-35

KANKER PAYUDARA INVASIF

Kanker payudara stadium awal

Pembedahan

Preservasi payudara dengan lumpektomi dilanjutkan dengan radiasi merupakan

pengobatan utama pada kanker payudara. Tidak ada perbedaan survival pada pasien yang

diterapi dengan mastektomi radikal modifikasi dibandingkan dengan lumpektomi ditambah

radiasi.

Kontraindikasi lumpektomi: 2 atau lebih tumor pada kuadran payudara yang terpisah,

mikrokalsifikasi difus, indeterminate, atau maligna, massa tumor yang terletak di sentral.

Kontraindikasi radiasi: riwayat terapi iradiasi pada payudara, kelainan jaringan ikat

(skleroderma), dan kehamilan.

Axillary lymph node dissection (ALND) berguna untuk memperoleh informasi

prognostik dengan keuntungan terapi minimal, terutama pada aksila negatif secara klinis.

Kelenjar limfe aksila positif secara histologi merupakan faktor prognostik yang penting. Di

antara pasien dengan kelenjar limfe aksila negatif secara klinis, 30%-nya menunjukkan hasil

positif secara histologi setelah tindakan diseksi.

Sentinel node biopsy (SNB) merupakan prosedur invasif minimal untuk staging

kelenjar aksila, dengan menginjeksikan bahan radioaktif atau cairan biru pada area di sekitar

tumor. Kemudian aksila ipsilateral diperiksa dan kelenjar yang mengambil cairan atau bahan

radioaktif dieksisi dan diperiksa patologinya.

Pembedahan rekonstruksi dapat dilakukan pada pasien yang memilih mastektomi

total. Dapat dilakukan pada saat mastektomi (rekonstruksi segera) atau dapat ditunda.1

(16)

Tumor. Kemuadian aksila ipsilateral diperiksa dan kelenjar yang mengambil cairan atau

bahan radioaktif dieksisi dan diperiksa patologinya.

Pembedahan rekonstruksi dapat dilakukan pada pasien yang memilih mastektomi tota.

Dapat dilakukan pada saat masektomi (rekonstruksi segera) atau dapat ditunda. 1

Radioterapi

Radiotherapy (RT) merupakan bagian integral dari terapi breast-conserving

(lumpektomi). Radiasi dengan dosis tambahan 4.500 – 5.000 cGy ± 1.000 – 1.500 cGy pada

dasar tumor payudara cukup efektif. Pada pasien yang memerlukan kemoterapi, RT selalu

dilakukan setelah kemoterapi. Terapi radiasi post mastektomi pada dinding dada dan kelenjar

limfe supraklavikular menurunkan risiko rekurensi lokal-regional pada pasien dengan 4 atau

lebih kelenjar limfe positif dan pada pasien dengan ukuran tumor >5 cm.

Teknik radiasi terbaru yang masih diteliti: partial breast irradiation (PBI), partial

breast brachytherapy (PBB), mammosite radiation therapy system (RTS).1

Terapi sistemik pada kanker payudara awal

Kemoterapi direkomendasikan pada pasien dengan kelenjar limfe positif. Pada pasien

dengan kelenjar limfe negatif, pengobatan tergantung pada banyak faktor, seperti ukuran

tumor, status ER/PR, derajat nuklir atau histologi.1

Kemoterapi sistemik ajuvan dikembangkan untuk mengeradikasi sisa-sisa

mikrometastatik secara langsung setelah kontrol lokal, dalam rangka menurunkan risiko

rekurensi kanker dan kematian. Beberapa penelitian telah menunjukkan keuntungan survival

dengan terapi ajuvan, dengan tambahan penurunan kematian per tahun sebanyak 8-28%.

Perkembangan kemoterapi ajuvan dimulai sejak akhir tahun 1960-an dengan munculnya

kombinasi kemoterapi doxorubicin dan cyclophosphamide (AC), cyclophosphamide,

methotrexate, dan 5-fluorouracil (CMF) pada pasien kanker payudara dengan keterlibatan

kelenjar limfe. Taxane dan trastuzumab, golongan terbaru terapi ajuvan, telah menunjukkan

hasil yang positif pada beberapa penelitian. Tabel di bawah menunjukkan perkembangan

kemoterapi ajuvan golongan taxane, berdasarkan status reseptor hormon.9,10

(17)

Terapi antiestrogen direkomendasikan hanya pada pasien dengan hasil ER dan/atau

PR positif. Antiestrogen yang digunakan antara lain:1

- Tamoxifen 20 mg per oral selama 5 tahun

- Anastrozole 1 mg per oral selama 5 tahun

- Letrozole 2,5 mg setelah terapi tamoxifen selama 5 tahun

- Exemestane setelah terapi tamoxifen selama 2-3 tahun

KANKER PAYUDARA LOKAL LANJUT DAN KANKER PAYUDARA INFLAMASI

Kanker payudara lokal lanjut dan inflamasi mempunyai tanda sebagai berikut:1

- Tumor ≥5 cm

- Tumor dengan ukuran berapapun, dengan invasi langsung pada kulit payudara atau

dinding dada (T4)

- Tumor dengan limfadenopati aksila fixed atau matted

Terapi

(18)

Pembedahan awal terbatas pada biopsi untuk konfirmasi diagnosis dan identifikasi

status reseptor. Pasien yang mendapat kemoterapi neoajuvan menunjukkan angka respons

klinik dan patologik yang lebih tinggi. Pembedahan dilakukan setelah terjadi respons terbaik

terhadap kemoterapi preoperatif. Radiasi pada dinding dada dan area supraklavikular

dilakukan setelah pembedahan.1

Terapi neoajuvan, yang dikenal dengan terapi primer, induksi atau preoperatif adalah

terapi sistemik pertama yang diterima pasien setelah didiagnosis kanker. Pertama kali

digunakan pada awal tahun 1970-an untuk pengobatan kanker payudara lokal lanjut yang

inoperable atau kanker payudara inflamasi. Penggunaan terapi neoajuvan semakin meningkat

pada pasien dengan kanker payudara yang operable karena dapat menurunkan mortalitas

dengan toksisitas rendah, menambah pilihan pembedahan, dan sebagai prediktor respons

biologik dan patologik yang cepat. Primary systemic therapy (PST) dengan bahan sitotoksik

dilakukan bila hasil pembedahan breast-conserving suboptimal. Paling sedikit 6 siklus

anthracycline dan taxane diberikan preoperatif. Trastuzumab direkomendasikan pada pasien

dengan HER2 positif.10,11

KANKER PAYUDARA METASTASE

Tujuan pengobatan adalah paliatif dan meningkatkan survival. Pada 5-15% pasien,

complete remission yang tahan lama dapat diperoleh dengan terapi sistemik sedangkan

kontrol lokal dapat diperoleh dengan pembedahan dan/atau radiasi. Pada pasien dengan

reseptor hormon positif dengan keterlibatan jaringan lunak, tulang atau penyakit viseral

asimtomatik, terapi hormon dapat digunakan sebagai terapi lini pertama. Kemoterapi dapat

digunakan sebagai terapi inisial pada reseptor hormon negatif atau pada pasien dengan

penyakit viseral simtomatik.

Bifosfonat (zoledronic acid 4 mg dalam infus 15 menit dan pamidronate 90 mg dalam

infus 2 jam) harus digunakan pada pasien dengan metastase ke tulang karena dapat mencegah

progresi lesi litik, memperlambat peristiwa skeletal-related dan mengurangi nyeri.

Trastuzumab (herceptin) merupakan antibodi monoklonal seperti pada manusia yang

mengikat reseptor HER2/neu, diindikasikan pada pasien kanker payudara metastase dengan

overexpress HER2/neu (3+ dengan IHC atau FISH positif). Trastuzumab dikombinasi dengan

kemoterapi lain seperti docetaxel, paclitaxel, navelbine, gemcitabine, dan carboplatin.

Capecitabine merupakan antimetabolit oral yang bersifat anabolik terhadap 5-FU. Merupakan

(19)

terapi lini ke-3 pada kanker payudara metastase setelah anthracycline dan taxane atau terapi

lini ke-2, jika anthracycline tidak diindikasikan.1,10

Kemoterapi yang digunakan pada kanker payudara metastase:1

- Tunggal

Albumin-bound nanoparticle paclitaxel (ABI-007 or Abraxane)

Alkylating agents

CA: cyclophosphamide dan doxorubicin

(20)

CAF: cyclophosphamide, doxorubicin, 5-fluorouracil

CMF: cyclophosphamide, methotrexate, 5-fluorouracil

Doxorubicin dan paclitaxel

Docetaxel dan capecitabine

Vinorelbine dan epirubicin

Capecitabine dan ixabepilone

KANKER PAYUDARA REKURENS

Rekurensi lokal

Setelah mastektomi

80% rekurensi lokal muncul dalam 5 tahun. Pilihan terapi adalah pembedahan eksisi

dan RT. Terapi sistemik boleh dilakukan, meskipun keuntungan survival tidak jelas.

Setelah lumpektomi

Mastektomi merupakan terapi pilihan pada pasien yang hanya mengalami kanker

payudara rekurens isolated.

KANKER PAYUDARA PADA KEHAMILAN

Diagnosis kanker payudara dapat ditunda pada wanita hamil. Kanker payudara selama

kehamilan lebih agresif, tetapi overall poor outcome berhubungan dengan stadium lanjut

pada saat diagnosis. Biopsi payudara aman pada semua masa kehamilan dan harus dilakukan

bila ada massa yang dicurigai kanker.

Terapi

Lumpektomi dan diseksi aksila dapat dilakukan pada trimester ke-3 dan RT dapat

ditunda sampai sesudah melahirkan. Mastektomi radikal modifikasi merupakan pengobatan

pilihan pada trimester pertama dan kedua karena RT merupakan kontraindikasi pada

kehamilan.

(21)

Kemoterapi

Kemoterapi tidak boleh diberikan selama trimester pertama. Tidak ada bahan

kemoterapi yang aman pada kehamilan. Anthracycline dikombinasi dengan

cyclophosphamide telah digunakan sebagai terapi ajuvan selama trimester ke-2 atau ke-3.

Kemoterapi harus dijadwal untuk mencegah netropenia dan trombositopenia pada saat

melahirkan. Paclitaxel dan tamoxifen bersifat teratogenik dan tidak boleh digunakan semasa

kehamilan.

KANKER PAYUDARA PADA PRIA

Kanker payudara pada pria sangat jarang terjadi. Faktor risiko antara lain ada riwayat

keluarga, mutasi BRCA2, sindrom Klinifelter dan radiasi. Ginekomastia bukan merupakan

faktor risiko kanker payudara pria. Biasanya muncul pada umur 60-70 tahun. 80% pasien

kanker payudara pria memiliki reseptor hormon positif.

Terapi

Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi. Lumpektomi jarang dilakukan

karena tidak ada keuntungan secara kosmetik. Terapi sistemik dengan kemoterapi dan

antiestrogen harus mengikuti guidelines pada pasien wanita. Belum ada penelitian terapi

ajuvan yang dilakukan pada pria.

(22)

KEPUSTAKAAN

1. Mirshahidi HR, Abraham J. Breast Cancer. In: Abraham J, Gulley JL, Allegra CJ,

editors. Bethesda Handbook of Clinical Oncology, 2nd ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins; 2005. p.155-172.

2. Jemal A, Siegel R, Ward E, et al. Cancer statistics, 2006. CA Cancer J Clin 2006;

56:106-30.

3. Smith RA, Saslow D, Sawyer KA, et al. American Cancer Society Guidelines for

Breast Cancer Screening: Update 2003. CA Cancer J Clin 2003; 53:141-69.

4. Breast. In: American Joint Committee on Cancer. AJCC Cancer Staging Manual. 6th

ed. New York: Springer; 2002. p. 171-180.

5. Singletary SE, Alfred C, Ashley P, et al. Revision of the American Joint Committee

on Cancer staging system for breast cancer. J Clin Oncol 2002; 20:3628-36.

6. Woodward WA, Strom EA, Tucker SL, et al. Changes in the 2003 American Joint

Committee on Cancer staging for breast cancer dramatically affect stage-specific

survival. J Clin Oncol 2003; 21:3244-8.

7. Oakman C, Bessi S, Zafarana E, et al. Review: New diagnostics and biological

predictors of outcome in early breast cancer. Breast Cancer Research 2009; 11:205.

8. Sotiriou C, Pusztai L. Gene-Expression Signatures in Breast Cancer. N Engl J Med

2009; 360:790-800.

9. López-Tarruella S, Martin M. Review: Advances in adjuvant systemic chemotherapy

of early breast cancer. Breast Cancer Research 2009; 11:204.

10.Hudis C. Trastuzumab – Mechanism of Action and Use in Clinical Practice. N Engl J

Med 2007; 357:39-51.

11.Untch M, von Minckwitz G. Review: Advances in neoadjuvant (primary) systemic

therapy with cytotoxic agents. Breast Cancer Research 2009; 11:203.

(23)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi : Survey Pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kiat (2005) membagi kemungkinan kesalahan yang dilakukan siswa kadalam tiga kategori, diantaranya : (1) Kesalahan konseptual, yaitu kesalahan yang terjadi karena siswa

Berdasarkan uji F, diperoleh nilai F hitung sebesar 97,945 &gt; F tabel = 3,038 dan nilai signifikansi F = 0,000 &lt; 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk

Dengan memanjatkan segala puji dan Rasa Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini

Selain itu juga ada tipe external Whistleblower adalah pihak pekerja atau karyawan di dalam suatu perusahaan atau organisasi yang melaporkan suatu pelanggaran hukum kepada pihak

Strategic initiatives Cluster institution Cluster institution Research centre for KIBS Research centre for KIBS National Innovation Agency National Innovation

Dengan mengaplikasikan matriks Leslie untuk memprediksi jumlah dan laju pertumbuhan perempuan di Provinsi Riau pada Tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa jumlah

Dalam Permendknas no. 13 tahun 2007 tentang Kompetens Kepala sekolah/ madrasah bahwa setap kepala sekola/ madrasah harus memenuh lma aspek kompetens yatu keprbadan,