• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kemampuan berkomunkasi dengan hasil belajar sisw melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw: subkonsep maekanisme transpor pada membara di MA negeri 2 Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kemampuan berkomunkasi dengan hasil belajar sisw melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw: subkonsep maekanisme transpor pada membara di MA negeri 2 Bogor"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

(Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Strata 1 (S. Pd) Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

HIMMATUL ULYA NIM. 106016100558

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

TIPE JIGSAW

(Subkonsep Mekanisme Transpor padaMembran di MA Negeri 2 Bogor)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Himmatul Ulya 106016100558

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Baiq Hana Susanti Yanti Herlanti, M.Pd. NIP. 150 299457 NIP. 19710119 200801 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

i

dengan Hasil Belajar Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw”.

Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada subkonsep mekanisme transpor pada membran, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang dilaksanakan di MAN 2 Bogor dengan melibatkan 38 siswa kelas XIIPA3. Data kemampuan berkomunikasi siswa dikumpulkan dengan lembar observasi dan Peer Asessment,

sedangkan data hasil belajar dikumpulkan dengan tes tertulis kognitif dalam bentuk pilihan ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi kecenderungan kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar ditunjukkan oleh hasil koefisien korelasi sebesar 0.75. ini berarti kemampuan berkomunikasi memberikan kontribusi sebesar 57% terhadap hasil belajar siswa, dan 43% ditentukan oleh faktor lain. Analisis data menggunakan uji signifikansi diperoleh nilai thitung sebesar 7,07 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 1.99, maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooferatip tipe jigsaw pada subkonsep transpor pada membran.

(4)

ii

Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The aim of this study was to know the corelationsbetween communication skills and achievement of cooperative learning type jigsaw. Collecting of data, we use correlation method in MAN 2 Bogor with 38 student of class XI science 3. Data ralating with student communication skills are gathered by observation and peer assesment. While data relating to student achievement are gatherd by cognitif written test in a multiple choice form. This research shown that the tendency of contribution between communication skills and achievement distinguished by 0.75 of coefficient correlation. The result of the research that communication skill gives certain amount of contribution 57%, toward physics achievement, while 43% are distinguished by other factor. Data analysis uses signifikansi, from this analysis was got ttest is 7.07 and ttable of signifikansi 5%

1.99. It means that ttest >t-table, there was a positive and significant relationship

between communication skills and achievement of cooperative learning type jigsaw.

(5)

iii

Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya

kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang

pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis

untuk menyelesaikan studi S1 program studi pendidikan biologi fakultas ilmu

tarbiyah dan keguruan, dengan judul “Hubungan antara Kemampuan

Berkomunikasi dengan Hasil Belajar Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw” .

Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga bantuan berbagai pihak dapat menjadi

amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus,

apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekaligus menjadi dosen pembimbing I yang

selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

3. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang selalu ada ketika

peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

4. Bapak Drs. Asep Encu, M.Pd, Kepala MA Negeri 2 Bogor, dan Ibu Nurul

Khodariyah, S.Pd., guru mata pelajaran Biologi, yang telah memberikan ijin

penelitian dan menjadi konsultan terbaik selama eksperimen, dan seluruh

sivitas akademika MA Negeri 2 Bogor.

5. Ayahanda Drs. H. Mawardi, M. Ag dan Ibunda Hj. Romlah, S. Pd, yang kasih

sayangnya kepada peneliti tak terbatas, semoga Allah selalu menyayangi

(6)

iv bagian kehidupan yang tak tergantikan.

7. Suamiku terkasih Firmansyah yang setia menjadi tempat berkeluh kesah dan

selalu memberikan semangat, bagian kehidupan yang selalu menyenangkan.

8. Keluarga Besar Kost Cantik, yang menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih khususnya kepada Lela, Fatmi, Dilaz, Uwi, Zee, Leni, Anist, Resna yang

memberikan suport dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa/i Pendidikan Biologi Angkatan 2006.

10.Rekan-rekan mahasiswi Pendidikan Biologi, lebih khusus kepada Nurlaila. Ufi

Azmiyah, Ayu Arsy Rahayu dan Lily Mufaizah yang selalu bersama ketika

bimbingan.

11.Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang

tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi.

Kami berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan

referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para

pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jazákumullah Khoiron Katsiron.

Ciputat, November 2010

(7)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTA TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7

A. Deskripsi Teoretis ... 7

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 7

b. Tujuan Pembelajaran Koopertaif ... 12

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 14

d. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif ... 14

e. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 15

f. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ... 17

g. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif ... 17

h. Langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif.. 18

(8)

vi

b. Peranan Guru Dalam Teknik Jigsaw ... 22

3. Kemampuan Berkomunikasi ... 23

a. Pengertian dan Kemampuan Komunikasi ... 23

b. Karakteristik Komunikasi ... 24

c. Fungsi Komunikasi ... 25

d. Kemampuan Berkomunikasi Lisan Bagi Siswa ... 26

4. Hasil Belajar ... 27

a. Hasil Belajar Kognitif ... 28

b. Hasil Belajar Afektif ... 30

B. Hasil Penelitian ynag Relevan ... 32

C. Kerangka Pikir ... 34

D. Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

B. Metode dan Desain Penelitian ... 38

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Prosedur Penelitian ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 40

H. Kalibrasi Instrumen ... 43

1. Uji Validitas Butir Soal ... 43

2. Uji Realibilitas Instrumen ... 44

3. Uji Tingkat Kesukaran Item ... 44

4. Daya Pembeda ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 45

1. Normal Gain ... 45

2. Uji Prasarat ... 46

(9)

vii

a. Uji Korelasi ... 47

b. Uji Signifikan ... 48

c. Koefisien Determinansi ... 48

4. Interpretasi Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Kemampuan Brkomunikasi Siswa ... 50

B. Hasil Belajar ... 54

C. Hubungan Kemampuan Berkomunikasi dengan Hasil Belajar58 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data Hasil Balajar ... 58

a. Hasil Pretest ... 58

b. Hasil Posttest ... 59

c. Nilai N-gain Kelompok ... 60

d. Hasil Uji Normalitas ... 60

e. Hasil Uji Homogenitas ... 60

f. Hasil Uji Parametrik ... 61

2. Pengujian Hipotesis ... 62

3. Pembahasan ... 62

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(10)

viii

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Berkomunikasi siswa ... 50

Gambar 4.2 Grafik persentase indikator Kemampuan Berkomunikasi ... 51

Gambar 4.2 Grafik persentase indikator peer assesment ... 52

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pre Test ... 55

Gambar 4.4 Grafik Hasil Pro Test ... 56

Gambar 4.5 Grafik N-gain ... 60

(11)

ix

kelompok belajar konvesnsional ... 10

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kognitif ... 41

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi ... 42

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Peer Assesment ... 42

Tabel 3.4 Interpretasi Prodauct Moment ... 49

Tabel 4.1 Hasil Belajar Pre Test siswa ... 58

Tabel 4.2 Hasil Belajar Post Test siswa ... 59

Tabel 4.3 Rekapitulasi N-gain ... 59

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 60

Tabel 4.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas ... 61

(12)

x

Lampiran 1 Rencana Proses Pembelajaran ... 70

Lampiran 2 Lembar Uji Validasi Kemampuan Berkomunikasi ... 79

Lampiran 3 Lembar Uji Validasi Rubrik Kemampuan Berkomunikasi 81 Lampiran 4 Intrumen Kemampuan Berkomunikasi ... 85

Lampiran 5 Analisis Ketercapaian Aspek Kemampuan Berkomunikasi 87 Lampiran 6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berkomunikasi ... 89

Lampiran 7 Lembar validasi Intrumen Peer Asessment ... 91

Lampiran 8 Kisi-Kisi Intrumen Peer Assesment ... 95

Lampiran 9 Kisi-Kisi Intrumen Hasil Belajar ... 96

Lampiran 10 Intrumen Uji Coba Hasil Belajar Siswa ... 100

Lampiran 11 Rekapitulasi Validasi Hasil Belajar Siswa ... 108

Lampiran 12 Kisi-kisi Intrumen Hasil Belajar Setelah Validasi ... 110

Lampiran 13 Intrumen Penelitian Hasil belajar ... 111

Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar ... 118

Lampiran 15 Uji Normalitas hasil Belajar ... 123

Lampiran 16 Uji homogenitas hasil Belajar ... 125

Lampiran 17 Uji Signifikansi hasil Belajar ... 127

Lampiran 18 Uji persiapan N- Gain hasil Belajar ... 130

Lampiran 19 Uji N- Gain hasil Belajar ... 131

Lampiran 20 Perhitungan Uji Korelasi ... 133

Lampiran 21 Perhitungan Uji signifikansi ... 140

(13)

1

A. Latar Belakang

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi saat ini menuntut

semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strategi

agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian

tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro, maupun

mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan nasional

senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional maupun global.

Era globalisasi ini menuntut generasi kreatif, mandiri, bersifat terbuka

dan demokratis. Padahal proses pembelajaran pada satuan pendidikan

seharusnya diselenggarakan secara interktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, dan memotivasi peserta didik. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Pemerintah tentang Standar Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005, pasal

19 yang menyatakan bahwa:

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” 1

Pembentukan peserta didik yang inovati, kretif dan mandiri merupakan

tujuan dari kurikulum indonesia. Kurikulum merupakan acuan setiap satuan

pendidikan, baik pengelola maupun penyelenggara, khususnya acuan bagi

guru dan kepala sekolah. kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah

kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut perubahan paradigma

1

(14)

dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang

pendidikan formal (persekolahan). 2

Paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran menuntut keaktifan

siswa, tetapi fakta di sekolah-sekolah berbeda. Setelah dilakukan wawancara

secara langsung dengan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 dalam

pembelajaran biologi, masih dominan penerapan pengajaran konvensional

yang berpusat pada guru (Teacher Centered). Guru kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif membangun sendiri struktur

kognitifnya, serta kurangnya kesempatan yang diberikan guru untuk

menumbuhkembangkan minat dan kemampuan berkomunikasi siswa. Padahal

kemampuan berkomunikasi yang baik menunjang keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah.

Proses belajar mengajar yang berlangsung sudah semestinya

mengaktifkan siswa agar dapat mengkontruksi pengetahuan. Siswa juga bisa

saling mengajar dengan sesama siswa lainnya. Bahkan, banyak penelitian

menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (Peer Teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. 3 Oleh karena itu diperlukan suatu pendidikan yang sejalan dengan Kurikulum 2006 dan berorientasi pada

kecakapan hidup.

Salah satu cara berkomunikasi dalam pembelajaran biologi adalah

melalui presentasi dalam diskusi. Kegiatan diskusi siswa sudah sering

dilaksanakan dalam pembelajaran biologi, melalui kegiatan tersebut siswa

diharapkan dapat membangun pengetahuan dengan lebih aktif.4 Akan tetapi, masih terdapat kekurangan dalam mengelolanya. Dalam kegiatan diskusi

sekelompok siswa diminta untuk mempresentasikan materi tertentu di depan

kelas, Sementara itu siswa yang lain duduk di kursi masing-masing. Sebagian

2

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 2

* Wawancara dengan guru biologi di MAN 2 Bogor ibu Nurul Khodariyah, S. Pd

3

Mukhtas Muhammad, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa SMA, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. I No. 2, Juli 2007. Hal 181

4

(15)

siswa hanya menjadi penonton atau mengerjakan aktivitas lain. Kemudian

ketika sesi tanya jawab dalam diskusi dibuka, hanya sebagian kecil siswa yang

bertanya atau menanggapi. Ini disebabkan karena metode diskusi yang biasa

dilakukan dalam pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga biologi

dianggap pelajaran yang membosankan.

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai

pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan

proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis,

mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan

memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau

memecahkan masalah sehari-hari.5

Mekanisme Transpor pada Membran Sel merupakan salah satu

subkonsep dalam ilmu biologi di SMA. Konsep ini dicantumkan pada kelas XI

semester satu. Subkonsep tersebut meliputi pendeskripsian proses keluar

masuknya zat pada sel. Mekanisme transpor pada membran sel merupakan

subkonsep yang sangat penting dalam pembalajaran biologi kerana

berhubungan dengan Sel yaitu unit terkecil pada makhluk hidup. Konsep Sel

merupakan konsep awal yang harus dicapai oleh siswa sebelum memasuki

konsep selanjutnya, karena berdasarkan kurikulum SMA/MA kelas XI

memiliki standar kompetensi yaitu memahami struktur dan fungsi sel sebagai

unit terkecil. Oleh karena itu dalam pembelajaran konsep tersebut diharapkan

dalam penyampaiannya dapat menyediakan berbagai pengalaman belajar

untuk memahami konsep dan proses sains, seperti keterampilan mengamati,

mengajukan hipotesis, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan

menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau

tertulis.

Kenyataannya dalam proses belajar mengajar di sekolah masih ada

guru yang hanya menggunakan metode ceramah atau diskusi dalam subkonsep

mekanisme transpor pada membran, dan bahkan ada guru yang hanya

5

(16)

menugaskan dengan merangkum buku paket saja, tanpa adanya interaksi

antara guru dengan siswa dan siswa dengan guru. Memperhatikan

permasalahan tersebut guru sebagai pengajar, tetapi kurang memperhatikan

proses pembelajaran yang mengupayakan pembelajaran aktif, sehingga adanya

interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, maka model

pembelajaran yang dapat menjembatani kebutuhan tersebut adalah model

pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru tidak lagi berperan sebagai

satu-satunya narasumber dalam pembelajaran, melainkan berperan sebagai

moderator, fasilitator dan manager pembelajaran.6 Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan

kesempatan yang optimal kepada siswa untuk memperoleh informasi yang

lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap

serta keterampilan sosialnya baik di kelas maupun di luar kelas.

Salah satu dari pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw yang membagi siswa dalam kelompok kecil yang heterogen, yaitu kelompok ahli

dan kelompok asal. Kelompok ahli bertugas mendalami suatu topik materi,

selanjutnya masing-masing anggota kelompok mengajar temannya dan

menjadi ahli dalam kelompok asal. Di akhir pembelajaran ditutup dengan

diskusi umum sebagai evaluasi.7

Melalui metode pembelajaran jigsaw diharapkan pembelajaran dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga

memberikan konsep baru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran jigsaw

membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa.

Pembelajaran jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, dan

kemampuan bekerjasama dalam suasana gotong-royong, selain itu dengan

6

Mukhtas Muhammad, op. cit., hal. 182

7

(17)

jigsaw siswa dapat memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi

dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Beberapa alasan lain yang menyebabkan metode jigsaw perlu diterapkan sebagai metode pembelajaran yaitu tidak adanya persaingan antar

siswa atau kelompok. Siswa diharapkan bekerjasama untuk menyelesaikan

masalah dan mengatasinya dengan cara dan pikiran yang berbeda. Siswa

dalam kelompok saling bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar

yang ditugaskan, serta siswa bertanggung jawab mengajarkan bagian tugasnya

pada anggota kelompoknya.

Berdasarkan pemikiran di atas mendorong penulis untuk meneliti,

“Hubungan antara Kemampuan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah untuk penelitian ini adalah

1. Siswa yang pasif menyebabkan rendahnya kemampuan berkomunikasi siswa

2. Orientasi pembelajaran masih didominansi pembelalajaran konvensional dengan

metode ceramah

3. Penggunaan metode diskusi dalam pembelajara belum maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Kegiatan penelitian ini terbatas pada masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw

2. Kemampuan berkomuniksi dibatasi dengan indikator membaca,

menjelaskan, menyimak, umpan balik, diskusi, mengambil keputusan,

menjawab pertanyaan dan melakukan refleksi.

3. Hasil belajar yang diukur dibatasi pada pengetahuan atau kemampuan

(18)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan permasalahan yang telah

dikemukakan diatas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara

kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar siswa melalui pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada subkonsep mekanisme transpor pada membran?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan

antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar siswa melalui

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai bahan acuan untuk menciptakan

pembelajaran yang efektif dengan menggunakan variasi metode sehingga

materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa. Dan dapat memberikan

kontribusi yang baik bagi sekolah dalam rangka peningkatan mutu proses

(19)

7

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa

untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan

kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya, serta memimpin

dirinya. Selain itu, cooperative learning dirancang untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi. Dalam strategi ini

diharapkan siswa berperan secara aktif, reflektif, dan saling

menghormati dalam setiap proses untuk mencapai keberhasilan dalam

belajar. Oleh karena itu untuk membangun model koperatif harus

dimulai dari inisiatif, dan kepedulian guru terhadap kondisi nyata

siswa untuk kemudian mengubah hal-hal yang menghambat

berlangsungnya suatu proses pembelajaran.1

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang

melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk

menetapkan tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif didasarkan oleh

teori-teori perlakuan, persandaran sosial dan teori perkembangan

kognitif konstruktivis yang menyatakan bahwa siswa harus

membangun pengetahuannya secara aktif. 2Informasi yang disampaikan merupakan informasi yang jelas tidak ambigu. Secara

umum komunikasi adalah suatu cara sharing ide dan pengklarifikasian

1

Yurni Susanti. Upaya peningkatan kreativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui modifikasi Cooperative learning Model Jigsaw. Jurnal pendidikan, No. 04 Tahun 26, Desember 2003, hal. 326

2

(20)

pengertian, proses komunikasi juga membantu membangun

pemahaman.

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin adalah srategi belajar

dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk

memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki

jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi

belajar tertinggi. Dan menurut Davidson dan Worsham, pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang efektif yang

mengintergrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.3 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu yang memiliki prinsip

dasar siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar

sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam proses

pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajari siswa yang kurang

pandai tanpa merasa dirugikan. Selain itu, siswa kurang pandai dapat

belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang

membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa

bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan

terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota

kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi

yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru

dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Kooperatif juga menghasilkan

peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan

berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menggali berbagai

informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi

siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi

tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam

menghargai pokok pikiran orang lain.4

3

Tonih Feronika, Buku Ajar Strtegi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 56

4

(21)

Kegiatan dalam kooperatif akan membantu siswa-siswa yang

lemah dalam akademik untuk dapat memahami materi, karena dalam

pembelajaran kooperatif siswa yang pintar menjelaskan dan

menguraikan materi ke siswa yang kurang paham. Hal ini dapat

memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat

memahami materi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompaknya belum menguasai bahan pembelajaran.5

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat

konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan.

Diantaranya yaitu memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan

dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa

ketika belajar secara bekerjasama dalam merumuskan kearah satu

pandangan kelompok.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif, membuat siswa

bisa meraih keberhasilan dalam belajar dan melatih siswa untuk

memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir, maupun

keterampilan sosial, seperti keterampilan mengemukakan pendapat,

menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia

kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam

kehidupan kelas.

Model Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk

mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara

penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Karena

dalam model pembelajaran ini siswa bukan lagi sebagai objek

pembelajaran, namun bisa juga sebagai tutor bagi teman sebayanya.

Sharan mengemukakan bahwa siswa yang belajar dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif akan memilki motivasi yang

tinggi karena didorong oleh rekan sebayanya. Pembelajaran kooperatif

juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik dan berpikir

kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai

informasi, belajar sopan santun, meningkatkan motivasi siswa,

5

(22)

memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar untuk mengurangi

tingkah laku yang kurang baik, serta menghargai pokok pikiran orang

lain.

Selanjutnya Stahl mengemukakan bahwa melalui model

pembelajaran kooperatif siswa dapat memperoleh pengetahuan,

kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta

berbuat dan berpartisipasi sosial. Zaltman mengemukakan pula bahwa

siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan

persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata

sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing

secara individual. Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar dapat

memberikan berbagai pengalaman. Mereka akan lebih banyak

mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan

secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik.6

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang

baik di dalam kelompok kecil dengan siswa yang memiliki keahlian

yang berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan

pemahaman mereka pada sebuah mata pelajaran. Kegiatan dalam

kooperatif akan membantu siswa-siswa yang lemah dalam akademik

untuk dapat memahami materi. Siswa yang lemah bekerja secara

individual cenderung akan menyerah jika menghadapi hambatan.

Siswa yang pintar menjelaskan daan menguraikan materi ke siswa

yang kuraang paham. Hal ini dapat memberikan penguatan kepada

siswa yang pintar untuk dapat memahami materi. Belajar belum

selesai jika salah satu teman dalam kelompaknya belum menguasai

bahan pembelajaran

6

(23)

Tabel 1.1. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok konvensional7

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi

kelompok atau menggantungkan diri ada kelmpok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggoata kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman pemimpin

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan

Pemantauan melaui intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang

7

(24)

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

melakuakan intervensi jik terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok

belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelasaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi

dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong

menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara

berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai

pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Dalam pembelajran kooperatif meskipun mencakup beragam

tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis

penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model

ini menunjukan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma

(25)

berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat member

keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas

yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan

secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasrkan ras, budaya, kelas

sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajran kooperatif

memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi

untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan

melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling meNghargai

satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak

muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif sebagaimana yang dikemukakan Slavin yaitu penghargaan

kelompok, pertanggungjawaban, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

1) Penghargaan kelompok, pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok

untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok

diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.

Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai

anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang

saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari

semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan

pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.

(26)

anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri

tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang

mencakup nilai perkembangan berdasarkan penigkatan prestasi yang

diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode

scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi

sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang

terbaik bagi kelompoknya. 8

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Secara umum pembelajaran kooperatif teridiri dari lima karakteristik,

yaitu:

1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk

menyelasaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.

2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa

membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5

siswa.

4) Siswa menggunakan perilkau kooperatif, prososial.

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan

pembelajaran mereka.9

d. Pengelolaan Kelas Pembelajaran kooperatif

Pengelolaan kelas pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membina

pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi

dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan

dalam pengelolaan kelas:

8

Isjoni, op. cit., hal. 21-28

9

(27)

1) Pengelompokan

Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri

yang menonjol dalam metode pembelajaran gotong royong atau

pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan

memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio ekonomi dan

etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis,

kelompok biasanya terdiri dari satu orang berkemammpuan tinggi, dua

orang berkemampuan sedang, dan yang lainnya berkemampuan kurang.

2) Semangat gotong royong

Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran

kooperatif, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat

gotong royong. Semangat gotong royong bisa dirasakan dengan membina

niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa yang lainnya.

3) Penataan ruang kelas

Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang

kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu

ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan, toleransi guru di

kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lain-lain. 10

e. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang merupakan

ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif

2) Adanya pengakuan dalam dalam merespon perbedaan individu

3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

5) Terjalinnya hubungan baik dan bersahabat antar teman dan guru

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan diri agar lebih

menyenangkan. 11

10

Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal. 37 – 50

11

(28)

f. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Carin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh

ciri-ciri sebagai berikut:

1) Setiap anggota mempunyai peran.

2) Terjadi interaksi langsung diantara siswa.

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya.

4) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. 12

g. Keterampilan-keterampilan Kooperatif

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi menjalankan tugas sesuai

dengan tanggung jawabnya, mengambil giliran dan berbagi tugas,

mendorong adanya partisipasi, dan menyamakan persepsi atau pendapat

2) Keterampilan koopertaif tingkat menengah, meliputi mendengarkan

dengan aktif, meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih

lanjut, menafsirkan atau menyampaikan kembali informasi dengan kalimat

yang berbeda, memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban,

memastikan bahwa jawaban tersebut benar.

3) Keterampilan kooperaif tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, yaitu

memperluas konsep, membuat kesimpulan, dan menghubungkan pendapat

dengan topik tertentu. 13

h. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Kooperatif

1) Meyampaikan tujuan dan motivasi siswa

2) Menyajikan informasi

3) Mengorganisasikan siswa/peserta didik dalam kelompok kooperatif

4) Bimbing atau membantu kerja kelompok dalam belajar untuk melakukan

kegiatan/berkooperatif

5) Evaluasi

12

Tonih Feronika, op. cit., hal. 56

13

(29)

6) Memberikan penghargaan.14

i. Beberapa Variasi Teknik Dalam Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima macam teknik belajar kooperatif yang berhasil

dikembangkan para peneliti pendidikan di Jhon Hopkins University yaitu:

Student Team Achievement Divisions (STAD), JIGSAW, TGT (Tean Game Tournamen), Team Acelarated Intruction (TAI), dan Cooperative Intergrated reading & Composition (CIRC).

1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok terdiri dari empat atau lima orang siswa secara

heterogen. Pembelajaran ini diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan

penghargaan kelompok.

2) Pembelajaran koopertif tipe TGT merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk tidak menggunakan kuis atau saling

tanya melainkanj menggunakan turnamen atau lomba mingguan.

Dalam lomba itu siswa berkompetisi untuk menyumbangkan poin pada

skor mereka.

3) Pembeljaran kooperatif tipe Team Acelarated Intruction (TAI) merupakan pembelajaran kooperatif yang menggabungkan kerja

kelompok dan individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal

bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam

kelompoknya. Setelah itu hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh tim

lain.

4) Pembelajarn kooperatif tipe JIGSAW adalah pembelajaran kooeratif

dengan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli.

5) Pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Intergrated reading & Composition (CIRC) merupakan pembelajaran yang hanya

14

(30)

menekankan pada membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas

Cooperative Intergrated reading & Composition terdiri dari siswa mengikuti urutan intruksi guru, latihan tim, assesmen tim awal dan

kuis.15

2. Teknik Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot

Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi

oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Silberman,

mengatakan bahwa jigsaw learning merupakan sebuah teknik dipakai

secara luas yang memiliki kesamaan dengan pertukaran dari kelompok ke

kelompok dengan suatu perbedaan penting setiap peserta didik

mengerjakan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang

dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik

lain, kemudian dibuat suatu kumpulan pengetahuan. Dalam setting jigsaw

learning ini dijelaskan bahwa setiap peserta didik adalah pengajar. Strategi

ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak

sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lainnya.16

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al. sebagai

metode Cooperative learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam

teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman

siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran

menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama

siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan

untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.17

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu metode

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

15

Tonik Peronika, op. cit., hal. 63-64

16

Srih dan Muhammad Ali. op. cit., hal. 23

17

(31)

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar

dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya.18

Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah suatu metode

pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur multifungsi kelompok

belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua

tingkatan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap

anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi yaitu

diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal sehingga dalam metode

pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang lain dan

menciptakan saling ketergantungan bagi tiap anggota kelompok.

a. Tahapan-tahapan Dengan Teknik Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe

pembelajaan kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling

membnatu dalam menguasai materi untuk mencapai prestasi yang

maksimal. Dalam belajar model kooperatif jigsaw ini terdapat

tahap-tahap dalam penyelenggaraannya antara lain:

Tahap pertama, siswa dikelompokkan dalam

kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok-kelompok-kelompok siswa tersebut

dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan. Jumlah tiap

kelompok yang tepat adalah sekitar 4-6 orang dengan kondisi siswa

yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun karakteristik

lainnya.

Tahap kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan

didiskusikan, maka di dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok

ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa

atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan

18

(32)

anggota-anggota kelompok dari kelompok lain yang mempelajari

materi yang sama.

Tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat

menguasai materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing

perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya

masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu

kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami

materi yang ditugaskan guru.

Tahap keempat, siswa diberikan tes/kuis oleh guru, hal tersebut

dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami suatu

materi dengan metode pembelajaran kooperatif jigsaw tersebut. 19 Menurut Anita Lie tahapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

antara lain:

1) Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi

empat bagian

2) Sebelum pembelajaran dimulai, pengajar memberikan penjelasan

terhadap tipok yang akan dipelajari. Ini bertujusn agar siswa lebih

siap untuk menghadapi bahan pelajaran yang akan dipelajari

3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

4) Bahan yang pertama diberikan kepada siswa yang pertama, dan

bahan yang kedua diberikan kepada siswa yang kedua. Dam begitu

seterusnya.

5) Kemudian siswa mempelajari bahan ajar yang telah diberikan

6) Setelah selesai, siswa saling menjelaskan bahan ajar yang telah

dipelajarinya masing-masing. Ini bertujuan agar siswa dapat

berinteraksi dengan teman-temannya.

7) Kemudian guru menjelaskan materi yang tidak ada pada bacaan.

8) Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi. 20

19

Tonik Feronika, Op. cit., hal. 70

20

(33)

b. Peranan Guru Dalam Teknik Jigsaw

Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan

memotivasi siswa untuk belajar mandiri, menumbuhkan rasa tanggung

jawab serta membuat siswa merasa senang dalam melakukan kegiatan

diskusi dalam kelompoknya. Guru bukanlah menjadi pusat kegiatan

kelas tetapi siswa lah yang menjadi pusat kegiatan kelas walaupun

guru tetap mengendalikan aturan-aturan dalam pembelajaran.

Sedangkan dalam pembelajaran bisa atau menggunakan metode

diskusi biasa guru menjadi satu-satunya nara sumber atau guru

menjadi pusat dari semua kegiatan. 21

Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw antara lain:

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.

2) Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok

kecil (4-6 orang dalam setiap kelompoknya). Menyampaikan

tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa baik tugas individu

maupun tugas kelompok dengan sejelas-jelasnya.

3) Memantau berlangsungnya kerja kelompok-kelompok kecil yang

telah dibentuk untuk mengetahui bahwasanya kegiatan berlangsung

dengan lancar. Dalam hal ini guru menyediakan kesempatan

kepada siswa dengan seluas-luasnya untuk memperoleh

pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4) Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tes tertulis. Penilaian

dilakukan terhadap proses dan hasil belajar siswa. 22

3. Kemampuan Berkomunikasi

Pada mulanya, komunikasi yang tetap hanya terdapat pada masyarakat

kecil, kelompok orang yang hidup berdekatan yang merupakan satu unit

politik. Tetapi sekarang, akibat kecepatan media informasi dan kompleknya

21

Isjoni, op. cit., hal. 57

22

(34)

berbagai macam hubungan, maka komunikasi telah menjadi maslah semua

orang. Komunikasi merupakan inti dari semua hubungan sosial, apabila orang

telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka

lakukan akan mentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau

mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau menghilangkan masalah

yang muncul.23

Persoalan komunikasi yang saling menjadi perhatian adalah bagaimana

komunikasi yang kita lakukan bisa efektif (Berhasil-guna) terhadap orang lain.

Itu bisa berarti dalam urusan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan

apa yang kita inginkan.24

a. Pengertian dan Komponen Komunikasi

Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak

yang melakukan aktivitas komunikasi tersebut.25 Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak

lainnya yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan

sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk

mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas

menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung

maupun tidak langsung langsung menggunakan bahasa berbentuk kode

visual, kode suara, atau kode tulisan.

Menurut Hovland, Janis & Kelley, Komunikasi adalah suatu proses

melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya

dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk

perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Menurut Berelson dan Stainer,

23

A. W. Widjhaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. (Jakarta: Bumi Aksara 2008). hal. 4

24

Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi. Psikologi Komunikasi. (Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas 2005). hal. 2

25

(35)

komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,

keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti

kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Dan menurut Lasswell

menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi,

yakni siapa (pelaku komunikasi pertama yang punya ide sebagai sumber),

mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa (pelaku

komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima), melalui saluran apa

(alat/saluran penyampaian informasi), dan dengan akibat apa (hasil yang

terjadi pada diri penerima). Defenisi ini menunjukkan bahwa komunikasi

adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.26

Hovlan, Janis & Kelly menyebut bahwa dalam komunikasi terdapat

komponen-komponen komunikasi, yaitu: 1) komunikator, yang bertugas

untul menyampaikan stimulus (biasa dalam bentuk kata-kata). 2)

komuniksai yang berperan sebagai peneerima berita. 3) pesan yang

diperbincangkan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

proses komunikasi melibatkan adanya pemberi berita pesan

(komunikator/sender), berita atau pesan yang disampaikan (massege), dan

penerima berita atau pesan (reseptor).

b. Karakteristik Komunikasi

Ada enam karakteristik komunikasi yang diperoleh dari gambaran

pengertian yang telah dikemukakan diatas. Dan karakteristik teresebut

adalah: 27

1) Komunikasi adalah suati proses yaitu Komunikasi itu proses

dinamis dan komunikasi itu tak bisa diulang dan diubah.

Komunikasi bersifat dinamis, karena komunikasi bukanlah suatu

yang statis (diam), segala sesuatu dalam komunikasi bersifat

26

Sasa Djuarsa Sendjaja. op. cit., hal. 10-11

27

(36)

akumulatif. Kita berkomunikasi sepanjang hidup kita, oleh

karenanya setiap interaksi dimana kita terlibat merupakan bagian

dari serangkaiaan kejadian yang saling berhubungan. Dengan kata

lain pengalaman komunikasi kita saat ini merupakan akhir dari

pengalaman masa lalu atau merupakan awal dari pengalaman masa

datang kita.

2) Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan,

yaitu sesuatu kegiatan yang dilakukan secara sadar. Pengertian

sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang

dilakukan seseorang berada dalam kondisi normal bukan dalam

keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang

dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakukanya.

3) Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para

pelaku yang terlibat.

4) Komunikasi bersifat simbolis, yaitu tindakan yang dilakukan

dengan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan

dalam komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam

bentuk kata-kata.

5) Komunikasi bersifat transaksional. Yaitu keberhasilan komunikasi

tidak hanya ditentukkan oleh salah satu pihak, tetapi oleh kedua

belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.

6) Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang, yaitu para peserta

yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta

tempat yang sama.

c. Fungsi Komunikasi

Setiap pengalaman komunikasi menghasilkan satu atau lebih

fungsi. Misalnya saja komunikasi dapat menolong kita untuk mengetahui

siapa diri kita, atau memapankan suatu hubungan dengan seseorang, atau

mencoba untuk mengubah sikap dan prilaku, baik diri kita maupun orang

(37)

1) Memahami diri sendiri dan orang lain

Kita membutuhkan feedback (umpan balik) setiap waktu dari orang lain secara tetap juga butuh feedback dari kita. Melaui proses komunikasi kita akan dapat mempelajari kenapa kita bisa percaya dan

tidak percaya, apakah pikiran dan perasaan kita sampaikan dengan

jelas. Pada kondisi apakah kita memiliki kekuatan untuk dipengaruhi

orang lain serta apakah kita mampu apa tidak, secara efektif membuat

keputusan atau menyelesaikan konflik dan maslah.

2) Memapankan hubungan yang bermakna

Memapankan hubungan yang bermkana yang dimaksud

dengan hubungan bermakna adalah bahwa guna mencapai hubungan

yang harmonis, kita tidak dapat hanya memikirkan diri sendiri, tetapi

juga harus mempertimbankan kebutuhan dan keinginan orang lain.

Dalam suatu komunikasi, masing-masing yang terlibat harus

memenuhi kebutuhan untuk diterima, dikontrol dan mendapatkan

kasih sayang.

3) Mengubah sikap prilaku

Dalam interaksi antar pribadi, kelompok kecil dan kelompok

publik, setiap individu memiliki kesempatan untuk mempengaruhi

orang lain baik secara bersandar atau tidak. Kita mengabiskan banyak

waktu untuk mencobamempengaruhi orang lain agar berpikir seperti

“apa yang kita pikir” bertindak sebagaimana +apa yang kita lakukan” dan menyukai “apa yang kita sukai”. Kadangkala upaya kita berhasil

dan kadangkala tidak. Dalam banyak kasus pengalaman membujuk

kita menghasilkan kepada kita kesempatan untuk mempengaruhi

orang lain karenya kita dapat mencoba untuk mewujudkan tujuan

kita.28

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi, artinya bahwa dalam

kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari aktivitas

berkomunikasi. Baik pada tujuan tertentu maupun tanpa disadarinya

28

(38)

manusia melakukan komunikasi. Bahkan dalam kondisi tidak

menginginkan sekalipun manusia serigkali harus terlibat dalam

komunikasi.

d. Tujuan Komunikasi

Kegitan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentu memiliki

tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah pada suatu hasil atau akibat

yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Secara umum, menurut Wilbur

Schramm, tujuan komunikasi dapat dilihat pada dua perspektif

kepentingan yaitu kepentingan sumber/pengirim/komunikator dan

kepentingan penerima/komunikan. dengan demikian maka tujuan

komunikasi yang ingin dicapai adalah

Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber

1) Memberikan informasi

2) Mendidik

3) Menyenangkan/ menghibur

4) Mengajukan suatu tindakan

Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima

1) Memahami informasi

2) Mempelajari

3) Menikmati

4) Menerima atau menolak anjuran29

Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan

antara lain seperti pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti, memahami

orang lain, gagasan kita diterima oleh orang lain dan menggerakkan orang

lain agar melakukan sesuatu.30

29

Sasa Djuarsa Sendjaja, op. cit., hal. 19

30

(39)

e. Kemampuan Berkomunikasi Lisan Bagi Siswa

Kemampuan berkomunikasi merupakan bagian dari kemampuan

hidup sosial yang sangat penting dimiliki oleh siswa untuk bekal hidup

bermasyarakat.31 Banyak profesi yang menuntut kecakapan berkomunikasi lisan dimiliki dengan baik, misalnya guru, dosen, wartawan, dokter,

presenter, pengacara, konsultan, diplomat, politikus dan masih banyak lagi

bidang pekerjaan yang lain. Walaupun tidak semua siswa jadi pekerja

seperti yang disebutkan, kecakapan siswa mutlak harus dimiliki oleh

siswa. Sebagai makhluk sosial, siswa harus memecahkan maslah yang

timbul sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sosial dan menampilkan

diri sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Berkaitan dengan hal itu,

Jhon Dewey telah mengemukakan bahwa sudah sepantasnya sekolah

sebagai miniatur masyarakat mendidik siswa tata cara bermasyarakat

dalam konteks sesungguhnya.32

Terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam

berkomunikasi, yaitu sumber, komunikator, pesan, saluran, penerima

pesan dan hasil. Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam

menyampikan pesa, yang digunakan untuk memperkuat pesan tersebut,

dan komunikator adalah berupa individu yang sedang berbicara.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan komunikator adalah memiliki kredibilitas

yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan berkomunikasi, mempunyai

pengetahuan yang luas, sikap dan memiliki daya tarik dala arti dia

memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan

pengetahuan.33

Menurut Abraham Maslow, Gordon Alport dan Carl Roger yang

berasal dari psikologi humanistik mengatakan bahwa, terdapat minimal

lima strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk

31

Departemen Pendidikan Nasional. Konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup. (Jakarta: Depdiknas 2003)

32

Anita Lie, Op. cit., hal.

33

(40)

menciptakan/membangun komunikasi efektif, seperti yang disebutkan

sebagai berikut:34

1) Keterbukaan

Sipat keterbukaan menunjuk 2 aspek tentang komunikasi yaitu bahwa

kita harus diawali dengan rasa saling terbuka. Adanya rasa saling

terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Dan

keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberoi tanggapan

terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang sesuatu yang

kita katakan. Dari sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran

dan gagasan kita. Sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.

2) Empati

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi

dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama darisikap empeti

adalahkamampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum

didengarkan dan dimengerti orang lain.

Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti

keinginannya, tetapi ia akan berusaha mamahami peserta didiknya

terlebih dahulu. Di sini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan

komponen indrawinya saja, tetapi melibatkan pula mata hati dan

perasaannya dalam memahami berbagai prihal yang ada pada peserta

didiknya.

3) Prilaku suportif

Keterbukaan dan empeti tidak akan berlangsung dalam dalam suasana

yang tidak suportif. Jack R. Gibb menyebutkan 3 prilsku yang

menimbulkan prilaku suportif, yakni deskriptif, spontanitas dan

privisionalisme.

4) Prilaku positif

Sikap positif dalam komunikasi ,enunjuk paling tidak dua aspek, yaitu

positif terhadap diri sendiri dan positif terhadap orang lain.

34

(41)

5) Kesamaan

Kesaan yang dimaksud adalah kominikasi umumnya akan lebih efektif

bila para pelakukanya mempunyai nilai, sikap, prilaku dan pengalaman

yang yang sama. Hal ini buksn berarti ketidaksamaan tidaklah

komunikatif, tentu saja dapat tetapi komunikasi lebih sulit dan perlu

banyak waktu untuk menyesuaikan diri dibandingkan dengan kedua

belah pihak memiliki kesamaan-kesamaan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memerlukan sesuatu yang

memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman,

maupun dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar

mengajar terdapat dua hal yang menentukan keberhasilannya yaitu

pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang

keduanya mempenyai ketergantungan untuk menciptakan situasi

komunikasi yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilatih

keterampialn berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi dapat berupa:35 1) Mengutaran suatu gagasan

2) Menjelaskan, mendiskusikan hasil percobaan atau pengamatan

3) Menyusun atau menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas

4) Menggambarkan data dengan grafik, tabel, peta dan diagram/bagan

5) Mengubah data dalam bentuk tabel kebentuk lainnya, misalnya grafik

atau peta.

Berdasarkan uraian-uraian diatas yang telah dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi yang akan digunakan

dalam penelitian ini meliputi penggunaan keahlian:

1) Membaca

2) Menjelaskan

3) Menyimak

4) Umpan balik

35

(42)

5) Diskusi

6) Mengambil keputusan

7) Menjawab pertanyaan

8) Melakukan refleksi

4. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.

Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif

individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Menurut James O.

Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan

demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau

kematangan, kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan tidak

termasuk sebagai belajar. 36

Belajar adalah penambahan pengetahuan, dimana guru-guru

memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid giat mengumpulkannya.

Belajar juga diartikan sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan

latihan. Belajar membawa sesuatu perubahan pada inividu yang belajar.

Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga

dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan,

minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek pribadi

seseorang.37

a. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar penguasaan

materi. Ranah kognitif meruapakan ranah yang lebih banyak

melibatkan kegiatan otak. Pada ranah kognitif terdpat enam jenjang

proses berpikir,mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni:

pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

36

Wasty Soemanto, Psiklogi Pendidikan, (Malang:Rineka Cipta, 1984), hal. 99.

37

Gambar

Gambar 2.1  Bagan Kerangka Pikir  ............................................................
Tabel  2.1  Perbedaan
Tabel 1.1. Perbedaan kelompok belajar kooperatif
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kognitif
+7

Referensi

Dokumen terkait

trigonometri dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam mengerjakan soal secara mandiri.. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran

peristiwa, jeung kagiatan (Arikunto, 2010:3). Métode déskriptif ogé miboga tujuan pikeun ngadéskripsikeun, nyieun gambaran sacara sistematis, faktual, sarta akurat

Kita sebagai manusia yang memiliki akal dan berpegang teguh dalam ajaran islam, kita. harus meluruskan niat kita dalm mencari ilmu dan mengamalkannya nanti agar

kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya. 10.3.3 Analisis Sumberdaya Manusia (SDM) Bidang

Berdasarkan uji Duncan, disimpulkan bahwa Eichhornia crassipes solm merupakan tanaman eceng paling efektif yang memiliki kemampuan paling tinggi dalam menyerap logam

dimasukkan ke dalam sebuah channel decoder untuk melindungi data. Gambar 5.26 Model Umum Sistem Komunikasi Digital Spektrum.. Komentar mengenai jumlah pseudorandom adalah

Sebagai tenaga kesehatan masyarakat onal, tentunya tenaga kesehatan masyarakat ditutut tidak hanya sekedar menyusun rencana Pelaksanaan Pembangunan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah berhasil peneliti lakukan, maka kesimpulan yang bisa diambil peneliti dari penelitian ini adalah