• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR,

A. Deskripsi Teoretis

1. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya, serta memimpin dirinya. Selain itu, cooperative learning dirancang untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi. Dalam strategi ini diharapkan siswa berperan secara aktif, reflektif, dan saling menghormati dalam setiap proses untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu untuk membangun model koperatif harus dimulai dari inisiatif, dan kepedulian guru terhadap kondisi nyata siswa untuk kemudian mengubah hal-hal yang menghambat berlangsungnya suatu proses pembelajaran.1

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif didasarkan oleh teori-teori perlakuan, persandaran sosial dan teori perkembangan kognitif konstruktivis yang menyatakan bahwa siswa harus membangun pengetahuannya secara aktif. 2Informasi yang disampaikan merupakan informasi yang jelas tidak ambigu. Secara umum komunikasi adalah suatu cara sharing ide dan pengklarifikasian

1

Yurni Susanti. Upaya peningkatan kreativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui modifikasi Cooperative learning Model Jigsaw. Jurnal pendidikan, No. 04 Tahun 26, Desember 2003, hal. 326

2

Isjoni, Cooperatif Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 53

pengertian, proses komunikasi juga membantu membangun pemahaman.

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin adalah srategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tertinggi. Dan menurut Davidson dan Worsham, pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang efektif yang mengintergrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.3

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu yang memiliki prinsip dasar siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam proses pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajari siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Selain itu, siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menggali berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.4

3

Tonih Feronika, Buku Ajar Strtegi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 56

4

Kegiatan dalam kooperatif akan membantu siswa-siswa yang lemah dalam akademik untuk dapat memahami materi, karena dalam pembelajaran kooperatif siswa yang pintar menjelaskan dan menguraikan materi ke siswa yang kurang paham. Hal ini dapat memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat memahami materi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompaknya belum menguasai bahan pembelajaran.5

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya yaitu memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa ketika belajar secara bekerjasama dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif, membuat siswa bisa meraih keberhasilan dalam belajar dan melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir, maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

Model Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Karena dalam model pembelajaran ini siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga sebagai tutor bagi teman sebayanya.

Sharan mengemukakan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif akan memilki motivasi yang tinggi karena didorong oleh rekan sebayanya. Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik dan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar sopan santun, meningkatkan motivasi siswa,

5

memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar untuk mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta menghargai pokok pikiran orang lain.

Selanjutnya Stahl mengemukakan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial. Zaltman mengemukakan pula bahwa siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual. Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar dapat memberikan berbagai pengalaman. Mereka akan lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik.6

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang baik di dalam kelompok kecil dengan siswa yang memiliki keahlian yang berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan pemahaman mereka pada sebuah mata pelajaran. Kegiatan dalam kooperatif akan membantu siswa-siswa yang lemah dalam akademik untuk dapat memahami materi. Siswa yang lemah bekerja secara individual cenderung akan menyerah jika menghadapi hambatan. Siswa yang pintar menjelaskan daan menguraikan materi ke siswa yang kuraang paham. Hal ini dapat memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat memahami materi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompaknya belum menguasai bahan pembelajaran

6

Tabel 1.1. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok konvensional7

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi

kelompok atau menggantungkan diri ada kelmpok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggoata kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman pemimpin bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau

kelompok dibiarkan untuk

memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan

Pemantauan melaui intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang

7

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 43

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

melakuakan intervensi jik terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok

belajar. Penekanan tidak hanya pada

penyelasaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Dalam pembelajran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini menunjukan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang

berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat member keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasrkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling meNghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana yang dikemukakan Slavin yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. 1) Penghargaan kelompok, pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap

anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan penigkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. 8

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Secara umum pembelajaran kooperatif teridiri dari lima karakteristik, yaitu:

1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelasaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.

2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5 siswa.

4) Siswa menggunakan perilkau kooperatif, prososial.

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka.9

d. Pengelolaan Kelas Pembelajaran kooperatif

Pengelolaan kelas pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas:

8

Isjoni, op. cit., hal. 21-28

9

1) Pengelompokan

Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok biasanya terdiri dari satu orang berkemammpuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan yang lainnya berkemampuan kurang. 2) Semangat gotong royong

Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran kooperatif, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat gotong royong. Semangat gotong royong bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa yang lainnya. 3) Penataan ruang kelas

Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan, toleransi guru di kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lain-lain. 10

e. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif

2) Adanya pengakuan dalam dalam merespon perbedaan individu 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

5) Terjalinnya hubungan baik dan bersahabat antar teman dan guru

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan diri agar lebih menyenangkan. 11

10

Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal. 37 – 50

11

f. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Carin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

1) Setiap anggota mempunyai peran.

2) Terjadi interaksi langsung diantara siswa.

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

4) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. 12

g. Keterampilan-keterampilan Kooperatif

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong adanya partisipasi, dan menyamakan persepsi atau pendapat 2) Keterampilan koopertaif tingkat menengah, meliputi mendengarkan

dengan aktif, meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut, menafsirkan atau menyampaikan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda, memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar.

3) Keterampilan kooperaif tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan, dan menghubungkan pendapat dengan topik tertentu. 13

h. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Kooperatif

1) Meyampaikan tujuan dan motivasi siswa 2) Menyajikan informasi

3) Mengorganisasikan siswa/peserta didik dalam kelompok kooperatif

4) Bimbing atau membantu kerja kelompok dalam belajar untuk melakukan kegiatan/berkooperatif

5) Evaluasi

12

Tonih Feronika, op. cit., hal. 56

13

6) Memberikan penghargaan.14

i. Beberapa Variasi Teknik Dalam Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima macam teknik belajar kooperatif yang berhasil dikembangkan para peneliti pendidikan di Jhon Hopkins University yaitu:

Student Team Achievement Divisions (STAD), JIGSAW, TGT (Tean Game Tournamen), Team Acelarated Intruction (TAI), dan Cooperative Intergrated reading & Composition (CIRC).

1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari empat atau lima orang siswa secara heterogen. Pembelajaran ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

2) Pembelajaran koopertif tipe TGT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk tidak menggunakan kuis atau saling tanya melainkanj menggunakan turnamen atau lomba mingguan. Dalam lomba itu siswa berkompetisi untuk menyumbangkan poin pada skor mereka.

3) Pembeljaran kooperatif tipe Team Acelarated Intruction (TAI) merupakan pembelajaran kooperatif yang menggabungkan kerja kelompok dan individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Setelah itu hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh tim lain.

4) Pembelajarn kooperatif tipe JIGSAW adalah pembelajaran kooeratif dengan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli.

5) Pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Intergrated reading & Composition (CIRC) merupakan pembelajaran yang hanya

14

H. M. Sirih dan Muhammad Ali, Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendiri, MIPMIPA, Vol. 6 No. 1, Februari 2007, hal 22

menekankan pada membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas

Cooperative Intergrated reading & Composition terdiri dari siswa mengikuti urutan intruksi guru, latihan tim, assesmen tim awal dan kuis.15

2. Teknik Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Silberman, mengatakan bahwa jigsaw learning merupakan sebuah teknik dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan pertukaran dari kelompok ke kelompok dengan suatu perbedaan penting setiap peserta didik mengerjakan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, kemudian dibuat suatu kumpulan pengetahuan. Dalam setting jigsaw learning ini dijelaskan bahwa setiap peserta didik adalah pengajar. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lainnya.16

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al. sebagai metode Cooperative learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.17

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

15

Tonik Peronika, op. cit., hal. 63-64

16

Srih dan Muhammad Ali. op. cit., hal. 23

17

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.18

Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah suatu metode pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur multifungsi kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua tingkatan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi yaitu diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal sehingga dalam metode pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang lain dan menciptakan saling ketergantungan bagi tiap anggota kelompok.

a. Tahapan-tahapan Dengan Teknik Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaan kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membnatu dalam menguasai materi untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam belajar model kooperatif jigsaw ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya antara lain:

Tahap pertama, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok-kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan. Jumlah tiap kelompok yang tepat adalah sekitar 4-6 orang dengan kondisi siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya.

Tahap kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan didiskusikan, maka di dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan

18

Emildadiany, Novi, Cooperative Learning-Teknik Jigsaw, http://makalahkumakalahmu. wordpress.com/2008/09/15/coopertaive-learning (tgl: 1/22/2010 Jam: 10. 57)

anggota-anggota kelompok dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.

Tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.

Tahap keempat, siswa diberikan tes/kuis oleh guru, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami suatu materi dengan metode pembelajaran kooperatif jigsaw tersebut. 19

Menurut Anita Lie tahapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw antara lain:

1) Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian

2) Sebelum pembelajaran dimulai, pengajar memberikan penjelasan terhadap tipok yang akan dipelajari. Ini bertujusn agar siswa lebih siap untuk menghadapi bahan pelajaran yang akan dipelajari

3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

4) Bahan yang pertama diberikan kepada siswa yang pertama, dan bahan yang kedua diberikan kepada siswa yang kedua. Dam begitu seterusnya.

5) Kemudian siswa mempelajari bahan ajar yang telah diberikan 6) Setelah selesai, siswa saling menjelaskan bahan ajar yang telah

dipelajarinya masing-masing. Ini bertujuan agar siswa dapat berinteraksi dengan teman-temannya.

7) Kemudian guru menjelaskan materi yang tidak ada pada bacaan. 8) Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi. 20

19

Tonik Feronika, Op. cit., hal. 70

20

b. Peranan Guru Dalam Teknik Jigsaw

Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri, menumbuhkan rasa tanggung jawab serta membuat siswa merasa senang dalam melakukan kegiatan diskusi dalam kelompoknya. Guru bukanlah menjadi pusat kegiatan kelas tetapi siswa lah yang menjadi pusat kegiatan kelas walaupun guru tetap mengendalikan aturan-aturan dalam pembelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran bisa atau menggunakan metode diskusi biasa guru menjadi satu-satunya nara sumber atau guru menjadi pusat dari semua kegiatan. 21

Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw antara lain:

Dokumen terkait