• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA DAN ESTETIKA TARI RAPA’I GELENG PADA MASYARAKAT ACEH BARAT DAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ETIKA DAN ESTETIKA TARI RAPA’I GELENG PADA MASYARAKAT ACEH BARAT DAYA."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA DAN ESTETIKA TARI RAPA’I GELENG

PADA MASYARAKAT ACEH BARAT DAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

RISKA JUNIANDA

NIM. 2113142065

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Bahasa dan Seni, UNIMED. Di samping persyaratan akademis, adalah juga ungkapan tanggung jawab penulis sebagai seorang akademis, melalui usaha penelitian ilmiah yang diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Skripsi ini berjudul “Etika

dan Estetika Tari Rapa’I Geleng Pada Masyarakat Aceh Barat Daya”.

Apa yang penulis lakukan ini mungkin belum mencapai hasil yang maksimal, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga Skripsi ini bisa memberi kontribusi terhadap khasanah pengetahuan, dan semoga penelitian ini membantu terhadap kegiatan penelitian-penelitian relevan selanjutnya.

Banyak sudah dukungan dan bantuan yang penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa bantuan, dukungan, dan kemudahan-kemudahan yeng diperoleh, sulit kiranya penulis menyelesaikan tugas ini. Untuk itu, rasa hormat dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan

Seni Universitas Negeri Medan.

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik.

4. Sitti Rahmah, S.Pd. M,Si. Kaprodi Pendidikan Tari sekaligus Dosen Penguji.

5. Nurwani, S.S.T. M.Hum. Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi untuk penulis agar dapat menyelesaikan Skripsi.

6. Yusnizar Heniwati, S.S.T. M.Hum. Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi.

7. Irwansyah, S.Sn, M.Sn. Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Penguji.

8. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Tari serta staf Administrasi dan Perlengkapan di lingkungan FBS Universitas Negeri Medan.

9. Teristimewa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Rusli dan Ibunda Karnizar, yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, semangat, kesabaran, kasih sayang dan Doanya kepada penulis serta Abanganda tersayang Deni Kurniawan S.P yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis.

10.Nasruddin dan Wardah selaku Narasumber serta Group Bujang Juara yang memberikan banyak informasi dan masukan mengenai Etika dan

(7)

iii

11.Keluarga besar Trisi, Sahabat tersayang mas Adit, Sri Yuningsih S, M. Juni Pranata, M.Chairil Syahputra, Dial Al Rabin, Dito, Lenni Manikk, Heri Julyanda yang selalu bersedia hadir dalam memberikan motivasi yang membangun kepada penulis.

12.My bestfriend Laurensia Dora Melisa Sinaga, Hestyoni Lase, yang telah membantu pada masa perkuliahan maupun pada saat penyusunan Skripsi ini. Serta Reni Sundari, Eli Darmika, Novinta Sari, Ina Refida Daulay, Sri Rahayu dan seluruh teman-teman seperjuangan di Pendidikan Tari Stambuk 2011, yang tidak bisa dituliskan satu per satu. 13.Saniati, S.Pd, teman-teman kost 182, Kakak Asmidar Manik, Abang Simbolon, Kakak Laura, Unen Wilda, Heksa, dan wulan yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih buat segala sesuatu yang sudah diberikan baik dukungan secara langsung maupun tidak langsung. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Sebagai pedoman dalam menambah wawasan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Medan, 2015 Penulis,

(8)

i

ABSTRAK

Riska Junianda, 2113142065. Etika dan Estetika Tari Rapa’I Geleng Pada Masyarakat Aceh Barat Daya. Skripsi. Medan. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2015.

Rapa’I Geleng adalah sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah Aceh Barat Daya tepatnya di Manggeng, Rapa’I Geleng di ciptakan oleh pemuda Aceh yang belajar mengaji di balee. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Etika dan Estetika tari Rapa’I Geleng Pada Masyarakat Aceh Barat Daya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori etika K. Bertens (1994) dan estetika Dharsono (2007:14).

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian yang dimulai dari bulan Mei hingga Juli tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah di desa Seuneulop Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya, untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi berupa video dan foto-foto serta melakukan wawancara.

Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul, dapat diketahui bahwa Tari Rapa’I Geleng tergolong tari tradisional Aceh yang berasal dari desa Seuneulop Kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya. Tari Rapa’I Geleng merupakan suatu tarian yang berawal dari upacara agama Islam yaitu Dalail Qairat, dilaksanakan ditempat pengajian yang dilakukan malam hari setelah shalat isya. Tari ini memililki tiga babak yaitu Saleum, Kisah, dan Lanie. Jumlah penari berkelompok, yang ditarikan oleh laki-laki. Dalam tari ini memiliki aturan-aturan dan nilai keindahan di lihat dari elemen-elemen tari yaitu tema, gerak, property, pola lantai, musik dan busana menurut ajaran agama Islam. Tari ini memiliki etika pada gerak, pola lantai, busana dan syair, dan pada estetika dilihat dari gerak, busana, music dan syair. Tari Rapa’I Geleng dilihat dari tema dahulunya sebagai penyampaian pesan yaitu menyiarkan agama akan tetapi setelah perkembangan zaman tema tari ini sudah berubah menjadi tari pertunjukkan. Dilihat dari gerak tari Rapa’I Geleng mempunyai aturan-aturan dan nilai-nilai keindahan sesuai dengan ajaran agama Islam. Pola lantai dalam tari Rapa’I Geleng dapat dilihat dari pola satu saf, dua saf yang diambil dari barisan atau saf dalam sholat, kemudian pola lingkaran merupakan masyarakat aceh melakukan musyawarah ataupun kerjasama. Busana dalam tari Rapa’I Geleng harus menutup aurat yang di anjurkan dalam ajaran agama Islam. Syair yg dibawakan dalam tari ini sesuai dengan tujuan tari. Dalam tari Rapa’I Geleng menggunakan musik internal dan eksternal.

(9)

iv

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN 7 A.Landasan Teori ... 7

1. Teori Bentuk ... 7

2. Teori Etika ... 8

3. Teori Estetika ... 9

B.Kerangka Konseptual ... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 14

A.Metode Penelitian ... 14

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

1. Lokasi Penelitian ... 15

2. Waktu Penelitian ... 15

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

1. Populasi ... 15

2. Sampel Penelitian ... 16

D.Teknik Pengumpulan Data ... 16

1. Observasi ... 16

(10)

v

3. Dokumentasi ... 17

4. Studi Pustaka ... 17

E. Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV PEMBAHASAN DAN PENELITIAN ... 22

A. Deskripsi Suku Aceh ... 22

1. Geografi Kecamatan Manggeng ... 22

2. Suku Aceh ... 25

3. Sistem Religi ... 26

4. Mata Pencaharian ... 27

5. Kesenian ... 27

B. Asal Mula Tari Rapa’I Geleng ... 28

C. Bentuk Penyajian ... 31

(11)

vi

3. Musik ... 53

4. Syair ... 54

BAB V PENUTUP ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

GLOSARIUM

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

4.1 Gambar Peta Aceh Barat Daya ... 22

4.2 Gambar Posisi Berdiri Sebelum Duduk Bersimpuh ... 31

4.3 Gambar Duduk Bersimpuh ... 32

4.4 Gambar Gerak Saleum ... 32

4.5 Gambar Gerak I’Laot ... 33

4.6 Gambar Gerak Gelumbang ... 33

4.7 Gambar Gerak Dayong-Dayong ... 33

4.8 Gambar Gerak Menumbuk Padi ... 34

4.9 Posisi penari membentuk garis horizontal ... 41

4.10 Posisi penari membentuk tiga dimensi ... 42

4.11 Posisi penari membentuk dua garis horizontal ... 42

4.12 Posisi penari membentuk lingkaran ... 43

4.13 Posisi penari membentuk horizontal 43 4.14. Gambar Busana Penari Rapa’I Geleng 52 4.15 Gambar Aksesoris Penari Rapa’I Geleng ... 53

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia, yang terletak

di ujung pulau Sumatera. Aceh dikenal dengan keunikan dan kekayaan yang

dimilikinya, baik kekayaan alam, budaya maupun adat istiadat yang dimilikinya.

Provinsi Aceh memiliki 23 Kabupaten, salah satunya Kabupaten Aceh

Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

Selatan bukanlah merupakan akses dari reformasi pada tahun 1998. Meskipun

perubahan pemerintahan nasional saat itu mempercepat pemekaran tersebut,

namun wacana untuk pemekaran itu sendiri sudah berkembang sejak sekitar tahun

1960-an. Perekonomian Aceh Barat Daya mengandalkan sektor pertanian dan

perdagangan untuk kelangsungan hidup. Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki 9

buah kecamatan yaitu : Babah Rot, Blangpidie, Jeumpa, Kuala Batee, Lembah

Sabil, Manggeng, Setia, Susoh, dan Tangan-Tangan.

Di setiap Kecamatan yang berada di Kabupaten Aceh Barat Daya

mempunyai nilai-nilai seni budaya sebagaimana yang dimiliki suku-suku lain

yang ada di Indonesia. Banyak terdapat berbagai kesenian-kesenian di Aceh Barat

Daya salah satunya di kecamatan Manggeng desa Seuneulop ada kesenian tari

Rapa’I Geleng.

Rapa’I Geleng adalah sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah

Aceh Bagian Selatan tepatnya Manggeng, yang sekarang masuk kawasan

(14)

22

yang belajar mengaji dibalee atau suatu tempat pengajian. Di sela-sela mereka

belajar mengaji diwaktu istirahat mereka menghibur dirinya dengan bermain,

bercanda, bernyanyi dan ada yang memainkan alat musik seperti rapa’i. Rapa’I

adalah alat musik perkusi tradisional Aceh yang sering digunakan pada

upacara-upacara adat di Aceh seperti upacara-upacara perkawinan, mengiringi tarian, dan

sebagainya.

Tari Rapa’I Geleng berawal dari upacara Agama Islam, yaitu Dalalil

Qairat. Dalalil Qairat yaitu suatu pendekatan diri kepada Allah SWT dan Nabi

Muhammad SAW dengan membacakan puji-pujian serta shalawat. Dalalil Qairat

ini dilakukan pada malam hari sesudah sholat isya di tempat pengajian. Dilakukan

dengan duduk bersila, melingkar, maupun berbanjar, sambil mengumandangkan

pujian-pujian Allah SWT serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut

perkembangan zaman Dalalil Qairat berkembang menjadi Rateb Geleng. Rateb

Geleng merupakan proses pendekatan dan pengembangan agama Islam dengan

menggelengkan kepala kekiri dan kekanan sambil membacakan pujian-pujian

serta shalawat kepada Allah SWT dan Rasulullah, gerakan ini dilakukan dengan

duduk bersila berbanjar maupun melingkar ditempat-tempat pengajian.

Perkembangan dari Dalalil Qairat dan Rateb Geleng menjadi tari Rapa’I Geleng

yaitu suatu kesenian yang lebih mengembangkan gerakan-gerakan dari kepala,

badan, tangan , kaki dan menambahkan alat musik Rapa’I sebagai musik

pengiring dan sebagai properti tari.

Tari Rapa’I Geleng mempertahankan suatu bentuk tari dengan melakukan

(15)

23

dengan irama pukulan Rapa’I dalam keadaan duduk. Tari Rapa’I Geleng

berfungsi sebagai media dakwah dalam menyiarkan agama Islam, tarian ini juga

mempunyai tema yang dibawakan oleh Rasulullah SAW serta menanamkan nilai

moral kepada masyarakat. Gerak dalam tari ini melambangkan sikap keseragaman

dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan

masyarakat. Gerakan tarian ini diangkat dari gerak yang menyerupai gerakan

sholat dan berzikir yaitu, kepala yang digerakkan kekiri dan kekanan, duduk

berbanjar satu saf. Tari Rapa’I Geleng juga terbagi menjadi 3 babak yaitu :

Saleuem (salam), Kisah (baik kisah rasul, nabi, raja, dan ajaran agama), dan Lani

(penutup).

Dalam tari Rapa’I Geleng mempunyai nilai etika dalam gerak, syair dan

busana yang mencerminkan sikap tingkah laku manusia dalam kehidupan yang

disesuaikan dengan ajaran Islam. Tari Rapa’I Geleng juga mempunyai nilai-nilai

estetika yang dapat diamati dari gerak lengan, torso, kaki dan kepala. Tari Rapa’I

Geleng secara keseluruhan lebih menekankan gerak pada bagian kepala, dan

menjadikan gerak unik dan mengandung nilai estetis dalam tari ini. Selain estetis

dalam gerak ada juga estetis dalam busana, yang dilihat dari warna, serta tetap

mengikuti aturan-aturan ajaran Islam yang identik dengan menutup aurat.

Tari Rapa’I Geleng ini adalah tari tradisi. Penari tari ini berjumlah genap

yaitu 10-20 orang penari maupun lebih. Tari ini dahulunya berawal dari upacara

agama Islam, seiring perkembangan zaman tari ini banyak digunakan dalam

pertunjukan, pesta perkawinan, penyambutan tamu, dan sebagainya. Masyarakat

(16)

24

tari ini dipertunjukan masyarakat menyaksikan dengan seksama. Berdasarkan

fenomena di atas yang sudah jelas, penulis tertarik mengangkat tarian ini menjadi

topik penelitian. Adapun judul dalam penelitian ini adalah “Etika dan Estetika

Tari Rapa’I GelengPada Masyarakat Aceh Barat Daya”.

B.Identifikasi Masalah

Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka penulis perlu

melakukan penelitian studi, objek yang diteliti dan melakukan observasi dan

wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat

diidentifikasi. Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diketahui, kemudian

penulis mengemukakan identifikasi masalah apa saja yang akan diteliti. Adapun

permasalahan yang ditemukan pada penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai

berikut.

1. Bagaimana asal usul Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat

Daya?

2. Bagaimana fungsi Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat Daya?

3. Bagaimana etika Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat Daya?

4. Bagaimana estetika Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat

Daya?

5. Bagaimana bentuk penyajian tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh

(17)

25

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diambil berdasarkan dari latar belakang dan juga

identifikasi masalah yang sebelumnya sudah dibahas di atas. Pembatasan masalah

digunakan untuk membatasi ruang pikir peneliti dalam meneliti suatu penelitian.

Adapun pembatasan masalah sebagai berikut .

1. Bagaimana Etika Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat Daya?

2. Bagaimana Estetika Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat

Daya ?

D. Rumusan Masalah

Sebuah penelitian bisa dilakukan, apabila rumusan dalam penelitian sudah

didapat. Perumusan masalah diperlukan agar dalam penelitian dilapangan tidak

terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Berdasarkan pada uraian di atas

maka perumusan masalah dalam topik penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Etika Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat Daya?

2. Bagaimana Estetika Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat

Daya ?

E. Tujuan Penelitian

Dalam pembuatan tujuan dari penelitian seorang peneliti harus

mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Tujuan penelitian

benar-benar mengacu pada rumusan masalah penelitian. Perbedaannya hanya bila

rumusan masalah ditulis ke dalam bentuk pertanyaan, sedangkan tujuan masalah

(18)

26

Dari perumusan masalah yang ada sehingga peneliti memiliki beberapa

tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan Etika Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat

Daya.

2. Mendeskripsikan Estetika Tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh

Barat Daya.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian selalu memiliki hasil yang bermanfaat dan berguna, terutama

bagi pengembangan ilmu, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Sesuai dengan

penjelasan di atas dan setelah penelitian ini dirangkumkan maka manfaat

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambahkan pengetahuan dan

wawasan mengenai tari Rapa’I Geleng pada masyarakat Aceh Barat

Daya.

2. Bagi narasumber, penelitian berharap dapat memberikan motivasi untuk

meningkatkan dan mengembangkan Tari Rapa’I Gelenga di Aceh Barat

Daya.

3. Bagi kalangan publik, sebagai informasi bahwa Aceh memiliki

produk-produk kesenian yang layak disajikan dalam bentuk seni pertunjukkan.

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan datang ingin

meneliti mengenai kesenian khususnya kesenian Aceh.

5. Sebagai bahan motivasi sebagai pembaca, khususnya pembaca yang

(19)

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah diselesaikan oleh penulis,

dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Tari Rapa’I Geleng berasal dari desa Seuneulop Kecamatan Manggeng

kabupaten Aceh Barat Daya .

2. Etika dalam tari Rapa’I Geleng dapat dilihat dari gerak, busana, dan syair,

semuanya mempunyai aturan-aturan sesuai dengan norma dan hukum

dalam syariat Islam. Ragam gerak nya yaitu penghormatan, sholawat,

saleum. Penghormatan merupakan awal proses menghormati terutama

kepada Tuhan yang Maha Esa atas ungkapan bentuk rasa syukur. Sholawat

merupakan doa dimana para penari wajib bershalawat kepada Nabi besar

Muhammad SAW. Saleum merupakan salah satu akar kata Islam, dimana

gerak ini merupakan etika yang menunjukkan rasa hormat kepada para

penonton, para hadirin, dan petuah-petuah yang dituakan.

3. Estetika dalam tari Rapa’I Geleng dapat kita lihat dari gerak, busana,

musik, dan syair, semuanya mempunyai nilai keindahan sesuai dengan

ajaran Islam.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Dengan adanya penelitian tari Rapa’I Geleng pada Masyarakat Aceh Barat

(20)

56

2. Daya agar lebih memperhatikan dan berupaya melestarikan

kesenian-kesenian di Kabupaten Aceh Barat Daya.

3. Penulis menyarankan kepada pemerintah agar memberikan wahana atau

tempat para seniman-seniman untuk menuangkan ide-ide kreatif mereka.

4. Kepada generasi muda diharapkan untuk dapat mempelajari tari-tari

tradisional Aceh secara baik dan benar sesuai dengan norma dan adat

(21)

57

DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, dkk, 2008. Tata Busana Untuk SMK jilid I. Departemen Nasional : Jakarta.

Fauzya Lestari Syera, 2012.“Konsep Koreografi Tari Rapa’I Geleng pada masyarakat Aceh Utara”. Medan: Jurusan Sendratasik, FBS Universitas Negeri Medan.

Hasanah Ulfatun, 2013.“Keberadaan Tari Rateb Meusekat Pada MasyarakatAceh Di Kabupaten Nagan Raya. Medan: Jurusan Sendratasik, FBS Universitas Negeri Medan.

Hadi, Y Sumandiyo, 2002. Kajian Tari, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Jakfar Paleh, M. 2013.Sistem Sosial dan Budaya Masyarakat Aceh. Aceh : Islamic Studies Jurnal

Langer, Sezane K, 1988. Problematika Seni , Terjemah F.X. Widaryanto, Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia.

Made Wirartha, I. 2005. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis. Denpasar

Nurwani. 2014. Bahan Ajar Pengetahuan seni Tari. Medan: Unimed Press

Sachri, Agus, 2002. Estetika Makna, Simbol, dan Daya. Bandung: Penerbit ITB

Sandi Herri. 1989/1990. Deskripsi Tari Rapa’I Geleng. Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantorwilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh : Aceh.

Soedarsono, 1978, Djawa Bali: Dua Pusat Perkembangan damarttugi Tradisional Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.

Sony Dharsono, 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Bandung.

S.Praja, Juhaya,2008. Aliran-aliran Filsafsat dan Etika, Prenada Media:Jakarta.

(22)

58

http://acehselatan.com

https://www.Petainfrastrukturkabupatenacehbaratdaya.com

http://kecamatanmanggeng.esy.es/profil/geografis

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Aceh

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Aceh_Barat_Daya

Gambar

Gambar Peta Aceh Barat Daya ........................................................ 22

Referensi

Dokumen terkait

Demikianlah Berita Acara Pembukaan (download) file II penawaran pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Muara Enim ini dibuat dengan

Untuk melihat tingkat kemaknaan pengaruh perlakuan sebelum dan setelah pemberian terapi musik instrumental terhadap intensitas nyeri antara kelompok eksperimen dengan

Dari temuan-temuan inilah penulis menyimpulkan bahwa peran kepala desa mojojejer dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakatnya dalam membayarkan pajak bumi

CPL yang dibebankan pada mata kuliah adalah beberapa capaian pembelajaran lulusan program studi (CPL-PRODI) yang digunakan untuk pembentukan/pengembangan sebuah mata kuliah

Adib Bahrul Huda MI Miftahul Mubtadiin Islamiyah III/b 6 Penata Muda Tk.. Ali Mahbub MI Sunan Giri III/b 8 Penata

Pengembangan Program Insentif Riset secara umum menunjukkan bahwa Peningkatan kinerja penelitian berada pada katagori rendah; Peningkatan Kerjasama antara penghasil

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan natrium bisulfit pada pembuatan tepung kentang dengan pengeringan sinar matahari dan oven terhadap kadar air, rendemen, dan

Demokrasi yang sedang berjalan dengan baik harus didukung oleh kekuatan masyarakat sipil (civil society) sehingga kaum elit politik dapat menjalankan hasil keputusan politik