PRINSIP DALAM AIKIDO
AIKI NO GENRI
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O L E H
WIDYA WIRATNA 122203038
PROGRAM STUDI D III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PRINSIP DALAM AIKIDO
AIKI NO GENRI
KERTAS KARYA
Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian program pendidikan Non-Gelar
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Medan, untuk melengkapi salah satu
syarat kelulusan Diploma III dalam bidang Bahasa Jepang.
Dikerjakan
OLEH:
NIM:122203038 WIDYA WIRATNA
Pembimbing, Pembaca
Zulnaidi, S.S., M.Hum
NIP. 19670807200501001 NIP.197212281999032001
Dr.Diah Syafitri Handayani,M.Lit
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN
DiterimaOleh
Panitiaujian program pendidikan Non-GelarSastraBudaya FakultasIlmuBudayaUniversitas Sumatera Utara Medan,
Untukmelengkapisalahsatusyaratujian Diploma III dalambidang StudiBahasaJepang.
Pada : Tanggal : Hari :
Program Diploma D III Bahasa Jepang FakultasIlmuBudaya
Universitas Sumatera Utara Dekan
Nip.195110131976031001 Dr. SyahronLubis, M.A
PanitiaUjian:
No. Nama TandaTangan
1. Zulnaidi, S.S.,M.Hum ( )
2. Zulnaidi, S.S M.Hum ( )
Disetujui oleh :
Program Diploma Sastra Dan Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program studi D III Bahasa Jepang
Ketua Program Studi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah subhanahu wa Ta’ala atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya yang
berjudul “PRINSIP DALAM AIKIDO” ini.
Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna
karena kemampuan penulis masih terbatas. Tetapi, berkat bantuan dan dukungan
beberapa pihak, maka penulis berhasil menyelesaikan kertas karya ini.
Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang memberi bantuan serta dukungan, terutama
kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum. Selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
4. Ibu Dr.Diah Syafitri Handayani, M.Litt Selaku Dosen Pembaca yang telah
memberikan pengarahan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian kertas
karya ini.
5. Ibu Rani Arfianti, S.S. Selaku Dosen Wali.
6. Kepada seluruh Dosen dan Staf pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas
7. Teristimewa kepada Orang tua, Ayahanda Supratno dan Ibunda tercinta
Dewi Yellinius Putri yang telah banyak memberikan pelajaran hidup,
semangat dan senantiasa melimpahkan kasih sayang dan doa restu serta
bantuan moril maupun material kepada penulis.
8. Adik-adikku tersayang Fajar Rammadhan Widyanto, Widyatmo Nugroho,
dan Widyar Ananta Pramudya yang selalu memberikan semangat.
9. Untuk teman-teman seperjuangan khususnya stambuk 2012 terimakasih
telah memberikan warna-warni di kehidupan penulis.
10. Buat masku Muhammad Arief terima kasih banyak telah membantu mencari
buku, memberi perhatian, dukungan serta selalu berdoa serta membantu
menyelesaikan kertas karya ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini,
sehingga kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan
dukungannya selama ini. Mudah-mudahan kertas karya ini berguna dan
bermanfaat bagi kita dikemudian hari.
Medan, Juli 2015 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2. Tujuan Penulisan ... 2
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Metode Penulisan ... 3
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AIKIDO ... 4
2.1. Sejarah Singkat Aikido ... 4
2.2. Makna Aikido ... 5
2.2.1. Makna Aikido Secara Arti Bahasa ... 5
2.2.2. Makna Aikido Secara Esensial ... 6
2.2.3. Makna Aikido Sebagai Beladiri ... 6
BAB III PRINSIP DALAM AIKIDO ... 8
3.2.4. Takemusu Aiki... 17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 18
4.1. Kesimpulan ... 18
4.2. Saran ... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul
Aikido merupakan salah satu jenis olahraga beladiri Jepang yang paling
sulit untuk dikuasai dengan benar. Dimulai dari lingkungan istana kekaisaran
Jepang yang diperkenalkan oleh Morihei Ueshiba, hingga kini Aikido digemari di
seluruh dunia oleh pria dan wanita. Seni beladiri yang berasal pada budaya Jepang
ini mengajarkan keseimbangan. Diantara ajaran filosofis Aikido, salah satu yang
lebih dasar dan lebih penting adalah belajar mengendalikan diri. Mempertahankan
keseimbangan batin diperlukan untuk menyelaraskan harmoni antara tubuh,
pikiran dan jiwa melahirkan kelembutan yang memungkinkan untuk
mengendalikan serangan lawan, dan mengontrol diri adalah kunci untuk mencapai
dan mempertahankan harmoni. Pada Aikidoka yang mengembangkan gaya dan
interpretasi mereka sendiri yang hanya bertumpu pada kemenangan saja, bukanlah
Aikidoka sejati karna prinsip dasar pada Aikido bukanlah kemenangan semata
melainkan bertarung tidak dengan kekerasan. Kemenangan dalam prinsip Aikido
adalah usaha terus menerus untuk menyingkirkan pikiran perselisihan serta
konflik di dalam diri kita sendiri. Seorang Aikidoka harus belajar untuk menjadi
satu dalam situasi apapun. Menjadi salah satu sarana memiliki sifat hormat untuk
semua hal dan situasi, teman atau musuh. Dengan pelatihan menjadi satu dalam
setiap situasi, harmonisasi akan mengikuti dan itu akan menjadi mungkin untuk
menjalankan teknik Aikido, gerakan dan bentuk akurat dan efisien. Para Aikidoka
beladiri. Hal ini bisa dimaklumi karena Aikido mengajarkan kelembutan dan
keseimbangan yang melahirkan sebuah harmoni. Dalam kelembutan dan
keindahan gerakannya, kekerasan selalu bisa dikalahkan, itu sebabnya mengapa
Sensei Ueshiba mengatakan bahwa kekuatan tak terbatas datang dari kekuatan
pernafasan. Efeknya, didasarkan atas prinsip-prinsip alamiah, Jika orang lain
datang dengan kekuatan penuh untuk melawan Aikidoka dan Aikidoka cukup
melakukan respon dengan hanya mengambil tenanganya kedalam diri anda, maka
tidak diperlukan usaha apapun. Dikatakan bahwa pertahanan adalah pelanggaran
terbesar dalam Aikido, karena dalam Aikido untuk melakukan serangan, kita
harus belajar untuk menjauh dari jangkauan efektivitas serangan lawan dalam
mempertahankan jangkauan anda sendiri dengan melakukan serangan balik secara
efisien. Maka dengan uraian inilah, penulis ingin mencoba untuk membahas lebih
lanjut mengenai Aikido serta prinsipnya.
1.1. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Kertas Karya ini adalah;
1. Memenuhi salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar diploma III
program studi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk memperkenalkan salah satu seni beladiri yang ada di Jepang, yaitu
Aikido.
3. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai Aikido
serta prinsip dalam beladiri ini.
4. Kertas karya ini merupakan pencerahan tentang Aikido yang ditulis
5. Kertas karya ini menguraikan dengan sederhana tentang filosofi Aikido
sebagai jalan untuk beladiri sekaligus sebagai cara untuk melihat dan
menjalani kehidupan.
1.3. Pembatasan Masalah
Aikido adalah salah satu beladiri terkenal di Jepang. Penulis akan
memfokuskan pembahasan Kertas Karya ini pada prinsip dalam Aikido. Untuk
mendukung pembahasan ini penulis akan memaparkan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam seni beladiri Aikido.
1.4. Metode Penulisan
Dalam penulisan Kertas Karya ini, penulis menggunakan metode
Kepustakaan (library research) yaitu suatu metode pengumpulan data atau
informasi dengan cara membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan
Aikido. Setelah semua data-data terkumpul, kemudian disusun kedalam setiap
bab. Selain itu, penulis juga memanfaatkan teknologi internet sebagai referensi
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG AIKIDO
2.1. Sejarah Singkat Aikido
Aikido berasal dari teknik beladiri kuno Jepang, seperti jujitsu, kenjitsu,
dan bojitsu yang merupakan seni perang. Pada awalnya, seni perang tersebut
dikembangkan oleh Pangeran Teijun, putra keenam Kaisar Seiwa. Kemampuan
beladiri ini hanya dapat digunakan oleh para prajurit kekaisaran Jepang untuk
berperang dan hanya dapat dikuasai oleh orang-orang dari istana kerajaan,
terutama samurai pilihan di istana dan tidak sembarangan orang dapat
mempelajarinya. Yang kemudian merupakan pertahanan diri yang cukup efektif
pada masa itu. Setelah masa restorasi Meiji, teknik beladiri ini mulai
dikembangkan secara luas tapi belum cukup populer. Lalu Morihei Ueshiba
membuat seni beladiri ini dikenal luas tahun 1925 dan tahun 1941, seni beladiri
ini dikenal dengan nama Aikido. Beliau pun menggabungkan gerakan beladiri ini
dengan beladiri tradisi kuno dan pendalaman spiritual.
Aikido lahir di Jepang sebelum perang dunia ke dua setelah Jepang
mengalami kekalahan akibat bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan
Nagasaki. Asal usul Aikido bermula pada abad 9, pada jaman feodal di Jepang.
Olahraga ini hanya bisa dikuasai oleh orang-orang tertentu. Aikido diciptakan
karena kejenuhan dari Morihei Ueshiba akan perang dan banyaknya korban yang
beliau lihat dan alami semasa perang. Sehingga sewaktu kembali ke Jepang
setelah selesai ditugaskan berperang, beliau berpikir untuk menciptakan suatu
Morihei Ueshiba adalah orang yang juga mempelajari spiritual secara
mendalam dan pengikut dari sekte Omotokyo dari agama Shinto. Karena itu
pengembangan Aikido sangat dipengaruhi oleh kepercayaan sekte Omotokyo ini.
2.2. Makna Aikido
2.2.1. Makna Aikido Secara Arti Bahasa
Nama Aikido memiliki arti yang mencerminkan harapan dari
pendirinya. Aikido terdiri dari 3 buah karakter kanji Jepang yaitu “Ai” yang
berarti “Keharmonisan gerakan tubuh dengan jiwa”,”Ki” yang berarti “Energi
kehidupan (chi)” dan “Do” yang berarti “Jalan”. Jadi Aikido berarti “Jalan untuk
mengharmoniskan gerakan tubuh dan jiwa dengan energi kehidupan”. Dengan
kata lain Aikido merupakan suatu jalan untuk mengharmoniskan semua yang ada
dikehidupan kita.
Dengan keharmonisan ini, diharapkan dapat menciptakan suatu
kedamaian, namun jika harus menggunakan Aikido untuk membela diri bukan
berarti harus dengan menghancurkan sesuatu untuk mencapai tujuan, melainkan
untuk mengatur emosi yang ada pada diri kita sehingga kita dapat menguasai hati
dan pikiran dari lawan kita. Dilihat dari arti nama Aikido maka Aikido dapat
dipelajari oleh siapapun tanpa mengenal batas umur, keadaan fisik yang kuat atau
lemah, lelaki maupun perempuan. Ini disebabkan Aikido tidak hanya
2.2.2. Makna Aikido Secara Esensial
Berikut ini beberapa makna Aikido secara esensial:
1. Aiki adalah hukum alam semesta.
2. Aikido adalah perwujudan dari langit dari penyatuan langit, bumi dan
manusia, ini adalah sebuah kebenaran yang baik dan indah.
3. Aiki berfungsi dalam segala hal dimuka bumi ini, dari ruang angkasa
nan luas hingga tumbuhan dan hewan terkecil, Ki meliputi segala
sesuatu dan kekuatannya tak terbatas, dengan Aikido kita dapat
menghubungkan diri kita dengan kekuatan besar alam semsta ini.
4. Aikido tidak mengandalkan senjata ataupun kekuatan belaka,
sebaiknya kita menempatkan diri kita selaras dengan alam semesta.
5. Aikido adalah cara untuk dapat mengendalikan agresi tanpa
menciderai.
2.2.3. Makna Aikido Sebagai Beladiri
Aikido merupakan beladiri khas Jepang yang maknanya berarti
meminjam dan menyalurkan tenaga lawan, untuk kemudian mengalirkannya,
sehingga serangan yang datang pada kita dapat dikembalikan dengan bantingan
atau teknik kuncian. Teknik Aikido disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia,
sehingga membuat gerakan Aikido kelihatan praktis dan sederhana. Teknik
Aikido memiliki ciri yang unik. Gerakannya dinamik dan memiliki aliran yang
tidak terputus. Gerakannya banyak memiliki teknik yang melingkar atau masuk ke
daerah lemah lawan. Aikido merupakan kesatuan beragam teknik yang
dan mengontrol penyerang. Dengan bentuk tekniknya yang dinamik, Aikido
memungkinkan selalu bergerak. Aikido selalu bisa digunakan dalam menghadapi
situasi dengan banyak penyerang. Pada tingkat terbaik, Aikido diyakini dapat
melindungi seseorang tanpa menyebabkan cedera serius, baik bagi penyerang
maupun yang diserang dan ini merupakan keistimewaan Aikido dibanding beladiri
yang lain yang cenderung melukai atau merusak lawan. Seni beladiri Aikido ini
dapat diikuti semua orang baik pria, wanita, tua maupun muda, dan sangat efektif
untuk membela diri terhadap serangan satu orang lawan maupun sekelompok
BAB III
PRINSIP DALAM AIKIDO
3.1. Fudo Genri
Fudo dalam arti bahasa memiliki makna “keheningan sejati”, sebuah kondisi
diam tak bergeming, sesuatu yang tidak terganggu gugat. Fudo adalah sebuah
kondisi hati yang tenang disebabkan faktor internal, mental, dan spiritual yang
sedemikian kokoh sehingga tidak dapat terpengaruh oleh faktor eksternal dari
lingkungan. Genri berarti prinsip. Fudo genri secara sederhana dapat diartikan
prinsip untuk membangun diri yang tak tergoyahkan, kokoh secara fisik, mental
dan spiritual. Fudo genri sangat erat kaitannya dengan pencapaian harmonisasi
dengan diri sendiri.
3.1.1. Kihon Genri
Kihon berarti dasar, genri berarti prinsip. Kihon genri sebagai prinsip
dasar gerak, atau prinsip dasar yang digunakan dalam bergerak maupun dalam
teknik. Prinsip dasar gerak Aikido mengacu prinsip gerak alamiah. Ada empat
poin penting dalam kihon genri yang harus diperhatikan, dilatih dan dihidupkan
dalam latihan maupun keseharian.
3.1.2. Chu Shin
Secara bahasa chusin berasal dari kata “chu” yang berarti pusat, dan
“shin” yang berarti hati, kata chushin secara sederhana dimana hati dan pikiran
kita berpusat. Yang dalam kehidupan sehari-hari dipraktikkan secara sederhana
menjaga agar hati dan pikiran senantiasa dipusatkan kesebuah garis imaginer yang
ada didalam tengah badan kita, yang terbentang dari ujung kepala hingga ke ujung
kaki, dan terhubung oleh sebuah garis yang harus difisualisasikan dan juga
berfungsi sebagai poros gerak dan sebagai penjaga keseimbangan dari seluruh
jaringan tubuh kita.
Sebenarnya bila secara alamiah, segala sesuatu yang akan atau dapat
bergerak dengan poros yang terjaga dengan cara dan dalam kondisi yang stabil.
Secara latihan yang memvisualisasikan chushin kita melakukan dan
mengkondisikan diri kita untuk bergerak selalu dengan poros yang stabil dan
terjaga, dengan demikian tubuh kita akan terasa lebih nyaman, seimbang dan
kokoh yang akan nantinya berdampak pada kemampuan kita untuk selalu
bergerak secara dinamis, luwes, dan bertambah gesit tentunya tanpa harus merasa
khawatir yang berlebihan untuk kehilangan keseimbangan.
Untuk latihan kita harus melakukan sebuah pengkondisian atau
terapan yang diusahakan sederhana saja pada tubuh kita yaitu dengan cara
berkonsentrantrasi dengan fokus berat badan pada titik atau pun area dan daerah
tanda , dengan cara mendistribusikan berat badan kita ke lantai dengan melalui
kedua telapak kaki bagian depan dan ibu jari kaki secara seimbang dan tegakkan
tulang punggung terutama bagian bawah dengan mengendurkan kedua bahu,
dengan cara dan pengkondisian seperti ini postur tubuh kita akan terasa tegak
tetap rileks, kemudian kita menggambarkan sebuah garis yang nampak imaginer
tegak lurus yang nampak menembus seika tenden, ditengah tubuh yang akan
dijadikan poros gerak tubuh anda. Secara sederhana untuk mempertahankan tubuh
berjalan, berlari, berdiri maupun duduk merupakan suatu latihan awal yang
mendasar untuk menghidupkan dan memancarkan ‘chushin’ dalam kehidupan
sehari-hari. Jika ‘chushin’ telah terhubung dalam kehidupan kita kita sehari-hari
maka akan terdapat perubahan yang sangat mencolok yang akan dapat kita
rasakan yaitu termasuk keseimbangan tubuh kita yang semakin baik. Dalam
penerapan dan penetapan eksekusi teknik/waza pun akan terasa amat lebih mudah
bergerak dan mengontrol pihak lawan karena kita selalu dalam keadaan yang
stabil setiap harinya.
3.1.3. Shu chu
Shu chu berarti fokus, yang mempunyai arti bahwa pikiran kita harus
terproyeksikan dengan jelas dan kuat. Dengan demikian pikiran yang
terproyeksikan dengan jelas dan kuat itu harus pula dilatih dan selalu melakukan
aktivitas dengan pikiran yang sangat terfokus agar hasil dari aktivitas tersebut agar
dapat lebih sangat optimal. Yang berhubungan erat dengan salah satu poin dalam
fudo genri yang mewujudkan ki, untuk dapat mewujudkannya kita menggunakan
‘shu chu’ dengan memproyeksikan pikiran kita sedemikian rupa ( shu chu ) maka
energi ataupun kekuatan ( ki ) yang terbentuk ataupun terwujud akan mengikuti
proyeksi atau gambaran pikiran kita yaitu sebesar apakah ki yang akan dapat
terlaksana dan terwujud terbatas dengan hanya kemampuan proyeksi suatu pikiran
anda sendiri. Dari seberapa besar ki yang dapat diwujudkan tergantung sebatas
hanya kemampuan proyeksi pikiran kita sendiri adanya.
Dari aplikasi dan bagian pada saat praktek dan eksekusi teknik/waza
yang dipraktekkan/dibawakan oleh sensei atau shihan atau guru yang dapat
payah tapi menghasilkan hasil yang memuaskan dan luar biasa, walau kadang kala
tiba-tiba terheran-heran bagaimana mungkin kenyataannya seorang shihan yang
bertubuh kecil dalam melempar dan menjatuhkan lawan yang jauh lebih besar dan
sepertinya tidak menggunakan tenaga yang besar dan hanya menggunakan tenaga
yang kecil, salah satu kuncinya adalah shu chu atau tepatnya shu chu ryoku ( the
power of focushing / projecting mind ) atau kekuatan pemusatan pikiran atau
kekuatan yang dihasilkan dari proyeksi pikiran.
3.1.4. Enshin
Enshin atau enten berarti gerak melingkar/sirkuler ( circuler motion )
dan dalam aikido merupakan prinsip dasar dalam gerak alamiah dan seluruh isi
alam semesta. Gerak sirkular ini juga memiliki sifat mengeliminir atau dengan
kata lain sebuah gaya yang bergerak dalam arah garis lurus tidak akan terbentur
bila bertemu dengan gaya sirkular yang dalam pergerakannya menghisap kedalam
atau akan terlontar keluar tergantung dari momentum atau saat yang tepat ketika
kedua gaya tersebut bertemu dan mempunyai keuntungan lain yaitu menjadi gerak
yang sangatlah efisien. Dalam pelajaran hukum fisika pun menyatakan
pemanfaatan momentum atau saat, sesuatu hal yang bisa bergerak melingkar
hingga dalam kecepatan yang relatif tinggi dan dalam jarak yang sangat relatif
pendek dapat diperbandingkan dengan benda yang yang dalam pergerakannnya
memakai gerak garis lurus, belum lagi bila mempunyai “efek ketapel’’ atau
tepatnya ( SLINGSHOT EFFECT ) yang dapat ditimbulkan oleh sesuatu benda
yang bergerak sirkular yang dapat menimbulkan sebab pada benda yang ikut
Aikido yang dimaksud disini merupakan sebuah bela diri yang tidak
selalu mengandalkan kekuatan yang dimanfaatkan untuk mengalahkan lawan akan
tetapi beladiri aikido ini pun bisa menetralkan tenaga lawan hingga tidak terjadi
apa-apa, oleh sebab itu maka gerak sirkular merupakan gerak yang terpenting dan
paling utama dalam Aikido.
Dalam praktiknya ketika melakukan waza berlatihlah untuk bergerak
sirkular jadikan gerak sir kular itu sebagai subuah prinsip dasar dari smua gerakan
yang akan kita lakukan mulai dari fokus gerakannya hingga pada saat melakukan
gerakan kecil misa;lnya rota sebagainya.satu hal yang perlu di perhatikan juga
adalah jadikan chushin kita sebagai patokan gerak ketika melakukan gerakan
sirkular agar gerak melingkar kita memiliki poros yang kuat seperti yang gasing
yang bergerak berputar akan tetap kokoh selama poros tengahnya stabil.
3.1.5. Kokyu
Kokyu secara Bahasa dapat diartikan sebagai nafas.
“mengapa bernafas memjadi salah satu prinsip dasar dalam bergerak”
Aktivitas bernafas adalah bagian dari proses interaksi energi didalam tubuh kita
dan dalm aktivitas kita sehari-hari dalm bernafas itu memerlukan energi selain
dari asupan makanan dan minuman kita memerlukan bernafas sebagai salah satu
sumber energi bahkan bisa lebih dari itu bernafas lebih penting dari makanan
ataupun minuman. Orang normal bisa bertahan tanpa makan dan minum dalam
tujuh hari tapi kita bisa mati bila kita menahan nafas dalam hitungan menit.
Dalam konteks prinsip dasar gerak ( kihon genri ) dalam Aikido
yang garis besarnya bukan hanya tentang pergantian udara kotor menjadi udara
bersih tetapi proses wadah energi antara kita dan alam .nafas seperti ini dapat
dikatakan cara bernafas seperti bayi yang kita perhatikan cara bernafasnya
bergerak kembang kempis pada perut bagian bawahnya ( diagfragma/seiken
tanden ) bukan bernafas pada bagian dadanya dan inilah yang dikatakan bernafas
secara alamiah. Melatihnya tidaklah sulit hanya saja saat menarik nafas lakukan
dengan fokus dan menfisualisasikan udara yang ada kita hirup bergerak melewati
paru-paru hingga penuh mencapai seika tanden dengan melewati paru-paru yang
akan mengembang adalah perut disekitar seika tanden bukan dada.kemudian
dibuang lepas.
Kokyu dalam Aikido membahas juga tentang mengatur nafas yang
efektif dan efisien sehubungan gerak yang selaras denagan ritme dan nafas yang
sealamiah mungkin yang akan memjadi salah satu kunci penting untuk dapat
bergerak secara optimal
Untuk lebih lanjutnya prinsip kokyu dalam kihon genri membahas
bagaimana kita menyelaraskan juga nafas dan gerakan kita dengan nafas dan
gerakan orang lain untuk memungkinkan kita bergerak dalam satu kesatuan.
Begitu juga dalam aikido bukan hanya menyelaraskan gerakan kita saja tapi
menyelaraskan gerakan dengan orang lain. Dalam prinsip kokyu ini ada waza
yang unik yaitu “kokyu nage” yang secara spesifik contohnya “shiho-nage” yang
artinya bantingan empat arah,”irimi nage” yang artinya bantingan dengan cara
masuk ketubuh lawan,”koshi nage” yang artinya bantingan yang menggunakan
pinggul dan kokyu nage itu sendiri adalah penekanan bentuk tertentu pada
3.2. Aiki Genri
Aiki genri berarti prinsip keselarasan energi. Aiki adalah hukum alam, hukum
keselarasan energi ini menyatakan bahwa segala sesuatu adalah sebuah kesatuan,
apapun dialam semesta jagat raya ini pada dasarnya menyatu, tidak terpisahkan.
Ke-semuanya saling terikat, memiliki hubungan saling mempengaruhi satu sama
lain, sehingga bekerja/berinteraksi secara harmonis, mengalir, tidak berkonflik,
semua bergerak sesuai fungsi, dan perwujudan dari keselarasan energi itu menjadi
hampir tidak terbatas.
Jadi, keadaan harmonis adalah fitrah/original state atau keadaan asal dari
segala sesuatu dialam ini, tidak terkecuali manusia. Namun pada kenyataannya.
Kebanyakan manusia dengan ke-egoisannya memilih untuk tidak mengindahkan
hukum alam tersebut dan berbuat semena-mena terhadap makhluk ciptaan yang
lain, sesamanya bahkan pada diri sendiri sehingga menimbulkan kejahatan dan
membawa kehancuran.
3.2.1. Awase
Awase atau awaseru berarti proses penyatuan atau “ blending “, awase
adalah pintu pertama dalam proses keselarasan energi. Kepekaan dapat dilatih,
kembali lagi latihannya dimulai dari hati. Biasakanlah untuk menjaga hati yang
terbuka untuk mau menerima orang lain dan keadaan yang dihadapi secara apa
adanya. Kita akan sulit untuk menempatkan diri kita “bersatu” dan tidak
berkonflik dengan orang lain jika kita tidak memulai dengan bersikap mau
menerima. Setelah menjaga sikap hati yang mau menerima keadaan apa adanya,
sambutlah apapun yang diberikan/dihadapkan kepada kita, jangan bersikap pasif/
menunggu. Dengan menjaga sikap “proaktif menerima” ini, maka kita akan dapat
menilai keadaan dengan tepat dan penilaian yang tepat akan membuat keputusan
bergerak yang diambil akan tepat, selaras dengan keadaan yang harus dihadapi.
Pembahasan lebih lanjut tentang awase, masuk kedalam jenis-jenis awase.
1. Tai no Awase, penyatuan tubuh, atau badaniah. Dilakukan dengan
menyatukan arah tenaga sehingga dua arah tenaga yang memiliki
kecenderungan konflik, menjadi searah dan hilang potensi konfliknya.
2. Ki no Awase, penyatuan pada tingkat energi, dimana proses penyatuan
terjadi ditingkat yang lebih halus, dimana energi pikiran (fokus) belum
secara penuh terealisasi dalam bentuk tenaga fisik.
3. Shin no Awase, atau penyatuan hati, dimana seseorang telah mampu
menyatukan hatinya dengan orang lain, menempatkan hatinya
sedemikian rupa sehingga keinginan berkonflik lawannya hilang.
3.2.2.Musubi
Musubi/musubu yang artinya terikat atau keterikatan, pada hakikatnya
dalam sebuah kesatuan, komponen-komponennya akan terikat satu sama lain,
ikatan ini memungkinkan terjalinnya hubungan saling mempengaruhi satu sama
lain dalam keadaan harmonis.
Dalam kondisi alamiahnya musubi/keterikatan dari tiap-tiap
komponen dialam semsta ini terjaga dengan harmonis disebabkan
Manusia-lah yang seringkali menjadi sumber ketidakharmonisan
dialam ini, dikarenakan sifat manusia yang egois hubungan yang harmonis bisa
berubah menjadi sebuah berntuk pemaksaan kehendak yang pada akhirnya hanya
akan membawa ketidakseimbangan dan kehancuran bagi seluruh komponen alam
termasuk dirinya sendiri.
Inilah sebabnya manusia lewat Aikido kembali belajar, melatih
dirinya untuk dapat menjaga ikatan yang harmonis dengan dirinya, sesamanya,
makhluk ciptaan yang lain dan Sang Pencipta.
3.2.3. Nagare
Arti kata nagare adalah mengalir, dalam konteks aikigenri,
pemahamannya adalah jika sesuatu benda itu menyatu dan memiliki keterikatan
yang kuat satu sama lain, akan dengan sendirinya bergerak tanpa bergesekan/friksi
atau benturan satu dengan yang lainnya, atau dalam arti kata lain: bergerak
mengalir.
Dari segi latihan Aikido secara teknis, jika seseorang dalam bergerak
telah dapat melakukan awase (penyatuan) dengan benar dan menjaga musubi
(keterikatan) dengan partnernya, maka dengan sendirinya gerak yang dilakukan
oleh si nage dapat lebih bebas dan tidak akan menimbulkan friksi dengan uke,
gerakan seperti ini diistilahkan gerak mengalir (nagare no waza).
Dalam pembahasan tentang nagare dikenal istilah “ki no Nagare” ini
mengacu pada keadaan badaniah yang dapat bergerak tanpa terjadi benturan atau
resistensi dari kedua pihak disebabkan keselarasan yang terjadi sudah pada tingkat
Dalam kondisi nagare, kondisi hati dapat digambarkan bergerak
layaknya air yang mengalir mencapai tujuannya dengan cara
senantiasamenyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi, tetap terarah pada
tujuan awal namun tidak memaksakan kehendak, tidak mengantisipasi keadaan,
tidak juga terlambat beradaptasi, faktor gerak badaniah pada tingakatan ini
menjadi tidak signifikan, bisa tetap ada, bisa juga tidak.
3.2.4. Takemusu Aiki
Jika dalam sebuah proses keselarasan semua komponennya telah dapat
menyatu, terikat erat, dan bergerak mengalir sebagai satu kesatuan, tidak konflik
satu sama lain, niscaya keharmonisan hubungan antara komponen-komponen itu
akan terwujud dalam bentuk yang hampir tidak terbatas.
Sebagai gambaran saja bahwa pada saat seseorang sampai pada tahap Takemusu
Aiki maka tidak lagi harmonis itu terlihat hanya pada teknik yang dilakukannya,
melainkan sikap sehari-harinya, tindak-tanduk perilakunya, dari gerak-gerik yang
terlihat, hingga yang tidak terlihat, seperti kerja sistem pernafasan, pencernaan,
peredaran darah dan bahkan aspek spiritual kehidupannya mencerminkan sebuah
keharmonisan, seseorang itu tidak lagi berusaha untuk harmonis, melainkan ia
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Aikido adalah olahraga khas Jepang yang berasal dari tradisi masa lampau
yang selalu disertai dengan beberapa ritual dan sebagai disiplin beladiri yang
terbilang baru dibanding dengan beladiri yang lainnya. Aikido berkembang pesat
kemungkinan besar dikarenakan sifat Aikido yang non-agresif yang memang
sejalan dengan perubahan iklim sosial dunia yang mulai damai. Aikido merupakan
permainan yang bersifat keterampilan fisik yang mengandalkan keharmonisan dan
keselarasan setiap gerakan tekniknya. Teknik Aikido yang sederhana
memudahkan Aikido untuk dipelajari. Aikido tidak mengandalkan senjata ataupun
kekuatan belaka, sebaliknya kita menempatkan diri kita selaras dengan alam
semesta dan Aikido adalah cara untuk dapat mengendalikan agresi tanpa
menciderai.
Aikido mengajarkan bahwa musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri
dan salah satu yang lebih dasar dan lebih penting adalah belajar mengendalikan
diri. Mengontrol diri adalah kunci untuk mencapai dan mempertahankan harmoni.
Mempertahankan keseimbangan batin diperlukan untuk menyelaraskan harmoni
dan kemenangan sejati adalah kemenangan tanpa pertempuran. Aikido adalah
filosofi yang sarat akan kebaikan dalam menjalani kehidupan. Aikido adalah
perwujudan dari penyatuan langit, bumi dan manusia, ini adalah sebuah kebenaran
angkasa nan luas hingga tumbuhan dan hewan terkecil. Dengan Aikido kita dapat
menghubungkan diri kita dengan kekuatan besar alam semesta ini.
4.2. Saran
Setelah membaca secara keseluruhan sejarah salah satu seni beladiri yang
ada di Jepang yaitu Aikido, penulis mengaharapkan karya tulis ini dapat
membantu kita mengenali olahraga Aikido. Dan filosofi Aikido untuk beladiri
sekaligus Aikido sebagai cara untuk melihat dan menjalani kehidupan, serta kita
DAFTAR PUSTAKA
Yosy Revaleo, Psi. 2014. Belajar Aikido: Beladiri atau filosofi hidup?. Pancoran
Mas, Depok-Indonesia:
Wisda Wulandari Napitupulu. 2006. Penyusunan Kertas Karya Program Study
D3 Bahasa Jepang. Medan: Fakultas Ilmu budaya Universitas Sumatera Utara.
Yamamoto. 1994. Japan Profil of a Nation. Tokyo: Kondasya.