ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2009-2013
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
KHUSNUL HUZNAINI DAMANIK 112101087
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
NAMA : KHUSNUL HUZNAINI DAMANIK
NIM : 112101087
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
JUDUL : ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013
Tanggal :……….2014 DOSEN PEMBIMBING
Syafrizal Helmi, SE, M.Si NIP: 197602142005011002 Tanggal :……….2014 KETUA PROGRAM STUDI
DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP: 197411232000122001
Tanggal:……….2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Alhamdulillah penulis memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia” ini dengan baik, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, ayahanda Japohan Damanik dan ibunda Halimah Bako yang selalu membimbing, memberikan do’a dan semangat yang tidak putus. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara .
perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.
6. Teristimewa juga untuk abang saya Jairun Nahdi Damanik dan Adik saya Ihfa Yusyfa Damanik. Teman-teman saya Helena Qadrini Siregar, Winda Lestari, Tri Suci Ratnasari, Rezeki Hayati Marpaung, Novita Grezsia Gultom, Seisil Gihon Margaretha Hutahaean, Cindy Ayu Putri, Citra Anggreiny serta seluruh teman-teman D-III Keuangan Grup B.
Penulis menyadari bahwa penyajian tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang.
Medan, Juli 2014
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...ii
DAFTAR TABEL ...iii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masah ... .4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ...5
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ...6
B. Aktivitas Perusahaan ...7
C. Profil Perusahaan ...10
D. Analisis Laporan Keuangan ...22
BAB III PEMBAHASAN Analisis Laporan Keuangan Real Estate Dan Property ...25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...59
B. Saran ...60 DAFTAR PUSTAKA
No. Judul Halaman
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti sekarang ini di dunia usaha atau bisnis, pelaporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Khususnya perusahaan-perusahaan yang sudah go publik diharuskan untuk menyusun laporan keuangan setiap periodenya sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan laporan keuangan harus diaudit karena laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham dan juga bagi pengambilan keputusan.
Laporan keuangan merupakan proses pelaporan keuangan meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi perubahan modal, catatan dan laporan lain serta materi penjelas yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan oleh pihak perusahaan.
periode yang akan datang. Bagi pihak pemerintah laporan keuangan digunakan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan lainnya.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perubahan posisi keuangan serta perubahan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan perusahaan bagi pemakai utama (investor dan kreditor) sebagai good news dan bad news. Good news berarti bahwa informasi yang disajikan adalah hal penting dan dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan kredit dan keputusan investasi. Adapun bad news mempunyai pengertian bahwa informasi yang disajikan tidak memenuhi dan perlu diperbaiki.
Analisa laporan keuangan melibatkan penilaian terhadap keuangan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Penilaian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kinerja manajemen mengambil keputusan baik keputusan investasi dan keputusan ekonomi guna keberlangsungan perusahaan ditahun berikutnya. Untuk menganalisis data keuangan diperlukan adanya ukuran tertentu yang disebut rasio keuangan. Rasio keuangan menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan yang dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan melalui analisi keuangan dapat dihitung dengan analisis rasio. Rasio yang digunakan yakni likuiditas, profitabilitas, dan leverage.
Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dan dapat ditentukan kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama periode tersebut serta membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan.
Dari uraian tersebut, mendorong penulis untuk melakukan analisis mengenai variabe- variabel seperti likuiditas, profitabilitas,dan leverage. Peneliti- an ini penulis menggunakan perusahaan yaitu real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Industri real estate dan property merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia melihat potensi jumlah penduduk yang besar dengan rasio pemilikan rumah yang cukup rendah. Kondisi lainnya adalah semakin meningkatnya daya serap pasar terhadap produk property serta adanya usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan pemerintah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Rasio Likuiditas
Bagaimana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek selama periode 2009-2013 ?
2. Rasio Profitabilitas
Bagaimana aktivitas jasa dalam mengelola sumber-sumber dananya pada periode 2009-2013 ?
3. Rasio leverage
Bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode 2009-2013 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan rasio keuangan perusahaan setiap tahunnya.
2. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya selama periode 2009-2013.
3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama 2009-2013.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Untuk menambah wawasan penulis, mengenai rasio keuangan dalam praktek yang sebenarnya, dengan menerapkan teori-teori selama dalam perkuliahan. 2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya dalam menganalisis
rasio keuangan.
3. Sebagai informasi untuk mengetahui bagaimana rasio keuangan perusahaan yang sudah go public.
A. Sejarah Real Estate Dan Property
Industri real estate dan property pada umumnya merupakan dua hal yang
berbeda. Real estate merupakan tanah dan semua peningkatan permanen di
atasnya termasuk bangunan-bangunan, seperti gedung, pembangunan jalan, tanah
terbuka, dan segala bentuk pengembangan lainnya yang melekat secara permanen.
Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, pengertian mengenai
industri real estate tercantum dalam PDMN No.5 Tahun 1974 yang mengatur
tentang industri real estate. Dalam peraturan ini pengertian industri real estate
adalah perusahaan properti yang bergerak dalam bidang penyediaan, pengadaan,
serta pematangan tanah bagi keperluan usaha-usaha industri, termasuk industri
pariwisata. Sedangkan definisi property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat
no.05/KPTS/BKP4N/1995, Ps 1.a:4 property adalah tanah hak dan atau bangunan
permanen yang menjadi objek pemilik dan pembangunan. Dengan kata lain,
property adalah industri real estate ditambah dengan hukum-hukum seperti sewa
dan kepemilikan.
Produk yang dihasilkan dari industri real estate dan property berupa
perumahan, apartment, rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), gedung
perkantoran (office building), pusat perbelanjaan berupa mall, plaza, atau trade
center. Perumahan, apartment, rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), dan
gedung perkantoran (office building) termasuk dalam landed property.
Perusahaan real estate dan property merupakan salah satu sektor
industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri
real estate dan property begitu pesat saat ini dan akan semakin besar di masa
yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah
penduduk sedangkan supply tanah bersifat tetap. Diawal tahun 1968, industri
real estate dan property mulai bermunculan dan mulai tahun 80-an, industri
real estate dan property sudah mulai terdaftar di BEI. Adapun jumlah
perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI pada tahun 2003
berjumlah 30 perusahaan dan pada tahun 2009 terdapat 41 perusahaan.
Mengingat perusahaan yang bergerak pada sektor real estate dan
property tersebut adalah perusahaan yang sangat peka terhadap pasang surut
perekonomian, maka seiring perkembangannya sektor real estate dan property
dianggap menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan dari kondisi ekonomi
secara makro di Indonesia. Terbukti dengan semakin banyaknya sektor real
estate dan property yang memperluas landbank (aset berupa tanah), melakukan
ekspansi bisnis, dan hingga tahun 2012 sektor real estate dan property yang
terdaftar di BEI bertambah menjadi 55 perusahaan.
B. Aktivitas Perusahaan Real Estate dan property
Industri real estate dan property memiliki berbagai aktivitas dalam
operasionalnya. Secara umum, kegiatan usaha pada industri real estate dan property
1. Bertindak atas nama pemilik dalam segala hal mengenai pemeliharaan dan
pengelolaan baik rumah tinggal, kondominium apartment, dan bangunan
lainnya.
2. Industri real estate dan property bertindak untuk mengelola proyek-proyek
pembangunan dan pengembangan, melakukan perbaikan dan pemeliharaan
gedung.
3. Bergerak dalam bidang usaha pengembang dan pembangunan (real estate)
dengan melakukan investasi melalui anak perusahaan.
4. Usaha konstruksi dan pembangunan real estate serta perdagangan umum.
5. Persewaan perkantoran, pusat perbelanjaan, apartment dan hotel,
pembangunan perumahan, hotel, dan apartment beserta segala fasilitasnya.
6. Menjalankan usaha di bidang kawasan industri berikut sarana penunjangnya,
seperti pembangunan perumahan atau apartment, perkantoran/pertokoan,
pembangunan dan pengelolaan instalasi air bersih, limbah, telepon, listrik,
penyediaan fasilitas olahraga dan rekreasi di kawasan industri, serta ekspor
dan impor barang.
7. Pengembangan kota (urban development), yang meliputi pengembangan
kawasan perumahan dan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas
umum, penyediaan jasa-jasa pendukung.
8. Pengembangan real estate, golf dan country club, serta kantor dan
perdagangan.
Secara umum, industri real estate dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Sektor perkebunan, pertambangan, dan perhutanan (perkebunan karet,
perkebunan kelapa sawit, kehutanan, pertambangan batubara, dan lain-lain).
2. Sektor perumahan (rumah tinggal, perumahan multifungsi, komplek real
estate, dan lain-lain).
3. Sektor komersial (pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, apartment, hotel,
trade center, dan lain-lain).
4. Sektor industri (komplek perindustrian, baik industri berat, menengah, dan
ringan, dan lain-lain).
Industri property, terdiri dari property komersial dan property non
komersial. Didalam perusahaan, property terbagi kedalam tiga bagian, yaitu
property berwujud, property tidak berwujud, dan surat berharga. Property
berwujud dibagi menjadi dua bagian, yaitu real property yang merupakan
perusahaan pengembangan tanah, bangunan, dan lain-lain, dan personal property
yang meliputi mesin, peralatan, perlengkapan dan furnitur, barang bergerak,
peralatan operasional, dan perhiasan. Property tidak berwujud meliputi goodwill,
hak paten, franchises, merek dagang, hak cipta, dan proses kepemilikan. Adapun
surat berharga meliputi saham, investasi, deposito, dan piutang dagang.
Beberapa jenis usaha industri real estate dan property meliputi:
1. Penilaian, yaitu profesional penilaian layanan.
2. Brokerages, yaitu membantu pembeli dan penjual dalam transaksi.
3. Pengembangan, yaitu meningkatkan lahan untuk penggunaan dengan
4. Manajemen properti, yaitu pengelola properti untuk pemiliknya.
C. Profil Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia 1. Alam sutera realty Tbk (ASRI)
PT Alam Sutera Realty Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 3
Nopember 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal oleh Harjanto
Tirtohadiguno beserta keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang
properti. Perusahaan mengganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk
dengan akta tertanggal 19 September 2007 No. 71 dibuat oleh Misahardi
Wilamarta, S.H., notaris di Jakarta. Pada 18 Desember 2007, Perusahaan menjadi
perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di Bursa Efek Indonesia.
Setelah lebih dari 19 tahun sejak didirikan, Perusahaan telah menjadi
pengembang properti terintegrasi yang memfokuskan kegiatan usahanya dalam
pembangunan dan pengelolaan perumahan, kawasan komersial, kawasan industri,
dan juga pengelolaan pusat perbelanjaan, pusat rekreasi dan perhotelan
(pengembangan kawasan terpadu). Seiring dengan pengembangan Alam Sutera
pada tahun 2012 Perusahaan juga memasarkan beberapa cluster baru di proyek
Suvarna Padi Golf Estate, Pasar Kemis, Tangerang dan melakukan akuisisi atas
beberapa aset di lokasi strategis di Bali dan gedung perkantoran di Jakarta.
2. Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA)
PT Bekasi Asri Pemula Tbk
dan mulai melakukan kegiatan komersial sejak tahun 2004. Kantor pusat BAPA
beralamat di Gedung Tomang Tol Lt. 2, Jalan Arjuna Nomor 1, Tanjung Duren
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BAPA
adalah dalam bidang real estat, perdagangan, pembangunan, industri, percetakan,
agrobisnis, pertambangan dan jasa angkutan. Kegiatan usaha yang dilakukan
BAPA sampai dengan saat ini adalah real estat.
3. Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)
PT Bumi Citra Permai Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang pengembangan kawasan industri dan pergudangan, dengan area seluas 310
hektare, bernama Millennium Industrial Estate. Perjalanan PT Bumi Citra Permai
Tbk dalam berbisnis mengembangan kawasan industri dan perdagangan dimulai
sejak tahun 2000 melalui Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Bumi Citra
Permai Tbk No. 2 Tanggal 3 Mei 2000. Sejak berdirinya hingga tahun 2003,
kegiatan pembangunan Perseroan dimulai dari proses permohonan, pembebasan
tanah, pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur di kawasan industri.
4. Bhuwanata Indah Permai Tbk (BIPP)
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk
Kantor pusat BIPP beralamat di Graha BIP Lt. 6, Jl. Gatot Subroto Kav. 23,
Jakarta. Pemegang saham mayoritas / pengendali BIPP adalah Safire Capital Pte.
Ltd, dengan persentase kepemilikan sebesar 40,40%. Pada tanggal 23 Oktober
1995, memindahkan pencatatan saham dari Bursa Paralel Indonesia ke Bursa Efek
Indonesia.
5. Bukit Dharmo Property Tbk (BKDP)
PT Bukit Darmo Property Tbk. ( dahulu PT Adhibaladika ) didirikan di
Surabaya pada tahun 1989 dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya sejak
mengembangkan desain, pasar tanah dan real estate untuk tujuan komersial,
industri dan rekreasi.
6. Sentul City Tbk (BKSL)
Perseroan didirikan dengan nama PT. Sentragriya Kharisma, berdasarkan
Akta No. 311 tanggal 16 April 1993 yang dibuat dihadapan Misahardi Wilamarta,
SH, Notaris di Jakarta dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan Keputusan Nomor C2-4350.HT.01.01.TH.93 tanggal
8 Juni 1993, didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di bawah
No.552/A.PT/ HKM/1993/PN.JAK.SEL tanggal 24 Juni 1993 serta telah
diumumkandalam Berita Negara Republik Indonesia No. 65 tanggal 13 Agustus
1993, Tambahan No. 3693. Pada tanggal 9 Agustus 1993, Perseroan melakukan
perubahan nama dari PT. Sentragriya Kharisma menjadi PT. Royal Sentul
Highlands, sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 27 tanggal 9 Agustus 1993.
Dalam Akta No. 26 tanggal 11 Desember 1997 nama Perseroan diubah menjadi
PT. Bukit Sentul Tbk. Akta ini telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-33 HT.01.04.Th.98 tanggal
14 Januari 1998. Perseroan kemudian melakukan perubahan nama sekali lagi
menjadi PT. Sentul City, Tbk, sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 26
tanggal 19 Juli 2006 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi, SH, Notaris di Jakarta,
yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia pada tanggal 20 Juli 2006 dengan Keputusan No. C2-21373
7. Bukit Serpong Damai Tbk (BSDE)
BSD telah dikembangkan selama 19 tahun terakhir. Sejak tahun 2003
proyek raksasa ini sepenuhnya dikelola oleh Sinarmas Developer dan Real Estate,
anak perusahaan Sinarmas, salah satu pengembang terkemuka di
Indonesia. Infrastruktur tingkat pertama dan fasilitas yang lengkap. Rumah
kualitas terbaik. Sebuah budaya yang pro-bisnis. Sebuah tim manajemen
profesional yang berkomitmen sama untuk kedua warga negara dan pemegang
saham.
8. Cowell Development Tbk (COWL)
Perusahaan ini didirikan di Jakarta pada tahun 1981 yang bertujuan
melibatkan diri dalam bisnis pengembangan kawasan perumahan dan bangunan
komersial. Pada tahun 1984, Perseroan mulai mengembangkan Melati Mas
Residence (sebelumnya Villa MelatiMas). Pada tahun 2000, pemegang saham
perusahaan, PT. Gama Nusapala membeli kepemilikan perusahaan dari PT.
Misori Utama dan PT. Indokisar Djaya. Mengubah kepemilikan ini juga diikuti
dengan tanda perubahan yang sama dengan manajemen perusahaan. Dan karena
perubahan manajemen perusahaan, tahun 2005, perusahaan ini berganti nama dari
PT. Internusa Artacipta ke PT. Karya Cipta Putra Indonesia.
9. Ciputera Development Tbk (CTRA)
PT Ciputra Development Tbk
properti Indonesia terkemuka. Didirikan pada tahun 1981, pengembangan properti
perumahan skala besar dan komersial adalah keahlian bisnis dan inti perusahaan.
Properti komersial dikembangkan meliputi
Perusahaan pertama kali terdaftar di pasar saham pada tahun
juga telah mencatatkan anak perusahaan, PT Ciputra Surya Tbk ("CTRS") dan PT
Ciputra Property Tbk ("CTRP"), yang memiliki bisnis inti yang sama.
10. Ciputera Property Tbk (CTRP)
Didirikan pada tanggal
Citraland Property, kemudian berganti nama menjadi PT Ciputra Property pada
tanggal
kalinya tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang
menawarkan 49 persen sahamnya kepada publik.
11. Ciputra Surya Tbk (CTRS)
Pada tahun 1989, PT Ciputra Surya Tbk, muncul menjadi dan
pengembangan kota pionir di Surabaya Barat. Pada tahun 1999, Perseroan
menjadi perusahaan publik dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta tanpa penawaran
umum perdana. Listing adalah pelaksanaan konversi hutang menjadi modal
mengikuti restrukturisasi obligasi Rupiah yang diterbitkan oleh Perusahaan .
12. Duta Anggada Realty Tbk (DART)
PT Duta Anggada Realty Tbk. didirikan pada tahun 1983. Perusahaan
mulai beroperasi sekitar 30 tahun yang lalu dengan pengembangan kompleks
perumahan di Jakarta Selatan. Pada awal 1990, Perseroan telah memperoleh
reputasi sebagai salah satu perusahaan properti terkemuka di Indonesia.
Dalam rangka mempertahankan reputasinya posisi terdepan, Perusahaan
kemudian diperluas keterlibatannya dari kegiatan dalam investasi properti
13. Intilland Development Tbk (DILD)
PT Intiland Development Tbk Didirikan pada awal tahun 1970-an oleh
Hendro S. Gondokusumo, merupakan salah satu pengembang properti terbesar di
Indonesia yang menfokuskan pada pengembangan properti, manajemen, dan
investasi. Portofolio perusahaan meliputi pengembangan empat segmen utama
yakni kawasan perumahan, mixed-use dan bangunan tinggi, perhotelan, dan
kawasan industri. Lokasi proyek-proyek perusahaan tersebar di wilayah
Jabodetabek, Surabaya, dan beberapa kota lainnya.
14. Duta Pertiwi Tbk (DUTI)
PT. Duta Pertiwi Tbk
bergerak dalam bidang
Perusahaan ini didirikan pada tahun
15. Fotune Mate Indonesia Tbk
PT Fortune Mate Indonesia Tbk didirikan dalam rangka Undang-Undang
Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 berdasarkan akta notaris No. 44,
tanggal 24 Juni 1989 oleh Notaris Rika You Soo Shin, S.H., Notaris di Surabaya.
16. Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD)
PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (Perusahaan) didirikan
pada tanggal 14 Mei 1991. PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk
(Perseroan) adalah perusahaan yang bergerak di bidang investasi dan
pengembangan kota mandiri (township development). Saat ini, kegiatan usaha
Perseroan adalah pengembangan kota mandiri Tanjung Bunga, berlokasi di
Makassar, Sulawesi Selatan, yang pembangunan fisiknya telah dimulai sejak
17. Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA)
Gapura Prima Group adalah salah satu perusahaan property nasional yang
telah berkiprah lebih dari 30 tahun dalam pengembangan proyek property baik
dari rumah sederhana, real estate, commercial, hotel maupun mixed used project
di Indonesia.
Gapura Prima Group di dirikan pada tahun 1980 oleh Gunarso Susanto
Margono bermulai dari membangun komplek perumahan di Lampung, Bekasi dan
Bogor. Kini Gapuraprima Group telah menjadi pengembang apartemen,
perkantoran dan pusat perdagangan tidak saja di Jabodetabek, tetapi juga di kota
-kota besar lainnya seperti Bandung, Solo dan Bali.
18. Jaya Real Property Tbk (JRPT)
Bintaro Jaya dikembangkan sejak tahun 1979 oleh PT Jaya Real Property
Tbk, salah satu anak perusahaan PT Pembangunan Jaya yang sahamnya mayoritas
milik
dikenal sebagai salah satu perusahaan
19. Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI)
PT. Lamicitra Nusantara Tbk
Perusahaan ini didirikan pada tahun
unt
20. Lippo Cikarang Tbk (LPCK)
Lippo Cikarang mulai bisnis pengembangan properti dengan cita-cita yang
tinggi pada tahun 1995. Listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1997,
cepat untuk membangun sebuah Township Independen dengan sektor industri
sebagai pilar ekonomi dalam 3.000 hektar yang dari tanah 30 kilometer sebelah
timur Jakarta .
21. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
PT Lippo Karawaci Tbk (pertama kali didirikan sebagai PT Tunggal
Reksakencana) didirikan pada Oktober
mandiri pertamanya
sebelah barat Jakarta. Pada tahun yang sama, Perseroan mulai
mengembangka
ringan yang yang terletak 40km sebelah timur Jakarta. Selanjutnya Lippo
Karawaci mengembangkan kota mandiri Tanjung Bunga di
Selatan pada tahun 1997.
22. Metropolitan Kenjtana Tbk (MKPI)
PT Metropolitan Kentjana Tbk adalah pengembang properti yang berbasis
di Indonesia. Kegiatan usaha Perusahaan meliputi pengembangan real estat,
penyewaan dan pengelolaan pusat perbelanjaan, apartemen, gedung perkantoran,
perumahan serta manajemen, pemeliharaan dan pembersihan jasa. Beberapa
proyek yang terkenal adalah Pondok Indah Mall, Pondok Indah Office Tower,
Wisma Pondok Indah, Pondok Indah Golf Apartment Menara dan Taman Shangril
La real estate di Batam.
23. Indonesia Prima Property Tbk (OMRE)
Perusahaan didirikan berdasarkan Akta No. 31 tanggal 23 April 1983,
menjadi PT Ometraco Realty dan pada tahun 1996 nama Perusahaan berubah
menjadi PT Indonesia Prima Property Tbk. Saham Perusahaan tercatat di Bursa
Efek Indonesia sejak tanggal 22 Agustus 1994 sebanyak 100.000.000 lembar
saham dan total saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia saat ini adalah
1.745.000.000 lembar saham.
24. Pudjiati Prestige Tbk (PUDP)
Merupakan
bermarkas di
nama PT. Pudjiadi Prestige Limited.
25. Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Didirikan pada tahun 1982 dan terdaftar di Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya sejak tahun 1989, Pakuwon Jati adalah nama merek mapan dengan lebih
dari 25 tahun pengalaman sukses pengembangan, pemasaran dan operasional
properti. Perusahaan terintegrasi secara vertikal di seluruh rantai nilai real estate
penuh dari pembebasan lahan, pengembangan properti, pemasaran dan
manajemen operasional.
Pakuwon Jati adalah pelopor konsep superblok di Indonesia,
pengembangan mixed-use terpadu skala besar pusat perbelanjaan ritel,
perkantoran, kondominium dan hotel. Its track record yang sukses dan reputasi
dalam industri properti telah mengamankan hubungan jangka panjang yang kuat
dengan penyewa dan pembeli, yang menyediakan platform yang stabil untuk
26. Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk (RBMS)
PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk
pada tahun
berbagai macam
27. Roda Vivatex Tbk (RDTX)
PT Roda Vivatex Tbk. adalah salah satu perusahaan industri tekstil
terbesar di Indonesia yang memproduksi kain tenun filament poliester. Berdiri
pada tahun 1980 dan mulai berproduksi tahun 1983. Pada tanggal 14 Mei 1990,
Perusahaan mencatatkan diri di bursa sebagai Perusahaan Publik.
28. Pikko Land Development Tbk (RODA)
PT Pikko Land Development Tbk didirikan dengan nama PT Roda
Panggon Harapan berdasarkan Akta No 83 tanggal 15 Oktober 1984 dari Benny
Kristianto SH, notaris di Jakarta. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami
beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No 8 tanggal 5 Oktober 2012 dari
notaris Rudy Siswanto, SH, notaris di Jakarta, mengenai perubahan nama dan
domisili, dari PT Royal Oak Development Asia Tbk menjadi PT Pikko Land
Development Tbk dan dari Jakarta Selatan ke Jakarta Pusat .
Kegiatan utama Perusahaan adalah dalam pengembangan dan penjualan
real estat dan / atau unit apartemen / kantor dan juga investasi dalam saham dan
beberapa properti aset seperti tanah dan bangunan. Perusahaan mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 1995 .
29. Danayasa Arthathama Tbk (SCBD)
PT Danayasa Arthatama Tbk adalah sebuah perusahaan real estate yang
mengembangkan Sudirman Central Business District (SCBD), sebuah
pengembangan mixed use terpadu yang terletak di CBD utama Jakarta. Dengan
misinya "Untuk membangun SCBD sebagai yang terbaik distrik bisnis kelas dunia
di Indonesia", PT Danayasa Arthatama Tbk berusaha untuk menjadi sebuah
perusahaan real estate kelas pertama dengan standar internasional.
PT Danayasa Arthatama Tbk adalah anak perusahaan yang dimiliki
sepenuhnya oleh PT Jakarta International Hotels and Development Tbk (JIHD),
sebuah perusahaan publik di Indonesia sejak tahun 1984. Kedua perusahaan
adalah bagian dari Artha Graha Network (AG Network), jaringan kemitraan
swasta perusahaan yang bergerak di berbagai industri, seperti properti, perbankan,
infrastruktur, perikanan, dll.
30. Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM)
PT Suryamas Dutamakmur Tbk. yang didirikan pada bulan September
1989. Dengan diasumsikan visi untuk menjadi salah satu dari lima pengembang
terkemuka dan operator di Indonesia, kami terus berusaha untuk menghasilkan
perumahan, lapangan golf, dan fasilitas pendukung yang berkualitas tinggi, untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan, didukung oleh tim visi jangka
panjang dan profesional .
31. Summarecon Agung Tbk (SMRA)
Didirikan pada tahun 1975 oleh Mr Soetjipto Nagaria dan rekan-rekannya
untuk melakukan pembangunan real estat dan pengembangan. Dimulai dengan
10-hektar lahan rawa di kemudian back-perairan Jakarta, para pendiri berhasil
mengubah lokasi ini dari Kelapa Gading menjadi salah satu kawasan perumahan
Summarecon telah membangun reputasi sebagai salah satu pemain properti
terkemuka di Indonesia, khususnya dalam pengembangan kota-kota.
32. Adhi karya (Persero) Tbk
PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang
bergerak di bidang
ini didirikan pada ta
33. Duta Graha Indah Tbk (DGIK)
Didirikan pada tahun 1982, PT Duta Graha Indah Tbk adalah perusahaan
yang terdaftar dan salah satu Indonesia Construction Company terbesar dengan
bisnis inti pada kemampuan konstruksi dan teknik yang mencakup semua proyek,
terlepas dari ukuran, kecanggihan atau lokasi. PT. Duta Graha Indah Tbk adalah
bisnis yang matang yang selalu memberikan upaya terbaik untuk mencapai
kompetensi keunggulan dan konsisten terkait dengan standar layanan yang tinggi,
kualitas, perhatian pribadi kepada klien, pengiriman tepat waktu, efisiensi dan
integritas.
34. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
PT Surya Semesta Internusa Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 15
Juni 1971 dengan nama Multi Investments Limited. Pada awalnya, kegiatan utama
adalah seorang pengembang real estate. Beberapa proyek pertama adalah
"Kuningan Raya", sebuah distrik perumahan dan bisnis yang terletak di "Segitiga
Emas" di Jakarta Selatan, dan Glodok Plaza, pertama pusat perbelanjaan modern
di Indonesia, yang terletak di distrik komersial di Jakarta Barat .
Pada tahun 1995 Perusahaan mengubah nama menjadi PT Surya Semesta
Perusahaan, dan pada tanggal 27 Maret 1997 Perusahaan mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia).
35. Total Bangunan Persada Tbk (TOTL)
Merupakan
bermarkas di
36. Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
WIKA lahir dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bertuliskan
nama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis
en Co atau NV Vis en Co Berdasarkan Untuk Peraturan Pemerintah Nomor 2/
1960 dan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Keputusan PUTL No 5
tanggal 11 Maret 1960, WIKA didirikan dengan nama Perusahaan Negara
Bangunan Widjaja Karja. Garis WIKA usaha pada saat itu adalah listrik dan
instalasi pipa air bekerja. Pada awal 1960-an, WIKA mengambil bagian dalam
proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno pada kesempatan
Olimpiade dari the New Emerging Forces ( GANEFO ) dan Asian Games ke-4 di
Jakarta .
D. Analisis Laporan Keuangan
Dalam menganalisis laporan keuangan digunakan beberapa perhitungan
antara lain dengan menggunakan Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas,
dan Rasio Leverage .Laporan keuangan yang akan dianalisis berupa neraca dan
laporan laba-rugi dari tahun 2009-2013. Rasio Keuangan Perusahaan Real Estate
A. Analisis Rasio Likuiditas
Merupakan rasio yang bertujuan untuk mengukur kamampuan perusahaan
dalam memenuhi kawajiban-kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas
mempunyai tujuan untuk melakukan uji kecukupan dana, solvency perusahaan,
kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi.
1) Current Ratio (Rasio Lancar)
Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
kewajiban jangka pendek (hutang lancar).
Current Ratio = ������ ������
������ ������x 100%
B.Analisis Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan
mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat
efektivitas yang dicapai suatu perusahaan. Proftabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kekayaan yang
dimiliki. Menajemen perusahaan yang mendapatkan keuntungan akan
menggunakan informasi baik tersebut untuk memberikan sinyal kepada investor
agar mendukung kelangsungan posisi manajemen saat ini dan kompensasi yang
lebih tinggi pada manajemen.
1. Return On Equity
Return On Equity = ���� ������ ������� �����
����� x100%
2. Net Earning Power Ratio ( Rasio pengembalian total aktiva)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
netto.
Net Earning Power Ratio = ���� ������ ������� �����
����� ������ x 100%
C.Leverage Ratio ( Rasio Hutang)
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajiban perusahaan baik hutang jangka pendek dan hutang
jangka panjang.
1. Debt Ratio ( Rasio Total Hutang)
Rasio ini menunjukkan besarnya biaya aktiva yang pembiayaan berasal
dari total hutang.
Debt Ratio = ����� ������
����� ������ x 100%
2. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang jangka Panjang dengan Modal)
Merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan yang dimiliki oleh
perusahaan dalam proporsi antara hutang jangka panjang lebih besar dari pada
modal sendiri.
Debt to Equity Ratio= ������ ������ �������
PEMBAHASAN
Dalam menganalisis laporan keuangan Real Estate Dan Property
digunakan beberapa perhitungan dan penilaian tingkat rasio dengan menggunakan
analisis Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Leverage. Laporan yang
dianalisis berupa neraca dan laporan laba rugi tahun 2009-1013. Penilaian tingkat
rasio menurut SK menteri Keuangan RI No.740/KMK.00/1989 kriteria penilaian
adalah sebagai berikut:
a. Sangat baik bila memiliki profitabilitas di atas 12%, likuiditas di atas 150%,
dan leverage di atas 200%
b. Baik bila memiliki profitabilitas di atas 8% - 12%, likuiditas di atas
100%-150%, dan leverage di atas 150% - 200%
c. Kurang baik bila memiliki profitabilitas di atas 5% - 8%, likuiditas di atas
75% - 100%, dan leverage di atas 100% - 150%.
d. Tidak baik bila memiliki profitabilitas sama dengan atau kurang dari 5%,
likuiditas sama dengan atau kurang dari 75%, dan leverage sama dengan atau
1. Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)
Rata- rata ratio Perusahaan Alam Sutera Realty tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Rata-Rata Rasio Keuangan ASRI
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Alam Sutera Realty, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 121%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di 12%. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan baik dalam
menghasilkan laba bersih. Rata-rata rasio leverage sebesar 61%, artinya rasio
2. Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA)
Rata-rata rasio perusahaan Bekasi Asri Pemula tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Rata-rata Rasio Keuangan BAPA
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Bekasi Asri Pemula, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 228%, degan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik
dengan rasio sebesar 7%, maka berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage
sebesar 62%, artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena
3. Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)
Rata-rata rasio perusahaan Bumi Citra Permai tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Rata-rata Rasio Keuangan BCIP
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Bumi Citra Permai, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 121%, degan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150% Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 25%, artinya rasio
4. Bhuwanata Indah Permai Tbk (BIPP)
Rata-rata Rasio perusahaan Bhuwanata Indah Permai tahun
2009-2013seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Rata-rata Rasio Keuangan BIPP
Rasio 2009
Sumber: Keuangan Keuangan Bhuwanata Indah Permai, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 49%, degan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas tidak baik, karena berada dibawah 75%. Rata-rata-rata rasio
profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu berada di atas 12%,
dengan rata-rata profitabilitas sebesar 15%. Rata-rata rasio leverage sebesar 29%,
artinya rasio leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah
100%.
5. Bukit Dharmo Property Tbk (BKDP)
Rata-rata rasio perusahaanBukit Dharmo Property tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Rata-rata rasio Keuangan BKDP
Rasio 2009
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 177%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu
berada di bawah 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 28%, artinya rasio leverage
perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
6. Sentul City Tbk (BKSL)
Rata-rata rasio perusahaan Sentul City tahun 2009-2013 seperti disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Rata-rata RasioKeuangan BKSL
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Sentul City, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 385%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu
berada di bawah 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 20%, artinya rasio leverage
perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
7. Bukit Serpong Damai Tbk (BSDE)
Rata-rata Rasio perusahaanBukit Serpong Damaitahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Rata-rata Rasio Keuangan BSDE
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Bukit Serpong Damai, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 200%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
beradapada kriteria 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 251%, artinya rasio
8. Cowell Development Tbk (COWL)
Rata-rata Rasio perusahaan Cowell Developmenttahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.8
Rata-rata Rasio Keuangan COWL
Rasio 2009
Sumber: laporan Keuangan Cowell Development, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 133%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu
berada di antara 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 49%, artinya rasio leverage
9. Ciputera Development Tbk (CTRA)
Rata-rata Rasio perusahaan Ciputera Development tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.9
Rata-rata Rasio Keuangan CTRA
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Ciputera Development, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 281%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 33%, artinya rasio
10. Ciputera Property Tbk (CTRP)
Rata-rata Rasio perusahaan Ciputera Development tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.10
Rata-rata Rasio Keuangan CTRP
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Ciputera Property, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 514%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu
berada di antara 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 26%, artinya rasio leverage
11. Ciputra Surya Tbk (CTRS)
Rata-rata Rasio perusahaan Ciputera Surya tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.11
Rata-rata Rasio Keuangan CTRS
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Ciputra Surya, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 360%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 44%, artinya rasio
12. Duta Anggada Realty Tbk (DART)
Rata-rata Rasio perusahaanDuta Anggada Realtytahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.12
Rata-rata Rasio Keuangan DART
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Duta Anggada Realty, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 96%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas kurang baik, karena berada di antara 75% - 100%.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu
berada di antara 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 47%, artinya rasio leverage
perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
13. Intilland Development Tbk (DILD)
Rata-rata Rasio perusahaan Intilland Development tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.13
Rata-rata Rasio Keuangan DILD
Rasio 2009
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 167%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 44%, artinya rasio
leverage perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
14. Duta Pertiwi Tbk (DUTI)
Rata-rata Rasio perusahaanDuta Pertiwitahun 2009-2013 seperti disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 3.14
Rata-rata Rasio Keuangan DUTI
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Duta Pertiwi, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 212%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada
di antara 8% - 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 34%, artinya rasio leverage
perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
15. Fotune Mate Indonesia Tbk (FMII)
Rata-rata Rasio perusahaan Fotune Mate Indonesia tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.15
Rata-rata Rasio Keuangan FMII
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Fotune Mate Indonesia, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 268%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu
berada di bawah 5%. Rata-rata rasio leverage sebesar 26%, artinya rasio leverage
16. Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD)
Rata-rata Rasio perusahaan Goa Makassar Tourism Development tahun
2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.16
Rata-rata Rasio Keuangan GMTD
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Goa Makassar Tourism Development, 2014 Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 104%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 101%, artinya rasio
leverage perusahaa dalam keadaan kurang baik karena berada di antara 100% -
17. Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA)
Rata-rata Rasio perusahaan Perdana Gapura Prima tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.17
Rata-rata Rasio Keuangan GPRA
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Perdana Gapura Prima, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 265%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 53%, artinya rasio
18. Jaya Real Property Tbk (JRPT)
Rata-rata Rasio perusahaan Jaya Real Property tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.18
Rata-rata Rasio Keuangan JRPT
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Jaya Real Property, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 118%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 59%, artinya rasio leverage
19. Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI)
Rata-rata Rasio perusahaan Lamicitra Nusantara tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.19
Rata-rata Rasio Keuangan LAMI
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Lamicitra Nusantara, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 146%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada
di antara 8% - 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 80%, artinya rasio leverage
20. Lippo Cikarang Tbk (LPCK)
Rata-rata Rasio perusahaan Lippo Cikarang tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.20
Rata-rata Rasio Keuangan LPCK
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Lippo Cikarang Tbk, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 154%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 80%, artinya rasio leverage
21. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
Rata-rata Rasio perusahaan Lippo Karawaci tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.21
Rata-rata Keuangan LPKR
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Lippo Karawaci, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 451%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 51%, artinya rasio
22. Metropolitan Kenjtana Tbk (MKPI)
Rata-rata Rasio perusahaan Metropolitan Kenjtana tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.22
Rata-rata Rasio Keuangan MKPI
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Metropolitan Kenjtana, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 41%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas tidak baik, karena berada di bawah 75%.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 32%, artinya rasio leverage
perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
23. Indonesia Prima Property Tbk (OMRE)
Rata-rata Rasio perusahaan Indonesia Prima Property tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.23
Rata-rata Rasio Keuangan OMRE
Rasio 2009
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 49%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas tidak baik, karena berada di bawah 75%.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 21%, artinya rasio leverage
perusahaa dalam keadaan tidak baik karena berada di bawah 100%.
24. Pudjiati Prestige Tbk (PUDP)
Rata-rata Rasio perusahaan Pudjiati Prestige tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.24
Rata-rata Rasio Keuangan PUDP
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Pudjiati Prestige, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 223%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 21%, artinya rasio
25. Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Rata-rata Rasio perusahaan Pakuwon Jati tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.25
Rata-rata Rasio Keuangan PWON
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Pakuwon Jati, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 121%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada
di antara 8% - 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 74%, artinya rasio leverage
26. Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk (RBMS)
Rata-rata Rasio perusahaan Ristia Bintang Mahkota Sejati tahun
2009-2013 seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.26
Rata-rata Rasio Keuangan RBMS
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Ristia Bintang Mahkota Sejati, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 855%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 10%, artinya rasio
27. Roda Vivatex Tbk (RDTX)
Rata-rata Rasio perusahaan Roda Vivatex tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.27
Rata-rata Rasio Keuangan RDTX
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Roda Vivatex, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 855%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di atas 12%. Rata-rata rasio leverage sebesar 13%, artinya rasio leverage
28. Pikko Land Development Tbk (RODA)
Rata-rata Rasio perusahaan Pikko Land Development tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.28
Rata-rata Rasio Keuangan RODA
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Pikko Land Development, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 433%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang kurang baik yaitu
berada di antara 5% - 8%. Rata-rata rasio leverage sebesar 47%, artinya rasio
29. Danayasa Arthathama Tbk (SCBD)
Rata-rata Rasio perusahaanDanayasa Arthathamatahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.29
Rata-rata Rasio Keuangan SCBD
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Danayasa Arthathama, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 306%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di atas 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 17%. Rata-rata rasio
leverage sebesar 40%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik
30. Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM)
Rata-rata Rasio perusahaan Suryamas Dutamakmur tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.30
Rata-rata Rasio Keuangan SMDM
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Suryamas Dutamakmur, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 155%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu
berada di bawah 5%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 2%. Rata-rata rasio
leverage sebesar 23%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik
31. Summarecon Agung Tbk (SMRA)
Rata-rata Rasio perusahaan Summarecon Agung tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.31
Rata-rata Rasio Keuangan SMRA
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Summarecon Agung, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 125%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di atas 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada
di antara 8% - 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 11%. Rata-rata rasio
leverage sebesar 110%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan kurang
32. Adhi karya (Persero) Tbk (ADHI)
Rata-rata Rasio perusahaanAdhi karya tahun 2009-2013 seperti disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 3.32
Rata-rata Rasio Keuangan ADHI
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Adhi karya, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 100%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 12%. Rata-rata rasio leverage
sebesar 77%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena
33. Duta Graha Indah Tbk (DGIK)
Rata-rata Rasio perusahaan Duta Graha Indah tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.33
Rata-rata Rasio Keuangan DGIK
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Duta Graha Indah, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 184%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas sangat baik, karena berada di atas 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang tidak baik yaitu
berada di bawah 5%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 4%. Rata-rata rasio
leverage sebesar 19%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik
34. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
Rata-rata Rasio perusahaan Surya Semesta Internusa tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.34
Rata-rata Rasio Keuangan SSIA
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Surya Semesta Internusa, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 150%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di atas 150%. Hal ini menunjukkan
posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup
hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 16%. Rata-rata rasio leverage
sebesar 61%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena
35. Total Bangunan Persada Tbk (TOTL)
Rata-rata Rasio perusahaan Total Bangunan Persada tahun 2009-2013
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.35
Rata-rata Rasio Keuangan SSIA
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Total Bangunan Persada, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 149%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu
berada di 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 13%. Rata-rata rasio leverage
sebesar 40%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena
36. Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
Rata-rata Rasio perusahaan Wijaya Karya tahun 2009-2013 seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.36
Rata-rata Rasio Keuangan WIKA
Rasio 2009
Sumber: Laporan Keuangan Wijaya Karya, 2014
Melalui rumus dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio
likuiditas menunjukkan sebesar 124%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rata-rata rasio likuiditas baik, karena berada di antara 100% - 150%. Hal ini
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancar.
Rata-rata rasio profitabiliatas menunjukkan kinerja yang baik yaitu berada
di 8% - 12%, dan rata-rata profitabilitas sebesar 11%. Rata-rata rasio leverage
sebesar 61%, artinya rasio leverage perusahaan dalam keadaan tidak baik karena