• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI INTEGRASI METODE FUZZY SERVQUAL DAN

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

LAYANAN PENDIDIKAN

(Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

SKRIPSI

NISA MUTIARA SIMARMATA

100803056

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

APLIKASI INTEGRASI METODE FUZZY SERVQUAL DAN

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

LAYANAN PENDIDIKAN

(Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

NISA MUTIARA SIMARMATA

100803056

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

Kategori : Skripsi

Nama : Nisa Mutiara Simarmata Nomor Induk Mahasiswa : 100803056

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Februari 2015

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Asima Manurung, S.Si, M.Si Dra.Normalina Napitupulu, M.Sc NIP.197303151999032001 NIP.196311061989022001

Disetujui Oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

APLIKASI INTEGRASI METODE FUZZY SERVQUAL DAN

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

LAYANAN PENDIDIKAN

(Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Februari 2015

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpah

karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment

(QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus:

SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar).

Terimakasih Penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Normalina Napitupulu,

M.Sc selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ibu Asima Manurung, S.Si, M.Si selaku

Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan

skripsi ini. Terimakasih kepada Prof. Dr. Tulus, M.Si. Ph.D dan Ibu Dra.

Mardiningsih, M.Sc selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen

Matematika FMIPA-USU Medan, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU,

seluruh Staff dan Dosen Matematika FMIPA USU, Pegawai FMIPA USU dan

rekan-rekan kuliah. Terimakasih kepada Kepala Sekolah SMP Swasta Cinta

Rakyat 3, seluruh Guru dan Staff SMP Swasta Cinta Rakyat 3, Pegawai dan

seluruh siswa SMP Swasta Cinta Rakyat 3. Akhirnya tidak terlupakan kepada Ibu,

Adik, seluruh keluarga dan sahabat yang selama ini memberikan bantuan dan

(6)

APLIKASI INTEGRASI METODE FUZZY SERVQUAL DAN

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

LAYANAN PENDIDIKAN

(Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

ABSTRAK

Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) sering digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dan untuk mencari usulan perbaikan kualitas layanan. Penelitian ini akan mencari usulan perbaikan kualitas layanan pendidikan di SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah layanan pendidikan yang diberikan oleh pihak sekolah belum dapat memuaskan konsumennya. Layanan dinilai belum sesuai dengan harapan siswa terlihat dari gap yang bernilai negatif.

(7)

APPLICATION OF FUZZY SERVQUAL INTEGRATION METHOD AND QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) IN

QUALITY IMPROVEMENT EFFORTS EDUCATION SERVICES

(Case Study: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

ABSTRACT

Fuzzy Servqual methods and Quality Function Deployment (QFD) is often used to determine the level of customer satisfaction and to seek proposals improved services. This study will seek proposals to improving quality of education in SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar. The conclusion of this study is the educational services provided by the school is not able to satisfy its customers. Services considered not in accordance with the expectations of students seen from the gap is negative.

(8)

DAFTAR ISI

Bab 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1

2.8.2 Analisa Usulan Perbaikan dengan metode Quality Function Deployment (QFD) 32

Bab 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pengumpulan Data Kualitatif 34

3.2 Pengumpulan Data Kuantitatif 36

3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Data 37

(9)

3.5 Pengolahan Data Kuesioner dengan Metode Fuzzy 41 3.6 Analisa Hasil Fuzzy Servqual Customer Gap 47 3.7 Pembobotan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kepuasan dengan Importance Performance

Analysis (IPA) 49

3.8 Analisa Usulan Perbaikan dengan Metode

Quality Function Deployment 51

Bab 4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan 53

4.2 Saran 53

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1. Tabulasi Jawaban Responden 16

2.2. Tabel Perhitungan Korelasi 17

3.1. Daftar Atribut Kualitas Jasa (Pendahuluan) 34

3.2. Daftar Atribut Kualitas Jasa (Formal) 37

3.3. Hasil Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Tingkat Kepentingan dan Defuzzifikasi 42

3.4. Hasil Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Tingkat Kepentingan dan Defuzzifikasi Dimensi 44

3.5. Hasil Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Tingkat Kepuasan dan Defuzzifikasi 45

3.6. Hasil Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Tingkat Kepuasan dan Defuzzifikasi Dimensi 47

3.7. Perhitungan Gap per Atribut (Pernyataan) 47

3.8. Perhitungan Gap per Dimensi 48

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

1.1. Flow Chart Penelitian 5

2.1. Himpunan Fuzzy untuk Variabel Umur 22

2.2. Fungsi Keanggotaan Triangular Fuzzy Number 26

2.3. Importance Performance Analysis 30

3.1. Karaketeristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 40

3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 40

3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas 41

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1. Rekapitulasi Data Hasil Kuesioner Pendahuluan 56

2. Rekapitulasi Data Hasil Kuesioner Formal 57

3. Bentuk Kuesioner Pendahuluan 66

4. Bentuk Kuesioner Formal 71

5. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 75

6. Surat Keputusan Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara 76

7. Surat Pengumpulan Data Riset 77

8. Surat Keterangan Melaksanakan Pengumpulan Data Riset 78

9. Data Siswa SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar 79

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Peningkatan kualitas merupakan salah satu strategi bisnis yang ditekankan pada

pemenuhan keinginan konsumen. Di sisi lain, kinerja perusahaan dan kepuasan

konsumen merupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan. Kinerja

berpengaruh langsung terhadap kepuasan konsumen. Oleh karena itu suatu unit

bisnis diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya, dimulai dengan mengetahui

sejauh mana tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen.

Kepuasan konsumen adalah perasaan atau sikap konsumen terhadap

produk/layanan setelah digunakannya produk/layanan tertentu (Aniek Indrawati,

2011). Kualitas layanan merupakan pemenuhan dari harapan konsumen atau

kebutuhan konsumen yang membandingkan antara hasil dengan harapan dan

menentukan apakah konsumen sudah menerima layanan yang berkualitas

(Scheuning, 2004).

Dari sisi penyelenggaraannya pendidikan termasuk kategori layanan jasa

yang dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan atau satuan

pendidikan bagi dan untuk kepentingan masyarakat. Oxford Advanced Learner’s

Dictionary (2000) menyebutkan bahwa layanan pendidikan adalah organisasi atau

perusahaan yang menyediakan sesuatu kepada publik atau melakukan sesuatu

bagi pemerintah contohnya layanan diplomatik, layanan keamanan dan layanan

sosial. Sedangkan kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar

adalah kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan atau

memanfaatkan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan

belajar secara optimal.

Dalam konteks globalisasi pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

lulusan yang memiliki daya saing (comparative advantage). Oleh karena itu

penyelenggara pendidikan harus mampu menampilkan kualitas proses maupun

(14)

karena keterbatasan yang dimiliki pemerintah maka masyarakat (swasta) dituntut

secara aktif untuk membantu pelaksanaannya. Bagaimanapun juga untuk

mendirikan sebuah instansi pendidikan yang memenuhi tujuan tersebut bukanlah

sebuah hal yang mudah. Banyak hal terkait menyangkut fasilitas, sarana dan

prasarana, promosi, manajemen pengelolaannya maupun penyedia tenaga

pengajarnya.

Perkembangan lembaga pendidikan yang menawarkan berbagai bidang

pendidikan dan keterampilan tentunya akan mengakibatkan semakin tajamnya

persaingan di antara jasa pendidikan sehingga diperlukan berbagai upaya agar

tetap mampu bersaing dan eksis di tengah ketatnya persaingan. Oleh karena itu

penyelenggara layanan pendidikan harus selalu memperhatikan apa yang menjadi

kebutuhan dan keinginan konsumennya (peserta didik/siswa).

SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar merupakan salah satu

sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan St.Yoseph.

Permasalahan yang dihadapi oleh SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar

yaitu bahwa sekolah ini cenderung belum menjadi sekolah favorit para siswa.

Permasalahan ini terlihat dari jumlah siswa yang mendaftar pada tahun ajaran baru

tidak sebanyak siswa yang mendaftar pada sekolah lain yang juga berada di

bawah naungan Yayasan St.Yoseph. Beberapa faktor yang mungkin menjadi

penyebab permasalahan ini adalah layanan pendidikan yang kurang berkualitas,

strategi promosi sekolah yang kurang baik dan biaya pendidikan yang mahal.

Permasalahan kualitas layanan menjadi hal yang membingungkan dan

menyulitkan pihak sekolah untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen

agar tetap mampu bertahan di tengah ketatnya persaingan. Untuk meningkatkan

kualitas layanan pendidikan, metode yang digunakan hanya terbatas pada

informasi yang diperoleh dari konsumen yang biasanya berupa kritik maupun

saran mengenai layanan yang telah diberikan.

1.2Perumusan Masalah

Penelitian yang akan dilakukan adalah pengukuran tingkat kepuasan siswa

(15)

Servqual dan Quality Function Deployment (QFD). Metode ini diharapkan dapat

digunakan untuk mencari strategi perbaikan layanan pendidikan di SMP Swasta

Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar, di mana sekolah ini mengalami permasalahan

dalam jumlah siswa. Dari data yang diperoleh pada tahun ajaran 2014/2015,

terjadi penurunan siswa yaitu jumlah siswa kelas VII dan VIII tidak dapat

mencapai jumlah siswa kelas IX.

1.3Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah dakam penelitian ini adalah:

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (hasil

kuesioner).

2. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII dan IX SMP Swasta

Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah mengukur

tingkat kepuasan para siswa terhadap layanan SMP Swasta Cinta Rakyat 3

Pematangsiantar.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan SMP Swasta Cinta Rakyat 3

Pematangsiantar dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan

penelitian selanjutnya.

(16)

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan data primer yang

disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi elemen penelitian Servqual yaitu tangibles, reliability,

responsiveness, assurance dan empathy

2. Pembuatan kuesioner

3. Penyebaran kuesioner pendahuluan

4. Pengujian validitas dan reliabilitas

5. Penyebaran kuesioner formal

6. Pengintegrasian Fuzzy dan Servqual

7. Important Performance Analysis untuk penentuan prioritas perbaikan

8. Analisa usulan perbaikan dengan metode Quality Function Deployment

9. Penarikan kesimpulan dan saran

(17)

Tidak

Valid

Tidak

Valid

Gambar 1.1. Flow Chart Penelitian rhitung > rtabel

α > 0,60

Atribut yang tidak valid

dihilangkan

Penyebaran Kuesioner Formal

Penentuan Prioritas dengan IPA rhitung > rtabel

α > 0,60

Analisa Usulan Perbaikan dengan QFD

Penarikan Kesimpulan dan Saran Uji Validitas dan Reliabilitas

Integrasi Fuzzy Servqual

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas

Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang

cepat di segala bidang. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat

produktivitas perusahaan dan seberapa rendahnya tingkat harga produk maupun

jasa, namun lebih pada kualitas produk atau jasa tersebut, kenyamanan,

kemudahan, serta ketepatan dan kecepatan waktu dalam pencapaiannya. Produk

dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang

diinginkan konsumennya. Oleh karena itu, organisasi/perusahaan perlu mengenal

konsumen atau pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan keinginannya.

2.1.1 Definisi Kualitas

Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau

pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.

Pengertian kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain

(Ariani,2002):

1. Juran (1962), “kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”.

2. Crosby (1979), “kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi

availability, delivery, reliability, maintainbility, dan cost effectiveness”.

3. Deming (1982), “kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan

sekarang dan di masa mendatang”.

4. Feigenbaum (1991), “kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk

dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan

maintenance, dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya

(19)

5. Scherkenbach (1991), “kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan

menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan

harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk

tersebut”.

6. Elliot (1993), “kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang

berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan

tujuan”.

7. Goetch dan Davis (1995), “kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang

berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan”.

8. Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI

19-8402-1991), “kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk

atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang

dinyatakan secara tegas maupun tersamar.

2.1.2 Kepuasan Pelanggan

Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan

para pelanggan. Oleh karena itu, hanya dengan memahami proses dan pelanggan

maka organisasi dapat menyadari dan menghargai makna kualitas. Semua usaha

manajemen diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu terciptanya kepuasan

pelanggan. Apapun yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya bila

akhirnya tidak menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Adanya kepuasan

pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya (Tjiptono, 2001):

1. Hubungan antara perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis.

2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.

3. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.

4. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang

menguntungkan bagi perusahaan.

5. Reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan.

(20)

Kepuasan pelanggan sendiri tidak mudah didefinisikan. Tjiptono (2001)

menyebutkan bahwa ada berbagai macam pengertian kepuasan pelanggan yang

diberikan oleh para pakar, yaitu:

1. Day, menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah respons pelanggan

terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya

(atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya.

2. Wilkie, mendefinisikannya sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi

terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.

3. Engel, menyatakan kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli di

mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui

harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome)

tidak memenuhi harapan.

4. Kotler, menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan

seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan

dibandingkan dengan harapannya.

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya

pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja

atau hasil yang dirasakan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil

pekerjaan seseorang atau suatu organisasi maka hanya merekalah yang dapat

menentukan kualitasnya seperti apa dan hanya mereka yang dapat menyampaikan

apa dan bagaimana kebutuhan mereka.

2.1.3 Dimensi Kualitas

Menentukan kualitas produk harus dibedakan antara produk manufaktur atau

barang (goods) dengan produk layanan (service) karena keduanya memiliki

banyak perbedaan. Menyediakan produk layanan (jasa) berbeda dengan

menghasilkan produk manufaktur dalam beberapa cara. Perbedaan antara produk

manufaktur dengan produk layanan adalah:

1. Produksi layanan memerlukan tingkatan “customization atau individual

(21)

sasarannya adalah keseragaman. Dokter, ahli hukum, personal penjualan

asuransi, dan pelayanan restoran harus menyesuaikan layanan mereka

terhadap konsumen individual.

2. Output sistem layanan tidak berwujud, sedangkan manufaktur berwujud.

Kualitas produk manufaktur dapat diukur berdasar spesifikasi disain,

sedangkan kualitas layanan pengukurannya subyektif menurut pandangan

konsumen, dikaitkan dengan harapan dan pengalaman mereka.

3. Produk layanan diproduksi dan dikonsumsi secara bersama-sama, sedangkan

manufaktur diproduksi sebelum dikonsumsi. Produk layanan tidak bisa

disimpan atau diperiksa sebelum disampaikan kepada konsumen.

4. Konsumen seringkali terlibat dalam proses layanan dan hadir ketika layanan

dibentuk, sedangkan produk manufaktur dibentuk di luar keterlibatan

langsung dari konsumen.

5. Layanan secara umum padat tenaga kerja, sedangkan manufaktur lebih

banyak padat modal. Kualitas interaksi antara produsen dan konsumen

merupakan faktor vital dalam penciptaan layanan. Perilaku dan moral pekerja

merupakan hal yang kritis dalam menyediakan kualitas layanan.

Pengukuran kualitas untuk produk fisik tidak sama dengan industri jasa. Ada

beberapa dimensi yang digunakan dalam mengukur kualitas suatu industri jasa.

Kualitas layanan dapat dilihat dari 10 dimensi, yaitu:

1. Communication, yaitu penggunaan bahasa komunikasi yang bisa dipahami

konsumen.

2. Credibility, yaitu kepercayaan konsumen terhadap penyedia layanan.

3. Security, yaitu keamanan konsumen, bebas resiko, bahaya, dan

keragu-raguan.

4. Knowing the customer, yaitu pemahaman penyedia layanan terhadap

kebutuhan dan harapan konsumen.

5. Tangibles, yaitu dalam memberi layanan harus ada standar pengukurannya.

6. Reliability, yaitu konsistensi penyedia layanan dan kemampuan penyedia

layanan dalam memenuhi janji.

7. Responsiveness, yaitu kemauan dan kesediaan penyedia layanan dalam

(22)

8. Competence, yaitu kemampuan atau keahlian penyedia layanan dalam

memberikan layanan.

9. Access, yaitu kemampuan pendekatan dan kemudahan penyedia layanan

untuk bisa dihubungi oleh konsumen.

10. Courtesy, yaitu kesopanan, rasa hormat, perhatian, dan keadilan penyedia

layanan ketika berhubungan dengan konsumen.

Di antara sepuluh dimensi kualitas layanan jasa di atas, ada yang saling tumpang

tindih, sehingga diberikan lima dimensi kualitas layanan yang lebih sederhana,

yaitu (Purnama, 2006):

1. Tangibles (berwujud), yaitu bukti fisik dan menjadi bukti awal yang bisa

ditunjukkan oleh organisasi penyedia layanan yang ditunjukkan oleh tampilan

gedung, fasilitas fisik pendukung, perlengkapan, dan penampilan pekerja.

2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan penyedia layanan memberikan

layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu para pekerja memiliki kemauan dan

bersedia membantu pelanggan serta memberi layanan dengan cepat dan

tanggap.

4. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kecakapan para pekerja yang

memberikan jaminan bahwa mereka bisa memberikan layanan dengan baik.

5. Empathy (empati), yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi

yang baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Wyckof dan Lovelock (1988) seperti dikutip Purnama (2006) memberikan

pengertian kualitas layanan sebagai tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan

pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen.

Parasuraman, et al (1988) memberikan pengertian bahwa kualitas layanan

merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen

dengan layanan yang diharapkan konsumen. Jika kualitas layanan yang dirasakan

sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan dikatakan

(23)

Gronroos (1990) seperti dikutip Purnama (2006) menyatakan bahwa kualitas

layanan meliputi:

1. Kualitas fungsi, yang menekankan bagaimana layanan dilaksanakan. Terdiri

dari dimensi kontak dengan konsumen, sikap dan perilaku, hubungan internal,

penampilan, kemudahan akses, dan service mindedness.

2. Kualitas teknis dengan kualitas output yang dirasakan konsumen, meliputi

harga, ketepatan waktu, kecepatan layanan, dan estetika output.

3. Reputasi perusahaan, yang dicerminkan oleh citra perusahaan dan reputasi di

mata konsumen.

Meningkatkan kualitas jasa yang ditawarkan tidak semudah usaha meningkatkan

kualitas produk, karena peningkatan kualitas jasa juga akan berdampak pada

organisasi secara menyeluruh. Menurut Stebbing (1992) seperti dikutip Ariani

(2002), ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk dapat meningkatkan

kualitas pelayanan (jasa) yang ditawarkan, antara lain:

1. Mengidentifikasi faktor utama kualitas pelayanan.

2. Mengelola harapan pelanggan.

3. Mengelola kualitas jasa

4. Mengembangkan budaya kualitas.

2.2 Skala Likert

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert agar

data kualitatif dapat dikuantitatifkan sehingga nilai variabel yang diukur dengan

instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Skala likert merupakan

skala yang dapat memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik

suatu produk. Informasi yang diperoleh dengan skala likert berupa skala

pengukuran ordinal, oleh karenanya terhadap hasilnya hanya dapat dibuat ranking

tanpa dapat diketahui berapa besarnya selisih antara satu tanggapan ke tanggapan

lainnya. Responden diminta untuk menjawab tingkat kepentingan pada tiap atribut

kualitas pelayanan dengan memberi bobot sebagai berikut:

(24)

b. 4 untuk jawaban penting

c. 3 untuk jawaban cukup penting

d. 2 untuk jawaban kurang penting

e. 1 untuk jawaban tidak penting

Responden memberi nilai terhadap tingkat kepuasan pada atribut-atribut kualitas

pelayanan yang sama dengan memberikan bobot sebagai berikut:

a. 5 untuk jawaban sangat puas

b. 4 untuk jawaban puas

c. 3 untuk jawaban cukup puas

d. 2 untuk jawaban kurang puas

e. 1 untuk jawaban tidak puas

2.3 Populasi dan Sampel Data

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek

atau subyek itu. Misalnya akan melakukan penelitian di lembaga X, maka

lembaga X ini merupakan populasi. Lembaga X mempunyai sejumlah orang atau

subyek dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah atau

kuantitas. Tetapi lembaga X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya,

misalmya motivasi kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya, disiplin

kerjanya, dan lain-lain. Lembaga X juga mempunyai karakteristik obyek yang lain

misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang, produk yang dihasilkan, dan

lain-lain. Yang terkhir berarti populasi dalam arti karakteristik.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari

(25)

tenaga maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif atau mewakili.

Untuk menentukan sampel penelitian digunakan teknik sampling. Teknik

sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang

akan digunakan dalam penelitian. Sugiyono (2006) menyebutkan bahwa terdapat

berbagai teknik sampling yang dapat digunakan, yaitu:

1. Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang

sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Teknik ini meliputi:

a. Simple Random Sampling

Dikatakan simple karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian

dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak

homogen dan berstrata secara proporsional.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata

tetapi kurang proporsional. Misalmya pegawai dari PT tertentu mempunyai: 3

orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 0rang SMU, 700

orang SMP. Maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang S2 itu diambil sebagai sampel.

Karena 2 kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1,

SMU, dan SMP.

d. Cluster Sampling

Teknik sampling ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan

diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu begara, propinsi

(26)

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik ini meliputi:

a. Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari

anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah atau kuota yang diinginkan.

c. Sampling Aksidental

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber

data.

d. Sampling Purposive

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian disiplin pegawai, maka sampel yang

dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan n=bila jumlah populasi relatif

kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana

semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya

kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan

sampel.

(27)

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang

ingin diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka dia harus

menggunakan timbangan. Timbangan adalah alat pengukur yang valid bila

dipakai untuk mengukur berat, karena timbangan memang mengukur berat. Untuk

mengetahui validitas suatu instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung

korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan

rumus teknik korelasi “product moment”, yang rumusnya sebagai berikut

(Singarimbun dan Effendi, 1989):

r = N (∑XY)− (∑X ∑Y)

�[N∑X2− (X)2] [NY2− (Y)2]

Setelah diperoleh harga r hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan instrumen

tersebut valid atau tidak valid, harga r hitung tersebut dikonsultasikan dengan

harga r tabel (tabel r product moment). Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka

dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut valid.

Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama atau

hasil pengukuran relatif konsisten. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara

eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan

test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Salah satu teknik yang

dapat digunakan adalah “Alfa Cronbach” dengan rumus sebagai berikut

(Sugiyono, 2006):

Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach:

ri = k

(k−1) �1−

∑Si2

St2 �

Keterangan:

k : mean kuadrat antara subyek

∑Si2 : mean kuadrat kesalahan

St2 : varians total

(28)

��2 = ∑��

2

� −

(∑�)2

�2

��2 = ��� −� ��2�

Keterangan:

��� : jumlah kuadrat seluruh skor item

��� : jumlah kuadrat subyek

Contoh:

Misalkan hasil uji coba instrumen yang berupa kuesioner dengan skala 1 sampai

5 menghasilkan data sebagai berikut:

Tabel 2.1. Tabulasi Jawaban Responden

Responden Nomor Pernyataan Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

a 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 45 b 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 45 c 3 4 4 3 4 2 4 5 4 4 39 d 5 5 4 3 4 5 4 3 4 1 38 e 3 3 4 4 3 4 4 4 4 1 34 f 2 1 2 1 2 2 2 2 1 5 21 g 2 3 5 1 2 2 3 3 1 5 26 h 1 1 1 2 1 2 2 1 2 5 16 i 4 4 4 5 5 5 4 4 4 1 40 j 3 2 2 2 2 3 2 2 2 5 24

Untuk pengujian validitas instrumen penelitian dengan data responden seperti

pada tabel 2.1. akan dilakukan contoh perhitungan dengan menguji pernyataan 2.

Hasil perhitungan korelasi antara pernyataan nomor 2 dengan skor total

(29)

Tabel 2.2. Tabel Perhitungan Korelasi

Responden X Y X2 Y2 XY

a 4 45 16 2.025 180

b 5 45 25 2.025 225

c 4 39 16 1.521 156

d 5 38 25 1.444 190

e 3 34 9 1.156 102

f 1 21 1 441 21

g 3 26 9 676 78

h 1 16 1 256 16

i 4 40 16 1.600 160

j 2 24 4 576 48

Total 32 328 122 11.720 1.176

Keterangan:

X : Skor pernyataan 2

Y : Skor total

Hasil perhitungan dalam tabel 2.2. dimasukkan ke dalam rumus korelasi “product

moment”, sehingga diperoleh:

r = N (∑XY)− (∑X ∑Y)

�[N∑X2− (X)2] [NY2− (Y)2]

r = 10 (1.176)− (32∗328)

�[10∗122− (32)2] [1011.720 (328)2]

r = 1.264

1.372,857= 0,921

Pada tabel 2.1. terdapat 10 pernyataan dalam kuesioner, maka ada 10 perhitungan

(30)

Pernyataan 1 = 0,876

Pernyataan 10 = -0,426

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka

kritik tabel korelasi nilai r. Untuk taraf signifikansi 5% nilai r tabel product

moment adalah 0,632. Berhubung angka yang diperoleh dari pernyataan 1 sampai

pernyataan 9 adalah di atas 0,632, maka pernyataan 1 sampai 9 adalah valid.

Pernyataan 10 tidak valid karena nilai r hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai

r tabel.

Pernyataan 1 sampai 9 yang telah terbukti valid kemudian akan diuji

reliabilitasnya dengan menggunakan teknik Alfa Cronbach.

(31)

Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika nilai hasil pengukuran lebih besar dari

0,60. Karena nilai hasil pengukuran instrumen 9 pernyataan dengan teknik Alfa

Cronbach lebih besar dari 0,60, maka pernyataan disebut reliabel.

2.5 Metode Servqual

Metode pengukuran kualitas layanan yang banyak digunakan secara luas adalah

metode Servqual. Servqual berasal dari kata Service Quality yang artinya kualitas

layanan. Metode Servqual didasarkan pada “gap model” yang dikembangkan oleh

Parasuraman. Kualitas layanan merupakan fungsi gap antara harapan konsumen

terhadap layanan dan persepsi mereka terhadap layanan aktual yang dihasilkan

perusahaan. Harapan konsumen terhadap kualitas layanan merupakan keinginan

atau permintaan ideal konsumen terhadap layanan yang akan diberikan oleh

penyedia layanan. Oleh karena itu harapan konsumen seringkali diterjemahkan

sebagai permintaan yang diidealkan oleh konsumen.

Harapan konsumen secara umum dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu

komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth), kebutuhan individu konsumen

(personal needs), dan pengalaman yang dirasakan konsumen pada masa lalu (past

experience). Harapan konsumen harus menjadi acuan bagi penyedia layanan

untuk mendisain, menghasilkan dan menyampaikan layanan kepada konsumen.

Sedangkan persepsi konsumen merupakan penilaian konsumen terhadap layanan

yang telah dirasakan atau diperoleh. Kualitas layanan merupakan perbandingan

atau selisih antara layanan yang dirasakan atau dipersepsikan konsumen (persepsi)

dengan layanan ideal yang diinginkan atau diminta konsumen (harapan). Selisih

antara persepsi dengan harapan disebut dengan “gap” atau kesenjangan kualitas

layanan, yang dirumuskan sebagai berikut (Purnama, 2006):

Persepsi – Harapan = Gap

1. Jika gap positif (Persepsi > Harapan) maka layanan dikatakan “surprise” dan

memuaskan

2. Jika gap nol (Persepsi = Harapan) maka layanan dikatakan berkualitas dan

(32)

3. Jika gap negatif (Persepsi < Harapan) maka layanan dikatakan tidak

berkualitas dan tidak memuaskan

2.6 Logika Fuzzy

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya

pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. Lotfi Asker Zadeh adalah seorang

ilmuwan Amerika Serikat berkebangsaan Iran dari Universitas California di

Barkeley. Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar-samar. Suatu

nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan.

Logika fuzzy merupakan suatu logika yang memiliki nilai kekaburan atau

kesamaran (fuzzyness) antara benar atau salah. Dalam teori logika fuzzy suatu nilai

bisa bernilai benar atau salah secara bersama. Namun berapa besar keberadaan

dan kesalahan bergantung pada bobot keanggotaan yang dimilikinya. Logika fuzzy

digunakan untuk menerjemahkan suatu besaran yang diekspresikan menggunakan

bahasa (linguistic), misalkan besaran kecepatan laju kendaraan yang diekspresikan

dengan pelan, agak cepat, cepat, dan sangat cepat. Logika fuzzy menunjukkan

sejauh mana suatu nilai itu benar dan sejauh mana suatu nilai itu salah.

Logika fuzzy umumnya diterapkan pada masalah-masalah yang mengandung

unsur ketidakpastian (uncertainty), ketidaktepatan (imprecise), dsb. Logika fuzzy

menjembatani bahasa mesin yang presisi dengan bahasa manusia yang

menekankan pada makna atau arti (significance). Logika fuzzy dikembangkan

berdasarkan bahasa manusia (bahasa alami).

2.6.1 Himpunan Fuzzy

Dalam teori himpunan klasik, yang dikembangkan oleh Georg Cantor (1845 –

(33)

secara tegas. Dalam arti dapat ditentukan secara tegas apakah suatu obyek adalah

anggota himpunan itu atau tidak. Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan

suatu item � dalam suatu himpunan �, yang sering ditulis dengan � [�],

memiliki 2 kemungkinan yaitu:

1. � [�] = 1 ; � menjadi anggota dalam himpunan �

2. � [�] = 0 ; � tidak menjadi anggota dalam himpunan �

Kalau pada himpunan crisp, nilai keanggotaan hanya ada 2 kemungkinan yaitu 0

atau 1, pada himpunan Fuzzy nilai keanggotaan terletak pada rentang 0 sampai 1

(Kusumadewi dan Purnomo, 2004). Dengan memperluas konsep himpunan crisp,

Zadeh mendefinisikan himpunan Fuzzy dengan menggunakan apa yang

disebutnya fungsi keanggotaan (membership function), yang nilainya berada

dalam selang tertutup [0,1]. Jadi keanggotaan dalam himpunan Fuzzy tidak lagi

merupakan sesuatu yang tegas (yaitu anggota atau bukan anggota), melainkan

sesuatu yang berderajat atau bergradasi secara kontinu (Susilo, 2006).

Misalkan variabel umur dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

MUDA umur < 35 tahun

PAROBAYA 35 tahun ≤ umur ≤ 55 tahun

TUA umur > 55 tahun

Dapat dijelaskan bahwa nilai keanggotaan himpunan MUDA, PAROBAYA dan

TUA adalah sebagai berikut:

1. apabila seseorang berumur 34 tahun, maka dikatakan MUDA (μMUDA[34] = 1);

2. apabila seseorang berumur 35 tahun, maka dikatakan TIDAK MUDA

MUDA[35] = 0 );

3. apabila seseorang berumur 35 tahun kurang 1 hari, maka dikatakan TIDAK

MUDA ( μMUDA[35 tahun kurang 1 hari] = 0 )

4. apabila seseorang berumur 35 tahun, maka dikatakan PAROBAYA

(34)

5. apabila seseorang berumur 55 tahun, maka dikatakan PAROBAYA

PAROBAYA [55] = 1 );

6. apabila seseorang berumur 35 tahun kurang 1 hari, maka dikatakan TIDAK

PAROBAYA (μPAROBAYA [35 tahun kurang 1 hari] = 0 );

Dari sini bisa dikatakan bahwa pemakaian himpunan crisp untuk menyatakan

umur sangat tidak adil, adanya perubahan kecil pada suatu nilai mengakibatkan

perbedaan kategori yang cukup signifikan.

Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi hal tersebut. Seseorang dapat

masuk dalam 2 himpunan yang berbeda, MUDA dan PAROBAYA, PAROBAYA

dan TUA, dsb. Seberapa besar keberadaannya dalam himpunan tersebut dapat

dilihat pada nilai keanggotaannya.

Gambar 2.1. Himpunan Fuzzy untuk variabel umur

Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa:

1. Seseorang yang berumur 40 tahun, termasuk dalam himpunan MUDA dengan

μMUDA [40] = 0,25; namun dia juga termasuk dalam himpunan PAROBAYA

dengan μPAROBAYA [40] = 0,5.

2. Seseorang yang berumur 50 tahun, termasuk dalam himpunan TUA dengan

μTUA [50] = 0,25; namun dia juga termasuk dalam himpunan PAROBAYA

dengan μPAROBAYA [50] = 0,5.

Kalau pada himpunan crisp nilai keanggotaan hanya ada 2 kemungkinan, yaitu 0

atau 1, pada himpunan fuzzy nilai keanggotaan terletak pada rentang 0 sampai 1.

(35)

anggota himpunan �, demikian pula apabila � memiliki nilai keanggotaan fuzzy

��[�] = 1 berarti � menjadi anggota penuh pada himpunan �.

Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut, yaitu:

1. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau

kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: MUDA,

PAROBAYA, TUA.

2. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu

variabel, seperti: 40, 25, 50, dsb.

2.6.2 Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan

pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering juga disebut

dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah satu

cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan

melalui pendekatan fungsi. Nilai keanggotaan didapatkan dari beberapa fungsi

keanggotaan , dalam buku yang ditulis oleh Sri Kusumadewi dan Hari Purnomo

(2004) dijelaskan bahwa ada beberapa fungsi yang dapat digunakan untuk

memperoleh nilai keanggotaan, yaitu:

a. Representasi Linier

Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotaannya digambarkan

sebagai suatu garis lurus.

Fungsi Keanggotaan Representasi Linear Naik:

� [�] = �

0 ; � ≤ � (� − �)

(� − �) ;� ≤ � ≤ � 1 ;� ≥ �

(36)

� [�] = �

(� − � )

( � − � ); � ≤ � ≤ � 0 ; � ≥ �

b. Representasi Kurva Segitiga

Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linear). Suatu

fungsi keanggotaan himpunan kabur disebut keanggotaan segitiga jika

mempunyai tiga buah parameter, yaitu �,�,� ∈ ℝ.

c. Representasi Kurva Trapesium

Suatu fungsi keanggotaan himpunan kabur disebut fungsi keanggotaan trapesium

jika mempunyai empat buah parameter yaitu �,�,�,� ∈ ℝ dengan �<�< � <

d. Representasi Kurva Bentuk Bahu

Daerah yang terletak di tengah-tengah suatu variabel yang direpresentasikan

dalam bentuk segitiga, pada sisi kanan dan kirinya akan naik dan turun (misalkan

DINGIN bergerak ke SEJUK bergerak ke HANGAT dan bergerak ke PANAS).

Tetapi terkadang salah satu sisi dari variabel tersebut tidak mengalami perubahan.

Sebagai contoh, apabila telah mencapai kondisi PANAS kenaikan temperatur

akan tetap berada pada kondisi PANAS. Himpunan fuzzy bahu bukan segitiga,

digunakan untuk mengakhiri variabel suatu daerah fuzzy. Bahu kiri bergerak dari

benar ke salah, demikian juga bahu kanan bergerak dari salah ke benar.

e. Representasi Kurva-S

Kurva PERTUMBUHAN dan PENYUSUTAN merupakan kurva-S atau Sigmoid

yang berhubungan dengan kenaikan dan penurunan permukaan secara tak linear.

Fungsi keanggotaan pada kurva PERTUMBUHAN adalah:

S (x;α;β;γ) =

f. Representasi Kurva Bentuk Lonceng (Bell Curve)

(37)

Kurva π berbentuk lonceng dengan derajat keanggotaan 1 terletak pada pusat

dengan domain (γ), dan lebar kurva (β).

Fungsi Keanggotaan:

π (x,β,γ) = �

S �x; γ − β;γ − β

2; γ� ; x ≤ γ

1−S �x; γ; γ+ β

2; γ+ β�; x > �

(ii) Kurva BETA

Kurva BETA didefinisikan dengan 2 parameter, yaitu nilai pada domain yang

menunjukkan pusat kurva (γ), dan setengah lebar kurva (β).

Fungsi keanggotaan:

B (x; γ; β) = 1 1 + �x−β �γ

2

(iii)Kurva GAUSS

Kurva GAUSS juga menggunakan (γ) untuk menunjukkan nilai domain pada

pusat kurva, dan (k) menunjukkan lebar kurva.

Fungsi keanggotaan:

G(x; k; γ) = e− k (γ−x)2

g. Koordinat Keanggotaan

Himpunan fuzzy berisi urutan pasangan berurutan yang berisi nilai domain dan

kebenaran nilai keanggotaannya dalam bentuk:

Skalar (i) / Derajat (i)

“Skalar” adalah suatu nilai yang digambar dari domain himpunan fuzzy,

sedangkan “Derajat” merupakan derajat keanggotaan himpunan fuzzy.

2.6.3 Triangular Fuzzy Number

Fuzzy number adalah spesial fuzzy �= {(�),� ∈ �}. Di mana � membawa

nilainya ke dalam garis riil �: − ∞ < � < +∞ dan � (�) merupakan

(38)

Gambar 2.2 Fungsi Keanggotaan Triangular Fuzzy Number

Suatu fungsi keanggotaan himpunan kabur disebut fungsi keanggotaan segitiga

(triangular fuzzy number) jika mempunyai tiga buah parameter yaitu �,�,� ∈ ℝ

dengan � <� <�, dan dinyatakan dengan segitiga (�,�,�,�) (Susilo, 2006).

Fungsi Keanggotaan (Kusumadewi dan Purnomo, 2004):

� [�] =

⎩ ⎪ ⎨ ⎪

(0; � − �) � ≤ ������ ≥ �

(� − �) ; � ≤ � ≤ � (� − �)

(� − �) ; � ≤ � ≤ �

Fuzzy number sering dinyatakan sebagai triple (a, b, c) di mana �,�,�

adalah batas bawah, batas tengah, dan batas atas (Tstinov, Mikhailov). Nilai TFN

dihitung dengan metode centroid untuk menghasilkan nilai crisp yang diperoleh

dengan cara mengambil titik pusat (�∗) daerah fuzzy. Secara umum dirumuskan

(Kusumadewi, 2010):

�∗ = ∫ �� � (�)��

∫ � (�)�� ; untuk variabel kontinu

�∗ = ∑��=1�� � (��)

(39)

2.6.4 Fuzzifikasi dan Defuzzifikasi

Fuzzifikasi adalah proses yang dilakukan untuk mengubah variabel nyata menjadi

variabel fuzzy, ini ditujukan agar masukan kontroler fuzzy bisa dipetakan menuju

jenis yang sesuai dengan fuzzy. Pemetaan dilakukan dengan bantuan model dari

fungsi keanggotaan agar dapat diketahui besar masukan tersebut (derajat

keanggotaan).

Setelah variabel tersebut ditentukan fuzzy-nya kemudian menentukan

domain batas dari masing-masing fuzzy tersebut. Domain batas ditentukan

berdasarkan data-data yang telah ada. Data-data tersebut dianalisa sehingga

dihasilkan nilai batas dari setiap fuzzy pada setiap variabel tersebut. Adapun

estimasi domain batas tersebut yaitu dengan menentukan batas bawah, rata-rata,

dan batas atas. Dari batas-batas tersebut maka tiap-tiap himpunan memiliki nilai,

misal pada luas lahan memiliki fuzzy bernama sempit, sedang, dan luas.

1. Sempit, yang direpresentasikan dengan kurva bentuk bahu meliputi:

a. Nilai bawah c = Batas bawah

b. Nilai bawah a = Rata-rata

2. Sedang, yang direpresentasikan dengan kurva segitiga meliputi:

a. Nilai tengah c = 0,05 * Rata-rata

b. Nilai tengah a = Rata-rata

c. Nilai tengah b = 0,05 * Rata-rata

3. Luas, yang direpresentasikan dengan kurva bentuk bahu meliputi:

a. Nilai atas c = Rata-rata

b. Nilai atas b = Batas atas

Adapun estimasi nilai tengah c dan nilai tengah b pada fuzzy sedang ditentukan

sendiri oleh faktor pengalinya. Untuk sistem ini digunakan faktor pengali sebesar

0,05 atau 5% agar mempunyai jangkauan yang tidak begitu terlalu besar.

Defuzzifikasi (d) adalah proses pemetaan fuzzy ke crisp. Proses ini merupakan

kebalikan dari proses fuzzifikasi. Input proses defuzzifikasi adalah suatu fuzzy

yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada domain fuzzy tersebut. Jika

diberikan suatu fuzzy dalam range tertentu, maka harus diambil suatu nilai crisp

(40)

Perhitungan fuzzifikasi data persepsi responden dilakukan dengan menggunakan

langkah awalnya adalah mencari nilai �1,�1,�1 untuk tiap kriteria dengan cara

sebagai berikut:

Nilai batas bawah (�):

�� = ��1∗ �1

+ �1∗ �2+ ��2∗ �3+ … + ��(�−1)∗ ��

�1+ �2+ … + ��

Nilai tengah (�):

�� = ��1∗ �1

+ �2 ∗ �2+ ��3∗ �3+ … + ��� ∗ ��

�1+ �2+ … + ��

Nilai batas atas (�):

�� = ��2 ∗ �1

+ �3∗ �2 + … + ��� ∗ ��(�−1)+ ��� ∗ ��

�1+ �2 + … + ��

Keterangan:

� = atribut (1,2,3,...,m)

� = linguistik variabel (1,2,3,...,k)

Nilai batas tengah (�) diperoleh dari jumlah data dibagi dengan banyaknya data

pada setiap pilihan jawaban (sangat penting, penting, cukup penting, kurang

penting, tidak penting). Untuk nilai batas bawah (�) merupakan nilai minimal

dari data jawaban responden, sedangkan nilai batas atas (�) merupakan nilai

maksimal dari data jawaban responden. Rata-rata nilai �,�, dan � tersebut

merupakan nilai defuzzifikasi yang diformulasikan sebagai berikut:

�� = ��

+ � + � 3

(41)

Analisis Importance-Performance atau Importance-Performance Analysis (IPA)

pertama kali

diperkenalkan

oleh Martilla

dan James

(1977). IPA

sebagai

rangkaian kerja

yang sederhana

untuk

menganalisis atribut-atribut produk. Suatu rangkaian atribut layanan yang

berkaitan dengan layanan khusus dievaluasi berdasar tingkat kepentingan

masing-masing atribut menurut konsumen dan bagaimana layanan dipersepsikan

kinerjanya relatif terhadap masing-masing atribut. Analisis ini digunakan untuk

membandingkan antara penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan

terhadap kualitas layanan (Importance) dengan tingkat kinerja kualitas layanan

(Performance). Dimensi kualitas layanan yang digunakan adalah 5 dimensi yang

dikembangkan oleh Parasuraman dan kawan-kawan (Purnama, 2005).

Rata-rata hasil penilaian keseluruhan konsumen kemudian digambarkan ke dalam

Importance Performance Matrix atau sering disebut Diagram Cartesius. Dalam

diagram cartesius, sumber absis (X) adalah tingkat kinerja dan sumbu ordinat (Y)

adalah tingkat kepentingan. Rata-rata tingkat kinerja dipakai sebagai cut-off atau

pembatas kinerja tinggi dengan tingkat kinerja rendah, sedangkan rata-rata tingkat

kepentingan dipakai sebagai cut-off tingkat kepentingan tinggi dengan tingkat

kepentingan rendah. Matriks Importance-Performance atau Diagram Cartesius

disajikan pada gambar 2.3:

Kuadran B

Concentrate Here

Kuadran C

(42)

High

Performance

Low Performance

High

Gambar 2.3. Importance Performance Analysis

Sumber: Martilla dan James (1977)

Matriks ini digunakan untuk menggambarkan prioritas atribut yang harus

diperbaiki dan biasa menjadi petunjuk untuk formulasi strategi. Peta posisi

kuadran masing-masing atribut atau dimensi layanan mengindikasikan derajat

urgensi relatif untuk perbaikan.

1. Posisi Low Priority (Kuadran A)

Jika atribut atau dimensi layanan berada pada kuadran ini menunjukkan bahwa

tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut atau dimensi layanan rendah.

Tingkat kinerja yang ditunjukkan oleh atribut atau dimensi layanan juga rendah,

sehingga atribut atau dimensi layanan yang berada pada kuadran ini mendapat

prioritas rendah untuk diperbaiki.

2. Posisi Concentrate Here (Kuadran B)

Jika atribut atau dimensi layanan berada pada kuadran ini menunjukkan bahwa

tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut atau dimensi layanan tinggi,

namun tingkat kinerja yang ditunjukkan oleh atribut atau dimensi layanan rendah. Kuadran A

Low Priority

Kuadran D

(43)

Kondisi ini dinilai berbahaya karena antara tingkat kepentingan dengan tingkat

kinerja berlawanan arah, sehingga perbaikan harus diprioritaskan atau

dikonsentrasikan untuk atribut atau dimensi layanan yang berada pada kuadran

ini.

3. Posisi Keep Up The Good Work (Kuadran C)

Jika atribut atau dimensi layanan berada pada kuadran ini menunjukkan bahwa

tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut atau dimensi layanan tinggi.

Tingkat kinerja yang ditunjukkan oleh atribut layanan juga tinggi, sehingga atribut

atau dimensi layanan yang berada pada kuadran ini dinilai aman dan harus

dipertahankan kinerjanya.

4. Posisi Possible Overkill (Kuadran D)

Jika atribut atau dimensi layanan berada pada kuadran ini menunjukkan bahwa

tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut atau dimensi layanan rendah,

namun tingkat kinerja yang ditunjukkan oleh atribut atau dimensi layanan tinggi.

Kemungkinan hal ini terjadi karena perusahaan memberikan layanan yang

berlebihan (over act atau overkill), sehingga perusahaan harus mengurangi

aktivitas atau menghemat sumberdaya untuk atribut atau dimensi layanan yang

berada pada kuadran ini.

2.8 Quality Function Deployment (QFD)

Quality Function Deployment (QFD) diperkenalkan pertama kali oleh Shigeru

Mizuno dan Yogi Akao dari The Tokyo Institute of Technology tahun 1960-an.

Teknik QFD digunakan pertama kali pada Mitsubishi Heavy Industries Ltd di

Kobe Shipyard Jepang tahun 1972 (Purnama, 2005).

2.8.1 Definisi Quality Function Deployment (QFD)

Secara umum QFD sebagai alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi

keinginan konsumen yang berupa harapan dan kebutuhan konsumen, dimana QFD

(44)

kebutuhan-kebutuhan spesifik menjadi arah dan tindakan engineering yang disebarkan

melalui perencanaan produk, pembentukan part, perencanaan proses, perencanaan

produksi, dan pelayanan (Rahman dan Supomo, 2012).

Fokus utama QFD adalah melibatkan konsumen pada proses

pengembangan produk. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan

tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk yang dihasilkan

sempurna, bila mereka memang tidak membutuhkannya. QFD merupakan praktik

untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan konsumen.

QFD menerjemahkan apa yang dibutuhkan konsumen menjadi produk yang

dihasilkan organisasi. QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan

kebutuhan konsumen, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan

konsumen, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum.

2.8.2 Analisa Usulan Perbaikan dengan Metode Quality Function Deployment

(QFD)

Metode Quality Function Deployment (QFD) terdiri dari 3 teknik yaitu teknik

matriks dasar, teknik house of quality, dan teknik cascading matrixes. Analisa

usulan perbaikan dengan metode QFD teknik matriks dasar dilakukan dengan

mencari nilai raw weight atribut layanan, semakin besar nilai raw weight maka

semakin besar pula prioritas perbaikan atribut terrsebut.

Pada analisis usulan QFD teknik matriks dasar, adapun beberapa informasi

yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Importance to Customer (IC) atau Tingkat Kepentingan (TK), merupakan data

yang menunjukkan seberapa penting suatu atribut layanan bagi pelanggan.

Data diperoleh dari kuesioner dengan menggunakan nilai rata-rata tingkat

kepentingan.

2. Customer Satisfaction Performance merupakan penilaian persepsi pelanggan

seberapa baik produk atau jasa yang ada sekarang dapat memenuhi kebutuhan

pelanggan. Data diperoleh dengan menggunakan nilai rata-rata tingkat

(45)

3. Goal merupakan target yang ditetapkan berdasarkan nilai harapan. Pencapaian

goal secara normal dinyatakan di dalam nilai skala kuantitatif yang sama

sebagai suatu tingkat pencapaian.

4. Improvement Ratio (Rasio Perbaikan), untuk mengubah tingkat kepuasan yang

didapat terhadap atribut-atribut kebutuhan pelanggan untuk mencapai tujuan.

����������������= ����

�������������������������������

5. Sales Point merupakan pendapat produsen mengenai jasa atau produk yang

dihasilkan. Nilai atau bobot pada Sales Point menunjukkan tingkat penjualan

produk atau jasa, yaitu 1,5 (titik penjualan tinggi); 1,2 (titik tengah penjualan

atau penjualan sedang); dan 1,0 (tidak terjadi penjualan).

6. Raw Weight (Pembobotan) merupakan suatu nilai yang menggambarkan

tingkat kepentingan secara keseluruhan dari atribut. Semakin besar nilai raw

weight suatu atribut, semakin tinggi prioritas perbaikan atau

pengembangannya. Untuk menghitungnya digunakan rumus:

�������ℎ�= IC × IR × SP

Keterangan:

IC : Importance to Customer

IR : Improvement Ratio

(46)

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data Kualitatif

Pada tahap ini merupakan hasil analisis terhadap penelitian terdahulu mengenai

kualitas layanan pendidikan. Hasil analisis yang diperoleh adalah tentang hal-hal

yang dianggap penting atau menjadi pertimbangan dalam pelayanan di sekolah

sesuai dengan dimensi kualitas jasa, yang selanjutnya akan digunakan sebagai

atribut pada kuesioner. Adapun atribut yang diperoleh terdapat pada tabel 3.1

berikut:

Tabel 3.1. Daftar Atribut Kualitas Jasa (Pendahuluan) Dimensi Kualitas Jasa Atribut Tangibles (Berwujud)

1. Ketersediaan ruang belajar teori

2. Lingkungan sekolah yang bersih, sehat, dan aman

3. Sekolah memiliki ruang belajar yang bersih, nyaman, dan tertata baik

4. Fasilitas perpustakaan yang nyaman dan bersih 5. Kelengkapan koleksi buku pendukung materi

pelajaran di perpustakaan

6. Staf pengajar dan karyawan berpakaian rapi, bersih dan sopan

7. Ketersedian fasilitas internet sebagai penunjang pembelajaran

8. Sekolah memiliki laboratorium sebagai fasilitas siswa untuk ruang belajar praktik

9. Sekolah memiliki lapangan olah raga dan ruang serba guna

10. Ketersediaan toilet yang bersih

11. Ketersediaan kantin sekolah yang bersih Reliability (Kehandalan)

12. Prosedur penerimaan siswa secara cepat dan tepat

(47)

Lanjutan Tabel 3.1.

14. Sekolah menerapkan sistem pendidikan sesuai dengan standar pendidikan yang sedang berlaku

15. Sekolah menggunakan metode pengajaran yang bervariasi untuk mengakomodir setiap gaya belajar siswa

16. Sekolah mengarahkan siswa menjadi disiplin, bertanggung jawab, sopan, dan berbudi pekerti

17. Sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler pengembangan minat dan bakat siswa

18. Kemudahan siswa berkonsultasi dengan staf pengajar berkaitan dengan materi pelajaran Responsiveness (Daya Tanggap)

19. Sekolah memberikan informasi secara cepat dan tepat

20. Ketersediaan layanan bimbingan dan konseling

21. Sekolah tanggap terhadap masalah siswa baik secara perorangan maupun keseluruhan 22. Pelayanan petugas administrasi sekolah (tata

usaha)

23. Sikap staf pengajar dan karyawan yang ramah dan siap membantu

24. Sekolah bersedia menerima saran dari siswa dan orangtua/wali siswa

Assurance (Keyakinan)

25. Staf pengajar menguasai materi pelajaran untuk membantu siswa memaksimalkan pencapaian hasil belajar

26. Staf pengajar mampu mengendalikan suasana pembelajaran agar tetap kondusif

27. Adanya staf pengajar pengganti

28. Sekolah memberikan laporan kemajuan akademik siswa secara periodik

29. Komunikasi pihak sekolah dengan orangtua/wali siswa berkaitan dengan kegiatan di sekolah

30. Sekolah mampu memotivasi siswa untuk belajar dan berprestasi

31. Sikap dan perilaku staf pengajar dan karyawan meyakinkan (berdedikasi dan berbudi pekerti)

(48)

Lanjutan Tabel 3.1.

33. Adanya pengawasan terhadap pelaksanaan tata tertib sekolah

Empathy (Empati)

34. Sekolah memberikan buku penunjang pelajaran bagi siswa

35. Kemudahan administrasi bagi siswa

36. Sekolah memberikan perhatian atas keluhan siswa

37. Sekolah memberikan perhatian atas keluhan orangtua/wali siswa

38. Pelayanan yang diberikan oleh sekolah pada siswa merata tanpa memandang status sosial dan sebagainya

3.2 Pengumpulan Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada siswa SMP

Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar. Kuesioner disebarkan dengan dua

tahapan yaitu kuesioner pendahuluan dan kuesioner formal. Tujuan dari

penyebaran kuesioner pendahuluan adalah untuk mengetahui preferensi dan

persepsi siswa tentang tingkat kepentingan dari setiap atribut yang ada.

Kuesioner ini disusun dengan menggunakan skala likert yaitu dengan

skala 1 sampai 5. Arti skala Likert 1 sampai 5 pada tingkat kepentingan (harapan)

adalah:

1 = Tidak Penting

2 = Kurang Penting

3 = Cukup Penting

4 = Penting

5 = Sangat Penting

Sedangkan pada bagian tingkat kepuasan (persepsi), pengertian skala Likert 1

sampai 5 adalah:

1 = Tidak Puas

2 = Kurang puas

(49)

4 = Puas

5 = Sangat Puas

3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Pengujian terhadap pernyataan yang terdapat di dalam kuesioner pendahuluan

dilakukan melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian dilakukan dengan

penyebaran kuesioner pendahuluan terhadap 30 orang responden yang merupakan

siswa SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar.

Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara skor

masing-masing pernyataan dengan skor total dengan keseluruhan 38 atribut

pernyataan dengan menggunakan software SPSS versi 15.00. hasil pengujian

validitas untuk 38 atribut pernyataan adalah adanya 12 atribut yang dinyatakan

tidak valid karena r tingkat kepentingan lebih kecil dari r tabel yaitu sebesar 0,361

, sehingga 12 atribut tersebut dihilangkan (direduksi). Setelah proses reduksi

tersebut, maka tersisa 26 atribut pernyataan untuk digunakan dalam penyebaran

kuesioner formal. Hasil pengujian validitas data hasil kuesioner dapat dilihat di

lampiran 5. Atribut-atribut yang akan digunakan dalam penyebaran kuesioner

formal setelah direduksi terdapat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Daftar Atribut Kualitas Jasa (Formal)

Dimensi Kualitas Jasa Atribut Tangibles (Berwujud)

1. Ketersedian ruang belajar teori

2. Lingkungan sekolah yang bersih, sehat, dan aman

3. Sekolah memiliki ruang belajar yang bersih, nyaman, dan tertata baik

4. Fasilitas perpustakaan yang nyaman dan bersih 5. Staf pengajar dan karyawan berpakaian rapi,

bersih dan sopan

6. Sekolah memiliki laboratorium sebagai fasilitas siswa untuk ruang belajar praktik

7. Sekolah memiliki lapangan olah raga dan ruang serba guna

Reliability (Kehandalan)

(50)

Lanjutan Tabel 3.2.

9. Proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan tepat waktu (sesuai jadwal)

10. Sekolah menggunakan metode pengajaran yang bervariasi untuk mengakomodir setiap gaya belajar siswa

11. Sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler pengembangan minat dan bakat siswa

Responsiveness (Daya Tanggap)

12. Sekolah memberikan informasi secara cepat dan tepat

13. Ketersediaan layanan bimbingan dan konseling

14. Sekolah tanggap terhadap masalah siswa baik secara perorangan maupun keseluruhan 15. Sekolah bersedia menerima saran dari siswa

dan orangtua/wali siswa Assurance (Keyakinan)

16. Staf pengajar menguasai materi pelajaran untuk membantu siswa memaksimalkan pencapaian hasil belajar

17. Staf pengajar mampu mengendalikan suasana pembelajaran agar tetap kondusif

18. Adanya staf pengajar pengganti

19. Sekolah memberikan laporan kemajuan akademik siswa secara periodik

20. Sekolah mampu memotivasi siswa untuk belajar dan berprestasi

21. Sikap dan perilaku staf pengajar dan karyawan meyakinkan (berdedikasi dan berbudi pekerti)

22. Staf pengajar dan karyawan selalu hadir tepat waktu di sekolah

23. Adanya pengawasan terhadap pelaksanaan tata tertib sekolah

Empathy (Empati)

24. Sekolah memberikan perhatian atas keluhan siswa

25. Sekolah memberikan perhatian atas keluhan orangtua/wali siswa

26. Pelayanan yang diberikan oleh sekolah pada siswa merata tanpa memandang status sosial dan sebagainya

Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik cronbach alpha. Dalam teknik ini

Gambar

Gambar 1.1. Flow Chart Penelitian
Tabel 2.1. Tabulasi Jawaban Responden
Tabel 2.2. Tabel Perhitungan Korelasi
Gambar 3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

STUDI PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DI BALAI LATIHAN KERJA (BLK) KABUPATEN MAGELANG DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT(QFD) .Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Maka dengan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment) dapat mengidentifikasi kebutuhan pelanggan seperti kepentingan dan kepuasan pelanggan serta

Jika atribut atau dimensi layanan berada pada kuadran ini menunjukkan bahwa tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut atau dimensi layanan tinggi, namun tingkat kinerja

Metode Quality Function Deployment (QFD) di gunakan untuk mempertemukan apa yang konsumen inginkan kemudian apa yang dapat dilakukan produsen untuk memenuhi

Maka dengan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment) dapat mengidentifikasi kebutuhan pelanggan seperti kepentingan dan kepuasan pelanggan serta

Data Servqual yang telah diolah menggunakan Quality Function Deployment dengan metode House of Quality, diperoleh langkah-langkah untuk meningkatkan kualiatas layanan. Lima

Data yang telah didapatkan dari hasil penyebaran kuisioner akan dianalisis oleh metode Quality Function Deployment yang nantinya akan dibuat House of Quality yang akan menafsirkan apa

This research aims to improve the quality of overhaul maintenance service to one of the generators that exist in Gresik using ServQual method and Quality Function Deployment (QFD)