• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Internal dan Ekternal Terhadap Beban Kerja Perawat di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Internal dan Ekternal Terhadap Beban Kerja Perawat di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

MEILIZA ROHIMMAH

NIM : 111000164

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

TERHADAP BEBAN KERJA PERAWAT DI INSTALASI

HEMODIALISA RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

MEILIZA ROHIMMAH

NIM : 111000164

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP BEBAN KERJA PERAWAT DI INSTALASI HEMODIALISA RUMAH

SAKIT Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2015

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh:

MEILIZA ROHIMMAH 111000164

(4)

ABSTRAK

Meningkatnya jumlah pasien dialisa akan menyebabkan tingginya beban kerja yang dirasakan oleh perawat. Peningkatan beban kerja kemungkinan akan menyebabkan terjadinya kelalaian dalam melayani pasien yang dirawatnya. Beban kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat hingga dapat mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Untuk itu diteliti pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSU Dr. Pirngadi Medan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah observasi beban kerja perawat secara langsung menggunakan kuesioner untuk melihat pengaruh faktor internal dan eksternal serta wawancara tidak terstruktur untuk melihat korelasi antara data yang diterima dengan pernyataan perawat. Perawat yang akan menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 20 orang perawat.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa 18 orang perawat memiliki beban kerja rendah sedangkan 2 orang perawat memiliki beban kerja tinggi. Pengaruh yang signifikan terhadap beban kerja perawat adalah pengaruh eksternal tugas. Rata-rata waktu produktif selama satu shift adalah 389,89 menit dengan rata-rata waktu produktif sebesar 313,42 menit dan rata-rata waktu non produktif sebesr 76,47 menit. Kegiatan produktif yang dilakukan responden adalah 601 kegiatan dan kegiatan non produktif adalah sebanyak 169 kegiatan. Hasil perhitungan WISN didapatkan total kebutuhan tenaga di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi sebanyak 1 orang.

Hasil penelitian yang menyatakan beban kerja rendah ternyata bukan berarti tidak adanya beban kerja perawat karena ternyata ada pengaruh signifikan terhadap faktor eskternal tugas yang dirasakan oleh perawat. Diharapkan untuk mengurangi beban kerja terhadap tugas perawat dapat diturunkan dengan menambahkan jumlah perawat sebanyak 1 orang atau mengurangi tugas perawat yang kemungkinan berasal dari kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan atau tugas tambahan.

(5)

ABSTRACT

The increasing number of patients on dialysis led to high nurse workload. Increase in workload is likely to lead to negligence in serving patient. The workload influence by many things such as the patient's condition which constantly changing, total average hours of care services needed to provide direct care to patients and additional tasks that must be done by a nurse that can interfere with the work performance. Due to this issue, it required to investigate the impact of internal and external factors toward nurse workload in Hemodialisa Installation RSU Dr. Pirngadi Medan.

In this research, directly observation on nurses’ workload is used through questionnaires to see the impact of internal and external factors as well as unstructured interviews to see the correlation between data is received through nurses’ statements. There are 20 nurses included as a part of the research.

Results from this research stated that 18 nurses have a low work load while 2 nurses have a high workload. A significant impact on the workload of nurses is the duty of external duty. On average productive time during one shift is 389.89 minutes with an average of 313.42 minutes of productive time and 76.47 of non-productive times. A productive activity done by respondents is 601 activities and non-productive activity is as much as 169 activities. By WISN calculation, it is obtained the total power requires in Hemodialisa Hospital Installation Dr.Pirngadi by 1 person.

Results of research confirming that the low workload does not mean there is no presence of workload for nurses as there is significant impact in external

duty factors perceived by nurses. It is expected to reduce nurses’ work load by

adding in one nurse or reduce nurse task which possible come from complexity of the task, difficult level of the task, job responsibilities or extra duties.

(6)
(7)

3.6.1 Pengukuran Variabel Dependen ... 28 Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan ... 42

(8)

6.2.2 Bagi Peneliti ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Definisi Operasional ... 24

Table 4.1 Karakteristik perawat Instalasi Hemodialisa ... 40

Tabel 4.2 Shift kerja perawat Instalasi Hemodialisa ... 41

Table 4.3 Data analisa beban kerja perawat Instalasi Hemodialisa ... 44

Tabel 4.4 Rangkuman kegiatan responden dalam satu shift ... 48

Tabel 4.5 Proporsi waktu produktif dan non produktif responden ... 49

Tabel 4.6 Proporsi kegiatan produktif langsung responden ... 50

Tabel 4.7 Tabel proporsi kegiatan produktif tidak langsung responden ... 51

Tabel 4.8 Beban Kerja Perawat Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan .... 52 Tabel 4.9 Distribusi kategori beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan ... 53

Tabel 4.10 Tabel waktu kerja tersedia ... 54

Tabel 4.11 Standar kegiatan pokok perawat Instalasi hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan ... 54

(9)

Tabel 4.13 Standar beban kerja p erawat Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan ..

56

Tabel 4.14 Standard kelonggaran Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.

Pirngadi Medan ... 57

Tabel 4.15 Kebutuhan tenaga perawat Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan ... 57

Tabel 4.16 Kategori Faktor internal dan eksternal ... 58

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Umur ... 59

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Status Perkawinan ... 60

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Status Kepegawaian ... 61

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Masa Kerja ... 61

Tabel 4.22 Statistik Deskriptif Faktor Internal Psikis ... 61

Tabel 4.23 Statistik Deskriptif Faktor Eksternal ... 62

Tabel 4.24 Analisis Korelasi antara Faktor Eksternal (Tugas, Lingkungan Kerja, dan Organisasi Kerja) dengan Beban Kerja ... 63

Tabel 4.25 Analisis Korelasi antara Faktor Internal Psikis (Persepsi, Kepercayaan, Keinginan, Motivasi, dan Kepuasan) dengan Beban Kerja (Uji Pearson) ... 63

(10)

Gambar 4.3.1 Struktur Organisasi Intalasi Hemodialisa ……… 39

(11)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

BOR : Bed Occupancy Rate

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ESRD : End-Stage Renal Disease

ICN : International Council of Nurse

IRSPI : Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia RSU : Rumah Sakit Umum

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat SDM : Sumber Daya Manusia SKI : Sistem Kerja individu

SOP : Standart Operating Procedure RIS : Republik Indonesia Sementara RSU : Rumah Sakit Umum

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah USU : Universitas Sumatera Utara WHO : World Health Organization WISN : Workload Indicator Staffing Need

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Meiliza Rohimmah

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 05 Mei 1994

Suku Bangsa : Padang

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm. Safri

Suku Bangsa Ayah : Padang

Nama Ibu : Alfitri Awarni

Suku Bangsa Ibu : Padang

Laki-laki / Perempuan : Perempuan

PENDIDIKAN FORMAL

1. SD / Tamat Tahun : SD Negeri 106815 Tahun 1999 – Tahun 2005

2. SMP / Tamat Tahun : SMP Swasta Harapan Mandiri Tahun 2005 - Tahun 2008

3. SMA / Tamat Tahun : SMA Swasta Dharmawangsa Tahun 2008 – Tahun 2011

(13)

ABSTRAK

Meningkatnya jumlah pasien dialisa akan menyebabkan tingginya beban kerja yang dirasakan oleh perawat. Peningkatan beban kerja kemungkinan akan menyebabkan terjadinya kelalaian dalam melayani pasien yang dirawatnya. Beban kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat hingga dapat mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Untuk itu diteliti pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSU Dr. Pirngadi Medan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah observasi beban kerja perawat secara langsung menggunakan kuesioner untuk melihat pengaruh faktor internal dan eksternal serta wawancara tidak terstruktur untuk melihat korelasi antara data yang diterima dengan pernyataan perawat. Perawat yang akan menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 20 orang perawat.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa 18 orang perawat memiliki beban kerja rendah sedangkan 2 orang perawat memiliki beban kerja tinggi. Pengaruh yang signifikan terhadap beban kerja perawat adalah pengaruh eksternal tugas. Rata-rata waktu produktif selama satu shift adalah 389,89 menit dengan rata-rata waktu produktif sebesar 313,42 menit dan rata-rata waktu non produktif sebesr 76,47 menit. Kegiatan produktif yang dilakukan responden adalah 601 kegiatan dan kegiatan non produktif adalah sebanyak 169 kegiatan. Hasil perhitungan WISN didapatkan total kebutuhan tenaga di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi sebanyak 1 orang.

Hasil penelitian yang menyatakan beban kerja rendah ternyata bukan berarti tidak adanya beban kerja perawat karena ternyata ada pengaruh signifikan terhadap faktor eskternal tugas yang dirasakan oleh perawat. Diharapkan untuk mengurangi beban kerja terhadap tugas perawat dapat diturunkan dengan menambahkan jumlah perawat sebanyak 1 orang atau mengurangi tugas perawat yang kemungkinan berasal dari kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan atau tugas tambahan.

(14)

ABSTRACT

The increasing number of patients on dialysis led to high nurse workload. Increase in workload is likely to lead to negligence in serving patient. The workload influence by many things such as the patient's condition which constantly changing, total average hours of care services needed to provide direct care to patients and additional tasks that must be done by a nurse that can interfere with the work performance. Due to this issue, it required to investigate the impact of internal and external factors toward nurse workload in Hemodialisa Installation RSU Dr. Pirngadi Medan.

In this research, directly observation on nurses’ workload is used through questionnaires to see the impact of internal and external factors as well as unstructured interviews to see the correlation between data is received through nurses’ statements. There are 20 nurses included as a part of the research.

Results from this research stated that 18 nurses have a low work load while 2 nurses have a high workload. A significant impact on the workload of nurses is the duty of external duty. On average productive time during one shift is 389.89 minutes with an average of 313.42 minutes of productive time and 76.47 of non-productive times. A productive activity done by respondents is 601 activities and non-productive activity is as much as 169 activities. By WISN calculation, it is obtained the total power requires in Hemodialisa Hospital Installation Dr.Pirngadi by 1 person.

Results of research confirming that the low workload does not mean there is no presence of workload for nurses as there is significant impact in external

duty factors perceived by nurses. It is expected to reduce nurses’ work load by

adding in one nurse or reduce nurse task which possible come from complexity of the task, difficult level of the task, job responsibilities or extra duties.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

menyeluruh dari organisasi sosial dan medis, berfungsi memberikan pelayanan

kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana

pelayanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan. Rumah sakit juga

merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biosisial.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit

dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan

penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

kesehatan (Depkes RI, 2004).

Rumah sakit memiliki salah satu pelayanan terhadap orang sakit yang mengalami

penyakit atau gangguan terhadap ginjal mereka. Pelayanan tersebut adalah pelayanan

hemodialisa. Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan eksresi dalam tubuh yang tidak mampu lagi diolah oleh ginjal.

Biasanya pasien yang menjalani perawatan hemodialisa adalah pasien dengan gagal

(16)

pasien dan menjaga kestabilan hidup sampai ginjal dapat berfungsi kembali. Secara

umum, konsep dari perawatan hemodialisa adalah mengalirkan darah pasien yang

penuh dengan toksin dan limbah nitrogen di dialiser untuk dibersihkan, lalu dialirkan

kemabli ke tubuh pasien. Prosesnya terbagi menjadi 3 yaitu difusi, osmosis dan

ultrafiltrasi. Selama menjalani perawatan, ada beberapa komplikasi ynag mungkin

timbul, yaitu hipertensi, hipovolemia (kedinginan/menggigil, demam, sakit kepala

dan kram otot) (Nurini, Ismonah dan Purnomo 2011).

Dalam menjalankan proses dialisa dibutuhkan perawat yang membantu

menjalankan dan memasangkan alat-alat yang akan digunakan. Departemen

Kesehatan mendefinisikan perawat adalah seseorang yang memberikan pelayanan

kesehatan secara professional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan

biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga dan

masyarakat. Dalam proses dialisa seorang perawat sangat dibutuhkan ketelitian dan

ketepatan dalam pemasangan alat-alat. Adapun tugas dan tanggung jawab perawat

hemodialisa yaitu, Menyiapkan mesin dan peralatan hemodialisis mulai dari

bloodpump, sistem pengaturan larutan dilisat, sistem pemantauan mesin terdiri dari

blood circuit dan dilihat sirkuit dan berbagai monitor sebagai deteksi adanya

kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bikarbonate,

control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor serta

(17)

WHO memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal

ginjal antara tahun 1995-2025 sebesar 41,4 % atau secara global lebih dari 500 juta

orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan sekitar 1,5 juta orang harus

menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah. Di Indonesia berdasarkan Pusat

Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien

gagal ginjal kronik diperkirakan sebanyak 50 orang per satu juta penduduk, 60%nya

adalah usia dewasa dan usia lanjut. Menurut Depkes RI 2009 hingga saat ini

Indonesia terdapat 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan

penanganan cuci darah. Data PT Askes tahun 2009 menunjukkan insiden gagal ginjal

di Indonesia mencapai 350 per 1 juta penduduk, saat ini terdapat sekitar 70.000

pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan cuci darah.

Nursalam (2011), mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan

profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit

maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Karena pelayanan

keperawatan dinilai sangat penting, diperlukan suatu sistem yang mampu menjamin

keefektifan asuhan keperawatan, yang tersedia dalam area praktek yang memudahkan

perawat dalam mengambil keputusan dan melakukan intervensi keperawatan secara

aman. Penghitungan beban kerja perawat dinilai semakin penting karena menurut

(18)

bahwa peningkatan beban kerja perawat dalam menangani 4 orang pasien menjadi 6

orang pasien mengakibatkan peningkatan sebesar 14% kemungkinan terjadinya

kelalaian atau bahkan kematian pasien yang dirawatnya.

(Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana

pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Dari

sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan

seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima

beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja

psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat,

merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana

tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya

(Manuaba, 2000).

Beban kerja yang diterima perawat akan menyebabkan mutu pelayanan yang

diberikan oleh perawat kepada pasien menjadi tidak maksimal. Akibat lanjut dari

tingginya beban kerja adalah penurunan kinerja kerja perawat dalam memberikan

pelayanan keperawatan. Ilyas (2004) mengatakan beban kerja perawat yang tinggi

dapat menyebabkan keletihan,kelelahan. Lebih lanjut Ilyas menyebutkan

keletihan,kelelahan perawat terjadi bila perawat bekerja lebih dari 80% dari waktu

kerja mereka.

Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan

(19)

setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan

kesehatan dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan di

rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting.

Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas bahwa pelayanan

keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan

terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit.

Kusmiati (2003), menyatakan bahwa yang mempengaruhi beban kerja perawat

adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang

dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya

tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat hingga dapat

mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Beban Kerja merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan. Beban kerja perawat yang tinggi berdampak terhadap penurunan

kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sarah Andini (2013) di Instalasi

Hemodialisa RSUP Persahabatan diketahui bahwa proporsi waktu produktif yang

dihabiskan responden dalam satu shift sebesar 83,51%, sedangkan jumlah kegiatan

produktif yang dilakukan oleh responden selama 8 shift adalah sebesar 85,67%. Hal

ini mengindikasikan bahwa perawat Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan telah

(20)

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan

didapati jumlah data jumlah kunjungan hemodialisa selama tahun 2014 sebanyak

16.198 kunjungan pasien. Jumlah ini naik sebanyak dua kali lipat dibanding tahun

2013 yang berjumlah 8.002 kunjungan pasien dialisa. Pada bulan januari 2015

terdapat 1.448 kunjungan pasien dialisa dan pada bulan februari 2015 terdapat 1.302

kunjungan pasien dialisa. Jumlah perawat Instalasi hemodialisa saat ini hanya

berjumlah 20 orang perawat dengan jumlah mesin dialisa yang mencapai 53 mesin

dialisa. Dalam satu hari satu mesin digunakan oleh 2 atau 3 orang pasien sehingga

rata-rata per hari terdapat 60 orang pasien yang melakukan dialisa di ruang

hemodialisa.

Ruang hemodialisa RSU Dr. Pirngadi dibagi atas 5 ruangan yang terdiri dari

Ruang A1 memiliki 16 mesin hemodialisa dengan 4 orang perawat, RA2 memiliki 10

mesin dengan orang 3 orang perawat, Ruang B memiliki 10 mesin dengan 4 orang

perawat, Ruang Bbraun memiliki 8 mesin dengan 3 perawat dan Ruang isolasi

memiliki 4 mesin dengan 1 orang perawat. Masih ada ruang yang memiliki mesin

hemodialisa tetapi tidak berada diruang hemodialisa seperti Ruang VIP memiliki 5

mesin dan Ruang Icu memiliki 1 mesin. Dilihat dari jumlah mesin dan perawat di tiap

ruangan dapat diambil rata-rata bahwa 1 orang perawat menangani 4 orang pasien

dialisa.

Setelah melakukan wawancara kepada perawat di ruang hemodialisa diketahui

(21)

kejenuhan dalam melayani pasien hemodialisa, terkadang sesekali perawat

mengalami rasa tegang dan cemas. Ilyas (2004) mengatakan beban kerja perawat

yang tinggi dapat menyebabkan keletihan,kelelahan

Berdasarkan fenomena yang ada untuk itu maka dibutuhkan penelitian untuk

menganalisa beban kerja perawat di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr.

Pirngadi Medan.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu

bagaimanakah pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja perawat di

ruang instalasi hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban kerja

perawat di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2015.

1.4 Hipotesis

a. Ada pengaruh faktor internal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi

hemodialisa rumah sakit umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2015.

b. Ada pengaruh faktor ekternal terhadap beban kerja perawat di ruang instalasi

(22)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan, khusunya penambahan

jumlah perawat ruang hemodialisa.

2. Sebagai bahan masukan untuk kajian lebih lanjut bagi mahasiswa FKM USU

tentang analisa beban kerja perawat di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

3. Untuk melatih dan menguji serta kemampuan berfikir penulis didalam

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Kerja

2.1.1 Pengertian Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan

sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut

tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi

definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.

Prihartono dan Purwondoko (2006) mengartikan beban kerja lebih merujuk pada

seberapa tinggi persentase penggunaan waktu kerja produktif dan non produktif yang

dilakukan karyawan jam kerjanya dengan tetap memperhitungkan kelonggaran

karyawan. Beban yang timbul ini sebagai dampak dari dikenakannya pekerjaan

(adanya tugas, wewenang dan tanggung jawab jabatan) pada seseorang pemegang

jabatan dalam wujud ukuran-ukuran pemakaian waktu kerja dan tingkat beban

psiko-fisik.

Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima harus sesuai dan

seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan

manusia yang menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban

(24)

mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa

sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan

individu lainnya (Manuaba, 2000).

Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus

diselesaikan pada waktu yang tertentu (Munandar, 2001). Setiap pekerjaan

merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa fisik, mental atau

sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya

dengan beban kerja. Mereka mungkin ada yang lebih cocok dengan beban kerja fisik,

mental atau sosial, namun sebagai persamaan, mereka hanya mampu memikul beban

sampai suatu berat tertentu sesuai dengan kapasitas sewajarnya. Beban kerja yang

semakin besar menyebabkan waktu seseorang dapat bekerja tanpa mengalami

kelelahan atau gangguan semakin pendek.

Beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam

melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja. Pengertian beban kerja dapat

dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang

dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran

yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan,

tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan dari kepuasan

kerja (Groenewegen dan Hutten, 1991).

Gillies (1996) mengatakan bahwa untuk menentukkan beban kerja tenaga

(25)

1) Jumlah Pasien Yang Masuk

Pelayanan di rumah sakit dapat terjadi oleh karena adanya pengguna jasa atau

pasien. Jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam pelayanan di sebuah rumah

sakit, ditentukan juga oleh jumlah pasien yang datang sebagai pengguna. Sehingga

perhitungan kebutuhan tenaga yang akan diperlukan, senantiasa berdasarkan jumlah

pasien. Tenaga keperawatan, dimana merupakan sumber data manusia terbanyak

yang berada di rumah sakit terlebih di ruang rawat inap, dan jumlah pasien yang

dirawat dihitung berdasarkan Bed Occupancy Rate (BOR) baik dihitung harian,

bulanan bahkan tahunan. Perhitungan ini dapat dilakukan di masing-masing ruangan

dan ada juga perhitungan secara keseluruhan rumah sakit itu sendiri. Ilyas (2004)

menunjukkan bahwa untuk melayani pasien dan berapa lama waktu untuk

menyelesaikan tugas dapat diketahui berdasarkan banyaknya jumlah pasien. Jumlah

ini akan menentukan besarnya beban kerja perawat. Beban kerja tersebut dapat

dihitung yaitu waktu kumulatif per hari yang dibutuhkan perawat untuk sejumlah

pelayanan.

2) Kondisi Pasien

Beban kerja seorang perawat dapat pula ditentukan oleh tingkat ketergantungan

pasien. Edwaston dalam Gillies (1996) pengelompokkan pasien berdasarkan

kebutuhan keperawatan klinis dapat diobservasi oleh perawat. Sistem ketergantungan

pasien ini dikelompokkan sesuai dengan tingkat ketergantungan pada perawat atau

(26)

keperawatan sesuai kebutuhan pasien. Tujuan pengelompokkan ini dijadikan sebagai

informasi perkiraan beban kerja perawat. Klasifikasi ketergantungan pasien dapat

dilihat melalui observasi terhadap pasien melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

dalam periode waktu tertentu selama perawatan, seperti: makan, minum, kebersihan

diri, eliminasi, aktivitas, perilaku, terapi dan pendidikan kesehatan.

3) Jenis Kegiatan atau Tindakan Keperawatan

Beban kerja seorang perawat dapat ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang

dilakukannya. Menurut Gillies (1996) dalam memberikan pelayanan keperawatan ada

3 bentuk jenis kegiatan yang dilakukannya yaitu:

a. Kegiatan perawatan langsung

Merupakan aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan

secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologi dan spiritual pasien. Kebutuhan ini

meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri,

serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda-tanda vital,

merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan observasi

infus dan memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen.

b. Kegiatan perawatan tidak langsung

Merupakan kegiatan keperawatan tidak langsung yang dilakukan oleh perawat

kepada pasien dan ini merupakan kegiatan persiapan untuk melengkapi tindakan

(27)

menyiapkan obat-obatan, menyiapkan alat, melakukan kordinasi dan konsultasi demi

kepentingan pasien, dan kegiatan kurir yang berkaitan dengan kepentingan pasien,

kegiatan pengembangan keperawatan misalnya membaca buku keperawatan, diskusi

antar sesama perawat atau dengan atasan maupun tim kesehatan lain terhadap

pekembangan dan kondisi pasien, kegiatan pengembangan organisasi rumah sakit

seperti pertemuan dengan pimpinan rumah sakit.

c. Kegiatan non keperawatan

Kegiatan ini non produktif antara lain: istirahat, menonton televisi, tidur,

menerima dan menelepon untuk urusan pribadi, membaca koran dan majalah,

menerima tamu pribadi, datang terlambat dan pulang lebih cepat dari waktu kerja

selesai. Serta kegiatan pribadi, terkait aktivitas sehari-hari semisal makan, minum

kekamar mandi, ganti pakaian dan sembahyang.

4) Rata-rata waktu untuk melaksanakan tindakan keperawatan.

Lamanya hari perawatan dan masing-masing tindakan keperawatan akan

mempengaruhi beban kerja perawat. Semakin lama seorang pasien di rawat, itu

berarti akan makin banyak diperlukan tindakan keperawatan, maka berdampak pada

beban kerja perawat semakin meningkat. Tindakan keperawatan yang akan

dilakukan, diperlukan lama waktu yang bervariasi atau berbeda antara masing-masing

pasien tergantung kondisi dari pasien itu sendiri. Contoh tindakan observasi untuk

(28)

kekurangan cairan, sehingga waktu observasi yang dibutuhkan juga akan berbeda,

dengan demikian mempengaruhi beban kerja perawat.

Menurut Ilyas (2004), Pada penelitian beban kerja obyektif dapat dikelompokkan

kegiatan personel, yaitu:

1. Kegiatan Langsung, yaitu kegiatan pokok pelayanan keperawatan kepada pasien

secara langsung seperti observasi pasien, memberi suntikan, dan lain-lain.

2. Kegiatan Tidak Langsung, yaitu kegiatan penunjang pelayanan keperawatan,

seperti mengisi papan status, memberikan ruangan, meliputi kasa, sterilisasi alat

kesehatan dan mengikuti latihan.

3. Kegiatan Adminsitrasi, yaitu kegiatan administrasi keperawatan seperti pendataan

pasien baru, membuat inventarisasi obat dan alat kesehatan, membuat laporan

dinas, dan lain-lain.

4. Kegiatan Pribadi, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan dan

keperluan pribadi seperti shalat, mandi, menelepon keluarga.

5. Sela Waktu, yaitu waktu-waktu luang diantara 2 kegiatan ataupun pada saat

responden tidak melakukan kegaitan lain, seperti duduk, bercakap-cakap,

beristirahat.

Dari 5 kegiatan tersebut dikelompokkan menjadi kegiatan produksi yang meliputi

kegiatan langsung, kegiatan administrasi dan kegiatan lain-lain kemudian kelompok

kegiatan non produktif, yaitu kegiatan pribadi dan sela waktu. Untuk mengukur

(29)

dibagi dengan jumlah waktu kerja keseluruhan dalam satu shift. Beban kerja

dikatakan tinggi bila proporsi mencapai 80% atau lebih dari keseluruhan waktu kerja

(Ilyas, 2004).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor

sebagai berikut:

a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti :

1. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang, tempat kerja,

alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang

bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan,

tanggung jawab pekerjaan.

2. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja

malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan

wewenang.

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan

kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari

(30)

dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor somatik

(jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

Menurut Nursalam (2011) beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

menentukan beban kerja perawat antara lain:

1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut

2. Kondisi dan tingkat ketergantungan pasien

3. Rata-rata hari keperawatan

4. Pengukuran keperawatan langsung, keperawatan tidak langsung dan pendidikan

kesehatan.

5. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien.

6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan.

Menurut Prihartono & Purwandoko (2006) permasalahan internal suatu

perusahaan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pembebanan

kerja disebabkan, antara lain:

1. Tidak jelasnya tujuan dan strategi perusahaan bagi anggota organisasi/perusahaan

2. Belum dijalankannya sistem kerja individu (SKI)

3. Ketidaktepatan dalam pemilihan struktur organisasi

4. Tidak memadainya kapabilitas sumber daya manusia perusahaan dalam

melaksanakan tugas-tugas perusahaan

(31)

6. Sarana dan fasilitas baik jumlah dan kualitasnya tidak memenuhi tuntutan tugas

pekerjaan.

7. Tidak adanya SOP atau tidak memadainya SOP perusahaan

2.1.3 Dampak Beban Kerja

Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat

mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Hal

ini didukung oleh penelitian Suciari (2006) bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar.

Persentase yang mengalami keluhan Low Back Pain dari pramu kamar dengan

kategori beban kerja sekali mencapai 100%, sedangkan beban kerja kategori berat

mencapai 79% dan beban kerja sedang 30%.

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau

mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan

mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan

yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton

kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu

sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial

membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat

menimbulkan stress kerja (Manuaba, 2000).

(32)

Ketika melakukan suatu pekerjaan atau bekerja kita memerlukan energi yang

berasal dari hasil pembakaran. Energi yang diperlukan semakin besar seiring dengan

semakin berat jenis pekerjaan yang dilakukan, oleh karena itu jumlah oksigen dan

kalori yang digunakan oleh tubuh saat bekerja, timbulnya panas dari tubuh sejalan

dengan kenaikan suhu tubuh serta kecepatan penguapan lewat keringat juga

merupakan indikator beban kerja fisiologis, namun indikator ini masih dipengaruhi

pula oleh keadaan cuaca kerja.

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman

merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja

dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi

sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat

kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti

peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktivitas.

Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering terapar zat

berbahaya yang mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan

kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan

banyak lagi dampak negatif lainnya.

Perhitungan beban kerja dapat dilakukan melalui observasi langsung terhadap

pekerjaan yang dilakukan. Simamora (2006) teknik analisis beban kerja (workload

analysis) memerlukan penggunaan pedoman penyusunan staf, standar dalam upaya

(33)

beban kerja dapat dihitung secara sederhana dengan menanyakan langsung kepada

petugas yang bertugas tentang beban kerja yang dilaksanakan.

WISN adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan pada

beban kerja pekerjaan nyata. Standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan

yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan professional dalam satu tahun dalam

satu sarana pelayanan kesehatan (Depkes, 2004). Metode ini dapat diterapkan pada

semua kategori tenaga, baik medis, paramedis, maupun non medis. Menurut Ilyas

(2004), beban kerja dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan perawat pada waktu

kerja baik kegiatan langsung, tidak langsung dan kegiatan lain seperti kegiatan

pribadi dan kegiatan tidak produktif. Sumber daya manusia yang tersedia berkaitan

erat dengan beban kerja.

Keunggulan metode WISN menurut Depkes antara lain:

1. Mudah dilaksanakan karena menggunakan data yang dikumpulkan atau didapat

dari laporan kegiatan rutin masing-masing unit pelayanan.

2. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan, sehingga manajer kesehatan

disemua tingkatan dapat memasukkannya ke dalam perencanaan kesehatan.

3. Hasil perhitungannya dapat segera diketahui sehingga dapat segera dimanfaatkan

hasil perhitungan tersebut oleh manajer kesehatan disemua tingkatan dalam

(34)

4. Metode perhitungan ini dapat digunakan bagi berbagai jenis ketenagaan, termasuk

tenaga non kesehatan

5. Hasil perhitungannya realistis, sehingga memberikan kemudahan dalam

menyusun perencanaan anggaran dan alokasi sumber daya lainnya

Kelemahan metode WISN diantaranya:

Input data yang diperlukan bagi prosedur perhitungan berasal dari rekapitulasi

kegiatan rutin satuan kerja atau institusi di mana tenaga yang dihitung berkerja, maka

kelengkapan pencatatan data dan kerapihan penyimpanan data mutlak harus

dilakukan dalam mendapatkan keakuratan hasil perhitungan jumlah tenaga secara

maksimal.

Menurut Shipp (1998), langkah perhitungan tenaga berdasarkan WISN ini

meliputi 5 langkah, yaitu:

1. Menetapkan waktu kerja tersedia

Tujuannya adalah agar diperoleh waktu kerja efektif selama satu tahun untuk

masing-masing kategori SDM yang bekerja di suatu unit atau institusi Rumah Sakit.

Rumusnya adalah

Keterangan:

(35)

A= hari kerja (jumlah hari kerja/minggu)

B= cuti tahunan

C= pendidikan dan pelatihan

D= hari libur nasional

E= ketidakhadiran kerja (sesuai dengan rata-rata ketidakhadiran kerja selama kurun

waktu 1 tahun, karena alasan sakit, tidak masuk kerja dengan atau tanpa alasan)

F= waktu kerja (waktu kerja dalam satu hari)

2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung

Tujuannya adalah diperoleh unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung

jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada

pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan di luar Rumah Sakit.

Informasi yang diperlukan didapatkan dari:

a. Data pegawai yang bekerja pada tiap unit kerja di rumah sakit

b. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan jabatan fungsional SDM Kesehatan

c. Standar Profesi, Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada

tiap unit kerja Rumah Sakit

3. Menyusun standar beban kerja

Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas beban kerja selama 1 tahun per

kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (waktu rata-rata) dan waktu kerja

(36)

Rumusnya adalah

Data yang diperlukan antara lain:

a. Waktu yang tersedia

b. Bagan struktur organisasi

c. Kegiatan pokok

d. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan jenis kegiatan pokok

e. Standar profesi

f. Menetapkan waktu berdasarkan kesepakatan

4. Menyusun standar kelonggaran

Tujuannya adalah untuk diperoleh faktor-faktor kelonggaran setiap kategori SDM

meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu penyelesaian suatu kegiatan yang tidak

terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan

pokok/pelayanan.

Penyusunan standar kelonggaran dapat dilakukan melalui pengamatan dan

wawancara tentang:

a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terlibat langsung dengan pelayanan kepada pasien

b. Frekuensi tiap faktor kegiatan dalam satuan hari, minggu dan bulan

c. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk meyelesaikan kegiatan Standar Beban Kerja=

Standar Kelonggaran=

(37)

5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja

Tujuannya adalah agar diperoleh jumlah dan jenis / kategori SDM yang

dibutuhkannya untuk menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya

pengembangan selama kurun waktu satu tahun (Depkes, 2004)

Rumus perhitungan kebutuhan tenaga yaitu:

Data yang diperlukan:

a. Waktu yang tersedia

b. Standar beban kerja

c. Standar kelonggaran

d. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama 1 tahun

Metode yang paling akurat untuk peramalan jangka pendek adalah dengan

menggunakan informasi mengenai beban kerja (work load) yang sesungguhnya

berdasarkan analisisi pekerjaan terhadap beban kerja yang perlu disesuaikan. Teknik

analisis beban kerja (work load analysis) ini memerlukan penggunaan rasio atau

pedoman penyusunan staf standar untuk menentukan kebutuhan personalia

(Simamora, 1992).

2.2 Perawat

Nursalam (2007), mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk

pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan Kebutuhan Tenaga=

(38)

yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik

sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan

keperawatan di sini adalah bagaimana perawat memberian dukungan emosional

kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai manusia.

Tenaga perawat merupakan tenaga yang relatif besar dirumah sakit dan paling

banyak berinteraksi dengan pasien maupun keluarganya. Kegiatan yang dilakukan

oleh perawat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu fungsi independen dan

dependen. Kegiatan yang dependen berat dalam melaksanakan kegiatannya perawat

berhubungan dengan profesi lainnya seperti menyuntik, memasang infus dan

lain-lain. Sedangkan kegiatan independen adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh

perawat tanpa tergantung dengan profesi lainnya, misalnya melaksanakan prosedur

dan teknik perawatan pasien.

2.2.1 Perawat Hemodialisa

Perawat instalasi hemodialisa adalah perawat yang memiliki kompetensi

untuk merawat pasien hemodialisa dibawah pengawasan dokter. Dalam menjalankan

tugasnya, perawat instalasi hemodialisa memiliki asuhan keperawatan, yaitu:

(Haryati, 2010)

1. Anamnesa

(39)

b. Riwayat keperawatan berupa keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan

sebelumnya serta riwayat penyakit keluarga

2. Pemeriksaan fisik berupa aktifitas/frekuensi istirahat, sirkulasi, eliminasi,

nutrisi/cairan, neurosensori, nyeri/rasa nyaman, respirasi, keamanan, seksual dan

pemeriksaan fisik head to foot

3. Pengkajian psikososio spiritual yang mencakup integritas, interaksi sosial dan

tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan penatalaksaannya

4. Pengkajian hasil diagnostik

2.3 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Berdasarkan kerangka konsep diatas variable independen yaitu faktor internal (Faktor

Somatis dan Faktor Psikis) dan faktor eksternal (Tugas, Organisasi Kerja dan

Lingkungan Kerja) sedangkan variable dependen adalah beban kerja.

Faktor Internal

1. Faktor Somatis

2. Faktor Psikis

Beban Kerja

Faktor Eksternal

1. Tugas

2. Organisasi Kerja

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk melihat aktifitas atau

kegiatan secara menyeluruh dari perawat pelaksana dan dilakukan wawancara dengan

perawat hemodialisa untuk menggali informasi tentang faktor internal dan eksternal

dalam rangka menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap beban

kerja perawat di ruang instalasi hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dimulai pada bulan April - Mei 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perawat berjumlah 20 orang diruang Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Dr.

(41)

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel pengamatan yang diobservasi menggunakan total sampling

dengan jumlah sampel 20 orang perawat.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi, kuesioner dan wawancara perawat di

Instalasi hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil laporan kegiatan di ruang instalasi hemodialisa

RSU Dr. Pirngadi mengenai data perawat hemodialisa, uraian tugas, data profil

rumah sakit dan data-data terkait jam kerja, waktu kerja dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan ruang hemodialisa.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variable independen faktor internal (Faktor Somatis dan Faktor Psikis) dan faktor

eksternal (Tugas, Organisasi Kerja dan Lingkungan Kerja) dan variabel dependen

(42)

3.5.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur

(43)

fisik, kimiawi,

6 Beban Kerja Sejumlah pekerjaan yang dilakukan

perawat pelaksaan di

ruang hemodialisa

Observasi Jenis dan Waktu

(44)

selama jam kerja

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen (beban kerja) didasarkan dari 20 pengamatan

(observasi) dengan menggunakan tabel proses dari kegiatan produktif (langsung dan

tidak langsung) serta kegiatan non produktif yang selanjutnya dikategorikan

berdasarkan kegiatan perawat dan ditabulasi setelah itu digunakan metode WISN

untuk melihat standar beban kerja dan kebutuhan perawat.

3.6.2 Pengukuran Variabel Independen

1. Faktor Internal

a. Faktor Somatik didasarkan kepada karakteristik individu perawat di ruang instalasi

hemodialisa yang akan dikategorikan berdasarkan dengan variabel faktor somatic.

b. Faktor Psikis

1. Variabel Motivasi

Pengukuran variabel motivasi didasarkan atas 10 pertanyaan yang diajukan

dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5

b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3

(45)

e. Sangat tidak setuju diberi skor 1

Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 25

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 25

2. Variabel Persepsi

Pengukuran variable persepsi didasarkan atas 7 pertanyaan yang diajukan dengan

alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5

b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3

d. Tidak setuju diberi skor 2

e. Sangat tidak setuju diberi skor 1

Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 17,5

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 17,5

3. Variabel Kepercayaan

Pengukuran variable kepercayaan didasarkan atas 4 pertanyaan yang diajukan

dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5

b. Setuju diberi skor 4

(46)

d. Tidak setuju diberi skor 2

e. Sangat tidak setuju diberi skor 1

Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 10

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 10

4. Variabel Keinginan

Pengukuran variabel keinginan didasarkan atas 4 pertanyaan yang diajukan

dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5

b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3

d. Tidak setuju diberi skor 2

e. Sangat tidak setuju diberi skor 1

Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 10

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 10

5. Variabel Kepuasan

Pengukuran variabel kepusasan didasarkan atas 5 pertanyaan yang diajukan

dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5

(47)

c. Ragu-ragu diberi skor 3

d. Tidak setuju diberi skor 2

e. Sangat tidak setuju diberi skor 1

Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 12,5

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 12.5

2. Faktor Eksternal

a. Variabel Tugas

Pengukuran variabel tugas didasarkan atas 13 pertanyaan yang diajukan dengan

alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 1

b. Setuju diberi skor 2

c. Ragu-ragu diberi skor 3

d. Tidak setuju diberi skor 4

e. Sangat tidak setuju diberi skor 5

Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor < median skor 32,5

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor > median skor 32,5

(48)

Pengukuran variabel organisasi kerja didasarkan atas 10 pertanyaan yang

diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 1

b. Setuju diberi skor 2

c. Ragu-ragu diberi skor 3

d. Tidak setuju diberi skor 4

e. Sangat tidak setuju diberi skor 5

Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor < median skor 25

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor > median skor 25

c. Variabel Lingkungan Kerja

1. Lingkungan Kerja Fisik

Pengukuran Lingkungan kerja fisik didasarkan atas 5 pertanyaan yang diajukan

dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 1

b. Setuju diberi skor 2

c. Ragu-ragu diberi skor 3

d. Tidak setuju diberi skor 4

e. Sangat tidak setuju diberi skor 5

Selanjutnya dikategorikan:

(49)

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor > median skor 12,5

2. Lingkungan Kerja Biologis

Pengukuran Lingkungan kerja biologis didasarkan atas 5 pertanyaan yang

diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5

b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3

d. Tidak setuju diberi skor 2

e. Sangat tidak setuju diberi skor 1

Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 12,5

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 12,5

3. Lingkungan Kerja Kimiawi

Pengukuran Lingkungan kerja kimiawi didasarkan atas 4 pertanyaan yang

diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 5

b. Setuju diberi skor 4

c. Ragu-ragu diberi skor 3

d. Tidak setuju diberi skor 2

e. Sangat tidak setuju diberi skor 1

(50)

a. Baik, jika responden memperoleh skor > median skor 10

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median skor 10

4. Lingkungan Kerja Psikologis

Pengukuran Lingkungan kerja psikologis didasarkan atas 6 pertanyaan yang

diajukan dengan alternatif jawaban:

a. Sangat Setuju diberi skor 1

b. Setuju diberi skor 2

c. Ragu-ragu diberi skor 3

d. Tidak setuju diberi skor 4

e. Sangat tidak setuju diberi skor 5

Selanjutnya dikategorikan:

a. Baik, jika responden memperoleh skor < median skor 15

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor > median skor 15

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup:

1. Penghitungan standar beban kerja dan kebutuhan perawat dengan

menggunakan metode WISN setelah itu,

2. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variable

independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

3. Analisis bivariat, yaitu untuk melihat hubungan variable independen dengan

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Rumah sakit pirngadi didirikan tanggal 11 Agustus 1928 oleh pemerintah

Kolonial Belanda dengan nama Gementa zieken Huis yang peletakan batu

pertamanya dilakukan oleh seorang anak berumur 10 tahun bernama Maria

Constantia Macky, anak dari Walikota Medan saat itu dan diangkat sebagai Direktur

Dr. W. Bays.

Rumah Sakit ini direbut Jepang dan berganti nama dengan Syuritsu Byusono

Ince dan sebagai direktur dipercayakan kepada putra Indoensia Dr. Raden Pirngadi

Gonggo Putro yang akhirnya dijadikan menjadi nama rumah sakit ini.

Rumah Sakit Umum Pirngadi langsung diambil alih dan diurus oleh

Pemerintah Negara Bagian Sumatera Timur Republik Indonesia Sementara (RIS)

setelah Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

1945. Negara bagian RIS dihapus semua dan diganti dengan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950 akibat pergolakan politik

yang sangat cepat saat itu. Rumah Sakit Umum pirngadi diambil alih dan diurus oleh

Pemerintah Pusat/Kementrian Kesehatan di Jakarta.

Rumah Sakit Pirngadi mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah

(52)

Rumah Sakit sebagai pendukung. Pada umumnya saat itu para dokter yang bekerja di

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi ini kebangsaan Belanda dan Indonesia sendiri.

Rumah Sakit umum Dr. Pirngadi berubah status dari Rumah Sakit pendidikan

menjadi Rumah Sakit Tempat Pendidikan dengan ditetapkannya RSU H. Adam

Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran USU pada Januari 1993

sehingga dengan status ini Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi dengan fasilitas dan

kapasitas yang dimiliki disamping masih digunakan unutk pendidikan para calon

dokter dari Fakultas Kedokteran USU, juga membuka diri untuk mendidik para calon

dokter dari Fakultas lain baik yang ada di Provinsi Sumatera Utara maupun Sumatera

Barat dan Lampung

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi ini tidak memiliki data yang pasti kapan

diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada

Pemerintah Kota Medan pada tangal 27 Desember 2001.

Pemerintah Kota Medan mempunyai perhatian dan tekad yang besar untuk

kemajuan Rumah Sakit Pirngadi melalui pembenahan dan perbaikan di segala bidang,

hal ini diwujudkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 202 tanggal

6 September 2002 tentang Perubahan Kelembagaan RSU Dr. Pirngadi menjadi Badan

Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, sehingga terjadi restrukturisasi

Organisasi, Personil dan Manajemen dimana sebagai Direktur diangkat Dr. H.

Sjahrial R. Anas, MHA dan diikuti pembenahan Sarana, Prasarana dan Pengadan

(53)

mencatat suatu gebrakan besar dan berani Bapak Walikota Medan dengan melakukan

pembangunan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi 8 (delapan) tingkat dilengkapi

dengan peralatan canggih, yang peletakan batu pertamanya telah dilaksanakan 4

Maret 2004 dan mulai dioperasikan tanggal 16 April 2005.

Berdasarkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana di Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Medan dalam pelaksanaan pendidikan, maka Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Medan mengjaukan peningkatan status dari Rumah Sakit Tempat

pendidikan menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Berdasarkan rekomendasi dari ikatan

Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI), maka selanjutnya dilaksanakan penilaian

kelayakan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menjadi Rumah Sakit Pendidikan

oleh Tim Visitasi yang terdiri dari Direktur Bina Pelayanan

Medik Spesialistik, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kepala Biro Hukum dan

Organisasi, Sekjen Depkes, Ketua Ikatan RSU Pendidikan serta Kepala Bagian

Hukum dan Organisasi, Sek. Ditjen. Bina Pelayanaan Medik. Akhirnya pada tanggal

10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi kota Medan resmi

menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor : 433/Menkes/SK/IV/2007.

Urutan Pimpinan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah sebagai berikut:

1. Dr. W. Bays 1930 – 1939

2. Dr. A. A. Messing 1930 – 1942

(54)

4. Dr. Ahmad Sofyan 1947- 1955

5. Dr. H. A. Darwis Datu Batu Besar 1955 – 1958

6. Dr. Mohammad Arifin 1958 – 1965

7. Dr. Paruhum Daulay 1965 – 1969

8. Dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM 1969 – 1983

9. Dr. J. E. Sudibyo, Sp.B 1983 – 1986

10. Dr. Raharjo Slamet, Sp.KJ 1986 – 1990

11. Prof. Dr. Rizal Basjrah Lubis, Sp.THT 1990 – 1998

12. Dr. Alogo Siregar, Sp.A 1998 – 2002

13. Dr. H. Sjahrial Anas, MHA 2002 – 2009

14. Dr. Dewi Fauziah Syahnan, Sp.THT 2009 - 2012

15. Dr. H. Amran Lubis, Sp.Jp, (K), FIHA 2012 – 2014

16. Dr. Edwin Effendi, MSc 2014 - sekarang

4.2 Motto, Visi dan Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan

4.2.1 Motto

Motto dari rumah sakit ini adalah Aegroti Salus Lex Suprema (Kepentingan

penderita adalah yang utama).

4.2.2 Visi dan Misi

Visi rumah sakit ini adalah menjadi rumah sakit pusat rujukan dan unggulan

(55)

Misi RSUD Dr. Pirngadi adalah:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran

serta tenaga kesehatan lain.

3. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang professional

4.3 Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan 4.3.1 Struktur Organisasi

Berikut adalah struktur organisasi di instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi

Medan:

DIREKTUR

RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

WADIR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

KA. INSTALASI HEMODIALISA Dr. TENGKU ABRAHAM, SpPD

KONSULTAN SENIOR NEFROLOGI Prof.Dr.HARUN RASYID

LUBIS,SpPD-KGH

DOKTER PENANGGUNG JAWAB HEMODIALISIS

Dr.ABDURRAHIM RASYID LUBBIS,SpPd-KGH

DOKTER PELAKSANA HEMODIALISIS Dr.ABDURRAHIM RASYID

(56)

4.3.2 Karaktersitik Perawat Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi Medan

Berikut adalah karakteristik perawat Instalasi Hemodialisa RSU Dr.Pirngadi

Medan:

(57)

Siti Hawa (SH) 37 P 70 153 Kawin PNS 10

Lince Hutapea (LH)

54 P 58 150 Kawin PNS 32

Berdasarkan data karakteristik diatas, dapat diketahui bahwa berdasarkan

jenis kelamin, 15% (3 orang) tenaga kesehatan di Intalasi Hemodialisa RSUD

Dr.Pirngadi Medan adalah laki-laki, sedangkan jumlah perempuan 85% (17 orang )

perempuan. Berdasarkan usia, 18 tenaga perawat berusia diatas 30 tahun, sedangkan

sisanya sebesar 2 perawat berusia dibawah 30 tahun. Diketahui bahwa rata-rata berat

badan perawat Instalasi Hemodialisa yaitu 62,75 kg dengan tinggi badan 158,4 cm.

Berdasarkan status perkawinan, 90% (18 orang) perawat telah kawin, sedangkan

sisanya 10% (2 orang) belum kawin.Berdasarkan Status Kepegawaian 40% (8 orang)

perawat berstatus Non-PNS, sedangkan 60% (12 orang) perawat berstatus PNS.

Berdasarkan pengalaman kerja di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan,

diketahui 7 perawat bekerja selama kurang dari 10 tahun, sedangkan sisanya sebesar

13 bekerja selama lebih dari 10 tahun.

Dalam melakukan tugasnya, setiap minggu Instalasi Hemodialisa RSUD

Dr.Pirngadi Medan melakukan pergantian shift perawat. Berikut ini adalah shift

perawat periode 18 Mei – 23 Mei 2015 :

Tabel 4.2 Shift kerja perawat Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan periode 18 Mei – 23 Mei 2015

SHIFT PAGI

SHIFT SORE

RUANG A1 RUANG A2 RUANG B1 RUANG ISOLASI

MA M BS HE LH

DA EN EL JU

SY SU CR BU

TE EN SR NS

(58)

Berdasarkan jumlah dan shift perawat maka sampel penelitian adalah seluruh

perawat Instalasi Hemodialisa (Total Sampling) yaitu 20 orang perawat. Responden

untuk depth interview yang awalnya akan dilakukan kepada seluruh perawat

mengalami kendala karena sebagian besar perawat menolak untuk melakukan

wawancara, sehingga dari 20 perawat Instalasi Hemodialisa hanya 3 perawat yang

bersedia untuk melakukan depth interview. Adapun informan yang berhasil

diwawancarai adalah responden MA, TE, dan JU.

4.4 Hasil Pengamatan Analisa Beban Kerja Perawat di Instalasi Hemodialisa RSU51 Dr.pirngadi Medan

Pengamatan beban kerja mengalami kendala, seharusnya data proses analisa

beban kerja diisikan langsung oleh perawat namu pada saat akan dilakukan

pengamatan, kepala ruangan instalasi Hemodialisa tidak memberikan izin karena

akan mengganggu dan menambah beban kerja perawat. Akhirnya data proses analisa

beban kerja dilakukan langsung oleh peneliti dibantu oleh 3 orang relawan dengan

pembagian 1 orang menganalisa 1 orang perawat dalam satu shift.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan

bahwa kegiatan perawat di Instalasi Hemodialisa cenderung homogen dan

rutin.Kegiatan perawatan hemodialisa oleh 20 responden, dapat terlihat bahwa variasi

waktu yang dihabiskan oleh masing-masing responden untuk masing-masing kegiatan

sangat kecil karena variasi kegiatannya sendiri pun juga tidak banyak.Pasien

(59)

senin-kamis, selasa-jumat dan rabu-sabtu).Beberapa kegiatan yang berbeda yang

dilakukan oleh beberapa responden menunjukkan kewajiban yang berbeda yang

diemban oleh masing-masing perawat pada shiftnya masing-masing. Dalam

pengamatan yang dilakukan peneliti, jam kerja perawat yang seharusnya sesuai

dengan shift (shift pagi 07.00-14.30 WIB dan shift sore 14.30 -20.00 WIB), ternyata

lebih panjang karena banyak persiapan yang harus dilakukan untuk memulai dan

menyudahi perawatan hemodialisa, seperti misalnya aktivasi mesin membutuhkan

waktu sekitar 15-20 menit sehingga jika perawatan direncanakan akan mulai pukul

07.00 WIB, maka setidaknya mesin harus dinyalakan pada pukul 06.30 WIB.

Rata-rata jumlah pasien dalam sehari dalam 2 shift adalah 60 pasien.

Berikut adalah rangkuman dari kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing

responden dalam shift kerja gabungan (pagi dan sore) yang kemudian diambil

rata-ratanya. Adapun ketentuan dari pengambilan kegiatan yang terhitung adalah kegaitan

yang dilakukan oleh minimal 1 orang responden dengan 1 orang peneliti. Jika dalam

satu penilaian waktu (15 menit) responden melakukan suatu kegiatan lebih dari satu

(60)
(61)
(62)
(63)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata jumlah waktu yang

dihabiskan oleh responden selama satu shift adalah sebesar 389,89 menit atau setara

6 jam 49 menit (6,81 jam). Adapun rata-rata proporsi waktu produktif yang

dihabiskan responden dalam satu shift adalah sebesar 313,42 atau setara dengan 5

jam 22 menit (5,37 jam) atau sekitar 80,38%. Rata-rata waktu non produktif yang

dihabiskan perawat sebesar 76,47 atau setara dengan 1 jam 27 menit atau setara

19.62%. Dapat disimpulkan bahwa perbandingan antara waktu produktif dan non

produktif perawat instalasi hemodialisa RSUD Dr.Pirngadi Medan dalam satu shift

adalah sebesar 8,3 : 1,7. Adapun standar deviasi yang dijelaskan dalam tabel

dimaksudkan untuk menggambarkan keefektifitasan pemanfaatan waktu oleh

responden dimana penggunaan waktu yang masih dalamrentang standar deviasi lebih

baik digunakan jika diluar rentang standar deviasi.

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik perawat Instalasi Hemodialisa
Tabel 4.2 Shift kerja perawat Instalasi Hemodialisa
Tabel 4.4 Rangkuman kegiatan responden dalam satu shift
Tabel 4.5 Proporsi waktu produktif dan non produktif responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi social skill perawat rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Mean

Beban kerja penting diketahui sebagai dasar untuk mengetahui kapasitas kerja perawat di Unit Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung supaya ada

Jenis penelitian ini merupakan explanatory survey yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan kerja (kepemimpinan dan manajemen, kendali terhadap beban kerja,

Faktor lingkungan psikososial (beban kerja, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan keamanan kerja) yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat shift malam di ruang

Siregar : Analisis Beban Kerja Dokter dan Perawat Dalam Upaya Optimalisasi Pemanfaatan…, 2003 USU Repository © 2008... Siregar : Analisis Beban Kerja Dokter dan Perawat Dalam

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang memengaruhi dalam motivasi kerja Perawat di Wilayah Kerja

Kepuasan kerja perawat pada aplikasi metode tim primer dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan (studi kuantitatif di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang)..

Judul Tesis : Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Doni Simatupang..